Professional Documents
Culture Documents
A. Pengaturan Gadai
Definisi dari Gadai berdasarkan Pasal 1150 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(“KUHPer”):
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak,
yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan
yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
Dari definisi gadai tersebut, unsur-unsur gadai (secara umum) berdasarkan pasal tersebut di
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang
bergerak. Pada dasarnya gadai itu merupakan suatu hak kebendaan bagi pihak
tersebut adalah dari pihak yang berutang atau debitur ataupun dari pihak
ketiga. Penyerahan dapat dilakukan secara nyata ataupun melalui sebuah akta.
lainnya. Melalui hak kebendaan berupa gadai ini, pihak yang berpiutang atau
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 1
kreditur menjadi kreditur konkuren terhadap kreditur-kreditur lainnya dalam
Dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang
lainnya, namun terdapat hak lain yang lebih tinggi yaitu hak yang dimiliki
oleh balai lelang atas biaya-biaya pelelangan barang bergerak dan biaya
Dari definisi dan unsur-unsur di atas, gadai merupakan hak kebendaan dan timbul dari
suatu perjanjian gadai. Perjanjian gadai inipun tidaklah berdiri sendiri melainkan merupakan
perjanjian ikutan atau accesoir dari perjanjian pokoknya. Perjanjian pokok ini biasanya
Dalam suatu perjanjian hutang piutang, debitur sebagai pihak yang berutang meminjam
uang atau barang dari kreditur sebagai pihak yang berpiutang. Agar kreditur memperoleh rasa
aman dan terjamin terhadap uang atau barang yang dipinjamkan, kreditur mensyaratkan
sebuah agunan atau jaminan atas uang atau barang yang dipinjamkan. Agunan ini diantaranya
bisa berupa gadai atas barang-barang bergerak yang dimiliki oleh debitur ataupun milik pihak
ketiga. Debitur sebagai pemberi gadai menyerahkan barang-barang yang digadaikan tersebut
kepada kreditur atau penerima gadai. Disamping menyerahkan kepada kreditur, barang yang
digadaikan ini dapat diserahkan kepada pihak ketiga asalkan terdapat persetujuan kedua belah
pihak.
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 2
A. Saham Sebagai Objek Gadai
Dalam praktek saat ini, gadai barang bergerak meliputi pula gadai atas saham-saham baik
saham-saham yang diterbitkan dengan warkat maupun tanpa warkat. Tidak sedikit suatu
perusahaan yang melakukan perjanjian utang piutang dengan kreditur yang umumnya bank,
bergerak karena saham bukanlah sesuatu yang melekat pada tanah dan bangunan serta saham
dapat dipindahtangankan dengan cara penyerahan secara nyata ataupun secara yuridis.
KUHPer sendiri telah menentukan bahwa hak kebendaan yang melekat pada barang bergerak
harus dijaminkan secara gadai. Begitu juga dengan saham, oleh karena saham masuk
dalam kategori barang bergerak, saham harus dijaminkan secara gadai dengan mengeluarkan
Saat ini seiring dengan perkembangan dan kemajuan pasar modal, saham-saham yang
diterbitkan tidak hanya dalam bentuk surat saham atau warkat, namun juga saham tanpa
warkat atau yang disebut dengan scriptless stock. Pada dasarnya tidak ada perbedaan
signifikan antara kedua jenis saham ini. Perbedaan tersebut hanya pada ada tidaknya suatu
surat atau bukti tertulis kepemilikan saham tersebut dan cara penyerahan dimana penyerahan
saham dengan warkat dilakukan secara fisik, sedangkan penyerahan saham tanpa warkat
dilakukan secara elektronis. Munculnya jenis saham tanpa warkat ini dilatarbelakangi
dengan adanya masalah atau kendala perdagangan saham secara fisik. Ketidak efisienan dan
kelambatan proses transaksi menjadi masalah besar dalam perdagangan saham di bursa.
