Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
A.
1.
Kerajaan Tarumanegara
Sumber mengenai kerajaan Tarumanegara berasal dari tujuh buah prasas
ti yang berbahasa sansekerta dan huruf pallawa. Prasasti tersebut adalah prasast
i Ciaruteun, Kebun Kopi, Jambu, Tugu, Pasar Awi, Muara Cianten, dan Lebak. Seora
ng musafir Cina bernama Fa-Hsien pernah datang di Jawa pada tahun 414 M. Ia tela
h menyebut keberadaan kerajaan To-lo-mo atau Taruma di Pulau Jawa. Kerajaan Taru
manegara diperkirakan berkembang pada abad V M. Raja terbesar yang berkuasa adal
ah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi hampir seluruh Jawa Barat
dengan pusat kekuasaan di daerah Bogor. Raja pernah memerintahkan pembangunan i
rigasi dengan cara menggali sebuah saluran panjang 6.112 tumbak ( 11 km). Saluran
itu berfungsi untuk mencegah bahaya banjir. Saluran ini selanjutnya disebut seb
agai sungai Gomati.
3.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah b
erjaya di Indonesia. Kerajaan ini mampu mengembangkan diri sebagai negara mariti
m dengan menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional. Keberada
an kerajaan ini diketahui melalui enam buah prasasti yang menggunakan bahasa mel
ayu kuno dan huruf pallawa, serta telah menggunakan angka tahun saka. Prasasti t
ersebut adalah Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur dan Karang Ber
ahi. Nama Sriwijaya juga terdapat dalam berita Cina dan disebut Shih-lo-fo-shih
atau Fo-shih. Sementara itu di berita Arab, Sriwijaya disebut dengan Zabag atau
Zabay atau dengan sebutan Sribuza. Seorang pendeta Cina yang bernama I-Tsing ser
ing dataang ke Sriwijaya sejak tahun 672 M. Ia menceritakan bahwa di Sriwijaya t
erdapat 1.000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di India. Berita dari D
inasti Sung juga menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun 971
-992 M.
Raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Raja yang
terkenal dari kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar aba
d IX M. Sriwijaya merupakan pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha di Asia
Tenggara. Menurut berita I-Tsing, pada abad VIII M di Sriwijaya terdapat 1.000
orang pendeta yang belajar agama Buddha di bawah bimbingan Sakyakirti. Menurut p
rasasti Nalanda, para pemuda Sriwijaya juga mempelajari agama Buddha dan ilmu la
innya di India. Kebudayaan Kerajaan Sriwijaya sangat maju dan bisa dilihat dari
peninggalan suci sepeti stupa, candi, atau patung/arca Buddha seperti ditemukan
di Jambi, Muara Takus, dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (P
alembang).
4.
Mataram Kuno
Menurut Teori Van Bammalen, letak kerajaan ini berpindah-pindah, hal
ini disebabkan oleh 2 alasan, yaitu karena adanya bencana alam letusan Gunung M
erapi, dan karena adanya peperangan dalam perebutan kekuasaan. Awalnya, pada aba
d ke-8 kerajaan ini terletak di daerah Jawa Tengah, kemudian setelah Gunung Mera
pi meletus pada abad ke-10, kerajaan ini dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sind
ok. Agama di kerajaan ini pun terbagi menjadi 2, yaitu hindu pada Dinasti Sanjay
a dan budha pada Dinasti Syailendra. Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Raja S
anna. Raja Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya, Raja Sanjaya.
Kerajaan Singhasari
Keberadaan Kerajaan Singhasari didasarkan pada kitab Negaraker
tagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan raja-raja yang memerintah di Singa
sari serta kitab Pararaton yang juga menceritakan keajaiban Ken Arok. Ken Arok s
emula sebagai akuwu (bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunu
hnya karena tertarik kepada Ken Dedes isteri Tunggul Ametung. Pada tahun 1222 M
Ken Arok menyerang kediri sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempura
n di desa Ganter.
Ken Arok menyatakan dirinya sebagai Raja Singasari dengan gela
r Sri Rangga Rajasa Bhattara Sang Amurwabhumi. Raja Singasari yang terkenal adal
ah Kertanegara Karena di bawah pemerintahannya Singasari mencapai puncak kebesar
annya. Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara mempunyai gagaasa
n politik untuk memperluas wilayah kekuasannya, menyingkirkan lawan-lawan politi
knya, menumpas pemberontakan, menyatukan agama Syiwa dan Buddha menjadi agama Ta
ntrayana (Syiwa Buddha dipimpin oleh Dharma Dyaksa), melakukan politik perkawina
n, dan mengirim ekspedisi Pamalayu tahun1275.
6.
Kerajaan Majapahit
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendapat mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indon
esia, yaitu hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana dan teori Ar
us Balik. Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa penga
ruh besar di berbagai bidang. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupa
kan salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap
kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-te
murun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain : Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara
, Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit. Mas
uknya kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan