You are on page 1of 14

Laporan Praktikum

EKOSISTEM dan KOMPONEN PENYUSUNNYA

Oleh:

Kelompok II Offering AA

1. Tarini Mawantia (209331417412)


2. Fauqol Budur (209331417413)
3. Meilisa Rusdiana (209331417415)
4. Rizky Khadafi (209331419816)
5. Unsa Wuriana Safitri (209331420869)
6. Alifiani Nur Rahma (209331420872)
7. Elsa Engga Kusuma (209331423408)
8. Nur Shofwah Al-kiswiyah (209331423412)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

NOVEMBER 2009
EKOSISTEM dan KOMPONEN PENYUSUNNYA

A. TUJUAN

1. mengidentifikasi komponen-komponen biotic dan abiotik dalam suatu ekosistem.

2. menghitung jumlah atau besar populasi komponen biotic di suatu ekosistem.

3. mengukur kondisi beberapa factor fisika, kimia dalam suatu ekosistem.

4. memperkirakan atau menginterpretasikan interaksi antar komponen biotik dan abiotik

dalam suatu ekosistem.

5. Menjelaskan secara tepat pengertian ekosistem.

B. DASAR TEORI

Di alam terdapat organisme hidup (makhluk hidup) dengan lingkungannya yang tidak

hidup saling berinteraksi berhubungan erat, tak terpisahkan dan saling mempengaruhi satu

sama lain yang merupakan suatu system. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh

menyeluruh antara segenap unsure lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Perlu

diketahui bahwa didalam ekosistem terdapat makhluk hidup dan lingkungannya. Setiap factor

yang berpegaruh terhadap kehidupan dalam suatu organisme dalam proses perkembangannya

disebut factor lingkungan (abiotik). Tumbuhan dan hewan dalam ekosistem merupakan

bagian yang hidup atau komponen biotic. (Soerjani, 1983)

Penggolongan factor ekologi yang umum, menurut Euwsie, 1990

Factor alam (abiotik) Factor biologi (biotik)

 Factor iklim 1. tumbuhan hijau atau tumbuhan lain atau

1. curah hujan hewan

2. suhu 2. hewan

3. kelembapan atmosfer 3. tumbuhan

4. angin 4. dekomposer

5. cahaya 5. manusia
 faktor fisiologi dan edafik

1. topografi

2. faktor edafik (tanah)

- pH tanah

- suhu tanah

- kelmbapan tanah

Selain itu ekosistem juga dibagi lagi menjadi dua, yaitu ekosistem darat (terrestrial)

dan ekosistem air (aquatic). Ekosistem darat contohnya ekosistem pekarangan dan ekosistem

padang rumput. Ekosistem air contohnya, ekosistem kolam dan akuarium. (Samingan, 1980)

Ekosistem terdiri dai berbagai komunitas. Komunitas adalah seluruh populasi yang

hidup bersama pada suatu daerah atau sekelompok makhluk-makluk hidup dari berbagai

macam jenis yang hidup di suatu daerah.

Macam-macam komunitas, antara lan:

1. komunitas akuatik

komunitas ini misalnya terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam.

2. komunitas terrestrial

yaitu sekelompok organisme yang terdapat di pekarangan, padang rumput, padang

pasir, halaman kantor, halaman sekolah, kebun raya dan sebagainya.

Samingan, 1980 mengatakan bahwa, hubungan antara komunitas dan lingkungannya

bersifat holocoenotik. Ini berarti tidak ada dinding pemisah antara lingkungan dengan

organisme atau komunitas biologis yang ada. Ekosistem beraksi sebagai satu keseluruhan,

sulit untuk memisahkan satu faktor atau satu organisme didalam tanpa mengganggu

komponen ekosistem lain.


Menurut Soetikno S,1990 dalam komunitas terrestrial khususnya pada pekarangan,

juga terdapat gulma. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan

pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.

