Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. JUDUL
RANCANGAN GEOMETRI LERENG TIMBUNAN TERHADAP
PARAMETER
parameter kekuatan geser batuan yang didapatkan berbeda dari hasil skala besar,
untuk itu diperlukan suatu fungsi yang menghubungkan hasil dari pengujian pada
skala besar dan skala standar sehingga hasil yang didapatkan relevan terhadap
material timbunan tersebut. Proses pembuatan timbunan dilakukan proses
pemadatan maka perlu dicari perilaku dari parameter kekuatan geser material
setelah dilakukan pemadatan. Maka dalam penelitian ini akan mencari hubungan
antara hasil pengujian dengan menggunakan skala besar dan skala standar dari
material yang belum dipadatkan dan sesudah dilakukan proses pemadatan dari
pengujian kuat geser langsung.
Penentuan geometri lereng berdasarkan kekuatannya terdapat dua metode
yang bisa digunakan yaitu Limit Equilibrium Method dan Finite Element Method.
Limit Equilibrium merupakan metode yang berdasarkan atas kesetimbangan gaya
dan pada awalnya mengasumsikan bidang longsoran. Finite Element Method
merupakan metode mencari faktor keamanan dengan menentukan bidang
lemahnya material yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Limit
Equilibrium dalam menentukan faktor keamanan dari geometri lereng timbunan
yang akan dirancang.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Menentukan dan memahami kekuatan geser material timbunan yaitu kohesi,
dan sudut gesek dalam terhadap pengaruh skala pengujian.
2. Menganalisis hubungan antara hasil pengujian kuat geser langsung skala
besar dengan kuat geser langsung standard yang telah dilakukan pemadatan.
3. Menentukan Dimensi lereng timbunan yang optimum.
D. RUMUSAN MASALAH
Nilai kekuatan geser suatu material timbunan akan berbeda-beda sesuai
dengan skala pengujian yang dilakukan. Dengan menggunakan pengujian dengan
skala yang lebih besar akan lebih mewakili material timbunan tersebut, namun
dalam proses pengujiannya dibutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang
lebih besar. Sehingga untuk memudahkan hal tersebut dapat dilakukan dengan
pengujian kuat geser langsung standar, sehingga harus diketahui bagaimana
hubungan dari skala pengujian tersebut.
F. HIPOTESA
Kekuatan geser material timbunan akan mempunyai hasil yang berbeda
akibat dari skala pengujian kuat geser langsung, dan pemadatan akan menambah
kekuatan geser dari suatu material timbunan
G. MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui hubungan antara nilai kekuatan geser material timbunan dengan
mengguanakan pengujian kuat geser langsung dengan skala besar dan skala
kecil.
2. Mengetahui kadar air optimum yang diperlukan dalam proses pemadatan
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh pemadatan tanah terhadap nilai kekuatan
geser material timbuanan.
4. Mengetahui dimensi lereng timbunan optimum.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
A.1 Karakteristik Masa Batuan dan Tanah
Merekayasa suatu material harus mengetahui karakteristik dari material
yang akan direkayasa. Karakteristik dari suatu batuan dapat diketahui dengan
pengujian laboratorium. Tabel 2.1 jenis-jenis pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui karakteristik dari suatu batuan
Tabel 2.1
Ringkasan Sifat Fisik, Kekerasan, Sifat Mekanik dan Cuttability (Made,2012)
Sifat Batuan
Sifat Fisik
Kekerasan Material
Parameter
Kandungan Air
Bobot Isi
Porositas
Kekerasan Mineralogi
Kekerasan Mohs dan Rosival
Koefesien Sementasi
Cone Indenter
Uji Dynamic rebound
Shore Sclerescope
Schmidt Hammer
Modified Schmidt Hammer
Kuat tekan - UCS
Kuat tarik Brazillian
Kuat Geser
Modulus Young
Spesifik Fraktur Energi
Toughness Index
Paramater
Indeks Kegetasan
Point Load Index
Impact Strength Index
O&K Wedge Test
Sifat Dinamik
Abrasivitas
Uji Cuttability
Kecepatan Ultrasonic
Laboratorium
Schmazek Faktor
Cerchar Abrasivity Index (CAI)
Core Cuttability
VARI
pada pengujian
laboratorium pada batuan tidak terganggu . Hubungan antara berat dan volume
dari suatu batuan serta kandungan air pada suatu material batuan (sifat fisik) dapat
dilihat tabel 2.2.
