You are on page 1of 20

A.

PENGERTIAN FEMINISME
Feminisme atau yang sering dikenal dengan sebutan emansipasi berasal dari bahasa
latin yang berarti perempuan.
Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, feminisme adalah suatu kesadaran
akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan
dalam keluarga, serta tindakan sadar perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan
tersebut.
Sedangkan menurut Yubahar Ilyas, feminisme adalah kesadaran akan ketidakadilan
jender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat, serta
tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut.
Ada tiga ciri feminisme, yaitu :
1. Menyadari akan adanya ketidakadilan gender
2. Memaknai bahwa gender bukan sebagai sifat kodrati
3. Memperjuangkan adanya persamaan hak.

B. SEJARAH FEMINISME

Feminisme sebagai filsafat dan gerakan dapat dilacak dalam sejarah kelahirannya
dengan kelahiran Era pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley
Montagu dan Marquis de Condorcet. perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan
pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda pada tahun 1785.
Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatian
dari para perempuan kulit putih di Eropa. Perempuan di negara-negara penjajah Eropa
memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood.
Kata feminisme dikreasikan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis,Charles Fourier
pada tahun 1837. Pergerakan center Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat
sejak publikasi John Stuart Mill, the Subjection of Women (1869). Perjuangan mereka
menandai kelahiran feminisme Pada awalnya gerakan ini memang diperlukan pada masa itu,
dimana ada masa-masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Sejarah dunia
menunjukkan bahwa secara umum kaum perempuan (feminin) merasa dirugikan dalam
semua bidang dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki (maskulin) khususnya dalam
masyarakat yang patriarki sifatnya. Dalam bidang-bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan
lebih-lebih politik hak-hak kaum ini biasanya memang lebih inferior ketimbang apa yang
dapat dinikmati oleh laki-laki, apalagi masyarakat tradisional yang berorientasi Agraris
cenderung menempatkan kaum laki-laki didepan, di luar rumah dan kaum perempuan di
rumah. Situasi ini mulai mengalami perubahan ketika datangnya era Liberalisme di Eropa
dan terjadinya Revolusi Perancis di abad ke-XVIII yang gemanya kemudian melanda
Amerika Serikat dan ke seluruh dunia.
Dari latar belakang demikianlah di Eropa berkembang gerakan untuk ´menaikkan
derajat kaum perempuan´ tetapi gaungnya kurang keras, baru setelah di Amerika Serikat
terjadi revolusi sosial dan politik, perhatian terhadap hak-hak kaum perempuan mulai
mencuat. Di tahun 1792 Mary Wollstonecraft membuat karya tulis berjudul Vindication of
the Right of Woman yang isinya dapat dikata meletakkan dasar prinsip-prinsip feminisme
dikemudian hari. Pada tahun-tahun 1830-1840 sejalan terhadap pemberantasan praktek
perbudakan, hak-hak kaum prempuan mulai
diperhatikan, jam kerja dan gaji kaum ini mulai diperbaiki dan mereka diberi kesempatan
ikut dalam pendidikan dan diberi hak pilih, sesuatu yang selama ini hanya dinikmati oleh
kaum laki-laki.
Secara umum pada gelombang pertama dan kedua hal-hal berikut ini yang menjadi
momentum perjuangannya: gender inequality, hak-hak perempuan, hak reproduksi, hak
berpolitik, peran gender, identitas gender dan seksualitas. Gerakan feminisme adalah
gerakan pembebasan perempuan dari: rasisme, stereotyping, seksisme, penindasan
perempuan, dan phalogosentrisme.
Setelah berakhirnya perang dunia kedua, ditandai dengan lahirnya negara-negara
