Professional Documents
Culture Documents
Tesis
untuk memenuhi sebagaian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Kenotariatan
diajukan oleh :
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2008
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis persembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa yang telah menganugerahkan berkat, kesehatan dan kekuatan sehingga penulis
derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
penyajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Dalam proses perkuliahan hingga pada penyusunan tesis ini, penulis telah
banyak menerima dukungan moriil maupun materiil dari berbagai pihak, untuk itu
melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih dan
penghargaan yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah mendukung penulis
dalam studi selama ini. Teristimewa, ucapan terima kasih dan penghargaan ini penulis
iv
memotivasi, dan memberikan waktunya dalam pembimbingan hingga
2. Bapak Dr. Marsudi Triatmodjo, S.H., L.L.M., selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, S.H., M.H., selaku Ketua Pengelola
pekerjaannya masing-masing.
5. Ibu Anne Hommes dan Bapak Prof. Dr. Tj. Hommes di Maine - Amerika
Serikat, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk lebih berkarya
demi kemanusiaan.
6. Ibu Marie Claire Barth di Bassel - Swiss, yang juga banyak memberikan
Kenotariatan di UGM.
v
8. Para Guru Besar Pengasuh Mata Kuliah Program Studi Magister Kenotariatan
Gadjah Mada.
11. Isteri penulis, yang tercinta Ir. Gladys Peuru, M.Si., yang dalam kesibukannya
Immanuella Lamandasa dan Chanto Joshua Lamandasa, yang dengan setia dan
penuh pengertian atas keterpisahan selama studi, tekun berdoa dan selalu
12. Ibu bapak, kakak-kakak (Ir. Sulzofyan Lamandasa, Sherly Lamandasa, SE,
MSi, Ir. Nopelius Lamandasa) dan adik penulis (Ir. Lewingston Lamandasa),
serta ayah ibu mertua yang juga turut mendoakan dan memotivasi penulis agar
13. Teman-teman MKN angkatan tahun 2006, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Dengan kerendahan hari, penulis berharap kiranya tesis ini dapat menjadi
masukan yang bermanfaat bagi PT. Bank Danamon Indonesia, TBk dan atau kepada
siapa saja yang membutuhkan informasi sehubungan dengan materi tesis ini.
vi
Akhirnya, satu babak dalam perjalanan hidup ini tercapai sudah, telah terbuka
titik awal jalan baru untuk ditempuh dalam asa perjalanan hidup ini. Semoga harap
dan cita yang selalu menyemangati penulis selama ini bisa terealisasi hanya dalam
vii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang.………………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………… 8
C. Keaslian Penelitian …………………………………………………….. 9
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 9
E. Kegunaan Penelitian …………………………………………………… 10
viii
B. Tinjauan Tentang Kredit dan Perjanjian Kredit ………………………. 24
1. Pengertian Kredit …………………………………………………. 24
2. Jenis-Jenis Kredit …………………………………………………. 32
3. Perjanjian Kredit ………………………………………………….. 33
4. Kredit Bermasalah .............................…………………………….. 38
5. Penanganan Kredit Bermasalah .............................………………… 42
ix
C. Jalannya Penelitian …………………………………………………… 64
D. Analisa Data …………………………………………………………. 65
E. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi dan Cara Mengatasinya ……… 65
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN DEPOSITO
(KREDIT BACK TO BACK)
DI PT. BANK DANAMON INDONESIA, TBK KANTOR CABANG MANADO
INTISARI
Kata kunci : kredit back to back, deposito jaminan tidak ditanda tangani isteri atau
suami, wanprestasi
1
Jl. Jetisharjo No.560, Jetis II, Yogyakarta
2
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogakarta
LEGAL ASPECT OF BACK TO BACK LOAN AT PT. BANK DANAMON
INDONESIA TBK, BRANCH OF MANADO
ABSTRACT
The aim of this research is : (1) to know how PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk, Branch of Manado engages deposit guarantee which is spouse of
owner are excluded from this agreement, in guarantying back to back loan; (2) to
know how PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Branch of Manado frees a deposit
guarantee in which the engagement excludes spouse of owner if back to back loan
that is guaranteed default.
It based upon field research to get primary data and literature research to
get secondary data, and used interview and literature study as data collecting
technique. All of data was analyze with qualitative method.
The results are : (1) PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Branch of Manado
engaged loan with deposit guarantee that excluded spouse of debtor/guarantor
based on recommendation of head office credit committee toward the deviation.
PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Branch of Manado is not fully protected by
giving the deposit guarantee that excluded spouse of owner. (2) PT. Bank
Danamon Indonesia Tbk, Branch of Manado liquefied deposit guarantee to settled
back to back loan which had problem, if the payment is delayed during 14 days
and therefore debtor has been warned by Warning Letter 1 until 3 to settle the
arrears.
1
Jl. Jetisharjo No. 560, Jetis II, Yogyakarta
2
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perbankan menjadi sangat vital layaknya sebuah jantung dalam tubuh manusia.
Keduanya saling mempengaruhi dalam arti perbankan menjadi salah satu sumber
pembiayaan yang akan mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi, sehingga bank yang
ekonomi yang tidak sehat, lesu atau rapuh juga akan sangat mempengaruhi tingkat
Peranan lembaga perbankan yang sangat strategis ini terus ditata dan
yuridis yang lebih luas dan jelas serta mempertegas jangkauan pelayanan bank
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
bank mempunyai visi dan misi yang sangat mulia yaitu sebagai sebuah lembaga yang
Untuk melaksanakan visi dan misi tersebut, bank berperan sebagai agent of
dengan adanya jangka waktu antara pencairan kredit dengan pembayaran kembali. Ini
berarti bahwa semakin panjang jangka waktu kredit semakin tinggi pula resiko kredit
tersebut.
prinsip agar pihak perbankan dalam melakukan kegiatan usahanya harus bersasaskan
principle).
3
kredit, bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur
penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek
Mengingat bahwa agunan atau jaminan merupakan salah satu unsur dalam
pemberian kredit dan sebagai sarana perlindungan bagi keamanan kreditur untuk
adanya kepastian atas pelunasan hutang debitur, atau untuk pelaksanaan suatu prestasi
oleh debitur atau oleh penjamin debitur, maka meskipun berdasarkan unsur-unsur lain
jaminan tambahan atau agunan masih tetap diminta oleh pihak bank (Hasan, 1996 :
233).
Untuk memberi landasan yuridis bagi kreditur dalam melaksanakan hak dan
kekuasaan atas barang jaminan yang diserahkan oleh debitur atau penjamin debitur,
maka atas barang jaminan tersebut lebih dahulu dilakukan pengikatan menurut
Fidusia, Gadai atau dengan Jaminan Perorangan (Personal Guarantee) dan Jaminan
pada perorangan tertentu, selalu berupa suatu perjanjian antara seorang berpiutang
berutang (debitur), bahkan jaminan perorangan ini dapat diadakan tanpa pengetahuan
hubungan langsung antara perorangan yang satu dengan yang lain. Termasuk dalam
perikatan tanggung-menanggung.
Sedang jaminan kebendaan ialah jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu
benda dengan ciri-ciri mempunyai hubungan langsung dengan benda tertentu dari
debitur atau pihak ketiga sebagai penjamin, dapat dipertahankan terhadap siapapun,
selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan. Jaminan kebendaan ini selain
dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya juga dapat diadakan antara
(debitur) sehingga hak kebendaan ini memberikan kekuasaan yang langsung terhadap
Ada dua pertimbangan yang setidaknya menjadi prasyarat utama untuk sesuatu
1. Secured, artinya benda jaminan kredit dapat diadakan pengikatan secara yuridis
kemudian hari terjadi wanprestasi dari debitur, maka bank memiliki kekuatan
2. Marketable, artinya benda jaminan tersebut bila hendak dieksekusi dapat segera
dijual atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur (Ibrahim, 2004 :
71).
Sebagai salah satu bank yang terus menggulirkan kredit kepada masyarakat
umum, PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Kantor Cabang Manado (untuk
tersebut didasarkan pada tingkat likuiditas dan marketabilitas jaminan itu sendiri.
