Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
Budaya Sunda
.....
............................................................. 9
..... ..................................
................. .......... 12
1
SEJARAH SUKU SUNDA
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau
Jawa, Indonesia, dari Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa hingga sekitar
Brebes (mencakup wilayah administrasi propinsi Jawa Barat, Banten,
sebagian DKI Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu
Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah
tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat
mempertahankan Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, dan akhirnya
jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan
Banten, wilayah Priangan jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.
Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik
Indonesia.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan
yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat
sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar:
Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda.
Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for
Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.
Kata Sunda bisa mengandung berbagai arti yang secara umum berkaitan
dengan etnis/suku bangsa Sunda di bagian barat Nusantara. Catatan sejarah
tertua yang sudah ditemukan mengandung kata "Sunda" adalah prasasti
Kebonkopi yang dibuat tahun 458 Saka (536 M, namun ada pula yang
berpendapat bahwa prasasti ini dibuat tahun 854 Saka, 932 M) yang
menunjuk pada kerajaan Sunda.
Etimologi
Kata ini kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta yang bisa berarti
'cahaya' atau 'air'. Dalam naskah historis lainnya menyebutkan Sunda
merujuk pada ibukota Kerajaan Tarumanegara yang bernama Sundapura.
Sehingga masyarakat yang menghuni wilayah tersebut dikenal sebagai orang
Sunda yang disebut hingga kini. Kerajaan Tarumanegar merupakan salah
satu kerajaan tertua di Nusantara yang terbukti dengan bukti prasasti dan
berita naskah kuno di negeri Tiongkok. Letak tepat kota Sundapura masih
menjadi penelitian para ahli, apakah di Jakarta, Bekasi atau Karawang
sekarang. Hanya di Karawang terdapat situs percandian Batujaya seluas 5
km persegi yang menunjukkan tumbuh kembangnya kebudayaan sejak abad
2 Masehi hingga abad 12 Masehi.
BAHASA SUNDA
Bahasa Sunda dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa
dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Sesuai
dengan sejarah kebudayaannya, bahasa Sunda dituturkan di provinsi Banten
khususnya di kawasan selatan provinsi tersebut, sebagian besar wilayah
Jawa Barat (kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan
urbanisasi dimana penutur bahasa ini semakin berkurang), dan melebar
hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes, Jawa Tengah.
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-
Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa
Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang
berbeda[1]. Dialek-dialek ini adalah:
Dialek Barat
Dialek Utara
Dialek Selatan
Dialek Tengah Timur
Dialek Timur Laut
Dialek Tenggara
Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di
sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan,
dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa Tengah. Dan
akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.
Fonologi
Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada
lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ),
dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k,
g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan
utama: f -> p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.
Undak-usuk
Tempat
Waktu
Lain Lain
BUDAYA SUNDA
Reog
Lama permainannya berkisar antara satu sampai satu setengah jam. Untuk
lagu-lagunya ada pula penabuh waditra dengan perlengkapan misalnya dua
buah saron, gendang, rebab, goong, gambang dll. yang berfungsi sebagai
pengiring lagu-lagunya sebagai selingan atau pelengkap.
Reog yang sekarang memang beda dengan reog zaman dahulu, sedikit
sudah dikembangkan terlihat dari jumlah personil dan alat musik yang
dipakai. Alat musik yang di pakai pada Reog adalah Reog atau ada yang
nyebut dogdog atau ogel yang terdiri dari Dalang, Wakil, Beungbreung,
10
Kabayan
Kabayan merupakan tokoh imajinatif dari budaya Sunda yang juga telah
menjadi tokoh imajinatif masyarakat umum di Indonesia. Polahnya dianggap
lucu, polos,tetapi sekaligus cerdas. Cerita-cerita lucu mengenai Kabayan di
masyarakat Sunda dituturkan turun temurun secara lisan sejak abad ke-19
sampai sekarang. Seluruh cerita Kabayan juga menggambarkan kehidupan
sehari-hari masyarakat Sunda yang terus berkembang sesuai zaman.
Kabuyutan
Istilah Kabuyutan dalam budaya Sunda setidaknya sudah ada pada awal
abad ke-11 M. Prasasti Cibadak yang dibuat kira-kira tahun 1006-1016 M,
menerangkan bahwa Prabu Sri Jayabupati (selaku Raja Sunda) sudah
menetapkan sebagian dari wilayah walungan Sanghyang Tapak (ketika itu)
selaku kabuyutan, yaitu tempat yang mempunyai pantangan yang harus
dituruti oleh semua rakyatnya.
Istilah ini terbentuk dari kata dasar buyut. Adapun kata buyut mengandung
dua arti. Pertama, turunan keempat (anak dari cucu) atau leluhur keempat
(orang tua dari nenek dan kakek). Kedua, pantangan atau tabu alias cadu
atau pamali.
Ada kalanya kabuyutan berfungsi sebagai kata sifat. Kata ini mengandung
konotasi pada pertautan antargenerasi, bentangan waktu yang panjang, dan
11
Kata ini juga bisa berfungsi sebagai kata benda. Dalam hal ini, arti kabuyutan
merujuk pada tempat-tempat tertentu yang dianggap sakral. Wujudnya bisa
berupa bangunan, tapi bisa juga berupa lahan terbuka yang ditumbuhi
pepohonan. Wilayah Kanekes di Kecamatan Leuwidamar, Banten, adalah
salah satu contoh kabuyutan.
