You are on page 1of 30

BUKU AJAR

NUTRISI IKAN

DISUSUN OLEH:
DR.IR. SUBANDIYONO, MAppSc.
DR.IR. SRI HASTUTI, MSi.

Disusun atas bantuan biaya dari:


Lembaga Pengembangan Pendidikan
Universitas Diponegoro

UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2009
107

POKOK BAHASAN IV

LEMAK
108

IV. LEMAK

4.1. PENDAHULUAN

4.1.1. Deskripsi Singkat


Lemak merupakan salah satu komponen makro-nutrien penting dalam

pakan ikan dan merupakan sumber penghasil energi terbesar bila dibandingkan
dengan komponen makro-nutrien lainnya, seperti protein atau pun karbohidrat.
Lemak tersusun atas berbagai jenis asam lemak, mulai dari rantai karbon pendek
hingga rantai karbon panjang. Sebagaimana pada protein, sebagian diantara
asam lemak tersebut bersifat esensial untuk ikan, yaitu terutama untuk asam
lemak dengan rantai karbon panjang seperti C18 hingga C22. Kebutuhan ikan air
tawar akan jenis asam lemak tertentu pada umumnya tidak jauh berbeda
sebagaimana ikan air laut, meskipun terdapat beberapa perbedaan pokok diantara
ke dua kelompok ikan tersebut. Lemak, sebagaimana protein, merupakan sumber
energi dalam pakan. Namun, penggunaan lemak dalam pakan perlu pemahaman
yang tepat baik dalam jumlah, jenis, ataupun sumber asalnya. Penggunaan yang
kurang tepat dapat mengakibatkan pakan mudah rusak, menurunkan efisiensi
pakan, pemborosan secara ekonomis, bahkan mungkin saja berdampak pada
kematian ikan yang dipelihara. Karena itu, pemahaman atas peran atau fungsi
lemak pada pakan maupun ikan adalah penting.

4.1.2. Relevansi
Salah satu peran penting protein, sebagaimana dijelaskan pada Pokok

Bahasan III, adalah sebagai sumber energi. Pada Pokok Bahasan IV ini
109

dijelaskan sumber energi pakan penting lainnya, yaitu lemak. Sebagaimana


protein berkualitas tinggi, harga lemak dengan kualitas yang tinggi juga mahal.
Baik lemak maupun protein diharapkan dapat memenuhi kebutuhan energi pakan
secara seimbang. Pemahaman akan pentingnya penggunaan lemak hewani dan
nabati yang seimbang dalam pakan sebagaimana dijelaskan pada Pokok Bahasan
IV ini menjadi penting. Oleh karena itu, pemahaman akan materi lemak dalam
Pokok Bahasan IV ini tidak kalah pentingnya dan saling berkaitan dengan materi
protein yang disajikan sebelumnya pada Pokok Bahasan III.

4.1.3. Kompetensi

Standar Kompetensi
Pada akhir mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan

kembali berbagai komponen nutrisi dan non-nutrisi penting yang mempengaruhi


kualitas pakan dan yang sesuai dengan kebutuhan ikan dalam budidaya
perikanan.

Kompetensi Dasar
Setelah mendapatkan materi ini, mahasiswa hendaknya mampu:
• Mendiskripsikan kembali pengertian dan fungsi/peran umum lemak;
• Menjelaskan kembali berbagai komponen lemak serta fungsinya;
• Menyebutkan kembali faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kecernaan lemak;
• Mendiskripsikan kembali pengertian umum asam lemak;
• Menuliskan kembali rumus kimia umum dari asam lemak;
• Mendiskripsikan kembali nama berbagai macam kelompok asam lemak
berdasarkan pada jumlah ikatan ganda yang dimiliki;
110

• Menjelaskan kembali berbagai jenis dan karakteristik asam lemak;


• Menjelaskan kembali keterkaitan antara jenis asam lemak dengan sifat
fisik maupun pengelompokkan asam lemak;
• Menuliskan dan menjabarkan kembali berbagai rumus kimia asam lemak
penting dengan benar serta makna nutrisinya;
• Menyebutkan kembali klasifikasi PUFA;
• Menyebutkan kembali berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
komposisi asam lemak pada ikan dan udang;
• Menyebutkan kembali berbagai sumber asam lemak penting untuk ikan;
• Menjelaskan kembali perbedaan prinsip antara asam lemak nabati dan
hewani dengan benar;
• Menjelaskan kembali metode pencegahan terhadap penurunan kualitas
atau kerusakan lemak dalam pakan ikan;
• Menjelaskan kembali peran lemak pada penyerapan vitamin;
• Menjelaskan kembali perbedaan yang mendasar antara ikan air tawar
dan laut akan kebutuhan jenis asam lemak;
• Menyebutkan kembali tanda-tanda kekurangan asam lemak esensial
pada ikan;
• Menjelaskan kembali pentingnya imbangan lemak hewani – nabati
dalam pakan ikan;
• Menyebutkan kembali 4 nama asam lemak yang penting dan dibutuhkan
dalam pakan ikan.

4.2. PENYAJIAN

4.2.1. URAIAN

Pengertian Lemak dan Asam Lemak


LEMAK. Lemak merupakan salah satu komponen makro-nutrien dengan
kandungan energi terbesar dibandingkan dengan protein maupun karbohidrat.
111

Setiap gram lemak mengandung energi 2.5 kali lebih banyak dibandingkan
dengan energi dalam setiap gram protein maupun karbohidrat. Lemak merupakan
suatu kelompok heterogen dari berbagai senyawa yaitu lemak yang dapat larut
dan ditemukan dalam jumlah relatif besar pada jaringan tanaman maupun hewan.
Lemak menyumbangkan sifat yang relatif tidak larut dalam air namun larut dalam
berbagai pelarut organik seperti kloroform, eter, dan benzena.

Fungsi Umum Lemak. Lemak pakan mempunyai 2 fungsi utama, yaitu


sebagai sumber energi metabolik dan sebagai sumber dari berbagai komponen
asam lemaknya. Lemak menyediakan energi yang dapat dimetabolisme
(metabolizable energy, ME) dan asam lemak esensial sebagaimana juga berbagai
nutrien esensial seperti sterol dan fosfolemak. Secara umum, fungsi lemak dapat
dijabarkan sebagai berikut:

1. Sebagai sumber energi metabolik (yaitu adenosin trifosfat, ATP). Lemak


mengandung hampir dua kali lipat energi protein dan karbohidrat. Nilai energi
kotor (gross energy) untuk lemak adalah sebesar 9.5 kkal/gr, protein sebesar
5.6 kkal/gr, dan karbohidrat sebesar 4.1 kkal/gr;
2. Sebagai sumber dari asam lemak esensial (essential fatty acids, EFA) yang
penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. EFA tak dapat
disintesis oleh hewan itu sendiri, dan karena itu harus disediakan dalam
pakannya;
3. Merupakan komponen esensial dari membran seluler dan sub-seluler. Hal
tersebut terutama termasuk fosfolemak dan asam lemak tak jenuh rantai
panjang (polyunsaturated fatty acids, PUFA); serta
4. Sebagai sumber steroid yang berperan dalam fungsi biologis penting, seperti
mempertahankan sistem membran, transport lemak, dan prekursor berbagai
hormon steroid.