Yang paling likuid dan marketabel digolongkan sebagai Jaminan Utama, yang
sebagai Jaminan Tambahan. Jaminan Utama terdiri dari dana cash dari debitur atau
pihak ketiga (penjamin) yang dikhususkan untuk itu (bisa berupa tabungan, giro atau
deposito), emas, bank garansi dari bank lain, tanah dan bangunan yang
marketabilitas yang tinggi). Jaminan Penunjang terdiri dari tanah dan bangunan atau
dagang atau tagihan dagang (receivables) serta persediaan barang dagangan (stock
Bank Danamon termasuk bank yang cukup ketat dengan ketentuan rasio
kecukupan jaminan atau total collateral coverage (TCC). Benda yang akan
dijaminkan terlebih dahulu dilakukan penilaian (taksasi) oleh appraiser interen Bank
Danamon dengan patokan harga pasar (market value), kemudian dari harga pasar
tersebut dinilai lagi dengan menggunakan nilai Maximum Reliance Bank Danamon
(Bank Danamon value), yang range prosentasenya berbeda-beda, sesuai jenis barang
jaminannya. Dari nilai Bank Danamon inilah yang kemudian dijadikan sebagai dasar
Untuk jaminan dalam bentuk dana tunai dalam currency yang sama, nilai Bank
market value. Total collateral coverage suatu kredit harus mengkover minimal 125
% dari plafond kredit yang diberikan, komposisinya bisa terdiri dari total ketiga
kriteria jaminan tersebut, tetapi dengan minimum nilai kecukupan Jaminan Utama 80
%. Namun kecukupan collateral coverage sebesar 125 % ini dapat dikecualikan jika
jaminan yang diberikan adalah seluruhnya dalam bentuk dana cash dalam currency
yang sama, yaitu sudah cukup dengan total collateral coverage-nya sebesar 100 %
saja.
Utama, karena memiliki tingkat kepastian nominal yang sudah pasti dan likuiditasnya
pun paling likuid dibanding dengan jaminan lainnya. Oleh karena itu, jika
diserahkan. Selain faktor kepastian dan likuiditas tersebut, alasan lain sehingga Bank
Danamon, disatu sisi meminta, ataupun calon debitur, disisi lainnya, memberikan
jaminan deposito atas kreditnya adalah proses persetujuan kreditnya mudah, cepat,
pengelolaan keuangannya.
kredit dengan jaminan deposito itu, dalam banyak kasus justru menjadi salah satu
sumber permasalahan hukum tersendiri bagi bank, karena debitur yang memberikan
deposito sebagai jaminan, umumnya adalah debitur yang secara finansial kuat,
position-nya lebih kuat dibanding dengan debitur pada umumnya, pemilik deposito
jaminannya. Pengecualian yang umum diminta adalah pemilik deposito keberatan dan
tidak mau jika perjanjian kredit dan perjanjian jaminan gadai depositonya turut
ditanda tangani oleh isteri atau suaminya. Situasi ini menyebabkan bank berada
dalam posisi sulit, memilih antara pencapaian target atau pemenuhan aspek hukum
hukum, sehingga sering kali aspek hukum ini khususnya dalam hal pengikatan kredit
kepentingan, terlebih bagi bank yang tidak mau kehilangan bisnisnya, maka
terjadilah pengikatan kredit dan penjaminan deposito atas nama suami yang diikat
oleh bank tanpa persetujuan isteri, atau sebaliknya. Tidak ditanda tanganinya oleh
salah satu dari suami atau isteri atas perjanjian gadai deposito jaminan tersebut,
menjadi potensi masalah hukum ketika debitur kredit dengan jaminan deposito
tersebut wanprestasi.
Celah hukum tersebut, dapat menjadi dasar yuridis yang kuat bagi pihak
yang tidak memberikan persetujuan untuk melakukan intervensi hukum dengan cara
dilakukan oleh bank. Tuntutannya adalah pencairan deposito jaminan tidak dapat
B. Perumusan Masalah
berikut :
tidak turut ditanda tangani oleh isteri atau suami pemilik deposito ?
9
turut ditanda tangani oleh isteri atau suami pemilik deposito jika debitur kredit
C. Keaslian Penelitian
bahwa penelitian tentang Aspek Hukum Pemberian Kredit Dengan Jaminan Deposito
(Kredit Back to Back) Di PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk Kantor Cabang
Manado, lebih khusus lagi penelitian yang fokusnya kepada pengikatan jaminan
deposito yang tidak turut ditanda tangani oleh isteri atau suami pemilik deposito
jaminan, belum pernah ada. Dengan demikian penelitian ini adalah penelitian yang
pertama dan asli adanya, namun demikian apabila ternyata pernah dilakukan
D. Tujuan Penelitian
dengan jaminan deposito yang pengikatan kredit dan jaminannya tidak turut
kredit dan jaminannya tidak turut ditanda tangani oleh isteri atau suami pemilik
deposito jika debitur kredit yang dijamin dengan deposito tersebut wanprestasi.
10
E. Kegunaan Penelitian
1. Untuk dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi Bank Danamon dan para
pihak tentang Aspek Hukum Pemberian Kredit Dengan Jaminan Deposito (Kredit
Back to Back) yang pengikatan deposito jaminannya tidak turut ditanda tangani
2. Untuk melengkapi literatur dan bahan diskusi tentang kredit dengan jaminan
deposito (kredit back to back) dan sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab Kedua, Bagian Kesatu sampai dengan Bagian Keempat Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (untuk selanjutnya disebut KUH Perdata) dibawah titel
Tentang Perikatan, mulai dari pasal 1233 sampai dengan pasal 1864.
Kata “perjanjian” dan “perikatan” merupakan dua istilah yang dikenal dalam
KUH Perdata. Pasal 1313 KUH Perdata, memberikan definisi bahwa “perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
mendapatkan tanggapan beragam dari para sarjana hukum kita. Sofwan (1980 :
1), menyatakan bahwa definisi itu kurang lengkap lagipula terlalu luas. Kurang
lengkap karena yang dirumuskan dalam pasal itu hanya perjanjian sepihak saja,
12
tetapi tidak meliputi perjanjian timbal balik dimana para pihak saling
mengikatkan diri untuk timbulnya hak dan kewajiban bagi para pihak. Terlalu
membuat janji kawin dan perbuatan-perbuatan semacam itu yang diatur dalam
buku III ini adalah perjanjian di dalam lapangan hukum harta kekayaan antara dua
Berusaha melengkapi definisi perjanjian yang terdapat pada pasal 1313 KUH
perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling
hubungan hukum antara dua orang yang bersepakat untuk menimbulkan akibat
hukum.”
Definisi yang lebih jelas dan tidak semata menekankan pada subjeknya adalah
“Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain
atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.”
benda/kekayaan.
perhubungan hukum mengenai harta benda antar dua pihak, dalam mana suatu
pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk
tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji
itu.”
hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi
kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus
antara subjek hukum dengan subjek hukum yang melahirkan kewajiban pada
salah satu subjek hukum dalam perikatan tersebut. Adanya kewajiban pada salah
satu pihak dalam hubungan hukum perikatan tersebut akan melahirkan hak pada
pihak lainnya dalam hubungan hukum perikatan tersebut (Muljadi, 2004 : 10).
14
meliputi semua hubungan hukum antara dua pihak, dimana disatu pihak ada hak
dan dilain pihak ada kewajiban didalamnya termasuk semua hubungan hukum
yang muncul dari hubungan hukum dalam lapangan hukum keluarga dan hukum
acara.
perjanjian dan perikatan pada dasarnya adalah sama yaitu keduanya merupakan
perikatan jauh lebih luas dari perjanjian sebab hubungan hukum yang ada dalam
perikatan munculnya tidak hanya dari perjanjian tetapi juga dari Undang-undang.
mengikat para pihak berdasar pada kesepakatan (kata sepakat) diantara mereka,
perjanjian, oleh karena dasar perjanjian adalah kesepakatan para pihak maka tidak
Pasal 1320 KUH Perdata merumuskan empat syarat untuk sahnya suatu
a. Sepakat.
persesuaian kehendak dari kedua subyek mengenai hal-hal yang pokok dari
perjanjian yang diadakan. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, juga
dikehendaki oleh pihak yang lain, mereka menghendaki sesuatu yang sama secara
timbal-balik.
Dalam kata sepakat ini, para pihak harus mempunyai kebebasan kehendak.
Artinya dalam mencapai atau menentukan kata sepakat tersebut para pihak tidak
Menurut Pasal 1321 KUH Perdata, ada tiga hal yang menyebabkan cacat
kehendak dalam suatu perjanjian. Ketiga hal tersebut terlihat dalam rumusan
16
pasalnya sebagai berikut “tiada kata sepakat yang sah apabila sepakat itu
(bedrog), belakangan ini juga berkembang faham bahwa cacat kehendak juga bisa
keunggulan ini jika disalahgunakan oleh salah satu pihak akan melahirkan
berpengalaman.
2) Suatu hal yang nyata (kenbaarheid), disyaratkan bahwa salah satu pihak
itu walaupun dia mengetahui atau seharusnya mengerti bahwa dia seharusnya
tidak melakukannya.
17
b. Cakap
Orang yang membuat perjanjian itu harus cakap menurut hukum. Pada
asasnya, setiap orang yang sudah dewasa atau akil-baliq dan sehat pikirannya
adalah cakap menurut hukum. Pasal 1330 KUH Perdata disebut sebagai orang-
orang-orang yang belum berumur 21 tahun dan / atau tidak telah menikah. Secara
2) telah menikah, termasuk mereka yang belum berusia 21 tahun tetapi telah
menikah.
pengampuan atau curatele ini harus diingat bahwa curatele tidak pernah terjadi
18
demi hukum, tetapi selalu harus didasarkan atas permohonan (sesuai Pasal 434
sampai dengan Pasal 445 KUH Perdata) dan ia baru mulai berlaku sejak ada
ketetapan pengadilan atas permohonan itu (Pasal 446 KUH Perdata). Satrio
karena :
dilihat dulu apakah ada perjanjian kawin atau tidak. Jika terdapat perjanjian kawin
yang isinya tidak ada percampuran harta sama sekali, maka ketentuan bahwa
isteri tidak cakap melakukan perbuatan hukum tidak berlaku lagi. Lain halnya jika
tidak ada perjanjian kawin maka demi hukum telah terjadi percampuran harta
Hal tertentu artinya adalah objek perjanjian itu sendiri, yaitu apa yang
diperjanjikan. Hak-hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian itu harus jelas
“Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling
sedikit ditentukan jenisnya.
Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja
jumlah itu terkemudian dapat ditentukan atau dihitung”.
Sebab yang halal bukan berarti sesuatu hal yang menyebakan perjanjian itu
dibuat, tetapi menunjuk kepada pokok atau substansi dari apa yang diperjanjikan
itu harus halal adanya. Hukum perjanjian tidak mempermasalahkan motivasi apa
yang mencetuskan pembuatan perjanjian, tetapi kepada substansi atau isi daripada
perjanjian itu.
Konsekuensi dari tidak terpenuhinya salah satu atau kedua syarat subjektif
maka perjanjian dapat dibatalkan (vernietigbaar atau voidable). Dalam hal ini
pengadilan negeri. Sepanjang perjanjian itu tidak dibatalkan oleh hakim, maka
menurut Subekti, perjanjian itu tetap mengikat para pihak, sepanjang ada
kesediaan para pihak (Subekti, 1990 : 20). Sedangkan jika salah satu atau kedua
syarat ojektif tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum (nietig atau
null and void). Artinya bahwa demi hukum, perjanjian itu tidak pernah lahir dan
3. Berakhirnya Perjanjian
karena suatu perikatan dapat saja hapus sedangkan perjanjiannya yang merupakan
barang (levering). Dengan dibayarnya harga jual beli, maka perikatan untuk
karena masih ada satu perikatan lagi yang belum dilakukan yaitu perikatan untuk
a. karena pembayaran
ketentuan pasal 1066 ayat 3 jo ayat 4 KUH Perdata dimana perjanjian untuk
tidak mengadakan pemecahan harta oleh ahli waris hanya dapat dilakukan
kuasa, akan hapus dengan meninggalnya salah satu pihak (pasal 1813 KUH
Perdata).
4. Wanprestasi
kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut yang
satu pihak dalam perjanjian. Ketiadaan prestasi ini bisa terwujud dalam beberapa
keraguan pada waktu mana debitur tidak memenuhi prestasi, apakah termasuk
tidak memenuhi prestasi sama sekali atau terlambat dalam memenuhi prestasi.
Apakah debitur sudah tidak mampu memenuhi prestasinya maka hal ini termasuk
pada yang pertama, tetapi apabila debitur masih mampu memenuhi prestasi, ia
dianggap sebagai terlambat dalam memenuhi prestasi. Bentuk ketiga adalah jika
diperbaiki maka ia dianggap terlambat tetapi jika tidak dapat diperbaiki lagi maka
Pertanyaan yang sering kali timbul dalam praktek adalah sejak kapan debitur
Dalam hal tenggang waktu yang tidak ditentukan maka diperlukan suatu
tindakan hukum dari bank berupa teguran atau somasi kepada debitur. Somasi ini
dimaksudkan untuk teguran bahwa debitur telah lalai memenuhi prestasi dan
dalam memenuhi prestasinya sesuai tanggal yang ditentukan dalam somasi, maka
dalam hal ini debitur telah dinyatakan wanprestasi (Muhammad, 1992 : 22).
pemenuhan prestasi, maka menurut Pasal 1238 KUH Perdata, debitur dianggap
Praktek baik perbankan yang ada saat ini, walaupun umumnya masalah
wanprestasi telah diatur tenggang waktunya dalam perjanjian kredit, tetapi bank
tetap membuat somasi kepada debitur untuk menegaskan bahwa ia telah benar-
benar wanprestasi.
Lalu apa akibat hukumnya jika debitur wanprestasi? Akibat hukum bagi
debitur dalam hal ia wanprestasi adalah hukuman atau sanksi-sanksi, yang oleh
hukum telah mengatur hal ini. Sanksi-sanksi hukumnya, antara lain adalah :
a. Debitur diharuskan membayar ganti rugi yang telah diderita oleh kreditur
1. Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Romawi “credere” yang artinya “percaya”.
1991 : 23).
Dalam masyarakat umum, istilah kredit sudah tidak asing lagi dan bahkan
dapat dikatakan populer dan merakyat, sehingga dalam bahasa sehari-hari sudah
kepercayaan.
(misalnya uang dan barang) dengan balas prestasi (kontra prestasi), akan terjadi
pada bentuk kontra prestasi yang akan diberikan oleh nasabah peminjam (debitur)
kepada pihak bank selaku kreditur atas pemberian kredit atau pembiayaan
dimaksud. Pada bank dengan prinsip konvensional kontra prestasi yang diberikan
debitur adalah berupa “bunga”, sedangkan pada bank dengan prinsip syariah
kontra prestasinya berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan kesepakatan
bersama.
26
dengan pihak lain dalam hal ini nasabah peminjam dana. Perjanjian mana dibuat
atas dasar kepercayaan bahwa peminjam dalam tenggang waktu tertentu akan
melunasi atau mengembalikan uang atau tagihan tersebut kepada bank disertai
kredit. Tentang hal ini, Suyatno (2003 : 14) mengemukakan bahwa unsur-unsur
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterimanya pada masa yang akan
datang.
c. Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari
kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit
d. Prestasi atau objek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang tetapi juga
dalam bentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern
27
tersebut haruslah sampai pada suatu keyakinan sejauh mana konsep penilaian
Menurut Halle (1983 : 54), jika seorang bankir memberikan pinjaman kepada
bentuk analisis kredit untuk membantu menentukan resiko yang ada atau yang
mungkin terjadi dari pinjaman yang diberikan. Untuk itu analisis kredit amat
a. Menentukan berbagai resiko yang akan dihadapi oleh bank dalam memberikan
c. Mengetahui jenis kredit, jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang
menggunakan instrument analisa kredit yang terkenal dengan nama azas “the five
of credit” , yaitu :
a. Character (karakter).
b. Capacity (kemampuan).
c. Capital (modal).
d. Collateral (jaminan).
Oleh Henderson dan Maness (1989 : 67) menjelaskan secara singkat konsep
“5 C” tersebut adalah :
a. Character (watak).
Adalah adanya keyakinan dari pihak bank bahwa calon debitur mempunyai
moral, watak ataupun sifat yang dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar
belakang debitur, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang
bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianut dalam
b. Capacity (kemampuan)
sumber pelunasan kredit yang utama sesuai dengan jadwal yang sudah
disetujui bersama.
c. Capital (modal)
Penilaian pada aspek ini diarahkan pada kondisi keuangan nasabah, yang
terdiri dari aktiva lancar (current assets) yang tertanam dalam bisnis dikurangi
dengan kewajiban lancar (current liabilities) yang disebut dengan modal kerja
(working capital); dan modal yang tertanam pada aktiva jangka panjang dan
struktur modal (capital structure) debitur, sehingga bank dapat melihat modal
debitur sendiri yang tertanam pada bisnisnya dan berapa jumlah yang berasal
dari pihak lain (kreditur dan supplier). Bank harus mengetahui “debt to equity
d. Collateral (jaminan)
bahwa debitur dengan bisnisnya mampu melunasi kredit, dimana agunan ini
utangnya. Jaminan tambahan ini dapat berupa kekayaan milik debitur atau
pihak ketiga.
mengikuti fluktuasi ekonomi, baik dalam negeri maupun luar negeri, dan
dugaan semula.
jumlah besar, menurut Henderson dan Maness (1989 : 79) perlu ditambahkan
a. Purpose
debitur agar penggunaan jumlah atau jenis kredit tersebut terarah, aman dan
otorita moneter.
31
b. People
Adalah penilaian yang dilakukan terhadap calon debitur tentang siapa mitra
calon debitur.
c. Protection
d. Payment
jelas bagaimana posisi cash in dan cash out, yang menggambarkan apakah
e. Perspective
Posisi usaha debitur pada waktu yang akan datang apakah mampu mengikuti
menggunakan kriteria :
32
1) Return, yaitu hasil usaha yang akan dicapai dari kegiatan yang
2. Jenis-Jenis Kredit
dalam dua jenis kredit, yaitu berdasarkan jangka waktu (term) dan berdasarkan
a. Kredit jangka waktu pendek (short-term loan), yaitu kredit dengan jangka
c. Kredit jangka panjang (long-term loan), yaitu kredit dengan jangka waktu
menjadi :
a. Kredit konsumtif, yaitu kredit kepada orang perorangan dengan tujuan untuk
Kredit Pemilikan Mobil (KPM), Kredit Pemilikan Sepeda Motor (KPSM) dan
lain sebagainya.