Macam-macam gulma

 teki-tekian

 rumput-rumputan

 gulma daun lebar

Untuk mengetahui faktor abiotik pada suatu ekosistem, diperlukan beberapa alat

pembantu, seperti :

1. soil tester : mengukur kelembapan tanah dan pH tanah

2. thermometer tanah : mengukur suhu tanah

3. thermohigrometer : mengukur kelembapan dan suhu udara

4. lux meter : untuk mengukur intensitas cahaya

C. HASIL PENGAMATAN

Pada pengamatan yang kami lakukan di darat,kami melakukan pengamatan terhadap

faktor abiotik dan faktor biotic yang ada pada daerah tersebut.Dari hasil pengamatan kami

memperoleh data sebagi berikut :

A. Faktor Abiotik

 Termohigrometer

No Faktor abiotik Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Rata-rata

1 Kelembaban 54% 54% 47% 54% 63% 54,4%

lingkungan

2 Suhu lingkungan 35°C 32°C 36°C 36°C 29°C 33°C


 Soiltester

No Faktor abiotik Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Rata-rata

1 Kelembaban tanah 60% 75% 73% 57% 67% 66%

2 pH tanah 5 6,8 7 7 5,25 6,25

 Termometer Tanah

No Faktor abiotik Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Rata-rata

1 Suhu tanah 23°C 26°C 25°C 25°C 27,5°C 25°C

 Lux Meter

No Faktor abiotik Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Rata-rata

403 x 460 x 488 x 456 x 190 x


1 Intensitas cahaya 400 x 100
100 100 100 100 100

B.Faktor biotik

 Tumbuhan

No Nama tumbuhan Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Rata-rata

1 Dianela Montana L 14 26 170 10 30 50

2 Paspalum vaginatum 5 - - 18 9 6,4

3 Ipomoea caereca 3 1 - - 7 2,2

4 Cantella arelata 1 - - - - 0,2

5 Panicum trigonum 6 - 9 - - 3

6 Oplisminus sp. - - 5 - 15 4

7 Solanum nigrum 5 - 4 - - 1,8

8 Ageratum conyzoides 5 - 4 - 11 4

9 Centrosema - - - 12 21 6,6

pubescens
10 Paspalum vaginatum - - - 18 13 6,2

11 Thumbergia alata - - - 7 19 5,2

12 Elephentus - 4 1 - - 1

13 Ipomea cerica - 1 - - 6 1,4

14 Commelina diffusa 119 - - - - 23,8

15 Borrenia repens 1 - - - - 0,2

16 Synedreila nidiflora - 1 - - 3 0,8

17 Pteris biahurca - 4 - - - 0,8

18 Achyranthes asperus - 3 2 - - 1

19 Mumosa pudica - 1 - - - 0,2

20 Adonestema lavenia - - 1 - - 1

21 Elausin - - 1 - - 1

22 Siperus alenia - - 1 - - 0,2

23 Pauraria phaseloides - - - - 1 0,2

24 Poaceae sp 1 1 - - - - 0,2

25 Poaceae sp 2 2 - - - - 0,4

26 Poaceae sp 3 6 - - - - 1,2

27 Poaceae sp 1 - - - - 3 0,6

Selain itu juga masih ada spesies-spesies lain yang kami temukan pada saat

pengamatan, yaitu :

 Poaceae sp 1 1

 Poaceae sp 2 2

 Poaceae sp 3 6

 Poaceae sp 1 3
Spesies-spesies tersebut diatas diberi nama poaceae sp1,poaceae sp 2,poaceae sp 3

karena spesies tersebut belum diketahui namanya.Pada data di atas terdapat 2 spesies yang

diberi nama poaceae sp 1,tapi sebenarnya spesies tersebut berbeda karena spesies yang belum

diketahui namanya yang ditemukan setiap kelompok itu berbeda-beda.Maka dari itu pada

data di atas terdapat 2 nama poaceae sp 1 tapi sebenarnya spesiesnya berbeda.