baru yang terbebas dari penjajah Eropa, lahirlah Feminisme Gelombang Kedua pada tahun
1960. Dengan puncak diikutsertakannya perempuan dalam hak suara parlemen. Pada tahun
ini merupakan awal bagi perempuan mendapatkan hak pilih dan selanjutnya ikut mendiami
ranah politik kenegaraan.Dalam gelombang kedua ini dipelopori oleh para feminis Perancis
seperti Helene Cixous (seorang Yahudi kelahiran Algeria Yang kemudian menetap di
Perancis) dan Julia Kristeva (seorang Bulgaria yang kemudian menetap di Perancis)
bersamaan dengan kelahiran dekonstruksionis, Derrida. Dalam the Laugh of the Medusa,
Cixous mengkritik Logosentrisme yang banyak didominasi oleh nilai-nilai maskulin.
Sebagai bukan white-Anglo-American-Feminist, dia menolak esensialisme yang sedang
marak di Amerika pada waktu itu. Julia Kristeva memiliki pengaruh kuat dalam wacana
pos-strukturalis yang sangat dipengaruhi oleh Foucault dan Derrida. Secara lebih spesifik,
banyak feminis-individualis kulit putih, meskipun tidak semua, mengarahkan obyek
penelitiannya pada perempuan-perempuan dunia ketiga. Meliputi Afrika, Asia dan Amerika
Selatan. Dalam berbagai penelitian tersebut, telah terjadi pretensi universalisme perempuan
sebelum memasuki konteks relasi sosial, agama, ras dan budaya. Spivak membongkar tiga
teks karya sastra Barat yang identik dengan tidak adanya kesadaran sejarah kolonialisme.
Mohanty membongkar beberapa peneliti feminis barat yang menjebak perempuan sebagai
obyek. Dan Bell Hock mengkritik teori feminisme Amerika sebagai sekedar kebangkitan
anglo-white-american-feminism karena tidak mampu mengakomodir kehadiran black-
female dalam kelahirannya.
Banyak kasus menempatkan perempuan dunia ketiga dalam konteks "all women".
Dengan apropriasi bahwa semua perempuan adalah sama. Dalam beberapa karya sastra
novelis perempuan kulit putih yang ikut dalam perjuangan feminisme masih terdapat lubang
hitam, yaitu: tidak adanya representasi perempuan budak dari tanah jajahan sebagai Subyek.
Penggambaran pejuang feminisme adalah yang masih mempertahankan posisi budak sebagai
yang mengasuh bayi dan budak pembantu di
rumah-rumah kulit putih.
Perempuan dunia ketiga tenggelam sebagai Subaltern yang tidak memiliki politik
agensi selama sebelum dan sesudah perang dunia kedua. Selama sebelum PD II, banyak
pejuang tanah terjajah Eropa yang lebih mementingkan kemerdekaan bagi laki-laki saja.
Terbukti kebangkitan semua Negara-negara terjajah dipimpin oleh elit nasionalis dari
kalangan pendidikan, politik dan militer yang kesemuanya adalah laki-laki. Pada era itu
kelahiran feminisme gelombang kedua mengalami puncaknya. Tetapi perempuan dunia
ketiga masih dalam kelompok yang bisu.
Dengan keberhasilan gelombang kedua ini, perempuan dunia pertama melihat bahwa
mereka perlu menyelamatkan perempuan-perempuan dunia ketiga, dengan asumsi bahwa
semua perempuan adalah sama. Dengan asumsi ini, perempuan dunia ketiga menjadi obyek
analisis yang dipisah dari sejarah kolonialisasi, rasisme, seksisme, dan relasi sosial.
C. JENIS-JENIS FEMINISME
Para pelopor gerakan feminisme memandang kebebasan dan persamaan hak
perempuan dan laki-laki sebagai penyempurnaan dan pencapaian tujuan gerakan hak asasi
manusia. Mereka percaya bahwa segala kesulitan di dalam keluarga timbul, karena tidak
adanya kebebasan perempuan, dan karena perbedaan hak mereka dengan laki-laki.Bila
persamaan hak tersebut dipenuhi, maka seluruh kesulitan dalam keluarga akan terpecahkan.
Perbedaan perspektif tersebut melahirkan- sejauh ini- 4 aliran besar, yakni feminisme
liberal, marxisme, radikal, dan sosialis, dan sejmulah aliran feminisme lain, seperti
feminisme psikoanalisis dan gender, eksistensialis, anarkis, postmodern, multicultural dan
global, teologis, feminisme kegemukan, dan ekofeminisme.

