You are on page 1of 13

CASE

G1POAO PARTURIENT ATERM (39-40 MINGGU)


KALA I FASE AKTIF DENGAN PRESENTASI MUKA
DAGU BELAKANG+KPD+SUSPECT CPD

Disusun oleh:
Benny Novrianto
1102004045

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD GUNUNG JATI
CIREBON
2010
BAB I
PENDAHULUAN

Secara harfiah, distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu
lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal sering terjadi
apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dengan jalan lahir. Kelainan
persalinan ini adalah konsekuensi empat kelainan yang dapat berdiri sendiri atau
berkombinasi:

1. Kelianan gaya dorong (ekspulsi) – baik akibat gaya uterus yang kurang kuat atau
kurangnya koordinasi untuk melakukan pendataran dan dilatasi serviks (disfungsi
uterus), maupun kurangnya upaya otot volunteer selama persalinan kala dua.

2. Kelainan tulang pangul ibu-yaitu panggul sempit.

3. Kelainan presentasi, posisi, atau perkembangan janin.

4. Kelainan jaringan lunak saluran reproduksi yang membentuk halangan bagi turunnya
janin.1

Pada hampir 97% kehamilan, saat pelahiran, janin masuk ke panggul dengan
presentasi kepala. Pada sekitar 3% kelahiran terjadi presentasi bokong. Pada sekitar 0,5%
sisanya, presentasi janin mengikuti sumbu panjangnya, baik melintang atau oblik, atau
kepalanya mengalami ekstensi sehingga presentasinya muka atau dahi janin.1

BAB II

KERANGKA TEORI
Distosia Karena Kelainan Letak, Presentasi Atau Posisi

Presentasi Muka

Definisi

Presentasi muka ialah keadaan di mana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal,
sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap
ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak masa kehamilan, dan
dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan. Angka-angka kejadian
dibeberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang banyak di Indonesia sukar
dibandingkan, karena perbandingan antara kasus-kasus terdaftar dengan kasus-kasus tidak
terdaftar berbeda-beda antara rumah sakit satu dengan rumah sakit lainnya. Di Rumah sakit
Dr. Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun angka kejadian presentasi muka kurang dari 0,1%
di antara 12.827 persalinan.3

Pada presentsi muka, kepala berada dalam posisi hiperekstensi sehigga oksiput
menempel pada punggung bayi dan dagu (mentum) menjadi bagian terbawah janin. Muka
janin dapat tampil sebagai dagu (mentum) anterior atau posterior, relatif terhadap simfisis
pubis. Pada janin berukuran aterm, kemajuan persalinan biasanya terhalang oleh presentasi
muka mentum posterior karena dahi (bregma) janin akan tertekan oleh simfisis pubis ibu.
Posisi ini menghambat fleksi kepala janin yang diperlukan untuk membuka jalan lahir.
Berlawanan dengan keadaan ini, fleksi kepala dan partus pervaginam sering dijumpai pada
presentasi mentum anterior. Banyak presentasi mentum posterior yang berubah spontan
menjadi presentasi mentum anterior bahkan pada akhir persalinan.1

Etiologi

Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang


memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan-keadaan yang menghalangi terjadinya
fleksi kepala. Oleh karena itu presentasi muka dapat ditemukan pada panggul sempit atau
pada janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang memudahkan
terjadinya presentasi muka. Selain itu kelainan janin seperti anensefalus dan tumor di leher
bagian depan dapat mengakibatkan presentasi muka. Kadang-kadang presentasi muka juga
dapat terjadi pada kematian janin intrauterin, akibat otot-otot janin yang telah kehilangan
tonusnya.3
Penyebab presentasi muka sangat banyak, dan pada umumnya berasal dari faktor
apapun yang menyebabkan ekstensi atau menghalangi fleksi kepala. Pada kasus-kasus luar
biasa, pembesaran leher yang nyata atau lilitan tali pusat di sekitar leher dapat menyebabkan
ekstensi. Janin anensefalus secara alami akan tampil dengan presentasi muka. Posisi ekstensi
lebih sering terjadi pada panggul sempit atau bila janin sangat besar.1

