You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses organogenesis merupakan suatu proses pembentukan macammacam organ yang berasal dari tiga lapisan germ layer yang telah terbentuk
terlebih dahulu pada tahap gastrulasi. Masing-masing lapisan yaitu ektoderm,
mesoderm dan endoderm akan membentuk suatu bumbung yang nantinya akan
berkembang menjadi jaringan atau sistem organ tertentu yang berbeda namun
berkaitan satu dengan yang lain. Pada organogenesis juga terjadi tahap
pertumbuhan akhir embrio yaitu penyelesaian secara halus bentuk definitif
menjadi ciri suatu individu.
Pada makalah ini, penulis berusaha menjelaskan tentang organogenesis,
tepatnya organogenesis turunen ektoderm beserta kelainan perkembangannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan induksi embrionik?
2. Bagaimana mekanisme pembentukan organ-organ derivate ektoderm?
3. Apa saja jenis kelainan pada perkembangan embrionik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian induksi embrionik
2. Untuk mengetahui mekanisme pembentukan organ-organ derivat ektoderm
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kelainan perkembangan embrionik

BAB II
1

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Induksi Embrionik
Organogenesis adalah proses pembentukan organ-organ tubuh eksternal
dan internal. Organogenesis merupakan suatu tahap embrio yang memerlukan
waktu paling lama, dan merupakan tahap paling sensitif selama
perkembangan embrio. Organogenesis berasal dari lapisan-lapisan germinal
ektoderm, mesoderm dan endoderm yang berkembang menjadi organ-organ
internal (Wiati, 2001). Sudarwati & Sutasurya (1990), menjelaskan bahwa
pada hewan vertebrata, gastrulasi menghasilkan suatu embrio yang
mempunyai tiga lapisan lembaga, yaitu lapisan endoderm di sebelah dalam,
mesoderm di tengah, dan ektoderm di sebelah luar. Dari mesoderm terbentuk
notochord

yang

terletak

dibawah

ektoderm

bagian

dorsal.

Dalam

perkembangan selanjutnya, ketiga lapisan lembaga ini akan membentuk


jaringan-jaringan khusus dan organ tubuh, proses ini disebut organogenesis.
Organogenesis melibatkan peristiwa induksi embrionik. Induksi embrionik
adalah peristiwa berinteraksinya dua macam jaringan pada embrio yang
menyebabkan berdiferensiasinya jaringan yang mendapat rangsangan menjadi
suatu struktur yang baru. Induksi embrionik dibagi menjadi 2 yaitu, induksi
primer dan induksi sekunder. Induksi primer adalah induksi notokord
terhadap ektoderm menghasilkan neural tube, yang akan berkembang sumbu
tubuh, sedangkan induksi sekunder adalah induksi yang terjadi setelah hasil
induksi primer (Yatim, 1990).
2.2 Pembentukan Organ Derivat Ektoderm
Ektoderm sebagai lapisan luar dari embrio terdiri atas bakal bumbung
neural, bakal pial neural, dan bakal epidermis. Bumbung neural merupakan
bakal dari sistem saraf pusat, sedang pial neural akan membentuk sistem saraf
periferi, serta ganglion, medula adrenal, sel-sel pigmen, dan kepala. Turunan
epidermis dapat dibagi menjadi dua macam: yang berasal dari penebalan
epidermis (plakoda) yaitu lensa mata, telinga dalam, puting-puting pengecap ;
sedangkan epidermis lainnya akan membentuk epidermis kulit, rambut,
tanduk, kuku, lapisan permukaan mulut dan anus, dan hipofisa anterior
(Sudarwati & Sutasurya,1990)
2

