You are on page 1of 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Realita Lapangan


Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki penduduk remaja yang
relatif banyak. Dan saat ini pergaulan remaja yang terjadi sangat luas, baik meluas ke sisi
positif maupun ke sisi negatif. Sebagai sisi positif, remaja memanfaatkan pergaulan untuk
mendapatkan informasi maupun untuk meningkatkan suatu ladang kerja sama. Selain itu,
sisi negatif pergaulan remaja juga tidak kalah banyak terjadi, seperti kenakalan remaja.
Macam kenakalan remaja dapat diuraikan seperti, bolos sekolah, minum-minuman keras,
memakai narkotika dan obat-obatan terlarang, tawuran antar sekolah, sampai
penyimpangan seks. Hal ini disebabkan banyaknya para remaja yang sudah tidak enggan
menunjukkan perilaku menyimpang di hadapan masyarakat.
Mengutip kata orang bijak 'ala bisa karena bisa', maka bisa jadi masyarakat
yang tadinya menolak eksistensi komunitas ini akhirnya menerima, sebagaimana dahulu
yang namanya pacaran dan gaul bebas adalah hal yang tabu di masyarakat tapi karena
masyarakat terus menerus 'digempur' oleh tayangan-tayangan media yang menampilkan
sosok-sosok yang dianggap manusia modern adalah mereka yang melakukan pacaran dan
gaul bebas, akhirnya mereka terbiasa oleh hal ini bahkan mendorong anaknya untuk
pacaran dan bergaul bebas supaya menjadi 'manusia modern' atau karena kekhawatiran
anaknya tidak dapat jodoh kalau anaknya tidak melakukan hal ini (yang sebenarnya ini
tanggung jawab mereka). Demikian juga bila masyarakat terus digempur oleh tayangan-
tayangan tentang komunitas yang melakukan homoseksual atau lesbianisme maka akhirnya
masyarakat pun akan terbiasa akan hal ini yang pada akhirnya mereka menerima (dipaksa
menerima). Demikian juga peran Negara dalam hal ini sangat penting. misalnya
belakangan ini kita mendengar bahwa ada cara kontes miss Waria di jantung ibukota
Jakarta, tanpa izin dari pemerintah tentu hal ini tidak akan dilaksanakan, bukan hal yang
mustahil kalau kemudian pemerintah pun melegalkan perkawinana sesama jenis seperti
halnya yang terjadi di Afrika Selatan

1
Dalam berita dunia yang dipublikasikan oleh www.bbcindonesia.com edisi 01
Desember 2005 diberitakan bahwa peradilan tertinggi Afrika Selatan telah mensahkan
undang-undang perkawinan sesama jenis yang sebelumnya dilarang berdasar undang
undangyang sekarang.
Pengadilan juga memutuskan untuk mengubah definisi perkawinan dari ikatan antara
seorang laki-laki dan perempuan menjadi ikatan antara dua manusia. Alasannya adalah
undang undang yang ada sekarang ini mendiskriminasi pasangan homoseksual setelah
sepasang lesbian mengajukan banding atas kasus perkawinan mereka. Sebelumnya
Mahkamah Agung Afrika Selatan memutuskan bahwa pasangan lesbian Marie Fourie dan
Cecilia Bonthuys seharusnya diijinkan menikah, setelah sebelumnya ditolak untuk
melakukan pernikahan di gereja oleh Departemen Dalam Negeri. Perlu diketahui bahwa
konstitusi Afrika Selatan yang disahkan tahun 1996 merupakan yang pertama di dunia yang
secara khusus menghapus diskriminasi pilihan kecenderungan seksual seseorang. Ini
dilakukan untuk menjaga HAM walaupun kalangan 'konservatif' di Afrika Selatan menolak
Hal yang menarik untuk dikritisi tentunya selain fakta tentang 'penyimpangan'(baca :
homoseksual dan lesbianisme) itu sendiri adalah adanya anggapan bahwa legalisasi
perkawinan sesama jenis adalah bagian dari hak asasi manusia yang patut dihormati oleh
setiap orang dan ada anggapan bahwa orang yang menolak legalisasi ini adalah konservatif.

Bertitik tolak dari permasalahan diatas maka usulan penelitian ini penulis
mengambil judul “PENYIMPANGAN SEKS (HOMO DAN LESBI) DI KALANGAN
REMAJA DI KOTA BANDUNG

1.2 Identifikasi Masalah


Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan, dan untuk membatasi
permasalahan yang penulis bahas, maka penulis mengidentifikasikan sebagai berikut:
1.2.1 Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya penyimpangan homo dan
lesbi di kalangan remaja di kota Bandung ?
1.2.2 Upaya apakah yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi penyimpangan
seks homo dan lesbi di kalangan remaja di kota Bandung?
1.2.3 Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap penyimpangan seks homo dan lesbi
di kalangan remaja di kota Bandung?

2
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan seks,
homo, dan lesbi di kalangan remaja kota Bandung
1.3.2 Untuk mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan oleh masyarakat dalam
mengatasi penyimpangan seks homo dan lesbi di kalangan remaja di kota
Bandung
1.3.3 Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap penyimpangan seks homo
dan lesbi di kalangan remaja di kota Bandung

1.4 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.4.1 Study Kepustakaan
Mempelajari teori data-data tertulis, misalnya data-data yang relevan dari
internet dengan masalah yang teliti.

3
BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Pergaulan Remaja

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala


permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan
mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase
perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki keterampilan sosial
(sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-
ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan
dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau
keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik,
bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat
dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu
mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal.

Menurut hasil studi Davis dan Forsythe (1984), terdapat sembilan faktor yang
mempengaruhi kehidupan remaja:

1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan.
Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana
ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
tidak harmonis atau broken home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang
cukup maka anak akan sulit mengembangkan ketrampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat
dari: kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding)

• kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara

4
• kurang mampu berkomunikasi secara sehat
• kurang mampu mandiri
• kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara
• kurang mampu bekerjasama
• kurang mampu mengadakan hubungan yang baik

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka amatlah penting bagi orangtua
untuk menjaga agar keluarga tetap harmonis. Keharmonisan dalam hal ini tidaklah selalu
identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam banyak kasus orangtua
single terbukti dapat berfungsi efektif dalam membantu perkembangan psikososial anak.
Hal yang paling penting diperhatikan oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang
demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik
dengan orangtua maupun saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik
antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya
komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya akan
memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang,
panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain
menjadi rusak.

2. Lingkungan
Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam
batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial
(tetangga), lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga(keluarga primer & sekunder),
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka
sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak
hanya terdiri dari orangtua, saudara, atau kakek dan nenek saja.

3. Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian
seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan
pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi
remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang

5
memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua
memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

4. Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi
seseorang akan merasa mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga terlepas
dari rasa capai, bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru.

5. Pergaulan dengan lawan jenis


Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya
tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang
sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex
role behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun
berkeluarga.

6. Pendidikan/sekolah
Pada dasarkan sekolah mengajarkan berbagai ketrampilan kepada anak. Salahsatu
ketrampilan tersebut adalah ketrampilan-ketrampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-
cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya.
Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar ketrampilan-ketrampilan tersebut tetap
dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap
perkembangannya.

7. Persahabatan dan solidaritas kelompok


Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Seringkali remaja
bahkan lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya.
Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan
kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua
perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan
yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.

8. Lapangan kerja

6
Cepat atau lambat, setiap orang pasti akan menghadapi dunia kerja. Keterampilan sosial
untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan sejak anak masuk sekolah dasar.
Melalui berbagai pelajaran disekolah mereka telah mengenal berbagai lapangan pekerjaan
yang ada dalam masyarakat. Setelah masuk SMU mereka mendapat bimbingan karier
untuk mengarahkan karier masa depan. Dengan memahami lapangan kerja dan
ketrampilan-ketrampilan sosial yang dibutuhkan maka remaja yang terpaksa tidak dapat
melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi akan dapat menyiapkan untuk bekerja.

9. Kemampuan Penyesuaian Diri

Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak
diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia
mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar
anak dan remaja mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang
tua/pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima
dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb. Dengan cara ini,
remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok,
mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah
diterima oleh orang lain/kelompok.

Selain itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas
yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas yang
lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah memberikan bekal agar
anak dapat memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting melalui pendidikan
disiplin, tata tertib dan etika.

2.2 Penyimpangan Seks

Penyimpangan seksual adalah sikap atau tingkah laku seksual yang diarahkan pada
hubungan yang bukan bersifat heteroseksual atau dengan tingkah laku seksual itu
bertentangan dengan norma-norma agama atau masyarakat secara umum.
Jadi apa yang dianggap penyimpang oleh norma dan adat bangsa Indonesia belum tentu
dianggap penyimpang pula oleh masyarakat Amerika. Karena yang menjadi standarisasi

7
perbuatan dikatakan penyimpang itu berbeda pula. Norma adat, agama, kebudayaan dan
nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh suatu bangsa tidak selalu sama.

Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan seksual ini sangat


dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas. Terutama
kematangan organ-organ seksual dan perubahan-perubahan hormonal, mengakibatkan
munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri remaja.

Dorongan seksual remaja ini sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari dorongan
seksual orang dewasa. Sebagai anak muda yang belum memiliki pengalaman tentang
seksual, tidak jarang dorongan seksual ini menimbulkan ketegangan fisik dan psikis.

Untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual tersebut, remaja mencoba untuk
mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai
dari melakukan aktivitas berpacaran, berkencan, bercumbu sampai dengan melakukan
tingkah laku kontak seksual. Dan banyak di antara para remaja yang memilih jalan pintas
untuk memenuhi gejolak seksual yang jelas menyimpang dari ketentuan agama dan
norma-norma adat.
A. Jenis-jenis Penyimpangan Seksual Remaja
1. Homoseksualitas pada laki-laki dan perempuan.
2. Parafilia (deviasi seksual)
Ciri utama gangguan jiwa yang satu ini adalah diperlukannya suatu khayalan
atau perbuatan seksual yang tidak lazim untuk mendapatkan gairah seksual.
3. Zina dan Pelacuran Prostitusi
Prostitusi atau pelacuran adalah memberikan layanan hubungan seksual
demi imbalan uang.
4. Incest, Yang di maksud incest adalah hubungan seksual sampai taraf koitus
antar anggota keluarga, misalnya antara kakak lelaki dengan adik perempuan
atau antara ayah dan anak perempuan, yang dilarang oleh adat kebudayaan
5. Onani atau masturbasi, Istilah masturbasi berasal dari bahasa Latin yang
artinya pencemaran diri. Masturbasi dikenal dengan istilah onani atau

8
menstruasi, yakni melakukan rangsangan seksual, khususnya pada alat
kelamin, yang dilakukan sendiri dengan berbagai cara untuk tujuan
mencapai orgasme.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Penyimpangan Seksual, dalam


kenyataan banyak sekali faktor yang mempengaruhi munculnya penyimpangan seksual
remaja, sehingga dapat dikatakan faktor penyebab yang sesungguhnya sampai sekarang
belum diketahui dengan pasti.

