You are on page 1of 12

MAKALAH JAMINAN GADAI

A. Pengaturan Gadai

Definisi dari Gadai berdasarkan Pasal 1150 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

(“KUHPer”):

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak,

yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan

yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari

barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan

kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.

Dari definisi gadai tersebut, unsur-unsur gadai (secara umum) berdasarkan pasal tersebut di

atas adalah sebagai berikut:

 Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang

bergerak. Pada dasarnya gadai itu merupakan suatu hak kebendaan bagi pihak

yang berpiutang atau kreditur. Hak kebendaan hanya meliputi barang-barang

yang bergerak dan tidak meliputi barang-barang yang tidak bergerak.

 Barang bergerak tersebut diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau

seorang lain atas namanya. Perolehan dan penyerahan barang bergerak

tersebut adalah dari pihak yang berutang atau debitur ataupun dari pihak

ketiga. Penyerahan dapat dilakukan secara nyata ataupun melalui sebuah akta.

 Memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan

dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang

lainnya. Melalui hak kebendaan berupa gadai ini, pihak yang berpiutang atau

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 1
kreditur menjadi kreditur konkuren terhadap kreditur-kreditur lainnya dalam

hal pelunasan hutang-hutang pihak yang berutang atau debitur.

 Dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang

telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan,

biaya-biaya mana harus didahulukan. Walaupun pihak yang berpiutang atau

kreditur ini memiliki hak konkuren dibandingkan dengan kreditur yang

lainnya, namun terdapat hak lain yang lebih tinggi yaitu hak yang dimiliki

oleh balai lelang atas biaya-biaya pelelangan barang bergerak dan biaya

pemeliharaan barang bergerak yang digadaikan. Pelunasan biaya-biaya

tersebut harus didahulukan dari pelunasan atau hak-hak yang lain.

Dari definisi dan unsur-unsur di atas, gadai merupakan hak kebendaan dan timbul dari

suatu perjanjian gadai. Perjanjian gadai inipun tidaklah berdiri sendiri melainkan merupakan

perjanjian ikutan atau accesoir dari perjanjian pokoknya. Perjanjian pokok ini biasanya

adalah berupa perjanjian hutang piutang antara kreditur dan debitur.

Dalam suatu perjanjian hutang piutang, debitur sebagai pihak yang berutang meminjam

uang atau barang dari kreditur sebagai pihak yang berpiutang. Agar kreditur memperoleh rasa

aman dan terjamin terhadap uang atau barang yang dipinjamkan, kreditur mensyaratkan

sebuah agunan atau jaminan atas uang atau barang yang dipinjamkan. Agunan ini diantaranya

bisa berupa gadai atas barang-barang bergerak yang dimiliki oleh debitur ataupun milik pihak

ketiga. Debitur sebagai pemberi gadai menyerahkan barang-barang yang digadaikan tersebut

kepada kreditur atau penerima gadai. Disamping menyerahkan kepada kreditur, barang yang

digadaikan ini dapat diserahkan kepada pihak ketiga asalkan terdapat persetujuan kedua belah

pihak.

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 2
A. Saham Sebagai Objek Gadai

Dalam praktek saat ini, gadai barang bergerak meliputi pula gadai atas saham-saham baik

saham-saham yang diterbitkan dengan warkat maupun tanpa warkat. Tidak sedikit suatu

perusahaan yang melakukan perjanjian utang piutang dengan kreditur yang umumnya bank,

kemudian memberikan jaminan berupa saham-saham miliknya yang digadaikan.

Dengan melihat karakteristiknya, saham merupakan barang bergerak. Dikatakan

bergerak karena saham bukanlah sesuatu yang melekat pada tanah dan bangunan serta saham

dapat dipindahtangankan dengan cara penyerahan secara nyata ataupun secara yuridis.

KUHPer sendiri telah menentukan bahwa hak kebendaan yang melekat pada barang bergerak

harus dijaminkan secara gadai. Begitu juga dengan saham, oleh karena saham masuk

dalam kategori barang bergerak, saham harus dijaminkan secara gadai dengan mengeluarkan

saham tersebut dari kekuasaan debitur.