Menurut Yatim (1990), turunan ektoderm dibagi menjadi 4 yaitu, (1)


pembentukan sistem saraf pusat, (2) pembentukan mata, dan (3) pembentukan
kulit.
2.2.1 Organogenesis Turunan Ektoderm Amfibia
2.2.1.1 Pembentukan Saraf dan Indera
Susunan saraf mula-mula teriri dari 3 bagian yaitu Bumbung
neural, neural kress, dan plakode indra. Bumbung neural akan menjadi
otak yang terbagi dalam 3 bagian prosenceohalon, mesencephalon, dan
rhombencephalon. Sedangkan Neural kress yang akan membangun saraf
spinal. Neurilemma dan selaput schwan berasal dari spongioblast Neural
crest sedangkan durameter dari sel mesenkim (Djuhanda, 1981).
2.2.1.2 Pembentukan Mata
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa otak terdiri dari tiga
bgian salah satunya prosencephalon. Pada prosencephalon ini terdapat
vesikula optic yang merupakan bakal mata yang tampak sebagai sepasang
penonjolan kearah latera. Vesikula optic melakukan invaginasi hingga
terbentuk cawan optic yang berdinding rangkap. Bagian dalam adalah
bakal lapisan sensoris retina dan bagian luar adalah lapisan berpigment
yang tumbuh menjadi lapisan choroid. Bersamaan dengan berkembangnya
cawan optic, plakoda lensa berinvaginasi pula dan kemudian terlepa sebagi
vesikula lensa yang dicakup oleh cawan optic. Ektoderm tempat
terlepasnya vesicular lensa kelak akan menjadi kornea mata (Djuhanda,
1981).

Gambar 2.2.1.2 Sayatan Embryo katak 1.Oral sucker of adhesive gland 3. Optic
cup 4.Lens placode 5.Epidermis 6.Otic vesicle 7.Somites 8.Endodermal yolk mass

13

2.2.1.3 Pembentukan Insang dan Telinga


Setelah janin memanjang lalu lipatan neural akan menutup dan
berubah menjadi bumbung. Penutupan dari lipatan neural dimulai
ditengah-tengah janin dan berangsur ke anterior dan posterior. Selain itu
terjadi pembentukan lengkung insang yang akan berubah menjadi tunas
insang dan insang serta alat pendengaran dari katak. Pembentukanya
sendiri terjadi pada bagian plat anterolateral dimana ectoderm mengalami
penebalan dari ectoderm menjadi plat indera. Plat indera ini mengalami
pelengkungan sebanyak 6 lengkung. Pelengkungan dimulai dari bagian
anterior dan berlanjut menuju posterior. Diantara Lengkung/ lipatan insang
ke 3 sampai 6 ini, akan terbentuk lekuk insang dan kantong faring dan
diantara lekuk insang dan kantong faring ini akan terbentuk celah insang
sebanyak lima pasang celah yang pertama akan menjadi rongga telinga dan
saluran eustachius. Selain itu celah insang ini juga akan berubah menjadi
tunas insang dan akan berubah menjadi insang-insang luar pada
Sedangkan bagian dalam penebalan ectoderm dari pelat indera merupakan
primodial dari nerves Vagus dan cabang-cabang insang (Djuhanda, 1981).
2.2.1.4 Pembentukan Hidung
Pembentukan hidung merupakan organ indera terakhir yang
dibentuk dibandingkan mata dan telinga. Bakal hidung tampak berupa
lekuk hidung yang berasal dari plakoda hidung yang berinvaginasi pada
ectoderm dari daerah telensefalon (Yatim, 1994).
2.2.1.5 Pembentukan Kulit
Kulit terbentuk dari bumbung ectoderm awalnya terdiri dari selapis
sel epidermis kemudian tumbuh menjadi dua lapis sel yaitu periderm
berupa sel gepeng berada disebelah luar dan stratum germanitivum berupa
sel kubus berada disebelah dalam. Lapisan sebelah luar menanduk dan
mengelupas terus menerus disebut stratum corneum.Warna kulit berasal
dari chromatophore yang dihasilkan dari Neural crest (Djuhanda, 1981).
4

2.2.2 Organogenesis Turunan Ektoderm Aves


2.2.2.1 Sistem Intergumen
Periderm ditemukan pada semua embrio amniota sebagai sarana
adaptasi. Epidermis berlapis tiga. Bakal lapisan basal aktif berprofilerasi,
akan membentuk lapisan intermedier. Dimulai dari bulan ke lima. Sel-sel
bawah lapisan intermedier mulai membentuk granul-granul kerathohalin
yang dikenali pada stratum granulosum. Kemudian lapisan periderm
terkelupas karena gelembung-gelembung berisi glikogen pecah. kejadian
tersebut bersamaan dengan diferensiasi stratum korneum (Lestari dkk,
2013).