1. Feminisme Liberal
Aliran feminisme liberal berakal dari filsafat liberalisme yang memiliki konsep
bahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga dia harus diberi kebebasan
untuk memih tanpa terkekang oleh pendapat umum dan hokum. Ketidaksetaraan dalam
masyarakat terjadi, karena ada pelanggaran terhadap kebebasan individu yang terjadi
melalui proses sosialisasi peran atau dasar sexs. Oleh karena itu, kesetaraan hanya bisa
dicapai melalui pembaruan peraturan atau hukum, dan proses pendidikan.
Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas. Perempuan
adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki sehingga harus diberi
hak yang sama juga dengan laki-laki. Oleh karena itu, mereka menuntut persamaan
kesempatan dibidang pendidikan, politik, sosial, ekonomi, maupun personal. Dalam
konteks Indonesia, reformasi hukum melalui desakan 30% kuota bagi perempuan dalam
parlemen adalah kontribusi para feminis liberal.
Teori ini dicetus oleh Naomi Wolf, menyatakan bahwa "Feminisme Kekuatan"
merupakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan
pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini
perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.
2. Feminisme Marxis
Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme.
Asumsinya, sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara
produksi. Teori Friedrich Engels dikembangkan menjadi landasan aliran ini. Status
perempuan jatuh karena adanya konsep kekayaan pribadi (private property). Kegiatan
produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadi
keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki mengontrol produksi untuk keperluan
pertukaran, dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial.
Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property.
Untuk membebaskan perempuan dari penindasan dalam keluarga itu, Engels
mengajak perempuan untuk memasuki sektor publik yang dapat membuat perempuan
juga produktif (menghasilkan materi atau uang). Bahkan institusi keluarga perlu
dihapus karena dianggap melahirkan kapitalisme. Sebagai gantinya, dibuatlah keluarga
kolektif, dimana pekerjaan rumah tangga dilakukan secara kolektif, termasuk dalam hal
pengasuhan dan pendidikan anak.
3. Feminisme Radikal
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan
terjadi akibat sistem patriarki (sistem yang berpusat pada laki-laki). Mereka memandang
bahwa patriarki merupakan system kekuasaan yang seksis, yang menganggap laki-laki
memiliki superioritas atas perempuan. Kelemahan di hadapan laki-laki adalah karena
struktur biologis fisiknya, dimana perempuan harus mengalami haid, menopause, hamil,
sakit haid dan melahirkan, menyusui, mengasuh anak, dan sebagainya. Semua itu
membuat perempuan tergantungt pada laki-laki. Perbedaan fungsi reproduksi inilah
yang menyebabkan pembagian kerja atas dasar seks yang terjadi di masyarakat.
Feminisme radikal mempermasahkan, antara lain, tubuh serta hak-hak reproduksi,
seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan lski-laki dan
dikotomi privat-publik. Mereka berjuang agar perbedaan-perbedaan seksual laki-laki
dan perempuan dihapuskan. Bentuknya dapat berupa pemberian kesempatan pada
perempuan untuk memilih melahirkan sendiri, atau melahirkan anak secara buatan, atau
bahkan tidak melahirkan sama sekali. Begitu juga ketergantungan anak kepada ibunya,
dan sebaliknya harus diganti dengan ketergantungan singkat terhadap sekelompok orang
dari kedua jenis kelamin.
Aliran ini berupaya menghancurkan sistem patriarki, yang fokusnya terkait fungsi
biologis tubuh perempuan. Mereka mencemooh perkawinan, menghalalkan aborsi,
menyerukan lesbianism, dan revolusi seks. Bagi para feminis radikal, menjadi seorang
istri sama saja dengan disandera. Tinggal bersama suami dianggap sama dengan musuh.
4. Feminisme Sosialis
Sebuah faham yang berpendapat "Tak Ada Sosialisme tanpa Pembebasan
Perempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme". Feminisme
sosialis berjuang untuk menghapuskan sistem kepemilikan. Lembaga perkawinan yang
melegalisir kepemilikan pria atas harta dan kepemilikan suami atas istri dihapuskan
seperti ide Marx yang menginginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa pembedaan
gender.
Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini
mengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan
berubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi
atas perempuan. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk
memahami penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxis bahwa
kapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliran feminis
sosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap patriarkilah sumber
penindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling mendukung.
Seperti dicontohkan oleh Nancy Fraser di Amerika Serikat keluarga inti dikepalai oleh
laki-laki dan ekonomi resmi dikepalai oleh negara karena peran warga negara dan
pekerja adalah peran maskulin, sedangkan peran sebagai konsumen dan pengasuh anak
adalah peran feminin. Agenda perjuagan untuk memeranginya adalah menghapuskan
kapitalisme dan sistem patriarki. Dalam konteks Indonesia, analisis ini bermanfaat untuk
melihat problem-problem kemiskinan yang menjadi beban perempuan.
5. Feminisme Teologis
Teori ini dikembangkan berdasarkan paham teologi pembebasan yang
menyatakan bahwa sistim masyarakat dibangun berdasarkan ideology,agama, dan
norma norma masyarakat. Mereka berpandangan bahwa penyebab tertindasnya
perempuan oleh laki-laki adalah teologi atau ideology masyarakat yang menempatkan
perempuan di bawah laki-laki (subordinasi). Oleh karena itu , ideology yang bias jender
tersebut harus dirubah, antara lain,dengan cara mengkaji ulang sumber ideology tersebut.
Kajian ulang ini diarahkan untuk mendapatkan pijakan yang sah guna mengembangkan
suatu ideology atau teologi yang menempatkan perempuan setara dengan laki-laki.
Dengan mengembangkan teologi semacam ini diharapkan perempuan tidak lagi
dianggap subordinasi dari laki-laki. Melainkan mitra sejajar. Dengan demikian,
penindasan terhadap perempuan dalam masyarakat akan hilang dengan
sendirinya.Aliran feminisme teologis banyak dikembangkan oleh para feminis yang
mengikatkan diri pada agama tertentu, seperti Kristen,yahudi dan islam.
6. Ekofeminisme
Ekofeminisme mengkritik pemikiran aliran-aliran sebelumnya yang menggunakan
prinsip maskulinita-ideologi untuk menguasai-dalam usaha untuk mengakhiri
penindasan perempuanakibat system patriarki. Sebab prinsip tersebut tidak hanya anti
terhadap feminitas, melainkan juga ekologi. Ekofeminisme merupakan usaha
mengaitkan ekologi dengan feminisme. Mereka berpendapat bahwa eksistensi alam
bekerja dengan prinsip feminitas sehingga bila maskulintas menguasai alam, maka akan
terjadi kehancuran alam di samping penindasan terhadap perempuan. Oleh karena itu,
u[aya memecahkan masalah hubungan jender dan menjaga lingkungan, mereka lakukan
melalui peran perempuan sebagai ibu, pengasuh, dan pemelihara dalam keluarga dan
lingkungan dengan menggunakan prinsip feminitas yang ramah