Diagnosis

Pada presentasi muka, tubuh janin berada dalam keadaan ekstensi, sehingga pada
pemeriksaan luar dada akan teraba seperti punggung. Bagian kepala yang menonjol, yakni
belakang kepala, terdapat di sebelah yang berlawanan dengan letak dada. Di daerah dada
dapat pula diraba bagian-bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas.
Untuk membuat diagnosis presentasi muka, selain pemeriksaan luar pada umumnya perlu
dibantu dengan pemeriksaan dalam. Bila muka sudah masuk rongga panggul, jari pemeriksa
dapat meraba dagu, mulut, hidung, dan pinggir orbita. Pemeriksaan harus dilakukan dengan
hati-hati, sehingga tidak melukai mata dan mulut. Adanya kaput suksaedenum menyulitkan
pemeriksaan, sehingga muka dikacaukan dengan bokong. Kesalahan ini tidak perlu terjadi
kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan luar secara seksama. Di samping mulut dapat
dikenal karena adanya pinggir alveola. Apabila masih ada keragu-raguan, dapat dilakukan
pemeriksaan roentgenologik atau bila ada dengan M.R.I.3

Mekanisme persalinan

Kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia trakelo-parietalis dan
dengan dagu melintang atau miring. Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi putaran
paksi dalam, sehingga dagu memutar ke depan dan berada di bawah arkus pubis. Dengan
daerah submentum sebagai hipomoklion, kepala lahir dengan gerakan fleksi sehingga dahi,
ubun-ubun besar, dan belakang kepala lahir melewati perineum. Setelah kepala lahir terjadi
putaran paksi luar dan badan janin lahir seperti pada presentasi belakang kepala. Kalau dagu
berada di belakang, pada waktu putaran dalam dagu harus melewati jarak yang lebih jauh
supaya dapat berada di depan. Kadang-kadang dagu tidak dapat berputar ke depan, dan tetap
berada di belakang (kira-kira 10%). Keadaan ini dinamakan posisi mento posterior persistent
dan janin tidak dapat lahir spontan, kecuali, bila janin kecil atau mati. Kesulitan kelahiran
pada presentasi muka dengan posisi mento posterior ini disebabkan karena kepala sudah
berada dalam defleksi maksimal dan tidak mungkin menambah defleksinya lagi, sehingga
kepala dan bahu terjepit dalam panggul dan persalinan tidak akan maju. Oleh karena itu bila
dijumpai presentasi muka dengan dagu di belakang perlu segera dilakukan tindakan untuk
menolong persalinan.3

Penanganan

Pada persalinan dengan presentasi muka harus dilakukan pemeriksaan yang teliti
untuk menentukan adanya disproporsi sefalopelvik. Bila tidak ada dan dagu berada di depan,
maka diharapkan terjadi persalinan spontan. Kalau dagu berada di belakang, harus diberi
kesempatan kepada dagu untuk memutar ke depan. Harus diingat bahwa putaran bagian
dalam baru terjadi setelah muka mencapai dasar pangul. Bila selama pengamatan kala II
terjadi posisi mento posterior persistens, maka tidak ada gunanya untuk menunggu lebih lama
lagi. Diusahakan lebih dahulu untuk memutar dagu ke depan dengan satu tangan yang
dimasukkan ke dalam vagina. Apabila usaha ini berhasil, selanjutnya ditunggu kelahiran
spontan, tetapi apabila tidak berhasil atau bila didapatkan disproporsi sefalopelvik sebaiknya
dilakukan seksio sesarea.3

Dalam keadaan tertentu dapat dicoba untuk mengubah presentasi muka menjadi
presentasi belakang kepala dengan cara memasukkan tangan penolong ke dalam vagina,
kemudian menekan muka pada daerah mulut dan dagu atas. Kalau dengan cara ini tidak
berhasil, dapat dicoba perasat Thorn: bagian belakang kepala dipegang oleh tangan penolong
yang dimasukkan ke vagina kemudian ditarik ke bawah, sedangkan tangan yang lain berusaha
meniadakan ekstensi tubuh janin dengan menekan dada dari luar.3

Untuk mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala, harus dipenuhi
beberapa syarat:

1. Dagu harus berada di belakang, sebab bila dagu berada di depan akan terjadi
presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil di belakang yang tidak lebih
menguntungkan bila dibandingkan dengan presentasi muka dengan dagu di depan.