Walaupun demikian secara umum dapat di katakan bahwa teori tentang asal mula
kelainan perilaku remaja dapat digolongkan ke dalam 2 jenis, yaitu teori psikogenik dan
teori biogenik. Teori psikogenik menyatakan bahwa kelainan perilaku disebabkan oleh
faktor-faktor di dalam jiwa remaja itu sendiri. Sedangkan teori biogenik menyatakan bahwa
kelainan perilaku disebabkan oleh kelainan fisik atau genetic (Jensen, 1985, h. 421).
Dorongan keinginan seksual dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor, jadi tidak hanya oleh
hormon-hormon kelamin saja, lingkungan misalnya, sangat pula mempengaruhinya.
Diantara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Media informasi
Media informasi memiliki peran yang cukup besar dalam menakhlukkan dan membentuk
pemikiran. Beberapa media informasi tersebut antara lain ;
a. Televisi ;
televisi mirip dengan orang yang berbicara secara langsung, sehingga lebih
interaktif dalam menyebarkan cerita-cerita dan kisah-kisah cabul yang gila.
Tayangan-tayangan televisi banyak menyuguhkan tayangan yang merusak moral.
Diantara mudharatnya adalah membantu membangkitkan dorongan-dorongan seks
yang terlalu dini bagi anak-anak atau membangkitkannya sebelum tiba masa
matangnya secara alami.
b. Vedio ;
media ini merupakan alat perusak yang digunakan sebagai alat yang tepat dalam
menumbuhkan syahwat yang hina, media ini memamerkan film-film perzinahan,

9
homoseksual, dan penghancuran akhlak, bahkan mempertontonkan hubungan seks
dengan binatang seperti anjing, keledai, dan sebagainya (Muhammad bin Ibrahin
Az-Zulfi ; 2005, 67)

c. Bacaan-bacaan seks (surat kabar murahan, buku-buku seks)


Bacaan-bacaan seks ini membahas masalah seks secara terang-terangan, vulgar, dan
jauh dari rasa malu. Buku-buku seks mempropagandakan cara-cara bermain seks,
cerita-cerita yang membangkitkan syahwat. Semua itu memberikan sumbangsih
dalam menyebarkan perbuatan keji yang merusak akhlak (Muhammad bin Ibrahin
Az-Zulfi ; 2005, 65-66)

2. Meningkatnya libido seksualitas

Tugas perkembangan remaja diantaranya adalah menerima kondisi fisiknya (yang


berubah) dan memanfaatkannya, menerima peranan seksual masing-masing serta
mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.

Di dalam upaya mengisi peran sosial yang baru itu, seorang remaja mendapatkan
motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido.

Usia kematangan seksual terus mengalami penurunan hampir di seluruh dunia,


sehubungan dengan membaiknya gizi sejak masa kanak-kanak di satu pihak dan
meningkatnya informasi melalui media massa atau hubungan antar orang di pihak lain.
Pada gilirannya, menurunnya usia kematangan seksual ini akan diikuti oleh meningkatnya
aktivitas seksual pada usia-usia yang dini.

3. Kurangnya informasi tentang seks

10
Sebenarnya cukup waktu untuk remaja putra-putri itu untuk mempersiapkan dirinya
untuk mencegah hal-hal yang tidak dikehendaki. Akan tetapi mereka umumnya memasuki
usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran
berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah
dengan informasi- informasi yang salah. Hal yang terakhir ini disebabkan orang tua tabu
membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua -- anak sudah terlanjur jauh
sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman.
Sikap mentabukan seks pada remaja hanya mengurangi kemungkinan untuk
membicarakannya secara terbuka akan tetapi tidak menghambat hubungan seks itu sendiri.

4. Pergaulan yang makin bebas

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah dapat
disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Dalam penelitian
yang pernah dilakukan oleh Fakultas Psikologi UI tahun 1987 terhadap siswa kelas II
SLTA di Jakarta dan Banjarmasin, terungkap bahwa di antara remaja yang sudah
berpacaran hampir semua (di atas 93 %) pernah berpegangan tangan dengan pacarnya.
Jumlah yang pernah berciuman adalah 61,6 % untuk pria dan 39,4 % untuk wanita, yang
meraba payudara tercatat 2,32 % (pria) dan 6,7 % (wanita), sedang yang memegang alat
kelamin ada 7, 1 % (pria) dan 1,0 % (wanita) dan yang pernah berhubungan kelamin
dengan pacarnya terdapat 2,0 % (semuanya pria). Data –data tersebut adalah khusus dari
responden Jakarta.

Dari beberapa hal yang telah dipaparkan di atas jelaslah bahwa munculnya masalah-
masalah seksual pada remaja terjadi karena : perubahan-perubahan hormonal yang
meningkatkan hasrat seksual remaja, peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan
penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu ; Akan tetapi penyaluran itu tidak
dapat segera dilakukan karena karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara
hukum, maupun norma-norma sosial ; Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh
karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa. Remaja
yang dalam periode ini berada dalam kondisi yang labil, rasa ingin tahu yang tinggi (ingin

11
mencoba) dan mudah meniru tanpa filter yang kuat ; Orang tua sendiri baik karena
ketidaktauannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai
seks dengan anak tidak terbuka ; Di pihak lain, tidak dapat di ingkari adanya
kecenderungan pergaulan yang makin bebas dan terjadinya dekadensi (kemerosotan )
moral.

Sejumlah “faktor psikologis” dalam tingkah laku seksual kaum muda.


Faktor-faktor tersebut mencakup :

a. Kebutuhan akan intimitas


Tahun-tahun terakhir masa remaja adalah saat di mana kebutuhan akan intimitas makin
mendesak. Keinginan mereka adalah untuk mempercayai dan memberikan perhatian
kepada orang lain. Dan pada saat yang sama juga berbagi rasa dan keprihatinan.
Perasaan dan perhatian yang baru saja mereka temukan perlu diekspresikan. Interaksi
psikologis seperti memeluk dan mencium dan sebagainya merupakan manifestasi dari
kebutuhan ini. Bagi kaum remaja yang kurang terlibat dalam berbagai kegiatan, maka
tingkah laku seksual merupakan jalan utama untuk menciptakan intimitas “psikologis”

b. Kebutuhan akan rasa dimiliki dan memiliki


Bagi kaum muda kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki menuntunnya untuk
berinteraksi dengan teman sebaya. Pergaulan keseharian yang menimbulkan rasa aman
akan secara alamiah akan membawanya pada pencarian keterlibatan seksual. Interaksi
social ini sangat penting bagi perkembangan kaum muda karena lewat interaksi social
semacam inilah mereka membangun kemampuan dan keterampilan social yang dituntut
oleh dunia kaum dewasa.

c. Adanya maksud untuk berkuasa


Keinginan untuk berkuasa mencerminkan adanya kemampuan kaum muda untuk
menggunakan suatu bentuk kontrol atas hubungan seksual.

12
d. Keinginan untuk bersifat patuh
Kepatuhan terjadi bila kaum muda membiarkan dirinya dikontrol oleh orang lain. Salah
satu bentuk yang menarik dari kepatuhan ialah “cinta buta”.

e. Motif-motif yang berhubungan dengan rasa ingin tahu dan kompetensi


Tingkah laku seksual kaum muda sering kali merupakan usaha untuk mengetahui dan
mengalamibagian dirinya yang baru.

f. Nafsu dan kehebatan


Karena emosi dirasakan secara dalam dan intens selama masa remaja, nafsu dan
kehebatan merupakan jalan untuk menyatakan dan menampilkan perasaan subjektif dan
batinnya. Seksuallitas yang penuh gairah selama masa remaja membuat kaum muda ;
mengalami diri seacara intensif, mengalami orang lain dengan intensitas yang sama dan
memberi kesempatan kepada orang lain untuk menyatakan perasaan-perasaannya
yang intens.

g. Kebutuhan untuk identifikasi dan imitasi


Faktor-faktor lingkungan yang meliputi kaum muda tidak bias membantu, tetapi tetap
menjadi factor penting bagi mereka, karena dengan datangnya kematangan, muncul
pula kesadaran akan lingkungan. Seksualitas mendapat tempat utama dalam ketegangan
budaya lewat seni, bahasa, maupun bahan bacaan. Akibatnya, banyak kaum muda
terjangkiti perasaan, “tidak lengkap” dalam dirinya sendiri.

h. Pemberontakan dan identitas negatif


Bagi sebagian kaum muda, perasaan negatif terhadap keluarga atau masyarakat bias
membawanya ke aktivitas seksual. Karena norma orang tua dan kaum dewasa
menunjukkan pada tingkah laku yang sama maupun bertentangan dengan ekspresi
seksual kaum muda, menjadi masuk akallah untuk menyimpulkan bahwa bagi sebagian
kaum muda aktivitas seksual digunakan sebagai jalan untuk mengekspresikan perasaan
negatifnya terhadap otoritas orang tua dan kaum dewasa yang lain.

13
Selanjutnya penyebab terjadinya kelainan seksual ini bersifat psikologis atau
kejiwaan, seperti pengalaman waktu kecil, dari lingkungan pergaulan, trauma, dan kelainan
genetika. Menurut beberapa dokter ahli, kelainan seksual lebih banyak disebabkanoleh
kelainan genetika”.

Genetika di sini maksudnya adanya kelainan pada anak sewaktu masih dalam
kandungan dan pembentukan gen. Seseorang yang mempunya kelainan seksual yang
disebabkan oleh faktor genetik ini akan sulit disembuhkan.

Kelainan seksual yang terjadi akibat trauma masa kecil disebabkan beberapa faktor
yang sangat bervariasi. Contohnya, melihat orang tuanya melakukan hubungan seksual atau
mengalami pelecehan seksual dari orang yang usianya lebih tua sehingga pengertian
tentang hubungan seksual tersebut menjadi salah arti.

Penyebab kelainan seksual dari lingkungan pergaulan tidak lain karena sekitar tempat
dia bersosialisasi lebih di dominasi oleh orang-orang yang telah memiliki kelainan seksual.
Akibatnya lama-kelamaan orang tersebut akan mencoba sesuatu yang berbeda. Dengan
begitu secara tak sadar akan membuatnya merasa ketagihan dan selanjutnya akan
mengulanginya lagi.

B. Alasan-alasan lain keterlibatan kaum muda di bidang aktivitas seksual terdapat alasan -
alasan. Alasan-alasan tersebut meliputi :
a. Persetujuan teman sebaya
b. Pemberontakan
c. Sikap permusuhan
d. Penyelamatan diri
e. Teriakan minta tolong
f. Ketakutan akan intimitas
g. Kenikmatan
h. Cinta.

