You are on page 1of 114

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS BERITA

DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOMPONEN PEMODELAN


PADA SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI I KAJORAN
KABUPATEN MAGELANG
TAHUN PENGAJARAN 2004/2005

SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh
Nama : Korib Farhan
NIM : 2101401053
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi.

Semarang, 14 September 2005


Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Mimi Mulyani, M.Hum. Drs. Haryadi, M.Pd.


NIP 131863779 NIP 132058082

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang

pada hari : Rabu


tanggal : 14 September 2005

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Rustono, M.Hum. Drs. Mukh Doyin, M.Si.


NIP 131281222 NIP 132106367

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Drs. Wagiran, M.Hum. Drs. Haryadi, M.Pd. Dra. Mimi Mulyani, M.Hum.
NIP 132050001 NIP 132058082 NIP 131863779

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 14 September 2005

Korib Farhan

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto: - Keinginan, angan-angan, dan harapan tidak akan terwujud tanpa adanya
sebuah perbuatan.
- Akulah yang bisa menentukan masa depanku, yang lain hanya bisa
membantu.

Kupersembahkan untuk:
- Ibuku yang melahirkan, menyusui, dan
membesarkanku.
- Ayahku yang mendidik dan menafkahiku.
- Kakak-kakakku yang memberi teladan
bagiku.
- Krucil-krucil yang memberi senyuman
manis dihatiku.
- Adinda Farell yang selalu memberi
semangat dan harapan.
- Guru dan almamaterku yang mengantarkan
langkahku.

v
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan fasilitas yang
diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Rustono, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
skripsi ini;
2. Drs. Mukh Doyin, M.Si., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian;
3. Dra. Mimi Mulyani, M.Hum., dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, masukan ide, dan koreksi dengan kesabaran dan
kesungguhan selama proses penyelesaian skripsi;
4. Drs. Haryadi, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, masukan ide, dan dorongan sehingga skripsi ini dapat selesai;
5. Semua dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan
ilmu dan pengalamannya kepada penulis;
6. Petugas TU Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, TU Fakultas Bahasa dan
Seni, dan petugas Kombat yang telah membantu dan memberikan
kemudahan dalam urusan administrasi dan peminjaman buku;
7. Teman-teman PBSI angkatan 2001 yang selalu semangat dalam
kebersamaan; serta
8. Semua pihak dan instansi yang membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membaca dan dapat menjadi sumbangan bagi dunia pendidikan.
Semarang, 14 September 2005

Penulis

vi
SARI

Farhan, Korib. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita dengan


Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas
VIIIA SMP Negeri I Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pengajaran
2004/2005. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I:
Dra. Mimi Mulyani, M.Hum., Pembimbing II: Drs. Haryadi, M.Pd.

Kata kunci: keterampilan menulis teks berita, pembelajaran kontekstual,


pemodelan.

Keterampilan menulis teks berita siswa SMP Negeri 1 Kajoran


Kabupaten Magelang masih kurang. Hal ini disebabkan oleh faktor ketidaktepatan
pemilihan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Pendekatan yang
digunakan oleh guru masih berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan sehingga ceramah menjadi pilihan utama dalam pembelajaran
tersebut. Faktor lain yang berasal dari siswa adalah kurangnya motivasi untuk
menulis teks berita karena ada anggapan bahwa menulis teks berita adalah
kegiatan yang sulit.
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana
peningkatan keterampilan menulis teks berita pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri
1 Kajoran Kabupaten Magelang setelah mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan (2) perubahan tingkah laku
siswa setelah pembelajaran menulis teks berita dilaksanakan dengan pendekatan
kontekstual komponen pemodelan. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis
teks berita siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan, dan (2) perubahan tingkah laku pada siswa. Penelitian ini
mempunyai manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah
menambah khasanah pengetahuan tentang menulis teks berita dan
mengembangkan teori pembelajaran menulis teks berita melalui pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, manfaat bagi guru adalah
memberikan alternatif pemilihan pendekatan pembelajaran menulis teks berita
khususnya dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan, sedangkan bagi siswa dapat meningkatkan keterampilan
menulis teks berita.
Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks berita siswa kelas
VIII A SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang. Variabel dalam penelitian
ini adalah keterampilan menulis teks berita dan pembelajaran kontekstual
komponen pemodelan. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
dengan dua siklus. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data,
yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui perhitungan
dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan yaitu antara hasil siklus I
dengan hasil siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase

vii
peningkatan keterampilan menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan, sedangkan teknik nontes yang digunakan adalah melalui
observasi, wawancara, dan jurnal. Teknik analisis data dilakukan secara
kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data
kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes menulis teks berita pada siklus I dan II.
Keterampilan menulis teks berita pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1
Kajoran Kabupaten Magelang meningkat setelah menggunakan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sebesar 12,39%. Rata-rata
skor pada siklus I menunjukan peningkatan dibandingkan dengan rata-rata skor
pada prasiklus 68,29%menjadi 74,51%. Rata-rata skor yang dicapai pada siklus II
sebesar 80,68% , ini menunjukan peningkatan sebesar 13,50% dari prasiklus ke
siklus I, 69,29% dari siklus I ke siklus II, dan 18,93% dari siklus prasiklus ke
siklus II. Perubahan tingkah laku yang tampak dalam pembelajaran menulis teks
berita dengan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan yaitu siswa merasa
senang, lebih bersemangat, aktif, dan lebih mandiri dalam mengerjakan tugasnya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan guru mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya menggunakan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam kegiatan menulis
teks berita. Kemudian, siswa supaya mengikuti pembelajaran dengan baik dan
berlatih menulis khususnya teks berita. Saran yang ditujukan kepada peneliti lain
adalah agar melaksanakan penelitian lanjutan dari penelitian ini dengan aspek
yang lain, untuk khasanah ilmu bahasa.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iii
PERNYATAAN............................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
PRAKATA.................................................................................................... vi
SARI ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL......................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................... 7
1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................... 8
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................. 9
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................ 10

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS


2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................... 11
2.2 Landasan Teoretis ............................................................................. 15
2.2.1 Hakikat Menulis ................................................................................ 15
2.2.2 Tujuan Menulis ................................................................................. 17
2.2.3 Manfaat Menulis ............................................................................... 18
2.2.4 Hakikat Teks Berita .......................................................................... 20

ix
2.2.5 Persyaratan Berita ............................................................................. 21
2.2.6 Unsur Berita ...................................................................................... 23
2.2.7 Bahasa Berita .................................................................................... 26
2.2.8 Sifat Berita ........................................................................................ 27
2.2.9 Jenis dan Macam Berita .................................................................... 28
2.2.10 Pembelajaran Kontekstual................................................................. 30
2.2.11 Komponen Modeling (Pemodelan) ................................................... 33
2.2.12 Metode Pembelajaran Menulis.......................................................... 35
2.2.13 Pembelajaran Menulis Teks Berita dengan Pembelajaran Kontekstual
Komponen Pemodelan ...................................................................... 38
2.3 Kerangka Berpikir............................................................................. 39
2.4 Hipotesis............................................................................................ 42

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian............................................................................... 43
3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I ...................................................... 44
3.1.2 Prosedur Tindakan pada Siklus II ..................................................... 46
3.2 Subjek Penelitian............................................................................... 49
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 50
3.3.1 Variabel Keterampilan Menulis Teks Berita..................................... 50
3.3.2 Variabel Penggunaan Pembelajaran Kontekstual Komponen
Pemodelan ......................................................................................... 51
3.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 51
3.4.1 Tes ..................................................................................................... 51
3.4.2 Nontes ............................................................................................... 57
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 58
3.5.1 Teknik Tes......................................................................................... 58
3.5.2 Teknik Nontes ................................................................................... 59
3.6 Teknik Analisis Data......................................................................... 61
3.6.1 Teknik Kuantitatif ............................................................................ 61
3.6.2 Teknik Kualitatif ............................................................................... 62

x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Prasiklus ............................................................................................ 63
4.2 Siklus I .............................................................................................. 64
4.2.1 Data Tes ............................................................................................ 64
4.2.2 Data Nontes....................................................................................... 72
4.3 Siklus II ............................................................................................. 77
4.3.1 Data Tes ............................................................................................ 77
4.3.2 Data Nontes....................................................................................... 85
4.4 Pembahasan....................................................................................... 89
4.4.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita............................... 90
4.4.2 Perubahan Perilaku siswa.................................................................. 93

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................... 96
5.2 Saran.................................................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 99

LAMPIRAN................................................................................................. 101

xi
DAFTAR TABEL

TABEL Halaman
1. Skor Penilaian ......................................................................................... 52
2. Kriteria Penilaian Teks Berita................................................................. 53
3. Penilaian Keterampilan Menulis Teks Berita ......................................... 56
4. Hasil Keterampilan menulis Teks Berita Prasiklus................................. 63
5. Hasil Keterampilan menulis Teks Berita Siklus I ................................... 65
6. Hasil Kelengkapan Isi BeritaSiklus I ...................................................... 66
7. Hasil Keruntututan Pemaparan Siklus I ................................................... 67
8. Hasil Penggunaan Kalimat Siklus I.......................................................... 68
9. Hasil Kosakata yang Digunakan Siklus I................................................ 69
10. Hasil Kemenarikan Judul Siklus I........................................................... 70
11. Hasil Ketepatan Penggunaan Ejaan Dalam Berita Siklus I..................... 71
12. Hasil Observasi Siklus I .......................................................................... 73
13. Hasil Keterampilan menulis Teks Berita Siklus II.................................. 77
14. Hasil Kelengkapan Isi BeritaSiklus II..................................................... 78
15. Hasil Keruntututan Pemaparan Siklus II................................................. 79
16. Hasil Penggunaan Kalimat Siklus II ....................................................... 80
17. Hasil Kosakata yang Digunakan Siklus II .............................................. 81
18. Hasil Kemenarikan Judul Siklus II ......................................................... 83
19. Hasil Ketepatan Penggunaan Ejaan Dalam Berita Siklus II ................... 84
20. Hasil Observasi Siklus I .......................................................................... 85
21. Rekapitulasi Rata-Rata Pencapaian Keterampilan.................................. 90
22. rekapitulasi Hasil Observasi.................................................................... 94

xii
DAFTAR BAGAN

BAGAN Halaman

1. Kerangka berpikir...................................................................................... 41
2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ............................................................. 43

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman
1. Rencana Pembelajaran Siklus I......................................................... 101
2. Rencana Pembelajaran Siklus II........................................................ 105
3. Contoh Model Teks Berita ................................................................ 109
4. Lembar Jawaban Siswa ..................................................................... 115
5. Lembar Rekapitulasi Nilai Tes.......................................................... 116
6. Lembar Observasi ............................................................................. 117
7. Lembar Jurnal.................................................................................... 118
8. Lembar Pedoman Wawancara........................................................... 119
9. Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Kondisi Awal ...................................... 120
10. Rakapitulasi Nilai Hasil Tes Siklus I ................................................ 121
11. Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Siklus II............................................... 122
12. Tabel Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Tahap
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ....................................................... 123
13. Data Observasi Siklus I..................................................................... 124
14. Data Observasi Siklus II ................................................................... 125
15. Tabel Perubahan Perilaku Siswa....................................................... 126
16. Hasil Tes Prasiklus............................................................................ 127
17. Hasil Tes Siswa Siklus I.................................................................... 129
18. Hasil Tes Siswa Siklus II .................................................................. 131
19. Hasil Jurnal Siklus I .......................................................................... 132
20. Hasil Jurnal Siklus II......................................................................... 134
21. Surat Izin Penelitian ......................................................................... 136
22. Surat Keterangan Selesai Penelitian.................................................. 137

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan

secara nasional. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada

standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mutu

pendidikan yang tinggi menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

semua warga negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara

responsif terhadap penyerapan hak asasi manusia, kehidupan demokratis,

globalisasi, dan otonomi daerah.

Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi

oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, standar kompetensi mata pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu

belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar

menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya (Depdiknas 2003a:2).

Standar Kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia SMP dan MTs

adalah: (1) mampu mendengarkan dan memahami beraneka ragam wacana lisan,

baik sastra maupun nonsastra; (2) mampu mengungkapkan pikiran, pendapat,


2

gagasan, dan perasaan secara lisan; (3) mampu membaca dan memahami suatu

teks bacaan sastra dan nonsastra dengan kecepatan yang memadai; (4) mampu

mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam

berbagai ragam tulisan; (5) mampu mengapresiasi berbagai ragam sastra

(Depdiknas 2003b:4).

Untuk mencapai standar kompetensi di atas maka kegiatan belajar

adalah lebih daripada sekedar pengajaran. Kegiatan belajar adalah kegiatan

pembelajaran. Siswa belajar bukan hanya dari guru melainkan dari teman-teman

sekelas, sesekolah, dari sumber belajar lain. Pendekatan pembelajaran yang

digunakan oleh guru juga harus dapat membawa siswa ke pembelajaran yang

bermakna.

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan materi yang

disajikan secara sistematis sesuai dengan kenyataan bahasa di masyarakat,

diharapkan siswa mampu menyerap materi tentang berbagai hal, mampu mencari

sumber, mengumpulkan, menyaring, dan menyerap pelajaran yang sebanyak-

banyaknya sekaligus dapat berlatih mengenai Bahasa Indonesia, khususnya

keterampilan menulis.

Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan berbahasa siswa, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra

Indonesia. Standar Kompetensi yang disiapkan dengan bahasa nasional dan

bahasa negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual dalam produk

budaya, yang berkonsekuensi pada fungsi dan tujuan mata pelajaran Bahasa dan
3

Sastra Indonesia sebagai (1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2)

sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan

pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan, teknologi, dan seni,

(4) sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa dan Sastra Indonesia yang baik

untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan penalaran, dan (6) sarana

pemahaman keberanekaragaman budaya Indonesia melalui kahasanah kesastraan

Indonesia (Depdiknas 2003d : 2-3). Untuk itulah, tujuan pembelajaran disajikan

dalam komponen kebahasaan, komponen pemahaman, dan komponen penggunaan

secara terpadu.

Pembelajaran menulis pada siswa SMP yang dilaksanakan selama ini

kurang produktif. Guru pada umumnya menerangkan hal-hal yang berkenaan

dengan teori menulis. Sementara pelatihan menulis yang sebenarnya jarang

dibahas atau disampaikan, seperti penggunaan tanda baca dalam menulis,

memadukan kalimat, menyatukan paragraf yang baik, kurang mendapat perhatian.

Padahal tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP adalah mempertinggi

kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa yang meliputi kemahiran

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemahiran bahasa merupakan

proses belajar bahasa yang pada umumnya melalui hubungan yang teratur

(Depdiknas 1994:1)

Keberhasilan belajar mengajar bergantung pada faktor-faktor

pendukung terjadinya pembelajaran yang efisien. Beberapa faktor mengajar yang

perlu diperhatikan supaya proses belajar berlangsung baik adalah kesempatan

untuk belajar, pengetahuan awal siswa, refleksi, motivasi, dan suasana yang
4

mendukung. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia, diharapkan dapat tercipta situasi belajar mengajar

yang memungkinkan siswa melakukan aktivitas secara optimal untuk mencapai

tujuan keterampilan berbahasa yang terdiri atas empat keterampilan yaitu

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

keterampilan menulis.

Dari keempat aspek yang dilatihkan siswa, menulis merupakan

keterampilan yang harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh.

Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis

masih rendah. Padahal kemampuan ini sangat penting. Menulis juga merupakan

kemampuan puncak berbahasa seseorang, yang meliputi keterampilan memilih

kosa kata, menggunakan struktur kalimat, menerapkan ejaan maupun tanda baca,

dan menulis teks berita.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tanpa tatap muka dengan orang

lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa,

dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan dimiliki seseorang secara

otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik secara terus-menerus.

Dengan menulis secara terus-menerus dan latihan yang sungguh-sungguh,

keterampilan tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja. Keterampilan itu juga

bukanlah suatu keterampilan yang sederhana, melainkan menuntut sejumlah


5

kemampuan. Betapapun sederhananya tulisan yang dibuat, penulis tetap dituntut

memenuhi persyaratan seperti yang dituntut apabila menulis tulisan yang rumit.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama ini alokasi waktu

pembelajaran menulis di sekolah-sekolah yang salah satunya di SMP, relatif lebih

kecil. Hal ini berdampak pada keterampilan menulis mereka belum maksimal

sehingga setelah para siswa menamatkan jenjang sekolah, dikhawatirkan belum

mampu menggunakan keterampilan berbahasa secara baik dan benar.