Lemak pakan mempunyai berbagai peranan yang penting dalam nutrisi ikan
perairan tropis seperti sebagai sumber energi, fosfolemak, dan komponen-
komponen steroid berbagai organ vital, serta pada saat ikan mempertahankan
keseimbangan dalam air (bouyancy). Lemak dalam jaringan ikan terdapat dalam
112

jumlah yang besar. Hal ini diduga mengindikasikan bahwa lemak merupakan
energi cadangan yang lebih disukai oleh sebagian besar ikan daripada
karbohidrat. Karakteristik lemak jaringan ikan, yang dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor lingkungan dan pakan, adalah penting dalam hal rasa dan sifat-sifat
penyimpanan dari produk perikanan.

Komponen Lemak dan Fungsinya. Penentuan yang penting dari

keseluruhan nilai nutrisi setiap bahan penyusun pakan adalah kandungan


lemaknya. Komponen penting lemak adalah: a) triglisirida yang merupakan ester
asam lemak dari gliserol dan merupakan cara utama dimana hewan menyimpan
energi; b) fosfolemak yang merupakan ester dari asam lemak dan asam fosfatidat
serta merupakan komponen utama dari memban selular; c) wax yang merupakan
ester asam lemak dari alkohol monohidrat berat molekul tinggi, dan sebagaimana
trigliserida, merupakan komponen simpanan energi dalam tanaman maupun
hewan; d) steroid yang penting secara biologis dalam berbagai proses reproduksi.
Lemak jenis ini biasanya alkohol polisiklik rantai panjang dan merupakan
prekursor dari hormon sex atau lainnya pada ikan serta udang; serta e)
spingomielin yang merupakan ester asam lemak dari spingosin dan merupakan
komponen-komponen lemak dari otak serta jaringan syaraf.

Kecernaan Lemak. Kecernaan lemak bervariasi, bergantung pada: 1)


jumlahnya dalam pakan; 2) tipe dari lemak; 3) suhu air; 4) derajad kejenuhan
lemak; dan 5) panjang dari rantai karbonnya.

ASAM LEMAK. Asam lemak merupakan bagian penting dari lemak.

Lebih dari 40 asam lemak telah diketahui. Asam lemak dapat dinyatakan dengan
formula umum sebagai berikut: CH3(CH2)nCOOH; dimana ‘n’ bervariasi dari 0
hingga 24 dan biasanya angka genap. Sebagian besar asam lemak yang terjadi
secara alamiah mengandung grup COOH tunggal dan rantai C lurus tidak
bercabang, yang pada akhirnya mungkin tidak mengandung ikatan ganda atau
jenuh (saturated), satu ikatan ganda (monounsaturated) atau lebih dari satu ikatan
ganda (poly-unsaturated fatty acids, PUFA). PUFA pada umumnya mempunyai
113

suatu sistem ikatan ganda yang disela metilena. Sedangkan yang mengandung
ikatan ganda tidak kurang dari empat dikategorikan sebagai asam lemak sangat
tidak jenuh (highly unsaturated fatty acids, HUFA).

Jenis dan Karakteristik Asam Lemak. Berbagai jenis asam lemak


yang umum disajikan pada Tabel 4.1. Derajad ketidakjenuhan dari asam lemak
mempengaruhi sifat fisik unsur pokok lemak. Secara umum, asam lemak tidak
jenuh lebih reaktif secara kimiawi dan mempunyai titik leleh yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan asam lemak jenuh untuk jenis sama. Asam lemak diberi
nama umum disamping formula kimiawi dan nama singkatnya. Sebagai contoh,
penandaan numerik untuk oleat atau asam oktadekanoat adalah 18:1 ω-9. Hal
tersebut berarti bahwa asam oleat mempunyai 18 karbon dan mengandung satu
ikatan ganda yang mana muncul pada karbon kesembilan, dihitung dari ujung
metil rantai asam lemak.

Tabel 4.1. Berbagai Jenis Asam Lemak secara Umum

_________________________________________________________________
No. Nama Umum Nama Kimiawi Notasi Singkat
_________________________________________________________________
A. Jenuh
1. Butirat Asam butanoat 4:0
2. Kaproat Asam heksanoat 6:0
3. Kaprat Asam dekanoat 10:0
4. Laurat Asam dodekanoat 12:0
5. Miristat Asam tetradekanoat 14:0
6. Palmitat Asam heksadekanoat 16:0
7. Stearat Asam oktadekanoat 18:0

B. Tidak Jenuh
1. Palmitoleat Asam heksadekanoat 16:1 ω-7
2. Oleat Asam oktadekanoat 18:1 ω-9
3. Linoleat Asam oktadekadienoat 18:2 ω-6
4. Linolenat Asam oktadekatrienoat 18:3 ω-3
5. Arakidonat Asam eikosatetraenoat 20:4 ω-6
6. EPA Asam eikosapentaenoat 20:5 ω-3
7. DHA Asam dokosaheksaenoat 22:6 ω-3
_________________________________________________________________
Catatan:
Jumlah atom karbon (C): jumlah ikatan ganda dan posisi ikatan ganda yang
pertama, dihitung dari ujung metil (CH3) asam lemak tersebut.
114

Klasifikasi Asam Lemak Jenuh. Berdasarkan pada Tabel 4.1, PUFA


dibagi menjadi tiga famili utama, yaitu oleat atau kelompok ω-9, linoleat atau
kelompok ω-6, dan linolenat atau kelompok ω-3. Setiap nama famili menunjukkan
anggota rantai terpendek dari grup tersebut. Asam lemak dari ikan sering jauh
lebih tidak jenuh (unsaturated) dibandingkan dengan asam lemak hewan darat.
Lemak ikan mengandung PUFA pada tingkat yang tinggi. Famili PUFA yang
terjadi dalam lemak ikan ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Klasifikasi Asam Lemak Tidak Jenuh (PUFA)

______________________________________________________
No. Nama Famili Formula
______________________________________________________

1. Palmitoleat, ω-7 16:1 ω-7


18:1 ω-7
2. Oleat, ω-9 18:1 ω-9
20:1 ω-9
3. Linoleat, ω-6 18:2 ω-6
18:3 ω-6
20:3 ω-6
20:4 ω-6
22:3 ω-6
4. Linolenat, ω-3 18:3 ω-3
18:5 ω-3
22:5 ω-3
22:6 ω-3
______________________________________________________

Komposisi Asam Lemak Ikan. Komposisi asam lemak pada ikan dan
udang dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan, terutama salinitas, suhu, dan
pakan.
Salinitas. Ikan hidup dalam lingkungan salinitas yang berbeda.
Perbandingan antara komposisi asam lemak ikan air laut dan air tawar disajikan
pada Tabel 4.3. Perbedaan-perbedaan dalam komposisi asam lemak juga
dicerminkan dalam ikan yang bermigrasi dari lingkungan air tawar ke air laut; dan
hasil observasi secara umum yang menunjukkan bahwa perbandingan ω-3/ω-6
115

untuk ikan air laut lebih tinggi daripada ikan air tawar adalah tetap benar, bahkan
untuk ikan-ikan yang senang bermigrasi seperti smelt dan salmon.
Kecenderungan secara umum menunjukkan bahwa:
a. Spesies ikan air tawar mempunyai tingkatan asam monoenoat rantai medium
yang lebih tinggi, sedangkan spesies ikan air laut mempunyai kandungan
asam monoenoat rantai panjang yang lebih tinggi;
b. Spesies ikan air laut mengandung asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty
acids) yang lebih tinggi bila dibandingan dengan spesies ikan air tawar; dan
c. Perbandingan asam lemak ω-3/ω-6 untuk spesies ikan air laut lebih tinggi
daripada spesies ikan air tawar.