14
Timbulnya masalah pada masa remaja disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat
kompleks, yang terjadi pada masa remaja. Secara garis besar faktor-faktor tersebut
dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikolagis yang sangat pesat


pada masa remaja yang akan memberikan dorongan tertentu yang sangat
kompleks
b. Orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang
benar dan tepat waktu karena ketidaktauannya
c. Perbaikan gizi yang menyebabkan merasa menjadi lebih dini. Kejadian
kawin muda masih banyak, terutama di daerah pedesaan. Sebaliknya di
kota kesempatan untuk bersekolah dan bekerja menjadi lebih terbuka
bagi wanita dan usia kawin makin bertambah. Kesenjangan antara menars
dan umur kawin yang makin panjang, apalagi suasana pergaulan yang
makin bebas tidak jarang menimbulkan masalah bagi remaja
d. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan
teknologi menyebabkan membanjirnya arus informasi dari luar yang sulit
sekali diseleksi
e. Pembangunan ke arah industrialisasi disertai dengan pertambahan
penduduk menyebabkan meningkatnya urbanisasi, meningkatnya sumber
daya alam dan terjadi perubahan tata nilai. Ketimpangan sosial dan
individualisme seringkali memicu terjadinya konflik perorangan maupun
kelompok. Lapangan kerja yang kurang memadai dapat memberikan
dampak yang kurang baik bagi remaja sehingga remaja bisa menderita
frustasi dan depresi yang akan menyebabkan mereka mengambil jalan
pintas dengan tindakan yang bersifat negatif
f. Kurangnya pemanfaatan penggunaan sarana untuk menyalurkan gejolak
remaja. Perlu adanya penyaluran sebagai substitusi yang bersifat positif
ke arah pengembangan keterampilan yang mengandung unsur kecepatan
dan kekuatan, misalnya olahraga.

15
Dari sekian banyak faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi timbulnya
penyimpangan seksual pada masa remaja, penulis telah mendapat gambaran bahwa yang
mempengaruhi munculnya penyimpangan seksual remaja tersebut adalah banyak faktor dan
tidak berdiri sendiri. Ada dari dalam diri (interen) dan luar (eksteren). Dan sebuah tingkah
laku yang menyimpang yang dinampakkan oleh remaja itu bukanlah suatu hal yang muncul
secara kebetulan dan tiba-tiba , akan tetapi merupakan sebuah hasil proses pembelajaran
jauh sebelum munculnya tingkah laku penyimpangan tersebut.

3. Akibat Penyimpangan Perilaku Seksual Remaja


Dalam Islam terdapat perintah dan larangan-larangan. Perintah mengacu kepada
perbuatan-perbuatan yang dianjurkan untuk melaksanakannya. sedangkan larangan adalah
jenis perbuatan yang di perintahkan untuk meninggalkannya atau menjauhinya, yang semua
itu diatur untuk kepentingan manusia, agar manusia hidup dengan aman,
tenteram, damai, selamat dunia dan akhirat.
Allah menegur memberitahukan kepada kita dalam Firman –Nya surat Ar Ruum ayat 41.
Artinya ; “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, mudah-mudahan mereka kembali (kejalan yang benar)

2.3 Pendidikan Seks

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut
WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Namun
jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong usia dewasa.
Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua
(tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berbicara tentang remaja dan
pendidikan seks, terutama yang berhubungan perkembangan seks. Ada kesan pada remaja
bahwa seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaaan, tidak ada kedukaan, tidak
menyakitkan bahkan membahagiakan, sehingga tidak ada yang perlu ditakutkan. Seks
hanya berkisar prilaku seks semata yang disertai birahi, bahkan ada yang beranggapan

16
bahwa gaul atau tidaknya seorang remaja dilihat dari pengalaman seks mereka, sehingga
ada opini “seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba“ (dikenal dengan istilah
sexpectation).

Pendidikan seks diperlukan agar anak mengetahui fungsi organ seks,


tanggungjawab yang ada padanya, halal haram berkaitan dengan organ seks dan panduan
menghindari penyimpangan dalam prilaku seksual mereka sejak dini.

Memang masa remaja adalah masa yang sangat didominasi dengan masalah-
masalah seks. Remaja juga akan sangat memperhatikan masalah-masalah seks. Banyak
remaja yang mengkonsumsi bacaan-bacaan porno, melihat film-film blue dan semakin
bertambah ketika mereka berhadapan dengan rangsangan seks seperti suara, pembicaraan,
tulisan, foto, sentuhan, film. Bahkan semakin hari semakin bervariatif. Padahal apabila
remaja sudah terjatuh dalam kegiatan seks yang haram, maka akibatnya sudah tidak bisa
dibayangkan lagi:
1. Hilangnya harga diri bagi remaja laki dan hilangnya keperawanan bagi perempuan.
2. Perasaan berdosa yang mendalam, terkadang berakibat menjadi lemah dan semakin
jauh dengan Tuhan.
3. Perasaan takut hamil.
4. Lemahnya kepercayaan antara dua pihak.
5. Apabila hubungan ini diteruskan, akan menjadi hubungan yang gagal, terlebih bila
dikembalikan dengan hukum syari’at.
6. Penghinaan masyarakat terhadap remaja laki-laki dan perempuan, juga kepada
keluarganya.

2.4 Homoseks dan Lesbi

Dalam makalah ini topik yang kami angkat adalah mengenai penyimpangan
homoseksualitas pada laki-laki dan perempuan pada remaja.
Ekspresi homoseksual, antara lain :
1) Aktif bertindak sebagai pria
2) Pasif bertindak sebagai wanita

17
3) Mixed kadang-kadang bertindak sebagai pria kadang-kadang bertindak sebagai
wanita.
Ciri-ciri homoseks

[1]. Fitrah dan tabiat mereka terbalik dan berubah dari fitrah yang telah Allah ciptakan
pada pria, yaitu kehendak kepada wanita bukan kepada laki-laki.

[2]. Mereka mendapatkan kelezatan dan kebahagian apabila mereka dapat melampiaskan
syahwat mereka pada tempat-tempat yang najis dan kotor dan melepaskan air
kehidupan (mani) di situ.

[3]. Rasa malu, tabiat, dan kejantanan mereka lebih rendah daripada hewan.

[4]. Pikiran dan ambisi mereka setiap saat selalu terfokus kepada perbuatan keji itu karena
laki-laki senantiasa ada di hadapan mereka di setiap waktu. Apabila mereka melihat
salah seorang di antaranya, baik anak kecil, pemuda atau orang yang sudah berumur,
maka mereka akan menginginkannya baik sebagai objek ataupun pelaku.

[5]. Rasa malu mereka kecil. Mereka tidak malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala juga
kepada makhlukNya. Tidak ada kebaikan yang diharapkan dari mereka.

[6]. Mereka tidak tampak kuat dan jantan. Mereka lemah di hadapan setiap laki-laki
karena merasa butuh kepadanya.

[7]. Allah mensifati mereka sebagai orang fasik dan pelaku kejelekan ; “Dan kepada
Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari
(azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji.
Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik” [Al-Anbiya : 74]

[8]. Mereka disebut juga sebagai orang-orang yang melampui batas : “Sesungguhnya
kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan
kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melapaui batas” [Al-A’raf : 81].
Artinya, mereka melampaui batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Allah.

[9]. Allah menamakan mereka sebagai kaum perusak dan orang yang zhalim :”Luth
berdo’a. ‘Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang
berbuat kerusakan itu’. Dan tatkala utusan Kami (para malaikat) datang kepada
Ibrahim membawa kabar gembira, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami akan
menghancurkan penduduk (Sodom) ini. Sesunguhnya penduduknya adalah orang-
orang yang zhalim” [Al-Ankabut : 30-31]

Berikut ini merupakan pengakuan salah seorang penderita kelainan homoseksual yang
dikutip dari situs http://www.gayahidupsehatonline.com
Senin, 29 Januari 2007 13:46:29

18
“Saya seorang gadis berumur 27 tahun. Saya lesbian, punya pacar berumur 26 tahun.
Kami sudah menjalin hubungan sejak di SMP kelas 2. Kami sering bersama dan merasa
saling tertarik. Sejak itu kami layaknya orang pacaran, tetapi belum ada yang tahu.

Waktu itu kami sudah berani ciuman dan pelukan, kami terangsang. Waktu di SMA kami
semakin intim pacaran, dan melakukan hubungan seks dengan cara yang biasa dilakukan
oleh orang lesbian.
Waktu hubungan kami diketahui oleh keluarga, kami dicaci maki, bahkan pernah diusir
dari rumah. Saya dan pacar saya tidak bisa pergi ke mana-mana karena kami masih
kuliah waktu itu, lalu kami pura-pura tidak berhubungan lagi.
Namun, kami tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa kami saling mencintai. Kami ingin
pergi berdua seperti layaknya orang pacaran. Kami ingin kemesraan seperti pria dan
wanita pacaran.
Dulu kami merasa harus menyembunyikan masalah kami dari orang lain. Namun,
akhirnya kami tidak bisa lagi menyembunyikan karena ke mana pun pergi kami selalu
berdua.
Sekarang kami sudah bekerja walaupun gaji tidak terlalu besar. Kami merasa mampu
untuk hidup bersama seperti pasangan suami istri. Apa mungkin mengingat masyarakat
belum dapat menerima pasangan lesbian?
Di tempat kerja kami berusaha menyembunyikan masalah ini, tetapi kalau ada acara dan
diminta membawa pasangan, kami jadi bingung. Akhirnya banyak yang tahu keadaan
kami.
Kami tahu keluarga akan syok kalau kami beritahu kami akan hidup bersama. Bagaimana
sebaiknya menghadapi keluarga agar mereka tidak syok dan membenci kami? Bagaimana
caranya agar masyarakat dapat menerima kami seperti adanya ini?”

Dari pembahasan diatas, kita ketahui dampak buruk yang merupakan akibat dari
penyimpangan perilaku seksual remaja terutama mengenai homoseksualitas pada remaja.

3. Homoseksual dalam Tinjauan al-Qur’an dan al-Hadis

Perilaku homoseksual disebut diantaranya dalam Q.S. al-A’raf/7 : 30-34; dan Q.S. Hud/11 :
77-82, satu rangkaian dengan kisah Nabi Luth dan umatnya. Umat Nabi Luth adalah

19
‫‪sekelompok manusia yang mempraktikan homoseksual dalam kehidupan sehari-hari. Dari‬‬
‫‪fenomena itu, lantas Allah mengutus Nabi Luth untuk memberi peringatan kepada umatnya‬‬
‫‪atas perilaku mereka yang terkutuk tersebut, walaupun pada akhirrnya umat Nabi Luth‬‬
‫‪diadzab oleh Allah karena keengganan mereka menerima peringatan Nabi Luth. Kisah itu‬‬
‫‪(Q.S. al-A’raf/7 : 30-34) tertuang sebagai berikut:‬‬

‫ن ُدو ِ‬
‫ن‬ ‫شمْهَوةً ِمم ْ‬‫ل َ‬‫جمما َ‬‫ن الّر َ‬ ‫ن )( ِإّنُكمْم َلَتمْأُتو َ‬
‫ن اْلَعمماَلِمي َ‬
‫حٍد ِم َ‬
‫ن َأ َ‬
‫سَبَقُكْم ِبَها ِم ْ‬
‫شَة َما َ‬‫حَ‬ ‫ن اْلَفا ِ‬
‫ل ِلَقْوِمِه َأَتْأُتو َ‬
‫طا ِإْذ َقا َ‬
‫َوُلو ً‬
‫ن )(‬
‫طّه مُرو َ‬‫س َيَت َ‬
‫ن َقْرَيِتُكْم ِإّنُهْم ُأَنمما ٌ‬
‫جوُهْم ِم ْ‬ ‫خِر ُ‬‫ن َقاُلوا َأ ْ‬‫ب َقْوِمِه ِإل َأ ْ‬
‫جَوا َ‬ ‫ن َ‬ ‫ن )( َوَما َكا َ‬ ‫سِرُفو َ‬‫ل َأْنُتْم َقْوٌم ُم ْ‬‫ساِء َب ْ‬
‫الّن َ‬
‫ن)(‬‫جِرِمي َ‬ ‫عاِقَبُة اْلُم ْ‬
‫ن َ‬ ‫ف َكا َ‬ ‫طًرا َفاْنظُْر َكْي َ‬ ‫عَلْيِهْم َم َ‬‫طْرَنا َ‬‫ن )( َوَأْم َ‬ ‫ن اْلَغاِبِري َ‬
‫ت ِم َ‬‫جْيَناُه َوَأْهَلُه ِإل اْمَرَأَتُه َكاَن ْ‬ ‫َفَأْن َ‬