Jumlah dan nilai transaksi sulit untuk mencapai jumlah yang besar, yang pada akhirnya juga
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 3
menyebabkan rendahnya likuiditas. Perdagangan ini juga
ternyata dapat menyebabkan terjadinya penyerahan surat-surat saham palsu, yang tentunya
Apa bukti kepemilikan atas saham-saham tanpa warkat? Kita perlu melihat lebih dahulu
saham apa yang dimiliki oleh pemegang saham. apakah saham atas unjuk atau saham atas
nama. Secara umum, bukti yang dimiliki oleh pemegang saham tanpa warkat adalah berupa
rekening saham yang dia miliki melalui Perusahaan Efek, Bank Kustodian, dan Lembaga
Penyimpanan & Penyelesaian. Saham-saham yang dimiliki oleh pemegang saham tersebut
dicatatkan atas nama pemegang saham dalam catatan rekening yang terpisah dari keuangan
Perusahaan Efek. Perusahaan Efek ini kemudian menitipkan saham tersebut atas nama
Perusahaan Efek yang bersangkutan pada Bank Kustodian. Kemudian, Bank Kustodian
menitipkan saham tersebut ke Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (yang dalam hal ini
Rekening yang dititipkan oleh Bank Kustodian di Lembaga Penyimpanan & Penyelesaian
ini tercatat atas nama Bank Kustodian yang bersangkutan sebagai wakil substitusi Perusahaan
Efek yang mewakili pemegang saham. Selanjutnya, berdasarkan rekening saham yang
terdapat pada 3 lembaga tersebut, Emiten mencatatkan kepemilikan saham atas dirinya
melalui Biro Administrasi Efek. Jadi, bukti rekening itulah yang dijadikan sebagai bukti
Kekuatan hukum yang dimiliki oleh pemilik atau pemegang saham itu sangat kuat. Bukti
rekening saham yang dimilikinya telah menjadi penguat kepemilikannya atas saham-saham
tersebut. Lagipula, apabila saham yang dimilikinya merupakan jenis saham atas unjuk, maka
oleh karena saham merupakan barang bergerak, terhadapnya berlaku Pasal 1977 ayat 1
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 4
“Terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga, maupun piutang yang tidak harus
pemiliknya”.
berdasarkan undang-undang. Hal ini dalam rangka melindungi pembeli saham yang beritikad
Namun, lain lagi apabila saham yang dimilikinya merupakan saham atas nama, maka
selain bukti rekening saham yang dipegangnya, biasanya ketentuan bukti kepemilikan ini
Dalam hal jaminan gadai saham, Bank Kustodian dan Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian sebagai lembaga kustodian merupakan pihak ketiga yang berdasarkan undang-
undang berwenang untuk memegang saham yang dijaminkan secara gadai. Untuk mengetahui
dasar hukumnya, kita perlu untuk memperhatikan Pasal 1152 ayat 1 KUHPer sebagai berikut:
Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bawa diletakkan dengan
membawa barang gadainya di bawah kekuasaan si berpiutang atau seorang pihak ketiga,
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 5
persetujuan kedua belah pihak yaitu pemberi gadai dan penerima gadai. Namun, bukan
Perjanjian ini bisa disimpangi dengan undang-undang yang menentukan bahwa setiap
saham yang diperdagangkan di pasar modal secara scriptless disimpan di lembaga kustodian.
Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (“UUPM”) memiliki kedudukan
hukum yang lebih kuat daripada perjanjian, dan UUPM merupakan lex specialis dari
Yang terpenting dalam hal gadai, bagaimana caranya saham yang dimiliki oleh pemberi
gadai ini keluar dari kekuasaannya dan beralih ke kreditur atau pihak ketiga sebagai penerima
gadai.