Dari observasi di kelas, peneliti menemukan fenomena bahwa pada

saat diberi kesempatan menulis teks berita, para siswa tidak mementingkan isi

berita. Mereka belum paham betul cara membuat tek berita dengan

memperhatikan 5W + H (siapa yang menjadi bahan berita, apa yang terjadi, di

mana peristiwa itu terjadi, kapan peristiwa itu terjadi, mengapa hal itu terjadi, dan

bagaimana jalannya peristiwa itu). Mereka lebih mementingkan dapat

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya dan terselesaikan dengan cepat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang kelas VIIIA saat ini

kondisi kemampuan menulis berita siswa kelas tersebut rendah. Adapun

rendahnya kemampuan tersebut disebabkan kurang mampu menemukan 5W + H

(siapa yang menjadi bahan berita, apa yang terjadi, di mana peristiwa itu terjadi,

kapan peristiwa itu terjadi, mengapa hal itu terjadi, dan bagaimana jalannya

peristiwa itu) dalam sebuah teks berita dan belum dapat menerapkan unsur 5W +

H tersebut dalam menulis teks berita. Sedangkan hasil wawancara dengan siswa

kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang tahun pengajaran


6

2004/2005 diperoleh data sebagai berikut. Sebanyak 30 dari 41 siswa menyukai

mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Siswa yang menyatakan bahwa

menulis teks berita tidak mudah sebanyak 30, sedangkan yang menyatakan bahwa

menulis mudah sebanyak 11 siswa. Di samping itu, berdasarkan wawancara

dengan siswa, pada umumnya mereka tidak termotivasi untuk menulis teks berita

sebab setiap menulis teks berita mereka jarang memperoleh nilai tinggi. Dengan

demikian, keterampilan menulis teks berita siswa VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran

Kabupaten Magelang perlu ditingkatkan.

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupannya sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama

pembelajaran efektifitas, yakni kontruktivisme (Contructivisme), bertanya

(Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community),

pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

(Depdikbud 2002 : 5).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat

membawa pengaruh yang besar pada pendidikan di Indonesia. Hal ini juga

berpengaruh pada perubahan dan perkembangan pendidikan, metode dan media

atau sarana pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan (modeling) diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam menulis teks

berita siswa SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang, khususnya siswa kelas

VIIIA. Dalam pembelajaran tersebut akan mengaitkan antara materi yang


7

diajarkannya dengan dunia nyata siswa. Di samping itu, dalam pembelajaran

tersebut akan dihadirkan sebuah model teks berita saat pembelajaran. Dengan

model ini, siswa berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur-unsur

teks berita dan menemukan (mencatat) apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, dan

bagaimana tentang peristiwa yang terjadi sebelum mereka membuat teks berita,

sehingga siswa mampu menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas.

Dengan menghadirkan model teks berita dalam pembelajaran, mereka dapat

meniru struktur sebuah teks berita.

Penggunaan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan

(modeling) dalam menulis teks berita ini dapat dijadikan sebagai alat untuk

mencapai salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di SMP. Untuk itulah, peneliti akan melakukan penelitian tentang

peningkatan keterampilan menulis teks berita dengan pembelajaran kontekstual

komponen pemodelan pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten

Magelang.

1.2 Identifikasi Masalah

Keberhasilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia berkaitan erat

dengan keterampilan menulis dan ditentukan pula oleh beberapa faktor. Faktor-

faktor tersebut antara lain faktor pendekatan pembelajaran yang digunakan guru

dan faktor siswa.

Keterampilan menulis teks berita siswa SMP Negeri 1 Kajoran

Kabupaten Magelang masih kurang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh faktor 1)
8

ketidaktepatan pemilihan pendekatan pembelajaran, selama ini pendekatan yang

digunakan oleh guru masih berfokus pada guru sebagai sumber utama

pengetahuan sehingga ceramah menjadi pilihan utama dalam pembelajaran

tersebut; 2) guru banyak menerangkan tentang teori menulis tetapi tidak banyak

memberikan latihan membuat karangan teks berita; 3) guru tidak pernah

memberikan contoh konkret teks berita kepada siswa. Berdasarkan observasi

dengan wawancara secara langsung kepada siswa, faktor lain yang

mempengaruhi nilai keterampilan menulis teks berita adalah 1) siswa kurang

latihan menulis teks berita; 2) siswa kurangnya motivasi untuk menulis teks

berita; 3) ada anggapan bahwa menulis teks berita adalah kegiatan yang sulit; 4)

siswa kurang pengetahuan tantang contoh nyata teks berita.

1.3 Pembatasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam skripsi adalah peningkatan keterampilan

menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten

Magelang tahun pengajaran 2004/2005 dengan pembelajaran pendekatan

kontekstual komponen pemodelan. Untuk meningkatkan keterampilan menulis

teks berita di dalam penelitian ini, peneliti berupaya mengatasi kesulitan-kesulitan

dalam menulis teks berita. Peneliti membatasi permasalahan karena peneliti

berfokus pada peningkatan kemampuan siswa menulis teks berita dengan

memperhatikan aspek kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H), keruntututan

pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami), penggunaan kalimat
9

(singkat dan jelas), kosakata yang digunakan bahasa yang tepat, kemenarikan

judul, dan ketepatan penggunaan ejaan dalam berita.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas,

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis teks berita pada siswa

kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang setelah

mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan?

2. Bagaimanakah perubahan tingkah laku siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1

Kajoran Kabupaten Magelang setelah pembelajaran menulis teks berita

dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis teks berita siswa

kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang setelah

mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan.
10

2. Mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1

Kajoran Kabupaten Magelang setelah pembelajaran menulis teks berita

dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah menambah khasanah

pengetahuan tentang menulis teks berita. Selain itu, mengembangkan teori

pembelajaran menulis teks berita melalui pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah bagi guru, siswa, dan peneliti.

a. Manfaat bagi guru adalah memberikan alternatif pemilihan

pendekatan pembelajaran menulis teks berita dan dapat

mengembangkan keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia,

khususnya dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan.

b. Manfaat bagi siswa adalah dapat meningkatkan keterampilan

menulis teks berita.

c. Manfaat bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan mengenai

penggunaan pendekatan kontekstual.


BAB II

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam

komunikasi adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis adalah suatu

proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Ide atau gagasan tersebut

kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat. Hasil kegiatan menulis

dibaca orang lain. Agar orang lain dapat membaca tulisan tersebut dituntut adanya

bahasa yang mudah dipahami. Oleh karena itu, keterampilan ini membutuhkan

perhatian dan keseriusan dari seluruh penyelenggara pendidikan, terutama guru

dan kurikulum yang mendukung.

Realitas menunjukkan bahwa keterampilan menulis belum optimal

dikuasai oleh siswa. Pada umumnya mereka menganggap bahwa menulis bukan

sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Menulis memerlukan sejumlah potensi

pendukung yang untuk mencapainya dibutuhkan kesungguhan, kemauan keras,

bahkan belajar dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, wajar bila dikatakan

bahwa menciptakan iklim budaya tulis-menulis atau mengarang akan mendorong

seorang untuk lebih aktif, kreatif, dan cerdas (Nursito,1999:4).

Siregar (1987:197) tidak mempercayai apabila ada orang yang

menyatakan tidak bisa menulis, dia mengomentari bahwa yang ada hanya rasa

malas. Hal terseut dikarenakan setiap manusia memiliki otak dan perasaan yang

pada dasarnya sudah memiliki konsep penulisan. Oleh karena itu, guru hendaknya
12

mencari dan menerapkan metode maupun pembinaan media dalam upaya

peningkatan kemampuan keterampilan menulis siswa.

Penelitian tentang keterampilan menulis telah banyak dilakukan.

Penelitian tersebut antara lain penelitian keterampilan menulis naratif, deskriptif,

dan argumentatif. Penelitian tentang menulis teks berita masih terbatas. Oleh

karena itu, peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian keterampilan

menulis teks berita. Penelitian ini berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis

Teks Berita dengan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa

Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang.

Penelitian tindakan kelas tentang keterampilan menulis merupakan

penelitian yang menarik. Banyaknnya penelitian tentang keterampilan menulis itu

dapat dijadikan salah satu bukti bahwa keterampilan di sekolah-sekolah sangat

menarik untuk diteliti. Penelitian keterampilan menulis telah dilakukan, antara

lain oleh Sukris (2000), Thomas Bagiyo (2004), Suryanto (2004), dan Dwi Astuti

(2004).

Sukris (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan

Keterampilan Menulis Wacana Narasi Melalui Media Rekacerita Bergambar

Siswa Kelas II E SLTP N 3 Jekulo mengkaji peran media rekacerita bergambar

dalam karangan narasi eksipositoris dan perubahan tingkah laku siswa. Hasil yang

diperoleh adalah bahwa media reka cerita bergambar sangat efektif untuk melatih

keterampilan berbahasa siswa, khususnya menulis. Hal ini dibuktikan adanya

peningkatan denga rata-rata kelas pada siklus I yang mendapat 64,24% dan

69,78% pada siklus II serta tingkah laku siswa juga berubah dilihat dari data
13

nontes. Perubahan tingkah laku siswa, seperti kesiapan siswa dalam mengikuti

pembelajaran, perhatian siswa menerima pembelajaran. Keaktifan dalam

mengerjakan tugas.

Bagiyo (2004) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan

Keterampilan Menulis Teks Drama dengan Teknik Modeling pada Siswa-siswi

Kelas IV D PL Bernadus Semarang. Bagiyo mencoba teknik Modeling sebagai

upaya peningkatan kemampuan keterampilan menulis teks drama. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan terbukti keterampilan menulis teks drama siswa

meningkat setelah pembelajaran menggunakan teknik modeling. Hal ini dapat

dibuktikan dari hasil siklus I sebesar 90,00 dengan rata-rata 64,48 dan pada siklus

II meningkat menjadi 90,00 dengan nilai rata-rata 73,6.

Suryanto (2004) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan

Keterampilan Menulis Narasi dengan Teknik Modeling pada Siswa Kelas II SLTP

I Sukorejo Kendal mengkaji peran teknik modeing dalam peningkatan menulis

karangan narasi dan perubahan tingkah laku siswa. Hasil penelitian ini

menerangkan bahwa teknik modeling dapat meningkatkan keterampilan menulis

karangan narasi. Selain itu, terjadi perubahan tingkah laku siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil presentase rata-rata

siklus I yang mencapai 72,2% dan hasil siklus II 80%, terlihat adanya peningkatan

dari siklus I dan siklus II sebesar 7,8% berdasarkan hasil nontes dalam mengikuti

pembelajaran, perhatian sisa dalam menerima pembelajaran.

Astuti (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan

Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual


14

Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang yang

mengkaji peran pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam peningkatan

keterampilan menulis karangan narasi dan perubahan tingkah laku. Hasil

penelitian ini adalah pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat

meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi dan adanya perubahan

tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat

dibuktikan dari hasil rata-rata tes siklus I yang mencapai 63,77 dan hasil siklus II

dan silus II sebesar 74,23. Adanya peningkatan dengan presentase rata-rata 80%.

Berdasarkan hasil nontes juga mengalami perubahan tingkah laku, seperti

kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian siswa dalam menerima

pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Astuti merupakan penelitian tindakan

kelas yang paling relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Hal tersebut dibuktikan dengan kesamaan teknik pemodelan melalui pendekatan

kontekstual. Perbedaan yang tampak pada penelitian yang dilakukan oleh Astuti

menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan untuk meningkatkan

keterampilan menulis karangan narasi tingkat SMK. Sedangkan penelitian ini

menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan untuk meningkatkan

keterampilan menulis teks berita pada tingkat SMP.

Penelitian ini berkedudukan sebagai pelengkap dari penelitian-

penelitian yang lain. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang

terdiri dari dua siklus. Pada penelitian ini akan dikaji tentang peningkatan menulis

teks berita dan perubahan tingkah laku siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran
15

Kabupaten Magelang terhadap pembelajaran menulis teks berita. Pada penelitian

ini, guru akan menghadirkan contoh atau model teks berita saat pembelajaran

sehingga siswa dapat membuat tek berita yang baik dan benar karena sebelumnya

siswa telah membaca dan mengamati struktur teks berita yang ada dalam model

tersebut. Dengan demikian, diharapkan keterampilan menulis teks berita

meningkat dan terjadi perubahan tingkah laku yang positif.

2.2 Landasan Teoretis

2.2.1 Hakikat Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung tidak tatap muka dengan orang lain.

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

menulis ini, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur kata, dan

kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis,

melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Tarigan

1986:3-4).

Sujanto (1988: 56) mengungkapkan bahwa menulis merupakan salah

satu keterampilan berbahasa yang dilandasi dengan pengetahuan kebahasaan, baik

tentang kaidah-kaidah maupun laras-larasnya dan menulis juga merupakan suatu

proses yang tidak mungkin datang adanya latihan. Menurut Lado (dalam Ahmadi

1997:143), menulis adalah meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang

menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat
16

membaca simbol-simbol grafis itu, sebagai penyajian satuan-satuan ekspresi

bahasa.

Menurut Akhadiah (1997:3) menulis adalah suatu kegiatan

penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan

adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah

sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang

bahasa yang sudah disepakati pemakaiannya. Komunikasi tertulis terdapat empat

unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu (1) penulis sebagai suatu pesan, (2) pesan

atau isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, (4) pembaca sebagai penerima

pesan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis

adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain dengan

medium bahasa yang telah disepakati bersama dan tidak secara tatap muka.

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif, maka keterampilan ini harus

selalu dilatihkan dan disertai dengan praktek yang teratur.

2.2.2 Tujuan Menulis

Hartig (dalam Tarigan 1986:24-25) mengungkapkan bahwa tujuan

menulis adalah (1) assignment purpose (tujuan penugasan) yaitu penulis

menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri; (2)

altruistic purpose (tujuan altruistic) yaitu penulis bertujuan untuk

menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin

menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya,


17

ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan

dengan karyanya itu; (3) persuasive purpose (tujuan persuasif) yaitu tulisan

yang bertujuan untuk menyakinkan para pembaca dan kebenaran gagasan

yang diutarakan; (4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan

penerangan) yaitu tulisan yang bertujuan untuk memberi informasi atau

keterangan/penerangan kepada para pembaca; (5) self-expressive purpose

(tujuan pernyataan diri) yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau

menyatakan diri sebagai sang pengarang kepada para pembaca; (6) creative

purpose (tujuan kreatif) yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencapai nilai-

nilai artistic dan nilai-nilai kesenian; (7) problem-solving purpose (tujuan

pemecahan masalah) yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencerminkan atau

menjelajahi pikiran-pikiran agar dapat dimengerti oleh pengarang.

Menurut Sujanto (1988: 68) tujuan menulis adalah memproyeksikan

sesuatu mengenai diri seseorang. Tulisan mengandung nada yang serasi

dengan maksud dan tujuannya. Menulis tidak mengharuskan memilih suatu

pokok pembicaraan yang cocok dan serasi, tetapi harus menentukan siapa

yang akan membaca tulisan tersebut.

Semi (1990:19) berpendapat bahwa tujuan menulis adalah: (1)

memberikan arahan, yakni memberikan petunjuk kepada orang lain dalam

mengerjakan sesuatu; (2) menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau

penjelasan tentang sesuatu hal yang diketahui oleh orang lain; (3)

menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang sesuatu yang

berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu; (4) meringkaskan, yaitu


18

membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi singkat; (5) meyakinkan,

yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan orang lain agar setuju atau sependapat

dengannya.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis

adalah untuk mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi

pembaca, meyakinkan, dan memberi hiburan. Tujuan menulis juga dapat

memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian,

memberikan informasi tentang sesuatu yang berlangsung di suatu tempat pada

suatu waktu, meringkas atau membuat rangkuman suatu tulisan sehingga

menjadi lebih singkat.

2.2.3 Manfaat Menulis

Menulis merupakan sesuatu yang kompleks. Kekompleksitasan

menulis terletak pada tuntutan kemampuan menyelaraskan beberapa aspek,

yaitu kemampuan menuangkan ide, gagasan, pendapat yang diramu dengan

aturan yang ada, serta keinginan pembaca. Seorang penulis perlu memiliki

kemampuan mengungkapkan sesuatu dari tahap prapenulisan sampai dengan

perevisian, karena menulis selain untuk membaca tulisan seseorang kalau

tulisan itu dikemas sesuai dengan keadaan pembacanya. Dengan demikian,

mau tidak mau penulis harus memiliki nalar, menghubung-hubungkan, serta

membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.