‫‪Kemudian dalam Q.S. Hud/11 : 77-82, tertulis:‬‬

‫ن ِإَلْي مِه َوِم منْ‬ ‫عممو َ‬‫جاَءهُ َق مْوُمُه ُيْهَر ُ‬ ‫ب )( َو َ‬‫صي ٌ‬ ‫ع ِ‬ ‫ل َهَذا َيْوٌم َ‬ ‫عا َوَقا َ‬ ‫ق ِبِهْم َذْر ً‬‫ضا َ‬‫سيَء ِبِهْم َو َ‬ ‫طا ِ‬‫سُلَنا ُلو ً‬ ‫ت ُر ُ‬
‫جاَء ْ‬ ‫َوَلّما َ‬
‫س ِمْنُك مْم‬‫ض مْيِفي َأَلْي م َ‬‫خُزوِني ِفي َ‬ ‫لَ َول ُت ْ‬‫طَهُر َلُكْم َفاّتُقوا ا ّ‬ ‫ن َأ ْ‬‫ل َيا َقْوِم َهُؤلِء َبَناِتي ُه ّ‬ ‫ت َقا َ‬‫سّيَئا ِ‬
‫ن ال ّ‬‫ل َكاُنوا َيْعَمُلو َ‬ ‫َقْب ُ‬
‫ن ِلي ِبُكْم ُقمّوةً َأْو آِوي ِإَلممى‬ ‫ل َلْو َأ ّ‬‫ك َلَتْعَلُم َما ُنِريُد )( َقا َ‬
‫ق َوِإّن َ‬‫حّ‬ ‫ن َ‬‫ك ِم ْ‬‫ت َما َلَنا ِفي َبَناِت َ‬‫عِلْم َ‬ ‫شيٌد )( َقاُلوا َلَقْد َ‬‫ل َر ِ‬ ‫جٌ‬ ‫َر ُ‬
‫حمٌد ِإل‬ ‫ت ِمْنُكمْم َأ َ‬
‫ل َول َيْلَتِفم ْ‬ ‫ن الّلْيم ِ‬‫طمٍع ِمم َ‬
‫ك ِبِق ْ‬
‫سِر ِبَأْهِلم َ‬‫ك َفَأ ْ‬‫صُلوا ِإَلْي َ‬
‫ن َي ِ‬ ‫ك َل ْ‬
‫ل َرّب َ‬
‫سُ‬ ‫ط ِإّنا ُر ُ‬‫شِديٍد )( َقاُلوا َيا ُلو ُ‬ ‫ن َ‬ ‫ُرْك ٍ‬
‫سمماِفَلَها‬
‫عاِلَيَهمما َ‬ ‫جَعْلَنمما َ‬
‫جاَء َأْمُرَنا َ‬ ‫ب )( َفَلّما َ‬‫ح ِبَقِري ٍ‬ ‫صْب ُ‬‫س ال ّ‬ ‫ح َأَلْي َ‬‫صْب ُ‬
‫عَدُهُم ال ّ‬ ‫ن َمْو ِ‬ ‫صاَبُهْم ِإ ّ‬
‫صيُبَها َما َأ َ‬ ‫ك ِإّنُه ُم ِ‬
‫اْمَرَأَت َ‬
‫ضود )ٍ(‬ ‫ل َمْن ُ‬ ‫جي ٍ‬‫سّ‬ ‫ن ِ‬ ‫جاَرًة ِم ْ‬ ‫حَ‬‫عَلْيَها ِ‬
‫طْرَنا َ‬ ‫َوَأمْ َ‬

‫‪Apa yang dilakukan oleh umat Nabi Luth itu, dalam perspektif Islam yang hanif,‬‬
‫‪bertentangan dengan fitrah kemanusiaan yang menyatakan bahwa masing-masing manusia‬‬
‫‪akan mendapatkan jodoh (pasangan)nya yang berbeda jenis. Ayat-ayat berikut ini‬‬
‫‪menyatakan ketentuan Allah (Sunnatullah) itu bahwa manusia diciptakan-Nya bersama‬‬
‫‪pasangannya:‬‬

‫‪Q.S. an-Nisa’/4 : 1:‬‬

‫جممال َكِثيمًرا‬
‫ث ِمْنُهَممما ِر َ‬
‫جَهمما َوَبم ّ‬
‫ق ِمْنَهمما َزْو َ‬ ‫خَلم َ‬
‫حمَدٍة َو َ‬‫س َوا ِ‬ ‫ن َنْفم ٍ‬
‫خَلَقُكْم ِم ْ‬
‫س اّتُقوا َرّبُكُم اّلِذي َ‬
‫َيا َأّيَها الّنا ُ‬
‫عَلْيُكْم َرِقيًبا‬
‫ن َ‬‫ل َكا َ‬‫ن ا َّ‬‫حاَم ِإ ّ‬
‫ن ِبِه َوالْر َ‬ ‫ساَءُلو َ‬
‫ل اّلِذي َت َ‬
‫ساًء َواّتُقوا ا َّ‬
‫َوِن َ‬

‫‪Kemudian dalam Q.S. ar-Rum/30 : 21:‬‬

‫ت ِلَقمْوٍم‬
‫ك لَيمما ٍ‬
‫ن ِفممي َذِلم َ‬
‫حَممًة ِإ ّ‬
‫ل َبْيَنُكمْم َممَوّدةً َوَر ْ‬
‫جَعم َ‬
‫سمُكُنوا ِإَلْيَهمما َو َ‬
‫جما ِلَت ْ‬
‫سُكْم َأْزَوا ً‬
‫ن َأْنُف ِ‬
‫ق َلُكْم ِم ْ‬
‫خَل َ‬
‫ن َ‬
‫َوِمنْ آَياِتِه َأ ْ‬
‫َيَتَفكُّرو َ‬
‫ن‬

‫‪Juga dalam Q.S. Fathir/35 : 11 :‬‬

‫‪20‬‬
‫ن ُمَعّممٍر‬
ْ ‫ضُع ِإل ِبِعْلِمِه َوَما ُيَعّمُر ِمم‬
َ ‫ن ُأْنَثى َول َت‬
ْ ‫ل ِم‬
ُ ‫حِم‬
ْ ‫جا َوَما َت‬ ً ‫جَعَلُكْم َأْزَوا‬
َ ‫طَفٍة ُثّم‬
ْ ‫ن ُن‬
ْ ‫ب ُثّم ِم‬
ٍ ‫ن ُتَرا‬
ْ ‫خَلَقُكْم ِم‬
َ ‫ل‬
ُّ ‫َوا‬
‫سيٌر‬ِ ‫ل َي‬
ِّ ‫عَلى ا‬ َ ‫ك‬ َ ‫ن َذِل‬
ّ ‫ب ِإ‬
ٍ ‫عُمِرِه ِإل ِفي ِكَتا‬ ُ ‫ن‬ ْ ‫ص ِم‬
ُ ‫َول ُيْنَق‬

Pasangan (zauj, azwaj) yang dimaksud adalah lawan jenis, dalam arti laki-laki
pasangannya adalah perempuan, begitu pula sebaliknya. Ketentuan ini dinyatakan Allah
dalam Q.S. an-Najm/53 : 45 :

‫ن الّذَكَر َوالْنَثى‬
ِ ‫جْي‬
َ ‫ق الّزْو‬
َ ‫خَل‬
َ ‫َوَأّنُه‬

Juga dinyataka-Nya dalam Q.S. al-Hujarat/49 : 13 :

ّ ‫ل َأْتَقمماُكْم ِإ‬
‫ن‬ ِّ ‫عْنَد ا‬
ِ ‫ن َأْكَرَمُكْم‬
ّ ‫ل ِلَتَعاَرُفوا ِإ‬
َ ‫شُعوًبا َوَقَباِئ‬
ُ ‫جَعْلَناُكْم‬
َ ‫ن َذَكٍر َوُأْنَثى َو‬
ْ ‫خَلْقَناُكْم ِم‬
َ ‫س ِإّنا‬
ُ ‫َيا َأّيَها الّنا‬
‫خِبيٌر‬
َ ‫عِليٌم‬
َ ‫ل‬ َّ ‫ا‬

Dzakar dan untsa menunjuk pada pengertian manusia yang berjenis kelamin laki-
laki (dzakar) dan perempuan (untsa), sehingga jelas bahwa pasangan (zauj) yang dimaksud
al-Qur’an adalah manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sehingga orang
yang mempasangkan dirinya dengan sesama jenis, baik laki-laki dengan laki-laki
(homoseksual) maupun perempuan dengan perempuan (lesbian), maka tindakan tersebut
bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Kemudian secara jelas fitrah ini yang sejalan
dengan sunnatullah akan tetap berlangsung dan tidak akan terjadi perubahan sampai hari
kiamat. Hal ini dinyatakan Allah dalam Q.S. al-Fathir/35 : 43 :

ْ ‫ن َفَل م‬
‫ن‬ َ ‫سّنَة الّوِلي م‬
ُ ‫ن ِإل‬
َ ‫ظُرو‬
ُ ‫ل َيْن‬
ْ ‫ئ ِإل ِبَأْهِلِه َفَه‬
ُ ‫سّي‬
ّ ‫ق اْلَمْكُر ال‬
ُ ‫حي‬
ِ ‫ئ َول َي‬ِ ‫سّي‬ّ ‫ض َوَمْكَر ال‬ ِ ‫سِتْكَباًرا ِفي الْر‬ ْ‫ا‬
‫حِويل‬ْ ‫ل َت‬
ِّ ‫سّنِة ا‬
ُ ‫جَد ِل‬
ِ ‫ن َت‬
ْ ‫ل َتْبِديل َوَل‬
ِّ ‫سّنِة ا‬
ُ ‫جَد ِل‬
ِ ‫َت‬

Islam secara tegas menyatakan bahwa perilaku homoseksual maupun lesbian adalah
bentuk perilaku seksual menyimpang bahkan bertentangan dengan fitrah kemanusiaan.
Hubungan seks dalam Islam tidak hanya sekadar untuk memuaskan hawa nafsu (prokreasi),
akan tetapi memiliki tujuan penting menyangkut kelangsungan kehidupan, yaitu
melanjutkan keturunan (reproduksi). Hubungan seks sejenis tidak mungkin akan
menghasilkan keturunan, sehingga hal ini tidak sejalan dengan tujuan hubungan seks dalam
Islam.