1. Hewan

No Nama Hewan Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Rata-rata

1 Monomorium 3 1 - - - 0,8

minimum

2 Formicideae sp 1 15 11 - - - 5,2

3 Formicideae sp 2 - 2 - - - 0,4

4 Kutu tanah 2 - - - - 0,4

5 Kumbang - - 1 - - 0,2

D. ANALISIS DATA

Data pengamatan kelompok 1, yang berlokasi disekitar sungai metro atau diatas

sungai diperoleh suhu tanah 23° C , kelembapan udara 54% , suhu lingkungan 35° C,

intensitas cahaya 403 x 100 lux, kelembapan tanah 60% dan pH tanah 5, sedangkan

kelompok biotik pada tumbuhan berupa Dianela Montana L, Paspalum vaginatum, Ipomoea

caereca, Cantella arelata, Panicum trigonum, Solanum nigrum, Ageratum conyzoides,

Commelina diffusa, Borrenia repens, Poaceae sp 1, Poaceae sp 2, Poaceae sp 3, sedangkan

binatangnya antara lain Monomorium minimum, Kutu tanah, dan Formicideae sp 1.

Maka dapat disimpulkan bahwa lokasi pengamatan kelompok 1 merupakan lokasi

yang mengandung intensitas cahaya sedang karena banyak ditemukan berbagai macam

tumbuhan dan berbagai spesies Poaceae. Sedang Commelina diffusa memegang dominasi
sekitar 119 yang merupakan dominasi yang dikarenakan Commelina diffusa dapat hidup pada

kondisi lingkungan yang mempnyai intensitas sedang dan pada kelembapan tanah yang

rendah. Kelembaban 60% merupakan kelembaban tanah yang tidak terlalu lembap maka,

pada kelmpok 1, tidak ditemukan Pteris biahurica.

Data pengamatan kelompok 2 , diperoleh suhu tanah 26° C , intensitas cahaya 460 x

100 lux, kelembapan lingkungan 54%, suhu lingkungan 32%, kelembaban tanah 75%, dan

pH tanah 6,8. Sedangkan komponen biotik pada tumbuhan berupa Dianela Montana L,

Ipomoea caereca, Elephentus, Ipomea cerica, Synedreila nidiflora, Pteris biahurca,

Achyranthes asperus, dan Mumosa pudica. Sedangkan pada hewan Monomorium minimum,

Formicideae sp 2, dan Formicideae sp 1. Maka dapat disimpulkan bahwa lokasi pengamatan

kelompok 2 merupakan lokasi yang banyak mengandung intensitas cahaya dan kelembapan

tanah yang sangat tinggi bila dibandingkan kelompok yang lain oleh karena itu dapat

ditemukan berbagai jenis tumbuhan yang bervariasi , suhu lingkungan rendah sehingga dapat

ditemukan Pteris biahurca , dan Ageratum conyzoides mendominasi .

Data pengamatan kelompok 3 diperoleh kelembapan lingkungan 47% , suhu

lingkungan 36°C , kelembaban tanah 73%, pH tanah 7, suhu tanah 25°C, dan intensitas

cahaya 488x100 lux. Sedangkan komponen biotik pada tumbuhan berupa Dianela Montana

L, Panicum trigonum, Oplisminus sp., Solanum nigrum, Ageratum conyzoides, Elephentus,

Achyranthes asperus, Adonestema lavenia, Elausin, Siperus alenia. Sedangkan pada hewan

kumbang . Maka dapat disimpulkan bahwa lokasi pengamatan kelompok 3 merupakan lokasi

yang mengandung intensitas cahaya yang sangat tinggi karena ditemukan berbagai jenis

organisme tumbuhan Dianela Montana L merupakan faktor biotik pada tumbuhan yang

mendominasi karena mencapai 170 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar

intensitas cahaya maka semakin beragam organisme dan jumlah organisme semakin banyak.