Sebagai kata benda, kabuyutan punya arti yang lebih spesifik, yakni tempat
pendeta atau pujangga dahulu kala bekerja, atau tempat kegiatan religius. Di
kabuyutanlah orang-orang terpelajar itu menulis naskah, mengajarkan ilmu
agama, atau memanjatkan doa.
12
Pada akhir Abad XIX sampai pertengahan Abad XX, para peneliti
berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan bumiputra
(misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti
dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuna.
Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad XX
mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan
identitas khas masyarakat Sunda. Oleh karena itu Pemerintah Daerah
Propinsi Jawa Barat menetapkan Perda No. 6 tahun 1996 tentang
Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara
13
Sunda yang kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang
Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah.
14
menyadari hal ini dengan mewajibkan para siswa Sekolah Dasar yang
mempelajari bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.
Kujang
Kujang adalah sebuah senjata unik dari daerah Jawa Barat. Kujang mulai
dibuat sekitar abad ke-8 atau ke-9, terbuat dari besi, baja dan bahan pamor,
panjangnya sekitar 20 sampai 25 cm dan beratnya sekitar 300 gram.
16
Deskripsi
Kudi diambil dari bahasa Sunda Kuno yang artinya senjata yang mempunyai
kekuatan gaib sakti, sebagai jimat, sebagai penolak bala, misalnya untuk
menghalau musuh atau menghindari bahaya/penyakit. Senjata ini juga
disimpan sebagai pusaka, yang digunakan untuk melindungi rumah dari
bahaya dengan meletakkannya di dalam sebuah peti atau tempat tertentu di
dalam rumah atau dengan meletakkannya di atas tempat tidur (Hazeu, 1904 :
405-406)
Karakteristik sebuah kujang memiliki sisi tajaman dan nama bagian, antara
lain : papatuk/congo (ujung kujang yang menyerupai panah), eluk/silih
(lekukan pada bagian punggung), tadah (lengkungan menonjol pada bagian
perut) dan mata (lubang kecil yang ditutupi logam emas dan perak). Selain
bentuk karakteristik bahan kujang sangat unik cenderung tipis, bahannya
bersifat kering, berpori dan banyak mengandung unsur logam alam.
Jaipongan
Sega Jamblang
Sega Lengko
Empal Gentong
Tahu gejrot
Laksa
Bir Kocok
Serabi Bogor
Tauge Goreng
24
KERAJINAN TANGAN
Keadaan alam Jawa Barat yang banyak ditumbuhi aneka macam jenis
tumbuhan dan banyak dialiri sungai mempengaruhi pada jenis menu khas
Jawa Barat. Banyaknya pohon pisang yang tumbuh di tanah Sunda memberi
inspirasi kepada wanita Sunda untuk berkarya membuat aneka macam pais
(pepes) yang menggunakan daun pisang. Seperti pepes ikan, pepes ayam,
pepes tahu, pepes oncom, nasi timbel dan lain-lain.
Begitu pula dengan banyaknya sungai dan kolam di Tanah Sunda
memungkinkan budidaya ikan berkembang baik di wilayah Jawa Barat,
terutama ikan mas dan gurame. Sehingga hal ini memberi jalan kepada
masyarakat Sunda untuk mahir dalam seni memasak ikan.
Kehadiran rumah makan khas Sunda yang ditandai dengan menu khas yang
disajikan juga ditandai dengan cara penyajian, perlengkapan yang dipakai,
seprti boboko (bakul), coet (ulekan), samak (tikar). Kemudian gaya
bangunannya dengan arsitektur khas Sunda, seperti adanya rumah
panggung, kolam, bahan bangunan terbuat dari kayu atau bambu.
1. Bandung : peuyeum sampeu & ketan, borondong, ladu, burayot, ali agrem,
kolontong, opak, ranginang, kiripik tempe, kiripik oncom, awug, tahu
bandung.
2. Bogor : sirop pala. kiririp taleus, asinan bogor, lapis hejo.
3. Cirebon : kurupuk udang, sirop campolai, terasi, ikan asin, emping.
4. Sumedang : tahu, hui cilembu.
5. Cianjur : tauco, aneka manisan buah.
6. Sukabumi : sirop pala, kueh moci, bika ambon.
7. Kuningan : peuyeum ketan bodas.
8. Majalengka : kecap.
9. Purwakarta : simping, peuyeum gandul.
10. Subang : dodol ganas, sale ganas.
11. Garut : aneka macam dodol ketan, sale kesemek.
12. Tasikmalaya : dodol sirsak, sale cau, opak, ranginang.
13. Ciamis : minyak kelapa, galendo, kiripik cau, sale cau.
Sedangkan jenis minuman khas orang Sunda antara lain lahang, cai atah, cai
teh, bandrek, bajigur, goyobod,es puter, sakoteng dan es cingcaw.