21
Karena penyimpangan itu, maka dalam Hadis Nabi terdapat beberapa Hadis yang
mengutuk dan memberi hukuman dengan tegas bagi orang yang melakukan
homoseksual/lesbian. Seperti dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi dan
Ibn Majah, melalaui Ibn Abbas Rasulullah bersabda:

‫من وجد تموه يعمل عمل قوم لوط فاقتلوا الفعل والمفعول به‬

Juga dalam Hadis riwayat Abu Daud yang bersumber dari Sa’id Ibn Jubair dan
Mujahid dari Ibn Abbas tentang kasus seorang anak perawan yang kedapatan melakukan
praktek lesbian (‫)اللوطية‬, maka ia harus dihukum rajam.

4. Solusi Islam atas Kaum Homoseksual

Walaupun Islam secara tegas menyatakan bahwa perilaku homoseksual/lesbian


adalah terkutuk, akan tetapi adalah sangat tidak bijak jika para pelaku homo dan lesbi
tersebut tidak mendapat penanganan (pendampingan, advokasi) yang memadai, yang
memungkinkan mereka dapat meninggalkan perbuatannya itu. Islam telah
memproklamirkan diri sebagai rahmat bagi seluruh alam, sehingga adalah wajar jika Islam
tidak hanya tampil sebagai penghukum bagi orang yang bersalah, tetapi yang lebih penting
dari itu adalah bagaimana Islam mampu memberi solusi atas berbagai persoalan yang
dialami oleh umat, termasuk persoalan homoseksual/lesbian

Sebagaimana telah disebut di muka, bahwa penyebab timbulnya homoseksual


beraneka macam. Ada karena faktor kelainan otak dan genetik maupun karena faktor
psikologi dan faktor lingkungan (kultural). Masing-masing penyebab itu membutuhkan
penanganan yang spesifik (khusus), sehingga pelaku secara bertahap dapat disembuhkan
dan kembali dapat menjalani kehidupan seksual yang “normal”.

Dalam tradisi Islam dinyatakan bahwa setiap kesulitan (persoalan) pasti ada
kemudahan (jalan keluar) (‫سًرا‬
ْ ‫سِر ُي‬
ْ ‫ن َمَع الُْع‬
ّ ‫)َفِإ‬, setiap aturan (hukum) selalu diikuti dengan
jalan keluar (‫جا‬
ً ‫عًة َوِمْنَها‬
َ ‫شْر‬
ِ ‫جَعْلَنا ِمْنُكْم‬
َ ‫ل‬
ّ ‫)َ لُِك‬, dan di setiap penyakit pasti ada obatnya.

Seperti sudah dinyatakan di atas, bahwa memberi hukuman semata bagi pelaku homo/lesbi
tidak akan menyelesaikan masalah. Justru hal ini akan memunculkan persoalan baru yaitu

22
perasaan bersalah dan takut yang berlebih dari para pelaku homo lesbi yang berakibat
mereka terperosok dalam depresi mental yang akut atau malah justru para pelaku
homo/lesbi akan semakin mengokohkan perilakunya dengan membentuk kelompok atau
perkumpulan sebagai sarana “curhat” bagi sesama orang-orang yang dicap “durhaka”
terhadap agama. Untuk mereka yang sudah membentuk dan melibatkan diri secara aktif
dalam perkumpulan/organisasi kaum homo/lesbi hanya akan mempersulit penanganan
terhadap mereka, karena mereka semakin menikmati (enjoy) dengan perbuatan mereka.

Menangani secara khusus terhadap kasus homoseksual/lesbian adalah bagian dari


dakwah Islam yang harus dijalankan karena ini adalah perintah ajaran Islam. Sebagaimana
firman AllaHomo seksual, apakah itu gay atau lesbian pada dasarnya adalah pelanggaran
norma-norma kehidupan yaitu pelanggaran norma hubungan seksual. Sehingga harus ada
sanksi hukum yang dapat membuat jera pelaku homo seksual, sekaligus mengerem
penyebaran kebiasaan tersebut.
Kalau laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri melakukan hubungan intim dapat
dikenakan sanksi hukuman seharusnya pelaku homoseksual harus juga dapat dihukum.

Hukuman yang paling tepat adalah, hukuman kurungan minimal 5 tahun dan kerja sosial
menjaga kebersihan fasilitas umum dengan diberi pakaian khusus sehingga orang dapat
mengetahui kalau dia adalah terpidana pelaku homo. Lama hukuman kerja sosial adalah 12
jam sehari, dari jam 06.00 s.d 18.00, 7 hari seminggu selama menjalani masa hukuman.

Pelaku homoseksual harus dihukum, karena mereka cenderung menyebarkan kebiasaannya


kepada anak-anak yang masih duduk dibangku SMP dan SMU, baik dengan cara halus
maupun dengan kekerasan.h dalam Q.S. an-Nahl/16: 125 :

‫عَلممُم‬
ْ ‫سِبيِلِه َوُهَو َأ‬
َ ‫ن‬
ْ‫ع‬
َ ‫ل‬
ّ‫ض‬
َ ‫ن‬
ْ ‫عَلُم ِبَم‬
ْ ‫ك ُهَو َأ‬
َ ‫ن َرّب‬
ّ ِ‫ن إ‬
ُ‫س‬
َ‫ح‬ْ ‫ي َأ‬
َ ‫جاِدْلُهْم ِباّلِتي ِه‬
َ ‫سَنِة َو‬
َ‫ح‬َ ‫ظِة اْل‬
َ‫ع‬ِ ‫حْكَمِة َواْلَمْو‬
ِ ‫ك ِباْل‬
َ ‫ل َرّب‬
ِ ‫سِبي‬
َ ‫ع ِإَلى‬
ُ ‫اْد‬
َ ‫ِباْلُمْهَتِدي‬
‫ن‬

Kaum homoseksual/lesbian dalam kapasitasnya sebagai obyek dakwah harus ditangani


secara penuh hikmah (‫حْكَمِة‬
ِ ‫ ) ِباْل‬dan senantiasa diberi nasehat-nasehat yang baik (‫ظِة‬
َ‫ع‬ِ ‫َواْلَمْو‬
‫سَنِة‬
َ‫ح‬َ ‫ )اْل‬agar bisa kembali ke jalan Tuhan (‫ك‬
َ ‫ل َرّب‬
ِ ‫سِبي‬
َ ‫)ِإَلى‬.

23
Berdasarkan faktor penyebab munculnya homoseksual/lesbian, penanganan
terhadap mereka dibedakan dari yang karena faktor genetik, psikologis maupun kultural.
Bagi kaum homo/lesbi yang disebabkan oleh faktor genetik, perlu ada usaha-usaha medis
berupa terapi hormon yang kontinyu dan sistematis. Walaupun upaya ini disebut kurang
efektif, akan tetapi usaha itu tetap perlu sebagaimana tertulis dalam qaidah ushul fiqh
bahwa bahaya (penyakit) itu harus dihilangkan (diobati) (‫)الظرر يزال‬.

Homoseksual karena faktor psikologis maupun kultural dapat disembuhkan dengan


terus-menerus melakukan pendampingan (advokasi) terhadap mereka. Perlu ditumbuhkan
dalam diri mereka perasaan bahwa mereka dalam kondisi sakit (kesadaran sakit) sehingga
kemudian muncul dalam diri mereka motivasi sembuh yang kuat. Selanjutnya mereka perlu
didampingi oleh psikolog maupun rohaniawan untuk memantau dan terus memberi
motivasi sembuh. Mereka, kaum homo/lesbi itu, kalau perlu dikarantina secara khusus
untuk menghindari kontak sesama mereka yang akan berakibat pada munculnya kembali
keinginan untuk melakukan homoseksual/lesbian.

Keinginan para pelaku homo/lesbi untuk melampiaskan nafsunya perlu disalurkan


ke dalam kegiatan-kegiatan positif semacam kajian Islam atau diskusi maupun kegiatan-
kegiatan olahraga dan kegiatan lain yang positif. Tentu saja aktivitas ini mendapat kontrol
yang sitemik dan terpogram dalam satu paket dengan penanganan komprehensif terhadap
kaum homo/lesbi.

Sangat diharapkan peranan organisasi-organisasi Islam dalam penanganan terapi


psikoreligius semacam ini. Khusus untuk Muhammadiyah, dapat dibentuk tim khusus yang
melibatkan berbagai majlis dan lembaga terkait yang berada dalam struktur
Muhammadiyah untuk menangai secara serius kaum homoseksual/lesbian. Data-data
tentang mereka dapat dilacak di berbagai LSM atau lembaga konseling yang selama ini
concern terhadap eksistensi mereka.

Menurut penelitian psikiater (Prof.Dr.Dadang Hawari), munculnya penyimpangan


seksual ini tidak terjadi secara alamiah begitu saja, tapi ini masalah psikologi (kejiwaan)
yang terjadi karena lingkungan yang rusak. Seseorang yang melakukan penyimpangan ini,

24
kemungkinannya ada dua, pertama seseorang mengalami kelainan ini karena trauma masa
lalu, misalnya ia pernah jadi korban (maaf) sodomi sehingga ia ingin membalas dendam
kepada orang lain atas apa yang terjadi padanya. Makanya seringkali kelainan seksual ini
dianggap sebagai 'penyakit menular' dimana ketika seseorang menjadi korban biasanya ia
berupaya untuk balas dendam dengan melakukan hal yang sama dan seterusnya. Kedua,
kelainan seksual terjadi karena kebosanan terhadap lawan jenis atau karena ia hidup secara
terus menerus dilingkungan lawan jenisnya. Penulis pernah mendengar pernyataan seorang
selebriti (?) yang dimuat disebuah surat kabar bahwa kebosanan terhadap lawan jenis
sering terjadi dikalangan artis khususnya peragawan dan peragawati. Ini dikarenakan
terlalu intensifnya interaksi diantara mereka sehingga terjadi kebosanan. Misalnya, pada
saat ada even peragaan (baik latihan ataupun bukan) dan mereka harus berganti busana
dalam waktu yang singkat karena kejar waktu, mereka lakukan hal ini walaupun harus
'telanjang' dihadapan lawan jenisnya. Karena intensitasnya sering, mereka menjadi bosan
dengan pemandangan ini dan mencari 'sensasi' baru dengan melepaskan kecenderungan
biologisnya kepada sesama jenis yang mengalami hal serupa

BAB III

25
PEMBAHASAN

3.1 HOMOSEKS DAN LESBI SECARA UMUM

Homoseks adalah suatu kebiasaan yang abnormal (Tidak normal ) dimana yang
bersangkutan kebiasaan psikologis yan abnormal. Maka meskipun orang tersebut
mempunyai dorongan seksual yang abnormal, ia harus berusaha menahan dorongan-
dorongan yang abnormal tersebut homoseks itu berasal dari dalam, bukan dari luar.
Lesbian adalah homoseksual pada wanita. Pada pria biasanya disebut gay. Jadi, sama
seperti pada pria, demikian juga homoseksual pada wanita. Pada umumnya lesbian lebih
tertutup dan tersembunyi dibandingkan dengan homoseksual pada pria. Karena itu, lebih
sulit mengetahui keberadaan wanita lesbian dibandingkan dengan homoseksual pria.
Melihat dua wanita selalu bersama-sama dan tinggal serumah, jarang orang menduga
mereka pasangan lesbian. Tampaknya lebih cenderung menduga dua pria yang tinggal
bersama sebagai pasangan homoseksual, dibandingkan dengan dua wanita yang tinggal
bersama. Jadi, kalau kemudian Anda dan pasangan Anda memutuskan tinggal serumah,
belum tentu orang langsung mengetahui Anda dan pacar adalah pasangan lesbian. Kalau
pada akhirnya banyak orang yang curiga dan mengetahui, ya mau apa lagi.
Memang benar banyak orang, bahkan mungkin sebagian besar masyarakat, tidak dapat
menerima pasangan lesbian. Masalahnya, banyak orang tidak mengerti mengapa sebagian
orang tergolong homoseksual atau lesbian seperti Anda.
Mungkin masih banyak orang yang menganggap lesbian dan gay harus dikutuk atau
dianggap pendosa besar, yang lebih besar daripada koruptor. Anggapan itu terjadi karena
mereka tidak mengerti mengapa sebagian orang menjadi lesbian.