Tabel 2.2
Hubungan antar sifat fisik batuan (Made,2012)
Sifat Fisik
Bobot isi asli
Bobot isi kering
Bobot isi jenuh
Berat jenis semu
Simbol
Rumus
Wn
W w W S
Wd
W w W S
Ww
W w W S
W0
W w W S
n
d
s
SGapp
Satuan
gr/cm3
gr/cm3
gr/cm3
: bobot isi
air
Berat jenis sejati
W0
W oW S
SGapp
ws
: bobot isi
air
W nW 0
x 100
W0
W w W 0
x 100
W0
%
%
Keterangan :
Wn
: berat asli
Ww
: berat jenuh
W0
: berat kering
Ws
: berat tergantung
A.3 Pengujian Kuat Geser Langsung
Salah satu sifat mekanik batuan dapat diuji dengan menggunakan pengujian
kuat geser. Kuat geser batuan merupakan perlawanan internal batuan terhadap
tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut yang
dipengaruhi oleh karakteristik intrinsik dan faktor eksternal (Made Astawa Rai,
2012). Kuat geser batuan sangat berguna sebagai parameter rancangan kestabilan
lereng dan kriteria keruntuhan geser yaitu menurut Mohr-Coulomb.
Teori Mohr menggap bahawa untuk suatu keadaan tegangan
>
1 > 2
kuat tarik tidak sama dengan kuat tekan suatu batuan. Teori ini didasarkan pada
hipotesa bahwa tegangan normal dan tegangan geser yang bekerja pada bidang
runtuh memainkan peranan penting dalam runtuhnya suatu material.
Gambar 2.1
(a). Kurva keruntuhan non linier kriteria Mohr. (b). tegangan utama
kriteria Mohr yang mempengaruhi runtuhnya material (Mohr,1900)
Kriteria keruntuhan oleh Mohr garis selubung kekuatan geser sulit
dirumuskan dalam rumusan matematika, sehingga kriteria ini kemudian
berkembang menjadi kriteria keruntuhan mohr-coulomb.
Kriteria mohr coulomb dinyatakan dengan persamaan
=c+ (2.1)
= tegangan geser
c = kohesi
= tegangan normal
= koefesien gesek dalam dari batuan (tan )
Nilai kohesi dan sudut gesek material dapat ditentukan dengan melakukan
pengujian kuat gser langsung. Dalam pengujian kuat geser percontoh diberikan
beban normal dengan nilai tertentu secara konstan, kemudian percontoh diberikan
gaya geser, maka akan terjadi pergeseran pada suatu bidang geser. Dengan
menggunakan minimal tiga kombinasi maka akan didaptkan nilai kohesi dan
sudut gesek dalam.
Gambar 2.2
Kondisi percontoh dalam pengujian kuat geser langsung
Adapun faktor yang mempengaruhi dari pengujian kuat geser adalah
sebagai berikut :
1. Faktor intrinsik : merupakan faktor yang menunjukkan karakteristik internal
batuan, terdiri dari kohesi dan sudut gesek dalam.
2. Faktor entrinsik : merupakan faktor yang berasal dari lingkungan batuan baik
alami maupun tidak serta dapat dikontrol maupun yang tidak dapat dikontrol.
Faktor-faktor entrinsik antara lain :
a. Tegangan Normal
Semakin besar tegangan normal yang bekerja, semakin besar tegangan
yang dibutuhkan untuk menyebabkan materiak tersebut tergeser. Pada pengujian
laboratorium sebaiknya tegangan normal tidak melebihi batas elastis batuan.
