You are on page 1of 38

PBL 3

Fenomena Permukaan

Kelompok 2
Anggota Kelompok:
Adam Muhammad Fadhan
(1406552925)
Fianna Utomo
(1406552894)
M. Fauzy Zikri
(1406552862)
Mustika Saraswati
(1406552906)
Rizka Thalita Adevia
(1406552912)

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Depok, November 2015

DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................................................................. 1
Daftar Isi ....................................................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan ...................................................................................................................................... 3

Latar Belakang ............................................................................................................................3


Definisi Masalah ................................................................................................................................... 3
Informasi yang Diperlukan .................................................................................................................. 3
BAB II Pembahasan ...................................................................................................................................... 5
Pemicu A....................................................................................................................................................... 5
Pemicu B ..................................................................................................................................................... 13
Pemicu C ..................................................................................................................................................... 20
BAB III Penutup ......................................................................................................................................... 37
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 38

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fenomena permukaan adalah kejadian pada permukaan zat padat, cair, atau larutan. Salah
satu kejadian yang termasuk fenomena permukaan adalah tegangan permukaan yang aplikasinya
sangat dekat dengan kehidupan sehari-ari. Pada suatu permukaan cairan terdapat beberapa hal
yang mebyebabkan perubahan tegangan permukaan seperti surfaktan dan adsorbsi. Kedua sifat
ini banyak dimanfaatkan oleh berbagai industri untuk memaksimalkan hasil produksinya.
Surfaktan adalah suatu bahan aktif yang memiliki sifat ganda dari gugus-gugus molekulnya yang
dapat mempersatukan campuran larutan. Sementara adsorbsi adalah proses penambatan partikel
ke suatu permukaan. Hal-hal mengenai perubahan tegangan permukaan tersebut akan dipelajari
secara lebih rinci bersamaan dengan sifat dari tegangan permukaan.
Definisi Masalah
Fenomena permukaan dan aplikasinya pada tegangan permukaan dengan nano partikel,
surfaktan dan penggunaanya dalam industri, serta pengunaan adsorben untuk menghilangkan
polutan.
Informasi yang Dibutuhkan
1. Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah menyebabkan permukaan
cairan berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan,
seperti metode kapiler dan tensiometer.
2. Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan
gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda
dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik)
dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik).
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan
permukaan. Saat surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi batasnya, maka akan terbentuk
misel. Misel didefinisikan sebagai surfaktan yang mulai berasosiasi karena adanya
penambahan surfaktan berikutnya, sehingga pada suatu saat akan tercapai keadaan dimana
permukaan antar muka menjadi jenuh atau tertutupo oleh surfaktan dan adsorbsi surfaktan
ke permukaan-permukaannya tidak terjadi lagi. Konsentrasi ini disebut Critical Micelle
Consentration (CMC) yang menunjukan kondisi jenuh larutan.
Surfaktan dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu bahan pembasah (wetting
agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan pelarut (solubilizing agent). Selain
itu berdasarkan muatannya, dibedakan menjadi surfaktan anionik, surfaktan kationik,
surfaktan amfoter, dan surfaktan nonionik.

3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses penambatan partikel ke suatu permukaan. Adsorben
merupakan suatu zat yang dapat menyerap partikel (adsorbat) di permukaanya. Adsorbat
adalah zat yang diserap oleh adsorben pada proses adsorpsi. Jenis-jenis adsorpsi antara lain
adalah adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi dapat dijelaskan menggunakan tiga
model yaitu Freundlich, Langmuir dan BET. Adsorpsi digambarkan ke dalam lima tipe
grafik adsorpsi isoterm.
4. Desorpsi
Desorpsi adalah proses pelepasan kembali ion/molekul yang telah berikatan dengan
gugus aktif pada adsorben. Fenomena ini terjadi ketika suatu sistem yang berada pada
kesetimbangan antara fase bulk dan permukaan penyerap diberi perlakuan yang mengganggu
kesetimbangan dari sistem. Spesies yang diadsorpsi yang terdapat pada permukaan pada
temperatur rendah tersisa hampir tanpa batas. Ketika temperatur ditingkatkan pada suatu zat
salah satu hal yang dapat terjadi adalah spesies dapat mengalami desorpsi dari permukaan
dan kedalam fase gas. Akibat dari proses desorpsi menyebabkan sisi aktif dalam adsorben
untuk menyerap adsorbat dapat digunakan kembali hal ini disebut juga sebagai regenarasi
adsorben.

BAB II
PEMBAHASAN

PEMICU A
Pada saat ini penggunaan nanopartikel FeC dalam suatu fluida sudah banyak
dikembangkan untuk berbagai aplikasi, sehingga mempelajari tegangan permukaan nanofluida
berbasi FeC sangat menarik untuk diteliti. Struktur, kemurnian dan ukuran nanopartikel sangat
menentukan sifat nanofluida yang dihasilkan. Kadang kala untuk mempertahankan sifat
nanoflluida agar tidak mengendap sering ditambahkan surfaktan. Penambahan surfaktan dalam
fluida akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan fluida, kenapa demikian? Tegangan
permukaan nanofluida FeC/air meningkat dengan meningkatnya konsentrasi berat nanopartikel
FeC. Dalam kasus konsentrasi rendah nanopartikel (0,1% dan 0,5%) tegangan permukaan
nanofluida lebih rendah daripada tegangan permukaan air. Untuk konsentrasi nanopartikel lebih
dari 1,0%, tegangan permukaan nanofluida pada 10 40 oC adalah hampir sama dengan
tegangan permukaan air.
Pertanyaan:
1. Dalam kasus di atas terjadi fenomena permukaan pada fluida. Jelaskan pengertian
tentang fenomena permukaan, dan jelaskan mengapa terjadi perubahan tegangan
permukaan setelah adanya nanopartikel.
Jawab:
Fenomena permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan
permukaan cairan berkontraksi dan benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan oleh
gaya-gaya tarik yang tidak seimbang pada antar muka cairan.
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair
(fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan dapat dipengaruhi
oleh beberapa factor yaitu massa jenis, suhu, jenis cairan, konsentrasi, dan tekanan.
Penambahan Nanopartikel dapat mengubah tegangan permukaan. Nanopartikel
adalah partikel dispersi atau partikel padat dengan ukuran di kisaran 10-1000nm. Karena
adanya zat terdispersi (zat terlarut) maka fenomena permukaan bisa berubah tegangannya
karena adanya reaksi langsung dengan zat terlarut (terdispersi) dari nanopartikel yang ada itu.
Ketika nanopartikel dimasukkan ke dalam cairan maka tegangan permukaan cairan
tersebut akan meningkat, berbanding lurus dengan ukuran dan jumlah nanopartikel yang
dimasukkan dalam cairan. Nanopartikel yang dimasukkan dalam cairan akan menyebar
merata dalam cairan, dan gaya yang terjadi antarnanopartikel membantu gaya antarmolekul
cairan dalam meningkatkan energi bebas di permukaan sehingga menaikkan tegangan
permukaan.
2. Istilah tegangan permukaan (surface tension) sangat erat hubungannya dengan istlah
intermolecular forces. Jelaskan definisi dan hubungan dari kedua istilah tersebut.
Jawab:
Intermolecular forces adalah gaya antarmolekul dalam suatu zat. Molekul-molekul
yang ada pada suatu zat sebenarnya memiliki gaya antarmolekul, yaitu gaya tarik-menarik
seperti misalnya pada air. Sebenarnya, selain molekul dalam satu materi, molekul dalam

materi yang berbeda juga memiliki gaya antarpermukaan. Dalam pembahasan fenomena
permukaan ini, gaya antarmolekul yang sama disebut cohesive force dan antarmolekul yang
berbeda disebut adhesive force.
Karena adanya intermolecular forces dalam satu materi ini, molekul-molekul yang ada
di bagian bawah permukaan zat (bulk section) mendapat gaya tarik yang seimbang dari kiri,
kanan, atas, bawahnya, dan menjadikannya energi dalam molekulnya rendah. Akan tetapi,
molekul yang berada di bagian permukaan zat (surface section) hanya mendapat gaya tarik
dari kanan, kiri, dan bawah, sehingga energi dalamnya lebih tinggi daripada molekul yang
ada di bulk section.

Gambar 1. Ilustrasi intermolecular force dalam satu materi.

Cairan memiliki kecenderungan untuk mengurangi luas permukaannya hingga titik


terendah dari potensial energi permukaan yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan
permukaan. Cairan itu memiliki tendensi untuk membuat sebanyak-banyaknya molekul
dengan tingkatan energi yang sama. Karena itu, kebanyakan cairan akan membentuk
permukaan seperti bola/spherical, yang memiliki luas permukaan terkecil untuk volume yang
sama dengan bentuk geometri lainnya.
Karena adanya intermolecular forces, luas permukaan zat menjadi lebih kecil.
Untuk meningkatkan luas permukaan ini, dibutuhkan suatu gaya, dan gaya inilah yang
disebut tegangan permukaan/surface tension.
3. Ada beberapa metoda yang dapat kita gunakan untuk menentukan tegangan
permukaan dari suatu cairan. Jelaskan metoda apa saja yang Anda ketahui, terangkan
prinsipnya dan sertakan dengan gambar.
Jawab:
Tegangan permukaan cairan () adalah kerja yang dilakukan untuk memperluas
permukaan cairan dalam satuan luas. Beberapa metode yang digunakan untuk menentukan
tegangan permukaan antara lain adalah:
A. Metode Kenaikan Kapiler

Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian cairan yang naik melalui
suatu tabung kapiler tipis.Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa bila sebuah tabung
kapiler tipis dimasukkan ke dalam suatu cairan, maka permukaan cairan dalam tabung
kapiler tersebut dapat mengalami kenaikan atau penurunan. Apabila cairan membasahi
bejana ( < 90), maka permukaan cairan akan mengalami kenaikan dan membentuk
miniskus cekung. Sedangkan cairan yang tidak membasahi bejana ( > 90), permukaan
cairannya akan mengalami penurunan dan membentuk miniskus cembung. Kenaikan atau
penurunan permukaan cairan dalam kapiler disebabkan oleh adanya tegangan permukaan
yang bekerja pada permukaan cairan yang menyentuh dinding sepanjang keliling pipa.
Akibat dari tegangan permukaan ini, pipa akan memberikan gaya reaksi pada permukaan
cairan yang besarnya sama namun dengan arah yang berlawanan.