3.2 ANALISIS HASIL ANGKET

Dalam penelitian ini penulis melakukan penyebaran angket kepada responden


sebanyak 40 responden,yang terdiri dari 30 responden pelajar SMA dan 10 responden guru.
Penulis mengambil responden terbanyak dari pelajar SMA di karenakan usia mereka yang
remaja yang sesuai dengan penelitian penulis,dan untuk mengetahui tanggapan serta

26
pandangan mereka terhadap homoseks dan lesbi. 10 responden guru sebagai pendukung
responden peljar SMA.

Dari hasil penyebaran angket, 100% responden mengetahui homo dan lesbi. 79,7%
responden tidak terlalu tahu tentang homo dan lesbi,responden tidak setuju adanya
homoseks dan lesbi sebanyak 86,2%. 75,7% responden lebih cendeerung menasehati para
pelaku homoseks dan lesbi daripada menjauhinya. Menurut 74,25% responden factor
utama yang menyebebkan homoseks dan lesbi adalah factor lingkungan. 56,15% responden
menyetujui homoseks dan lesbi menular. 87,1% responden tidak mengetahui adanya
komunitas adanya komunitas homoseks dan lesbi di bandung.sebanyak 57,85% responden
lebih memilih pelaku homoseks dan lesbi di hukum sesuai dengan UUD 1945 dikarenakan
mungkin responden belum mengetahui bahwa homoseks dan lesbi belum da UUD nya di
Indonesia, UUD nya hanya ada di egara lain, contohnya Amerika.Kebanyakan responden
mengatakan bahwa solusi yang tepat agar homoseks dan lesbi dapat sembuh dengan cara,
lebih mendekatkan diri kepda agama dan membawanya ke psikolog.

Selain melakukan penyebaran angket penulis pun melakukan wawancara terhadap


pelaku homo dan lesbi seta terhadap 4 golongan yaitu:
1. Tokoh Agama
2. Tokoh Masyarakat
3. Guru
4. Penegak hukum
Alasan penulis mewawancarai 4 golongan dikarenakan penulis dapat melihat masalah
tersebut dari segi norma agama, norma asusila, norma social.
3.3 Pelaku Lesbi dan Homo

Dari hasil wawancara pelaku homo dan lesbi factor utama yang menyebabkan
mereka menjadi homo dan lesbi adalah Broken Home dan trauma terhadap lawan jenis.
Orang tua mereka tidak mengetahui jika anaknya mempunyai penyimpangan seksual dan
teman-temannya dapat menerima akan keadaannya, mereka tidak pernah merasa dikucilkan
dari lingkungan masyarakat sekitar, mereka lebih senang berhubungan dengan sesame jenis

27
‫‪dari pada lawan jenis, untuk sekarang mereka blm ada niat untuk berubah karena masih‬‬
‫‪trauma terhadap lawan jenis‬‬

‫‪3.4 Menurut tokoh agama‬‬

‫‪3.4.1‬‬ ‫‪Agama Islam‬‬


‫‪Homo dan lesbi telah ada sejak jaman nabi nabi luth. Homo dan lesbi benar-benar‬‬
‫‪diharamkan oleh agama hal ini tercantum dalam surat: Q.S. al-A’raf/7 : 30-34; dan Q.S.‬‬
‫‪Hud/11 : 77-82, satu‬‬

‫‪(Q.S. al-A’raf/7 : 30-34) tertuang sebagai berikut:‬‬

‫ن ُدو ِ‬
‫ن‬ ‫شمْهَوًة ِمم ْ‬
‫ل َ‬
‫جمما َ‬
‫ن الّر َ‬
‫ن )( ِإّنُكمْم َلَتمْأُتو َ‬
‫ن اْلَعمماَلِمي َ‬
‫حٍد ِم َ‬
‫ن َأ َ‬
‫سَبَقُكْم ِبَها ِم ْ‬
‫شَة َما َ‬
‫حَ‬
‫ن اْلَفا ِ‬
‫ل ِلَقْوِمِه َأَتْأُتو َ‬
‫طا ِإْذ َقا َ‬
‫َوُلو ً‬
‫جْيَنمماُه‬
‫ن )( َفَأْن َ‬
‫طّه مُرو َ‬
‫س َيَت َ‬
‫ن َقْرَيِتُكْم ِإّنُه مْم ُأَنمما ٌ‬
‫جوهُْم ِم ْ‬
‫خِر ُ‬
‫ن َقاُلوا َأ ْ‬
‫ب َقْوِمِه ِإل َأ ْ‬
‫جَوا َ‬
‫ن َ‬
‫ن )( َوَما َكا َ‬
‫سِرُفو َ‬
‫ل َأْنُتْم َقْوٌم ُم ْ‬
‫ساِء َب ْ‬
‫الّن َ‬
‫ن)(‬
‫جِرِمي َ‬
‫عاِقَبُة اْلُم ْ‬
‫ن َ‬
‫ف َكا َ‬
‫ظْر َكْي َ‬
‫طًرا َفاْن ُ‬
‫عَلْيِهْم َم َ‬
‫طْرَنا َ‬
‫ن )( َوَأْم َ‬
‫ن اْلَغاِبِري َ‬
‫ت ِم َ‬
‫َوَأْهَلُه ِإل اْمَرَأَتُه َكاَن ْ‬

‫‪Kemudian dalam Q.S. Hud/11 : 77-82, tertulis:‬‬

‫ل َكمماُنوا‬
‫ن َقْب م ُ‬
‫ن ِإَلْي مِه َوِم م ْ‬
‫عو َ‬
‫جاَءُه َقْوُمُه ُيْهَر ُ‬
‫ب )( َو َ‬
‫صي ٌ‬
‫ع ِ‬
‫ل َهَذا َيْوٌم َ‬
‫عا َوَقا َ‬
‫ق ِبِهْم َذْر ً‬
‫ضا َ‬
‫سيَء ِبِهْم َو َ‬
‫طا ِ‬
‫سُلَنا ُلو ً‬
‫ت ُر ُ‬
‫جاَء ْ‬
‫َوَلّما َ‬
‫شمميٌد )( َقمماُلوا‬
‫ل َر ِ‬
‫جم ٌ‬
‫س ِمْنُكْم َر ُ‬
‫ضْيِفي َأَلْي َ‬
‫خُزوِني ِفي َ‬
‫ل َول ُت ْ‬
‫طَهُر َلُكْم َفاّتُقوا ا َّ‬
‫ن َأ ْ‬
‫ل َيا َقْوِم َهُؤلِء َبَناِتي ُه ّ‬
‫ت َقا َ‬
‫سّيَئا ِ‬
‫ن ال ّ‬
‫َيْعَمُلو َ‬
‫ط ِإّنمما‬
‫شِديٍد )( َقاُلوا َيا ُلممو ُ‬
‫ن َ‬
‫ن ِلي ِبُكْم ُقّوةً َأْو آِوي ِإَلى ُرْك ٍ‬
‫ل َلْو َأ ّ‬
‫ك َلَتْعَلُم َما ُنِريُد )( َقا َ‬
‫ق َوِإّن َ‬
‫حّ‬‫ن َ‬
‫ك ِم ْ‬
‫ت َما َلَنا ِفي َبَناِت َ‬
‫عِلْم َ‬
‫َلَقْد َ‬
‫عممَدُهُم‬
‫ن َمْو ِ‬
‫صاَبُهْم ِإ ّ‬
‫صيُبَها َما َأ َ‬
‫ك ِإّنُه ُم ِ‬
‫حٌد ِإل اْمَرَأَت َ‬
‫ت ِمْنُكْم َأ َ‬
‫ل َول َيْلَتِف ْ‬
‫ن الّلْي ِ‬
‫طٍع ِم َ‬
‫ك ِبِق ْ‬
‫سِر ِبَأْهِل َ‬
‫ك َفَأ ْ‬
‫صُلوا ِإَلْي َ‬
‫ن َي ِ‬
‫ك َل ْ‬
‫ل َرّب َ‬
‫ُرسُ ُ‬
‫ضود )ٍ(‬
‫ل َمْن ُ‬
‫جي ٍ‬
‫سّ‬‫ن ِ‬
‫جاَرةً ِم ْ‬
‫حَ‬
‫عَلْيَها ِ‬
‫طْرَنا َ‬
‫ساِفَلَها َوَأْم َ‬
‫عاِلَيَها َ‬
‫جَعْلَنا َ‬
‫جاَء َأْمُرَنا َ‬
‫ب )( َفَلّما َ‬
‫ح ِبَقِري ٍ‬
‫صْب ُ‬
‫س ال ّ‬
‫ح َأَلْي َ‬
‫صْب ُ‬
‫ال ّ‬

‫‪Apa yang dilakukan oleh umat Nabi Luth itu, dalam perspektif Islam yang hanif,‬‬
‫‪bertentangan dengan fitrah kemanusiaan yang menyatakan bahwa masing-masing manusia‬‬
‫‪akan mendapatkan jodoh (pasangan)nya yang berbeda jenis. Ayat-ayat berikut ini‬‬
‫‪menyatakan ketentuan Allah (Sunnatullah) itu bahwa manusia diciptakan-Nya bersama‬‬
‫‪pasangannya:‬‬

‫‪Q.S. an-Nisa’/4 : 1:‬‬

‫‪28‬‬
‫لم اّلمِذي‬
َّ ‫سمماًء َواّتُقمموا ا‬
َ ‫جال َكِثيمًرا َوِن‬
َ ‫ث ِمْنُهَما ِر‬
ّ ‫جَها َوَب‬
َ ‫ق ِمْنَها َزْو‬
َ ‫خَل‬
َ ‫حَدٍة َو‬
ِ ‫س َوا‬
ٍ ‫ن َنْف‬
ْ ‫خَلَقُكْم ِم‬
َ ‫س اّتُقوا َرّبُكُم اّلِذي‬
ُ ‫َيا َأّيَها الّنا‬
‫عَلْيُكْم َرِقيًبا‬
َ ‫ن‬
َ ‫ل َكا‬
َّ ‫ن ا‬
ّ ‫حاَم ِإ‬
َ ‫ن ِبِه َوالْر‬
َ ‫ساَءُلو‬
َ ‫َت‬