B. Bukti Kepemilikan Saham Tanpa Warkat dan Kekuatan Hukumnya

Saat ini seiring dengan perkembangan dan kemajuan pasar modal, saham-saham yang

diterbitkan tidak hanya dalam bentuk surat saham atau warkat, namun juga saham tanpa

warkat atau yang disebut dengan scriptless stock. Pada dasarnya tidak ada perbedaan

signifikan antara kedua jenis saham ini. Perbedaan tersebut hanya pada ada tidaknya suatu

surat atau bukti tertulis kepemilikan saham tersebut dan cara penyerahan dimana penyerahan

saham dengan warkat dilakukan secara fisik, sedangkan penyerahan saham tanpa warkat

dilakukan secara elektronis. Munculnya jenis saham tanpa warkat ini dilatarbelakangi

dengan adanya masalah atau kendala perdagangan saham secara fisik. Ketidak efisienan dan

kelambatan proses transaksi menjadi masalah besar dalam perdagangan saham di bursa.

Jumlah dan nilai transaksi sulit untuk mencapai jumlah yang besar, yang pada akhirnya juga

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 3
menyebabkan rendahnya likuiditas. Perdagangan ini juga

ternyata dapat menyebabkan terjadinya penyerahan surat-surat saham palsu, yang tentunya

merugikan bagi pemodal.

Apa bukti kepemilikan atas saham-saham tanpa warkat? Kita perlu melihat lebih dahulu

saham apa yang dimiliki oleh pemegang saham. apakah saham atas unjuk atau saham atas

nama. Secara umum, bukti yang dimiliki oleh pemegang saham tanpa warkat adalah berupa

rekening saham yang dia miliki melalui Perusahaan Efek, Bank Kustodian, dan Lembaga

Penyimpanan & Penyelesaian. Saham-saham yang dimiliki oleh pemegang saham tersebut

dicatatkan atas nama pemegang saham dalam catatan rekening yang terpisah dari keuangan

Perusahaan Efek. Perusahaan Efek ini kemudian menitipkan saham tersebut atas nama

Perusahaan Efek yang bersangkutan pada Bank Kustodian. Kemudian, Bank Kustodian

menitipkan saham tersebut ke Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (yang dalam hal ini

di Indonesia dijalankan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (“KSEI”)).

Rekening yang dititipkan oleh Bank Kustodian di Lembaga Penyimpanan & Penyelesaian

ini tercatat atas nama Bank Kustodian yang bersangkutan sebagai wakil substitusi Perusahaan

Efek yang mewakili pemegang saham. Selanjutnya, berdasarkan rekening saham yang

terdapat pada 3 lembaga tersebut, Emiten mencatatkan kepemilikan saham atas dirinya

melalui Biro Administrasi Efek. Jadi, bukti rekening itulah yang dijadikan sebagai bukti

bahwa si pemegang saham memiliki saham-saham di suatu Emiten.

Kekuatan hukum yang dimiliki oleh pemilik atau pemegang saham itu sangat kuat. Bukti

rekening saham yang dimilikinya telah menjadi penguat kepemilikannya atas saham-saham

tersebut. Lagipula, apabila saham yang dimilikinya merupakan jenis saham atas unjuk, maka

oleh karena saham merupakan barang bergerak, terhadapnya berlaku Pasal 1977 ayat 1

KUHPer dimana dalam ketentuan tersebut disebutkan:

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 4
“Terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga, maupun piutang yang tidak harus

dibayar kepada si pembawa maka barangsiapa yang menguasainya dianggap sebagai

pemiliknya”.

Berdasarkan ketentuan di atas, setiap pemegang atas saham-saham tersebut harus

dianggap sebagai pemiliknya yang sah (Inbezitstelling) kecuali dibuktikan sebaliknya

berdasarkan undang-undang. Hal ini dalam rangka melindungi pembeli saham yang beritikad

baik dimana saat itu dia memegang saham tersebut.