D. RESPON MASYARAKAT MUSLIM TENTANG FEMINISME


Sebenarnya feminis Islam itu tidak ada, adanya feminis islam ini dikarenakan adanya
adopsi dari luar islam yang dibawa oleh para akademisi yang melakukan penelitian terhadap
feminis islam. Dalam sejarah masyarakat Islam, sebenarnya perjuangan mereka yang sadar
gender terhadap keadilan hak-hak telah menjadi sesuatu yang sangat penting. Mengingat
memang perlu dibangun suatu ’alarm’ yang dapat menyadarkan ketidakadilan dan
kesalahpahaman-kesalahpahaman yang telah lama menjamur di masyarakat mereka. Dalam
menyikapi masalah feminisme ini masyarakat islam memiliki pola-pola untuk merespon
terhadap paham feminisme, ada tiga pola yang diterapkan oleh masyarakat islam yaitu :
1. Feminisme apologetic
Aliran ini merupakan aliran yang mencoba mengadaptasikan agama agar cocok dengan
prinsip-prinsip feminis. Namun yang perlu digarisbawahi bahwa aliran ini memberi
porsi yang lebih besar pada prinsip-prinsip feminis. Dalam pengertian lain, aliran ini
menerima feminisme sebagai aliran yang tak terbantahkan.
2. Feminisme Reaksioner (defensive)
Aliran ini merupakan aliran yang memandang bahwa perempuan sudah mendapatkan
kesetaraan dan posisi yang terhormat dalam tradisi Islam. Sehingga dengan demikian
tidak dibutuhkan lagi adanya reformasi dalam hal-hal yang terkait dengan wanita.
3. Pendekatan Strukturalis
Pendekatan ini melihat hak-hak dan posisi perempuan dalam keseluruhan konteks
struktur masyarakat dan menghindari perpecahan masyarakat dalam terminologi
“feminisme” atau “maskulinisme”. Pendekatan ini menghubungkan antara pria dan
wanita dengan tanggung jawab sosial dan individual (tentunya dengan memperhatikan
ajaran-ajaran religius), tanpa adanya tendensi monoseksual.

E. KONSEP ISLAM TENTANG PEREMPUAN


Sebelum membahas tentang bagaimana islam memandang kedudukan perempuan,
alangkah baiknya bila kita mengetahui terlebih dahulu bagaimana pandangan sejumlah
peradaban lain tentang kedudukan perempuan.
Dalam peradaban Yunani, Perempuan tidak begitu mendapat perhatian yang lebih.
Bagi kalangan elite, perempuan disekap dalam istana. Di kalangan bawah, mereka sangatlah
diperlakukan tidak baik, mereka diperjualbelikan, bagi yang sudah berumah tangga mereka
selalu dibawah bayang-bayang suaminya, dan tidak memiliki hak sama sekali. Namun pada
saat puncak kejayaan Yunani, mereka mendapatkan hak yang berlebihan, sampai merekalah
yang menjadi sumber kemaksiatan.
Pada peradaban Romawi, sebelum adanya kekuasaan kaisar Constantine, para kaum
perempuan sebelum menikah dibawah kendali para ayahnya setelah mereka menikah kendali
berpindah ke tangan oara suaminya. Namun setelah kepemimpinan kaisar Constantine
mereka mendapata beberapa hak kepemilikan meskipun masih harus mendapat persetujuan
dari pihak keluarga.
Dalam peradaban Hindu dan China, ketika suami para perempuan meninggal, para
perempuan juga harus dibakar hidup-hidup. Lain lagi dalam peradaban Yahudi, martabat
perempuan dianggap sama dengan kedudukan para pembantu. Bagi para Nasrani,
perempuan dianggap sebagai senjata Iblis untuk menyesatkan manusia.
Ketika para perempuan selalu dianggap remeh oleh banyak peradaban yang ada,
muncullah islam sebagai agama yang menempatkan perempuan sebagai makhluk yang sama
kedudukannya dengan laki-laki. Para perempuan dilepaskan dari perlakuan-perlakuan yang
buruk yang tidak selayaknya diberikan pada mereka.
1. Kesamaan Kedudukan Perempuan dengan Laki-laki
Pada dasarnya, dalam islam tidak mengenal perbedaan kedudukan antara laku-laki
dan perempuan, mereka semua dianggap sama dimata Allah, meraka memiliki potensi
yang sama untuk menjadi Khalifah Allah.
Pada saat penciptaan manusia pun, mereka berasal dari jenis yang sama dan dari
keduanya Allah mengembangbiakkan keturunannya, dalam sebuah hadits dijelaskan
“Bahwasannya para wanita itu saudara kandung para pria”(HR. Ahmad, Abu Daud,
dan Tirmidzi)
Kesamaan lain antara perempuan dan laki-laki adalah kesamaan mereka dalam
menerima hukuman ketika mereka melakukan sebuah kesalahan dan kesamaan balasan
ketika mereka ada di akhirat kelak. Dalam Q.S. al-Mu’min ayat 40 dijelaskan bahwa:

                 

      

“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka ia tidak akan dibalas melainkan


sebanding dengan kejahatan itu. Dan, barangsiapa mengerjakan amal shaleh, baik
laki-laki maupun perempuan, sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan
masuk surge, diberi rizki di dalamnya tanpa terhitung”
Islam melarang kita semua untuk saling menyakiti baik laki-laki ataupun
perempuan, dujelaskan dalam Q.S. al-Buruj ayat 10 bahwa :