Gambar 2. (A) Miniskus Cembung (B) Miniskus Cekung (C) Proses Kenaikan Cairan Pada Pipa Kapiler

Penurunan pada area permukaan yang dihasilkan dari kenaikan cairan dengan suatu jumlah dl
adalah 2r dl, dan hubungan penurunan dalam energy permukaan adalah:
= = 2
Pengeluaran energy bebas dalam kenaikan suatu jumlah cairan dengan volume 2 dan
densitas terhadap tinggi adalah:
= 2
Ketika kolom cairan telah naik pada pipa kapiler hingga mencapai ketinggian yang stabil
atau setimbang, kedua energy bebas tersebut juga sama halnya, yaitu setimbang. Sehingga:

2 = 2 =
= 0
2

=
2
Dalam penerapannya, bagan kerja dari metode ini terbagi menjadi tiga bagian.
Pertama yaitu menentukan densitas atau massa jenis dari sampel berwujud cairan yang
tegangan permukaannya ingin ditentukan. Untuk mengukur densitasnya dapat menggunakan
piknometer.Kedua yaitu menentukan tegangan permukaan dengan memasukkan tabung
kapiler tipis kedalam sampel dan menunggu keadaan cairan sampel dalam tabung kapiler
hingga stabil, baik mengalami kenaikan ataupun penurunan.Kemudia mengukur tinggi
kenaikan atau penurunan tersebut. Ketiga, menentukan jari-jari pipa dengan mencari massa
tabung kapiler dengan melakukan penimbangan tabung kapiler kosong dan tabung kapiler
setelah berisi gliserol. Selain itu juga melakukan pengukuran prubahan tinggi cairan dalam

tabung kapiler apabila dimasukkan kedalam gliserol. Karena pengukuran jari-jari tabung
kapiler cukup sukar untuk ditentukan, biasanya pengukuran dengan metode ini dapat
dilakukan dengan perbandingan antara sampel dengan air seperti persamaan berikut ini:

=


Percobaan untuk menentukan tegangan permukaan dengan metode ini harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu:
- Bejana luar harus mempunyai garis tengah (radius atau jari-jari) yang lebih besar
dibandingkan dengan pipa kapiler yang digunakan
- Tabung kapiler harus memiliki jari-jari yang seragam dan penampang lintangnya
berbentuk lingkaran (bundar)
- Penggunaan pipa kapiler harus tegak lurus dengan dasar bejana (dapat menggunakan
bantuan gabus penyangga) dan sebaiknya dinding tabung kapiler dibasahi terlebih dahulu
sebelum memulai pengukuran
- Suhu harus dijaga atau dikontrol karena kenaikan suhu dapat menyebabkan turunnya
tegangan permukaan.
B. Metode Cincin Du-Nouy
Dengan menggunakan metode ini, tegangan permukaan dapat ditemukan dengan
cepat dan lebih akurat dengan hanya menggunakan sedikit cairan. Alat yang digunakan pada
metode ini dikenal dengan nama Tensiometer Duitog, yaitu berupa cincin kawat platina (Pt)
yang dipasang pada salah satu lengan timbangan. Cincin ini dimasukkan ke dalam cairan
sampel yang akan ditentukan tegangan permukaannya dengan menggunakan kawat. Lengan
lain dari timbangan diberikan sejumlah gaya sehingga cincin terangkat dari permukaan
cairan.
Prinsip kerja dari tensiometer ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepas cincin
platina-iridium yang dicelupkan pada permukaan atau pada antar muka sebanding dengan
tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut.

Gambar 3. (A) Cincin Dicelupkan (B) Pemisahan Cincin Dari Permukaan (C) Cross-Sectional View Dari
Pengangkatan Cincin

Gambar 3 menunjukkan skema dari metode cincin Du-Nouy.Tensiometer yang


digunakan pada metode ini sudah sangat berkembang. Saat ini sudah ada tensiometer digital,
dimana masih terdiri dari cincin dan kawat, namun tidak dilengkapi dengan lengan lain yang

berfungsi untuk memberikan gaya untuk mengangkat cincin tersebut, melainkan dapat diatur
secara digital dan hasilnya pun dapat langsung terbaca.

Gambar 4. Tensiometer Digital

Tegangan permukaannya dapat ditentukan dengan rumus:



=

2
dimana merupakan tegangan permukaan dalam satuan dyne/cm dan keliling lingkaran yaitu
2, R menunjukkan jari-jari dalam satuan cm. Sedangkan faktor koreksi dapat diperoleh
dengan menghitung nilai tegangan permukaan dari air yaitu 72,8 dyne/cm ( diketahui
dari literature, Alfred Martin).
4 1

2 = 2
+
2

4 1 2
dimana:
a = 0,725
b = 0,09075 /ms

c = 0,04534 1,679

r = jari-jari kawat yang digunakan untuk menggantung cincin


R = jari-jari rata-rata cincin
F = gaya yang dibutuhkan untuk mengangkut cincin dari permukaan
= faktor koreksi
1 = massa jenis cairan yang berada di bagian bawah
2 = massa jenis cairan yang berada di bagian atas
Ketika mengukur tegangan permukaan cairan-cairan, harus diperhatikan bahwa
cairang yang ada di bagian bawah benar-benar membasahi cincin (Bird, 1987).
C. Metode Tekanan Gelembung Maksimum
Tegangan permukaan menyebabkan adanya tekanan pada kedua sisi permukaan
cairang yang lengkung.Prinsip kerja metode ini adalah tekanan yang diperlukan untuk
membentuk gelembung gas pada zat cair dipergunakan untuk melawan tegangan permukaan
dari zat cair tersebut. Tekanan maksimum tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan
9

tekanan pada kedua sisi gelembung, tetapi juga disebabkan oleh adanya tekanan hidrostatik
(bergantung pada ketinggian tabung gelas dalam cairan), sehingga yang terbaca pada
thermometer adalah:
2
=
+ 0

dimana:
= tekanan yang terbaca pada manometer
= tegangan permukaan
r = jari-jari tabung gelas
h = jarak ujung tabung gelas dari permukaan bejana
= massa jenis cairan
0 = massa jenis uap cair (0 <<)
Massa jenis uap cair nilainya jauh lebih kecil daripada massa jenis cairan, sehingga biasanya
nilai ini diabaikan.

Gambar 5. Rangkaian Metode Tekanan Gelembung Maksimum

Metode tekanan gelembung maksimum memiliki keakuratan dibawah 10%, yang


mana tidak tergantung pada jarak kontak dan hanya merupakan sebuah pengetahuan dasar
dari densitas suatu cairan (jika menggunakan pipa ganda) dan pengukurannya juga relatif
cepat.Rata-rata sebuah gelembung harganya sekitar 1/s (Adamson, 1990).
D. Metode Lempengan Wilhelmy
Metode ini mirip dengan metode cincin Du-Nouy, bedanya yaitu metode ini
didasarkan pada gaya yang diperlukan untuk menarik pelat tipis dari permukaan cairan.

10

Gambar 6. Metode Lempengan Wilhelmy

Pada saat pelat tipis terangkat, berlaku hubungan:

= +2 =
( = 0)
2
dimana:
= tegangan permukaan
F = gaya angkat yang terukur
W = gaya berat lempeng/pelat
= lebar lempeng/pelat
2 = faktor yang menandakan ada dua permukaan pada lempeng/pelat
selain itu pengaruh dari ujung-ujung lempeng/pelat dapat diabaikan (Yazid, 2005).
4. Air juga memiliki tegangan permukaan, tahukah Anda berapa tegangan permukaan
air? Ketika Anda mempelajari tegangan permukaan air, Anda akan menemukan istilah
skin-like, terangkan pengertian dari istilah tersebut dan jelaskan mengapa peristiwa
tersebut bisa terjadi.
Jawab:
Air (H2O) memiliki tegangan permukaan sebesar 72 dyne/cm2 ketika suhunya 25o C.
Artinya akan memerlukan 72 dyne untuk memcahkan tegangan permukaan air sepanjang 1
cm. Tegangan permukaan air berbanding terbalik dengan suhunya. Jika suhu air naik maka
tegangan permukaannya semakin kecil. Pendapat bahwa mencuci pakaian dengan air panas
akan lebih bersih adalah benar. Suhu yang tinggi akan menurunkan tegangan permukaan
sehingga air lebih bisa membasahi pori-pori kain dengan lebih baik. Detergen sekarang
banyak terkandung zat surfactan. Zat ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan zat cair
sehingga akan hasil cucian bisa lebih bersih.
Skin-Stretched atau Skin-Like ini disebut tegangan permukaan. Tegangan
permukaan memainkan peran penting dalam cara cairan berperilaku. Jika Anda mengisi gelas
dengan air, Anda akan dapat menambahkan air di atas tepi kaca karena tegangan permukaan.
Sangat mudah untuk melihat bahwa tetesan air tampaknya memiliki "skin-like" atau
seperi permukaan kulit yang jika dikenakan ke permukaan suatu benda menjadi semacam
bola pipih. Ternyata tegangan permukaan ini adalah hasil dari kecenderungan molekul air
untuk menarik satu sama lain (disebut kohesi). Keadaan energi terendah untuk penurunan ini
terjadi ketika jumlah maksimum molekul air yang dikelilingi oleh molekul air lain - yang
berarti bahwa tetesan air harus memiliki luas permukaan yang mungkin minimum, yang