Namun, agar tidak terjadi perselisihan atau masalah di kemudian hari, pemberi gadai wajib
Selain itu, Emiten wajib pula melakukan pencatatan adanya gadai saham ini dalam
Daftar Pemegang Saham dan Daftar Khusus Pemegang Saham sebagaimana ditentukan
Pemberitahuan ini penting selain karena sebagai syarat disclosure namun juga untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di masa mendatang. Terlebih lagi jikalau
pemegang saham sebagai pemberi gadai tersebut merupakan controlling shareholders atas
suatu Emiten. Syarat keterbukaan ini bukan lagi perlu tapi wajib karena dapat menyangkut
dan berakibat perubahan pengendalian atau manajemen jika sewaktu-waktu pemberi gadai
wanprestasi, apalagi jika kreditur memohon kepada hakim agar dia dapat memiliki saham-
saham tersebut.
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 6
D. Perlindungan Hukum Pemberi Gadai Saham Tanpa Warkat
Saham merupakan Efek yang memiliki nilai atau harga yang tidak stabil. Pergerakan
nilai atau harganya di pasar modal sangat tergantung kepada kekuatan penawaran dan
permintaan. Apabila permintaan atas saham yang bersangkutan naik, maka biasanya harga
saham itu akan naik. Namun, bila penawaran suatu saham lebih tinggi daripada
permintaannya, tentunya harga saham tersebut akan turun atau anjlok. Kemudian, saham-
saham yang diperdagangkan di bursa adalah dalam bentuk saham tanpa warkat atau
scriptless, dimana bukti kepemilikan saham hanya berdasarkan rekening saham yang
Hal-hal di atas sebenarnya memiliki resiko khususnya bagi pemegang saham sebagai
pemberi gadai. Ketika dia menjaminkan saham yang dimilikinya kepada kreditur atau
penyimpangan atau penyalahgunaan oleh pihak penerima gadai. Apalagi bentuk saham
tersebut adalah saham tanpa warkat dan karakteristik saham tersebut serta prospek pasar
emiten yang sahamnya dimiliki oleh pemberi gadai. Dalam perjalanannya, bisa saja harga
saham tersebut mengalami kemerosotan yang sebenarnya bukan disebabkan karena kondisi
pasar namun karena adanya tindak pidana manipulasi pasar atau perdagangan saham semu.
gadai. Sebut saja, dalam UUPT di Pasal 53 ayat (4) dimana hak suara atas saham yang
digadaikan tetap ada pada pemegang saham. Walaupun saham tersebut dikuasai oleh
penerima gadai, namun bukan berarti dia memiliki saham tersebut dan hak suara dalam
Penerima gadai hanya bertindak sebagai pihak yang menerima “titipan” dan wajib
“memelihara” saham tersebut. Dalam perjanjian gadai, bisa saja diperjanjikan bahwa
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 7
penerima gadai atau kreditur dapat menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”),
namun hanya sebagai penerima kuasa dari pemegang saham pemberi gadai. Suara yang
Disamping UUPT, KUHPer dan UUPM juga memberikan perlindungan kepada pemberi
gadai saham tanpa warkat. Pasal 1159 KUHPer ditentukan bahwa apabila penerima atau
pemegang gadai menyalahgunakan barang gadai tersebut, maka pemberi gadai dapat
menuntut pengembalian barang gadai tersebut beserta biaya yang dikeluarkan dalam merawat
Dalam konteks saham tanpa warkat, apabila pemegang gadai yang dalam hal ini lembaga
kustodian termasuk pula kreditur dan afiliasinya melakukan penyalahgunaan atas saham
tersebut, misalnya dengan melakukan perdagangan saham semu atau manipulasi pasar
sehingga harga saham tersebut turun yang berakibat kepada kerugian pemberi gadai, maka
pemberi gadai disamping dapat menuntut pengembalian atas saham-saham yang dikuasasi
oleh pemegang atau penerima gadai, secara perdata dia juga dapat menuntut ganti kerugian
atas perbuatan pemegang gadai. Secara pidana, dia bisa melaporkan pemegang gadai atas
tindak pidana pasar modal di atas berdasarkan UUPM. Pembuktian secara perdata maupun
Bagaimana kreditur dapat mengeksekusi saham tanpa warkat di pasar modal yang