Namun, lain lagi apabila saham yang dimilikinya merupakan saham atas nama, maka

selain bukti rekening saham yang dipegangnya, biasanya ketentuan bukti kepemilikan ini

diserahkan kepada masing-masing pemegang saham perusahaan melalui anggaran dasarnya.

C. Kedudukan Hukum Bank Kustodian dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

(LPP) dalam transaksi gadai saham

Dalam hal jaminan gadai saham, Bank Kustodian dan Lembaga Penyimpanan dan

Penyelesaian sebagai lembaga kustodian merupakan pihak ketiga yang berdasarkan undang-

undang berwenang untuk memegang saham yang dijaminkan secara gadai. Untuk mengetahui

dasar hukumnya, kita perlu untuk memperhatikan Pasal 1152 ayat 1 KUHPer sebagai berikut:

Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bawa diletakkan dengan

membawa barang gadainya di bawah kekuasaan si berpiutang atau seorang pihak ketiga,

tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak.

Dalam pasal tersebut, sebenarnya penunjukan pihak ketiga haruslah berdasarkan

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 5
persetujuan kedua belah pihak yaitu pemberi gadai dan penerima gadai. Namun, bukan

berarti kesepakatan ini tidak dapat disimpangi.

Perjanjian ini bisa disimpangi dengan undang-undang yang menentukan bahwa setiap

saham yang diperdagangkan di pasar modal secara scriptless disimpan di lembaga kustodian.

Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (“UUPM”) memiliki kedudukan

hukum yang lebih kuat daripada perjanjian, dan UUPM merupakan lex specialis dari

KUHPer dalam urusan ini.

Yang terpenting dalam hal gadai, bagaimana caranya saham yang dimiliki oleh pemberi

gadai ini keluar dari kekuasaannya dan beralih ke kreditur atau pihak ketiga sebagai penerima

gadai.

Namun, agar tidak terjadi perselisihan atau masalah di kemudian hari, pemberi gadai wajib

memberitahukan kepada lembaga kustodian bahwa saham-saham yang dimilikinya diletakkan

hak jaminan berupa gadai.

Selain itu, Emiten wajib pula melakukan pencatatan adanya gadai saham ini dalam

Daftar Pemegang Saham dan Daftar Khusus Pemegang Saham sebagaimana ditentukan

dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”).

Pemberitahuan ini penting selain karena sebagai syarat disclosure namun juga untuk

mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di masa mendatang. Terlebih lagi jikalau

pemegang saham sebagai pemberi gadai tersebut merupakan controlling shareholders atas

suatu Emiten. Syarat keterbukaan ini bukan lagi perlu tapi wajib karena dapat menyangkut

dan berakibat perubahan pengendalian atau manajemen jika sewaktu-waktu pemberi gadai

wanprestasi, apalagi jika kreditur memohon kepada hakim agar dia dapat memiliki saham-

saham tersebut.

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 6
D. Perlindungan Hukum Pemberi Gadai Saham Tanpa Warkat

Saham merupakan Efek yang memiliki nilai atau harga yang tidak stabil. Pergerakan

nilai atau harganya di pasar modal sangat tergantung kepada kekuatan penawaran dan

permintaan. Apabila permintaan atas saham yang bersangkutan naik, maka biasanya harga

saham itu akan naik. Namun, bila penawaran suatu saham lebih tinggi daripada

permintaannya, tentunya harga saham tersebut akan turun atau anjlok. Kemudian, saham-

saham yang diperdagangkan di bursa adalah dalam bentuk saham tanpa warkat atau

scriptless, dimana bukti kepemilikan saham hanya berdasarkan rekening saham yang

tersimpan dan tercatat di lembaga kustodian.