2. Kepala belum turun ke dalam rongga panggul dan masih mudah didorong ke atas.

Indikasi untuk melakukan ekstraksi cunam pada presentasi muka dapat berasal dari ibu, dari
janin atau bila kala II telah berlangsung lebih dari 2 jam. Di samping syarat-syarat umum
yang berlaku untuk penggunaan cunam, pada presentasi muka dagu harus sudah berada di
depan. Indikasi untuk melakukan seksio sesarea pada presentasi muka adalah: posisi mento
posterior persistens, kesempitan panggul dan kesulitan turunnya kepala dalam rongga
panggul.3
Prognosis

Pada umumnya persalinan dengan presentasi muka berlangsung tanpa kesulitan. Hal
ini dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul dengan sirkumferensia
trakeoparietale yang hanya sedikit lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito-
bregmatika. Tetapi kesulitan persalinan dapat terjadi karena adanya kesempitan panggul dan
janin yang besar yang merupakan penyebab terjadinya presentasi muka tersebut. Disamping
itu dibandingkan dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks
secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai dasar panggul sebelum ukuran
terbesar kepala melewati pintu atas pangul.3
Dalam keadaan dimana dagu berada di belakang prognosis kurang baik bila
dibandingkan dengan dagu di depan, karena dalam keadaan tersebut janin cukup bulan tidak
dapat lahir pervaginam. Angka kematian perinatal pada presentasi muka ialah 2,5%-5%.3

Cephalopelvic Disproportion
Definisi

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara


kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.1
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada
janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis
namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.
Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit
lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterin: panggul Naegele, panggul
Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan atau sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma,
fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.3
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas
panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit
seluruhnya.1

Penyempitan Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila konjugata vera kurang dari 10 cm, atau
diameter transversa kurang dari 12 cm. Kesempitan pada konjugata vera (panggul picak)
umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran (panggul sempit
seluruhnya). Oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala
tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan
kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteri serta lambatnya pendataran dan pembukaan
serviks. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh
kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadi prolapsus
funikuli. Pada panggul picak turunnya belakang kepala bisa tertahan dengan akibat terjadinya
defleksi kepala, sedang pada panggul sempit seluruhnya ditemukan rintangan pada semua
ukuran; kepala masuk rongga panggul dengan hiperfleksi. Selanjutnya moulage kepala janin
dapat dipengaruhi oleh jenis asinklitismus ; dalam hal ini asinklitismus anterior lebih
menguntungkan dari pada asinklitismus posterior oleh karena pada mekanisme yang terakhir
gerakan os parietale posterior yang terletak paling bawah tertahan oleh simfisis, sedang pada
asinklitismus anterior os parietale anterior dapat bergerak lebih leluas ke belakang.3
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sering sudah masuk
dalam rongga panggul sebelum persalinan. Namun, apabila pintu atas panggul mengalami
penyempitan yang cukup berarti, penurunan (kalaupun berlangsung) belum terjadi sampai
setelah awitan persalinan. Presentasi kepala masih predominan, tetapi karena kepala masih
megapung bebas di atas pintu panggul atau terletak lebih ke arah lateral di salah satu fosa
iliaka, pengaruh yang sangat kecil saja sudah dapat menyebabkan janin mengambil presentasi
lain. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih
sering dan prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita
dengan panggul normal atau luas.1

Penyempitan panggul tengah

Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak


berkonvergensi, foramen ischiadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak menonjol ke
dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi
lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering dibandingkan pintu
atas panggul. Hal ini menyebabkan terhentinya kepala janin pada bidang transversal sehingga
perlu tindakan forceps tengah atau seksio sesarea.1,3

Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti seperti
penyempitan pada pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul
apabila diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah
13,5 cm atau kurang. Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan
pelvimetri roentgenologik ialah distansia interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5
cm, perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran
diameter sagitalis posterior pendek.3

Penyempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul terjadi
bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu bawah
panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.1
Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam
menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan perineum.
Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 90o sehingga oksiput tidak dapat
keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus ischiopubik sehingga
perineum teregang dan mudah terjadi robekan.1

Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit

Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa.
Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi badan
yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan
berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul
sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul.
Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal,
kemungkinan panggul sempit adalah kecil.3

Janin yang besar


Normal berat neonatus pada umumnya 4000 gram dan jarang ada yang melebihi 5000
gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000 gram dinamakan bayi besar. Frekuensi berat
badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir yang melebihi 4500
gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin 4000-5000 gram pada panggul normal tidak
terdapat kesulitan dalam proses melahirkan. Faktor keturunan memegang peranan penting
sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang
mengalami diabetes mellitus, postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain itu, yang
dapat menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal tersebut masih
diragukan.4
Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu hal yang mudah.
Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila selama proses melahirkan tidak
terdapat kemajuan sama sekali pada proses persalinan normal dan biasanya disertai oleh
keadaan his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang
teliti untuk mengetahui apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan alat
ultrasonik juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan
kepala besar.4

Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam proses
melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam persalinan biasanya
terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas
tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga
panggul. Bahu yang lebar selain dapat ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih
juga dapat dijumpai pada anensefalus. Janin dapat meninggal selama proses persalinan dapat
terjadi karena terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah
lahir, akan tetapi karena lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan
bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat
mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan muskulus
sternokleidomastoideus.4

Penanganan
Persalinan Percobaan

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan
panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat
dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya
akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum
persalinan.3

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada
letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah
umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga
sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi
penyulit persalinan percobaan.3

Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga
sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam
melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomi medioateral yang cukup luas,
kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-
hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan
pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana
sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih
juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha
melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,
penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke
diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of
labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya
adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan
berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya
pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak
yang tinggi pada cara ini.5

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir spontan pervaginam atau
dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada
lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP
dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan
seksio sesarea.5

Ketuban Pecah Dini


Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua
kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur sebanyak 30%.

Penyebab

Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan
memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan
selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD :

1. Inkompetensi serviks (leher rahim)


2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
3. Riwayat KPD sebelumya
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5. Kehamilan kembar
6. Trauma
7. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak
akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau
"menyumbat" kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan
kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7
sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang
salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.
Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah
air ketuban yang terdapat di dalam rahim.

Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi
untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru
merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

Penanganan Ketuban Pecah di Rumah

1. Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau
petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit
2. Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar
3. Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan berhubungan
seksual atau mandi berendam
4. Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari dubur
5. Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri

Terapi

Apabila terjadi pecah ketuban, maka segeralah pergi ke rumah sakit. Dokter
kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan dilakukan, dan hal tersebut
tergantung dari berapa usia kehamilan dan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Risiko kelahiran
bayi prematur adalah risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah dini.
Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan terutama pada usia
kehamilan 32-34 minggu. Hasil akhir dari kemampuan janin untuk hidup sangat menentukan
langkah yang akan diambil.
Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan. Yang pertama adalah
penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah kejadian KPD preterm. Dan yang
kedua adalah berdasarkan hipotesis bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya
KPD preterm dapat menyebabkan infeksi. Keuntungan didapatkan pada wanita hamil dengan
KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu, proses kelahiran diperlambat hingga 7 hari,
berkurangnya kejadian korioamnionitis serta sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir).
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah apabila kehamilan
sudah memasuki fase akhir. Semakin dini ketuban pecah terjadi maka semakin lama jarak
antara ketuban pecah dengan kontraksi. Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba, dokter
biasanya akan menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang kontraksi)
dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban. Tetapi jika memang sudah masuk tanggal
persalinan dokter tak akan menunggu selama itu untuk memberi induksi pada ibu, karena
menunda induksi bisa meningkatkan resiko infeksi.
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah kejadian KPD,
maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum waktunya melahirkan) menggunakan
obat tokolitik. Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian KPD,
maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan.
Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan kontroversi dalam
KPD. Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta tidak adanya risiko peningkatan
terjadinya infeksi pada ibu dan janin. Steroid berguna untuk mematangkan paru janin.

Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif.
Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga
dianjurkan.7

You might also like