1) Kredit investasi, yaitu kredit untuk pengadaan barang modal atau jasa bagi
usaha debitur;
2) Kredit modal kerja, yaitu kredit untuk pembiayaan modal kerja usaha-
penjualannya;
3) Kredit likuiditas, yaitu kredit dari Bank Indonesia yang diperuntukan bagi
berbagai sektor.
3. Perjanjian Kredit
Perdata. Oleh karena itu untuk memahami pengertian perjanjian kredit perlu
“dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, dalam semuanya itu
sebagaimana diatur dalam Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUH Perdata.”
34
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Hay (1975 : 67) bahwa “perjanjian
Hal yang sama dikemukakan pula oleh Badrulzaman (1994 : 110), bahwa
adalah :
“Perjanjian pinjam meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan
ini akan mengembalikan sejumlah uang yang sama dari macam dan keadaan
yang sama pula.”
Sarjana lainnya, seperti Hasan berpendapat lain, bahwa perjanjian kredit tidak
tepat dikuasai oleh ketentuan Bab XIII Buku III KUH Perdata, sebab antara
b. Dalam perjanjian kredit sudah ditentukan bahwa pemberi kredit adalah bank
d. Pada perjanjian kredit dan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah telah
hanya berupa bunga saja, dan bunga inipun baru ada apabila diperjanjikan.
dan inipun baru ada apabila diperjanjikan, dan jaminan itu hanya merupakan
Senada dengan pendapat dari Hasan diatas, Ibrahim (2004 : 28) juga
meminjam yang diatur dalam Bab XIII Buku III KUH Perdata, baik dari
tetapi dengan perbedaan tersebut tidaklah berarti dapat dilepaskan sama sekali
kedua belah pihak yaitu pihak bank sebagai kreditur dan pihak nasabah sebagai
Perjanjian kredit adalah suatu perjanjian pokok yang bersifat riil artinya
terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada
nasabah debitur. Perjanjian kredit harus diikuti dengan penyerahan uang secara
diperjanjikan dalam perjanjian kredit tidak jadi dicairkan. Ini terjadi jika bank
37
mendapat informasi baru yang tidak menguntungkan tentang debitur. Ada juga
Penyerahan uang kepada penerima kredit bergantung pula pada sifat atau jenis
kredit yang diperjanjikan. Jika kredit itu dalam bentuk investasi, maka
telah disediakan oleh bank dalam bentuk blanko, sedangkan debiturnya tinggal
mempelajari dan memahaminya dengan baik. Kelemahan dari perjanjian ini, jika
dilihat dari sudut debitur, adalah debitur tinggal memiliki salah satu pilihan dari
dua pilihan yakni menerima atau menolak, tanpa adanya kemungkinan melakukan
negosiasi atau tawar menawar dengan bank. Dalam hal ini debitur tidak dapat
hubungan kontraktual antara para pihak. Dalam perjanjian kredit dapat ditelusuri
sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang
4. Kredit Bermasalah
bermasalah (non performing loan). Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan
kredit, tetap saja ada kemungkinan kredit tersebut bermasalah. Itulah sebabnya
adalah hal yang wajar jika setiap bank memiliki kredit bermasalah. Tetapi
sungguhpun demikian, tidak semua kredit bermasalah itu adalah kredit macet.
Suatu kedit bermasalah yang tidak dikelolah dengan baik akan mengakibatkan
oleh kesalahan atau kelalaian dari pihak bank sendiri atau dari pihak nasabah,
ataupun oleh karena keadaan memaksa (force majeur). Bank hanya berusaha
39
a. Lancar (L)
d. Diragukan (D)
e. Macet (M)
perhatian khusus dinilai sebagai kredit yang tidak bermasalah (adalah performing
loan), sedangkan kredit yang termasuk dalam golongan kurang lancar, diragukan
dan macet dinilai sebagai kredit bermasalah (non performing loan). Beberapa
berikut :
kriteria :
40
90 hari; atau
pengikatan jaminan.
41
3) dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
termasuk dalam kolektibilitas non performing loan. Ini penting karena penurunan
penilaian sehat tidaknya suatu bank salah satunya ditentukan dari berapa besar
non performing loan bank itu. Untuk itu setiap bank secara periodik selalu
a. Prospek usaha
c. Kemampuan membayar.
Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan untuk menilai kualitas kredit, dan
Kredit bermasalah akan menjadi beban bank karena ia menjadi salah satu
tolok ukur bagi Bank Indonesia untuk menilai kinerja bank itu sendiri. Untuk itu
adanya kredit bermasalah, perlu penyelesaian yang cepat, tepat dan akurat, perlu
42
Restructuring.
pada waktu tertentu (grace period), penurunan suku bunga, pembebasan bunga
penambahan jumlah kredit (injection) dan atau merubah struktur kredit misalnya
tidak berhasil, maka penanganan atau upaya penagihan kredit yang terakhir
43
repayment). Dalam hal ini akan dilakukan upaya hukum eksekusi atas jaminan,
yang tindakan hukumnya tergantung daripada jenis dan macam jaminan yang
dijadikan upaya bank yang paling akhir dilakukan, hanya apabila upaya-upaya
1. Pengertian Jaminan
hak dan kekuasaan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari hasil
pada waktu yang telah ditentukan. Normalnya, setiap bank berusaha agar kredit
yang disalurkan merupakan secured loans, karena didukung dengan jaminan dan
jaminan. Jadi jika kredit tidak dapat lagi dilunasi dari usaha sebagai first source of
repayment, maka bank akan menempuh jalan pelunasan terakhir dari jaminan
Penulis memakai kata “jaminan” dalam tesis ini sebagai pengertian daripada
materiil (berwujud) berupa benda-benda bergerak dan benda tetap atau jaminan
sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan janji
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Hadisoeprapto (1984 : 50) yang
kewajiban, yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.”
Bahwa jaminan yang baik atau ideal, menurut Subekti dalam bukunya
a. Yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang
memerlukannya;
(meneruskan) usahanya;
45
barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu, bila perlu dapat
adalah seluruh harta kekayaan seseorang, baik barang bergerak, tidak bergerak,
barang berwujud maupun tidak berwujud, baik yang diserahkan secara tegas
Dalam praktek, jaminan yang sering diterima oleh kreditur bank bukan hanya
milik debitur itu sendiri tetapi juga milik pihak ketiga yang atas kemauannya
sendiri menyerahkan secara tegas harta kekayaannya untuk menjamin kredit dari
debitur.
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun
yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya perseorangan.”
Dari rumusan pasal tersebut menunjuk kepada sifat jaminan yang umum,
artinya benda jaminan tidak ditunjuk secara khusus dan juga tidak diperuntukan
kedudukan para kreditur itu konkuren satu sama lainnya, dan atas harta kekayaan
proporsional. Jadi jaminan umum ini lahir secara otomatis karena ditentukan oleh
Undang-undang.
jaminan khusus ini harus dibuat dengan perjanjian antara kreditur disatu pihak
Penggolongan jaminan yang lain, yang sangat umum dilakukan oleh para
langsung pada perorangan tertentu, selalu berupa suatu perjanjian antara seorang
dari si berutang (debitur), bahkan jaminan perorangan ini dapat diadakan tanpa
menimbulkan hubungan langsung antara perorangan yang satu dengan yang lain.
berupa hak mutlak atas sesuatu benda dengan ciri-ciri mempunyai hubungan
47
langsung dengan benda tertentu dari debitur atau pihak ketiga sebagai penjamin,
debiturnya tetapi dapat juga diadakan antara kreditur dengan pihak ketiga yang
atau kedudukan istimewa bagi kreditur penerima jaminan itu terhadap kreditur
lainnya.
1. Pengertian Gadai
Ketentuan Gadai diatur dalam Buku II Bab XX KUH Perdata mulai pasal
1150 sampai dengan 1160. Menurut ketentuan Pasal 1150 bahwa pihak yang
menggadaikan disebut “pemberi gadai” dan pihak yang menerima gadai disebut
Lembaga jaminan Gadai hingga saat ini banyak ditemukan dalam praktek.
Kedudukan pemegang gadai jika dibandingkan dengan fidusia, lebih kuat karena
benda jaminan berada dalam penguasaan kreditur. Dalam hal ini kreditur selaku
pemegang gadai terhindar dari itikad buruk (the kwader trouw) dari pemberi
gadai, sebab dalam gadai benda jaminan sama sekali tidak boleh dipegang oleh
“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau oleh
seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada
siberpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian
biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untu
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan”
“Sebuah hak atas benda bergerak milik orang lain yang dimaksud tujuannya
bukan memberikan kepada orang yang berhak terhadap gadai itu (penerima
gadai) nikmat benda tersebut, tetapi hanyalah untuk memberikan kepadanya
jaminan tertentu bagi pelunasan suatu hutang”.