Hal ini disebabkan cahaya matahari merupakan sumber energi bagi makhluk hidup.
Data pengamatan kelompok 4, diperoleh kelembaban lingkungan 54%, suhu

lingkungan 36°C, kelembaban tanah 57%, pH tanah 7, suhu tanah 25°C, intensitas cahaya

456x100 lux. Sedangkan komponen biotik pada tumbuhan berupa Dianela Montana L,

Paspalum vaginatum, Centrosema pubescens, Paspalum vaginatum, Thumbergia alata.

Sedangkan pada lokasi tersebut tidak ditemukan hewan. Maka dapat disimpulkan bahwa

lokasi pengamatan kelompok 4 tidak ditemukan hewan karena pada lokasi tersebut tumbuhan

yang tumbuh tidak diperlukan oleh hewan, hewan yang berada di lokasi tersebut berupa

serangga yang terus bergerak dan hewan tersebut tidak menetap pada lokasi tersebut sehingga

pada saat pengamatan tidak ditemukan hewan pada lokasi tersebut.

Data pengamatan kelompok 5 diproleh faktor abiotik berupa kelembaban lingkungan

63%, suhu lingkungan 29°C, kelembaban tanah 67%, pH tanah 5,25, suhu tanah 27,5,

intensitas cahaya 190 x 100 lux. Sedangkan komponen biotik pada tumbuhan berupa Dianela

Montana L, Paspalum vaginatum, Ipomoea caereca, Oplisminus sp., Ageratum conyzoides,

Centrosema pubescens, Paspalum vaginatum, Thumbergia alata, Ipomea cerica, Synedreila

nidiflora, Pauraria phaseloides, Poaceae sp 1. Sedangkan pada lokasi tersebut tidak tidak

ditemukan hewan. Maka dapat disimpulkan bahwa lokasi pengamatan kelompok 4 tidak

ditemukan hewan karena pada lokasi tersebut tumbuhan yang tumbuh tidak diperlukan oleh

hewan, hewan yang berada di lokasi tersebut berupa serangga yang terus bergerak dan hewan

tersebut tidak menetap pada lokasi tersebut sehingga pada saat pengamatan tidak ditemukan

hewan pada lokasi tersebut.

Data pengamatan rata-rata diperolah faktor abiotik berupa kelembaban lingkungan

54,4%, Suhu lingkungan 33°C, Kelembaban tanah 66%, pH tanah 6,25, Suhu tanah 25°C,

Intensitas cahaya 400 X 100 lux. Sedangkan komponen biotik pada tumbuhan berupa

Dianela Montana L sejumlah 50, Paspalum vaginatum 6,4, Ipomoea caereca 2,2, Cantella

arelata 0,2, Panicum trigonum 3, Oplisminus sp. 4, Solanum nigrum1,8, Ageratum


conyzoides 4, Centrosema pubescens 6,6, Paspalum vaginatum6,2, Thumbergia alata 5,2,

Elephentus 1, Ipomea cerica 1,4, Commelina diffusa 23,8, Borrenia repens 0,2, Synedreila

nidiflora 0,8, Pteris biahurca 0,8, Achyranthes asperus 1, Mumosa pudica 0,2, Adonestema

lavenia 1, Elausin 1, Siperus alenia 0,2, Pauraria phaseloides 0,2, Poaceae sp 1 0,2,

Poaceae sp 2 0,4, Poaceae sp 3 1,2, Poaceae sp 1 0,6.

E. PEMBAHASAN

Praktikum ekosistem dan komponen penyusunnya kali ini dilakukan di sekitar sungai

metro, dlam praktikum ini digunakan sampel yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran

masing-masing sisi sebesar 200cm. Pada lokasi tersebut diamati komponen-komponen

penyusunnya yaitu komponen biotik-abiotik. Komponen biotik meliputi makhluk hidup yang

ada ditempat tersebut, baik hewan maupun tumbuhan. Komponen abiotik meliputi suhu

udara, intensitas cahaya,kelembaban udara, suhu tanah, kelembaban tanah, dan

keasaman(pH).