Menurut Griffith (1921 & 1925) bahwa keberadaan rekahan awal yang terdapat
pada batas antar butiran batuan dapat menyebabkan terjadinya pemusatan
tegangan tarik pada ujung celah kecil tersebut ketika batuan diberi tekanan dari
luar, baik secara uniaksial ataupun multiaksial sehingga pada batas tekanan
tertentu tegangan tarik tersebut mencapai titik kritisnya dan menyebbkan
e ff =
( n u ) sehingga
batuan. Pengaruh. Pengaruh tekanan pada kuat geser batuan keras dapat pada
persamaan :
=c+ eff x tan
MPa seperti batu lempungnilai kohesi dan sudut gesek dalamnya berubah secara
drastis akibat adanya penambahan air. Yang ini terkait dengan sifat mineralnya
yang rekatif.
c. Mineralogi dan ukuran butir
Ukuran yang lebih kecil biasanya mempunyai nilai kohesi yang lebih
besar, namun mempunyai sudut gesek dalam yang relatif lebih kecil dibandingkan
dengan percontoh yang mempunyai ukuran butir yang lebih besar. Horn & Deere
(1962) serta Kenney (1967) telah melakukan penelitian terhadapa kuat geser
mineral-mineral pembentuk batuan serta pengaruh komposisi mirela terhadap
kekuatan geser tanah. Kenney menyimpulkan bahwa kondisi mineral lebih
berpengaruh terhadap kekuatan geser diabndingkan dengan ukuran butirnya.
d. Kekasaran Permukaan Geser
Semakin kasar permukaan geser maka semakin besar kekuatan geser
batuan. Tetapi kekasaran ini hanya berpengaruh terhadap tegangan normal yang
rendah karena pada tegangan normal yang cukup tinggi permukaan geser akan
hancur. Menurut grasselli (2001) kekasaran permukaan bidang diskontinyu akan
mempengaruhi kekuatan geser batuan pada tingkat tegangan normal hingga 20%
e. Laju Pembebanan
Pengaruh laju pembebanan geser pada kekuatan geser rekahan yang terisi
material lempung tidak hanya terkait dengan berkurangnya kesempatan
pengeringan akibat laju terlalu tinggi, ataupun terjadinya pelemahan. Ada efek
yang fundamental yang dipengaruhi oleh viskositas komponen kehesif dari kuat
geser batuan.Bjerrum (1973) telah meneliti fenomena ini terhadap lempung lunak,
plastis dan terkonsolidasi normal. Hasilnya bahwa efek laju merupakan fusngi
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai regangan geser kritis dimana failure
terjadi.
f. Tingkat Kerusakan contoh
A.4 Pemadatan Material
Pemadatan merupakan usaha secara mekanik agar butir butir material
merapat. Volume tanah akan berkurang, volume pori berkurang namun volume
butiran tidak berubah.hal ini bisa dilakukan dengan menggilas/ menumbuk.
Menurut Budi Santosa manfaat dari pemadatan adalah memperbaiki sifat
teknik material :
1. Memperbaiki kuat geser tanah yaitu menaikkan kohesi dan sudut gesek dalam.
2. Mengurangi kompresibilitas yaitu mengurangi penurunan oleh beban.
3. Mengurangi permeanilitas yaitu mengurangi nilai K
Pemadatan
tanah
biasanya
digunakan
untuk
pembuatan
bendung,
timbuanan, jalan raya, pondasi. Perubahan yang terjadi jika tanah dipadatkan
adalah pengurangan volume tanah sehingga akibatnya volume total tanah
berkurang. Dalam praktek yang digunakan sebagai ukuran kepadatan adalah berat
volume kering adalah semakin besar berat volume kering artinya material tersebut
semakin padat.
Dalam pengujian pemadatan berdasarkan tenaga pemadatannya dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Cara Standar
Pada proses pemadatan dengan cara standar, menggunakan mold dengan
volume 944 cm3, diameter mold 10,1 cm. selama pengujian di laboratorium pada
bagian bawah diberikan plat dasar, dan pada bagian atas terdapat leher mold.
Tanah dicampur dengan kadar air tertentu dan dibagi menjadi 3 bagian. Ketiga
bagian tersebut satu per satu dimasukkan ke dalam mold, dan dan ditumbuk
menggunakan hammer masing-masing 25 kali pukulan. Hammer yang digunakan
mempunyai berat 2,5 kg dengan tinggi jatuh 12 inchi.
10
Gambar 2.3
Peralatan pengujian pemadatan standar
Dalam pengujian ini bobot isi dirumuskan sebagi berikut :
W
=
.
V
(2.2)
Keterangan
W = berat dari material yang dipadatkan
V = Volume mold (944 cm3)
Gambar 2.4
Grafik Hasil pengujian Pemadatan
11
d
w () .