11

merupakan sebuah bola. Efek gravitasi merata lingkup yang ideal ini ke dalam bentuk yang
kita lihat.
5. Dapatkah Anda menjelaskan kenapa pada konsentrasi rendah nanopartikel FeC,
tegangan permukaan nanofluida lebih rendah dibandingkan dengan tegangan permukaan
air, sedangkan pada konsentrasi tinggi, tegangan permukaan nanofluida adalah hampir
sama dengan permukaan air?
Jawab:
Karena literatur studi mengenai tegangan permukaan nanofluida terbatas, A. Huminic
et al. memaparkan sebuah studi barunya di tahun 2015 mengenai pengaruh konsentrasi berat
nanopartikel FeC terhadap tegangan permukaannya. Tegangan permukaan nanofluida yang
diuji oleh mereka diukur dengan 3 variabel bebas berupa konsentrasi berat nanopartikel FeC
sebesar 0,1%, 0,5%, dan 1,0%. Hasil studinya menunjukkan bahwa tegangan permukaan
nanofluida FeC bertambah seiring dengan bertambahnya konsentrasi nanopartikel. Sebagai
contoh, pada suhu 20C dan konsentrasi nanopartikel FeC 1,0% menyebabkan
perbandingan/rasio antara tegangan permukaan nanofluida dengan tegangan permukaan air
menjadi 1,005, dan pada suhu yang sama dengan konsentrasi nanopartikel FeC sebesar 0,1%
dan 0,5%, rasio tegangan permukaan antara nanofluida dengan air hanya sebesar 0,82 dan
0,99 sesuai dengan urutannya. Meningkatnya tegangan permukaan seiring dengan
meningkatnya konsentrasi nanopartikel disebabkan oleh adanya gaya Van der Waals antara
partikel yang berada pada permukaan cair/gas, yang mengarah pada meningkatnya energi
bebas permukaan yang berefek pada meningkatnya tegangan permukaan.

Gambar 7. Perbandingan antara


data percobaan untuk
FeC/nanofluida air dan model
teoretis dan eksperimental.
Sumber: Huminic et al, 2015

Gambar 8. Pengaruh konsentrasi berat


pada tegangan permukaan nanofluida FeC.
Sumber: Huminic et al, 2015

12

PEMICU B
Untuk lebih memahami materi surfaktan pada Bab Fenomena Permukaan, terutama
tentang aplikasinya di lapangan, maka diadakanlah kunjungan ke industri X yang memproduksi
berbagai jenis produk kosmetik. Pada beberapa mata kuliah, terutama mata kuliah pilihan,
program kunjungan industri ini merupakan agenda rutin yang dilakukan dan terjadwal. Pada saat
kunjungan ke industri X ini, mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Kelompok
Hidrofilik dan Kelompok Lipofilik, yang merupakan sifat yang biasanya dipunyai oleh suatu
surfaktan.
Diketahui bahwasannya surfaktan banyak digunakan pada berbagai produk industri, tidak
hanya pada produk kosmetik, tapi juga pada bahan deterjen, farmasi, makanan, tekstil, plastik
dan lain-lain. Salah satu contoh surfaktan yang banyak digunakan pada industri kosmetik adalah
surfaktan anionik, seperti fatty alcohol sulfate. Pada kunjungan ke industri X, mahasiswa
diperkenalkan dengan surfaktan ini, karena banyaknya penggunaan surfaktan ini pada produk
mereka. Tapi sayangnya, mereka tidak bisa memberikan penjelasan mengenai proses pembuatan
surfaktan ini. Oleh sebab itu, mereka perlu mengagendakan lagi untuk kunjungan ke pabrik yang
secara khusus memproduksi berbagai jenis surfaktan sesuai dengan keperluan industri.
Pertanyaan:
1. Dapatkah Anda membantu memberikan penjelasan tentang proses pembuatan
surfaktan, seperti yang diharapkan oleh mahasiswa tersebut? Berikan uraian secara
sistematik.
Jawab:
Alkohol lemak atau fatty alkohol yang memiliki rantai C12-C18 memiliki formulasi produk
berupa deterjen. Pembuatan surfaktan fatty alcohol sulfate dijelaskan sebagai berikut.
Reaksi yang terdapat dalam pembuatan fatty alcohol sulfate yaitu
RCH2OH
+
SO3

RCH2OSO3H
fatty alcohol

RCH2OSO3H

fatty alcohol sulfuric acid

sulfur trioxide

NaOH
caustic soda

fatty alcohol sulfuric acid

RCH2OSO3Na

sodium fatty alcohol sulfate

H2 O
water

Produksi dari alkohol lemak sulfat sendiri terdiri dari 5 tahapan:


a. Proses separasi air
Mencegah korosi pada reaktor, karena uap air dapat bereaksi dengan gas SO3. Proses ini
juga dapat memekatkan warna produk
b. Generasi sulfur trioksida
Konversi SO2 menjadi SO3 dengan katalis vanadium pentaoksida. Dilakukan dengan
dua tahapan, yaitu memasukkan sulfur cair dalam pembakar sulfur hingga menguap (T
= 650C), kemudian mengubah SO2 menjadi SO3.
c. Sulfasi
Dilakukan dalam reaktor film multitude untuk mengontrol rasio mol SO3 dengan umpan
organik dari berbagai pipa. Pada tahap ini berlangsung reaksi pertama, yaitu reaksi
antara alkohol lemak dengan sulfur trioksida menghasilkan fatty alcohol sulfuric acid.
d. Netralisasi
Produk dihidrolisis untuk menghindari pengaruh buruk pada proses dan kualitas produk.
Untuk mengoptimasi hasil, proses ini bisa diulang hingga dua kali. Pada tahap ini
berlangsung reaksi kedua, yaitu reaksi antara fatty alcohol sulfuric acid dengan soda
kaustik menjadi sodium fatty alcohol sulfate dan air.
13

e. Exhaust gas treatment


Penghilangan komposisi gas dengan meregulasi lingkungan. Gas tersebut terdiri dari
umpan organik sisa, SO2, dan SO3 yang tidak bereaksi. Dilakukan dengan bantuan soda
kaustik (NaOH) sebelum dilepas ke lingkungan.
2. Diketahui bahwa surfaktan memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik. Terangkan
kedua istilah tersebut dan hubungannya dengan surfaktan. Jelaskan juga pengertian
tentang surfaktan beserta fungsi dan jenisnya. Ketika Anda mempelajari surfaktan,
Anda akan menemukan istilah misel, berikan penjelasan tentang istilah tersebut.
Berikan contoh tentang kinerja salah satu surfaktan, gunakan model atau gambar
sebagai ilustrasinya.
Jawab:
Surfaktan (Surface Active Agent) adalah zat aktif permukaan atau zat yang di adsorpsi pada
permukaan atau antar muka suatu cairan. Surfaktan memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik

sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan dapat
menurunkan tegangan permukaan. Gugus dalam surfaktan adalah:
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air, jika
dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air
dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih
rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu
Gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Jika
dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh
minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi
lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.
Berdasarkan muatannya surfaktan dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Surfaktan ionic
Surfaktan kationik, surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation dan
memiliki ion positif pada bagian lipofilik (hidrofobik). Umumnya merupakan
garam-garam
ammonium
kuartener
atau
amina.
Contoh:
dodekildimetilbenzilammonium klorida dan heksadekiltrimetilammonium klorida.
Surfaktan anionic, surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion dan
memiliki ion negatif pada bagian lipofilik (hidrofobik). Umumnya merupakan
garam natrium. Surfaktan anionic biasanya diproduksi secara besar-besaran pada
beberapa industry, seperti industi detergen. Contoh: Natrium dodekil sulfonat
{C12H23CH2SO3-Na+} dan Natrium dodekil benzensulfonat {C12H25ArSO3-Na+}.
2. Surfaktan non-ionic, surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Jenis surfaktan ini
tidak berdisosiasi dalam air, tetapi bergantung pada struktur (bukan keadaan ion) untuk
mengubah hidrofilitas yang membuat zat tersebut larut dalam air. Biasa digunakan
bersaman dengan surfaktan anionik. Jenis ini hampir semuanya merupakan senyawa
turunan poliglikol, alkiloamida, atau ester-ester dari polihidroksil alcohol. Contoh:
Penitritit palmitat {CH3(CH2)14COO-CH2-C(CH2OH)3}
3. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan
negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.

14

Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan


larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Misel adalah molekul-molekul surfaktan yang mulai
berasosiasi karena adanya penambahan surfaktan berikutnya, sehingga pada suatu saat akan
tercapai keadaan dimana permukan antarmuka menjadi jenuh atau tertutupi oleh surfaktan
dan adsorbs surfaktan ke permukaan-permukaan tidak terjadi lagi. Misel dalam larutan encer
membentuk suatu kumpulan dengan kepala gugus hidroflilik bersinggungan dengan pelarut
yang mengelilinginya, mengasingkan ekor gugus hidrofobik didalam pusat misel. Contohcontoh penggunaan misel adalah sabun-sabun, alkil sulfat tinggi, alkil sulfonat tinggi, garam
amina tinggi, zat-zat warna tertentu, ester gliserol tinggi, polietilena oksida.