Kemudian dalam Q.S. ar-Rum/30 : 21:

َ ‫ت ِلَقْوٍم َيَتَفّكُرو‬
‫ن‬ ٍ ‫ك لَيا‬
َ ‫ن ِفي َذِل‬
ّ ‫حَمًة ِإ‬
ْ ‫ل َبْيَنُكْم َمَوّدًة َوَر‬
َ ‫جَع‬
َ ‫سُكُنوا ِإَلْيَها َو‬
ْ ‫جا ِلَت‬
ً ‫سُكْم َأْزَوا‬
ِ ‫ن َأْنُف‬
ْ ‫ق َلُكْم ِم‬
َ ‫خَل‬
َ ‫ن‬
ْ ‫َوِمنْ آَياِتِه َأ‬

Juga dalam Q.S. Fathir/35 : 11 :

‫ن ُمَعّممٍر‬
ْ ‫ضُع ِإل ِبِعْلِمِه َوَما ُيَعّمُر ِمم‬
َ ‫ن ُأْنَثى َول َت‬
ْ ‫ل ِم‬
ُ ‫حِم‬
ْ ‫جا َوَما َت‬
ً ‫جَعَلُكْم َأْزَوا‬
َ ‫طَفٍة ُثّم‬
ْ ‫ن ُن‬
ْ ‫ب ُثّم ِم‬
ٍ ‫ن ُتَرا‬
ْ ‫خَلَقُكْم ِم‬
َ ‫ل‬
ُّ ‫َوا‬
‫سيٌر‬
ِ ‫ل َي‬
ِّ ‫عَلى ا‬
َ ‫ك‬
َ ‫ن َذِل‬
ّ ‫ب ِإ‬
ٍ ‫عُمِرِه ِإل ِفي ِكَتا‬
ُ ‫ن‬
ْ ‫ص ِم‬
ُ ‫َول ُيْنَق‬

Pasangan (zauj, azwaj) yang dimaksud adalah lawan jenis, dalam arti laki-laki
pasangannya adalah perempuan, begitu pula sebaliknya. Ketentuan ini dinyatakan Allah
dalam Q.S. an-Najm/53 : 45 :

‫ن الّذَكَر َوالْنَثى‬
ِ ‫جْي‬
َ ‫ق الّزْو‬
َ ‫خَل‬
َ ‫َوَأّنُه‬

Juga dinyataka-Nya dalam Q.S. al-Hujarat/49 : 13 :

‫عِلي مٌم‬
َ ‫لم‬
َّ ‫ن ا‬
ّ ‫ل َأْتَقاُكْم ِإ‬
ِّ ‫عْنَد ا‬
ِ ‫ن َأْكَرَمُكْم‬
ّ ‫ل ِلَتَعاَرُفوا ِإ‬
َ ‫شُعوًبا َوَقَباِئ‬
ُ ‫جَعْلَناُكْم‬
َ ‫ن َذَكٍر َوُأْنَثى َو‬
ْ ‫خَلْقَناُكْم ِم‬
َ ‫س ِإّنا‬
ُ ‫َيا َأّيَها الّنا‬
‫خِبيٌر‬
َ

Dzakar dan untsa menunjuk pada pengertian manusia yang berjenis kelamin laki-
laki (dzakar) dan perempuan (untsa), sehingga jelas bahwa pasangan (zauj) yang dimaksud
al-Qur’an adalah manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sehingga orang
yang mempasangkan dirinya dengan sesama jenis, baik laki-laki dengan laki-laki
(homoseksual) maupun perempuan dengan perempuan (lesbian), maka tindakan tersebut
bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Kemudian secara jelas fitrah ini yang sejalan
dengan sunnatullah akan tetap berlangsung dan tidak akan terjadi perubahan sampai hari
kiamat. Hal ini dinyatakan Allah dalam Q.S. al-Fathir/35 : 43 :

29
‫س مّنِة‬
ُ ‫ج مَد ِل‬
ِ ‫ن َت‬
ْ ‫ن َفَل‬
َ ‫سّنَة الّوِلي‬
ُ ‫ن ِإل‬
َ ‫ظُرو‬
ُ ‫ل َيْن‬
ْ ‫ئ ِإل ِبَأْهِلِه َفَه‬
ُ ‫سّي‬
ّ ‫ق اْلَمْكُر ال‬
ُ ‫حي‬
ِ ‫ئ َول َي‬
ِ ‫سّي‬
ّ ‫ض َوَمْكَر ال‬
ِ ‫سِتْكَباًرا ِفي الْر‬
ْ‫ا‬
‫حِويل‬
ْ ‫ل َت‬
ِّ ‫سّنِة ا‬
ُ ‫جَد ِل‬
ِ ‫ن َت‬
ْ ‫ل َتْبِديل َوَل‬
ِّ ‫ا‬

Islam secara tegas menyatakan bahwa perilaku homoseksual maupun lesbian adalah
bentuk perilaku seksual menyimpang bahkan bertentangan dengan fitrah kemanusiaan.
Hubungan seks dalam Islam tidak hanya sekadar untuk memuaskan hawa nafsu (prokreasi),
akan tetapi memiliki tujuan penting menyangkut kelangsungan kehidupan, yaitu
melanjutkan keturunan (reproduksi). Hubungan seks sejenis tidak mungkin akan
menghasilkan keturunan, sehingga hal ini tidak sejalan dengan tujuan hubungan seks dalam
Islam.

Karena penyimpangan itu, maka dalam Hadis Nabi terdapat beberapa Hadis yang
mengutuk dan memberi hukuman dengan tegas bagi orang yang melakukan
homoseksual/lesbian. Seperti dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi dan
Ibn Majah, melalaui Ibn Abbas Rasulullah bersabda:

‫من وجد تموه يعمل عمل قوم لوط فاقتلوا الفعل والمفعول به‬

Juga dalam Hadis riwayat Abu Daud yang bersumber dari Sa’id Ibn Jubair dan
Mujahid dari Ibn Abbas tentang kasus seorang anak perawan yang kedapatan melakukan
praktek lesbian (‫)اللوطية‬, maka ia harus dihukum rajam.

Solusi Islam atas Kaum Homoseksual

Walaupun Islam secara tegas menyatakan bahwa perilaku homoseksual/lesbian


adalah terkutuk, akan tetapi adalah sangat tidak bijak jika para pelaku homo dan lesbi
tersebut tidak mendapat penanganan (pendampingan, advokasi) yang memadai, yang
memungkinkan mereka dapat meninggalkan perbuatannya itu. Islam telah
memproklamirkan diri sebagai rahmat bagi seluruh alam, sehingga adalah wajar jika Islam
tidak hanya tampil sebagai penghukum bagi orang yang bersalah, tetapi yang lebih penting
dari itu adalah bagaimana Islam mampu memberi solusi atas berbagai persoalan yang
dialami oleh umat, termasuk persoalan homoseksual/lesbian

30
Sebagaimana telah disebut di muka, bahwa penyebab timbulnya homoseksual
beraneka macam. Ada karena faktor kelainan otak dan genetik maupun karena faktor
psikologi dan faktor lingkungan (kultural). Masing-masing penyebab itu membutuhkan
penanganan yang spesifik (khusus), sehingga pelaku secara bertahap dapat disembuhkan
dan kembali dapat menjalani kehidupan seksual yang “normal”.

Dalam tradisi Islam dinyatakan bahwa setiap kesulitan (persoalan) pasti ada
kemudahan (jalan keluar) (‫سًرا‬
ْ ‫سِر ُي‬
ْ ‫ن َمَع الُْع‬
ّ ‫)َفِإ‬, setiap aturan (hukum) selalu diikuti dengan
jalan keluar (‫جا‬
ً ‫عًة َوِمْنَها‬
َ ‫شْر‬
ِ ‫جَعْلَنا ِمْنُكْم‬
َ ‫ل‬
ّ ‫)َ لُِك‬, dan di setiap penyakit pasti ada obatnya.

Seperti sudah dinyatakan di atas, bahwa memberi hukuman semata bagi pelaku
homo/lesbi tidak akan menyelesaikan masalah. Justru hal ini akan memunculkan persoalan
baru yaitu perasaan bersalah dan takut yang berlebih dari para pelaku homo lesbi yang
berakibat mereka terperosok dalam depresi mental yang akut atau malah justru para pelaku
homo/lesbi akan semakin mengokohkan perilakunya dengan membentuk kelompok atau
perkumpulan sebagai sarana “curhat” bagi sesama orang-orang yang dicap “durhaka”
terhadap agama. Untuk mereka yang sudah membentuk dan melibatkan diri secara aktif
dalam perkumpulan/organisasi kaum homo/lesbi hanya akan mempersulit penanganan
terhadap mereka, karena mereka semakin menikmati (enjoy) dengan perbuatan mereka.

Menangani secara khusus terhadap kasus homoseksual/lesbian adalah bagian dari


dakwah Islam yang harus dijalankan karena ini adalah perintah ajaran Islam. Sebagaimana
firman AllaHomo seksual, apakah itu gay atau lesbian pada dasarnya adalah pelanggaran
norma-norma kehidupan yaitu pelanggaran norma hubungan seksual. Sehingga harus ada
sanksi hukum yang dapat membuat jera pelaku homo seksual, sekaligus mengerem
penyebaran kebiasaan tersebut.
Kalau laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri melakukan hubungan intim dapat
dikenakan sanksi hukuman seharusnya pelaku homoseksual harus juga dapat dihukum.

Hukuman yang paling tepat adalah, hukuman kurungan minimal 5 tahun dan kerja sosial
menjaga kebersihan fasilitas umum dengan diberi pakaian khusus sehingga orang dapat
mengetahui kalau dia adalah terpidana pelaku homo. Lama hukuman kerja sosial adalah 12

31
jam sehari, dari jam 06.00 s.d 18.00, 7 hari seminggu selama menjalani masa hukuman.

Pelaku homoseksual harus dihukum, karena mereka cenderung menyebarkan kebiasaannya


kepada anak-anak yang masih duduk dibangku SMP dan SMU, baik dengan cara halus
maupun dengan kekerasan.h dalam Q.S. an-Nahl/16: 125 :

‫ن‬
ْ ‫عم‬
َ ‫ل‬
ّ ‫ضم‬
َ ‫ن‬
ْ ‫عَلمُم ِبَمم‬
ْ ‫ك ُهمَو َأ‬
َ ‫ن َرّبم‬
ّ ‫ن ِإ‬
ُ ‫سم‬
َ‫ح‬ْ ‫ي َأ‬
َ ‫جاِدْلُهْم ِباّلِتي ِه‬
َ ‫سَنِة َو‬
َ‫ح‬َ ‫ظِة اْل‬
َ‫ع‬ِ ‫حْكَمِة َواْلَمْو‬
ِ ‫ك ِباْل‬
َ ‫ل َرّب‬
ِ ‫سِبي‬
َ ‫ع ِإَلى‬
ُ ‫اْد‬
َ ‫عَلُم ِباْلُمْهَتِدي‬
‫ن‬ ْ ‫سِبيِلِه َوُهَو َأ‬
َ

Kaum homoseksual/lesbian dalam kapasitasnya sebagai obyek dakwah harus


ditangani secara penuh hikmah (‫ ) ِباْلحِْكَمِة‬dan senantiasa diberi nasehat-nasehat yang baik (
‫سَنِة‬
َ‫ح‬َ ‫ظِة اْل‬
َ‫ع‬ِ ‫ )َواْلَمْو‬agar bisa kembali ke jalan Tuhan (‫ك‬
َ ‫ل َرّب‬
ِ ‫سِبي‬
َ ‫)ِإَلى‬.