Gambar 2.2.2.1.1: Intergumen burung area berbulu dan tidak berbulu (dari : Chuong et
al. 2000)

Gambar 2.2.2.1.2: Penampang melalui kulit burung atau mamalia (dari Lilly white 2006).

Gambar 2.2.2.1.3: Mikrograf lintas-bagian kulit dari Crested Caracara , spesies dengan
daerah tidak berbulu di kepala. (A) Daerah tidak berbulu pada wajah, dan (B)
bulu yang tertutup area pada kepala. Skala : 25 pm . e , epidermis ; c , kolagen ;
er , eritrosit ; bv , pembuluh darah. (dari: Negro et al. 2006).

2.2.2.2 Sistem Saraf Pusat


Sistem saraf pusat terdiri atas spinal cold dan otak, disusun oleh
beberapa sel, yaitu neuroepitelium, sebagai sumber dari beberapa sel
lainnya, neuroblas, glioblas yang kemudian akan berdiferensiasi menjadi
sel oligodendroglia dan astrosit, dan sel-sel ependim. Ektoderm lipatan
neural dan bumbung neural awal berupa epitel berlapis banyak semu yang
tebal. Sel-sel neuroepitel memiliki

aktivitas mitosis ysng tinggi dan

diketahui bahwa inti sel tersebut berada pada posisi yang berbeda-beda
selam hidupnya. Sintesis DNA terjadi pada inti yang teletak dekat
membran kemudian inti bergerak ke lumen bumbung neural dan sel
melnjutkan pembelahan mitosis (Lestari dkk, 2013).
Sebelum bumbung neural menutup, inti dan sel anakan kembali
bergerak ke arah membrane dan mulai mensintesis DNA dan mengulangi
siklus germinatif dengan menutupnya bumbung neural, sel-sel neuroepitel
berimigrasi dari lumen menuju membrane dan akan membuat juluranjuluran hungga terbentuk akson dan dendrit (Lestari dkk, 2013).
2.2.2.3 Organ Indra
Pembentukan organ indra dimulai dengan penebalan dinding plakoda
ektodermal, sehingga hasil induksi sekunder dari wilayah sistem saraf
pusat yang sedang berkembang. Mata berasal dari ektoderm dan
mesoderm, dibagian sefalik embrio. Perkembangan awal dari berbagai
komponen mata tergantung pada interaksi induktif antar komponen dengan
6

komponen lainnya. Hal ini diikuti dengan fase diferensiasi intraseluler,


dimana dimulai dengan terjadinya mitosis dan kemudian sintesis RNA
yang mengarah pada pembentukan protein intrasluler spesifik serta serabut
matriks ekstraseluler. Pada perkembangan mata pengaruh matriks
ekstraseluler dengan migrasi sel berperan sangat penting (Lestari dkk,
2013).
Telinga dalam berasal dari vesikula otik yang merupakan interaksi
wilayah otak mielensefalon dengan ectoderm di atasnya. Telinga tengah
berasal dari hasil interaksi endoderm kantung faring pertama dengan
ektoderm bagian dasar letak insang pertama. Telinga luar dibentuk dari
pertumbuhan jaringan mesenkim dibentuk insang pertama (Lestari dkk,
2013).
2.2.3 Organogenesis Turunan Ektoderm Mamalia
2.2.3.1 Pembentukan Otak
Diferensiasi bumbung neural menjadi 3 wilayah bakal sistem saraf
pusat yaitu otak dan medula spinalis, terjadi secara simultan. Bumbung
neural mengalami konstriksi sehingga terbentuk tiga ruang. Pada tingkatan
jaringan, bumbung neural akan berdiferensiasi membentuk jaringan
fungsional otak dan medula spinalis, sedangkan pada tingkatan sel, sel
neuroepitelial akan berdiferensiasi menjadi neuron dan sel glia (Lestari
dkk, 2013).
Bagian anterior bumbung neural, terbagi menjadi tiga wilayah yaitu
otak depan (prosensefalon), otak bagian tengah (mesensefalon) dan otak
belakang (rombensefalon). Pada waktu bagian bumbung neural posterior
tertutup, tonjolan vesikula optik yang akan menjadi retina, berkembang
sepanjang sisi lateral otak depan. Prosensefalon dibagi lagi menjadi,
bagian anterior yaitu telensefalon dan di bagian kauda disebut diensefalon.
Telensefalon