Gambar 9. Kondisi saat surfaktan membentuk misel

Salah satu contoh kinerja surfaktan adalah sebagai oil well stimulation agent dengan
surfaktan Metil Ester Sulfanoat (MES). Penambahan surfaktan menurunkan tegangan antar
muka sehingga tekanan kapiler daerah penyempit pori dan residual oil yang tertinggal dapat
terdesak dan minyak dapat diproduksi. Penggunaan surfaktan MES pada minyak dipengaruhi
oleh suhu dan konsentrasi asam. Mekanisme reaksi yang terjadi di dalam sumur minyak
setelah surfaktan diinjeksikan mirip dengan proses emulsifikasi kotoran pada pencucian
menggunakan deterjen. Awalnya surfaktan tunggal yang disebut monomer akan mengikat
minyak pada permukaan minyak (adsorpsi). Karena tenagadorong dari pompa dan bobotnya
yang ringan, surfaktan terlepas dari permukaan minyak dengan mengikat minyak pada
bagian ekornya (lipofilik). Surfaktan tersebut kemudian membentuk agregat setelah bertemu
dengan monomer surfaktan lain dalam larutan. Proses pengikatan minyak olehsurfaktan akan
lebih mudah bila minyak terdispersi di dalam larutan.

15

Gambar 10. Ilustrasi penambahan surfaktan pada minyak bumi

4. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, jelaskan dan uraikan dnegan
singkat? Untuk penggunaan dalam bidang pangan, ada syarat-syarat tertentu yang
harus dipenuhi oleh surfaktan, uraikan secara singkat.
Jawab:
Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah (wetting
agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan pelarut (solubilizing agent).
1. Agen pembasah (Wetting Agent)
Surfaktan memiliki aktifitas permukaan (surface active agent) sehingga dapat
menurunkan tegangan permukaan (surface tension) antara udara cairan dan cairan
cairan yang terdapat dalamm suatu sistem. Kemampuannya menurunkan tegangan
permukaan menjadi hal yang menarik karena agent pembasah memiliki keajaiban
struktur kimia yang mampu menyatukan dua senyawa yang berbeda polaritasnya.
2. Bahan pengemulsi (Emulsifying Agent)
Emulsifikasi merupakan proses dispersi suatu cairan yang tidak bercampur dengan
cairan laindalam bentuk droplet-droplet cairan. Emulsifikasi dapat terjadi dengan cara
menurunkan tegangan antar muka dua cairan yang saling tidak bercampur yang diikuti
dengan meningkatnya energi bebas antar muka sebagai akibat dari meningkatnya luas
permukaan. Surfaktan membantu pembentukan emulsi dnegan dua cara yaitu dengan
menurunkan tegangan permukaan salah satu zat cair, dan mencegah penggabungan
droplet-droplet zat cairlainnya. Zat cair dengan tegangan permukaan lebih kecil akan
cepat menyebat dan menjadi fasekontinyu. Pada saat yang sama, molekul surfaktan
akan mengumpul di batas antar muka cairanuntuk mencegah penggabungan kembali
fase terdispersi.
3. Bahan pelarut (Solubilizing Agent)
Pelarutan adalah penggabungan spontan suatu zat melalui interaksi dapat balik, dengan
surfaktan dalam suatu larutan untuk membentuk larutan stabil. Pelarutan dalam media

16

cairanmerupakan hal sangat penting antara lain dalam proses pembersihan dan
penghilangan pengotor lemak, serta polimerisasi emulsi. Pelarutan suatu surfaktan
terhadap pengotor lemak dimulaidengan larutnya gugus hidrofobik pada pengotor lemak
tersebut. Secara berangsur bercak pengotor lemak akan terlepas dari serat bahan (kain)
dan terperangkap dalam kapsul misel-miselsurfaktan yang menangkap sedikit demi
seidikit butir pengotor lemak tersebut. Hal ini mengemulsikan pengotor lemak tersebut
dalam suatu suspensi sehingga dapat dicuci dengan air.
Penggunaan surfaktan sangat bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik, farmasi, makanan,
tekstil, plastik dan lainlain. Beberapa produk pangan seperti margarin, es krim, dan lain-lain
menggunakan surfaktan sebagai satu bahannya. Syarat agar surfaktan dapat digunakan untuk
produk pangan yaitu bahwa surfaktan tersebut mempunyai nilai Hydrophyle Lypophyle
Balance (HLB) antara 2-16, tidak beracun, serta tidak menimbulkan iritasi.
5. Setelah Critical Micelle Concentration (CMC) tercapai, tegangan permukaan akan
konstan yang menunjukan bahwa antara muka menjadi jenuh dan terbentuk misel
yang berada dalam kesetimbangan dinamis dengan monomernya. Bagaimana
menentukan CMC, gambarkan salah satu grafik yang dapat menunjukan
penentuan CMC!
Jawab:
Konsentrasi saat terbentuknya misel disebut Critical Micelle Concentration (CMC).
Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai dan pada saat itu tegangan
permukaan akan konstan yang menunjukan bahwa antar muka menjadi jenuh. Peningkatan
temperatur dapat meningkatkan CMC, namun adanya elektrolit dapat menurunkan CMC.
Pada kesetimbangan antara molekul dan ion misel yang tidak berasosiasi, berlaku hukum
aksi masa. Jika C adalah konsentrasi stokiometri larutan, X adalah fraksi satuan monomer
yang diendapkan, dan m adalah satuan monomer, maka
mX (X)m
C(1-X) C(X/m)
=


( 1 )

Energi miselisasinya adalah


= ln + 1
Pada CMC, X=0 dan = , maka

ln
=
=

= + ; = 0
2 ln

Dengan mengintegralkan persamaan tersebut akan diperoleh:


1
ln =
+

17

Sehingga diperoleh hubungan grafiknya sebagai berikut:

6. Dalam produk kosmetik, biasanya terdapat lebih dari satu jenis surfaktan.
Dapatkan anda menjelaskan alasan penggunaan surfaktan ini, dan apakan
surfaktan yang dipilih harus dari golongan yang sama atau tidak? Jelaskan dan
berikan contoh, tambahkan referensi yang anda gunakan untuk mendukung
penjelasan anda.
Jawab:
Berdasarkan referensi berbagai sumber, pada industri kosmetik digunakan berbagai jenis
surfaktan yang digunakan secara bersamaan untuk memperoleh berbagai keunggunan dalam
prodak kosmetik dan personal care, penggunaannya digabungkan dari berbagai golongan
yang tidak saling meniadakan. Jenis-jenis dari surfaktan yang digunakan dalam kosmetik dan
personal care adalah:
Surfaktan anionic yang memiliki muatan negatif pada kepala. sam karboksilat, sulfat,
asam sulfonat, asam fosfat dan turunannya adalah contoh dari surfaktan anionic.
Surfaktan jenis ini diaplikasikan sebagai pembersih (perlengkapan mandi dan busa).
Beberapa conton jenis surfaktan ini yang digunakan dalam industri kosmetik dan
personal care adalah:
a. Surfaktan asam karboksilat: stearat berguna untuk produk seperti deodoran dan
antiperspirant. Garam (natrium stearat) membuat sabun yang sangat baik.
b. Sulfat: natrium lauril sulfat (SLS), amonium sulfat lauril (ALS), atau teretoksilasi,
natrium sulfat laureth (SLES) dalam penggunaan pembuatan sabun. Surfaktan
tersebut pembuat foam sangat baik, agen pembersih, dan relatif murah.
c. Asam sulfonat: umumnya lebih ringan dibandingkan sulfat. Mereka termasuk
Taurates (berasal dari taurin), Isethionates (berasal dari asam isethionic), sulfonat
olefin, dan Sulfosuccinates. Alasan mereka tidak digunakan lebih sering adalah
bahwa mereka lebih mahal untuk diproduksi.
Surfaktan kationik yang memiliki muatan positif pada kepala. Amin, Alkylimidazolines,
Amin Alkoxylated, dan senyawa Amonium Quaternized (Quats) adalah beberapa
contohnya. Surfaktan kationik paling umum digunakan dalam kosmetik yaitu Quats
yang memberikan dasar untuk kondisioner rambut. Masalah dari surfaktan kationik
adalah tidak kompatibel dengan surfaktan anionik. sulit untuk menghasilkan produk

18

yang secara bersamaan bersih. Surfaktan kationik juga bisa menyebabkan iritasi
sehingga ini harus dipertimbangkan ketika menggunakan kosmetik dengan kationik.
Surfaktan amfoter digunakan untuk meningkatkan busa,dan bahkan mengurangi iritasi.
Contonya adalah Lauriminodipropionate Natrium dan Lauroamphodiacetate Dinatrium.
Amphoterics terutama digunakan dalam kosmetik sebagai surfaktan sekunder. Karena
dapat mengurangi iritasi maka banyak digunakan untuk produk bayi dan pembersih
lainya yang memerlukan kelembutan. Kekurangan adalah bahwa mereka tidak memiliki
sifat pembersihan yang baik dan tidak berfungsi dengan baik sebagai emulsifier.
Surfaktan Non ionic adalah surfaktan yang tidak bermuatan. Paling sering digunakan
sebagai emulsifier, bahan pendingin, dan agen pelarut. Nonionics utama yang
digunakan untuk kosmetik termasuk alkohol, alkanolamides, ester, dan oksida amina.