Seorang penulis dalam menulis harus memiliki keterampilan

menyerap, mencari, dan menguasai informasi yang berhubungan dengan topik


19

tulisan sehingga dengan wawasan itu pembaca menjadi ketagihan membaca

tulisannya karena pembaca merasa puas. Hal-hal itulah yang menyebabkan

kegiatan menulis merupakan sesuatu yang sangat sulit sehingga orang/siswa

kurang berminat untuk dapat menulis dengan baik dan benar.

Akhadiah, dkk (1991 dalam Suriamiharja dkk. 1997:4-5) banyak

manfaat yang didapat dari kegiatan menulis bagi penulis itu sendiri yang

diantaranya adalah (1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi

dirinya; (2) penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan;

(3) penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguaasai informasi

sehubungan dengan topik yang ditulis; (4) penulis dapat terlatih dalam

mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara

tersurat; (5) penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri

secara objektif; (6) dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih

mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara

tersurat dalam konteks yang lebih kongkret; (7) dengan menulis, penulis

terdorong untuk terus belajar secara aktif; dan (8) dengan kegiatan menulis

yang terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib

dan teratur.

Akhadiah (1997 : 14) mengemukakan bahwa manfaat menulis adalah

(1) menulis menyumbang kecerdasan; (2) menulis mengembangkan daya

inisiatif dan kreatif; (3) menulis menumbuhkan keberanian; dan (4) menulis

mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.


20

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis

adalah dapat membantu untuk mengungkapkan kemampuan menulis,

mengembangkan daya imajinatif dan kreatif, dan menulis sangat membantu

penulis menjadi terbiasa berpikir sistematis serta berbahasa secara tertib dan

teratur.

2.2.4 Hakikat Teks Berita

Syarifudin (1972 dalam Djuroto 2003 :6) menyatakan bahwa

berita adalah suatu laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang

menarik perhatian publik massa media. Pendapat yang senada diutarakan oleh

Wahyudi (1991 dalam Djuroto 2003:6), bahwa berita adalah laporan tentang

peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai yang penting, menarik bagi

sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media

massa periodik. Peristiwa atau pendapat tidak dipublikasikan melalui media

massa periodik.

Berita adalah pernyataan antar manusia sebagai pemberitahuan

tentang peristiwa atau keadaan atau gagasan yang disampaikan secara tertulis

atau lisan, atau dengan isyarat jika pernyataan atau pemberitahuan ini

disalurkan melalui media pers, orang menyebutnya berita pers (Suriamiharja,

dkk 1996/1997:64).

Menurut Suhandang (2004 :103), berita adalah laporan atau

pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang


21

banyak. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta

ini, yang terjadipun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat dibicarakan

orang banyak.

Dari keempat pendapat tesebut di atas, dapat diambil simpulan bahwa

berita adalah laporan tentang kejadian atau peristiwa yang menarik atau

memiliki nilai yang penting, masih baru, dan ditujukan atau dipublikasikan

kepada masyarakat luas melalui media massa.

2.2.5 Persyaratan Berita

Untuk bisa menulis berita kita harus mengetahui persyaratan berita.

Persyaratan dalam menulis berita yaitu 5W+ H (What, Who, Where, Why,

When dan How). Untuk negara kita Indonesia rumusan ini ditambah satu lagi

S (Security) atau keamanan (Djuroto 2003 : 10-11).

What (apa) : Artinya, apa yang tengah terjadi. Peristiwa atau kejadian

apa yang sedang terjadi. Misalnya kecelakaan,

kebakaran, pembunuhan, petampokan, perang, olahraga,

dan sebagainya.

Who (siapa) : Artinya, siapa pelaku kejadian atau peristiwa itu. Siapa

saja yang terlibat. Misalnya peristiwa perkelahian antar

pelajar. Siapa pelakunya? SMP “SESUKAKU” lawan

SMP “SEMAUKU”.
22

Where (di mana) : Artinya, di mana peristiwa atau kejadian itu berlangsung.

Misalnya di sepanjang jalan menuju lapangan olahraga.

When (kapan) : Artinya, kapan peristiwa atau kejadian itu berlangsung.

Misalnya pagi tadi, sore kemarin, atau pagi kemarin.

Why (mengapa) : Artinya, mengapa kejadian itu bisa terjadi. Misalnya,

karena pelajar putrid SMP “SESUKAKU” diganggu oleh

pelajar putra SMP “SEMAUKU”, sehingga

menimbulkan kemarahan para pelajar putra SMP

“SESUKAKU”,maka terjadilah perkelahian itu.

How (bagaimana) : Artinya, bagaimana kejadian itu bisa berlangsung.

Misalnya, ketika pelajar putri SMP SESUKAKU

mengambil bola di dekat kerumunan anak-anak SMP

SEMAUKU, tiba-tiba pelajar putra SMP SEMAUKU

mencolek pantat pelajar putri SESUKAKU itu.

Akibatnya teman-teman pelajar putri menjadi gerang.

Terjadilah perkelahian itu. Mula-mula seorang lawan

seorang, namun akhirnya menjadi perkelahian massal.

Security (aman) : Keamanan (aman bagi keseluruhan) artinya, apakah data

yang kita ambil dari peristiwa atau kejadian itu apabila

kita jadikan berita kemudian kita siarkan, bisa menjadi

aman. Misalnya: peristiwa penganiayaan pembantu

rumah tangga (kasus Ira di Surabaya tahun 1989).

Meskipun kasus didukung data yang benar, tetapi karena


23

tindakan yang tidak manusiawi itu sempat termuat di

surat kabar, masyarakat menjadi marah. Akibatnya

terjadi demontrasi massal yang mengganggu keamanan

secara nasional. Ini tidak boleh terjadi.

Djuroto (2003:12) menyatakan bahwa selain 5W+H+S, satu lagi yang

masuk dalam persyaratan berita, yakni kebenaran. Artinya sebuah berita harus

benar. Karena banyak kejadian atau peristiwa atau pendapat orang yang

(dikira) merupakan fakta tetapi ternyata banyak mengandung kebohongan.

Padahal fakta merupakan data utama.

2.2.6 Unsur Berita

Menurut Djuroto (2003:13-25), untuk bisa membuat berita yang baik,

selain mengetahui pengertian dan persyaratan berita, harus pula memahami

unsur berita, yakni unsur-unsur yang harus terdapat dalam berita. Sebuah

berita harus dapat menarik perhatian pembaca. Unsur-unsur yang harus

diperhatikan dalam menulis berita adalah sebagai berikut.

1. Aktual atau baru (termasa)

Unsur aktual atau baru merupakan bagian penting agar berita kita dapat

menarik perhatian. Sesuatu yang baru, peristiwa yang baru terjadi,

kejadian yang masih hangat dibicarakan masyarakat lebih menarik,

dibandingkan dengan kejadian atau peristiwa yang sudah lama.


24

2. Jarak

Jauh dekatnya jarak yang terimbas pada berita merupakan unsur yang

perlu diperhatikan. Apabila kita membuat berita untuk kepentingan warga

kota, maka peristiwa yang terjadi di lingkungan kota, lebih menarik

perhatian daripada peristiwa di kota lain.

3. Terkenal (ternama)

Penting tidaknya perstiwa untuk diberitakan, tidak hanya terletak pada

besar kecilnya peristiwa, menarik atau tidaknya kejadian itu, tetapi juga

terkenal atau tidaknya subjek yang terkait pada peristiwa tersebut.

4. Keluarbiasaan

Kejadian atau peristiwa yang aneh dan luar biasa, selalu menarik

perhatian.

5. Akibat

Kejadian yang dapat menimbulkan akibat atau pengaruh biasanya menarik

perhatian masyarakat. Suatu kejadian yang mempunyai pengaruh atau

akibat, selalu menarik perhatian masyarakat karena menggugah sifat

egosentris manusia.

6. Ketegangan

Unsur ketegangan dijadikan dasar untuk membuat pembaca tetap

terangsang negikuti pemberitaan kita.

7. Pertentangan
25

Perang dan tinju merupakan gambaran dari suatu pertentangan bahkan

sampai dengan mengadu fisik. Perang dan tinju merupakan berita yang

banyak dibaca oleh masyarakat, karena menimbulkan pertentangan yang

dapat menarik perhatian masyarakat.

8. Seks

Masalah seks, ternyata juga dapat menarik perhatian. Seks dapat

menimbulkan rangsangan tersendiri. Itulah sebabnya pemberitaan tentang

seks banyak diminati.

9. Kemajuan

Pemberitaan tentang kemajuan selalu menarik, karena semua manusia

ingin maju.

10. Human Interest

Human interst di sebut juga satu kehidupan yang menarik. Kehidupan

yang menarik pada penampilan berita, merupakan rangsangan tersendiri

bagi pembaca. Ini dikarenakan sifat manusia yang selalu ingin mengetahui

yang aneh dan menarik.

11. Emosi (perasaan)

Emosi merupakan salah satu sifat manusia yang didahului dengan rasa

simpati. Simpati yang ditimbulkan oleh suatu berita, selalu menarik

perhatian pembaca
26

12. Humor

Sesuatu yang lucu biasanya menyenangkan. Humor yang ringan yang

dapat merangsang pembaca untuk ikut tertawa merupakan bagian dari sisi

pembuatan berita agar disenangi.

2.2.7 Bahasa Berita

Pada dasarnya bahasa berita tidak berbeda dengan Bahasa

Indonesia yang kita gunakan sehari-hari. Siregar (1987: 138), ciri khas

bahasa berita terletak pada kata, kalimat, dan isi pernyataan.

a. Kata

Ciri khas kosakata dalam jurnalistik adalah: 1) mudah dimengerti,

artinya setiap kata yang digunakan itu mudah dipahami pembaca dan

pendengar; 2) dinamis, artinya, kata yang ditampilkan haris memberi arti

yang lebih hidup, bersemangat, sesuai dengan kondisi dan situasi

pernyataan yang disampaikan; 3) demokratis, artinya, setiap kata yang

ditampilkan harus bermakna satu dan dapat diterima oleh orang banyak

sejauh media itu sampai; 4) kata yang tepat, artinya, sesuai dengan

kebutuhannya.

b. Kalimat

Kalimat yang digunakan dalam berita adalah kalimat yang baik,

praktis, sederhana dengan kata yang secukupnya saja. Tidak berlebihan,

mubasir, dan berbunga-bunga.


27

c. Isi Pernyataan

Isi pernyataan yang dimaksud adalah cara penyampaian yang akan

disampaikan kepada pembaca. Isi pernyataan yang baik terdapat pedoman

dalam kalimat, yaitu: 1) kesatuan pikiran, setiap kalimat harus

mengandung kesatuan pikiran, satu ide yang utuh, antara pokok yang satu

dengan yang lain harus mempunyai kaitan; 2) Koherensi, atinya terdapat

hubungan yang jelas antara unsur yang membentuk kalimat; 3)

penekanan, artinya, setiap pikiran dalam kalimat mendapat tekanan sesuai

dengan maksud pernyataan; 4) variasi, artinya terdapat variasi

penggunaan kata dan kalimat yang sampai digunakan kata atau kalimat

yang diulang-ulang; 5) paralelisme, artinya, kesamaan letak penekanan

pada setiap kalimat yaitu di awal, di tengah, maupun di akhir; 6) logika,

artinya semua dituliskan dengan pemikiran yang logis, wajar, dan apa

adanya.

2.2.8 Sifat Berita

Berita, baik untuk surat kabar, radio, maupun televisi memiliki tiga

sifat yang harus dipenuhi, Menurut Djuroto (2003:27) tiga sifat tersebut yaitu:

a. Mengarahkan, artinya berita yang kita buat harus mampu mengarahkan

perhatian pembaca, pendengar atau pemirsa sehingga mengikuti alur

pemikiran kita.

b. Menumbuhkan atau membangkitkan semangat, artinya berita harus dapat

memberi rangsangan, dorongan, dan semangat bagi pembacanya.


28

c. Berita yang bersifat memberi penerangan, artinya berita harus mampu

memberi penerangan kepada masyarakat. Memberi penerangan di sini

maksudnya adalah memberikan penjelasan atau contoh-contoh kejadian

yang tidak baik agar tidak ditiru oleh masyarakat.

2.2.9 Jenis dan Macam Berita

Menurut Djuroto (2003: 38), jenis berita dilihat dari penyajiannya ada

tiga macam, yaitu sebagai berikut.

1. Berita Selebaran

Berita selebaran dalam bahasa asing disebut news bulletin. Berita bulletin

adalah berita yang disiarkan secara kilat atau cepat. Biasanya berita yang

bersifat hangat dan singkat, penyajiannya sangat terikat dengan waktu.

Jenis berita ini penyajiannya terikat oleh waktu. Berita aitu makin cepat

disiarkan akan menjadi baik. Yang termasuk dalam kategori bulletin antara

lain:

a. Berita keras : Berita yang biasanya tidak menyenangkan. Misalnya

tentang kekerasan, kesengsaraan, dan lain-lain.

b. Berita lunak : Berita yang menyenangkan. Misalnya pemberian

gelar, keberhasilan seseorang, dan lain-lain.

c. Berita singkat : Berita yang memiliki nilai tinggi. Karena itu

penyajiannya secara langsung hanya pada inti berita

saja
29

d. Berita pendek : Berita yang amat penting dan menarik untuk

diberitakan justru pada saat berita itu masih jadi

pembicaraan masyarakat luas.

e. Berita sisipan : Berita yang memiliki nilai tinggi serta dinantikan oleh

masyarakat luas.

2. Berita Majalah

Berita majalah adalah jenis berita yang penerbitannya secara berkala dan

teratur. Misalnya majalah mingguan, dua mingguan atau bulanan. Yang

termasuk dalam kelompok berita majalah antara lain:

a. Feature : Sesuatu uraian berita dalam ruang lingkup satu

pokok yang merupakan pendalaman tema tersebut,

yang dilihat dari berbagai segi latar belakang

perkembangan berita tersebut.

b. Human Interes : Uraian berita tentang sesuatu yang dapat menyentuh

rasa kemanusiaan.

c. Berita Ringan : Uraian berita tentang sesuatu yang dapat menyentuh

rasa kemanusiaan.

d. Berita Nyata : Uraian berita yang secara sistematis memiliki

kepekaan dalam ruang lingkup yang sejenis dan

tidak perlu terikat pada keadaan baru dan lamanya

berita.
30

e. Analisis Berita : Berita yang disusun atas dasra data dan fakta serta

keseimbangan analisis tanpa ditambahi pendapat

pribadi baik secara langsung ataupun secara tidak

langsung.

3. Berita Penerangan.

Berita penerangan adalah berita yang mengandung penjelasan lebih lanjut

dari suatu berita yang telah disiarkan, atau penjelasan yang bertitik tolak

dari berita yang sudah disajikan tetapi sangat terkait dengan waktu.

2.2.10 Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

diharapkan selalu mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Peranan guru

dalam menentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh diktatik metodik

“apa yang akan dipelajari” saja, tetapi pada “bagaimana menyediakan dan

memperkaya pengalaman belajar anak.” Pengalaman belajar diperoleh melalui

serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif lingkungan alam,

lingkungan sosial, dan lingkungan buatan, serta berkonsultasi dengan nara

sumber lain (Depdiknas 2002:1).

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar di mana

menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan keluarga dan

masyarakat. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk


31

memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta

menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjang (Nurhadi 2003:4)

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan

melibatkan komponen kontruktivisme, bertanya, menirukan, masyarakat

belajar, pemodelan, dan penilaian yang sebenarnya. Dengan konsep seperti itu,

hasil belajar diharapkan akan lebih bermakna bagi siswa karena proses

pembelajaran akan berlangsung secara alamiah.

Pembelajaran Kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang

dialaminya, siswa akan menjadi peserta aktif bukan pengamat yang pasif dan

bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pembelajaran kontekstual

menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan

pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus

memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru (Nurhadi

2003:19).