Hal-hal di atas sebenarnya memiliki resiko khususnya bagi pemegang saham sebagai

pemberi gadai. Ketika dia menjaminkan saham yang dimilikinya kepada kreditur atau

lembaga kustodian sebagai penerima gadai, tentunya terbuka kemungkinan adanya

penyimpangan atau penyalahgunaan oleh pihak penerima gadai. Apalagi bentuk saham

tersebut adalah saham tanpa warkat dan karakteristik saham tersebut serta prospek pasar

emiten yang sahamnya dimiliki oleh pemberi gadai. Dalam perjalanannya, bisa saja harga

saham tersebut mengalami kemerosotan yang sebenarnya bukan disebabkan karena kondisi

pasar namun karena adanya tindak pidana manipulasi pasar atau perdagangan saham semu.

Untungnya, beberapa peraturan cukup melindungi pemegang saham sebagai pemberi

gadai. Sebut saja, dalam UUPT di Pasal 53 ayat (4) dimana hak suara atas saham yang

digadaikan tetap ada pada pemegang saham. Walaupun saham tersebut dikuasai oleh

penerima gadai, namun bukan berarti dia memiliki saham tersebut dan hak suara dalam

menentukan manajamen perusahaan.

Penerima gadai hanya bertindak sebagai pihak yang menerima “titipan” dan wajib

“memelihara” saham tersebut. Dalam perjanjian gadai, bisa saja diperjanjikan bahwa

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 7
penerima gadai atau kreditur dapat menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”),

namun hanya sebagai penerima kuasa dari pemegang saham pemberi gadai. Suara yang

dikeluarkan merupakan suara dari pemegang saham yang bersangkutan.

Disamping UUPT, KUHPer dan UUPM juga memberikan perlindungan kepada pemberi

gadai saham tanpa warkat. Pasal 1159 KUHPer ditentukan bahwa apabila penerima atau

pemegang gadai menyalahgunakan barang gadai tersebut, maka pemberi gadai dapat

menuntut pengembalian barang gadai tersebut beserta biaya yang dikeluarkan dalam merawat

barang gadai tersebut, walaupun utang pemberi gadai belum lunas.

Dalam konteks saham tanpa warkat, apabila pemegang gadai yang dalam hal ini lembaga

kustodian termasuk pula kreditur dan afiliasinya melakukan penyalahgunaan atas saham

tersebut, misalnya dengan melakukan perdagangan saham semu atau manipulasi pasar

sehingga harga saham tersebut turun yang berakibat kepada kerugian pemberi gadai, maka

pemberi gadai disamping dapat menuntut pengembalian atas saham-saham yang dikuasasi

oleh pemegang atau penerima gadai, secara perdata dia juga dapat menuntut ganti kerugian

atas perbuatan pemegang gadai. Secara pidana, dia bisa melaporkan pemegang gadai atas

tindak pidana pasar modal di atas berdasarkan UUPM. Pembuktian secara perdata maupun

pidana sangat diperlukan dalam menemukan kesalahan pemegang gadai.

E. Eksekusi Gadai Saham Tanpa Warkat

Bagaimana kreditur dapat mengeksekusi saham tanpa warkat di pasar modal yang

digadaikan apabila debitur atau pemberi gadai wanprestasi?

Ketentuan mengenai eksekusi ini tetap mengacu kepada KUHPer Pasal 1155 dan Pasal

1156 KUHPer. Kreditur dapat langsung menjalankan parate executie dengan menjual

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 8
saham-saham tersebut di bursa, dengan syarat perantaraan 2 orang makelar yang ahli dalam

perdagangan saham tersebut. Makelar disini sebenarnya perusahaan efek yang menjalankan

kegiatan sebagai perantara perdagangan efek termasuk saham. Penjualan dilakukan oleh 2

perusahaan efek berdasarkan penunjukan oleh kreditur.

Namun, perlu diperhatikan bahwa ada kontradiksi karakteristik antara gadai barang

bergerak biasa dan saham tanpa warkat di pasar modal. Hal ini berdampak pada upaya

eksekusi atas barang yang digadaikan. Kalau barang yang digadaikan hanya barang bergerak

biasa, eksekusi secara langsung mungkin bisa dilakukan tanpa pemberitahuan kepada debitur

atau pihak lain.