Tabel 4.3. Asam Lemak Utama dalam Lemak Ikan


_________________________________________________________________
No. Asam Lemak Persentase Asam Lemak
________________________________________
Ikan Air Laut Ikan Air Tawar
________________ _________________
A1 B1 A2 B2
_________________________________________________________________
1. 14:0 3.7 2.2 2.8 6.7
2. 14:1 0.1 0.2 1.0 0.7
3. 16:0 12.6 17.0 16.6 14.6
4. 16:1 9.3 4.1 17.7 14.7
5. 18:0 2.3 3.2 3.3 1.5
6. 18:1 22.7 21.4 26.1 18.2
7. 18:2 ω-6 1.5 2.0 4.3 3.7
8. 18:2 ω-3 0.6 1.0 3.6 3.6
9. 20:1 7.5 5.4 2.4 1.6
10. 20:4 ω-6 1.4 0.9 2.6 2.4
11. 20:5 ω-3 12.9 6.7 2.7 8.2
12. 22:1 6.2 9.4 0.3 0.4
13. 22:4 ω-6 0.1 0.6 0.4 0.4
14. 22:5 ω-3 1.7 2.3 2.0 1.5
15. 22:6 ω-3 12.7 16.1 2.0 6.0
_________________________________________________________________
Total saturated 18.6 22.4 22.7 22.8
Total monoenes
medium 32.2 25.7 44.8 33.6
long-chain 13.7 14.8 2.7 2.0
Total ω-3 27.9 26.1 10.3 19.3
Total ω-6 4.1 3.5 7.3 6.5
Ratio ω-3/ω-6 6.8 7.5 1.4 3.0
_________________________________________________________________
(After Ackman, 1967)
116

Suhu. Telah didokumentasikan dengan baik untuk ikan dan udang bahwa
asam lemak jenuh bervariasi secara langsung dengan suhu, dan beberapa
monoenoat serta PUFA berlawanan dengan suhu. Baik perpanjangan rantai
maupun desaturasi meningkat sejalan dengan penurunan suhu (Tabel 4.4).
Kecenderungan secara umum menunjukkan bahwa:
a. Asam lemak jenuh lebih banyak ditemukan pada ikan yang hidup di perairan
tropis, sedangkan asam lemak tidak jenuh lebih banyak dijumpai pada ikan
yang tumbuh pada suhu yang lebih dingin; dan
b. Perbandingan asam lemak ω-3/ω-6 pada umumnya lebih tinggi untuk ikan-ikan
perairan dingin bila dibandingkan dengan ikan-ikan perairan tropis.

Tabel 4.4. Pengaruh Suhu Media Budidaya terhadap Komposisi Asam Lemak
Palaemon serratus

_________________________________________________________________
Suhu Jumlah Perbandingan
Media ____________________________________________ ω-3/ω-6
Jenuh Mono ω-3 ω-6 18C 20C 22C
_________________________________________________________________
25°C 34.3 36.7 21.6 5.2 45.0 15.0 4.1 4.17
15°C 37.2 37.1 17.6 6.7 39.9 20.8 5.4 2.63
9°C 26.7 31.8 28.5 11.4 39.5 20.4 8.5 2.50
_________________________________________________________________
(After Martin dan Ceccaldi, 1977)

Penjelasan secara biologis untuk tingkat asam lemak tidak jenuh yang tinggi
pada ikan perairan dingin adalah keperluannya untuk mempertahankan fluiditas
membran. Sebagian besar PUFA tetap berada pada keadaan cair bahkan pada
suhu rendah, sedangkan asam lemak jenuh beku dan padat pada suhu rendah.
Pakan. Pakan dipertimbangkan sebagai faktor tunggal terbesar dalam
lingkungan yang mempengaruhi komposisi asam lemak ikan. Dibawah kondisi
normal, komposisi asam lemak ikan menunjukkan suatu keseimbangan diantara
tiga sumber, yaitu: a) asam lemak yang diturunkan dari pakan; b) asam lemak
yang diturunkan dari sumber-sumber non-lemak dengan cara biosintesis; dan c)
asam lemak yang diturunkan dari sumber-sumber lemak dengan cara biosintesis.
Pengaruh pakan terhadap komposisi asam lemak dari lemak ikan dan udang telah
117

ditunjukkan dalam banyak pengamatan. Hasil dari penelitian komposisi pakan


terhadap Penaeus setiferus disajikan pada Tabel 4.5.
Bilamana P. setiferus diberi makanan suatu pakan yang tinggi akan 18:2 ω-6
dan rendah dalam PUFA karbon 20 dan 22, pengaruh lemak pakan terhadap
komposisi asam lemak nampak setelah satu bulan. Setelah tiga bulan, retensi
spesifik dari asam lemak ω-3 nampak jelas dikarenakan ratio ω-6/ω-3 udang
adalah 1.4 dibandingkan dengan 4.5 dalam lemak pakan. Meskipun 20:4 ω-6,
20:5 ω-3, dan 22:6 ω-3 tinggi dalam P. setiferus pada awal percobaan, aktivitas
perpanjangan dan penurunan tingkat kejenuhan merupakan bukti dari kadar asam
lemak tersebut yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan kadar dalam pakan
setelah tiga bulan pemberian pakan. Variasi musiman dari komposisi asam lemak
ikan mungkin juga berkaitan dengan pakan dikarenakan adanya pengaruh
berbagai perubahan komposisi pakannya di habitat alamiahnya.

Tabel 4.5. Pengaruh Pakan terhadap Komposisi Asam Lemak Penaeus setiferus

_____________________________________________________________
Asam Lemak Komposisi Lemak P. setiferus Setelah Pakan
_____________________________
0 bulan 1 bulan 3 bulan
_____________________________________________________________
14:0 0.6 0.5 0.5 1.6
16:0 14.8 13.4 15.0 15.5
16:1 11.2 8.7 10.0 7.9
18:0 5.1 2.3 2.2 1.7
18:1 13.1 22.9 20.0 28.4
18:2 ω-6 2.3 18.1 14.1 32.2
18:3 ω-3 2.8 2.1 1.3 4.4
20:4 ω-6 11.6 9.4 10.3 0.7
20:5 ω-3 10.4 8.7 9.7 2.6
22:6 ω-3 11.3 6.3 6.9 0.3
_____________________________________________________________
Total saturated 26.6 22.6 25.6 25.0
Total monoenes 18.2 25.2 22.2 30.1
Total ω-6 13.9 27.5 24.4 33.0
Total ω-3 24.5 17.1 17.9 7.3
Ratio ω-3/ω-6 0.57 1.16 1.36 4.5
_____________________________________________________________
(After Castell, 1981)
118

Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak


Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak tidak jenuh-ω3 (poly

unsaturated fatty acids, PUFA-ω3) dibutuhkan oleh beberapa spesies ikan air laut,
udang, dan lobster. Diantara berbagai sumber PUFA-ω3 yang baik adalah minyak
ikan laut seperti minyak hati ikan cod, minyak hati ikan polak, dan minyak kerang
(kima). Lemak asal tanaman biasanya tinggi kandungan asam lemak-ω6nya.
Nilai nutrisi pakan yang rendah mutunya dari minyak kedelai kemungkinan
dikarenakan kekurangan PUFA-ω3 seperti 20:5-ω3 dan 22:6-ω3 meskipun nilai
PUFA-ω6nya tinggi.
Pakan ikan diformulasikan untuk memenuhi perbandingan optimum antara
energi terhadap protein untuk masing-masing spesies. Lemak berfungsi sebagai
sumber energi yang penting. Namun, persentase pemberian lemak dalam pakan
bukannya tanpa batas dengan tidak mempertimbangkan jenis lemak,
sebagaimana protein dan kandungan energi dari pakan tersebut. Tabel 4.6
menyajikan beberapa petunjuk umum untuk kandungan lemak dalam pakan pada
spesies ikan serta kondisi yang berbeda. Kandungan lemak yang terlalu tinggi
dalam pakan dapat mengakibatkan perbandingan antara protein kasar terhadap
energi tercerna menjadi tidak seimbang serta deposisi lemak yang berlebihan
dalam rongga tubuh dan jaringan.

Tabel 4.6. Petunjuk untuk Kandungan Lemak dalam Pakan Ikan

No. Spesies Kondisi Persentase


Lemak
1. Trout Pakan awal (starter diet) ) 12 – 16
Pakan pertumbuhan (grower diet) 8 – 10
Pakan produksi (production diet) 6–8
2. Lele 82ºF (28ºC) 12
73ºF (23ºC) 5
3. Ikan mas 82 – 73ºF (28 – 23ºC) 10 – 15
<68ºF (20ºC) 10
119

Lemak hewan dan lemak yang sangat jenuh mempunyai tingkat kecernaan
yang lebih rendah dibandingkan dengan lemak yang tidak jenuh. Sebaliknya,
pada lemak yang sangat tidak jenuh (yaitu lemak yang mana ikan dapat mencerna
dengan mudah) terdapat bahaya oksidasi terhadap lemak tersebut yang
mengakibatkan kerusakan atau pembusukan pakan. Antioksidan ditambahkan
secara turin ke dalam sebagian besar pakan ikan untuk mencegah lemak menjadi
tengik selama penyimpanan.
Selain menjadi sumber energi yang penting untuk ikan, lemak dalam pakan
menyediakan asam lemak esensial (essential fatty acids, EFA) yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Ikan tidak dapat mensintesis
asam lemak tersebut. Lemak dalam pakan juga membantu dalam penyerapan
berbagai jenis vitamin yang larut dalam lemak (fat-soluble vitamins). Ikan air
tawar membutuhkan asam lemak lionoleat (linoleic acid) dan/atau linolenat
(linolenic acid) dalam pakannya. Ke duanya adalah asam lemak rantai karbon C
18. Ikan laut, seperti yellowtail ataupun red sea bream, membutuhkan asam
lemak ekosapentaenoat (eicosapentaenoic acid, EPA) dan/atau asam lemak
dokosaheksaenoat (docosahexaenoic acid, DHA) dalam pakannya. EPA adalah
asam lemak rantai karbon C 20, sedangkan DHA adalah asam lemak rantai
karbon C 22.
Channel catfish, coho salmon, dan rainbow trout membutuhkan asam
linolenat atau EPA dan/atau DHA. Tabel 4.7 mengindikasikan kebutuhan asam
lemak esensial untuk beberapa spesies ikan. Tanda-tanda kekurangan asam
lemak esensial meliputi luka pada kulit, shock syndrome, permasalahan pada
jantung, laju pertumbuhan menurun, efisiensi pakan menurun, performa
reproduksi menurun, dan tingkat kematian atau mortalitas meningkat. Di dalam
tubuh, asam lemak esensial berfungsi sebagai bagian dari membran sel dan
prekursor biokimia yang melakukan berbagai fungsi metabolik.
Ikan membutuhkan asam lemak ω-3 dan ω-6 dalam pakannya pada kadar
tertentu. Kegagalan untuk menyediakan asam-asam lemak tersebut
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan dapat mengakibatkan kematian
bilamana terjadi dalam waktu yang lama. Ikan mas membutuhkan baik ω-3
maupun ω-6. Proporsi terbaik diperoleh pada perbandingan 1% 18:3 ω-3 dan 1%
18:2 ω-6. Sidat juga membutuhkan baik ω-3 maupun ω-6, namun pada tingkat
120

yang lebih rendah daripada kebutuhan ikan mas. Pada kadar 0.5% untuk masing-
masing asam lemak ternyata didapatkan sudah mencukupi. Rainbow trout, suatu
ikan perairan dingin, membutuhkan kurang lebih 1% asam lemak ω-3. Tidaklah
jelas apakah juga membutuhkan ω-6.

Tabel 4.7. Kebutuhan Asam Lemak Esensial untuk Ikan*

No. Spesies Kebutuhan


1. Channel catfish 1.0 hingga 2.0% asam linolenat atau
0.5 hingga 7.5% EPA dan DHA
2. Chum salmon 1.0% asam linoleat dan 1.0% asam
linolenat
3. Coho salmon 1.0 hingga 2.5% asam linolenat
4. Common carp 1.0% asam linoleat dan 1.0% asam
linolenat
5. Rainbow trout 0.8 hingga 1.0% asam linolenat
20% lemak sebagai asam linolenat atau
10% lemak sebagai EPA dan DHA
6. Tilapia 0.5 hingga 1.0% asam linoleat
7. Red sea bream 0.5% EPA dan DHA
8. Yellowtail 2.0% EPA dan DHA
*)Sumber: NRC (1993).

Kajian tentang kebutuhan lemak biasanya melibatkan penggunaan asam


lemak spesifik dalam pakan. Suatu penelitian terhadap rainbow trout
menggunakan berbagai proporsi asam lemak sebagaimana berikut ini: 12:0, 18:3
ω-3, dan 18:2 ω-6, disajikan pada Tabel 4.8. Pakan-pakan tersebut diberikan
pada rainbow trout untuk beberapa minggu selama pengamatan pertumbuhan.
Berdasarkan pada pengamatan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan
terbaik terlihat untuk pakan dengan kandungan 18:3 ω-3 kurang lebih 2%. Tidak
ditemukan adanya perbaikan pada laju pertumbuhan dengan penambahan 18:2 ω-
6. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa pada rainbow trout, ω-3 merupakan
asam lemak esensial.
Pada suatu kajian yang berkaitan, ditemukan adanya konversi pakan dan
laju pertumbuhan pada rainbow trout yang diberi pakan dengan 18:3 ω-3 atau
pakan yang mengandung baik 18:1 ω-3 maupun 18:2 ω-6. Pada tingkat yang
rendah (yaitu kurang dari 1%), penambahan ω-6 nampak meningkatkan
pertumbuhan dan konversi pakan. Bilamana ω-3 terdapat pada tingkat 1% atau
121

lebih maka tidak ditemukan adanya efek seperti itu. Keberadaan ω-3 secara
tunggal adalah mencukupi. Penelitian ini lebih lanjut menerangkan bahwa untuk
rainbow trout ω-3 adalah asam lemak esensial, dan sebaiknya disediakan pada
tingkat yang cukup yaitu kurang lebih 1%.