19

PEMICU C
Tahukah anda, apa itu merkuri? Banyak kasus telah dilaporkan akibat dampak buruk dari
merkuri. Merkuri adalah salah satu elemen logam berat yang paling beracun di lingkungan. Ini
merupakan polutan beracun utama karena volatilitas yang tinggi, bioakumulatif panjang, dan
kuat. Menurut laporan oleh US Enviromental Protection Agency (EPA), pembakaran batu bara
adalah salah satu antropogenik utama sumber emisi merkuri. Berbagai jenis teknologi untuk
mengkontrol emisi merkuri dari gas buang pembakaran batu bara telah dieksplorasi dan diteliti.
Unsur merkuri (Hgo), merkuri teroksidasi (Hg2+) dan partikulat-terikat merkuri adalah bentuk
utama merkuri dalam gas buang pembakaran batubara. Hg2+ adalah larut dalam air, sehingga
dapat dihilangkan dengan sistem desulfurisasi gas buang. Kebanyakan partikulat-terikat materi
dapat dihilangkan melalui elektrostatis atau filter kain. Namun, sebagian besar Hgo tidak dapat
dihilangkan karena kelarutan rendah dalam air dan volatilitas tinggi. Dengan demikian,
penghilangan ataupun adsorpsi Hgo adalah yang paling penting dan pekerjaan yang sulit dalam
mengontrol gas buang merkuri. Beberapa teknologi yang telah dilaporkan dan digunakan sebagai
adsorben adalah karbon aktif, zeolit alam ataupun sintesis, clay dan sebagainya dengan
kemampuan kapasitas adsorpsi yang tidak sama dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Pertanyaan:
1. Ada beberapa istilah yang mirip, yaitu adsorpsi, adsorben dan adsorbat, dapakah
Anda menjelaskan perbedaannya? Berikan penjelasan juga tentang jenis adsorpsi,
sertakan dengan contoh.
Jawab:
Adsorpsi adalah suatu proses penambatan partikel ke suatu permukaan. Adsorben
merupakan suatu zat yang dapat menyerap partikel (adsorbat) di permukaanya. Adsorbat
adalah zat yang diserap oleh adsorben pada proses adsorpsi. Jenis jenis adsorpsi antara lain
adalah :
Adsorpsi fisika atau physisorption
Physisorption (physical adsorption) adalah adsorpsi yang terjadi karena adanya interaksi
van der Waals antara adsorben dan adsorbat. Gaya Van der Waals antara adsorben dan
adsorbat lebih beesar dibandingkan gaya tarik dalam molekul adsorbat sendiri. Pada
adsorpsi jenis ini perubahan entalpi yang terjadi sangatlah kecil. Entalpi kecil ini tidak
cukup untuk menyebabkan pemutusan ikatan sehingga adsorbat tidak berubah secara
kimia.
Contoh : Penggunaan karbon aktif
Adsorpsi kimia atau chemisorption
Chemisorption (chemical adsorption) adalah adsorpsi yang terjadi ketika terbentuknya
ikatan kimia (bukan ikatan van der Waals) antara senyawa terlarut dalam larutan
dengan molekul dalam media. Chemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu
partikel adsorbat tertarik ke permukaan adsorben melalui gaya Van der Walls atau bisa
melalui ikatan hidrogen. Dalam Chemisorbption partikel melekat pada permukaan
dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari
tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat.
Contoh : Ion Exchange

20

2. Proses atau mekanisme adsorpsi secara umum dapat berlangsung melalui tiga tahap,
jelaskan apa saja? Tuliskan referensi yang Anda rujuk dan kalau ada model atau
video untuk proses ini, anda bisa tambahkan sebagai penjelasannya.
Jawab:
Secara garis besar, mekanisme proses adsorpsi dapat berlangsung berdasarkan
tahapan sebagai berikut :
Transfer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film yang mengelilingi adsorbent
Difusi adsorbat melalui lapisan film
Difusi adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorbent
Adsorpsi adsorbat pada dinding kapiler atau permukaan adsorbent.
Pengendalian suatu polutan/ pencemar gas dengan proses adsorpsi dibedakan menjadi 3
tahap, yaitu :
1. Tahap adsorpsi
Tahap dimana terjadi proses adsorpsi. Adsorbate tertahan pada permukaan adsorbent
(tertahannya gas atau uap atau molekul pada permukaan padatan).
Pada proses adsorpsi umumnya dilakukan untuk senyawa organic dengan berat molekul
(BM) lebih besar dari 46 dan dengan konsentrasi yang kecil. Semakin besar BM maka
proses adsorpsi akan semakin baik.
2. Tahap desorpsi
Tahap ini merupakan kebalikan pada tahap adsorpsi, dimana adsorbate dilepaskan dari
adsorbent (lepasnya gas atau uap atau molekul pada permukaan padatan). Desorpsi
dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantarnya adalah :
Menaikkan temperature adsorbent di atas temperature didih adsorbent, dengan cara
mengalirkan uap panas/ udara panas atau dengan pemansan
Menambahkan bahan kimia atau secara kimia
Menurunkan tekanan
3. Tahap recovery
Tahap ini merupakan tahap pengolahan dari gas, uap atau molekul yang telah di
desorpsi, dimana recovery dapat dilakukan dengan :
Kondensasi
Dibakar
Solidifikasi
https://id.scribd.com/doc/93396605/Adsorpsi-Ppt#download
3. Dalam adsropsi isotherm, terdapat 5 tipe yang biasanya digambarkan dalam grafik,
yang memperlihatkan apakah adsorpsi yang terjadi pada suhu konstan tersebut
monolayer atau multilayer. Jelaskan pengertian dari adsorpsi isotherm dan jelaskan 5
tipe yang dimaksud. Dalam model adsorpsi isother kita diperkenalkan dengan model
adsorpsi isoterm Langmuir, Freundlich, dan BET. Jelaskan perbedaannya antara
ketiga model tersebut. Berikan masing-masing satu contoh persamaannya. Dapatkah
kita menentukan efisiensi kapasitas adsorpsi yang diberikan? Jelaskan. (sertakan
dengan referensi yang Anda gunakan)
Jawab:
Proses adsorpsi biasa dipelajari melalui grafik yang dikenal dengan adsorpsi isoterm. Grafik
ini merupakan grafik antara jumlah adsorbate (x) yang teradsorpsi pada permukaan adsorben

21

(m) dan tekanan pada suhu konstan. Adsorpsi isoterm yang berbeda-beda telah dikemukakan
oleh Freundlich, Langmuir and BET theory.
Dasar Adsorpsi Isoterm
Dalam proses adsorpsi, adsorbat teradsorpsi pada adsorben.

Berdasarkan asas Le-Chatelier, arah kesetimbangan aka begerak ke arah dimana tekanan
lebih rendah. Dalam aplikasinya terhadap tekanan berlebih pada sistem kesetimbangan,
kesetimbangan akan bergeser ke arah dimana jumlah molekul lebih sedikit. Karena jumlah
molekul berkurang pada reaksi arah kanan, maka dengan adanya kenaikan tekanan,
kesetimbangan akan bergerak ke arah itu.

Basic Adsorption Isotherm


Dari grafik, kita dapat memprediksi bahwa setelah tekanan jenuh Ps, adsorpsi tidak terjadi
lagi. Ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa ada batasan tempat pada permukaan absorben.
Pada tekanan tinggi tingkatan tertentu dicapai ketika seluruh tepat telah ditempati dan
kenaikan tekanan selanjutnya tidak menyebabkan perubahan pada proses adsorpsi. Pada
suhu tinggi, adsorpsi tidak bergantung dengan tekanan.
Freundlich Adsorption Isotherm
Pada tahun 1909, Freundlich memberikan sebuah persamaan empiris yang menjeleskan
variasi adsorpsi isoterm antara jumlah gas yang teradsorpsi oleh massa zat adsorben padat
dengan tekanan. Persamaan ini dikenal sebagai Freundlich Adsorption Isotherm.
Persamaannya yaitu :

Dengan : x
m
k,n

=
=
=

massa gas yang teradsropsi


massa adsorben
konstanta yang bergantung pada adsorben dan gas pada

22

suhu tertentu
P
=
tekanan
Meskipun Freundlich Isotherm dengan tepat menyatakan hubungan antara adsorpsi dengan
tekanan pada nilai yang rendah, persamaan ini gagal memprediksi nilai dari adsorpsi pada
tekanan tinggi.
Langmuir Adsorption Isotherm
Pada tahun 1916 Langmuir mengajukan teori Adsorpsi Isoterm lainnya yang dikenal sebagai
Langmuir Adsorption isotherm. Teori ini berdasarkan perbedaan asumpsi antara satu sama
lain, dimana saat kesetimbangan dinamis terjadi diantara molekul gas yang diadsorbsi
dengan molekul gas bebas.