Dari perumusan di atas dapat disimpulkan bahwa gadai adalah suatu hak
kebendaan yang mempunyai objek berupa benda bergerak yang berwujud dan
tidak berwujud yang penyerahannya dilakukan oleh debitur atau orang lain atas
undang.
untuk menjaga agar jangan sampai siberhutang lalai dalam pembayaran uang
pinjamannya.
sendiri, ada maupun hapusnya bergantung pada perjanjian pokoknya dan apabila
sebagai berikut :
ketentuan gadai yang bersifat memaksa, tetapi perjanjian pokok itu sendiri
yang biasanya perjanjian kredit, tetap berlaku, kalau ia dibuat secara sah.
Hanya saja tagihan tersebut kalau tidak ada dasar preferensinya sekarang
pokok meliputi pula semua accessoir, dalam mana termasuk kalau ada hak
gadainya, yang demikian sesuai dengan ketentuan pasal 1533 KUH Perdata.
50
Menurut Hoey Tiong (1985 : 17), unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam
a. Gadai lahir karena penyerahan kekuasaan atas barang gadai kepada kreditur
pemegang gadai.
b. Penyerahan barang itu dapat dilakukan oleh debitur pemberi gadai atau orang
c. Barang yang menjadi objek gadai atau barang atau barang gadai hanyalah
benda/barang bergerak.
2) Hak menjual barang gadai dengan perantaraan hakim, ini sesuai dengan
3) Hak menahan benda sampai segala macam hutang debitur dibayar lunas
kreditur lainnya (hak preferen), sesuai dengan pasal 1150 KUH Perdata.
rangka menjaga agar nilai barang gadai tidak merosot, sesuai dengan pasal
1) Tidak dapat atau tidak wenang untuk memiliki benda jaminan secara
gadai jika hilang atau merosotnya barang gadai tersebut atas kelalaiannya,
jaminan untuk kepentingan diri sendiri kecuali ada perjanjian secara tegas
yang memungkinkan untuk itu, sesuai dengan pasal 1159 KUH Perdata.
itu dijual atas kekuasan sendiri, sesuai pasal 1155 dan 1156 KUH Perdata.
didapatkan dari barang gadai (jika barang gadai berupa piutang atau
2) Berhak menuntut pemegang gadai jika atas penjualan barang gadai telah
pelunasan hutang yang tidak dapat diselesaikan, sesuai pasal 1155 KUH
Perdata.
53
gadai, pelunasan mana berasal dari hasil penjualan barang gadai, sesuai
Ada enam alasan yang dikemukakan oleh Satrio (2002 : 132) dimana
1. Pengertian Deposito
dengan bank”
dana oleh nasabah penyimpan (deposan) kepada pihak bank, dimana berdasarkan
54
perjanjian antara keduanya, dana itu dapat ditarik kembali oleh nasabah setelah
Kata perjanjian yang terdapat pada pasal 1 angka (7) UU Perbankan tersebut
menunjukan bahwa simpanan deposito yang lahir dari perjanjian yang dibuat
antara pihak bank dengan nasabah, tidak terikat bentuknya, tetapi diberikan
sengaja demikian untuk memberikan ruang gerak kepada bank dan nasabah dalam
yang diberikan pada simpanan deposan di bank yang lasim diletakkan pada
Referensi dari sarjana lain, seperti Karim (2004 : 411), juga mengemukakan
pendapat bahwa : “uang yang dititipkan pada bank oleh pribadi maupun lembaga
usaha tertentu untuk disimpan dan kemudian ditarik kembali saat dibutuhkan atau
berdasarkan syarat yang telah disepakati bersama, yang dapat dimintai atau
simpanan uang ke bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian yang telah disepakati yang dibuat secara tertulis oleh
2. Jenis-jenis Deposito
a. Deposito berjangka (time deposit), yaitu simpanan dalam rupiah milik pihak
kedua belah pihak. Dalam praktek sehari-hari jenis ini lasim disebut deposito
biasa.
penempatannya ada syarat jumlah minimal tertentu, biasanya lebih besar dari
ialah ketika jatuh tempo maka pihak bank harus melakukan perpanjangan
otomatis tersebut.
d. Sertifikat Deposito, adalah surat berharga yang pada hakikatnya sama dengan
surat tanda bukti menyimpan uang. Perbedaan dengan deposito biasa adalah
56
sebagai surat berharga atas unjuk yang dapat diperjual-belikan atau dipindah
tangankan, sedangkan deposito biasa diterbitkan atas nama dan tidak dapat
diperlukan sebagai salah salah satu sumber pembayaran kredit jika kredit yang
jaminan kredit tidak terlepas dari sifat kepastian jumlahnya yang memang sangat
memberikan tingkat keamanan yang sangat tinggi dan pasti bagi kreditur. Apalagi
kredit.
Selain karena sifatnya yang sangat likuid tersebut, dari sudut debitur, faktor
proses permohonan dan approval kredit serta biaya. Dibandingkan dengan kredit
sangat cepat dan tidak berbelit-belit. Demikian juga dengan biaya, dalam kredit
dengan jaminan deposito (back to back loan), biaya kredit yang dikeluarkan oleh
debitur dapat ditekan sedemikian rupa sehingga bisa jauh lebih murah
57
dibandingkan dengan kredit umum dengan jaminan lainnya. Hal ini disebabkan
tangan;
b. karena kepentingan kreditur yang tidak mau kehilangan bisnis dari sisi
kreditur, maka bagi kreditur, deposito jaminan ini juga membawa keuntungan
lebih kuat dibanding dengan jenis-jenis kredit dengan jaminan selain deposito.
sehingga atasnya, dapat dibebani dengan hak gadai. Terhadap gadai atas benda
bergerak tersebut maka hukum yang berlaku adalah ketentuan dalam KUH
Hak gadai terjadi dengan penyerahan benda gadai secara nyata sehingga
atas benda bergerak itu ada pada pemegang gadai. Hal tersebut tercantum dalam
“Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bawa diletakkan
pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak.”
58
diadakan perjanjian gadai, terlebih dahulu harus ada perjanjian kredit sebagai
perjanjian pokoknya.
perjanjian gadai antara pemilik deposito dengan pihak bank. Menurut hukum,
akta perjanjian gadai dapat dibuat secara sah dengan dilakukan secara notaril
c. Tahap ketiga. Untuk membebankan hak gadai maka setelah pembuatan akta
gadai, dalam hal ini pihak bank. Penyerahan tersebut merupakan penyerahan
yang nyata, artinya bilyet deposito itu harus benar-benar diserahkan dibawah
kekuasaan bank, tidak boleh hanya berdasarkan pada pernyataan dari pemberi
gadai saja, tetapi benda itu masih berada didalam kekuasaannya. Penyerahan
perkawinan atau tidak. Untuk itu perlu diperhatikan status perkawinan daripada
debitur atau penjaminnya. Jika di dalam perkawinan tersebut ada perjanjian kawin
yang menyebabkan tidak ada percampuran harta, maka dalam hal pengikatannya,
pemilik deposito dapat bertindak sendiri tanpa adanya persetujuan dari isteri atau
sehingga demi hukum harus dipandang bahwa telah terjadi persatuan harta secara
bulat, maka diperlukan persetujuan penjaminan dari isteri atau suami pemilik
deposito. Ini penting guna memenuhi ketentuan hukum dalam penjaminan harta
BAB III
CARA PENELITIAN
Sebagai suatu hasil karya ilmiah yang memenuhi nilai-nilai ilmiah, maka
A. Sifat Penelitian
yang tidak turut ditanda tangani oleh isteri atau suami pemilik deposito di PT.
penelitian lapangan (studi lapangan) guna mendapatkan data primer. Dan untuk
dan kaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dari penelitian ini diharapkan dapat
diperoleh.
B. Jenis Penelitian
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat yang diurut
4) Akta Perjanjian Kredit dan Akta Gadai Deposito yang berlaku di PT.
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
a. Lokasi penelitian
b. Subyek penelitian
back).
63
back to back. Jumlah debitur back to back yang ada di PT. Bank
responden.
hanya memuat garis besar tentang hal yang akan ditanyakan, selanjutnya
C. Jalannya Penelitian
berikut :
1. Tahap persiapan, yaitu tahap pra penelitian dengan terlebih dahulu melakukan
/ pengambilan responden.
2. Tahap pelaksanaan, yaitu tahap pengerjaan penelitian itu sendiri. Tahap ini
D. Analisis Data
Seluruh data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian lapangan
dan pustaka diklasifikasikan dan disusun secara sistematis, sehingga dapat dijadikan
Langkah selanjutnya, dari data primer dan data sekunder yang telah disusun
dan ditetapkan sebagai sumber dalam penyusunan tesis ini kemudian dianalisa secara
menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan
deskriptif yaitu metode analisis dengan memilih data yang menggambarkan keadaan
sebenarnya di lapangan.