              
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang
mukmin laki-laki dan perempuan, kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka
azab jahanam, dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar”
Disamping pernyataan-pernyataan diatas. Islam juga memberikan kemuliaan yang
lebih pada perempuan.
2. Perbedaan Perempuan dengan Laki-laki
Telah dijelaskan bada subbab sebelumnya bahwasnnya ada banyak kesamaan
kedudukan antara laki-laki dan perempuan dari sudut pandang islam. Namun ada
banyak perbedaan antara perempuan dan laki-laki.
Perbedaan antara perempuan dan laki-laki dapat dilihat dalam berbagai sudut
pandang. Menurut K.H. Ali Yafie, perbedaan tersebut terbagi menjadi dua hal, yaitu
perbedaan biologis dan perbedaan fungsional dalam hal kehidupan sosial.
Perbedaan biologis dari keduanya dapat muncul perbedaan fungsional. Bila
dikaitkan dengan proses reproduksi, laki-laki berperan sebagai pemberi bibit, sedangkan
perempuan berperan sebagai penampung dan pengembang bibit tersebut. Dari
perbedaan di atas muncul perbedaan kedudukan posisi mereka dalam berkeluarga. Laki-
laki diberi kedudukan sebagai kepala keluarga, laki-laki juga bertugas sebagai pencari
nafkah untuk menafkahi kehidupan istri dan anak-anaknya. Perempuan dalam keluarga
bertugas sebagai penanggung jawab dalam urusan rumah tangga dan mendidik anak.
Perasaan perempuan yang lembut, membuat mereka sangat berperan penting dalam hal
pemeliharaan dan pengasuhan anak. Dijelaskan dalam al-Qu’ran surat At-Tahrim ayat 6
bahwa :

              

       

”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Dalam hal aurat, batasan aurat antara laki-laki dan perempuan juga berbeda. Bagi
laki-laki aurat mereka hanya antara pusar sampai lutut. Sedangkan untuk perempuan,
aurat mereka adalah seluruh tubuh mereka kecuali wajah dan telapak tangannya.
Dalam ibadah, laki-laki diwajibkan untuk melaksanakan shalat jum’at dan mereka
selalu menjadi imam saat melakukan shalat. Sedangkan perempuan, mereka hanya
disunnahkan saja untuk melakukan sholat jum’at, dan apabila ada laki-laki mereka
diharamkan untuk menjadi imam dalam shalat. Dalam hak sipilhal pembagian harta
warisan, jatah laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Selain itu, dalam hukum
islam mereka mendapatkan hukum-hukum yang dikhususkan bagi mereka, seperti
hukum tentang haid, iddah, kehamilan, dan sebagainya.
Meskipun perempuan dalam keluarga tidak mendapatkan kewajiban untuk
mencari nafkah, namun islam memperbolehkan mereka untuk berkarir, namun hasil
pendapatan mereka tidak boleh digunakan untuk menghidupi keluarga. Namun dalam
berkarier mereka tidak boleh terlalu focus dalam berkarier sehingga membuat mereka
lupa akan mengurus rumah tangga yang seharusnya menjadi kewajiban utama mereka.
3. Hak-hak Perempuan
Islam memberikan hak-hak istimewa pada perempuan diberbagai bidang, antara
lain :
a. Hak politik
Banyak sekali pada jaman Rasulullah perempuan-perempuan yang terlibat dalam
hal politik praktis, hal ini diperbolehkan apabila perempuan yang terjun dalam
bidang politik tersebut dapat membawa keuntungan bagi negara bukan malah
membawa kerugian bagi negara. Namun belakangan ini malah lebih banyak
kerugian yang didapat ketika perempuan banyak yang terjun dalam bidang politik.
Dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 71 dijelaskan :

          

             

  


“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”

b. Hak profesi
Dalam pekerjaan perempuan juga mempuanyai hak didalamnya. Namun para ulama
fikih memberikan batasan-batasan untuk perempuan, dalam keadaan apa saja
mereka dapat melakukan pekerjaan diluar rumah, yaitu :
1) Ketika rumah tangga memerlukan biaya untuk pengeluaran kebutuhan primer
dan sekunder. Jika suami telah meninggal dunia atau sedang sakit dan rumah
tangga sudah tidak memiliki pendapatan lain selain dari suami, serta sudah
tidak ada lagi yang bisa menolong kebutuhan rumah tangga mereka, maka
seorang istri diperbolehkan bekerja diluar rumah dengan pekerjaan-pekerjaan
yang tentunya diperbolehkan menurut syara’
2) Ketika tenaga wanita benar-benar dibutuhkan oleh lingkungan sekitar atau
masyarakat dalam bidang-bidang yang sesuai dengan kepribadian wanita.
c. Hak dan kewajiban belajar
Hak dan kewajiban belajar bagi semua manusia (tanpa terkecuali perempuan)
banyak dicantumkan dalam al-Qur’an. Misalnya pada surat al-Alaq ayat 1-5 :

                

       