1+
100
(2.3)
Keterangan
w (%) = persentase kadar air
Nilai bobot isi kering pada persamaan 2.3 dan kadar air masing-masing diplotkan
dalam grafik maka akan didatkan grafik sesua dengan gambar 2.4. kadar air
optimum didapatkan pada saat bobot isi kering maksimum. Dengan memasukkan
persamaan kadar air dan derajad kejenuhan maka bobot isi kering juga dapat
dirumuskan sebagai berikut :
G
d = s w ....
1+e
(2.4)
Keterangan :
Gs
w
e
(2.5)
e=
Gs w
..
S
(2.6)
maka
d=
Gs w
G w .............................................................................................
1+ s
S
(2.7)
Dengan menggunakan kadar air, secara teori bobot isi kering maksimum
akan tercapai pada saat semua pori tidak terisi oleh udara, atau disebut dengan
derajad kejenuhan 100%. Sebab bobot isi kering maksimum saat suatu kadar air
12
tertentu pada saat porinya tidak terisi udara maka dapat disubstitusikan S = 1 pada
persamaan 2.7, sehingga
G
zav = s w = w
1+G s w
1 ...............................................................................
w+
Gs
(2.8)
Keterangan :
zav = bobot isi saat tanpa udara dalam pori
2. Cara Modifikasi
Dengan pemadatan yang dilakukan di lapangan, maka pemadatan dengan
cara standar dimodifikasi sehingga lebih representative digunakan di lapangan.
Cara Pemadatan modifikasi terdapat dalam ASTM D-1557 dan AASHTO T-180.
Proses pemadatan dengan cara modifikasi menggunakan ukuran mold 944 cm3
atau sama dengan ukuran mold untuk pemadatan standar. Namun dalam proses
pemadatannya terdiri atas lima lapisan, hammer yang digunakan mempunyai berat
4,54 kg, tinggi jatuh hammer 18 inchi dan jumlah tumbukan 25 kali sama dengan
tumbukan pada pengujian pemadatan standar.
Dalam proses pemadatan berdasarkan ASTM dan AASHTO berdasarkan
ukuran mold, jumlah tumbukan, dan ukuran butir material yang dipadatkan,
metode pemadatan dapat dibagi menjadi empat (lihat table 2.3)
Tabel 2.3
Metode pemadan menurut ASTM dan AASHTO
Penjelasan
Cetakan
Volume
cm3
Tinggi
mm
Diameter
mm
Hammer
Berat
kg
Tinggi jatuh
in
Jumlah lapisan tanah
Jumlah pukulan/lapisan
Fraksi tanah lolos ayakan
Pemadatan standar
A
B
C
Pemadatan modifikasi
B
C
D
944
116,3
101,6
2124
116,3
152,4
944
116,3
101,6
2124
116,3
152,4
944
116,3
101,6
2124
116,3
152,4
944
116,3
101,6
2124
116,3
152,4
2,5
12
3
25
No. 4
2,5
12
3
56
No. 4
2,5
12
3
25
in
2,5
12
3
56
in
4,54
18
5
25
No. 4
4,54
18
5
56
No. 4
4,54
18
5
25
in
4,54
18
5
56
in
13
Gambar 2.5
Efek tenaga pemadatan terhadap hasil pemadatan pada lempung pasiran
(Braja,2006)
Dari gambar 2.4 dapat disimpilkan bahwa :
a. Saat tenaga pemadatan bertambah maka bobot isi kering maksimum akan
semakin bertambah.
14
Gambar 2.6
Prinsip Pemadatan Tanah (Johnson dan Sallberg, 1960)
3. Jenis Material yang Dipadatkan
Jenis material yang yang dimaksud antara lain distribusi ukuran butir,
bentuk butir, berat jenis dari material, dan kandungan material lempung.
Hasil
pengujian ASTM D-698 dapat dilihat pada gambar 2.7. Pada gambar tersebut
menjelaskan bahwa semakin besar ukuran butir maka proses pemadatan akan
semakin susah. Sebaliknya semakin kecil ukuran butir maka proses pemadatan
akan semakin mudah dilakukan. Hal ini disebabkan oleh apabila ukuran butir
suatu material semakin besar maka pori/void yang terdapat pada material tersebut
semakin besar.