Karakteristrik pembelajaran berbasis kontekstual adalah (1) kerja

sama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan, tidak membosankan; (4)

belajar dengan gairah; (5) pembelajaran terintegerasi; (6) menggunakan

berbagai sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing dengan teman; (9) siswa kritis

guru kreatif; (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya

siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain; (11) laporan kepada
32

orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum,

karangan siswa, dan lain-lain (Depdiknas 2001 : 20-21).

Blanchard (2001 dalam Depdiknas 2004:48) mengembangkan strategi

pembelajaran metode kontekstual dengan: 1) menekankan pemecahan

masalah; 2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi

dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan; 3)

mengajarkan siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri

sehingga menjadi mandiri; 4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan

siswa yang berbeda-beda; 5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama

teman dan belajar bersama; dan 6) menerapkan penilaian autentic.

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching

Learning) menawarkan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa

dalam belajar lebih bermakna dan menyenangkan. Strategi yang ditawarkan

dalam CTL ini diharapkan dapat membantu siswa aktif dan kreatif. Untuk itu,

dalam menjalankan strategi ini, guru dituntut lebih kreatif.

Dalam strategi pembelajaran kontekstual ini ada tujuh komponen

utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di

kelas. Menurut Nurhadi (2003:31), ketujuh komponen utama itu adalah

konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan

(Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan

(Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic

Assessment).
33

Dari ketujuh komponen yang ada di dalam pembelajaran kontekstual,

dalam penelitian ini peneliti menggunakan komponen pemodelan untuk

meningkatkan keterampilan menulis teks berita pada siswa kelas VIIIA SMP

Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang. Pembelajaran dalam keterampilan

menulis teks berita ini mengacu pada pembelajaran kontekstual yang

mempunyai ciri-ciri, yaitu kerja sama, saling menunjang, menyenangkan,

tidak membosankan, belajar dengan gairah, menggunakan berbagai sumber,

siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis guru kreatif, dinding kelas dan

lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel,

humor, dan lain-lain.

2.2.11 Komponen Modeling (Pemodelan)

Salah satu komponen pembelajaran kontekstual adalah komponen

modeling (pemodelan). Komponen pemodelan pada pembelajaran maksudnya

yaitu bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan berbahasa atau

keterampilan tertentu ada model yang ditiru. Menurut Nurhadi dan Senduk

(2003:49) Pemodelan pada dasarnya membahas gagasan yang dipikirkan,

mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk

belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya

melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh

tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa

cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan

bahasa Inggris, dan sebagainya.


34

Dalam pendekatan kontekstual komponen pemodelan, guru bukan

satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang

siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya caara melafalkan suatu

kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah lomba baca puisi atau

memenangkan kontes berbahasa Inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk

mendemostrasikan keahliannya. Siswa “ contoh” tersebut sebagai “standar”

kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat didatangkan dari luar.

Seorang penulis asli berbahasa Inggris, sekali waktu dapat dihadirkan di

kelas untuk menjadi “model” cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh

ketika berbicara dan sebagainya (Nurhadi dan Senduk 2003:50).

Menurut Tarigan dan Tarigan (1986:194), pemodelan pada

pembelajaran yaitu bahwa pembelajaran, guru mempersiapkan suatu karangan

model yang akan dijadikan sebagai model atau contoh dalam menulis

karangan baru. Karangan tidak sama persis dengan karangan model. Struktur

memang akan sama, tetapi berbeda isinya.

Dengan demikian dalam pembelajaran menulis teks berita misalnya,

guru akan menghadirkan contoh teks berita yang diambil dari surat kabar

kepada siswa saat pembelajaran. Sehingga sebelum mengerjakan tes menulis

teks berita siswa sudah meengetahui hal-hal yang berkaitan dengan teks berita.

Dengan demikian, hasil teks berita siswa baik dan benar, dan memenuhi syarat

penulisan teks berita. Kemudian untuk pembelajaran selain menulis teks

berita, guru dapat memberi contoh cara mengerjakan sesuatu atau memberi

model cara belajar sebelum melaksanakan tugas, sehingga siswa dapat


35

mengamati atau meniru. Namun demikian, tentunya guru bukan satu-satunya

model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, dan model dapat

pula dihadirkan dari luar.

2.2.12 Metode Pembelajaran Menulis

Menurut Jupp dan Milne (1978 dalam Subyantoro dan Hartono

2003:8), dalam pengajaran menulis dalam tahap awal dapat dengan metode

menulis terbimbing. Langkah-langkah pengajaran (1) memperkenalkan

subjek; (2) memperkenalkan struktur yang akan dilatihkan; (3) latihan struktur

secara lisan dan intensif; (4) membacakan contoh karangan; (5) latihan

menulis struktur; (6) meneliti karangan; (7) menulis karangan.

Kemudian Ardiana, dkk. (2002 dalam Subyantoro dan Hartono 2003 :

8) memberikan alternatif lain untuk menulis terbimbing, yang tahap-tahapnya

adalah (1) tahap berbicara menulis, tahap ini merupakan tahap pramenulis,

pada tahap ini siswa diajak mendiskusikan topik tulisan; (2) tahap menyimak

menulis, pada tahap ini siswa akan memperoleh kertas dari guru yang harus

diisi tentang komentar mereka mengenai karangan temannya serta membuat

koreksi yang dianggap perlu. Setelah itu mereka harus berlatih lagi tentang

struktur dan kosa kata yang berkaitan dengan subjek yang ditulisnya.

Akhirnya mereka meenuliskan ringkasan yang berkaitan dengan karangannya;

(3) diskusi berpasangan, sesudah diskusi kelas, siswa melanjutkan diskusinya

secara berpasangan; (4) menulis karangan, siswa disuruh menulis karangan

sesuai dengan kerangka yang telah didiskusikan. Mereka mencoba


36

mengerjakannya sendiri dan tidak diperkenankan mengutip sumber-sumber

lain, (5) proses penguatan, setelah karaangan diserahkan dan diperiksa guru,

guru harus memberikan penguatan. Kesalahan yang sekiranya dapat

dibetulkan oleh siswa, guru tidak perlu membetulkannya. Guru cukup

memberikan tanda lingkaran pada bentuk atau kata yang dianggap salah.

Sedangkan Akhadiah, dkk. (1997:6), mengungkapkan bahwa

metode menulis meliputi tiga tahap yaitu prapenulisan, tahap penulisan, dan

tahap revisi. Tahap prapenulisan yaitu tahap memikirkan dan mengerjakan

berbagai kegiatan sebelum kegiatan menulis yang sebenarnya. Tahap ini

meliputi pemilihan topik, pembatasan topik, penentuan judul, penentuan

tujuan, dan pengembangan topik. Pemilihan topik, berarti menetukan hal yang

harus dibahas dalam tulisan, dalam meenentukan topik harus

mempertimbangkan (1) topik itu ada bermaanfaatnya; (2) topik itu menarik

bagi penulis; (3) topik itu dikenal. Pembatasan topik, penulis harus membatasi

topik yang akan dibahas agar dalam pengembangannya tidak terlalu luas.

Penentuan judul, judul ditentukan di akhir kegiatan menulis hanya saja agar

kegiatan menulis lebih terpadu, akan lebih baik jika judul ditentukan lebih

dahulu. Judul harus sesuai dengan topik, judul harus menjiwai seluruh

karangan. Penentuan tujuan, setiap tulisan pasti mempunyai tujuan, tujuan

tulisan biasanya tercermin lewat ragam karangan. Pengembangan topik, topik

yang dipilih kemudian dikembangkan menjadi sebuah karangan. Cara yang

dapat dilakukan dalaam pengembangan topik adalah (1) mempersiapkan

para siswa menuliskan apa saja yang ada dalam benak mereka tentang topik
37

tersebut; (2) setelah terkumpul beberapa kalimat pengembangan, urutkanlah

kalimat itu berdasarkan urutan kepentingannya; (3) dari setiap butir

kembangkan lagi atas butir-butir yang lebih detil sehingga diperoleh gambaran

yang semakin jelas; (4) setelah semua terkumpul para siswa tinggal menulis.

Tahap penulisan, yaitu tahap siswa diingatkan pada berbagai bentuk

karangan untuk mengembangkan karangan. Cara-cara pengembangan

paragraf, apakah paragraf deduktif, induktif, ataukah campuran. Diingatkan

pula mengenai koherensi atau hubungan antar paragraf. Dengan demikian,

pada pelaksanaan menulis ini siswa berkreasi secara multi sistem. Artinya,

mereka memanfaatkan segala pengetahuan yang telah mereka miliki tentang

penulisan.

Tahap revisi, yaitu pemeriksaan hasil karangan. Dalam taraf latihan,

tulisan yang dibuat siswa tidak mungkin sempurna. Oleh karena itu siswa

dipersilakan untuk memeriksa kembali hasil tulisan mereka, mulai dari pilihan

kata, tanda baca, penggunaan kalimat efektif, dan sistematika karangan yang

tidak tepat. Kegiatan pemeriksaan ini dilakukan oleh siswa itu sendiri dengan

bantuan guru. Dengan tahap-tahap ini, tidak berarti bahwa kegiatan-kegiatan

penulisan dilakukan secara terpisah-pisah.

Metode-metode menulis karangan yang diungkapkan oleh Juup

dan Milne (1978) dan Akhadiah (2002) (dalam Subyantoro dan Hartono

2003:8) ini diharapkan untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis

karangan di sekolah-sekolah. Kegiatan yang semacam ini akan menghasilkan

sebuah karangan yang memuaskan. Sebab dengan langkah-langkah semacam


38

ini siswa akan dibawa kepada pengertian dan proses yang sebenarnya. Mereka

akan sadar bahwa untuk menulis dengan baik dibutuhkan kerja keras

dan dibutuhkan pula kerja sama dengan teman atau guru mereka. Disinilah

guru berperan. Guru dapat memberikan arahan, bimbingan, dorongan, dan

motivasi agar siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Untuk menunjang

kegiatan semacam itu, pihak sekolah bisa berperan aktif mengupayakan

penyediaan sarana penunjang seperti majalah, proyek ilmiah popular, lomba

menulis dan sebagainya dapat memberikan kesempatan siswa berlomba untuk

berkarya mengekspresikan potensi dirinya.

2.2.12 Pembelajaran Menulis Teks Berita dengan Pembelajaran

Kontekstual Komponen Pemodelan

Kegiatan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran ini adalah

tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses

pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan

pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Setelah siswa siap menerima pelajaran menulis teks berita,

pembelajaran langsung dilaksanakan. Siswa dibentuk dalam beberapa

kelompok, kemudian ditugaskan untuk merumuskan masalah tentang apa

dan bagaimana teks berita. Guru membagikan contoh teks berita kepada

masing-masing kelompok untuk diamati dan dipelajari. Dalam mengamati

model tersebut, siswa dituntut untuk menemukan hal-hal yang berkaitan


39

dengan masalah yang dirumuskan, kemudian berdiskusi dengan

kelompoknya. Unsur-unsur tentang teks berita yang telah mereka temukan

dari contoh atau model mereka analisis dan dituliskan pada kertas dan

dibacakan di depan kelas ntuk mendapatkan masukan dari teman dan guru.

Setelah disajikan di depan kelas, hasilnya ditempelkan di dinding kelas agar

siswa dari kelompok lain dapat membacanya.

Kegiatan yang selanjutnya adalah siswa menulis teks berita dengan

tema bebas yang sesuai denga realita yang ada. Mereka dapat membuat teks

berita dengan mengingat berita-berita yang ada di televisi atau berita yang ada

di surat kabar. Teks berita yang telah ditulis disajikan di depan kelas untuk

ditanggapi teman yang lain. Berdasarkan masukan teman dan guru, siswa

melakukan perbaikan terhadap teks berita yang telah ditulis. Agar hasil

karyanya dapat dilihat oleh teman-temannya yang lain, teks berita yang telah

dibuat ditempelkan di dinding kelas. Hasil tulisan siswa yang berupa teks

berita dinilai oleh guru untuk mengetahui sampai di mana keterampilan siswa

dalam menulis teks berita.

2.3 Kerangka Berpikir

Keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1

Kajoran Kabupaten Magelang belum memuaskan. Hal ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Faktor itu diantaranya dari siswa itu sendiri, maupun strategi

pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pemilihan strategi dalam

pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar. Selama ini
40

pembelajaran teks berita yang dilakukan oleh guru masih dengan strategi

ceramah dan pemberian contoh secara lisan. Hal ini menyebabkan siswa tidak

memiliki contoh konkrit, sehingga siswa kesulitan dalam menuangkan idenya

dalam menulis teks berita.

Dengan munculnya permasalahan tersebut, peneliti menggunakan

penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua

siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanan, tindakan,

observasi, dan refleksi.

Silkus I dimulai dengan tahap Perencanaan, yaitu berupa rencana

kegiatan menentukan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk

memecahkan masalah. Pada tahap tindakan, peneliti melakukan tindakan

sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan adalah

mengadakan proses pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan

kontekstual elemen modeling. Tahap observasi dilakukan ketika proses

pembelajaran berlangsung. Hasil yang diperoleh dalam pembelajaran

kemudian direfleksi. Kelebihan yang diperoleh dalam siklus I dipertahankan,

sedangkan kelemahan yang ada dicarikan pemecahannya dalam siklus II.

Setelah perencanaan pada siklus II diperbaiki, tahap berikutnya yaitu

tindakan, dan observasi dilakukan sama dengan siklus I. Hasil yang diperoleh

pada tahap tindakan dan observasi pada siklus II kemudian direfleksi untuk

menentukan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam proses

pembelajaran. Hasil tes siklus I dan siklus II kemudian dibandingkan dalam

hal pencapaian nilai. Hal ini digunakan untuk mengetahui peningkatan


41

keterampilan menulis teks berita dengan pembelajaran kontekstual komponen

pemodelan.

Kerangka berpikir digambarkan dengan bagan 1 sebagai berikut.

Tindakan Latihan Menulis


- mengamati model
- menemukan unsur teks
berita
- menuliskan teks berita
- presentasi di depan kelas

Pembelajaran
Kontekstual Komponen
Pemodelan
Masalah

Kurang
terampil Terampil
menulis Siklus I Hasil Siklus I menulis
teks teks berita
berita Siklus II Hasil Siklus II

Analisis data
yang akan
Refleksi :
dijadikan hasil
kelemahan
penelitian
dicari dan
dicarikan
penyelesaiann Koreksi
untuk siklus II. Bersama
Kelebihan Memperbaiki
dipertahankan kelemahan
siklus I dan
kelebihan
siklus I
dipertahankan
42

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah keterampilan menulis teks berita dan tingkah laku siswa kelas VIIIA SMP

Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang akan meningkat dan terjadi perubahan

tingkah laku jika menggunakan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan. Siklus ini terdiri atas

empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat

komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Jika siklus I nilai rata-rata belum

mencapai target yang telah ditentukan, akan dilakukan tindakan siklus II.

Bagan 2. Siklus PTK

P RP

OBA
Siklus Siklus
R T R II
T

O O

Keterangan:
OBA : Observasi Awal
P : Perencanaan
T : Tindakan
O : Observasi
R : Refleksi
RP : Revisi Perencanaan.
Berdasarkan gambar di atas peneliti melaksanakan dua siklus, yaitu

siklus I dan siklus II.


44

3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran menulis

teks berita. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah menyusun rencana

pembelajaran, membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar

observasi, wawancara, jurnal, dan model yang akan digunakan dalam

pembelajaran, menyiapkan perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan

pedoman penskoran.

2. Tindakan

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah

dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah

pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan. Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar mengajar, yaitu

apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.

Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses

pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan

pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran menulis teks

berita dilaksanakan. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 2 orang,

siswa diberikan contoh berita yang ditayangkan di televisi berupa CD selama


45

kurang lebih 15 menit untuk illustrasi, tugas yang akan dibuat yaitu tentang

unsur-unsur teks berita dan jenis-jenis berita, membuat teks berita yang aktual.

Siswa berdiskusi membahas masalah yang terjadi di dalam tayangan televisi.

Langkah selanjutnya adalah guru membagikan contoh teks berita kepada

masing-masing kelompok untuk diamati dan dipelajari. Dalam mengamati

model tersebut, siswa diminta menemukan unsur-unsur yang ada dalam teks

berita seperti 5W + H, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya. Unsur-

unsur teks berita yang telah mereka temukan dari contoh atau model mereka

analisis dan dituliskan pada kertas dan dipresentasikan di depan kelas untuk

mendapatkan masukan dari teman dan guru.