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Dalam sejarah islam, banyak sekali perempuan yang sangat menonjol dalam bidang
ilmu pengetahuan.
d. Hak sipil
Muhammad Utsman al-Husyt menyatakan bahwa perempuan juga memiliki hak-
hak untuk mendapatkan kepemilikian, mengatur hartanya sendiri, melakukan
perjanjian, jual beli, dan hak-hak sipil lainnya.
e. Hak berpendapat
Perempuan juga berhak mengeluarkan pendapat dan mempertimbangkan
pendapatnya. Bahkan dalam rumah tangga, ketika seorang istri tidak sanggup untuk
meneruskan pernikahannya, mereka juga berhak untuk mengajukan gugatan untuk
bercerai (khulu’)
f. Hak dalam rumah tangga
Wanita diberi hak untuk menentukan pendamping hidupnya dan diperkenankan
menolak calon suami yang diajukan orang tua atau kerabatnya bila tidak
menyukainya. Beberapa hadits di bawah ini menjadi bukti:
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:

َ‫ أَنْ تَسْكُت‬:َ‫ يَا رَسُىْلَ اهللِ وَكَيْفَ ِإ ْذُنهَا؟ قَال‬:‫ قَالُىْا‬.َ‫الَ تُنْكَحُ ْا َألّيِنُ حَتَّى تُسْتَ ْأهَرَ َوالَ تُنْكَحُ الْبِكْرُ حَتَّى تُسْتَ ْأذَن‬

“Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak musyawarah (dimintai


pendapatnya), dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan hingga diminta izinnya.”
Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimanakah izinnya seorang gadis?”
“Izinnya adalah dengan ia diam”, jawab Rasulullah. (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
Banyak hak yang diberikan Islam kepada istri, seperti suami dituntut untuk bergaul
dengan baik terhadap istrinya, ia berhak memperoleh nafkah, pengajaran, penjagaan
dan perlindungan, yang ini semua tidak didapatkan oleh para istri di luar agama
Islam. Dalam surat An-Nisa’ ayat 19 dijelaskan :

             

            

          
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka Karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang Telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. dan bergaullah
dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
Ketika seorang perempuan berperan sebagai ibu, maka islam menempatkan
kedudukan mereka lebih tinggi daripada ayah, dalam menerima perbuatan baik dari
anaknya. Hal itu disebabkan seorang ibulah yang merasakan kepayahan
mengandung, melahirkan, dan menyusui. Ibulah yang bersendiri merasakan dan
menanggung ketiga perkara tersebut, kemudian nanti dalam hal mendidik baru
seorang ayah ikut andil di dalamnya. Seorang anak diharamkan untuk durhaka
kepada ibu mereka, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dalam haditsnya :

ِ‫…إِنَّ اهللَ حَ ّرَمَ عَلَيْ ُكنْ ُعقُىْقَ ْا ُأل ّهَهَات‬

“Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian berbuat durhaka kepada para


ibu…” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
4. Hadis –hadis dan tafsir yang merendahkan Perempuan
Tidak dapat di pungkiri bahwa di kalangan masyarakat muslim beredar sejumlah
hadist dan tafsir al-Qur’an yang di pandang merendahkan dan meremehkan perempuan.
Hadist-hadis itu antaralain:
“Barang siapa menuruti istrinya, maka ia masuk neraka”
Dalam hadis ini tidak dipaparkan sesuai konteks atau hanya di sampaikan sebagian.
Sebab dalam hadist tersebut masih ada kelanjutannya.
Yang di maksud “menuruti” menurut Rasulullah adalah mengizinkan perempuan untuk
berbuat sesuatu yang melanggar syariat.
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada kaum
perempuan”(HR. al-Bukhari, Ahmad dan al-Nasa’i)
Dalam hadis ini terkadang disampaikan tanpa menyebut konteks (sebab) munculnya.
Hadis ini ditujukan kepada masyarakat Persia, bukan terhadap semua masyarakat
dan dalam semua urusan (Sulaeman).
“Aku tidak menyaksikan orang yang kurang akal dan agamanya,di banding
perempuan.”lalu ,seseorang bertanya,”Apa kekurangan kami?”kekurangan akalnya
karena kesaksian dua orang wanita dinilai sama seperti kesaksian seorang
pria.Kekurangan agamanya, karena seseorang di antara kamu tak puasa di bulan
Ramadhan (akibat haid), dan beberapa hari diam tanpa shalat.”(HR. Abu Dawud).
Adapun hadis yang perempuan kurang akal dan agamanya bisa di telusuri melalui sisis
psikologis atau konteks zaman,dan konteks konteks mun culnya hadist tersebut.
Demikian tindakan yang selayaknya dilakukan bila di temukan hadis-hadis atau tafsir
yang “merendahkan”perempuan.
“Perempuan menghadap dalam bentuk setan,dan membelakangi dalam bentuk
setan.jika salah seorang dari kamu melihat perempuan, maka hendaklah ia berkumpul
dengan keluarganya. Sesungguhnya yang demikian itu dapat menolah gejolak
jiwanya”(HR.Muslim).
Selain beberapa hadist di atas juga terdapat beberapa contoh penafsiran terhadap
ayat-ayat al-Qur’an merendahkan kaum perempuan diantaranya adalah dalam surat an-
Nisa’ ayat 34 :

            

           

         

         

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu
Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka
di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar.”
Dalam ayat tersebut di tafsirkan bahwa sebagai laki-laki harus memilki kedudukan lebih
tinggi daripada perempuan disegala bidang,dan perempuan dianggap tidak berhak untuk
memimpin.