akan

membentuk

hemispher

serebrum,

sedangkan

diensefalon akan mementuk vesikula optik yang merupakan bakal retina,


terbentuk pula bakal talamus dan hipotalamus, sedangkan mesensefalon
tidak terbagi namun lumennya menjadi saluran serebral. Rombensefalon
berkembang menjadi dua wilayah, yaitu mielensefalon dan metensefalon.
Mielensefalon yang akan membentuk medulla oblongata kemudian
7

berdiferensiasi menjadi neuron saraf pusat, dan bertanggung jawab


terhadap rasa nyeri di daerah kepala dan leher. Metensefalon akan
berkembang

menjadi

otak

kecil,

yang

mengkoordinasi

gerakan

keseimbangan dan postur tubuh (Lestari dkk, 2013).

Gambar 2.2.3.1: Diagram memperlihatkan peristiwa seluler pada bumbung neural. Ketika
mula-mula terbentuk, bumbung neural merupakan epithelium berlapis banyak
semu dengan membrane luar sebgai basal dan puncak sel disaluran tengah
sebagai apeks. Nukleus sel-sel neuroepitel mulai mensintesis DNA di area
basal. (a) kemudian berimigrasi di dalam sitoplasma menuju bagian apikal dari
sel. (b) Nukleus sel anak kembali ke membran luar, di mana sel mulai
berdiferensiasi sebagai meuroblas. (c) atau kembali ke kumpulan sel-sel
neuroepitelium yang berpoliferasi. (dikutip dari buku Perkembangan Hewan
oleh Dr.Tien Wiati S. 2001: hal 7.3).

Gambar 2.2.2.3.2: Diagram menggambarkan jalur utama diferensiasi sel pada bumbung
neural. (dikutip dari buku Perkembangan Hewan oleh Dr.Tien Wiati S. 2001:
hal 7.3)
8

2.2.3.2 Pembentukan Kulit


Kulit merupakan salah satu dari turunan ektoderm. Pada awalnya
epidermis hanya selapis sel yang selanjutnya berkembang menjadi dua
lapis.
a. Lapisan Luar membentuk periderm yang akan menjadi lapisan sel
yang berpengaruh pada diferensiasi lapisan sel dibagian dalam
b. Lapisan Dalam disebut lapisan basal atau stratum germinativum
yang terdiri atas lapisan sel bakal epidermis yang akan melketa
pada membran basal (merupakan hasil sintesis lapisan basal).
Pada perkembangan selanjutnya, lapisan dalam membelah secara
asimetris menghasilkan sel anak yang tetap melekta pada membrane basal,
dan berfungsi sebagai sel induk (stem cell) sedangkan sel anak yang
berada di atasnya akan memulai berdiferensiasi dengan mensintesis keratin
(terdiri atas protein dan lipid yang bersifat kedap air), yang bentuknya
semakin memanjang menjadi suatu filament intermediat, sel penghasil
keratin ini dinamakan keratinosit, dengan membrannya saling terikat satu
sama lain dengan keratinosit lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya,
sel-sel bakal akan terus menerus membelah sehingga akan mendorong sel
bagian atasnya menuju kea rah permukaan kulit. Setelah lapisan sel
(keratiosit) mensintesis keratin, aktivitas transkripsi mengalami kematian
dengan ciri protein keratin memipih dan mendorong nukleus kebagian
perifer, lapisan sel demikian ini disebut stratum korneum (Lestari dkk,
2013).