Ketentuan mengenai eksekusi ini tetap mengacu kepada KUHPer Pasal 1155 dan Pasal
1156 KUHPer. Kreditur dapat langsung menjalankan parate executie dengan menjual
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 8
saham-saham tersebut di bursa, dengan syarat perantaraan 2 orang makelar yang ahli dalam
perdagangan saham tersebut. Makelar disini sebenarnya perusahaan efek yang menjalankan
kegiatan sebagai perantara perdagangan efek termasuk saham. Penjualan dilakukan oleh 2
Namun, perlu diperhatikan bahwa ada kontradiksi karakteristik antara gadai barang
bergerak biasa dan saham tanpa warkat di pasar modal. Hal ini berdampak pada upaya
eksekusi atas barang yang digadaikan. Kalau barang yang digadaikan hanya barang bergerak
biasa, eksekusi secara langsung mungkin bisa dilakukan tanpa pemberitahuan kepada debitur
Namun, kalau barang yang digadaikan adalah berupa saham apalagi saham tanpa warkat,
maka eksekusi atas gadai saham tersebut tidak sesederhana begitu saja karena adanya syarat
keterbukaan informasi atau setidak-tidaknya harus diberitahukan kepada debitur. Hal ini
penting untuk melindungi debitur atas barang gadai yang dijual dimana nilai barang
Apabila saham-saham yang digadaikan bukanlah saham pengendali, maka eksekusi dapat
langsung dilakukan melalui parate executie, melalui lelang sebagaimana diperjanjikan para
pihak, atau memohon kepada hakim untuk memberikan penetapan harga atas saham yang
akan dijual. Khusus mengenai penetapan harga saham oleh hakim, hal ini penting karena
objektifitas harga dapat terjaga. Hakim dapat menunjuk profesi penilai untuk melakukan
Namun, apabila saham yang digadaikan adalah berupa saham pengendali sesuai dengan
terlebih dahulu kepada debitur ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan sesuai dengan
ketentuan UUPM dan peraturan pelaksanaannya. Hal ini penting karena menyangkut
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 9
Cara eksekusi tetaplah sama dan sebagaimana ditentukan oleh KUHPer, namun oleh
karena barang gadai tersebut adalah saham tanpa warkat, maka eksekusi atau penjualan
saham tersebut harus juga memenuhi ketentuan Pengambil alihan Perusahaan Terbuka
Dalam penjualan saham-saham yang digadaikan, tidak perlu memakai aturan mengenai
Penawaran Tender (Peraturan Bapepam No. IX.F.1), karena prosedur ini dikecualikan oleh
angka 11 huruf e Peraturan Bapepam No. IX.H.1 dalam hal terdapat penetapan atau putusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Dalam hal ini, apabila
penerima gadai tidak menghendaki adanya penawaran tender, maka dia perlu untuk
memohon penetapan kepada hakim agar dapat dilakukan eksekusi atas saham-saham yang
digadaikan. Dalam eksekusi tersebut, bisa saja penerima gadai menjual saham-saham yang
digadaikan tersebut melalui pemberi gadai dengan diawasi oleh juru sita dan penerima gadai
tersebut.
Mekanisme yang dijalankan oleh pemberi gadai ketika melakukan penjualan saham-saham
tersebut saham halnya dengan proses atau mekanisme divestasi. Oleh karena penjualan
tersebut merupakan peristiwa yang bersifat material, tentunya hal ini harus di-disclose ke
publik . Hal ini penting untuk melindungi para pemegang saham minoritas dan para
Biasa untuk membahas mengenai masalah penjualan saham-saham ini. Upaya yang dapat
dilakukan oleh pemegang saham minoritas dalam hal ini adalah hanya meminta perseroan
untuk melakukan buy back atas saham-saham yang dimilikinya dengan harga yang wajar.
Mengenai harga atas saham-saham yang dieksekusi, harga saham-saham ini tidak merujuk
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 10
kepada Peraturan Bapepam No. IX.H.1 tentang Akuisisi Perusahaan Terbuka. Aturan yang
ada di dalam peraturan tersebut lebih mengatur kepada harga saham yang di-tender offer-kan.