Gadjah Mada ini, peneliti adalah karyawan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk yang
bekerja selama 13 tahun dalam berbagai jabatan di beberapa kota, mulai dari Legal
and Appraisal Officer di Cabang Palu, Account Officer di Cabang Palu , Vice Branch
Bank Danamon Change Management pada saat Bank Danamon diambil alih oleh
66
Konsorsium Asia Finance Indonesia (Asia Financial Indonesia, Pte. Ltd.), menjadi
demikian para responden (nara sumber) baik yang berasal dari pejabat bank yang
hambatan yang ditemui hanyalah pada penentuan waktu untuk wawancara dengan
kesibukan dalam usahanya masing-masing. Hambatan ini diatasi dengan lebih dahulu
waktu bertemu dan peneliti tinggal menyesuaikan dengan kesediaan waktu mereka.
BAB IV
A. Gambaran Umum PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dan Kantor Cabang
Manado
PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk didirikan pada tahun 1956 dengan nama
PT. Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 dilakukan penggantian nama
menjadi PT. Bank Danamon Indonesia, nama itu terus dipertahankan hingga
kini. Bank Danamon mencatatkan diri sebagai bank devisa swasta pertama di
Indonesia pada tahun 1976 dan menjadi Perseroan Terbuka pada tahun 1989.
Pada tahun 1997, sebagai akibat krisis moneter di Asia, Bank Danamon
Perbankan Nasional (BPPN) sebagai salah satu Bank Take Over (BTO). Pada
Danamon dengan obligasi pemerintah senilai Rp 32 triliun. Saat itu juga, Bank
Danamon sebagai sebuah bank BTO dilebur ke Perseroan sebagai bagian dari
Pada tahun 2000, delapan bank BTO lainnya dilebur ke dalam Bank
Danamon. Bank-bank tersebut adalah : Bank Rama, Bank Duta, Bank Tiara,
Bank Nusa Nasional (BNN), Bank Tamara, Bank Risjad Salim Internasional
68
(Bank RSI), Bank Jaya, dan Bank Pos. Sejak saat itu, sebagai surviving entity,
sistem, nilai, perilaku serta identitas perusahaan. Upaya ini berhasil meletakkan
“Profesionalisme” (TRIP).
Pada tahun 2003, melalui dealing dengan BPPN, Bank Danamon diambil
alih oleh Konsorsium Asia Finance Indonesia (Asia Financial Indonesia, Pte.
Konsorsium Asia Finance ini adalah Temasek, Pte. Ltd., yaitu salah satu
pemetaan model bisnis dan strategi baru, Bank Danamon terus menjalani
nasional terkemuka dan pelaku regional unggulan. Menurut data publikasi Bank
adalah 68,2 % oleh Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd., dan sisanya 31,8 %
oleh publik.
“Kita peduli dan membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan (We care and
terpusat pada nasabah, Bank Danamon yang melayani semua segmen dengan
keunggulan penjualan dan pelayanan, dan didukung oleh teknologi kelas dunia.
Guna merealisasikan Visi dan Misi tersebut, Bank Danamon memiliki nilai-
nilai yang harus dipegang teguh oleh seluruh karyawan dalam melaksanakan
kinerja keuangan Bank Danamon dari bulan Januari hingga bulan September
periode yang sama pada tahun 2006. Dengan Total Aktiva Rp.87.987 Milyar,
Rp.2.542 Milyar, Laba Bersih Setelah Pajak Rp.1.600 Milyar (ROAA 2,5 %),
dengan cost to income ratio sebesar 46,8 %. Total kredit yang disalurkan adalah
pihak ketiga (loan to deposit ratio) termasuk salah satu yang tertingi di
perbankan yang ada saat ini, yaitu dengan ratio 85 %. Bank Danamon juga
berhasil menekan non performing loan-nya dengan ratio gross 2,8 %, angka ini
masih berada dalam angka yang terkendali dan dibawah angka rata-rata
perbankan nasional.
Hingga saat ini Bank Danamon di dukung oleh 1.400 cabang, tersebar di
karyawan 33.000 orang. Selain unit konvensional, Bank Danamon juga telah
memiliki unit usaha syariah, yang dirintis sejak tahun 2002, hingga saat ini telah
Januari 2007, Worlds Best Trade Finance Awards 2007 pada bulan Januari
2007 dan Service Quality Award 2007 pada bulan Maret 2007. Demikian juga
dengan unit usaha syariahnya, telah mendapatkan penghargaan antara lain The
Best Phone Handling dan The Best Overall Service Quality dari Islamic
Banking Quality Award pada tahun 2005, pemenang kedua Loyalty Index
Syariah Banking pada tahun 2005, pemenang ketiga Best Syariah Banking pada
tahun 2006 dan The Most Innovative Syariah Bank pada bulan September 2007.
71
nilai strategis, karena selain sebagai kota yang sedang berkembang di Indonesia
Timur, juga merupakan salah satu kota yang menjadi pusat perdagangan di
perbatasan Indonesia dan Philipina, sehingga memiliki potensi bisnis yang baik
di masa yang akan datang. Untuk itulah Bank Danamon membuka kantor
dicapai, saat ini Bank Danamon Manado memiliki 3 kantor cabang pembantu,
remote oleh Kantor Cabang Induknya yaitu Kantor Cabang Manado Toar.
empat unit kerja, yakni : Unit Bisnis, yang terdiri dari Small Medium Enterpize
(SME) dan Consumer atau Primagold Banking (PB); Unit Operasional; dan
Supporting Business Unit. Keempat unit kerja ini masing-masing dipimpin oleh
masing-masing. Unit bisnis yang terbagi dalam dua sub unit, diberi tanggung
jawab pada pencapaian target baik dari sisi penyaluran kredit (loan) maupun
pengumpulan dana pihak ketiga (funding). Target market unit SME adalah
72
kriteria total asset produktif nasabah tidak boleh lebih dari Rp.5 milyar, atau
indikator lainnya dari sisi kredit, total kredit perbankan yang dinikmatinya
maksimum Rp.5 milyar. Dari sisi funding, SME ditargetkan untuk pencapaian
lainnya. Dari sisi funding, target market unit consumer adalah nasabah-nasabah
transaksi tunai maupun non-tunai di teller serta pelayanan jasa-jasa bank lainnya
berupa jasa transfer, inkaso, kliring, anjungan tunai mandiri (ATM), save
oleh bank-bank kompetitor yang ada di Manado. Dari data Statistik Bank
kinerja yang cukup baik. Dari sisi kredit, Bank Danamon berhasil menguasai
market share sebesar 12,9 % dari total penyaluran kredit perbankan yang ada di
wilayah Kota Manado sebesar Rp.1.972 milyar. Di sisi funding juga demikian,
berhasil menguasai market share sebesar 9,5 % dari total funding perbankan
sebesar Rp.3.836 milyar. Penyaluran kredit terkontrol dengan baik, hal itu
nampak pada angka gross kredit bermasalah yang hanya sebesar Rp.6,0 milyar.
Dari segi profitabilitas, sesuai data per tanggal 30 September 2007, Bank
guna peningkatan taraf hidup seluruh rakyat Indonesia. Peran serta ini akan
terus bergulir seiring dengan tuntutan kinerja cabang yang ditentukan oleh
Kantor Pusat Bank Danamon. Dengan dukungan karyawan yang berjumlah 145
orang, Bank Danamon Cabang Manado bertekad untuk terus berkarya dan
74
Indonesia.
1. Hasil Penelitian
kebutuhan pasar yang ada. Terdapat berbagai pilihan variasi produk yang
yang semakin hari juga semakin kompetitif. Langkah ini mau tak mau
awal, apakah memungkinkan untuk diproses lebih lanjut atau tidak. Jika
hasil penilaian awal baik, maka MO akan melakukan collecting data yang
diperlukan, mulai dari data legal aspect usaha berupa ijin-ijin usaha; aspek
memutus kredit, untuk disetujui sesuai limitnya. Memo analisa kredit ini
perlu dilakukan selayaknya kredit umum lainnya, karena kredit jenis ini
pencairan kreditnya, untuk kredit back to back hanya satu hari kerja.
dengan kredit back to back. Pengikatan kredit dan jaminan pada kredit
bank. Tetapi hal penting yang diperhatikan oleh bank dalam hal ini adalah
yang telah dibakukan oleh Kantor Pusat Bank Danamon. Baik perjanjian
Untuk lebih memberikan alas hak kepada bank, maka perjanjian gadai
jaminan, juga harus turut ditanda tangani oleh isteri atau suami debitur
atau oleh isteri atau suami pemilik jaminan deposito. Ketentuan ini
back adalah atas inisiatif bank yang menawarkan faslitas itu kepada
79
bulat (terjadi persatuan harta secara bulat). Untuk itu setiap perjanjian
perjanjiannya.
ekonomi cukup kuat (kalangan berkecukupan atau the have), dan inisiasi
kredit itu berasal dari pihak bank untuk tujuan pencapaian bisnis,
umum dikemukakan oleh debitur adalah tidak mau repot, deposito atas
nama debitur sendiri, dalam urusan penempatan deposito isteri atau suami
depositonya tidak ditanda tangani oleh isteri atau suaminya. Hal ini tentu
kehilangan bisnis dari dua sisi sekaligus : dari sisi funding, karena
depositonya bisa dicairkan atau dipindahkan ke bank lain; dari sisi kredit,
tidak ada incremental kredit karena kredit tidak jadi realisasi. Disisi lain,
Jakarta.