Tabel 4.8. Komposisi Asam Lemak Pakan Uji

__________________________________________________________
No. Persentase Asam Lemak (%, Etil Ester)
Pakan Uji ____________________________________
Laurat Linoleat Linolenat
12:0 18:2 ω-6 18:3 ω-3
__________________________________________________________
1. 2.0 0.0 0.0
2. 1.9 0.0 0.1
3. 1.5 0.0 0.5
4. 1.0 0.0 1.0
5. 0.0 0.0 2.0
6. 1.0 0.1 0.9
7. 1.0 0.3 0.7
8. 1.0 0.5 0.5
9. 1.0 0.7 0.3
10. 1.0 1.0 0.0
__________________________________________________________
(After Castell et al., 1972)

4.2.2. LATIHAN

Pengertian Lemak dan Asam Lemak


Kerjakan latihan berikut ini sebagaimana instruksi di bawah:
1. Seluruh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Nutrisi Ikan dibagi kedalam 5
kelompok studi;
2. Setiap kelompok studi tersebut dilengkapi dengan 1 buah akuarium dan 9 buah
tabung reaksi (misalnya dengan tinggi 10 cm);
122

3. Letakkan ke 9 tabung reaksi ke dalam rak tabung reaksi, dan isi setiap 3
tabung reaksi masing-masing dengan minyak nabati, minyak mamalia atau
hewan darat lainnya, dan minyak ikan;
4. Masukkan rak beserta ke 9 tabung reaksi di dalamnya ke dalam sebuah
akuarium yang telah diisi dengan air hingga ketinggian sedikit (±1 cm) di
bawah mulut tabung reaksi tersebut;
5. Letakkan sebuah termometer ke dalam akuarium, dan tempatkan sedekat
mungkin dengan tabung reaksi;
6. Masukkan es batu sedikit demi sedikit ke dalam akuarium dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Kelompok studi 1 memasukkan es batu hingga suhu air terbaca 20ºC;
b. Kelompok studi 2 memasukkan es batu hingga suhu air terbaca 15ºC;
c. Kelompok studi 3 memasukkan es batu hingga suhu air terbaca 10ºC;
d. Kelompok studi 4 memasukkan es batu hingga suhu air terbaca 5ºC.
Alternatif lainnya adalah dengan memasukkan rak ke dalam refrigerator;
e. Kelompok studi 5 memasukkan es batu hingga suhu air terbaca 0ºC.
Alternatif lainnya adalah dengan memasukkan rak ke dalam freezer;
7. Bilamana tingkat suhu tertentu telah tercapai, pertahankan dengan menambah
es batu ke dalam akuarium atau mengatur kembali setting refrigerator agar
suhu tidak berubah atau menyimpang jauh;
8. Pertahankan kondisi seperti itu hingga 10 jam;
9. Amati dan catat setiap perubahan yang terjadi jam demi jam pada ke 3 jenis
minyak dalam tabung reaksi meliputi warna dan perubahan-perubahan fisik
lainnya;
10. Bandingkan hasil pengamatan Anda dengan kelompok studi lainnya;
11. Buat laporan lengkap dan presentasikan di depan semua kelompok studi serta
dosen pengampu.
123

Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak


Kerjakan latihan berikut ini sebagaimana instruksi di bawah:
1. Seluruh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Nutrisi Ikan dibagi kedalam 4
kelompok studi;
2. Setiap kelompok studi tersebut dilengkapi dengan 3 buah akuarium atau
wadah pemeliharaan lengkap dengan sistem pemeliharaannya;
3. Setiap akuarium diisi 5 ekor dari jenis yang sama (mis: bawal, tilapia, atau
lele);
4. Ikan terpilih hendaknya memiliki bobot atau ukuran tubuh yang setara
sehingga tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan makanan;
5. Kelompok studi 1, 2, 3, dan 4 masing-masing membuat jenis pakan sederhana
I, II, III, dan IV dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pakan sederhana mempunyai komposisi jenis bahan penyusun pakan yang
sama dan dengan jenis lemak yang berasal dari beberapa sumber. Porsi
masing-masing sumber lemak divariasikan, dengan penambahan total
lemak dalam pakan tetap, yaitu 10%;
b. Pakan sederhana I dengan penambahan total lemak nabati 10%;
c. Pakan sederhana II dengan penambahan total lemak hewani asal ikan
10%;
d. Pakan sederhana III dengan penambahan total lemak nabati 5% dan lemak
hewani asal ikan 5%;
e. Pakan sederhana IV tanpa penambahan lemak;
6. Amati dan catat tekstur permukaan, bau, dan warna pakan;
7. Setiap kelompok studi memberi pakan kepada ikan peliharaannya selama 4
minggu masing-masing dengan pakan yang dibuatnya dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pakan diberikan sedikit demi sedikit hingga kenyang (secara at satiation).
Metode tersebut biasanya membutuhkan waktu ±30 menit periode makan;
b. Pakan diberikan sebanyak 3 kali pada pagi, siang, dan sore hari.
124

8. Selama 4 minggu pemberian pakan, amati dan catat berbagai fenomena yang
terjadi mencakup bobot pakan yang dikonsumsi setiap hari, respons saat
pakan diberikan, pertumbuhan ikan, kelulushidupan, dan kualitas air;
9. Bandingkan hasil pengamatan Anda dengan kelompok studi lainnya;
10. Buat laporan lengkap dan presentasikan di depan semua kelompok studi serta
dosen pengampu.

4.3. PENUTUP

4.3.1. Test Formatif

Pengertian Lemak dan Asam Lemak


Jawablah soal-soal di bawah ini.
A. Jawaban Benar / Salah
1. Kandungan energi per gram lemak setara atau sedikit lebih tinggi daripada
energi yang terkandung dalam per gram protein.
2. Tingginya kandungan lemak dalam jaringan ikan mengindikasikan bahwa
energi cadangan dalam bentuk lemak lebih disukai daripada karbohidrat.
3. Sifat fisik lemak berkorelasi dengan tingkat kejenuhan asam lemak
penyusunnya. Tipe lemak dalam jaringan dapat mempengaruhi rasa
daging ikan. Jawab: Benar.
4. Asam lemak jenuh lebih dibutuhkan oleh udang, lobster, dan ikan laut.
5. Ikan mengandung asam lemak jenuh pada tingkat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hewan darat lainnya.
6. Asam lemak ω-3 lebih banyak dijumpai pada lemak nabati.