15
Gambar 2.7
Kurva jenis pemadatan untuk empat jenis tanah (ASTM D-698)
A.5 Metode Analisa Longsoran Metode Bishop
Salah satu dari metode keseimbangan batas yaitu metode Bishop untuk
longsoran busur (Circular Failure). Metode ini menjelaskan keseimbangan gaya
vertikal untuk setiap segmen dan keseimbangan momen keseluruhan yang
berkaitan dengan pusat lingkaran permukaan yang di uji. Lapisan yang berada di
atas
bidang
longsor
dibagi
dalam
beberapa
segmen
tegak
agar
ketidakseragamannya batuan dan atau tanah dapat dipertimbangkan lebar dari tiap
segmen tidak harus sama. Metode ini mengabaikan gaya geser pada segmen dan
kemudian mengasumsikan suatu gaya normal cukup untuk mendefinisikan gayagaya antara segmen (Bishop, 1955). Gaya normal pada dasar tiap segmen
ditentukan dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah vertikal.
Momen penggerak seluruhnya diperoleh dengan menjumlahkan momen
dari setiap segmen, yaitu :
16
= Berat Segmen
Faktor keamanan (F) dapat dituliskan sebagai berikut :
17
Gambar 2.8
Analisis Simplified Bishop Method (Bishop, 1955)
Gaya Penahan
F = Gaya Penggerak
Kekua tan geser yang ada
F = Kekua tan geser yang diperlukan
Jika kekuatan geser = s, maka kekuatan geser untuk mempertahankan kemantapan
s
= F
Bilaman S = gaya pada dasar segmen,
maka :
S =s.l/F
sehingga :
Momen melawan segmen
= ( s.l / F ). R
R
= F s.l.................................................(2.9)
Dengan mempersamakan momen melawan dengan momen penggerak, maka :
R
R W sin = F sl.(2.10)
18
Sehingga :
R s. l
s .l
F = R W sin = W sin .(2.11)
Nilai F ditentukan pada banyak lingkaran sampai terdapat nilai F yang
terkecil. Lingkaran dengan nilai F terkecil disebut lingkaran kritis.
Untuk menyelesaikan perhitungan s diganti dengan c + u tan ,
sehingga:
c . l . l u . l tan
W sin
F=
...(2.12)
1
F = W sin c . l P u . l tan ...(2.13)
Dengan P = gaya normal pada dasar segmen yang bersangkutan
Nilai W, dan l dapat diperoleh secara langsung untuk setiap segmen, dan
c serta dapat ditentukan dilaboratorium. Nilai tegangan air pori (u) juga dapat
ditentukan dilapangan. Hanya nilai P yang belum diketahui.
Pada cara Bishop besarnya P diperoleh dengan menguraikan gaya gaya
lain pada arah vertikal.
P ' tan
c. l
P u . l tan
c. l
sin + F sin +
( Xn
P u .l cos
+ u .l cos = W +
Xn+1 )
P u . l tan
sin +
P u .l cos
c. l
= W + ( Xn Xn+1 )- F sin -
u . l cos
sin u cos
F
tan . sin
cos
F
.............................(2.14)
W ( X n X n 1 ) l
(Pu.l) =
19
sin u cos
F
tan . sin
cos
F
....................................................(2.15)
W l
(Pu.l) =
Jadi :
c .l
W sin
F=
tan
.....(2.16)
W
c tan
cos l . F l . u
c .l
tan
tan
.
tan
........(2.17)
W sin
F=
c sin
u cos
F
tan . tan
cos
F
W l
tan . tan W
c . l tan
l .u
c .l 1
F
cos
F
1
tan . tan
W sin
1
F=
c.
W sin
F=
tan
.(1.18)
tan . tan W
b
b tan
b
c
. u tan
1
cos
F
cos
cos cos F
tan . tan
1
F
.(2.19)
tan .tan
tan
b.utan sec
W c.b
c.b 1
1
F
F
tan . tan
Wsin
1
......(2.20)
F=
20
1
F
F
tan .tan
Wsin
1
...(2.21)
F=
c sin
u cos
F
tan . sin
cos
F
W l
c .l
W sin
F=
tan
............................(2.22)
W = bh
u = w hw cos2
Sehingga
(2.23)
Dalam metode Bishop, besaran faktor keamanan pada persamaan terdapat
pada kedua sisi, maka harus diselesaikan dengan iterasi,yaitu mencoba-coba
dengan memasukan nilai faktor keamanan yang diasumsikan untuk mendapatkan
nilai faktor keamanan baru, sehingga mendapatkan nilai faktor keamanan
minimum dengan faktor toleransi 0,001.