F. PANDANGAN ISLAM TENTANG FEMINISME


Ide feminisme ternyata membuat ketertarikan umat muslim dan muslimah yang
progresif dan mempunyai semangat,idealis yang tinggi untuk mengubah kenyataanya
menjadi lebih baik. Selain didukung teknik penyuguhan secara ilmiah,ide-ide feminisme ini
di buat dengan retorika dan jargon emosional yang dapat menyentuh lubuk perasaan mereka.
Kenyataan juga didukung dengan realitas masyarakat islam yang terjadi menampilkan sosok
kaum wanita yang memilukan. Bagaimana sebenarnya islam memandang ide dan gerakan
tersebut?
Secara umum dapat dikatakan bahwa ide dan gerakan feminism tidak sesuai dengan
ajaran islam. Meski terdapat satu jenis feminism yang membutuhkan kajian lebih
lanjut,yaitu eko-feminisme. Dalam islam ketidaksesuaian tersebut antaralain adalah adanya
persamaan kedudukan dan hak antara laki-laki dan perempuan, ide penindasan terhadap
perempuan terutama dalam intuisi keluarga, metode yang di tempuh untuk menghilangkan
penindasan terhadap maupun ide-ide feminisme muslim liberal.
Sejarah munculnya feminisme,memperlihatkan bahwa feminism lahir dalam konteks
sosio-historis khas Negara barat yang secular dan materealistik, terutama ketika saat itu
perempuan tertindas oleh system masyarakat liberal-kapitalistikyang cenderung eksploitatif.
Maka dari itu, mentransfer ide ini ke tengah umat islam, yang memiliki sejarah dan nilai
yang unik dan jauh berbeda, jelas merupakan generalisasi sosiologis yang terlalu di
paksakan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Menurut pandangan islam, ide dasar dan utama yang diperjuangkan oleh feminisme
berupa keadilan antara laki-laki dan perempuan dalam wujud kesetaraan kedudukan dan hak
antara laki-laki dan perempuan adalah sesuatu yang tidak benar dan menyalahi kodrat
kemanusiaan. Dalam pandangan islam membenarkan bahwa antaraperempuan dan laki-laki
memiliki kedudukan yang setara dalam sejumlah aspek, terutama aspek kemanusiaan.
Namun hal ini islam tidak memberikan hak-hak yang identik kepada perempuan dan laki-
laki dalam semua hal,sebagaimana islam juga menentukan kewajiban yang identik kepada
mereka dalam semua hal.
Allah menciptakan manusia dengan keadaan fisik, biologis, dan psikologis yang
berbeda. Maka dari itulah perbedaan ini menimbulkan fungsi yang berbeda juga.
Perkembangan ilmu pengetahuan, terutama kedokteran dan fisiologis mencatat perbedaan
diantara keduanya secara nyata, antaralain:
 Bentuk tubuhnya
 Berat otak
 Sel darah
 Susunan saraf
 Hormon
Yang secara biologis tidak sama. Perbedaan ini menimbulkan watak yang berbeda
pula, sehingga menimbulkan watak perempuan yang lebih atau cenderung perasa
implusif(cepat merespon), sensitive, dan watak laki-laki yang cenderung rasional dan
sistematis.
Adapun isu tentang penindasan kaum perempuan oleh laki-laki yang menjadi titik
awal lahirnya femisme,dan ini terjadi diberbagai tempat sejak dulu hingga sekarang, baik
diwilayah muslim maupun non muslim. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim
masih sering terjadi kekerasan dan pelecahan terhadap perempuan di tempat kerja, sekolah
maupun dalam keluarga, begitu juga pelacuran dan lain sebagainya.
Dalam konteks keluarga, islam memandang seorang perempuan sebagai pasangan partner,
dan sahabat laki-laki dalam menjalankan ugas mengabdi kepada Allah dan menjadi khalifah
dibumi melalui perdagangan pekerjaan diantara keduanya. Maka dari itu masalah yang
sesungguhnya menimpa perempuan adalah masalah laki-laki juga.
Dalam keluarga tugas suami adalah pemimpin keluarga dan pelindung serta
mengayomi istri dan anaknya, tidak boleh membiarkan perempuan(istri dan anakanya)
ditindas oleh orang lain palagi oleh dirinya sendiri.
Tentang tugas dan peran perempuan dalam lingkungan keluarga(domestic), sebaiknya dari
sisi kesetaraan gender. Persoalan ini lebih tepat di pandang dari sisi hikmat al-tasyri’, yakni
Allah yang Maha Tahu memberikan tugas kepada suami dan istri dengan maksud tertentu
(Q.S. al-Najm:45,al-Taubah:71).
Perempuan juga bukan penentu sebagai kualitas kehidupan seseorang, namun yang
menjadi tolak ukur kemulian adalah ketakwaan yang diukur secara kualitatif yaitu sebaik
apa-bukan sebanyak apa-seseorang bertakwa kepada Allah SWT.
Terkait dengan perbedaan peran inilah dalam Q.S. al-Nisa’:32, Allah SWT
mengingatkan dan menyadarkan laki-laki dan perempuan, yang artinya:
“Janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih
banyak dari sebagian yang lain, karena bagi lelaki ada bagian dari apa yang mereka peroleh
(usahakan), dan bagi perempuan juga ada bagian dari apa yang mereka peroleh (usahakan).
Bermohonlah kepada Allah dari karunia-Nya.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”(Q.S.al-Nisa’:32).
Sebenarnya jika diteliti lebih lanjut ide-ide feminisme muslim liberal akan ditemukan
bahwa sebenarnya yang mereka lakukan adalah mengambil asumsi-asumsi feminisme, lalu
mencari-cari hadis atau ayat untuk membenarkannya bukan untuk dalil syar’I sebagai
tumpuan ide feminisme, denan bukti jika ada ayat atau hadis yang tidak sesuai dengan
konsep kesetaraan gender yang mereka anut, maka ayat atau hadis itu di tafsirkan maknanya
sedemikian rupa agar tunduk kepada konsep kesetaraan gender(al-jawi,2005). Hal ini berarti
mereka menempatkan islam nomer dua setelah ide-ide feminism, ini sungguh bertentangan
dan harus di tolak.
Untuk menjustifikasikan penafsiran ini, para feminis muslim liberal menggunakan metode
historis-sosiologis khas kaum modernis untuk memahami teks-teks agama. Metode ini
sebenarnya berasal dari system barat yang memandang kondisi masyarakat sebagai sumber
hukum. Jika karena perkembangan jaman membuat kondisi masyarakat berubah, maka
hukum juga harus mengikutinya dan ini sangat keliru. Sumber hukum islam tiada lain adalah
wahyu, yang termaktub dalam al-qur’an dan sunnah, bukan realitas masyarakat yang ada.
Realitas social pada saat suatu ayat hukum turun, atau ketika suatu hukum disimpulkan dari
ayat atau hadis oleh seorang mujtahid, adalah fakta yang kepadanya hukum diterapkan,
bukan fakta yang darinya hukum di lahirkan (al-jawi,2005). Kesalahan lain dari metoda
tafsir ini kemajuan, namun tidak selalu mengarah pada kebaikan. Penyebabnya adalah,
manusia sebagai agen perubahan zaman cenderung melakukan pelanggaran dan tidak lepas
dari nafsu duniawi yang senantiasa mengarah pada keburukan(Muthahhari,2003:56). Karena
perkembangan zaman sangat mungkin mengarah pada kejelekan,bagaimana mungkin
menjadikan sebagai sumber hukum.