terpisah dari pengikatan kredit dan gadai deposito oleh isteri atau
segala resiko yang timbul dari kredit dan deposito jaminan ini adalah
Solusi ini sebetulnya juga merupakan bentuk upaya dari komite kredit
untuk bebas dari tanggung jawab hukum atas pemberian persetujuan yang
perbandingan bisnis yang nyata (akan terjadi) bahwa jika syarat nasabah
batalnya realisasi, cabang akan kehilangan bisnis dari dua sisi : kredit dan
debitur.
yang berlaku jika plafond kredit back to back diberikan sama dengan
ini diharapkan oleh bank akan menutupi overhead cost atas maintenance
debitur back to back, artinya selisih bunga ini membiayai diri sendiri.
dilatar belakangi oleh karena faktor keamanan bagi bank, bahwa dengan
84
jaminan lainnya, keamanan bank atas resiko kredit ini sudah pasti teratasi
dengan penguasaan barang jaminan secara fisik oleh bank. Selain itu, dari
Deposito Jaminan
tidak bertele-tele dan biaya murah. Berbeda dengan kredit umum dengan
hari kerja, sedangkan kredit back to back sudah bisa cair hanya dalam
waktu paling lama 2 hari kerja. Dari segi biaya, kalau kredit umum dengan
jaminan bukan deposito, selain biaya provisi dan administrasi, juga yang
biaya asuransi atas objek jaminan. Pada kredit back to back biaya
85
pengikatan di notaris dan asuransi jaminan tidak ada, yang ada hanya
debitur merasa ada beban tersendiri yang harus dipikul, dan karena itulah
maka para nasabah umumnya tidak secara detail memperhatikan isi dari
penting sudah ditanda tangani supaya kreditnya cepat cair. Debitur atau
hukum dari apa yang mereka tanda tangani dalam perjanjian kredit dan
86
gadai jaminan deposito. Yang ada dalam pikiran mereka hanyalah jika
pelunasannya.
formalitas saja, para debitur penerima kredit back to back tidak mau tahu
selama penerbitan bilyet deposito, isteri atau suami tidak pernah dilibatkan
oleh bank, karenanya adalah hal yang wajar juga jika mereka tak mau tahu
dan tak mau mengerti jika isteri atau suaminya turut dibawa-bawa dalam
perurusan tersebut.
perjanjian kredit dan jaminannya? Tentang hal ini ada dua pendapat yang
sedikit berbeda satu dengan lainnya, yang pertama, adalah golongan yang
bank lain yang lebih mudah ketentuannya untuk tambahan modal usaha.
mengalah, jika memang bank memaksa untuk itu, ada sedikit kompromi
dalam perkawinan.
semuanya telah dibuat dalam bentuk format baku, maka mereka mengikuti
saja. Membaca dan menanyakan detail isi perjanjian adalah hal yang tidak
Penggunaan kredit back to back bagi debitur tidak ada bedanya dengan
adalah dalam hal waktu proses kredit cepat dan biayanya murah. Inilah
2. Pembahasan
hukum antara bank dengan debitur. Dengan lain perkataan bahwa dibuat
tujuan :
debitur;
merugikan bank.
yang kosong sesuai dengan data debitur dan fasilitasnya. Dalam teori
89
perjanjian baku.
yang bersifat standard dan baku dalam hubungan hukum antara bank
suatu pengikatan kredit dan jaminan deposito bagi kredit back to back,
Pada tahap ini tidak ada pilihan bagi debitur/penjamin karena formulir-
formulir itu telah disiapkan oleh bank. Hanya ada dua kemungkinan bagi
dan perjanjian gadai deposito jaminan adalah hal yang normatif dilakukan.
kredit dan gadai jaminan tetap dilaksanakan tanpa turut ikut ditanda
back bahwa tidak ada perjanjian kawin, maka hukumnya adalah seluruh
dari suami ataupun isteri atas deposito tersebut berhak atas separohnya.
nominal kredit saja, artinya bank telah tidak dicover penuh sebesar nilai
kredit yang dicairkan. Jadi dalam hal ini terdapat potensi kerugian bagi
kepada isteri atau suami debitur penjamin, dari sudut pandang hukum,
tentang perbuatan hukum yang sudah spesifik, dalam hal ini menyetujui
suami atau isteri untuk meminjam kredit ke bank dengan jumlah, jangka
waktu dan jenis kredit yang spesifik. Dengan hanya menerima persetujuan
92
yang bersifat umum, ini merupakan satu kelemahan tersendiri bagi bank.
Celah hukum ini bisa saja dimanfaatkan oleh isteri atau suami yang
tangani oleh isteri atau suami pemilik deposito pada satu sisi merupakan
kelemahan hukum bagi bank atas perjanjian yang dibuat, tetapi pada sisi
karena dengan isteri atau suaminya tidak ikut turut menanda tangani
1. Hasil Penelitian
dibandingkan hal yang sama terhadap kredit lainnya yang dijamin dengan
back tetap menjadi tanggung jawab Marketing Officer (MO) sebagai yang
kepada debitur secara periodik, paling tidak sekali dalam setiap bulan.
Hasil pertemuan dengan debitur dituangkan dalam bentuk call memo (call
visit atau call report). Dalam formulir call memo atau call visit atau call
sangat perlu dalam rangka pemeliharaan debitur, karena dari sini dapat
penanganannya.
Fungsi maintenance account dari debitur ini adalah salah satu tugas
Hubungan yang terjadi bisa sebagai hubungan sebab akibat, jika berhasil
menjaga, maka resiko kredit bermasalah bisa ditekan, sebaliknya jika tidak
dan atau angsuran pokok dalam 3 hari, MO wajib membuat surat Surat
jaminan ini tidak saja akan melunasi terhadap total tertunggak tetapi
setiap debitur.
95
hukum yang kuat bagi bank untuk menyatakan bahwa debitur wanprestasi.
dilakukan.
Pencairan deposito ini dilakukan atas dasar perjanjian gadai dan surat
Deposito Jaminan
Menurut debitur, kemungkinan ini terjadi karena bank di satu sisi merasa
secara “ketat” oleh bank. Sehingga dengan alasan itu bank tidak mau
96
mendapatkan surat pemberitahuan dari bank bahwa seluruh O/S kredit dari
kenyataan ini, debitur tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain berusaha
2. Pembahasan
Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia (SK Dir BI), Peraturan Bank
harus ditaati oleh bank dan debitur dalam hubungannya dengan kredit yang
ada.
Satu kajian hukum yang sangat penting dalam penanganan kredit back
Pasal 1238 KUH Perdata, tentang wanprestasi sebaiknya diatur secara jelas
dan spesifik dalam perjanjian. Tetapi jika tidak dirumuskan secara spesifik
apabila :
a) Angsuran pokok atau bunga atau jumlah yang terhutang lainnya tidak
sudah merupakan bukti yang cukup dan sah bahwa debitur telah
wanprestasi;
melakukan kewajibannya;
pailit;
99
g) Bila harta kekayaan debitur dan atau penjamin disita oleh instansi
i) Bila debitur dan atau penjamin lalai atau melanggar ketentuan dalam
perjanjian kredit;
Danamon tersebut telah jelas saat mana seorang debitur dikategorikan telah
wanprestasi. Jika salah satu dari hal-hal tersebut diatas dilanggar oleh
debitur maka untuk seketika dan sekaligus tanpa perlu adanya surat teguran
dari juru sita atau surat lainnya yang serupa dengan itu dan tanpa
pelunasan kewajiban debitur. Praktek dan itikad baik yang dilakukan oleh
Bank Danamon saat ini adalah tetap memberikan SP 1-3 kepada debitur
Danamon setelah tenggang waktu ini tidak juga ditaati oleh debitur
dengan adanya hal ini telah meletakan dasar hukum yang kuat bagi para
pemilik deposito jaminan, pihak yang tidak turut bertanda tangan tersebut
memiliki dasar hukum yang kuat guna melakukan tuntutan hukum kepada
dalam pelaksanaan pemberian kredit back to back jika bank tidak ingin
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
perjanjiannya tidak turut ditanda tangani oleh isteri atau suami pemilik
berikut :
b) pengikatan kredit dan jaminan deposito tanpa turut ditanda tangani oleh
Pengikatan kredit dan jaminan deposito tanpa turut ditanda tangani oleh
isteri atau suami debitur/penjamin tidak dapat dilakukan oleh cabang jika
Pengikatan jaminan deposito dengan tidak turut ditanda tangani oleh isteri
atau suami pemilik deposito guna menjamin kredit back to back tidak
2. Dalam hal terjadinya wanprestasi atas kredit back to back yang pengikatan
jaminan gadainya tidak turut ditandatangani oleh isteri atau suami pemilik
102
telah lalai dalam memenuhi kewajibannya, dan untuk itu diberi waktu
rekening debitur.