Namun, penentuan harga ini tetap mengacu kepada KUHPer. Dalam hal ini, sebagaimana
dikemukakan di atas, penerima gadai memohon kepada hakim untuk menentukan harga-
harga saham yang digadaikan. Hakim dalam hal ini dapat meminta bantuan profesi penilai
Eksekusi atas saham-saham tanpa warkat seperti dikemukakan di atas memang seharusnya
seperti itu apalagi jika saham-saham yang dimiliki oleh pemegang saham pemberi gadai
berjumlah besar dan mayoritas serta merupakan pengendali perusahaan. Eksekusi tidak bisa
langsung dilakukan melalui parate executie. Dalam hal ini, ada aturan-aturan tertentu yang
harus dipatuhi di pasar modal. Hal ini berbeda jika saham-saham yang digadaikan bukanlah
saham mayoritas atau saham-saham tersebut merupakan saham dengan warkat, eksekusi
dapat mudah langsung dilakukan walaupun dalam situasi tertentu harus dibuka ke publik.
F. PENUTUP
Melihat apa yang telah dikemukakan di atas, pada dasarnya masalah gadai baik barang-
barang bergerak secara umum ataupun saham secara khusus tetap harus menggunakan aturan-
aturan yang tertuang dalam KUHPer. Namun, seiring dengan perkembangan zaman,
munculnya saham tanpa warkat yang kemudian dapat menjadi objek dari jaminan gadai, tidak
selalu dapat ditangani oleh KUHPer. KUHPer yang telah dibuat lebih dari 100 tahun yang
lalu, belum dapat menjangkau masalah gadai saham tanpa warkat. Untungnya, terdapat
beberapa ketentuan dalam UUPM maupun Peraturan Bapepam yang mampu mengakomodir
Kalau kita perhatikan, khususnya mengenai gadai, masalah yang paling utama adalah
masalah eksekusi atas barang yang digadaikan. Pada hakikatnya, pembuat undang-undang
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 11
(KUHPer) menghendaki atas eksekusi yang mudah dan langsung atas barang-barang yang
digadaikan ketika debitur pemberi gadai wanprestasi. Hal ini sengaja untuk melindungi
kreditur penerima gadai. Namun, ketentuan ini tidaklah mutlak, tetapi bisa diperjanjikan lain
oleh para pihak dan selama tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
Dalam hal ini, sesuai dengan karakteristik dari Buku III KUHPer yang bersifat terbuka, para
pihak dapat memperjanjikan masalah eksekusi atas gadai barang-barang bergerak ini baik
melalui lelang atau melalui penjualan di bawah tangan dengan perantaraan hakim.
Dalam konteks saham tanpa warkat, masalahnya tetap sama yaitu menyangkut eksekusi
gadai. Disini aturan KUHPer mengenai parate executie tidak dapat diterapkan sepenuhnya
walaupun tidak diperjanjikan oleh para pihak. Eksekusi tetaplah haruslah mengikuti beberapa
aturan tertentu dalam pasar modal. Namun, penentuan harga tetap dapat dimintakan kepada
hakim.
Berangkat dari masalah eksekusi gadai saham tanpa warkat ini, di satu sisi adanya
prosedur yang harus dilalui dalam pasar modal ini mengenyampingkan maksud dari pembuat
undang-undang agar eksekusi gadai dibuat mudah sedemikian rupa, namun di sisi lain
prosedur dan syarat keterbukaan informasi tertentu yang harus dilalui di dalam pasar modal
haruslah dipatuhi, karena untuk melindungi pihak-pihak yang berkepentingan dengan Emiten
yang saham-sahamnya akan dijual karena eksekusi gadai. Dari 2 sisi di atas, sudah sepatutnya
bila eksekusi atas gadai saham tanpa warkat tetap dibuat seperti apa adanya, demi
perundang-undangan.
rustimoein@hkjaminan_fhuh Page 12