Berikut ini adalah komponen abiotik:

1. Suhu dan Kelembaban

Suhu merupakan faktor pembatas bagi makhluk hidup, karena berpengaruh

terhadap reaksi-reaksi enzimatis tubuh. Suhu berpengaruh terhadap ekosistem

karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Umumnya

makhluk hidup bertahan pada suhu 4-45°C. Suhu < 4°C, reaksi enzimatis

berlangsug sangat lambat. Suhu>45°C, enzim-enzim mengalami denaturasi

sehingga menyebabkan kematian. (Fitter, 1991)

Pada pengamatan yang kami lakukan, suhu rata-rata yang diperoleh dari 5

kelompok di sekitar sungai Metro adalah 33°C pada udara dan 25°C pada tanah.

Hal ini menyebabkan makhluk hidup yang di dalamnya masih dapat


melangsungkan hidup dengan baik. Begitu juga kelembaban, kelembaban

bersangkutan dengan adanya air dan suhu lingkungan. Bila kandungan air dalam

udara cukup maka udara akan lembab, sedangkan bila air sedikit maka udara jadi

kering. Tetapi bila air cukup dan pada suhu netral maka udara menjadi lembab.

2. Intensitas Cahaya

Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena cahaya matahari

berperan dalam menaikkan suhu lingkungan. Sinar matahari juga merupakan unsur

vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.

Banyaknya cahaya yang mencapai permukaan bumi ditentukanoleh lintang

geografinya, selain itu juga dipengaruhi oleh ada tidaknya penghalang cahaya.

(Fitter, 1991)

Pada pengamatan yang kami lakukan, intensitas cahaya rata-rata yang

diperoleh dari 5 kelompok di sekitar sungai Metro adalah 400x100 lux. Intensitas

ini tergolong rendah karena percobaan yang dilakukan relaif pagi yaitu pukul

08.00-09.00 WIB. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan

yang mencolok antara satu tempat dengan tempat lainnya ehingga tidak selalu

merupakan faktor ekologi yang penting.

3. pH Tanah

Tanah yang baik untuk tempat tumbuh tanaman memiliki pH 5,0-8,0 dan pH

sangat berpengaruh langsung pada pertumbuhan akar. (Istamar, 1997)

Pada pengamatan yang kami lakukan, pH tanah rata-rata yang diperoleh dari 5

kelompok di sekitar sungai Metro adalah 6,25. hal ini berarti tanah didaerah ini

memiliki kualitas yang baik, sehingga pertumbuhan akar pada tumbuhan juga baik.

Pada analisis komponen abiotik yang dilakukan oleh kelompok 1 sampai kelompok 5

diperoleh rata-rata suhu udara 33°C, kelembaban udara 54,4%, intensitas cahaya 400x100 lux
meter, suhu tanah 25°C, kelembaban tanah 66%, dan pH tanah 6,25. Dapat disimpulkan

lokasi pengamatan yang dilakukan oleh semua kelompok meiliki pH rendah intensitas cahaya

sedang, suhu tanah minimum, sehingga komponen yang ada pada lokasi tersebut adalah

sejenis rumput-rumputan. Memiliki bebagai jenis tumbuhan dan hewan yang ada pada lokasi

tersebut rata-rata membentuk kelompok atau sosial. Dari hasil pengamatan diatas

menunjukkan adanya vegetasi yang sangat beragam, frekuensi menunjukkan berbagai jenis

spesies tumbuhan. (Cox,2002). Dari tbel pengamatan yang kitalihat penyebaran spesies-

spesies di sekitar sungai metro. Pada saat pengamatan di temukan 32 spesies dari ke-4 sampel

plot yang dibuat. Akan tetapi hanya ada 3 spesies yang mempunyai frekuensi paling besar,

yaitu Dianela montana L rata-rata sebanyak 50, Commelina diffusa rata-rata sebanyak 23,8,

dan Formicideae sp1 rata-rata sebanyak 5,2 sedangkan sisanya memiliki frekuensi yang

rendah. Hal ini disebabkan karena kondisi dari fisik dan kimiawi tanah disekitar sungai metro

berbeda pada masing-masing posisi. Begitu juga dengan tingkat kesuburannya yang juga

berbeda.