Gambar 2.2.3.2.1: Tahap-tahap histogenesis kulit manusia. (a) 1 bulan (b) mendekati 2
bulan (c) 2,5 bulan (d) 4 bulan (e) 6 bulan (f) kulit dewasa. (dikutip dari buku
Perkembangan Hewan oleh Dr.Tien Wiati S. 2001: hal 7.5).

Gambar 2.2.3.2.2: Lapisan epidermis kulit manusia. Sel bagian basal aktif bermitosis,
sedangkan bagian permukaan sel-selnya mati dengan banyak mengandung
keratin. Pigmen yang terdapat pada keratinosit berasal teransport melanosom
dari melanosit yang terdapat dibagian basal .

Beberapa

faktor

yang

mempengaruhi

pada

perkembanngan

epidermis adalah BMPs (Bone Morphogenetic Proteins) yang menginisiasi


transkripsi gen p63 pada sel basal. Protein p63 dibutuhkan proliferasi dan
diferensiasi keratinosit, juga untuk merangsang produksi ligan Notch.
10

Pembentukan kelenjar keringat dan rambut membutuhkan suatu interaksi


antara mesenkim dermal dengan epitelium ektodermal, yang menghasilkan
epithelium menebal disebut plakoda yang berfungsi sebagai prekusor
folikel rambut. Daerah epidermal yang akan mengalami penebalan, terjadi
sekresi protein Wnt dan terjadi signaling Wnt untuk inisiasi perkembangan
folikel rambut (Lestari dkk, 2013).
Pada mamalia, indikasi bagian epidermal akan membentuk rambut
adalah dengan adanya agregasi dengan fibroblas yang terletak di dermis,
hasilnya bentuk sel epidermal memenjang, membelah dan bergerak masuk
kelapisan dermis. Fibroblas merespon ingresi ini sehingga terbentuk nodus
kecil disebut papilla dermis, yang selanjutnya induksi sel epidermal untuk
membelah secara cepat dan

berdiferensiasi membentuk sel-sel batang

rambauut yang mengalami keratinasi (Lestari dkk, 2013).

Gambar 2.2.3.2.3: Tahap-tahap utama pembentukan rambut manusia. (a) primordium


rambut umur 12 minggu (b) tonjolan rambut awal 15-16 minggu (c) bulbus
folikel rambut 18 minggu (d) rambut dewasa. (dikutip dari buku Perkembangan
Hewan oleh Dr.Tien Wiati S. 2001: hal 7.5).

2.2.3.3 Organ Indra


Pembentukan organ indra dimulai denngan penebalan plakoda
ektodermal, sebagai hasil induksi sekunder dari beberapa wilayah sistem
saraf pusat yang sedang berkembang. Organ indra vertebrata yang paling
komplek adalah mata dan telinga. Mata vertebrata berasal dari ektoderm
dan mesoderm, dibagian sefalik embrio. Telinga mamalia dewasa dibagi
11

menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Primordium labirin membran, atau telinga dalam adalah bagian pertama
telinga yang dibentuk. pembentukan vesikula otik distimulasi oleh induksi
otak belakang pada ektoderm diatasnya (Wiati, 2001).

2.3 Kelainan Pembentukan Organ Derivat Ektoderm


Perkembangan pada pembentukan organ-organ derivat ektoderm adalah
kulit dan turunannya, dijelaskan proses pembentukan periderm yang
dilanjutkan

dengan

pembentukan

kulit

terutama

bagian

epidermis.

Pembentukan organ indera yang dijelaskan pembentukan mata dan telinga.