Berdasarkan faktor penyebab munculnya homoseksual/lesbian, penanganan


terhadap mereka dibedakan dari yang karena faktor genetik, psikologis maupun kultural.
Bagi kaum homo/lesbi yang disebabkan oleh faktor genetik, perlu ada usaha-usaha medis
berupa terapi hormon yang kontinyu dan sistematis. Walaupun upaya ini disebut kurang
efektif, akan tetapi usaha itu tetap perlu sebagaimana tertulis dalam qaidah ushul fiqh
bahwa bahaya (penyakit) itu harus dihilangkan (diobati) (‫)الظرر يزال‬.

Homoseksual karena faktor psikologis maupun kultural dapat disembuhkan dengan


terus-menerus melakukan pendampingan (advokasi) terhadap mereka. Perlu ditumbuhkan
dalam diri mereka perasaan bahwa mereka dalam kondisi sakit (kesadaran sakit) sehingga
kemudian muncul dalam diri mereka motivasi sembuh yang kuat. Selanjutnya mereka perlu
didampingi oleh psikolog maupun rohaniawan untuk memantau dan terus memberi
motivasi sembuh. Mereka, kaum homo/lesbi itu, kalau perlu dikarantina secara khusus
untuk menghindari kontak sesama mereka yang akan berakibat pada munculnya kembali
keinginan untuk melakukan homoseksual/lesbian.

Keinginan para pelaku homo/lesbi untuk melampiaskan nafsunya perlu disalurkan


ke dalam kegiatan-kegiatan positif semacam kajian Islam atau diskusi maupun kegiatan-
kegiatan olahraga dan kegiatan lain yang positif. Tentu saja aktivitas ini mendapat kontrol

32
yang sitemik dan terpogram dalam satu paket dengan penanganan komprehensif terhadap
kaum homo/lesbi.

AZAB DAN SIKSA KAUM NABI LUTH:

Disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menhujani mereka dengan batu.


Tidak tersisa seorangpun melainkan dia terhujani batu tersebut. Sampai-sampai disebutkan
bahwa salah seorang dari pedagang di Mekkah juga terkena hujan batu sekeluarnya dari
kota itu. Kerasnya azab tersebut menunjukkan bahwa homoseksual merupakan perbuatan
yang paling keji sebagaimana yang disebutkan dalam dalil.Dalam suatu hadits yang
diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda.“Artinya : Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti
perbuatan kaum Luth. Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth.
Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth” [HR Nasa’i dalam
As-Sunan Al-Kubra IV/322 (no. 7337)]

Arti dari laknat Allah adalah kemurkaanNya, dan terjauhkan dari rahmatNya. Allah
membalik negeri kaum Luth dan menghujani mereka dengan batu-batu (berasal) dari tanah
yang terbakar dari Neraka Jahannam yang susul-menyusul. Tertulis di atas batu-batu itu
nama-nama kaum tersebut sebagaimana yang dikatakan Al-Jauhari.

3.4.2 Menurut Agama Kristen

Perbuatan homosex/ lesbian itu dibenci dan dilarang Tuhan. sesuatu yg dilarang Tuhan
adalah perbuatan dosa.

Dalam Roma 1:27 dikatakan jelas bahwa lelaki dengan lelaki melakukan persetubuhan
yang tidak wajar (yg wajar ialah suami dan istri), dengan melakukan kemesuman itu. Disini
ada disebutkan juga pikiran pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang
tidak pantas.
Jika dibandingkan dengan Roma 6, bisa dikatakan dan disamakan juga mereka yang telah
menyerahkan anggota tubuhnya menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan. Jadi ini

33
bukan persoalan yang tidak merugikan, melainkan soal kewajaran dan kekudusan hidup
yang Tuhan sudah tentukan.
Mengenai orang yang dilahirkan sebagai homo atau lesbi sendiri sebenarnya orang tersebut
tidak bisa disalahkan, karena orang tersebut tidak berdaya atas kelahirannya. Bandingkan
saja dengan kisah orang yang buta sejak lahirnya dalam Yohanes 9.

Mereka yang dilahirkan begitu, bisa saja berarti karena pekerjaan Allah juga harus
dinyatakan didalam dia.

Lain sekali dengan orang-orang yang terbawa pengaruh lingkungannya, yang


mungkin secara tidak sadar mereka sebenarnya tidk memilih sendiri untuk menjadi
demikian.

Homo dan lesbi bisa menjadi normal dan disembuhkan. Memang sulit sekali hanya
cuma didoakan saja, karena hal ini menyangkut keberadaan roh roh jahat yang menguasai
mereka.

3.4.3 Menurut Agama Budha

Penolakan terhadap homoseksualitas dan memberikan pandangan penolakan dari


sisi ajaran Buddha. Penolakan yang paling umum di dalam masyarakat adalah karena
homoseksualitas tidaklah alami dan melanggar hukum alam.

Homo dan lesbi ini adalah hasil bawaan lahir atau berkembagn sejak dini dalam diri
seseorang, sama halnya dengan heteroseksualitas. Mengubah hukum yang berlaku tidaklah
bisa mengubah orientasi seksual seseorang.

Dalam pengelompokan data, kaum homoseksual menduduki peringkat tertinggi


dalam kasus bunuh diri.
Kemungkinan sekali bahwa kaum homoseksual lebih menderita akibat perlakuan
sosial masyarakat terhadapa mereka atas dasar orientasi seksual mereka, dan apabila
mereka akan menunjukkan gejala yang

34
sama pula. Sesungguhnya, inilah yang menjadi argumen terkuat untuk menerima dan
memahami homoseksualitas.

Walaupun di negara-negara yang banyak penganut agama Buddha, homoseksual


tidak ditentang secara nyata-nyata dalam hukum yang berlaku, bukanlah berarti
homoseksualitas bisa diterima di negara-negara tersebut. Hal ini lebih disebabkan karena
pengaruh agama Buddha yang berlandaskan manusiawi dan penuh toleransi. Walaupun
demikian, seringkali ditemui adanya prasangka dan diskriminasi terhadap kaum
homoseksual di negara-negara tersebut. Sekali lagi perlu dijelaskan bahwa tidak ada bagian
dalam agama Buddha yang mmebenarkan adanya kutukan, hukuman, maupun penolakan
terhadap kaum homoseksual atau perilaku homoseksual.

3.4.4 Menurut Agama Konghuchu

Dalam agama konghucu baik homo maupun lesbi tidak dilarang dan tidak
diperbolehkan. Apabila diketahui oleh penganutnya maka homo dan lesbi akan ditegur jika
tidak bisa ditegur maka mereka dikucilkan.

3.5 Tokoh Masyarakat

Faktor yang paling utama yang menyebabkan homo dan lesbi adalah pergaulan dan
salah asuhan ketika kecil. Homo dan lesbi tidak perlu dikucilkan tetapi harus kita Bantu
agar mereka dapat merubah perbuatannya dan orang yang membantunya harus teguh
imannya agar tidak terpengaruh oleh orang lain. Solusinya penyembuhan harus ada niat
dari pelaku homo dan lesbi itu sendiri

3.6 Guru

Faktor yang paling utama yang menyebabkan homo dan lesbi adalah lingkungan
sekitar. Homo dan lesbi harus di kasihani bukan dikucilkan karena mereka terpuruk dengan
keadaannya. Solusi untuk penyembuhannya dengan adanya pendekatan terhadap homo dan
lesbi dan jangan menjauhinya karena dengan menjauhinya mereka tambah terpuruk dengan

35
keadaannya, pendekatannyapun dari segi agama, social. Dan yang memberikan pertolongan
haruslah teguh sehingga tidak terpengaruh oleh homo dan lesbi

3.7 Penegak Hukum

Faktor utama yang menyebabkan homo dan lesbi adalah lingkungan, hukuman
homo dan lesbi dari segi hokum belum ada tetapi pemerintah tidak menyetujui pernikahan
homo dan lesbi, hokum yang digunakan adalah hokum adat.

36
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan mengenai penyimpangan seksual di


kalangan remaja di kota Bandung. Maka dapat di ambil kesimpulan yang merupakan hasil
penafsiran dari data-data yang diperoleh penulis serta dari hasil pengamatan selama
melakukan penelitian, yaitu :

1. Perilaku homoseksual/lesbian bertentangan dengan norma agama dan


pelanggaran terhadap fitrah kemanusiaan. Pelakunya dinyatakan sebagai orang
yang menyimpang dari kewajaran dan perlu mendapat penanganan secara serius
agar tidak menimbulkan penyakit sosial yang meresahkan.

2. Upaya-upaya masyarakat dengan hanya mengecam atau menghukum atas


tindakan kaum homo/lesbi adalah kurang bijaksana, yang malah justru akan
menjauhkan mereka dari seruan agama. Semakin banyak yang mengecam
mereka, hanya akan membuat solidaritas diantara mereka semakin kuat, dan
akan semakin sulit mereka untuk dapat disembuhkan.

4.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis berusaha memberikan beberapa saran yang


diharapkandapat berguna bagi pergaulan remaja di kota Bandung, yaitu :

1. Pemkot melalui organisasasi-organisasi harus menampilkan diri sebagai pihak


yang senantiasa selalu mencari jalan keluar dari setiap persoalan umat, termasuk
dalam hal ini adalah perilaku homoseksual/lesbian. Upaya yang paling bijak dan
solutif dalam menangani masalah ini adalah dengan melakukan pendampingan
psikoreligius secara serius dan sistematis terhadap mereka.

2. Perlu dibentuk pusat-pusat rehabilitasi kaum homoseksual/lesbian seperti pusat-


pusat rehabilitasi narkoba yang dilakukan oleh organisasi-organisasi yang

37
bekerja sama dengan pemerintah dan pihak-pihak lain yang terkait. Hal ini
karena perilaku homoseksual/lesbian tidak dinyatakan sebagai penyimpangan
dalam sudut pandang medis, sehingga jangan mengaharap pemerintah akan
tampil sebagai pelopor dalam merehabilitasi mereka.

3. Sebisa mungkin dilakukan pencegahan terhadap upaya-upaya kaum


homoseksual/lesbian membentuk kelompok/organisasi, karena hal ini membuat
solidaritas mereka semakin kuat dan mereka tampil semakin eksklusif sehingga
lebih sulit untuk mendekati dan menawarkan penyembuhan terhadap mereka.

38
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
www.yahoo.com
www.gayahidupsehatonline.com

Disalin dari Majalah Fatawa Vol. 11/Th.1/1424H-2003M. Disarikan dan dialaihbahasakan


oleh Yusuf Purwanto dan Abdullah. Alamat Redaksi Islamic Center Bin Baz,
Karanggayam, Sitimulyo, Piyungan-Bantul, Yogyakarta

39

You might also like