A(g) adalah molekul gas yang belum teradsorpsi, B(s) adalah permukaan logam dan AB
adalah molekul gas yang terabsorpsi.
Berdasarkan teorinya, beliau menurunkan persamaan Langmuir yang menggambarkan
hubungan antara jumlah luasan permukaan yang digunakan untuk adsorpsi dengan tekanan.
Persamaan Langmuir :

Dengan :
=
luasan permukaan yang terlapisi molekul gas
P =
tekanan
K =
konstanta kesetimbangan unuk distribusi adsorbat antara
permukaan dan fasa gas
Batasan normal dari persamaan adsorpsi Langmuir adalah hanya berlaku pada tekanan
rendah saja.
Pada tekanan rendah, KP sangatlah ekcil, sehingga faktor 1+KP pada pembilang dapat
diabaikan. Sehingga persamaan Langmuir dapat disederhanakan menjadi
= KP
Pada tekanan tinggi KP sangatlah besar, sehingga faktor 1+KP pada pembilang memiliki
nilai hampir mendekati KP. Sehingga persamaan Langmuir dapat disederhanakan menjadi

BET adsorption Isotherm


Teori BET yang dicetuskan oleh Brunauer, Emmett dan Teller menjelaskan bahwa formasi
multilayer adalah gambaran sesungguhnya dari adsorpsi fisika.
Salah satu asumsi dasar dari Langmuir Adsorption Isotherm adalah adsorpsi terjadi secara
monolayer di alam. Persamaan adsorpsi Langmuir dapat digunakan di kondisi tekanan
rendah. Di dalam kondisi ini, molekul gas dapat memiliki energi panas yang tinggi dan
kecepatan yang tinggi. Akibatnya, jumlah molekul gas yang ada di dekat permukaan
absorben lebih sedikit. Dalam kondisi tekanan tinggi dan suhu rendah, energi termal dari

23

molekul gas berkurang dan lebih banyak molekul gas tersedia di setiap satuan luas
permukaan. Oleh sebab itu, adsorpsi multi layer terjadi. Formasi multilayer dapat dijelaskan
oleh teori BET. Persamaan BET sebagai berikut

Persamaan BET lainnya

Dimana Vmono adalah volume gas yang teradsorpsi pada tekanan tinggi sehingga menutupi
permukaan sebagai layer molekul gas,

Adalah rasio untuk C. K1 adalah konstanta kesetimbangan dimana molekul tunggal


teradsborpsi per satuan tempat yang tersedia dan KL adalah konstanta kesetimbangan dari
uap cairan jenuh pada kesetimbangan.
Dari ketiga persamaan dari ketiga model tersebut berarti dapat ditentukan efisiensi
kapasitas adsorpsi yang diberikan.
5 Tipe dari adsoprsi isoterm dan karakteristiknya dibelaskan sebagi berikut:
Type I Adsorption Isotherm

Type I Adsorption Isotherm


Grafik di atas menggambarkan adsorpsi monolayer.
Grafik ini dapat dengan mudah dijelaskan dengan Langmuir Adsorption Isotherm.
Jika dengan persamaan BET , ketika P/P0<<1 dan c>>1, maka mengalrah ke formasi
monolayer dan Type I Adsorption Isotherm didapatkan.
Contoh dari Type-I adsorption adalah Adsorpsi dari Nitrogen (N2) atau Hydrogen (H)
pada arang pada suhu dekat dengan -1800C.

24

Type II Adsorption Isotherm

Type II Adsorption Isotherm


Type II Adsorption Isotherm menunjukkan penyimpangan yang besar dari model
adsorpsi Langmuir.
Daerah yang hampir rata merujuk pada formasi monolayer.
Pada persamaan BET, nilai dari C >>> 1.

Contoh dari Type-II adsorption adalah Nitrogen (N2 (g)) yang diadsorbsi pada suhu 1950C pada katalis besi (Fe) and silica gel.

Type III Adsorption Isotherm

Type III Adsorption Isotherm

Type III Adsorption Isotherm juga menunjukkan penyimpangan yang besar terhadap
model Langmuir.
Pada persamaan BET apabila nilai C <<< 1, Type III Adsorption Isotherm didapatkan.
Grafik isotherm ini menjelaskan formasi multilayer.

25

Tidak ada bagian datar pada kurva yang mengindikasikan formasi monolayer
menghilang.
Contoh dari Type III Adsorption Isotherm adalah Bromine (Br2) atau Iodine (I2) pada
suhu 790C di silica gel.
Type IV Adsorption Isotherm

Type IV Adsorption Isotherm

Pada daerah tekanan rendah, grafik ini mirip dengan tipe II. Ini menjelaskan formasi
monolayer diikuti dengan multilayer.
Tingkat kejenuhan tercapai pada tekanan dibawah tekanan uap jenuh. Ini bisa dijelaskan
sebagai dasar kemungkinan gas terkondesansi ke dalam pori kapiler dari adsorben pada
tekanan dibawah tekanan jenuh gas (PS).
Contoh dari Type IV Adsorption Isotherm adalah of adsorpsi dari Benzene di Iron
Oxide (Fe2O3) dan silica gel at 500C.
Type V Adsorption Isotherm

Type V Adsorption Isotherm

Penjelasan mengenai grafik tipe 5 mirip dengan grafik tipe 4.


Contoh dari Type V Adsorption Isotherm adalah adsorpsi air (uap) pada 1000C di arang.
26

Tipe IV dan V menunjukkan peristiwa kondesansi kapiler gas.


Adsorpsi Isoterm Langmuir
Langmuir mendefinisikan bahwa kapasitas adsorpsi maksimum terjadi akibat adanya
lapisan tunggal (monolayer) adsorbat di permukaan adsorben. Pendekatan Langmuir
meliputi 5 asumsi mutlak, yaitu:
1) Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uao
2) Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer
3) Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan ikatan untuk
molekul gas sama
4) Tidak ada antaraksi lateral antara molekul adsorbat.
5) Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya mereka tidak bergerak pada
permukaan.
Persamaan Langmuir:
= 1
...(1)
=

1
=
+ 1 + /
=

...(2)

...(3)

Dimana:

= fraksi permukaan yang ditempati oleh molekul gas

r = laju penguapan dari permukaan yang tertutup sempurna

P = tekanan gas

1- = fraksi luas yang tak tertutup

k = tetapan pada suhu tertentu


Karena volum (V) dari gas teradsorpsi sebanding dengan , persamaan (2) dapat
ditulis sebagai:
=

1 + /

...(4)

Dimana:

Vm = volume gas teradsorpsi bila seluruh permukaan tertutup

k' = r/k
-

Adsorpsi Isoterm Freundlich


Adsorpsi zat terlarut (dari suatu larutan) pada padatan adsorben merupakan hal yang
penting. Aplikasi penggunaan prinsip ini antara lain penghilangan warna larutan
(decolorizing) dengan menggunakan batu apung (charcoal) dan proses pemisahan dengan
menggunakan teknik kromatografi. Pendekatan isoterm adsorpsi yang cukup memuaskan
dijelaskan oleh H. Freundlich. Menurut Freundlich, jika y adalah berat zat terlarut per
gram adsorben dan c adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Dari konsep tersebut
dapat diturunkan persamaan sebagai berikut:
27


= 1/

1
= log + log

...(5)

...(6)

Dimana:

Xm = berat zat yang diadsorpsi

m = berat adsorben

C = konsentrasi zat
Kemudian k dan n adalah konstanta asdsorbsi yang nilainya bergantung pada jenis
adsorben dan suhu adsorbsi. Bila dibuat kurva log (Xm / m) terhadap log C akan
diperoleh persamaan linear dengan intersep log k dan kemiringan 1/n, sehingga nilai k
dan n dapat dihitung.
-

Adsorpsi Isoterm BET


Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaanyang
homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BETberasumsi bahwa
molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih darisatu lapisan adsorbat di
permukaannya. Pada isoterm ini, mekanismeadsorbsi untuk setiap proses adsorbsi
berbeda-beda. Isoterm Langmuirbiasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorbsi
kimia sedangkanisoterm BET akan lebih baik daripada isoterm Langmuir bila
diterapkanuntuk adsorbsi fisik.

1
1
=
+
(/)
[1

Dimana:

Ce

Cs

qe

...(7)

= konsentrasi logam pada fasa aqueous (aq) pada saat kesetimbangan


= batas kelarutan ion logam dalam larutan pada permukaan sorben
= konstanta yang ditentukan berdasarkan eksperimen
= konstanta kejenuhan monolayer Langmuir
= kuantitas logam teradsorpsi per unit massa adsorben (Xm/m)


Dimana:

Vmono


0
=

1 1+
0
0
0

1
1
=
+
0
0

...(8)

...(9)

= volume gas teradsorpsi pada tekanan tinggi


28

K1
=
konstanta
kesetimbangan
ketika
suatu
molekul
terserap/permukaan kosong
KL
= konstanta kesetimbangan ketika mencapai kesetimbangan uap
jenuh

= 1

Contoh Penggunaan Persamaan


1) Diketahui data percobaan sebagai berikut:

Hubungan antara konsentrasi larutan terhadap massa ion logam chrom yang
teradsorpsi per 1 gram zeolit ditunjukkan pada gambar di bawah:

Gambar 11. Hubungan konsentrasi dengan massa ion chrom yang diadsorpsi zeolit

Gambar tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi dari ion logam
chrom (VI) maka semakin besar pula massa ion logam chrom yang teradsorpsi oleh
zeolit. Untuk konsentrasi 5 ppm dari larutan ion logam Cr, massa ion logam chrom
(VI) yang teradsorpsi adalah 1,78 mg oleh 1 gram zeolit, untuk konsentrasi 10 ppm
sebesar 3,70 mg/gram dan konsentrasi 15 ppm sebesar 5,74 mg/gram zeolit. Massa
terbesar dari ion logam chrom teradsorpsi oleh zeolit adalah pada konsentrasi 20 ppm
yaitu sebesar 7,71 mg ion logam chrom yang terserap oleh setiap 1 gram zeolit. Hal
ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi larutan,
semakin banyak jumlah zat terlarut yang dapat diadsorbsi sehingga tercapai
29

keseimbangan tertentu, dimana laju zat yang diserap sama dengan zat yang dilepas
dari adsorbent pada suhu tertentu.
Pengujian pola isoterm adsorpsi yang sesuai untuk proses penyerapan ion logam
chrom (VI) oleh zeolit dilakukan dengan perhitungan menggunakan persamaan
Langmuir dan Freundlich.
Uji persamaan Langmuir dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
Ce/(x/m) = 1/ab + 1/a Ce
...(10)
Sedangkan untuk uji persamaan Freundlich dilakukan pengujian menggunakan
persamaan:
Log (x/m) = log k + 1/n log
...(11)
dimana:

Ce
= konsentrasi ion Cr (VI) dalam larutan setelah diadsorpsi

x/m = massa ion Cr (VI) yang diserap per gram zeolit

b
= parameter afinitas atau konstanta Langmuir

a dan k = kapasitas / daya adsorpsi maksimum (mg/gram)


Nilai a dan k menunjukkan kapasitas dari adsorpsi ion logam chrom (VI) oleh
zeolit, makin besar nilai a pada persamaan Langmuir Isoterm dan k pada persamaan
Freundlich Isoterm menunjukkan kapasitas adsorpsi makin besar pula. Nilai 1/ab dan
log k tentunya sangat dipengaruhi oleh temperatur sehingga mempengaruhi laju
adsorpsi. Untuk menentukan persamaan isoterm Langmuir dan Fruendlich maka
dihitung harga x/m, Ce/(x/m), log Ce/(x/m), dan log Ce seperti yang terlihat pada
Tabel 2. Dari Tabel 2 maka dilakukan pemetaan grafik menggunakan Excel dengan
memplotkan harga Ce/(x/m) versus Ce untuk mendapatkan persamaan Langmuir dan
memplotkan log (x/m) versus log Ce untuk mendapatkan persamaan Freundlich.
Hasil pemetaan dengan grafik seperti terlihat pada gambar-gambar di bawah ini.