Namun, kalau barang yang digadaikan adalah berupa saham apalagi saham tanpa warkat,

maka eksekusi atas gadai saham tersebut tidak sesederhana begitu saja karena adanya syarat

keterbukaan informasi atau setidak-tidaknya harus diberitahukan kepada debitur. Hal ini

penting untuk melindungi debitur atas barang gadai yang dijual dimana nilai barang

tersebut baru bisa ditentukan pada saat penjualan atau eksekusi.

Apabila saham-saham yang digadaikan bukanlah saham pengendali, maka eksekusi dapat

langsung dilakukan melalui parate executie, melalui lelang sebagaimana diperjanjikan para

pihak, atau memohon kepada hakim untuk memberikan penetapan harga atas saham yang

akan dijual. Khusus mengenai penetapan harga saham oleh hakim, hal ini penting karena

objektifitas harga dapat terjaga. Hakim dapat menunjuk profesi penilai untuk melakukan

penilaian atas harga saham tersebut secara objektif.

Namun, apabila saham yang digadaikan adalah berupa saham pengendali sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang ada , maka eksekusi tersebut haruslah diinformasikan

terlebih dahulu kepada debitur ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan sesuai dengan

ketentuan UUPM dan peraturan pelaksanaannya. Hal ini penting karena menyangkut

perubahan pengendalian atas manajemen Emiten.

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 9
Cara eksekusi tetaplah sama dan sebagaimana ditentukan oleh KUHPer, namun oleh

karena barang gadai tersebut adalah saham tanpa warkat, maka eksekusi atau penjualan

saham tersebut harus juga memenuhi ketentuan Pengambil alihan Perusahaan Terbuka

sebagaimana ditentukan dalam UUPT, PP No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan,

Pengambilalihan, dan Peleburan Perseroan Terbatas, Peraturan Bapepam No. IX.H.1.

Dalam penjualan saham-saham yang digadaikan, tidak perlu memakai aturan mengenai

Penawaran Tender (Peraturan Bapepam No. IX.F.1), karena prosedur ini dikecualikan oleh

angka 11 huruf e Peraturan Bapepam No. IX.H.1 dalam hal terdapat penetapan atau putusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Dalam hal ini, apabila

penerima gadai tidak menghendaki adanya penawaran tender, maka dia perlu untuk

memohon penetapan kepada hakim agar dapat dilakukan eksekusi atas saham-saham yang

digadaikan. Dalam eksekusi tersebut, bisa saja penerima gadai menjual saham-saham yang

digadaikan tersebut melalui pemberi gadai dengan diawasi oleh juru sita dan penerima gadai

tersebut.

Mekanisme yang dijalankan oleh pemberi gadai ketika melakukan penjualan saham-saham

tersebut saham halnya dengan proses atau mekanisme divestasi. Oleh karena penjualan

tersebut merupakan peristiwa yang bersifat material, tentunya hal ini harus di-disclose ke

publik . Hal ini penting untuk melindungi para pemegang saham minoritas dan para

stakeholders lainnya karena aksi korporasi ini menyangkut perubahan pengendalian

manajemen. Emiten yang saham-saham digadaikan melakukan pemanggilan RUPS Luar

Biasa untuk membahas mengenai masalah penjualan saham-saham ini. Upaya yang dapat

dilakukan oleh pemegang saham minoritas dalam hal ini adalah hanya meminta perseroan

untuk melakukan buy back atas saham-saham yang dimilikinya dengan harga yang wajar.

Mengenai harga atas saham-saham yang dieksekusi, harga saham-saham ini tidak merujuk

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 10
kepada Peraturan Bapepam No. IX.H.1 tentang Akuisisi Perusahaan Terbuka. Aturan yang

ada di dalam peraturan tersebut lebih mengatur kepada harga saham yang di-tender offer-kan.