B. Jawaban singkat
1. Sebutkan 2 fungsi umum dari lemak.
2. Sebutkan 2 contoh komponen lemak beserta fungsi bio-fisiologisnya.
125

3. Sebutkan 3 faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecernaan lemak.


4. Tulis rumus kimia umum dari asam lemak.
5. Deskripsikan, apa yang dimaksudkan dengan:
a. Saturated fatty acids,
b. Monounsaturated fatty acids,
c. Polyunsaturated fatty acids,
d. Highlyunsaturated fatty acids,
6. Jelaskan hubungan antara sifat fisik lemak dengan tingkat kejenuhan dari
asam lemak penyusunnya.
7. Berdasarkan pada posisi ikatan ganda yang pertama pada rantai karbon
dari gugus metil yang terakhir dari asam lemak tersebut, PUFA
diklasifikasikan kedalam 3 kelompok. Sebutkan.
8. Jabarkan, apa nama dan makna nutrisinya dari rumus kimia asam lemak
berikut ini: a) 18:1 ω-9, b) 18:2 ω-6, c) 18:3 ω-3, d) 22:6 ω-3.
9. Selain salinitas lingkungan hidupnya, sebutkan 2 faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi komposisi asam lemak pada ikan maupun udang.
10. Sebutkan 3 contoh sumber asam lemak yang penting untuk ikan.

C. Uraian
1. Apabila diberikan rumus kimia sebagai berikut: 20:5 ω-3. Jabarkan apa
nama dan maknanya.
2. Lemak dikenal dapat menyebabkan berbagai penyakit, namun pakan harus
mengandung lemak dalam jumlah yang cukup. Jabarkan alasannya.

Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak


Jawablah soal-soal di bawah ini.
A. Jawaban Benar / Salah
1. Lemak yang sangat jenuh mempunyai tingkat kecernaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan lemak yang tidak jenuh.
126

2. Selain menyediakan energi, lemak dalam pakan membantu penyerapan


berbagai vitamin.
3. Pada ikan air tawar, peran asam lemak rantai karbon C 20 atau C 22 dapat
digantikan oleh asam lemak rantai karbon C 18.
4. Asam lemak ω-6 tidak diperlukan dalam pakan ikan karnivora.

B. Jawaban singkat
1. Sebutkan salah satu cara untuk mencegah terjadinya kerusakan lemak
dalam pakan!.
2. Sebutkan perbedaan yang paling mendasar dalam hal kebutuhan jenis
asam lemak antara ikan air tawar dan ikan air laut!.
3. Sebutkan 3 saja tanda-tanda kekurangan asam lemak esensial pada ikan.
4. Sebutkan 4 macam jenis asam lemak penting yang dibutuhkan oleh ikan.

C. Analisis
1. Analisis, mengapa ikan laut, terutama ikan perairan dingin, lebih
membutuhkan EPA dan DHA daripada linoleat atau linolenat, sedangkan
ikan air tawar tidak terlalu membutuhkan EPA dan DHA?.

4.3.2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Mahasiswa diminta untuk pergi mencari literatur di perpustakaan. Catat

berdasarkan pada berbagai macam literatur, berbagai macam kandungan asam


lemak (jenuh hingga PUFA atau HUFA) dari berbagai sumber lemak yang meliputi
minyak ikan, minyak nabati, dan minyak mamalia atau hewan darat lainnya.
Bandingkan kandungan asam lemaknya. Amati dan pelajari, lalu tulis apa yang
dapat Saudara simpulkan!. Bandingkan dengan berbagai fenomena yang terjadi
pada latihan ‘Pengertian Lemak dan Asam Lemak’.
Selanjutnya, setiap mahasiswa baik secara sendiri-sendiri maupun
berkelompok, diminta untuk melakukan hal yang sama sebagaimana latihan
‘Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak’ di rumah masing-masing. Pilih ikan dengan
127

feeding habit yang berbeda sebagaimana latihan tersebut. Amati dan catat
berbagai fenomena yang terjadi, dan bandingkan dengan hasil yang dicapai di
laboratorium kampus. (Ingat!! Feeding habit ikan dikelompokkan ke dalam
herbivora, karnivora, omnivora, detritivora, dan planktovora. Pilih saja jenis ikan
dari 3 kelompok yang pertama).
Untuk dapat melanjutkan ke materi selanjutnya (Pokok Bahasan V),
mahasiswa harus mampu menjawab semua pertanyaan paling tidak 70% benar.
Selamat bagi Anda yang telah lolos ke materi berikutnya!

4.3.3. Rangkuman

Pengertian Lemak dan Asam Lemak

Lemak merupakan salah satu komponen makro-nutrien dengan

kandungan energi terbesar dibandingkan dengan protein maupun

karbohidrat. Secara umum, fungsi lemak adalah: 1) sebagai sumber energi

metabolik (yaitu adenosin trifosfat, ATP). Nilai energi kotor (gross

energy) untuk lemak adalah sebesar 9.5 kkal/gr, protein sebesar 5.6
kkal/gr, dan karbohidrat sebesar 4.1 kkal/gr; 2) sebagai sumber asam

lemak esensial (essential fatty acids, EFA). EFA tak dapat disintesis

oleh ikan, dan karena itu harus tersedia dalam pakan; 3) merupakan

komponen esensial dari membran seluler dan sub-seluler; serta 4) sebagai

sumber steroid yang berperan dalam fungsi biologis penting, seperti

mempertahankan sistem membran, transport lemak, dan prekursor

berbagai hormon steroid.


128

(lanjutan)

Lemak dalam jaringan ikan terdapat dalam jumlah yang besar yang

mengindikasikan bahwa lemak merupakan energi cadangan yang lebih

disukai daripada karbohidrat. Komponen penting lemak adalah: a)

triglisirida; b) fosfolemak; c) wax; d) steroid; serta e) spingomielin.

Masing-masing komponen tersebut memiliki fungsi bio-fisiologis penting

dalam tubuh ikan. Kecernaan lemak bergantung pada jumlahnya dalam

pakan, tipe dari lemak, suhu air, derajad kejenuhan lemak, dan panjang

dari rantai karbonnya. Formula umum asam lemak adalah

CH3(CH2)nCOOH. Beradasarkan pada jumlah ikatan gandanya, lemak

dikelompokkan kedalam saturated, monounsaturated poly-unsaturated

fatty acids (PUFA), dan highly unsaturated fatty acids (HUFA).