30

Gambar 12. Persamaan adsorpsi isoterm Langmuir dari Ce/(x/m) versus Ce

Gambar 13. Persamaan adsorpsi isoterm Freundlich dari log (x/m) versus log Ce

Pengujian persamaan adsorpsi Langmuir dan juga persamaan adsorpsi Freundlich


dibuktikan dengan grafik linierisasi yang baik dan mempunyai harga koefisien
determinasi R2 0.9 (mendekati angka 1). Dari Gambar 1 dan 2 terlihat bahwa
persamaan adsorpsi ion Cr (VI) oleh zeolit hijau memenuhi persamaan adsorpsi
Langmuir dengan R2 = 0,93 dan juga persamaan adsorpsi Freundlich dengan R2 =
0,99.
Hal ini menunjukkan bahwa persamaan Langmuir dan Freundlich dapat
diterapkan pada proses adsorpsi ion logam chrom (VI) oleh zeolit. Diperoleh
persamaan Langmuir Ce/(x/m) = -0,0181Ce + 2,3626 dan persamaan Freundlich log
(x/m) = 1,0739log Ce 0,4084 serta harga konstanta dari kedua persamaan tersebut
seperti terlihat pada Tabel 3 di bawah ini.

31

Model persamaan Freundlich mengasumsikan bahwa terdapat lebih dari satu


lapisan permukaan (multilayer) dan sisi bersifat heterogen, yaitu adanya perbedaan
energi pengikat pada tiap-tiap sisi dimana proses adsorpsi di tiap-tiap sisi adsorpsi
mengikuti isoterm Langmuir. Oleh karena itu penentuan daya adsorpsi maksimum
zeolit pada proses penyerapan logam chrom (VI) dihitung dengan menggunakan
persamaan adsorpsi Langmuir karena dilakukan terhadap lapisan tunggal zat yang
teradsorpsi dari ion logam chrom (VI) pada setiap permukaan zeolit dalam satuan mg
ion logam chrom yang teradsorp/gram zeolit. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
daya adsorpsi maksimum adalah 52,25 mg /gram.
2) Terdapat data hasil praktikum sebagai berikut:
p/kPa

0,160

1,87

6,11

11,67

17,02

21,92

27,29

V/mm3

601

720

822

935

1046

1146

1254

Data tersebut adalah data adsorpsi N2 dalam TiO2 pada suhu 75 K. Pastikan
bahwa data tersebut mengikuti persamaan isoterm BET pada tekanan yang tertera,
dan carilah nilai Vmono dan c. Diketahui bahwa pada 75 K, p* = 76,0 kPa. Volumenya
diubah dan disesuaikan pada 1 atm dan 273 K serta mengacu pada 1 gram substrat.

1
1
=
+
1

...(12)

Berdasarkan persamaan (12), dapat diplot grafik z/(1-z)V terhadap z, dengan (c1)/cVmono sebagai gradiennya.
p/kPa

0,160

1,87

6,11

11,67 17,02

21,92

27,29

103z

2,11

24,6

80,4

154

224

288

359

104z/(1-z)(V/mm3)

0,035

0,350 1,06

1,95

2,76

3,53

4,47

32

Gambar 14. Grafik Perolehan Data

Dari grafik diperoleh nilai perpotongan dengan sumbu y pada saat z = 0 adalah
0,0394, sehingga:
1
= 3,98 106 3

Adapun gradien dari garis tersebut adalah 1,23 x 10-2, sehingga:


1
= 1,23 102 103 104 3 = 1,23 103 3

Sehingga didapatkan c sebesar 310 dan Vmonosebesar 811 mm3. Pada 1,00 atm dan
273 K, 811 mm3 yang berkorespondensi dengan 3,6 x 10-5 mol atau 2,2 x 1019 atom.
Karena tiap atom menutupi daerah sekitar 0,16 nm2, luas permukaan sampel adalah
sebesar 3,5 m2.
3) Volum gas nitrogen Vm (diukur pada 1 atm dan 0C) yang diperlukan untuk menutupi
cuplikan gel silika dengan lapisan monomolekul adalah 129 cm3 g-1 gel. Hitung luas
permukaan per gram gel bila setiap molekul nitrogen menempati 16,2 x 10-20 m2.
Jawaban:
0,129 1 6,02 1023 1 16,2 1020 2
= 560 2 1
(22,4 1 )

4. Teknologi adsorpsi adalah dikenal paling ekonomis. Bagaimana menurut anda?


Berikan contoh kasus untuk proses adsorpsi terutama kasus untuk penghilangan
merkuri dalam hidrokarbon cair? Tuliskan referensi yang anda gunakan!
Jawab :

33

Menurut kami, teknologi adsorpsi adalah teknologi yang ekonomis, sebab adsorben yang
digunakan dalam teknologi ini dapat diregenerasi ulang, sehingga tidak memakan biaya yang
cukup banyak untuk membeli adsorben baru.
Metode tradisional untuk penghilangan merkuri bergantung kepada reaksinya dengan
sulfur (S). Sulfur diendapkan pada suatu support, biasanya adalah karbon. Kemudian
digunakan pada fixed-bed reactor. Reaksi yang terjadi sangat cepat dan banyak merkuri yang
dapat terserap ke di dalam reaktor (10-15%w/w). Namun cara tersebut memiliki beberapa
kelemahan, seperti sulfur dapat terlarut di dalam hidrokarbon, terutama aromatik. Oleh
akrena itu, digunakan reaksi antara sulfida logam dengan merkuri untuk menghilangkan
merkuri dari hidrokarbon cair. Adsorben berbentuk logam reaktif yang tergabung dalam
support anorganik dan sulfida reaktif. Adsorben dapat juga dibentuk langsung di dalam
hirdokarbon cair, yaitu dengan pereaksian logam dengan H2S.
(sumber:
http://www.digitalrefining.com/article/1000295,Mercury_removal_from_liquid_hydrocarbon
s.html#.VkRvubcrLIU)
5. Karbon aktif, zeolit, clay, kitosan dan sebagainya telah dimanfaatkan sebagai
adsorben untuk mengadsorp logam berat seperti merkuri. Dapatkah anda
menjelaskan konsep adsorpsi dengan berbagai adsorben tersebut? Apa yang
membedakan sehingga efisiensi kapasitas adsorpsi itu berbeda? Faktor apa sajakah
yang dapat berpengaruh dalam proses adsorpsi logam berat, jelaskan secara umum!
Jawab :
- Karbon Aktif
Karbon aktif adalah suatu bahan berupa karbon amorf yang sebagian besar terdiri atas
karbon bebas serta memiliki internal surface sehingga memiliki daya serap yang baik.
Daya serap dari karbon aktif umumnya bergantung pada senyawa karbon berkisar 85%
sampai 95% karbon bebas. Karbon aktif banyak digunakan karena memiliki volume
mikropori dan makropori yang relatif besar sehingga memiliki luas permukaan yang
besar, dengan demikian sangat memugkinkan untuk dapat menyerap adsrobat dalam
jumlah yang cukup besar. Adapun lupas permukaannya adalah 1,95 x 106 m2/kg, dengan
pori-pori volumenya 10,28 x 10-4 m3/kg, dan diameter pori 2,16 .
Karbon aktif akan mengambil senyawa organik dari cairan atau gas dengan cara
adsorpsi. Pada proses adsorpsi, molekul organik yang berada di fase gas, cair, akan ditarik dan diikat ke permukaan pori karbon aktif, ketika cairan atau gas tersebut
melewati karbon aktif.

34

Gambar 15. Ilustrasi Cara Kerja Karbon Aktif

Zeolit
Zeolit merupakan senyawa aluminosilikat terhidrasi yang terdiri dari ikatan SiO4 dan
AlO4 tetrahidra yang dihubungkan oleh atom oksigen untuk membentuk kerangka. Pada
kerangka zeolit, tiap atom Al bersifat negatif dan akan dinetralkan oleh ikatan dengan
kation yang mudah dipertukarkan yang akan berpengaruh dalam proses adsorpsi dan
sifat-sifat thermal zeolit (Ozkan dan Ulku, 2008). Selain jenis kation, kemampuan
adsorpsi zeolit juga dipengaruhi oleh perbandingan Si/Al dan geometri pori-pori zeolit,
termasuk luas permukaan dalam, distribusi ukuran pori dan bentuk pori (Gruszkiewicz
dkk., 2005).
Zeolit digunakan untuk pengeringan dan pemisahan campuran hidrokarbon. Zeolit
memiliki kemampuan adsorpsi tinggi karena zeolit memiliki porositas yang tinggi. Zeolit
dibuat dan dikembangan untuk tujuan khusus, diantaranya 4A, 5A, 10X, dan 13X yang
memiliki volume rongga 0,05 sampai 0,30 cm3/gram dan dapat dipanaskan sampai 500C
tanpa harus kehilangan kemampuan adsorpsi dan regenerasinya. Zeolit 4A (NaA)
digunakan untuk mengeringkan dan memisahkan campuran hidrokarbon. Zeolit 5A
(CaA) digunakan untuk memisahkan paraffins dan beberapa cyclic hydrocarbon. Zeolit
10X (CaX) dan 13X (NaX) memiliki diameter pori yang lebih besar sehingga dapat
mengadsorbsi adsorbat pada umumnya.