Kegiatan selanjutnya adalah siswa secara individu diberikan model

baru untuk dicari unsur-unsurnya dan menulis teks berita dengan singkat,

padat, dan jelas, dengan tema bebas yang sesuai dengan realita atau kenyataan

yang ada. Mereka dapat membuat teks berita dengan mengingat berita-berita

yang terdapat di televisi atau di surat kabar. Hasil tulisan siswa yang berupa

teks berita dinilai oleh guru untuk mengetahui sampai di mana keterampilan

siswa dalam menulis teks berita.

3. Observasi

Observasi adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa selama

penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh

guru pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Sasaran yang diamati meliputi

kerja sama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas,


46

keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, keseriusan

mengamati model, dan sikap/ tanggapan siswa terhadap teknik pembelajaran.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan jurnal kepada

siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap

pembelajaran yang baru saja dilakukan, baik terhadap materi, teknik maupun

cara mengajar guru.

4. Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan, selanjutnya peneliti melakukan refleksi.

Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan nontes siklus I dengan

tujuan mengetahui hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Dari hasil refleksi

tersebut dapat disusun rencana untuk siklus II. Masalah-masalah pada siklus I

dicari pemecahannya, sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan

ditingkatkan.

3.1.2 Prosedur Tindakan pada Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap Perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana

pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan. Dalam tahap ini

kekurangan-kekurangan yang terjadi tahap siklus I diperbaiki. Guru juga

menyiapkan soal tes dan nontes untuk siklus II dan mengkoordinasikan

kembali dengan guru mata pelajaran.


47

2. Tindakan

Tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan tindakan pada siklus I.

Pada tahap ini guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada

penulisan teks berita yang telah dibuat siswa. Kemudian siswa diberi

bimbingan dan arahan agar dalam pelaksanaan kegiatan menulis teks berita

pada siklus II akan menjadi lebih baik. Kegiatan dalam siklus II adalah

apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.

Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses

pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan,

manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran,

dan memotivasi siswa untuk semakin lebih baik dalam menulis teks berita.

Guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang telah siswa lakukan dan

memberikan penjelasan tentang cara memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam

menulis teks berita.

Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran menulis teks

berita dilaksanakan. Siswa secara berkelompok, kemudian merumuskan

masalah tentang apa dan bagaimana teks berita itu. Setiap kelompok

diwajibkan untuk mencari dan mengamati surat kabar sebagai model

pembelajaran. Dalam mengamati model surat kabar tersebut, siswa diminta

menemukan unsur-unsur yang ada dalam teks berita seperti 5W + H pada

salah satu berita, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya. Unsur-unsur teks

berita yang telah mereka temukan dari contoh atau model mereka analisis dan
48

dituliskan pada kertas dan dipresentasikan di depan kelas untuk mendapatkan

masukan dari teman dan guru.

Kegiatan selanjutnya adalah siswa secara individu diberikan model

baru untuk dicari unsur-unsurnya dan menulis teks berita dengan singkat,

padat, dan jelas, dengan tema bebas yang sesuai dengan realita atau kenyataan

yang ada. Mereka dapat membuat teks berita dengan mengingat berita-berita

yang terdapat di televisi atau di surat kabar. Hasil tulisan siswa yang berupa

teks berita dinilai oleh guru untuk mengetahui sampai di mana keterampilan

siswa dalam menulis teks berita.

3. Observasi

Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, siswa tetap

diamati. Pengamatan dilakukan untuk peningkatan hasil tes dan perilaku

siswa. Observasi ini adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa

selama penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu

oleh guru pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia seperti pada siklus pertama.

Sasaran yang diamati meliputi kerja sama dengan kelompoknya, keaktifan

dalam mengerjakan tugas, keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti

pembelajaran, keseriusan mengamati model, dan sikap/tanggapan siswa

terhadap teknik pembelajaran.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan jurnal kepada

siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap


49

pembelajaran yang baru saja dilakukan, baik terhadap materi, teknik maupun

cara mengajar guru.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan model

dalam pembelajaran menulis teks berita, untuk melihat peningkatan

keterampilan menulis teks berita dan mengetahui perubahan perilaku siswa

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks berita siswa

kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang tahun pengajaran

2004/2005. Kelas VIIIA terdiri atas dari 41 siswa. Kelas ini dipilih karena

kemampuan menulis tes berita masih rendah atau nilai yang telah dicapai belum

memuaskan dan kelas ini memiliki kemampuan menulis yang lebih rendah dari

kelas lainnya. Hal tersebut dikarenakan (1) tidak banyak dari siswa yang

mempunyai prestasi tinggi di kelas tersebut; (2) kelas VIIIA adalah penggolongan

dari siswa yang berprestasi sedang; (3) tidak banyak dari siswa yang memiliki

hobby menulis.
50

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang diungkap dalam penelitian ini adalah variabel

peningkatan keterampilan menulis teks berita dan variabel penggunaan

pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.

3.3.1 Variabel Keterampilan Menulis Teks Berita

Variabel keterampilan menulis teks berita merupakan keterampilan

siswa dalam menulis teks berita, yaitu suatu penyusunan teks berita yang

mengandung unsur-unsur dalam berita. Target keterampilan yang diharapkan

adalah siswa mampu menulis teks berita sesuai dengan aspek penilaian. Aspek-

aspek tersebut adalah (1) kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H); (2)

keruntututan pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami); (3)

penggunaan kalimat (singkat dan jelas); (4) kosakata yang digunakan bahasa

sehari-hari; (5) kemenarikan judul; dan (6) ketepatan penggunaan ejaan dalam

berita (Depdiknas 2003e: 67). Dengan pembelajaran menulis teks berita ini

diharapkan dapat memenuhi target keterampilan menulis para siswa kelas VIIIA

SMP N 1 Kajoran Kabupaten Magelang dan perubahan tingkah laku setelah

pembelajaran.
51

3.3.2 Variabel Penggunaan Pembelajaran Kontekstual Komponen

Pemodelan

Variabel pembelajaran kontekstual komponen pemodelan adalah

pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan. Langkah-langkah pembelajarannya adalah siswa berkelompok,

kemudian masing-masing kelompok mendapatkan contoh teks berita. Siswa

mengamati model/contoh teks berita tersebut kemudian berusaha sendiri

menemukan unsur-unsur yang ada dalam teks berita, seperti apa, siapa, kapan, di

mana, mengapa, dan bagaimana. Apa yang mereka temukan kemudian

didiskusikan dengan kelompoknya. Setelah berdiskusi hasilnya ditulis di selembar

kertas lalu disajikan di depan kelas untuk didiskusikan bersama-sama dan

mendapat tanggapan atau masukan dari kelompok lain. Berdasarkan masukan dari

teman dan guru, siswa melengkapi pekerjaannya lalu ditempelkan di dinding.

Kegiatan selanjutnya adalah siswa menulis teks berita dengan kriteria

bebas/peristiwa yang sedang aktual. Saat menulis teks berita dapat berdiskusi

dengan temannya atau bertanya hal-hal yang kurang dipahami kepada guru.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan bentuk instrumen tes dan nontes.

3.4.1 Tes

Penelitian ini diawali dengan pelaksanaan tes awal atau pretes untuk

mengetahui pengetahuan dan kemampuan siswa tentang teks berita. Pada tes awal
52

ini siswa juga menulis teks berita untuk mengetahui keterampilan siswa menulis

teks berita. Setelah proses pembelajaran, diadakan tes menulis teks berita. Tes ini

dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan siswa tentang

menulis teks berita setelah mengikuti proses pembelajaran.

Ada enam aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian, yaitu (1)

kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H); (2) keruntututan pemaparan (isi

urut dan jelas sehingga mudah dipahami); (3) penggunaan kalimat (singkat dan

jelas); (4) kosakata yang digunakan bahasa yang tepat; (5) kemenarikan judul; dan

(6) ketepatan penggunaan ejaan dalam berita (Depdiknas 2003e: 67).

Tabel 1 Skor Penilaian

No Aspek Penilaian Skor Maksimal

1 Kelengkapan isi berita 30

2 Keruntututan pemaparan 15

3 Penggunaan kalimat 15

4 Kosakata yang digunakan adalah bahasa yang 15


tepat

5 Kemenarikan judul 10

6 Ketepatan penggunaan ejaan dalam berita 15

Jumlah 100
53

Pada tabel berikut dapat dilihat aspek-aspek yang dinilai dengan

rentang skor dan kategori penilaian.

Tabel 2. Kriteria Penilaian Teks Berita


No Aspek Penilaian Skor Kategori
1 Kelengkapan isi berita
(mengandung 5W + H)
a. lengkap, terdapat 6 unsur 30 sangat baik
b. cukup lengkap, terdapat 5 25 baik
unsur
c. kurang lengkap, terdapat 4 10 cukup
unsur
d. tidak lengkap, kurang dari 4 15 kurang
unsur
2 Keruntututan pemaparan
a. urut dan jelas sehingga 15 sangat baik
mudah dipahami
b. tidak urut, jelas, tetapi 10 baik
mudah dipahami
c. urut, kurang jelas, tetapi 5 cukup
dapat dipahami
d. tidak urut, tidak jelas, dan 3 kurang
kurang dapat dipahami

3 Penggunaan kalimat
a. singkat dan jelas 15 sangat baik
b. tidak terlalu panjang tetapi 10 baik
jelas (berputar-putar)
c. panjang dan kurang jelas 5 cukup
d. tidak jelas dan terlalu panjang 3 kurang

4 Kosakata
a. tepat dan mudah dipahami 15 sangat baik
b. terdapat kata yang tidak dapat 10 baik
dipahami
c. terdapat kata yang tidak lazim 5 cukup
dipakai
d. tidak dapat dipahami 3 kurang

5 Kemenarikan judul
a. sangat menarik 10 sangat baik
b. cukup menarik 8 baik
c. kurang menarik 6 cukup
d. tidak menarik 4 kurang
54

Lanjutan tabel 2

No. Aspek Penilaian Skor Kategori


6 Ketepatan penggunaan ejaan
dalam berita
a. sesuai dengan EYD 15 sangat baik
b. sedikit kesalahan tidak 10 baik
merubah ide
c. sedikit kesalahan tetapi 5 cukup
merubah ide
d. banyak kesalahan 3 kurang

Keterangan pedoman penilaian menulis teks berita sebagai berikut.

1. Kelengkapan Unsur-Unsur Teks Berita

a. lengkap : semua unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam teks

berita ada

b. cukup lengkap : 5 unsur yang tercantum

c. kurang lengkap : 4 unsur yang tercantum

d. tidak lengkap : kurang dari 4 unsur yang tercantum atau tidak lengkap

2. Keruntututan Pemaparan

a. urut dan jelas : sederhana, mudah dipahami, berirama/dinamis,

semua ide tersampaikan

b. tidak urut, jelas : jalan cerita dalam teks berita tidak runtut

(beriama/dinamis), tetapi jelas dan mudah

dipahami

c. urut, kurang jelas : jalan cerita dalam teks berita runtut, tetapi kurang

dapat dipahami

d. tidak urut, tidak jelas : jalan cerita dalam teks berita tidak runtut, dan tidak

jelas serta tidak dapat dipahami


55

3. Penggunaan Kalimat

a. singkat dan jelas : penyusunan kalimat singkat dan jelas

b. tidak terlalu panjang tetapi jelas: penyusunan kalimat tidak terlalu panjang

dan jelas

c. panjang dan kurang jelas : penyusunan kalimat panjang dan kurang

jelas

d. tidak jelas dan terlalu panjang : penyusunan kalimat tidak jelas dan terlalu

panjang

4. Kosakata

a. tepat dan mudah dipahami : kata-kata merupakan bahasa

yang tepat, dinamis dan

demokratis (bermakna satu),

dan mudah dipahami

b. terdapat kata yang tidak baku : terdapat kata yang tidak baku

dan kurang dapat dipahami

c. terdapat kata yang tidak lazim dipakai : terdapat kata yang tidak boleh

atau tidak lazim digunakan

d. tidak dapat dipahami : kata-kata yang digunakan tidak

dapat dipahami

5. Kemenarikan Judul

a. sangat menarik : judul yang digunakan sangat relevan dan selaras

dengan isi informasi yang disajikan dan

merangsang untuk dibaca


56

b. cukup menarik : judul yang digunakan cukup relevan dengan isi

informasi dan kurang menarik untuk dibaca

c. kurang menarik : judul yang digunakan kurang relevan dengan isi

informasi dan kurang menarik untuk dibaca

d. tidak menarik : judul yang digunakan tidak relevan dengan isi

informasi dan tidak menarik untuk dibaca

6. Ketepatan Penggunaan Ejaan dalam Berita

a. sesuai dengan EYD : tidak ada kesalahan EYD

b. terdapat sedikit kesalahan : kesalahan tidak merubah ide dan gagasan.

c. terdapat sedikit kesalahan : kesalahan merubah salah satu ide dan

gagasan.

d. tidak terbaca dan tidak rapi : kesalahan merubah semua ide dan gagasan

yang disampaikan.

Dari pedoman di atas, guru dapat mengetahui kemampuan menulis

teks beriata siswa berhasil mencapai kategori sangat baik, baik, cukup, dan

kurang.

Tabel 3 Penilaian Keterampilan Menulis Teks Berita

No Kategori Rentang Skor


1. Sangat baik 85-100

2. Baik 70-84

3. Cukup baik 55-69

4. Kurang baik 0-54


57

3.4.2 Nontes

Bentuk instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan jurnal.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan mengamati tingkah laku dan respons siswa

selama proses pembelajaran. Aspek yang diamati dalam penelitian ini meliputi

kerja sama dengan kelompoknya atau teman, keaktifan dalam mengerjakan tugas,

keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sharing dengan

teman, sikap siswa terhadap model yang disajikan/keseriusan mengamati model,

sikap atau tanggapan siswa terhadap teknik pembelajaran, pembelajaran

menyenangkan.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang

pembelajaran menulis teks berita. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang nilai

tesnya tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara ini untuk mengetahui minat siswa

terhadap pembelajaran menulis, khususnya menulis teks berita, untuk mengetahui

permasalahan/kesulitan yang dialami siswa dalam menulis teks berita, tanggapan

mengenai pembelajaran, tanggapan mengenai model yang disajikan, perasaan

ketika menulis teks berita, keinginan siswa dalam pembelajaran menulis teks

berita, dan saran pembelajaran menulis teks berita dengan pembelajaran

kontekstual komponen pemodelan. Dari wawancara ini juga digali saran siswa

untuk memperbaiki pembelajaran dan saran perbaikan model.


58

3. Jurnal

Jurnal digunakan untuk mendapatkan data tentang respons siswa sebagai

subjek penelitian selama proses pembelajaran. Jurnal dibuat ada dua macam yaitu

jurnal peneliti/guru. Jurnal siswa diisi oleh siswa, sedangkan jurnal guru diisi oleh

guru. Jurnal siswa berisi tentang kesan dan pesan siswa, siswa memberikan

respons positif atau negatif terhadap pembelajaran menulis teks berita

menggunakan pendekatan kontesktual komponen pemodelan. Jurnal guru berisi

tentang uraian pendapat dan seluruh kejadian yang dilihat dan dirasakan oleh guru

selama kegiatan pembelajaran menulis berlangsung.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik

tes dan nontes.

3.5.1 Teknik Tes

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes awal dan tes

akhir. Tes awal dilakukan sekali pada siklus I untuk mengetahui sejauhmana

pengetahuan siswa tentang teks berita dan sampai di mana keterampilan mereka

menulis teks berita. Setelah itu, pada akhir siklus I dan II diadakan tes akhir. Tes

akhir dilakukan dengan memberikan tugas untuk menulis teks berita secara

individu. Tes ini untuk mengetahui kemampuan siswa menulis teks berita dengan

memperhatikan aspek kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H), keruntututan

pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami), penggunaan kalimat
59

(singkat dan jelas), kosakata yang digunakan bahasa yang tepat, kemenarikan

judul, dan ketepatan penggunaan ejaan dalam berita.

Langkah-langkah yang dilakukan di dalam pengambilan data dengan tes

adalah

a. menyiapkan bahan tes berdasarkan model yang disajikan;

b. siswa ditugasi menemukan unsur-unsur dalam teks berita pada model;

c. siswa diminta untuk menulis teks berita;

d. menilai dan mengolah data dari hasil penelitian;

e. peneliti mengukur keterampilan menulis siswa berdasarkan hasil tes pada

siklus I dan siklus II.