Mata merupakan turunan ectoderm dari wilayah otak diensefalon sedangkan
telinga dari mielensefalon.
2.3.1 Kulit Dan Turunannya
Pada semua mamalia epidermis mengalami diferensiasi yang khas
selama hidup embrionik. Satu lapisan ectoderm berkembang menjadi
struktur epidermal berlapis dua yang berupa lapisal sel periderm pipih di
permukaan tubuh. Periderm ditemukan pada semua embrio amniota,
termasuk reptile sebagai sarana adaptasi embrio. Terdapat tiga jenis sel
yang berinvasi masuk kedalam epidermis embrio dan tetap terdapat selama
hidup individu dewasa yang pertama adalah melanoblas. Diferensiasi
melanoblas menjadi melanosit berhubungan dengan pembentukan granulgranul pigmen dari premelanosom. Terdapat perbedaan rasial yang besar
dalam pigmentasi kulit disebabkannya jumlah melanosit dalam kulit.
Pada kulit albino terdapat melanosit dengan jumlah yang normal
tetapi gagal mengakumulasi pigment karena kekurangan enzim tirorsinase
yang mengubah asam amino tirorsin menjadi melanin. Pada ras yang

12

banyak terpigmentasi melanosit memasuki epidermis embrionik lebih awal


daripada yang lain.
2.3.2 Sistem Saraf Pusat
Badan otak merupakan suatu wilayah yang sangat dekat dengan
bumbung neural. Wilayah ini adalah tempat yang dilalui oleh jalur
serabut saraf yang menuju atau berasal dari otak, tumbuh kearah bawah
dan masuk spinal cord. Melalui keeping alar, kelompok serabut saraf
sensoris bergerak ke atas dan memasuki wilayah otak.
Kelainan pada perkembangan otak yaitu:
1) Gangguan pada induksi dorsal
2) Gangguan pada induksi ventral
3) Gangguan pada proliferasi sel
4) Gangguan pada migrasi saraf
2.3.2.3 Organ Indera
Pembentukan organ indera dimulai dengan penebalan plakoda
ektodermal, sebagai hasil induksi sekunder dari beberapa wilayah
sistem saraf pusat yang sedang berkembang. Organ indera vertebrata
yang paling penting dan paling kompleks adalah mata dan telinga.
Mata
Mata vertebrata adalah organ yang sangat kompleks, berasal dari
ectoderm dan mesoderm, dibagian sefalik embrio. Perkembangan awal
dari berbagai komponen mata tergantung pada interaksi induktif antara
satu komponen dengan komponen lainnya.
Pada embrio, sel-sel lapisan ganglion pertama kali berdiferensiasi.
Diferensiasi lapisan-lapisan yang lain terjadi berikutnya, dengan lapisan
batang dan kerucut berdiferensiasi paling akhir. Apabila terdapat
kelainan saat diferensiasi, sel kerucut dan sel batang tidak berkembang.
Telinga
Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga dalam, telinga tengah
dan telinga luar. Telinga luar dibentuk oleh pertumbuhan jaringan
mesenkim di lekuk insang pertama pada embrio muda. Selama bulan
kedua beberapa nodul membesar, beberapa nodul berasal dari jaringan
13

lengkung mandibular dan yang lain berasal dari lengkung hyoid


sepanjang tepi kaudal lekuk insang. Pada telinga luar terdapat kelainan
yang disebut mikrotia. Pada Mikrotia, daun telinga bentuknya lebih
kecil dan tidak sempurna. Mikrotia adalah kelainan kongenital berupa
malformasi daun telinga yang memperlihatkan kelainan bentuk dengan
derajat

kelainan

berukuran kecil sampai

dari

ringan

sampai berat,

tidak terbentuk

daun telinga

sama sekali (anotia).Pada

kelainan ini daun telinga mengandung sisa kartilago yang tidak


terbentuk dengan baik yang melekat pada jaringan lunak lobul dan
posisinya tidak sesuai dengan telinga normal.