Selain frekuensi juga ada kerapatan yang menyatakan sebagai jumlah individu atau

biomassa vegetasi suatu areal. Selain itu, kerapatan dapat digunakan untuk mengetahui

vegetasi sedang berubah. (Odum, 1998). Semakin besar ukuran dan jumlah suatu tumbuhan

maka kerapatannya semakin kecil dan semakin kecil ukuran dan jumlah suatu tumbuhan

maka kerapatannya semakin besar. (Molles, 2002). Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan

yang menunjukkan bahwa Dianela montana L memiliki jumlah yang besar yaitu 50 sehingga

memiliki kerapatan kecil sedangkan Cantella arelata, Borrenia repens, Mumosa, Siperus

alenia, Pauraria phaseloides mempunyai jumlah yang kecil sehingga mempunyai kerapatan

yang besar.

Menurut Mackenzie, et all (1998) bahwa salah satu hal yang menyebabkan temperatur

ydara disuatu tempat meningkat adalah karena adanya peningkatan intensitas cahaya. Dalam
pengamatan, terdapat korelasi yang berarti antara intensitas cahaya dan suhu. Semakin tinggi

intensitas cahaya, semakin tinggi suhu, dan hal ini berpengaruh pada kemampuan fotosintesis

tumbuhan, sehingga apabila suatu daerah memiliki intensitas cahaya yang cukup, tumbuhan

tersebut akan tumbuh dengan baik.

Pada pengamatan yang dilakukan oleh kelima kelompok ditemukan adanya berbagai

jenis tumbuhan terutama banyak ditemukan rumput- rumputan dan berbagai jenis semut.

Jenis tumbuhan yang mendominasi yaitu Dianella montana dan berbagai jenis

Poaceae.Dominasi ini disebabkan adanya morfologi tanaman ini cukup besar terhadap

sekitarnya. Hal ini ditegaskan oleh Euwsie (1980) yaitu dominasi suatu spesies merupakan

penonjolan dari beberapa spesies yang ada. Dominasi sangat penting karena memeberikan

petunjuk mengenai spesies yang paling berkuasa dalam suatu komunitas

F. KESIMPULAN

1. Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik di alam.

2. Antara faktor biotik dan abiotik saling berinteraksi dan mempengaruhi

3. Komponen abiotik meliputi ph tanah, suhu tanah, kelembaban tanah, intensitas

cahaya, kelembaban udara, suhu udara dan air.

4. Menurut data hasil pengamatan, intensitas cahaya sangat memepengaruhi komponen-

komponen biotik, semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin banyak jumlah dan

jenis tumbuhan di tempat tersebut.


DAFTAR RUJUKAN

Euwsie, J. Y. 1980. Pengantar Ekologi Tropika. Alih Baasa : Usman Tanuwijaa. Bandung :

ITB.

Fitter, A.H. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogayakarta: Gajah Mada University

Press.

Mackenzie, A ; A. S. Ball ; and S. R. Virdee. 1998. Instant Nontes in Ecology. Singapore :

Bios Scientific Publisher Limied.

Molles, Manue C. 2002. Ecology. New York : Mc Graw-Hill Company.

Odum, E. L. 1998. Basic Ecology. New York: WB Saunders College

Soerjani, Mohammad. 1983. Dasar-dasar Ekologi. Jakarta : Makalah Andal UI-PPLH.

Soetikno S, Sastroutomo, 1990. Ekologi Gulma. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Syamsuri, Istamar. 1997. Lingkungan Hidup Kita. Malang: IKIP Malang.

Samingan, Tjahyono. 1980. Dasar-dasar Ekologi Umum. Bandung: Bagian Ekologi Dep.

Botani IPB.

You might also like