Clay
Kemampuan lempung sebagai adsorben ditentukan oleh komposisi mineralnya.
Kemampuan adsorben dapat diperbesar dengan proses interkalasi terhadap lempung.
Dalam hal ini, Na-Bentonit diinterkalasi dengan etilendiamin sehingga mengalami
peningkatan basal spacing sebesar 0,0764 . Adsorbat (lempung terinterkalasi) yang
dihasilkan sangat efektif mengikat krom. Koloid lempung mengandung muatan negatif,
sehingga kation-kation tertarik oleh partikel lempung. Kation-kation tersebut diikat
secara elektrostatik pada permukaan lempung. Kebanyakan dari kation-kation tersebut
bebas menyebar dalam fase larutan dengan difusi. Kerapatan populasi ion dengan
sendirinya paling tinggi pada permukaan lempung atau dekatnya. Kation-kation ini
disebut teradsorpsi.

35

Kitosan
Kitosan adalah jenis polimer alam yang memiliki rantai linier dan mempunyai rumus
umum {C6H11NO4}n atau disebut sebagai (1-4)-2-Amino-2-Deoksi--D-Glukosa. Kitosan
dapat digunakan sebagai penyerap logam. Kemampuan kitosan untuk menyerap logam
dengan cara pengkhelatan yang dipengaruhi oleh kandungan nitrogen yang tinggi pada
rantai polimernya. Metode penyerapan logam oleh kitosan dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu melalui metode pelarutan dan metode perendaman.

Gambar 16. Struktur Kimia Kitosan

Adapun hal-hal yang membedakan sehingga efisiensi kapasitas adsorpsi berbeda-beda


adalah luas permukaan luar, luas permukaan dalam, distribusi ukuran pori, bentuk pori, dan
sebagainya. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses adsorpsi logam berat adalah:
a. Karakteristik fisik dan kimia dari adsorben seperti luas permukaan, ukuran pori-pori,
komposisis dan lain-lain.
b. Karakteristik fisik dan kimia dari zat yang terlarut yang teradsorpsi, sepertiukuran
molekul, polaritas molekul, komposisi kimia, suhu, dan lainsebagainya.
c. Konsentrasi zat terlarut yang teradsorpsi.
d. Waktu kontak.
6. Untuk dapat mengetahui regenerasi penggunaan adsorben setelah digunakan, perlu
dilakukan proses desorpsi, jelaskan dan bagaimana caranya!
Jawab :
Desorpsi merupakan peristiwa pelepasan kembali bahan yang telah diserap oleh
adsorben. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses desorpsi antara lain suhu, jenis eulen,
lama waktu proses dan jenis adsorben yang digunakan. Eulen adalah pelarut yang digunakan
dalam proses migrasi/pergerakan dalam membawa komponen-komponen zat sampel atau
fasa yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen senyawa yang
akan dipisahkan.
Adsorben diregenerasi dengan cara dilakukan pemanasan yang akan membuka kembali
pori-pori adsorben dan membuat adsorben bisa digunakan kembali untuk mengadsorp
adsorbat yang akan di degradasi. Degradasi adsorbat juga dapat dilakukan menggunakan
fotokatalis heterogen. Fotokatalis heterogen didefinisiakan sebagai proses katalisis dimana
satu atau lebih tahapan reaksi berlangsung dengan kehadiran pasangan electron-hole yang
dihasilkan pada permukaan bahan semiokonduktor yang diiluminasi oleh cahaya pada tingkat
energi yang sesuai.

36

BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Tegangan permukaan berbanding terbalik dengan suhu.
2. Nanopartikel dapat menaikkan tegangan permukaan, dan kenaikannya berbanding lurus
dengan konsentrasi dan besar partikel.
3. Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan karena memiliki sifat ganda dari dua
gugusnya. Maka dari itu, surfaktan banyak digunakan dalam berbagai industri, salah
satunya adalah industri kosmetik.
4. Adsorpsi adalah suatu proses penambatan partikel ke suatu permukaan. Adsorben
merupakan suatu zat yang dapat menyerap partikel (adsorbat) di permukaanya. Adsorbat
adalah zat yang diserap oleh adsorben pada proses adsorpsi. Jenis-jenis adsorpsi antara
lain adalah adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi dapat dijelaskan menggunakan
tiga model yaitu Freundlich, Langmuir dan BET. Adsorpsi digambarkan ke dalam lima
tipe grafik adsorpsi isoterm.
5. Faktor yang dapat mempengaruhi adsorpsi dapat berasal dari adsorben maupun faktor
luar.
6. Desorpsi adalah proses pelepasan kembali ion/molekul yang telah berikatan dengan
gugus aktif pada adsorben. Fenomena ini terjadi ketika suatu sistem yang berada pada
kesetimbangan antara fase bulk dan permukaan penyerap diberi perlakuan yang
mengganggu kesetimbangan dari sistem. Fenomena ini berhubungan erat dengan
regenerasi adsorben.
7. Isoterm adsorpsi adalah adsropsi yang menggambarkan hubungan antara zat yang
teradsorpsi oleh adsorben dengan tekanan atau konsentrasi pada kesetimbangan dan
temperatur konstan.

37

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2010.
Adsorption
Isotherm.
[ONLINE]
Available
at:
http://www.chemistrylearning.com/adsorption-isotherm/ [Accesed 02 November 2015)
Anonymous. 2015. Adsorpsi. [ONLINE] Available at: http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1809.
[Accessed 06 November 2015].
Anonymous. Methods of Surface Tension Measurements. [Online]. Available at:
http://zzm.umcs.lublin.pl/Wyklad/FGF-Ang/2A.F.G.F.%20Surface%20tension.pdf.
Diakses pada 8 November 2015.
Anonymous,
2015.
Surface
Tension
and
Water.
[ONLINE]
Available
at:
http://water.usgs.gov/edu/surface-tension.html
[Accessed 08 November 2015].
Aldridge,
Benjamin.
2010.
Surface
Tension.
[Online]
Available
at:
http://chemwiki.ucdavis.edu/Physical_Chemistry/Physical_Properties_of_Matter/Bulk_Pro
perties/Cohesive_And_Adhesive_Forces/Surface_Tension. Diakses 6 November 2015.
Atkins, Peter dan Julio de Paula. 2006. Physical Chemistry, 8th ed. GB: Oxford university Press.
Hambali, Erliza, dkk. n.d. Kinerja Surfaktan Metil Ester Sulfanoat (MES) Sebagai Oil Well
Stimulan Agen Akibat Pengaruh Suhu, Lama Pemanasan, dan Konsentrasi Asam (HCl).
Jurnal Teknik Industri Pertanian, volume 16(1), 9-17.
Huang, Ely. n.d Sifat-Sifat Surfaktan. [Online] Terdapat di: www.academia.edu/5266561/SIFATSIFAT_SURFAKTAN [Diakses pada 6 November 2015]
Huminic, A. & Huminic, G., 2015. Thermal Conductivity, Viscosity, and Surface Tension of
Nanofluids based on FeC Nanoparticles. Powder Technology, pp. 78-84.
Maron, Samuel H. and Lando, Jerome B. 1990. Fundamental of Physical Chemistry. London:
Collier Macmillan Publisher.
Regenerasi adsorben - Halaman [1] - Dunia pengetahuan ensiklopedis . 2015. Regenerasi
adsorben - Halaman [1] - Dunia pengetahuan ensiklopedis . [ONLINE] Available
at: http://id.swewe.net/word_show.htm/?320425_1&Regenerasi_adsorben. [Accessed 08
November 2015]
Saputra. Willsant. 2011. Konsentrasi Kritis Missel. [Online] Terdapat di:
www.scribd.com/doc/56588265/Kimia-Fisika-II-Konsentrasi-Kritis-Missel [Diakses pada
6 November 2015]
Silva, Hugo Soe, dkk. Adsorption of Mercury (II) from Liquid Solution using Modified Activated
Carbons. 2009. Argentina : Univercidad Nacional de San Juan
Somorjai, Gabor A. Dan Yimin Li. 2010. Introduction to Surface Chemistry and Catalysis. John
Wiley and Sons.
Handayani, Murni dan Eko Sulistiyono. 2009. Uji Persamaan Langmuir dan Freundlich pada
Penyerapan
Limbah
Chrom
(Vi)
oleh
Zeolit.
[ONLINE]
Available
at:http://www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/44/091/44091402.pdf.
[Accessed 6 November 2015].
Saputro, Ady. 2015. Proses Penyerapan Karbon Aktif. [ONLINE] Available at:
http://www.karbonaktif.org/2013/05/proses-penyerapan-karbon-aktif.html. [Accessed 12
November 2015].
Somasundaran, P. (ed.). 2006.Encyclopedia of Surface and Colloid Science. Volume 1. Edisi
2. New York: Taylor and Francis.

38

You might also like