3.5.2 Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan adalah melalui observasi, wawancara,

dan jurnal.

1. Observasi

Observasi digunakan untuk mengungkap data keaktifan siswa selama

proses pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual komponen

pemodelan. Observasi dilakukan oleh peneliti dibantu dengan seorang teman

dan peneliti. Adapun tahap observasinya yaitu (1) mempersiapkan lembar

observasi yang berisi butir-butir sasaran amatan tentang keaktifan siswa dalam

mendengarkan penjelasan guru, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,

dan keaktifan siswa dalam mengerjakan tes; (2) melaksanakan observasi

selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses belajar-
60

mengajar sampai dengan siswa menulis teks berita; (3) mencatat hasil

observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap data penyebab

kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran menulis teks berita. Wawancara

dilakukan pada 6 orang siswa yaitu 2 orang siswa yang mendapatkan nilai tes

yang tinggi, 2 orang siswa yang mendapatkan nilai tes yang sedang, dan 2

orang siswa yang mendapatkan nilai tes yang rendah. Hal ini berdasarkan nilai

tes pada tiap siklus dan berdasarkan observasi yang dilakukan guru selama

proses pembelajaran.

Wawancara dilaksanakan peneliti setelah pembelajaran menulis teks

berita dengan pembelajaran kontekstual komponen pedoman selesai

dilaksanakan. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan

wawancara yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar

pertanyaan yang akan diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa yang nilai

tesnya kurang, cukup, dan baik, untuk kemudian diajak wawancara, (3)

merekam dan mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan terhadap

tiap butir pertanyaan.

3. Jurnal

Setiap akhir pembelajaran siswa menulis jurnal yang berisi kesulitan yang

mereka hadapi dalam menulis teks berita, pendapat mereka tentang pembelajaran
61

menulis teks berita dengan pendekatan kontesktual komponen pemodelan, hal-hal

yang ingin dikemukakan siswa berkaitan dengan pembelajaran menulis teks

berita.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

1. Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif yang

diperoleh dari hasil tes menulis teks berita pada siklus I dan II. Hasil tes ditulis

secara persentase dengan langkah-langkah berikut ini.

a. merekap nilai yang diperoleh siswa.

b. menghitung nilai komulatif dari tugas-tugas siswa.

c. menghitung nilai rata-rata.

d. menghitung persentase.

Persentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

K
P= X 100%
NxS

Keterangan :
P : Nilai persentase
K : Nilai komulatif satu kelas
N : Nilai maksimal soal tes
S : Jumlah responden
62

Hasil perhitungan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan

yaitu antara hasil siklus I dengan hasil siklus II. Hasil ini akan memberikan

gambaran mengenai persentase peningkatan keterampilan menulis teks berita

dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

2. Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif yang

diperoleh dari hasil nontes. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui siswa yang

mengalami kesulitan dalam menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan. Hasil ini sebagai dasar untuk menentukan siswa yang akan

diwawancarai selain hasil nilai tes. Hasil wawancara dipakai untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan. Hasil analisis tersebut sebagai dasar untuk mengetahui

peningkatan keterampilan menulis teks berita.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari observasi pada

prasiklus, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II. Hasil tes tindakan pada siklus I

dan siklus II berupa keterampilan menulis teks berita dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan dan hasil non tes berupa observasi, wawancara,

dan jurnal.

4.1 Prasiklus

Pengukuran keterampilan menulis teks berita pada tes prasiklus adalah

siswa mencari unsur-unsur berita 5W + H pada teks berita dan menulis teks berita

dengan tema bebas sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes prasiklus

digunakan untuk mengetahui keadaan awal keterampilan menulis teks berita.

Tabel 4 Hasil Keterampilan Menulis Teks Berita

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata

Skor

1 Sangat Baik 85-100 11 1010 26,83

2 Baik 70-84 16 1103 39,02


68,29%
3 Cukup 55-69 3 173 7,32
Kategori Cukup
4 Kurang 0-54 11 514 26,83

Jumlah 41 2800 100


64

Tabel 4 menunjukkan hasil keterampilan menulis teks berita sebelum

dilaksanakan pembelajaran. Dari jumlah 41 siswa, yang memperoleh nilai dengan

kategori sangat baik sebanyak 11 orang atau sebesar 26,83%, kategori baik

sebanyak 16 siswa atau sebesar 39,02%, kategori cukup sebanyak 3 siswa atau

7,32%, kategori kurang sebanyak 11 siswa atau sebesar 26,83%.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang

termasuk dalam kategori cukup dan dianggap kurang maksimal. Perlu dilakukan

pembelajaran siklus I sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis

teks berita pada siswa.

4.2 Siklus I

Siklus I terdiri dari data tes dan non tes dengan hasil sebagai

berikut. Data tes diperoleh dari keterampilan menulis teks berita pada tes siklus II

yaitu hasil tes menulis teks berita dengan tema bebas setelah dilakukan

pembelajaran pada siswa, sedangkan data nontes diperoleh dari hasil observasi

yang dilakukan guru selama pembelajaran berlangsung, wawancara terhadap

siswa, dan jurnal yang diisi oleh siswa setelah pembelajaran berlangsung.

4.2.1 Data Tes

Data tes keterampilan menulis teks berita pada tes siklus I diperoleh

dari hasil tes menulis teks berita dengan tema bebas setelah dilakukan

pembelajaran pada siswa. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
65

Tabel 5 Hasil Keterampilan Menulis Teks Berita

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata

Skor

1 Sangat Baik 85-100 11 1005 26,83

2 Baik 70-84 18 1302 43,90


74,51%
3 Cukup 55-69 7 492 17,07
Kategori Baik
4 Kurang 0-54 4 256 9,76

Jumlah 41 3055 100

Tabel 5 menunjukkan peningkatan rata-rata skor dalam keterampilan

menulis teks berita setelah melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan. Rata-rata skor pada siklus I ini menunjukan peningkatan

dibandingkan dengan rata-rata skor pada prasiklus menjadi 74,51%. Nilai dengan

kategori sangat baik meningkat menjadi 11 siswa atau sebesar 26,83%, siswa yang

memperoleh skor dengan kategori baik sebanyak 18 siswa atau sebesar 43,90%,

kategori cukup sebanyak 7 siswa atau 17,07%, kategori kurang sebanyak 4 siswa

atau sebesar 9,76%.

Hasil tes dari masing-masing aspek di paparkan sebagai berikut.

1. Kelengkapan Isi Berita

Hasil tes kelengkapan isi berita pada siklus I dapat dilihat pada tabel 6

berikut.
66

Tabel 6 Hasil Kelengkapan Isi Berita

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata Nilai

Skor siswa Persentase

1 Sangat 30 19 570 29,27

Baik 86,99%

2 Baik 25 12 300 24,39 26,09 Kategori

3 Cukup 20 10 400 46,34 Sangat Baik

4 Kurang 15 - - -

Jumlah 41 1070 100

Tabel 6 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek

kelengkapan isi berita pada siklus I sebesar 26,09 atau 86,99%. Siswa yang

memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 19 orang atau sebesar

29,27%, kategori baik sebanyak 12 siswa atau sebesar 24,39%, kategori cukup

sebanyak 10 siswa atau 46,34%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat siswa yang

mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita pada aspek kelengkapan termasuk dalam kategori sangat baik setelah

dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai

masih terdapat 10 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga perlu dilakukan

pembelajaran siklus II.


67

2. Keruntututan Pemaparan

Hasil tes keruntututan pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah

dipahami) pada siklus I dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7 Hasil Keruntututan Pemaparan

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata Nilai

Skor siswa Persentase

1 Sangat 15 12 180 29,27

Baik 65,85%

2 Baik 10 10 100 24,39 9,88 Kategori

3 Cukup 5 19 95 46,34 Cukup

4 Kurang 3 - - -

Jumlah 41 405 100

Tabel 7 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek

keruntututan pemaparan pada siklus I sebesar 9,88 atau 65,85%. Siswa yang

memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 12 orang atau sebesar

29,27%, kategori baik sebanyak 10 siswa atau sebesar 24,39%, kategori cukup

sebanyak 19 siswa atau 46,34%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat siswa yang

mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita pada aspek keruntututan pemaparan termasuk dalam kategori cukup setelah

dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari kuantitas pemerolehan nilai


68

masih terdapat 19 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga perlu dilakukan

pembelajaran siklus II.

3. Penggunaan Kalimat

Hasil tes penggunaan kalimat pada siklus I dapat dilihat pada tabel 8

berikut.

Tabel 8 Hasil Penggunaan Kalimat

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata Nilai

Skor siswa Persentase

1 Sangat 15 7 105 17,07

Baik 65,85%

2 Baik 10 26 260 63,41 9,88 Kategori

3 Cukup 5 8 40 19,51 Cukup

4 Kurang 3 - - -

Jumlah 41 405 100

Tabel 8 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek

penggunaan kalimat pada siklus I sebesar 9,88 atau 65,85%. Siswa yang

memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 7 orang atau sebesar

17,07%, kategori baik sebanyak 26 siswa atau sebesar 63,41%, kategori cukup

sebanyak 8 siswa atau 19,51%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat siswa yang

mendapatkan nilai kategori kurang.


69

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita pada aspek penggunaan kalimat pemaparan termasuk dalam kategori cukup

setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari frekuensi

pemerolehan nilai masih terdapat 8 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga

perlu dilakukan pembelajaran siklus II.

4. Kosakata yang Digunakan

Hasil tes kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat pada

siklus I dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Tabel 9 Hasil Kosakata yang Digunakan

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata Nilai

Skor siswa Persentase

1 Sangat 15 13 195 31,71

Baik
76,42%
2 Baik 10 27 270 65,85 11,46
Kategori Baik
3 Cukup 5 1 5 2,44

4 Kurang 3 - - -

Jumlah 41 470 100

Tabel 9 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek kosakata

yang digunakan adalah bahasa yang tepat pada siklus I sebesar 11,46 atau 76,42%.

Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 13 orang atau

sebesar 31,71%, kategori baik sebanyak 27 siswa atau sebesar 65,85%, kategori
70

cukup sebanyak 1 siswa atau sebesar 2,44%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat

siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita pada aspek kosakata yang digunakan termasuk dalam kategori baik setelah

dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari kuantitas pemerolehan nilai

masih terdapat 1 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga perlu dilakukan

pembelajaran siklus II.

5. Kemenarikan Judul

Hasil tes kemenarikan judul pada siklus I dapat dilihat pada tabel 10

berikut.

Tabel 10 Hasil Kemenarikan Judul

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata Nilai

Skor siswa Persentase

1 Sangat 10 24 240 58,54

Baik 85,36%

2 Baik 8 14 112 34,15 8,54 Kategori

3 Cukup 6 3 18 7,32 Sangat Baik

4 Kurang 4 - - -

Jumlah 41 350 100

Tabel 10 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek

kemenarikan judul pada siklus I sebesar 8,54 atau 85,36%. Siswa yang
71

memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 24 orang atau sebesar

58,54%, kategori baik sebanyak 14 siswa atau sebesar 34,15%, kategori cukup

sebanyak 3 siswa atau 7,32%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat siswa yang

mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita aspek kemenarikan judul termasuk dalam kategori sangat baik setelah

dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari kuantitas pemerolehan nilai

masih terdapat 3 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga perlu dilakukan

pembelajaran siklus II.

6. Ketepatan Penggunaan Ejaan dalam Berita

Hasil tes ketepatan penggunaan ejaan dalam berita pada siklus I dapat

dilihat pada tabel 11 berikut.

Tabel 11 Hasil Ketepatan Penggunaan Ejaan dalam Berita

No. Kategor Interval Frekuensi Bobot % Rata- Nilai

i Skor siswa rata Persentase

1 Sangat 15 - - -

Baik 57,72%

2 Baik 10 30 300 73,17 8,66 Kategori

3 Cukup 5 11 55 26,83 Cukup

4 Kurang 3 - - -

Jumlah 41 355 100


72

Tabel 11 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek

ketepatan penggunaan ejaan dalam berita pada siklus I sebesar 8,66 atau 57,72%.

Tidak terdapat siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik, kategori

baik sebanyak 30 siswa atau sebesar 73,17%, kategori cukup sebanyak 11 siswa

atau sebesar 26,83%, tidak terdapat siswa yang memperoleh skor dengan kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita termasuk dalam kategori

cukup setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I. Jika dilihat dari kuantitas

pemerolehan nilai masih terdapat 11 siswa yang mendapat nilai cukup sehingga

perlu dilakukan pembelajaran siklus II yang lebih menekankan pada perbaikan

dari aspek ini.

4.2.2 Data Nontes

Pemerolehan data yang bersifat nontes pada proses pembelajaran menulis

teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus I

adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Data observasi pembelajaran siklus I diperoleh dari hasil observasi

yang dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Guru mengamati

perilaku pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil tersebut dapat

dilihat pada tabel 12 berikut.


73

Tabel 12 Hasil Observasi Siklus I

Kategori Kerja sama Keaktifan Keseriusan Keseriusa Tanggapan Menyenang


sharing
dan nilai kelompok tugas pelajaran n model teknik kan

Sangat
18 43,90 16 39,02 19 46,34 23 50,09 11 26,83 5 12,19 1 2,44
baik nilai 4

Baik
12 29,27 16 39,02 6 14,63 10 24,39 12 29,27 10 24,39 20 48,78
nilai 3

Cukup
7 17,07 9 21,95 9 21,95 8 19,51 3 7,32 19 46,34 18 43,90
nilai 2

Kurang
4 9,76 - - 7 17,07 - - 15 36,59 7 17,07 2 4,88
nilai 1

Jumlah 126 130 119 138 101 95 102

Rata-rata 3,07 3,17 2,90 3,37 2,46 2,32 2,49

% 76,83 79,27 72,56 84,15 61,59 57,93 62,19

Observasi dilakukan selama dalam proses pembelajaran berlangsung,

dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa tingkat persentase siswa yang

melakukan kerjasama dengan kelompok 76,83%, mengerjakan tugas 79,27%,

serius dalam mengikuti pembelajaran 72,56%, serius dalam mengamati model

84,15%, sikap siswa terhadap teknik pembelajaran 61,59%, sharing dengan teman

57,93%, dan pembelajaran menyenangkan 62,19%.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada 6 siswa dengan perbandingan 2 siswa

bernilai paling tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang atau rata-rata, dan 2 siswa
74

dengan nilai paling rendah. Wawancara ini dilakukan setelah proses pembelajaran

selesai dan telah diketahui hasil akhir atau skor siswa dalam mengerjakan tugas.

Siswa yang mempunyai nilai tinggi menyatakan bahwa selama ini

berminat dengan pembelajaran menulis dan telah masuk dalam kepengurusan

mading di sekolah, dua orang menyatakan sedikit senang atau biasa saja karena

pelajaran menulis sama saja dengan pelajaran yang lainnya, dan dua yang lainnya

menyatakan tidak berminat dengan pembelajaran menulis karena pelajaran

mengarang adalah palajaran yang sulit. Mereka pernah menulis teks berita ketika

mengisi Mading di sekolah, dan mereka merupakan pengurus Mading di sekolah.

pengurus Mading, empat siswa yang lain menjawab belum pernah. Siswa yang

mempunyai nilai sedang merasa senang dengan pembelajaran menulis teks berita

dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan karena dapat meningkatkan

keterampilan menulis teks berita. Mereka belum pernah menulis teks berita

sebelumnya. Bagi siswa yang mempunyai nilai rendah, mereka menyatakan

bahwa mereka belum pernah menulis teks berita sebelumnya.

Bagi mereka yang mempunyai nilai tinggi dan sedang pembelajaran

menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat

membiasakan bersikap kritis, dan melatih berbicara di depan kelas, dan satu orang

yang menyatakan biasa saja karena terlalu banyak latihan dan tugas untuk

mengarang.

Dengan dihadirkannya model yang berupa contoh teks berita mereka

termotivasi dan terbantu dalam membuat teks berita. Siswa yang mempunyai nilai

tinggi dan sedang, mereka merasa terbantu karena mengakui bahwa sebelumnya
75

yang tidak bisa menjadi bisa dan yang dan dua siswa menjawab tidak terbantu

karena masih saja tidak bisa.