B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada metode
perhitungan aktual di laboraorium yang bertujuan untuk mendapatkan hasil pada
waktu sekarang. Teknik pengumpulan data ditempuh dengan prosedur penelitian
yang mencakup :
a. Studi Literatur
Tahap studi literatur dilakukan dengan pengumpulan sumber informasi tang
berkaitan dengan kegiatan penelitian yang berasal dari referensi yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Adapaun refrensi yang digunakan
Catatan Kuliah Mekanika Batuan ITB, Principle of Geotechnical Engineer fifth
21
HIPOTESA
Skala pengujian akan mempengaruhi kekuatan material, dan untuk
memningkatkan kekuatan geser material harus dilakukan pemadatan.
RUMUSAN MASALAH
1. Hubungan antara pengujian kuat geser langsung skala besar dan
pengujian standar
2. Besar pengaruh pemadatan terhadap nilai kekuatan geser material
timbunan
TUJUAN PENELITIAN
1. Menentukan dan memahami kekuatan geser material timbunan
yaitu kohesi, dan sudut gesek dalam terhadap pengaruh skala
pengujian.
2. Menganalisis hubungan antara hasil pengujian kuat geser
STUDI
LITERATUR
langsung skala besar
dengan
kuat geser(A)
langsung standard yang
Made
:
Semakin
besar
dimensi
contoh yang digunakan maka
telah dilakukan pemadatan.
contoh tersebut
representative.
3. Menentukan
Dimensisemakin
lereng timbunan
yang optimum.
Braja : pemadatan akan menambah kekuatan geser material
(kohesi dan sudut gesek dalam)
Duncan : Longsoran
padaPENYELESAIAN
suatu material akan
memliki konsekuensi
RENCANA
MASALAH
22
social-ekonomi
Hoek and Bray : longsoran busur terjadi pada material yang lapuk
atau memiliki bidang diskontinya
yang sangat rapat.
B
19
B
BAB III
RENCANA PENYELESAIAN MASALAH
A. Pengolahan
Lapangan : Data
Laboratorium:
Data-data
yang didapatkan dari lokasi penelitian
1. Pengambilan
1. Ujiselanjutnya
Sifat Fisik akan diolah
Sampel
2. Uji Geser Skala
dan dianalisis. Adapun pengolahan dan analisis data yang dilakukan adalah
2. Tinggi Lereng
Besar
sebagai berikut:
3. Sudut lereng
3. Uji Geser
Langsung Standar
a. Menentukan nilai kohesi dan sudut gesek dalam dari hasil pengujian kuat
4. Uji Pemadatan
geser
ukuran
besar
dengan
rumusan
=c+ eff x tan , untuk mendapatkan nilai kohesi pada saat tegagan
ANALISIS
normal sama dengan nol.
1. Statisik
: Regresi Linier / non Linier
2. Numerik
: Metode
b. Menentukan
sifat fisik dari
batuan.Kesetimbangan Batas
3. Empirik
: Metode Hoek and Bray
c. Menentukan nilai kohesi dan sudut gesek dalam dari pengujian kuat geser
=c+ eff x tan , untuk mendapatkan
RE-DESIGN
KRITERIA
nilai kohesi pada saat tegagan
normal sama dengan nol.
1. Lereng Tunggal FK > 1,3
d. Menentukan nilai
kadar air
optimum dan
2. Lereng
Keseluruhan
FK bobot
> 1,5 isi kering maksimum dari
pengujian pemadatan/proctor.
20
20
BAB IV
RENCANA JADWAL PELAKSANAAN
Waktu
Kegiatan
Study literatur
Pengambilan
Sampel
Pengujian Lab
Pengolahan data
Pembuatan draft
Februari
1
Maret
4
DAFTAR PUSTAKA
21
April
4
dan
Aplikasi
Mekanika
Tanah. Andi
12. Wyllie, D. C. and Christopher W. M., 2004, Rock Slope Engineering Civil
and Mining 4th Edition, Spon Press, 270 Madison Avenue, New York, USA
22