Berdasarkan pada posisi ikatan ganda pertama yang dihitung dari ujung

metil (CH3) dari asam lemak tersebut, PUFA dibagi menjadi tiga famili

utama, yaitu oleat atau kelompok ω-9, linoleat atau kelompok ω-6, dan

linolenat atau kelompok ω-3. Derajad ketidakjenuhan asam lemak

mempengaruhi sifat fisik lemak tersebut. Asam lemak tidak jenuh lebih

reaktif secara kimiawi dan mempunyai titik leleh yang lebih rendah bila

dibandingkan dengan asam lemak jenuh untuk jenis sama. Asam lemak

ikan sering jauh lebih tidak jenuh bila dibandingkan dengan asam lemak

hewan darat. Komposisi asam lemak pada ikan dan udang dipengaruhi oleh

sejumlah faktor lingkungan, terutama salinitas, suhu, dan pakan. Berbagai

sumber PUFA-ω3 berasal dari minyak ikan laut. Lemak asal tanaman

tinggi kandungan asam lemak-ω6nya. Nilai nutrisi minyak kedelai yang

rendah mutunya dikarenakan kekurangan PUFA-ω3 meskipun tinggi nilai

PUFA-ω6nya.
129

Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang penting. Persentase

pemberian lemak dalam pakan bukannya tanpa batas dengan tidak

mempertimbangkan jenis dan asal sumber lemak. Lemak dengan

kandungan yang terlalu tinggi dalam pakan dapat mengakibatkan

perbandingan antara protein kasar terhadap total energi menjadi tidak

seimbang serta deposisi lemak yang berlebihan dalam rongga tubuh

maupun jaringan. Lemak hewan dan lemak yang sangat jenuh mempunyai

tingkat kecernaan yang lebih rendah dibandingkan dengan lemak yang

tidak jenuh. Lemak yang sangat tidak jenuh (yaitu lemak yang mana ikan

dapat mencerna dengan mudah) terdapat bahaya oksidasi yang

mengakibatkan kerusakan atau pembusukan pakan. Antioksidan biasanya

ditambahkan secara turin ke dalam pakan ikan untuk mencegah terjadinya

proses ketengikan selama penyimpanan. Selain menjadi sumber energi

dan penyedia asam lemak esensial, lemak dalam pakan juga membantu

penyerapan berbagai jenis vitamin yang larut dalam lemak. Ikan air tawar

membutuhkan asam lionoleat dan/atau asam linolenat dalam pakannya.

Ikan laut lebih membutuhkan asam lemak ekosapentaenoat (EPA)

dan/atau asam dokosaheksaenoat (DHA) dalam pakan. Tanda-tanda

kekurangan asam lemak esensial meliputi luka pada kulit, shock syndrome,

permasalahan pada jantung, laju pertumbuhan menurun, efisiensi pakan

menurun, performa reproduksi menurun, dan tingkat kematian atau

mortalitas meningkat. Ikan membutuhkan asam lemak ω-3 maupun ω-6

dalam pakannya pada kadar tertentu.


130

4.3.4. Kunci Jawaban Test Formatif

Pengertian Lemak dan Asam Lemak


A. Jawaban Benar / Salah
1. Jawab: Salah.
2. Jawab: Benar.
3. Jawab: Benar.
4. Jawab: Salah.
5. Jawab: Salah.
6. Jawab: Salah.

B. Jawaban singkat
1. Jawab: a) Sebagai sumber energi metabolik (yaitu adenosin trifosfat, ATP);
b) Sebagai sumber asam lemak esensial; c) Sebagai komponen esensial
dari membran seluler dan sub-seluler; dan d) Sebagai sumber steroid.
2. Jawab: Komponen lemak terdiri dari: a) triglisirida yang merupakan
simpanan energi utama pada hewan; b) fosfolemak yang merupakan
komponen utama dari memban selular; c) wax yang merupakan simpanan
energi pada hewan maupun tanaman; d) steroid yang penting secara
biologis dalam berbagai proses reproduksi, dan merupakan prekursor dari
hormon sex pada ikan serta udang; serta e) spingomielin yang merupakan
komponen lemak dari otak serta jaringan syaraf.
3. Jawab: Tiga faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecernaan lemak
meliputi: a) Jumlahnya dalam pakan; b) Tipe dari lemak; c) Suhu air; d)
Derajad kejenuhan lemak; dan e) Panjang dari rantai karbonnya.
4. Jawab: Rumus kimia umum dari asam lemak adalah sebagai berikut:
CH3(CH2)nCOOH.
5. Jawab:
a. Saturated fatty acids: disebut juga asam lemak jenuh, karena tidak
mengandung ikatan ganda. Bersifat tidak esensial.
131

b. Monounsaturated fatty acids: disebut juga asam lemak tidak jenuh


dengan satu ikatan ganda. Pada umumnya bersifat tidak esensial.
c. Polyunsaturated fatty acids: disebut juga asam lemak tidak jenuh
(PUFA). PUFA memiliki lebih dari satu ikatan ganda. Bersifat esensial
terutama bagi ikan air tawar.
d. Highlyunsaturated fatty acids: disebut juga asam lemak sangat tidak
jenuh (HUFA). HUFA memiliki jumlah ikatan ganda tidak kurang dari
empat. Bersifat esensial terutama bagi ikan air laut.
6. Jawab: Derajad kejenuhan asam lemak mempengaruhi sifat fisik lemak.
Lemak dengan asam lemak yang tidak jenuh bersifat lebih reaktif secara
kimiawi dan mempunyai titik leleh yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan asam lemak jenuh untuk jenis lemak sama.
7. Jawab: Tiga kelompok PUFA tersebut adalah a) kelompok asam lemak
oleat, b) kelompok asam lemak linoleat, dan c) kelompok asam lemak
linolenat.
8. Jawab:
a. 18:1 ω-9 disebut juga dengan asam lemak oleat. Bersama-sama
dengan asam lemak dari kelompok linoleat dan linolenat penting untuk
menjaga keseimbangan permeabilitas membran seluler.
b. 18:2 ω-6 disebut juga dengan asam lemak linoleat. Banyak terdapat
dalam minyak nabati. Esensial untuk ikan air tawar dan hewan darat
lainnya.
c. 18:3 ω-3 disebut juga dengan asam lemak linolenat. Banyak terdapat
dalam minyak hewani. Esensial untuk ikan air tawar dan hewan darat
lainnya.
d. 22:6 ω-3 disebut juga dengan asam lemak DHA. Banyak terdapat
dalam minyak ikan. Terutama esensial untuk ikan air laut.
9. Jawab: pakan dan suhu air.
10. Jawab: Tiga contoh sumber asam lemak yang penting untuk ikan meliputi:
a) minyak hati ikan cod, b) minyak hati ikan polak, c) minyak kerang (kima),
d) minyak cumi, dan e) minyak ikan laut pada umumnya.
132

C. Uraian
1. Jawab: Nama rumus kimia tersebut adalah EPA (asam eikosapentaenoat).
Angka 20 bararti jumlah rantai karbon, yaitu 20 C; angka 5 berarti jumlah
ikatan ganda; angka dan notasi ω-3 berarti bahwa ikatan ganda tersebut
dimulai dari ikatan rantai karbon ke-3, dihitung dari gugus metil (CH3) yang
terakhir dari asam lemak tersebut.
2. Jawab: Lemak tidak selalu mendatangkan penyakit. Keberadaannya
dalam pakan ikan sangat dibutuhkan. Lemak dibutuhkan dalam pakan
karena memiliki fungsi utama sebagai sumber energi metabolik dengan
kandungan kalori per gramnya yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
sumber energi lainnya. Kekurangan energi dari lemak dapat berakibat
pada peningkatan pemanfaatan energi dari protein. Lemak tidak jenuh,
terutama kelompok PUFA dan HUFA, bahkan bersifat esensial bagi ikan
maupun hewan darat lainnya. Terganggunya keseimbangan kadar asam
lemak PUFA atau HUFA dari kelompok oleat, linoleat, dan linolenat
berakibat pada terganggunya permeabilitas membran seluler. Lemak
dengan konsentrasi lipoprotein tinggi (high density lippoprotein, HDL)
memiliki karakteristik yang menguntungkan bagi berbagai fungsi tubuh.
Lemak juga memiliki fungsi bio-fisiologis penting, misalnya: asam lemak
esensial penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup; merupakan
komponen esensial dari membran seluler dan sub-seluler; dan sebagai
sumber steroid yang berperan dalam fungsi biologis penting, seperti
mempertahankan sistem membran, transport lemak, dan prekursor
berbagai hormon steroid.

Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak


A. Jawaban Benar / Salah
1. Jawab: Salah.
2. Jawab: Benar.
3. Jawab: Benar.
4. Jawab: Salah.
133

B. Jawaban singkat
1. Jawab: Salah satu cara untuk mencegah terjadinya kerusakan lemak
dalam pakan adalah dengan menambahkan antioksidan ke dalam pakan
tersebut.
2. Jawab: Perbedaan yang paling mendasar dalam hal kebutuhan jenis asam
lemak antara ikan air tawar dan ikan air laut adalah bahwa ikan air tawar
membutuhkan asam lemak rantai karbon C 18 (linoleat dan linolenat)
sebagai asam lemak yang esensial. Sedangkan ikan air laut lebih
membutuhkan asam lemak rantai karbon C 20 (EPA) atau C 22 (DHA)
sebagai asam lemak yang esensial.
3. Jawab: Tanda-tanda kekurangan asam lemak esensial pada ikan
diantaranya adalah luka pada kulit, shock syndrome, permasalahan pada
jantung, laju pertumbuhan menurun, efisiensi pakan menurun, performa
reproduksi menurun, dan tingkat kematian atau mortalitas meningkat.
4. Jawab: Empat macam jenis asam lemak penting yang dibutuhkan oleh ikan
adalah EPA, DHA, lionolenat, dan linoleat.

C. Analisis
1. Jawab: Meskipun ke 4 jenis asam lemak tersebut merupakan komponen
penting pembentuk dinding membran seluler yang menentukan pula tingkat
permeabilitas membran sel tersebut, namun EPA dan DHA memiliki rantai
karbon lebih panjang (yaitu C 20 dan C 22) daripada linoleat dan linolenat
(yaitu C 18). Hal ini menjadikan titik beku asam lemak EPA dan DHA lebih
rendah daripada linoleat dan linolenat. Sementara itu, ikan laut terutama
yang hidup di perairan dingin perlu untuk mempertahankan permeabilitas
membran selulernya agar berbagai fungsi bio-fisiologisnya tetap berjalan
normal. Selain itu, proses metabolisme pada ikan laut juga tidak mampu
memperpanjang rantai karbon C 18 menjadi C 20 atau bahkan C 22. Oleh
karena itu, keberadaan asam lemak rantai panjang menjadi esensial bagi
ikan laut. Lain halnya dengan ikan air tawar. Proses metabolisme pada
ikan air tawar mampu memperpanjang rantai karbon C 18 menjadi C 20
atau C 22. Oleh karena itu, EPA dan DHA menjadi bersifat tidak esensial
134

lagi bagi ikan air tawar, meskipun ikan tersebut mampu menggunaknnya
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA/ACUAN/BACAAN ANJURAN


1. Campbell P.N. and Smith, A.D. 1982. Biochemistry Illustrated. Churchill
Livingstone, Wilture Enterprises (Internat.) Ltd. 225 p.

2. Cho, C.Y., Cowey, C.B. and Watanabe, T. 1985. Finfish Nutrition in Asia-
Methodological Approaches to Research and Development. IDRC,
Canada. 154 p.

3. Groff J.L. and Gropper, S.S. 2000. Advanced Nutrition and Human
Metabolism. Wadsworth, Thomson Learning, USA. 584 p.

4. Halver, J.E. 1972. Fish Nutrition. Acad. Press., New York. 713 p.

5. Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. 2nd ed. Acad. Press, Inc., San Diego. 798
p.

6. Halver, J.E. and Hardy, R.W. 2002. Fish Nutrition. 3rd ed. Acad. Press,
Amsterdam. 822 p.

7. Hepher, B. 1988. Nutrition of Pond Fishes. Cambridge Univ. Press. New


York. 387 p.

8. Lawrence, E. 1989. Biological Terms. 10th ed. Longman Sci. & Technical,
Singapore. 645 p.

9. Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. Van Nostrand reinhold, New
York. 260 p.

10. NRC. 1977. Nutrient Requirements of Warmwater Fishes. Nation. Acad. Sci.,
Washington, DC., USA. 78 p.

11. NRC. 1982. Nutrient Requirements of Warmwater Aquatic Animals. Nation.


Acad. Press, Washington, DC., USA. 252 p.

12. Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson Learning,
USA. 621 p.

13. Pillay, T.V.R. 1990. Aquaculture-Principles and Practices. Fishing News


Books, Blackwell Sci. Pub. Ltd., Oxford, London. 575 p.

14. Steffens, W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Ellis Horwood Ltd., England.
384 p.
135

15. Stickney, R.R. 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. John Wiley &
Sons, Inc., Canada. 375 p.

16. Tacon, A.G.J. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp-A
Training Manual: The Essential Nutrients. FAO-UN., Brazil. 117 p.

17. Tytler, P. and Calow, P. 1985. Fish Energetics-New Perspectivees. Croom


Helm, London. 349 p.

18. Webster, C.D. 2002. Nutrient Requirements and Feeding of Finfish for
Aquaculture. CABI Pub., USA. 448 p.

SENARAI
Organik: diturunkan dari atau menunjukkan sifat-sifat organisme hidup; molekul
yang mengandung karbon.

Saturated fatty acid = asam lemak jenuh. Asam lemak dengan ikatan tunggal
pada setiap rantai hidrokarbonnya. Biasanya terdapat pada asam lemak
dengan jumlah rantai karbon rendah.

Unsaturated fatty acid = asam lemak tidak jenuh. Asam lemak dengan ikatan
ganda pada beberapa rantai hidrokarbonnya. Semakin banyak ikatan ganda
yang dimiliki, semakin tidak jenuh. Biasanya terdapat pada asam lemak
dengan jumlah rantai karbon tinggi, misalnya C 16 hingga C 22.

PUFA = poly unaturated fatty acid = kelompok asam lemak tidak jenuh, biasanya
mengacu pada asam lemak dengan jumlah ikatan ganda pada rantai
hiodrokarbonnya antara 1 hingga 3.

HUFA = highly unaturated fatty acid = kelompok asam lemak sangat tidak jenuh,
biasanya mengacu pada asam lemak dengan jumlah ikatan ganda pada
rantai hiodrokarbonnya lebih dari 3, misalnya EPA dan DHA. HUFA sering
dimasukkan ke dalam kategori PUFA juga.

EPA = eicosapentaenoic acid = asam lemak ekosapentaenoat. EPA adalah


contoh asam lemak jenuh dengan rantai karbon C 20 dan ikatan ganda 5.

DHA = docosahexaenoic acid = asam lemak dokosaheksaenoat. DHA adalah


contoh asam lemak jenuh dengan rantai karbon C 22 dan ikatan ganda 6.

22:6 ω-3: rumus kimia DHA, yang berarti bahwa jumlah atom karbon (C) 22,
jumlah ikatan ganda 6, dan posisi ikatan ganda yang pertama pada nomor 3,
dihitung dari ujung metil (CH3) asam lemak tersebut.

You might also like