Siswa yang mempunyai nilai tinggi juga menyatakan telah menemukan

sendiri pengetahuan tentang teks berita dari contoh teks berita yang diberikan,

satu siswa yang nilainya rendah menyatakan sedikit, dan tiga siswa menyatakan

tidak menemukan sendiri atau dibantu oleh teman dan guru.

Mereka mengaku bahwa setelah diminta menulis berita mereka

termotivasi ingin jadi wartawan, menulis teks berita ternyata mudah, dan empat

siswa merasa sulit. Berdasarkan wawancara terhadap 6 siswa, mereka

mengungkapkan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis adalah mencari

tema, membebedakan unsur apa dan bagaimana, mencari unsur teks berita, dan

satu siswa menyatakan sulit semua.

Setelah pembelajaran, yang diinginkan siswa antara lain: satu siswa

ingin jadi wartawan, satu siswa menghendaki model atau contohnya jangan terlalu

sulit, dua siswa ingin mengulang agar nilainya lebih baik, dan dua siswa ingin

dijelaskan oleh guru agar lebih jelas. Saran yang diberikan oleh siswa tentang

pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan adalah memperbanyak contoh dan modelnya, agar siswa diberi

kesempatan ke perpustakaan untuk mencari contoh teks beita, guru menerangkan

tidak terlalu cepat guru memberi ekstra pelajaran kepada siswa yang kurang

mampu.

Pendapat yang diberikan oleh siswa tentang contoh teks berita yang

diberikan guru addalah agar contohnya lebih bervariasi, agar contoh tidak satu
76

lembar tetapi satu majalah atau koran, agar contohnya tentang kejadian besar, agar

contohnya lebih banyak , agar contohnya tidak terlalu sulit, dan kelompok diacak

agar siswa yang kurang mampu menjadi terbantu.

3. Jurnal

Jurnal yang diisi oleh siswa menunjukan bahwa mereka merasa senang

dengan pembelajaran teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen

modeling. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebanyak 37 siswa atau 90,24%

menjawab senang mengikuti pembelajaran, 2 siswa atau 4,88% menjawab tidak

senang dan 2 siswa atau 4,88% tidak berkomentar. Sebanyak 9 siswa atau 21,95%

tidak merasa kesulitan atau tidak berkomentar dan sebanyak 32 siswa atau 78,04%

menyatakan kesulitan yang dihadapi adalah ketika mencari unsur-unsur 5W +H di

dalam teks berita, mencari tema atau judul ketika akan menulis teks berita, dan

menulis teks berita. 15 siswa atau 36,58% menghendaki ingin ke perpustakaan

untuk pembelajaran yang akan datang, sebanyak 5 siswa atau 12,19% yang

merasa sudah sangat senang dengan pembelajaran hari ini, dan yang lain tidak

berkomentar. Banyak sekali hal yang dikemukakan oleh siswa berkenaan dengan

pembelajaran yang diikuti antara lain: dapat menambah pengetahuan tentang teks

berita, bertambah wawasan karena membaca berita, menemukan kemudahan

dalam menulis teks berita.


77

4.3 Siklus II

Pada siklus II terdapat data tes dan nontes. Data tes diperoleh dari

keterampilan menulis teks berita pada tes siklus II yaitu hasil tes menulis teks

berita dengan tema bebas setelah dilakukan pembelajaran pada siswa, sedangkan

data nontes diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan guru selama

pembelajaran berlangsung, wawancara terhadap siswa, dan jurnal yang diisi oleh

siswa setelah pembelajaran berlangsung.

4.3.1 Data Tes

Hasil tes keterampilan menulis teks berita pada tes siklus II adalah

menulis teks berita dengan tema bebas setelah dilakukan pembelajaran pada siklus

II dapat dilihat pada tabel 13 berikut.

Tabel 13 Hasil Keterampilan Menulis Teks Berita

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata

Skor

1 Sangat Baik 85-100 22 1991 53,66

2 Baik 70-84 11 842 36,83


80,68%
3 Cukup 55-69 5 316 12,19
Kategori Baik
4 Kurang 0-54 3 159 7,32

Jumlah 41 3308 100

Tabel 13 menunjukkan peningkatan rata-rata skor dalam keterampilan

menulis teks berita setelah melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan pada siklus II. Rata-rata skor yang dicapai pada siklus II
78

sebesar 86.93%, ini menunjukan peningkatan dibandingkan dengan rata-rata skor

pada siklus I. Nilai dengan kategori sangat baik meningkat menjadi 22 siswa atau

sebesar 53,56%, siswa yang memperoleh skor dengan kategori baik sebanyak 11

siswa atau sebesar 36,83%, kategori cukup sebanyak 5 siswa atau 12,19%, dan 3

siswa atau 7,32% yang memperoleh nilai kategori kurang.

Hasil tes dari masing-masing aspek dipaparkan sebagai berikut.

1 Kelengkapan Isi Berita

Hasil tes kelengkapan isi berita pada siklus II dapat dilihat pada tabel 14

berikut.

Tabel 14 Hasil Kelengkapan Isi Berita

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata Nilai

Skor siswa Persentase

1 Sangat 30 24 720 58,54

Baik 89,84%

2 Baik 25 9 225 21,95 26,95 Kategori

3 Cukup 20 8 160 19,51 Sangat Baik

4 Kurang 15 - - -

Jumlah 41 1105 100

Tabel 14 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek

kelengkapan isi berita (mengandung 5W + H) pada siklus II sebesar 26,95 atau

89,84%. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 24

orang atau sebesar 58,54%, kategori baik sebanyak 9 siswa atau sebesar 21,95%,
79

kategori cukup sebanyak 8 siswa atau 19,51%, pada siklus II aspek ini tidak

terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita pada aspek kelengkapan termasuk dalam kategori sangat baik setelah

mendapat penekanan aspek kelengkapan dalam pembelajaran siklus II. Jika dilihat

dari frekuensi pemerolehan nilai cukup berkurang menjadi 8 siswa setelah

dilakukan pembelajaran siklus II.

2 Keruntututan Pemaparan

Hasil tes keruntututan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 15

berikut.

Tabel 15 Hasil Keruntututan Pemaparan

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata Nilai

Skor siswa Persentase

1 Sangat 15 19 285 46,34

Baik
75,61%
2 Baik 10 14 140 34,15 11,34
Kategori Baik
3 Cukup 5 8 40 19,51

4 Kurang 3 - - -

Jumlah 41 465 100

Tabel 15 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek

keruntututan pemaparan pada siklus II sebesar 11,34 atau 75,61%. Siswa yang
80

memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 19 orang atau sebesar

46,34%, kategori baik sebanyak 14 siswa atau sebesar 34,15%, kategori cukup

sebanyak 8 siswa atau 19,51%, pada siklus II aspek ini tidak terdapat siswa

yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita pada aspek keruntututan pemaparan termasuk dalam kategori baik

setelah mendapat penekanan aspek keruntututan pemaparan dalam

pembelajaran siklus II. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai cukup

berkurang menjadi 8 siswa setelah dilakukan pembelajaran siklus II.

3 Penggunaan Kalimat

Hasil tes penggunaan kalimat pada siklus II dapat dilihat pada tabel 16

berikut.

Tabel 16 Hasil Penggunaan Kalimat

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata Nilai

Skor siswa Persentase

1 Sangat 15 17 255 41,46

Baik
74,8%
2 Baik 10 17 170 41,46 11,22
Kategori Baik
3 Cukup 5 7 35 17,07

4 Kurang 3 - - -

Jumlah 41 460 100


81

Tabel 16 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek

penggunaan kalimat ( singkat dan jelas) pada siklus II sebesar 11,22 atau 74,8%.

Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 17 orang atau

sebesar 41,46%, kategori baik sebanyak 17 siswa atau sebesar 41,46%, kategori

cukup sebanyak 7 siswa atau 17,07%, pada siklus II aspek ini tidak terdapat siswa

yang mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita pada aspek penggunaan kalimat ( singkat dan jelas) termasuk dalam

kategori baik setelah mendapat penekanan aspek penggunaan kalimat dalam

pembelajaran siklus II. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai cukup

berkurang menjadi 7 siswa setelah dilakukan pembelajaran siklus II.

4 Kosakata yang Digunakan

Hasil tes kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat pada siklus

II dapat dilihat pada tabel 17 berikut.

Tabel 17 Hasil Kosakata yang Digunakan

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata Nilai

Skor siswa Persentase

1 Sangat 15 19 285 46,34

Baik 80,49%

2 Baik 10 22 220 53,66 12,07 Kategori

3 Cukup 5 - - - Sangat Baik

4 Kurang 3 - - -

Jumlah 41 495 100


82

Tabel 17 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek kosakata

yang digunakan adalah bahasa yang tepat pada siklus II sebesar 12,07 atau

80,49%. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 19

orang atau sebesar 46,34%, kategori baik sebanyak 22 siswa atau sebesar 53,66%,

pada siklus II aspek ini tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai kategori

cukup dan kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita pada aspek kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat termasuk

dalam kategori sangat baik setelah mendapat penekanan aspek kosakata yang

digunakan dalam pembelajaran siklus II. Jika dilihat dari frekuensi pemerolehan

nilai cukup berkurang menjadi tidak ada setelah dilakukan pembelajaran siklus II.

5 Kemenarikan Judul

Hasil tes kemenarikan judul pada siklus II dapat dilihat pada tabel 18

berikut.
83

Tabel 18 Hasil Kemenarikan Judul

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata Nilai

Skor siswa Persentase

1 Sangat 10 18 180 43,90

Baik 87.32%

2 Baik 8 10 80 24,39 8,73 Kategori

3 Cukup 6 3 18 7,32 Sangat Baik

4 Kurang 4 - - -

Jumlah 41 358 100

Tabel 18 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek

kemenarikan judul pada siklus II sebesar 8,73 atau 87.32%. Siswa yang

memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 18 orang atau sebesar

43,90%, kategori baik sebanyak 10 siswa atau sebesar 24,39%, kategori cukup

sebanyak 3 siswa atau 7,32%, pada siklus I aspek ini tidak terdapat siswa yang

mendapatkan nilai kategori kurang.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita pada aspek kemenarikan judul termasuk dalam kategori sangat baik setelah

mendapat penekanan aspek kemenarikan judul dalam pembelajaran siklus II. Jika

dilihat dari frekuensi pemerolehan nilai cukup berkurang menjadi tidak ada

setelah dilakukan pembelajaran siklus II.


84

7. Ketepatan Penggunaan Ejaan dalam Berita

Hasil tes ketepatan penggunaan ejaan dalam berita pada siklus II dapat

dilihat pada tabel 19 berikut.

Tabel 19 Hasil Ketepatan Penggunaan Ejaan dalam Berita

No. Kategori Interval Frekuensi Bobot % Rata-rata Nilai

Skor siswa Persentase

1 Sangat 15 - - -

Baik 61,79%
9,27
2 Baik 10 33 330 80,48 Kategori

3 Cukup 5 7 35 17,07 Cukup

4 Kurang 3 1 3 2,44

Jumlah 41 380 100

Tabel 19 menunjukkan peningkatan rata-rata skor pada aspek ketepatan

penggunaan ejaan dalam berita pada siklus II sebesar 9,27 atau 61,79%. Tidak

terdapat iswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik, kategori baik

sebanyak 33 siswa atau sebesar 80,48%, kategori cukup sebanyak 7 siswa atau

sebesar 17,07%, kategori baik sebanyak 3 siswa atau sebesar 2,44%.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis teks

berita pada aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita termasuk dalam

kategori sangat baik setelah mendapat penekanan aspek ketepatan penggunaan

ejaan dalam berita dalam pembelajaran siklus II. Jika dilihat dari frekuensi

pemerolehan nilai kurang menjadi 1 siswa setelah dilakukan pembelajaran siklus

II.
85

4.3.2 Data Nontes

Pemerolehan data yang bersifat nontes pada proses pembelajaran

menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen modeling pada

siklus II adalah:

1. Observasi

Data observasi pembelajaran siklus II diperoleh dari hasil observasi

yang dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil tersebut

dapat dilihat pada tabel 20 berikut.

Tabel 20 Hasil Observasi Siklus I

Kategori Kerja sama Keaktifan Keseriusan Keseriusa Tanggapa Menyenan


sharing
dan nilai kelompok tugas pelajaran n model n teknik gkan

Sangat
22 53,66 15 36,59 25 60,98 26 63,41 11 26,83 5 12,20 3 7,32
baik nilai 4

Baik nilai 3 11 26,83 21 51,22 9 21,95 14 34,15 17 41,46 15 36,59 25

Cukup
8 18,52 5 12,20 7 17,07 1 2,44 13 31,71 12 29,27 11 26,83
nilai 2

Kurang
- - - - - - - - - - 9 21,95 2 4,88
nilai 1

Jumlah 137 133 141 148 121 98 111

Rata-rata 3,34 3,24 3,44 3,61 2,95 2,39 2,71

% 83,54 81,08 85,97 90,24 73,28 54,76 67,68

Observasi dilakukan selama dalam proses pembelajaran berlangsung,

dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa tingkat persentase siswa yang

melakukan kerjasama dengan kelompok 83,54%, mengerjakan tugas 81,08%,


86

aktif dan serius dalam mengikuti pembelajaran 85,97%, serius dalam mengamati

model 90,24%, sikap siswa terhadap teknik pembelajaran ada 73,28%, sharing

dengan teman 54,76%, dan pembelajaran menyenangkan 67,68%.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada 6 siswa dengan perbandingan 2 siswa

bernilai paling tinggi, 2 siswa dengan nilai sedang atau rata-rata, dan 2 siswa

dengan nilai paling rendah. Apabila terdapat nilai lebih dari dua siswa pada nilai

tertinggi, sedang dan nilai terendah, maka diusahaka dipilih narasumber yang

belum diwawancari pada siklus I untuk menghindari kesamaan data dan hasil

yang sama terhadap siklus I. Wawancara ini dilakukan setelah proses

pembelajaran selesai dan telah diketahui hasil akhir atau skor siswa dalam

mengerjakan tugas.

Siswa yang mempunyai nilai tinggi dan sedang menyatakan bahwa

selama ini berminat dengan pembelajaran menulis karena anggapan bahwa

menulis atau mengarang itu sudah tidak sulit, dan siswa yang mempunyai nilai

rendah menyatakan tidak berminat dengan pembelajaran menulis karena masih

belum mendapat nilai yang baik. Siswa sudah pernah menulis teks berita dengan

melalui pembelajaran kontekstual.

Siswa yang mempunyai nilai tinggi, sedang, dan rendah menyatakan

senang dengan pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan dan hanya yang dilakukan pada siklus II ini karena terdapat

variasi dalam pembelajaran, tidak membosankan dengan terus-menerus di kelas,


87

lebih santai. Dengan dihadirkannya model teks berita, siswa juga termotivasi dan

terbantu dalam membuat teks berita. Semua siswa menjawab terbantu karena

banyak sekali odel atau contoh yang diberikan guru.

Dengan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan semua siswa

menyatakan telah menemukan sendiri pengetahuan tentang teks berita dari contoh

teks berita yang diberikan. Siswa juga mengungkapkan perasaannya setelah

diminta menulis berita yaitu mula-mula sulit menulis teks berita tetapi sekarang

bisa, satu siswa menjadi tertarik menulis, dan tiga siswa hanya menjawab senang

karena terhibur dengan pembelajaran siklus II.

Kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis adalah dua siswa merasa

kesulitan untuk mengawali menulis, dua siswa menentukan judul, dan dua siswa

pada menyusun kalimat teks berita. Setelah pembelajaran, yang diinginkan siswa

antara lain dua siswa menginginkan lebih mempelajari tentang teknik membuat

berita, satu siswa ingin jadi wartawan terkenal, satu siswa menberi pernyataan

ingin mengabadikan nilainya karena sudah bisa membuat teks berita dan dua

siswa lainnya ingin mengulang lagi. Pendapat yang diberikan oleh siswa tentang

pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan adalah siswa lebih bebas dan kreatif, menginginkan teknik

pembelajaran ini diterapkan pada materi yang lain, dan hari ini jauh lebih baik

daripada kemarin.