14

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Induksi embrionik adalah peristiwa berinteraksinya dua macam jaringan


pada embrio yang menyebabkan berdiferensiasinya jaringan yang
mendapat rangsangan menjadi sutu struktur yang baru. Induksi embrionik
dibagi menjadi 2 yaitu, induksi primer dan induksi sekunder.

Pembentukan organ-organ derivat ektoderm


Sistem Saraf Pusat
Amfibia
Bumbung neural akan menjadi otak yang terbagi dalam 3 bagian
prosenceohalon, mesencephalon, dan rhombencephalon
Aves
Sistem saraf pusat terdiri atas medula spinalis dan otak, disusun oleh
beberapa sel, yaitu neuroepitelium, sebagai sumber dari beberapa sel
lainnya, neuroblas, glioblas yang kemudian akan berdiferensiasi menjadi
sel oligodendroglia dan astrosit, dan sel-sel ependim
Mamalia
Diferensiasi bumbung neural menjadi 3 wilayah bakal sistem saraf pusat
yaitu otak dan medula spinalis. Bagian anterior bumbung neural, terbagi
menjadi otak depan (prosensefalon), otak bagian tengah (mesensefalon)
dan otak belakang (rombensefalon). Prosensefalon dibagi menjadi, bagian
anterior yaitu telensefalon dan di bagian kauda disebut diensefalon.
Rombensefalon berkembang menjadi dua wilayah, yaitu mielensefalon dan
metensefalon
Sistem Organ Indera
15

Amfibia

Prosencephalon terdapat vesikula optic yang merupakan bakal mata.


Penutupan dari lipatan neural terjadi pembentukan lengkung insang yang
akan berubah menjadi tunas insang dan insang serta alat pendengaran dari
katak. Bakal hidung tampak berupa lekuk hidung berasal dari plakoda
hidung yang berinvaginasi pada ectoderm dari daerah telensefalon.
Aves

Mata berasal dari ektoderm dan mesoderm, dibagian sefalik embrio.


Mamalia
Pembentukan organ indra dimulai denngan penebalan plakoda ektodermal,
sebagai hasil induksi sekunder dari beberapa wilayah sistem saraf pusat
yang sedang berkembang.
Sistem Integumen
Amfibia
Kulit terbentuk dari bumbung ectoderm awalnya terdiri dari selapis sel
epidermis kemudian tumbuh menjadi dua lapis sel yaitu periderm berupa
sel gepeng berada disebelah luar dan stratum germanitivum berupa sel
kubus berada disebelah dalam.
Aves
Epidermis berlapis tiga. Lapisan intermedia - stratum granulosum stratum korneum.
Mamalia
Lapisan Luar membentuk perid, lapisan dalam disebut lapisan basal atau
stratum germinativum.

Kelainan perkembangan
Kulit albino terdapat melanosit dengan jumlah yang normal tetapi

gagal mengakumulasi pigment karena kekurangan enzim


tirorsinase yang mengubah asam amino tirorsin menjadi melanin
Kelainan pada sistem saraf pusat: gangguan pada induksi dorsal,
gangguan pada induksi ventral, gangguan pada proliferasi sel,
gangguan pada migrasi saraf

16

Kelainan pada mata saat diferensiasi, sel kerucut dan sel batang
tidak berkembang. Pada telinga luar terdapat kelainan yang disebut
mikrotia

DAFTAR RUJUKAN
Djuhanda, Tatang. 1981. Embriologi Perbandingan. Bandung: Armico
Lestari, Umie; Tenzer, Amy; Handayani, Nursasi; Gofur, Abdul. 2013. Struktur
Perkembangan Hewan II. Malang: UM Press.
Sudarwati, Sri dan Sutasurya, Lien, A. 1990. Dasar-Dasar Perkembangan Hewan.
Bandung: FMIPA ITB.
Wiati, Tien, Surjono. 2001. Perkembangan Hewan. Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka
Yatim, Wildan. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito

17

You might also like