Namun, penentuan harga ini tetap mengacu kepada KUHPer. Dalam hal ini, sebagaimana

dikemukakan di atas, penerima gadai memohon kepada hakim untuk menentukan harga-

harga saham yang digadaikan. Hakim dalam hal ini dapat meminta bantuan profesi penilai

untuk mendapatkan harga saham yang wajar.

Eksekusi atas saham-saham tanpa warkat seperti dikemukakan di atas memang seharusnya

seperti itu apalagi jika saham-saham yang dimiliki oleh pemegang saham pemberi gadai

berjumlah besar dan mayoritas serta merupakan pengendali perusahaan. Eksekusi tidak bisa

langsung dilakukan melalui parate executie. Dalam hal ini, ada aturan-aturan tertentu yang

harus dipatuhi di pasar modal. Hal ini berbeda jika saham-saham yang digadaikan bukanlah

saham mayoritas atau saham-saham tersebut merupakan saham dengan warkat, eksekusi

dapat mudah langsung dilakukan walaupun dalam situasi tertentu harus dibuka ke publik.

F. PENUTUP

Melihat apa yang telah dikemukakan di atas, pada dasarnya masalah gadai baik barang-

barang bergerak secara umum ataupun saham secara khusus tetap harus menggunakan aturan-

aturan yang tertuang dalam KUHPer. Namun, seiring dengan perkembangan zaman,

munculnya saham tanpa warkat yang kemudian dapat menjadi objek dari jaminan gadai, tidak

selalu dapat ditangani oleh KUHPer. KUHPer yang telah dibuat lebih dari 100 tahun yang

lalu, belum dapat menjangkau masalah gadai saham tanpa warkat. Untungnya, terdapat

beberapa ketentuan dalam UUPM maupun Peraturan Bapepam yang mampu mengakomodir

atas permasahalahan hukum saham tanpa warkat.

Kalau kita perhatikan, khususnya mengenai gadai, masalah yang paling utama adalah

masalah eksekusi atas barang yang digadaikan. Pada hakikatnya, pembuat undang-undang

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 11
(KUHPer) menghendaki atas eksekusi yang mudah dan langsung atas barang-barang yang

digadaikan ketika debitur pemberi gadai wanprestasi. Hal ini sengaja untuk melindungi

kreditur penerima gadai. Namun, ketentuan ini tidaklah mutlak, tetapi bisa diperjanjikan lain

oleh para pihak dan selama tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

Dalam hal ini, sesuai dengan karakteristik dari Buku III KUHPer yang bersifat terbuka, para

pihak dapat memperjanjikan masalah eksekusi atas gadai barang-barang bergerak ini baik

melalui lelang atau melalui penjualan di bawah tangan dengan perantaraan hakim.

Dalam konteks saham tanpa warkat, masalahnya tetap sama yaitu menyangkut eksekusi

gadai. Disini aturan KUHPer mengenai parate executie tidak dapat diterapkan sepenuhnya

walaupun tidak diperjanjikan oleh para pihak. Eksekusi tetaplah haruslah mengikuti beberapa

aturan tertentu dalam pasar modal. Namun, penentuan harga tetap dapat dimintakan kepada

hakim.

Berangkat dari masalah eksekusi gadai saham tanpa warkat ini, di satu sisi adanya

prosedur yang harus dilalui dalam pasar modal ini mengenyampingkan maksud dari pembuat

undang-undang agar eksekusi gadai dibuat mudah sedemikian rupa, namun di sisi lain

prosedur dan syarat keterbukaan informasi tertentu yang harus dilalui di dalam pasar modal

haruslah dipatuhi, karena untuk melindungi pihak-pihak yang berkepentingan dengan Emiten

yang saham-sahamnya akan dijual karena eksekusi gadai. Dari 2 sisi di atas, sudah sepatutnya

bila eksekusi atas gadai saham tanpa warkat tetap dibuat seperti apa adanya, demi

perlindungan para stakeholders. Semuanya telah cukup terakomodir dalam peraturan

perundang-undangan.

rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 12

You might also like