Pendapat yang diberikan oleh siswa tentang contoh teks berita yang

diberikan guru adalah siswa mencari sendiri contoh teks berita dan lebih banyak

sehingga lebih bervariasi, siswa lebih termotivasi untuk membaca karena dengan
88

membaca siswa akan banyak pengetahuan sehingga belajar teks berita sekaligus

baca berita, pembelajaran hari ini jauh lebih baik karena siswa lebih aktif dan

mandiri, siswa lebih berani dalam menyatakan pendapatnya, membiasakan ke

perpustakaan, siswa lebih bebas mencari contoh teks berita, dan banyak membaca

banyak ilmunya.

3. Jurnal

Jurnal yang diisi oleh siswa menunjukan bahwa mereka merasa senang

dengan pembelajaran teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen

modeling. Hal ini dapat dibuktikan bahwa semua siswa menjawab senang

mengikuti pembelajaran. Sebanyak 31 siswa atau 75,61% tidak merasa kesulitan

atau tidak berkomentar dan sebanyak 10 siswa atau 24,39% menyatakan kesulitan

yang dihadapi adalah ketika memulai menulis berita dan menyusun kalimat yang

baik dan benar. Banyak sekali hal yang dikemukakan oleh siswa berkenaan

dengan pembelajaran yang diikuti antara lain dapat menambah pengetahuan

tentang teks berita, membiasakan untuk mengunjungi perpustakaan, bertambah

wawasan karena membaca berita, menemukan kemudahan dalam menulis teks

berita, sambil menyelam minum air.

4.4 Pembahasan

Setelah dilakukan analisis data tes dan nontes diperoleh kenyataan

bahwa pembelajaran teks berita dengan pendekatan kontektual komponen


89

pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis teks berita siswa kelas

VIIIA SMP Negeri I kajoran Kabupaten Magelang.

Pembahasan hasil penelitian mengacu pada pemeroleh skor yang

dicapai siswa dalam tes keterampilan menulis. Aspek yang dinilai dalam

keterampilan menulis teks berita ini adalah 6 aspek yang meliputi (1) kelengkapan

isi berita (mengandung 5W + H); (2) keruntututan pemaparan (isi urut dan jelas

sehingga mudah dipahami); (3) penggunaan kalimat (singkat dan jelas); (4)

kosakata yang digunakan adalah bahasa yang tepat; (5) kemenarikan judul; dan

(6) ketepatan penggunaan ejaan dalam berita.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu

prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pada tahap prasiklus dilaksanakan tes

menemukan unsur-unsur 5W + H dan menuliskan teks berita sebelum

dilaksanakan pembelajaran menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan. Sedangkan pada tahap siklus I dan siklus II juga

dilaksanakan tes untuk menuliskan teks berita setelah dilaksanakan pembelajaran

menulis teks berita dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

4.4.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita

Secara lengkap peningkatan setiap aspek keterampilan menulis teks

berita siswa kelas VIIIA dapat dilihat pada tabel 21.


90

Tabel 21 Rekapitulasi Rata-Rata Pencapaian Keterampilan

PENCAPAIAN KETERAMPILAN PENINGKATAN KETERAMPILAN


Siklu Siklu Pra- Pra-
Siklus Pra % I-II % %
sI s II I II
Kelengkapan isi
24,76 26,09 26,95 1,33 5,37 0,86 3,30 2,19 8,84
berita
Keruntututan
9,51 9,88 11,34 0,37 3,89 1,46 14,78 1,83 19,24
pemaparan
Penggunaan
6,58 9,88 11,22 3,3 50,15 1,34 13,56 4,64 70,52
kalimat
Kosakata
10,61 11,46 12,07 0,85 8,01 0,61 5,32 1,46 13,76
Kemenarikan
8,29 8,54 8,73 3,25 61,44 0,19 2,22 0,44 5,30
judul
Ejaan dalam
8,54 8,66 6,17 0,12 1,40 2,49 28,75 2,37 27,75
berita

Jumlah 68,29 74,51 80,68 9,22 13,50 6,92 9,29 12,93 18,39

Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran menulis teks berita

dapat dikatakan ada peningkatan dari prasiklus, siklus I, siklus II. peningkatan

keterampilan menulis teks berita tersebut berdasarkan tes yang dilakukan pada

siklus I dan siklus ke II. Setelah siswa mengikuti pembelajaran menulis teks berita

dengan menggunakan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan

keterampilan menulis teks berita meningkat secara bertahap. Keterampilan

menulis teks berita siswa pada siklus pertama sudah mengalami perubahan. Pada

prasiklus nilai skor rata-rata setiap aspek adalah sebagai berikut: aspek

kelengkapan isi berita adalah 24,76; aspek keruntutan pemaparan adalah 9,51;

aspek penggunaan kalimat sebesar 6,58; aspek kosakata sebesar 10,61; aspek

kemenarikan judul sebesar 8,29; aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita
91

sebesar 8,54. Hasil tes menulis teks berita pada siklus yang pertama, para siswa

dapat mencapai rata-rata pada setiap unsurnya yaitu yang pertama, aspek

kelengkapan isi berita adalah 26,09; aspek keruntutan pemaparan adalah 9,88;

aspek penggunaan kalimat sebesar 9,88; aspek kosakata sebesar 11,61; aspek

kemenarikan judul sebesar 8,54; aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita

sebesar 8,66. Terjadi kenaikan pada aspek kelengkapan isi berita sebesar 1,33 atau

5,37%; aspek keruntutan pemaparan sebesar 0,37 atau 3,89%; aspek penggunaan

kalimat sebesar 3,3 atau 50,15%; aspek kosakata sebesar 0,85 atau 8,01%; aspek

kemenarikan judul sebesar 3,25 atau 0,19%; aspek ketepatan penggunaan ejaan

dalam berita sebesar 0,12 atau 1,40% pada siklus pertama.

Setelah dilakukan pembelajaran pada tahap siklus I, ternyata terjadi

peningkatan nilai yang diperoleh siswa, yaitu 11 siswa atau 26,83% mendapat

nilai sangat baik, 18 siswa atau 43,90% mendapat nilai sedang, 7 siswa atau

17,07% dengan nilai cukup, dan 4 siswa ata 9,76% mendapat nilai kurang. Nilai

rata-rata kelas yang diperoleh adalah 74,51. Dari hasil siklus I masih perlu

dilaksanakan pembelajaran siklus II untuk meningkatkan keterampilan menulis

teks berita yang meliputi enam aspek tetapi lebih menekankan aspek penggunaan

ejaan yang disempurnakan.

Hasil tes dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan pada

setiap aspeknya. Pada siklus I aspek kelengkapan isi berita adalah 26,09. Pada

siklus II sebesar 26,95. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan 0,86 atau

3,30%. Pada aspek keruntutan pemaparan siklus I sebesar 9,88. Sedangkan pada

siklus II sebesar 11,34. Ada peningkatan 3,89 atau 1,46%. Aspek penggunaan
92

kalimat pada siklus I sebesar 9,88. pada siklus II sebesar 11,22. Ada kenaikan

sebesar 1,34 atau 13,56%. Aspek kosakata pada siklus I sebesar 11,46. Sedangkan

pada siklus II sebesar 12,07. Hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan sebesar

5,32%. Aspek kemenarikan judul pada siklus Isebesar 8,54. Sedangkan pada

siklus II sebesar 8,73. Ada kenaikan sebesar 0,19. Aspek ketepatan penggunaan

ejaan dalam berita pada siklus I sebesar 8,66. Sedangkan pada siklus II sebesar

6,17. Ada kenaikan sebesar 2,49 atau 28,75%. Terjadi kenaikan pada aspek

kelengkapan isi berita sebesar 1,33 atau 5,37%; aspek keruntutan pemaparan

sebesar 0,37 atau 3,89%; aspek penggunaan kalimat sebesar 3,3 atau 50,15%;

aspek kosakata sebesar 0,85 atau 8,01%; aspek kemenarikan judul sebesar 3,25

atau 0,19%; aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita sebesar 0,12 atau

0,12% pada siklus kedua. Peningkatan tersebut disebabkan oleh faktor latihan

menulis teks berita yang terus menerus, minat, motivasi, dan model pembelajaran,

seta metode yang digunakan dalam pembelajaran, penekanan atau fokus

pemebelajaran dari setiap aspek.

Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus II terjadi peningkatan

dibandingkan pada prasiklus. Pada siklus II aspek kelengkapan isi berita sebesar

26,95. Aspek kelengkapan isi berita pada pra siklus 24,76. ada kenaikan sebesar

2,19 atau 8,84%. Pada aspek keruntutan pemaparan pada siklus II sebesar 11,34.

sedangkan pada prasiklus sebesar 9,51. ada kenaikan sebesar 1,83 atau 19,24%.

Aspek penggunaan kalimat pada siklus II sebesar 11,22. Pada prasiklus sebesar

6,58. Ada kenaikan sebesar 4,64 atau 70,52%. Aspek kosakata pada siklus II

sebesar 12,07. pada pra siklus 10,61. Hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan
93

sebesar 1,46 atau 13,76%. Aspek kemenarikan judul pada siklus II sebesar 8,73.

sedangkan pada prasiklus sebesar 8,29. Ada kenaikan sebesar 0,44 atau 5,30%.

Aspek ketepatan penggunaan ejaan dalam berita pada siklus II sebesar 6,17.

sedangkan pada prasiklus sebesar 8,54. Ada kenaikan sebesar 2,37 atau 27,75%.

4.4.2 Perubahan Perilaku siswa

Pada tahap prasiklus sebagian siswa mengeluh ketika diberikan tugas

untuk mengeluh karena tidak percaya diri untuk mengerjakan tugas yang

diberikan guru yaitu menulis teks berita. Namun ketika dilaksanakan

pembelajaran pada siklus I, siswa lebih bersemangat dan bisa menerima

pembelajaran dengan baik sehingga proses belajar mengajar berjalan

dengan baik dan diikuti oleh siswa dengan bersemangat. Dari jurnal yang

dibagikan dan hasil observasi guru pada siklus I dan siklus II, diperoleh data

bahwa dengan pembelajaran teks berita dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan siswa merasa senang dengan pembelajaran ini, siswa lebih

bersemangat, aktif, dan lebih mandiri dalam mengerjakan tugasnya.

Siswa merasa lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas, dan tidak

mengeluhkan tugas tersebut.

Secara umum perubahan tingkah laku siswa selama pembelajaran pada

siklus I dan siklus II yang diperoleh dari hasil pengamatan atau observasi selam

proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat pada tabel 22 berikut.


94

Tabel 22 rekapitulasi Hasil Observasi

PERUBAHAN POSITIF
PERILAKU SISWA
ASPEK PERILAKU SISWA

SIKLUS I SIKLUS II PENINGKATAN %

Kerja sama
126 137 11 8,73
kelompok

Keaktifan tugas 130 133 3 2,31

Keseriusan
119 141 22 18,49
pelajaran

Keseriusan
138 148 10 7,25
mengamati model

Tanggapan
101 121 10 9,9
pembelajaran

Sharing 95 98 3 3,16

Pembelajaran
102 111 9 8,82
menyenangkan

Jumlah 811 889 68 8,38

Dilihat dari tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran tahap

siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan dapat mengubah tingkah laku siswa kelas

VIIIA SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang perubahan tingkah laku siswa
95

yang terjadi adalah perubahan positif. Terjadi peningkatan dari setiap aspek, aspek

kerja sama dengan kelompok 8,73%, aspek keaktifan mengerjakan tugas sebesar

2,31%, aspek keaktifan dan keseriusan mengikuti pelajaran sebesar 18,49%, aspek

keseriusan mengamati model sebesar 7,25%, aspek sikap atau tanggapan terhadap

teknik pembelajaran sebesar 9,9%, sharing dengan teman sebesar 3,16%, dan

aspek pembelajaran menyenangkan sebesar 8,38%. Siswa yang semula tidak

menyukai materi menulis teks berita menjadi lebih tertarik dan bersemangat untuk

menulis teks berita.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan, penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan

sebagai berikut.

Keterampilan menulis teks berita pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1

Kajoran Kabupaten Magelang setelah menggunakan pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan meningkat sebesar 12,39%.

Peningkatan rata-rata skor terjadi dalam keterampilan menulis teks berita setelah

melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.

Rata-rata skor pada pra siklus adalah 68,29%, sedangkan siklus I menunjukan

peningkatan sebesar 6,92% dari rata-rata skor pada prasiklus yaitu menjadi

74,51%. Rata-rata skor yang dicapai pada siklus II adalah sebesar 80,68%.

Pada tahap prasiklus sebagian siswa mengeluh ketika diberikan tugas

untuk mengeluh karena tidak percaya diri untuk mengerjakan tugas yang

diberikan guru yaitu menulis teks berita. Siswa sudah tidak senang dan merasa

tidak bisa sebelum mereka mengerjakannya. Namun ketika dilaksanakan

pembelajaran pada siklus I, siswa lebih bersemangat dan bisa menerima

pembelajaran dengan baik sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik

dan diikuti oleh siswa dengan bersemangat.

Dari jurnal yang dibagikan dan hasil observasi guru pada siklus I,

diperoleh data bahwa dengan pembelajaran teks berita dengan pendekatan


97

kontekstual komponen modeling siswa lebih senang dan aktif mengikuti

pembelajaran. Siswa lebih termotivasi dan merasa lebih mudah mampelajari teks

berita.

Pada tahap siklus II, selain siswa dibagikan jurnal, guru juga memantau

dengan data observasi. Dari data tesebut dapat diketahui bahwa siswa merasa

senang dengan pembelajaran ini, siswa lebih bersemangat, aktif, dan lebih mandiri

dalam mengerjakan tugasnya. Siswa merasa lebih percaya diri dalam mengerjakan

tugas, dan tidak mengeluhkan tugas tersebut.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk Guru

a. Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya

menggunakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan dalam kegiatan menulis teks berita.

b. Guru hendaknya melatih siswa untuk gemar menulis dengan

memberikan latihan membuat kalimat ejaan dan tanda baca yang

benar.

2. Untuk Siswa

a. Siswa hendaknya menggunakan pembelajaran melalui pendekatan

kontekstual komponen pemodelan merupakan cara yang tepat untuk

melatih siswa dalam menulis teks berita.


98

b. Siswa hendaknya selalu mengikuti pembelajaran dengan baik dan

berlatih menulis khusunya teks berita.

3. Untuk Peneliti

Kepada peneliti hendaknya melakukan penelitian lanjutan dari

penelitian ini dengan aspek yang lain, untuk khasanah ilmu bahasa dan

meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa. Jakarta:


Erlangga.

Ardiana, dkk. 2002. Pelatihan Terintegerasi Berbasis Kompetensi Guru Mata


Pelajaran Bahasa Indonesia: Menulis, Modul IND. A.o4.
Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Asrom, dkk. 1997. Dari Narasi Hingga Argumentasi. Erlangga. Jakarta

Astuti, dwi. 2004 Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi


dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada
Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang.

Bagiyo, Thomas. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama


dengan Teknik Modeling pada Siswa-siswi Kelas IV D PL
Bernadus Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Depdiknas. 2002. Program Peningkatan Mutu SLTP. Jakarta: Dirjen


Pendidikan Dasar dan Menengah

------------- 2003a. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah:


Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah

------------- 2003b. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Standar Kompetensi


Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama
dan Madrasah Tsanawitah. Jakarta: Depdiknas.

------------- 2003c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2003. Jakarta: Depdiknas.

------------- 2003d. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen


Pendidikan Dasar dan Menengah

------------- 2003e. Rencana Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SLTP


Kelas 2. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
100

------------- 2004. Pendekatan Kontekstual: Contextual Teaching and Learning


(CTL). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Djuroto, Totok. 2003. Teknik Mencari & Menulis Berita. Semarang: Dahar
Prize.

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Cooperatif Learning di


Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Nursito. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa.

Semi, Atar .1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.

Siregar, Ras. 1992. Bahasa Pers Bahasa Indonesia Jurnalistik: Kerangka


Teori Dasar. Jakarta: PT Grafikatama Jaya.

Subyantoro, Bambang Hartono. 2003. “Pengembangan Kemampuan


Berbicara, Membaca, dan Menulis”. Makalah disajikan pada
Pelatihan Teritegrasi berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi tahun 2003.

Sukris. 2000 Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Narasi Melalui


Media Rekacerita Bergambar Siswa Kelas IIE SLTP N 3 Jekulo.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Suriamiharja, dkk. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Suryanto.2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Teknik


Modelling pada Siswa Kelas II SLTP I Sukorejo Kendal.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung: Angkasa.

You might also like