G. KRITIK TENTANG FEMINISME


Gerakam feminisme telah banyak diakui oleh kalangan masyarakat dan juga
membawa perubahan positif pada perempuan. Perempuan banyak yang telah masuk ke
segala sector pekerjaan yang dulu banyak di monopoli oleh kaum laki-laki. Dilain dampak
positif yang dialami oleh perempuan namun juga menimbulkan dampak negatif.
Dari sisi negatife feminism juga terdapat kritik dan tanggapan negative dari sejumlah
tokoh yang di tunjukan padafeminisme. Kritik dan tanggapan tersebut antara lain adalah:
1. Berbagai eksperimen membuktikan bahwa pria dan perempuan sama-sama mengalami
kegagalan.Sebagai contoh ketika pada tahun 1997 pemerintah inggris memberlakukan
“gender free approach”dalam merekrut tentaranya dan memberlakukan ujian fisik
terhadap perempuan dan laki-laki ,maka tingkat cidera yang lebih tinggi di alami pada
perempuan.Dan pada saat perang teluk dilakukan,satu per 10 kru perempuan kapal
perang Amerika USS Acadia di kembalikan karena hamil diperjalanan,sementara tidak
ada satupun tentara pria yang di kembalikan.
2. Eksperimen penerapan persamaan gender juga di lakukan dinegara skandinavia.Mereka
berkampanye agar laki-laki tidak malu bekerja di sector domestic dan perempuan di
dorong untuk bekerja diluar rumah dengan cara penitipan anak secara besar-besaran.
Umat islam perlu mengambil sisi positif munculnya gerakan feminisme di kalangan
umat islam. Salah satunya adalah keberadaan tatanan social masyarakat yang cenderung
merugikan perempuan di berbagai wilayah yang mayoritas berpenduduk islam. Baik hal itu
di sebabkan oleh pengaruh budaya setempat yang tidak sesuai dengan islam maupun karena
pengaruh politik local dan asing.
Islam adalah agama yang sempurna, yang didalamnya terdapat konsep yang utuh
tentang perempuan. Namun kesempurnaan ajaran islam tidak ada artinya bila umat islam
tidak menjadikannya sebagai pedoman hidup. Menjadi tugas dan agenda penting umat islam
untuk mengetahui konsep yang benar tentang perempuan menrut islam, dan yang lebih
penting adalah menerapkannya dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Dengan
demikianlah masalah-masalah social yang muncul terkait dengan perempuan dapat
diselesaikan dengan semestinya. Sehingga tak perlu bagi umat islam tidak perlu “melirik’
ideologi lain guna memecahkan masalah tersebut.

You might also like