B. Saran
mendasarkan diri pada orientasi bisnis gna pencapaian target tetapi juga
2. Pemberian kredit dengan jaminan dengan deposito yang tidak turut ditanda
tangani oleh isteri atau suami dari pemilik deposito jaminan hendaknya
hukum tetap merupakan pengikatan yang tidak aman bagi pihak bank,
karena didalamnya terdapat celah hukum yang dapat digunakan oleh pihak
tuntutan hukum.
104
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Anwari, Ahmad, 1979, Praktek Perbankan (Deposito Berjangka), PT. Balai Aksara,
Jakarta.
Badrulzaman, Mariam Darus, 1991, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Danareksa, PT. (Persero), 1987, Pasar Modal Indonesia Pengalaman dan Tantangan,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
Halle, R. H., 1983, Credit Analisys A Complete Guide, Jhon Wiley and Sons Inc,
New York.
Hasan, Djuhaendah, 1996, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah Dan Benda
Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan
Horisontal (Suatu Konsep Dalam Menyongsong Lahirnya Lembaga Hak
Tanggungan), PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.
Henderson, J.W dan Maness, T.S., 1989, The Financial Analisys Desk Book : A Cash
Flow Approach to Liquidity, Van Nostrand Reinhold, New York.
Hoey Tiong, Oey, 1985, Fidusia sebagai jaminan unsur-unsur perikatan, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Ibrahim, Johannes, 2004, Cross Default Dan Cross Collateral Sebagai Upaya
Penyelesaian Kredit Bermasalah, PT.Refika Aditama, Bandung.
105
Karim Adwarman, 2004, Bank Islam, Analisa Fiqih dan Keuangan, Raja Grafindo
Persada, Bandung.
Muhammad, Abdulkadir, 1992, Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, 2004, Perikatan Pada Umumnya, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Satrio, J., 2001, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir dari Undang-Undang, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung.
----------, 2002, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Simorangkir, O.P., 1988, Seluk Beluk Bank Komersial, Aksara Persada Indonesia,
Jakarta.
Sowfan, Sri Soedewi Masjchoen, 1980, Hukum Perdata Hukum Perutangan Bagian
B, Liberty, Yogyakarta.
Subekti, R., Tjitrosudibio, R., 2006, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta.
Suyatno, Thomas, H.A. Chalik, M. Sukada, C.T.Y. Ananda dan D.T. Marala, 2003,
Dasar-dasar Perkreditan, edisi keempat, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
C. REFERENSI LAINNYA
PERJANJIAN KREDIT
Nomor : ………………..
Perjanjian Kredit ini (selanjutnya disebut Perjanjian) dibuat dan ditandatangani pada hari …………………. , tanggal
………………………….. oleh dan antara :
1. PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk, berkedudukan di Jakarta, dalam hal ini melalui cabangnya di
………………………………………………………………………….………………………………. dalam hal ini diwakili
oleh …………………………….………………………………………………….………….. , dalam kedudukannya
selaku ……………………………………………………………… (untuk selanjutnya disebut "BANK").
Bahwa BANK dan DEBITUR telah saling setuju untuk membuat, menetapkan, melaksanakan dan mematuhi Perjanjian
ini dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
PASAL1
FASILITAS KREDIT
sehingga seluruh jumlah Fasilitas Kredit yang diberikan BANK kepada DEBITUR adalah
…………………………………
(……………………………………………………………………………………….).
b. Yang dimaksud dengan fasilitas kredit revolving dan non revolving adalah :
♦ "Non revolving" dimana DEBITUR tidak dapat melakukan penarikan kembali atas pembayaran
Fasilitas Kredit yang telah dibayar dari waktu ke waktu selama jangka waktu Perjanjian ini.
♦ “Revolving”dimana DEBITUR dapat melakukan penarikan dan/atau pembayaran kembali atas
Fasilitas Kredit dari waktu ke waktu selama jangka waktu Perjanjian ini .
c. Khusus untuk Fasilitas Kredit Rekening Koran, maka pemberian Fasilitas Kredit oleh Bank kepada
DEBITUR akan dilaksanakan melalui Rekening Koran dan setiap pembayaran kembali sampai lunas
terhadap penarikan atas Fasilitas Kredit dan/atau menimbulkan rekening bersaldo kredit atau nihil, tidak
mengakibatkan berakhirnya/gugurnya Perjanjian ini.
DEBITUR setuju bahwa perubahan mata uang pinjaman dilakukan berdasarkan kurs yang berlaku dan/atau
ditetapkan oleh BANK pada hari dimana perubahan tersebut dilakukan. Fluktuasi kurs mata uang pinjaman
yang timbul sehubungan dengan dilakukannya perubahan berdasarkan ketentuan ini adalah menjadi resiko dan
tanggung-jawab DEBITUR.
Untuk itu DEBITUR juga menyatakan setuju untuk menandatangani perubahan Perjanjian sehubungan dengan
konversi tersebut apabila diminta oleh BANK, dan apabila setelah diminta oleh BANK, DEBITUR belum juga
menandatangani perubahan Perjanjian tersebut maka dengan ini DEBITUR memberi kuasa yang tidak dapat
dicabut kembali kepada BANK untuk dan atas nama DEBITUR menandatangani akta atau perjanjian
perubahan atas Perjanjian sehubungan dengan konversi tersebut.
Apabila karena perubahan yang dimaksud pada ketentuan 1.2. ini jumlah Fasilitas Kredit menjadi lebih besar
dari jumlah yang disebut dalam ketentuan 1.1. di atas, maka DEBITUR wajib mengembalikan kelebihan jumlah
fasilitas tersebut dalam jangka waktu dan cara yang ditentukan oleh BANK.
(3) Menyimpang dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas, BANK tetap mempunyai hak untuk menunda
atau mengatur kembali (Rescheduling) penarikan Fasilitas Kredit. Penundaan atau pengaturan
kembali tersebut tidak memberikan hak kepada DEBITUR untuk mengajukan tuntutan/gugatan
hukum berupa apapun terhadap BANK, antara lain (namun tidak terbatas) tuntutan/gugatan
membayar ganti rugi kepada DEBITUR atas kerugian-kerugian yang mungkin diderita DEBITUR
sebagai akibat penundaan atau pengaturan kembali penarikan Fasilitas Kredit tersebut.
(4) DEBITUR setuju bahwa BANK juga mempunyai hak untuk sewaktu-waktu membatalkan ataupun
mengurangi jumlah Fasilitas Kredit (dalam hal DEBITUR tidak dapat memenuhi Syarat Penarikan
Pinjaman sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 Perjanjian atau dalam hal DEBITUR melakukan salah
satu Peristiwa Kelalaian dalam Pasal 12 Perjanjian)
(5) Khusus untuk Fasilitas Kredit Rekening Koran, DEBITUR tidak dapat melakukan penarikan pinjaman
apabila saldo di rekening DEBITUR menjadi negatif.
c. Bukti Penarikan
Untuk (tiap) penarikan, DEBITUR wajib dan akan menyerahkan pada BANK media penarikan berupa : *)
(1) Promissory Note;
(2) Cek, Bilyet Giro;
(3) Tanda Terima Uang atau media lainnya yang ditentukan oleh BANK dalam bentuk dan isi yang
disetujui dan diterima oleh BANK.
media-media penarikan mana akan menjadi bukti bagi BANK mengenai telah diterimanya uang oleh
DEBITUR dari BANK. Dalam hal tidak ditandatanganinya media-media penarikan seperti tersebut di atas
maka Perjanjian ini dianggap sebagai Tanda Terima Uang untuk suatu jumlah uang berdasarkan
Perjanjian ini dan Perjanjian-perjanjian lainnya yang merupakan perubahan dan/atau penambahan dari
Perjanjian ini.
d. Kewajiban BANK untuk memberikan Fasilitas Kredit adalah sebesar sebagaimana tercantum dalam pasal
1 ayat 1.1 Perjanjian ini.
e. Khusus untuk kredit rekening koran, berlaku ketentuan bahwa penggunaan kredit yang diberikan kepada
DEBITUR harus menunjukkan perputaran yang aktif dari waktu ke waktu dalam setiap bulannya, atau jika
rekening itu tidak diselesaikan sekurang-kurangnya sekali setahun, maka Kredit ini dapat dihentikan.
(i) Untuk Fasilitas Kredit Angsuran Berjangka ; sesuai dengan jadwal pembayaran kembali sebagaimana
terlampir dalam Perjanjian.
(ii) Untuk Fasilitas Kredit Berjangka dan Modal Kerja ; pada tanggal jatuh tempo Perjanjian dan/atau pada
tanggal jatuh tempo Surat Promes.
(iii) Untuk Fasilitas Kredit Rekening Koran ; pada tanggal jatuh tempo Perjanjian.
(iv)
…………….………………………………………………………………………………………………………….
.
………….…………………………………………………………………………………………………………….
.
………………………………………………………………………………………………………………………..
(jika tidak mencukupi, dipergunakan lembar tambahan yang merupakan lampiran Perjanjian ini)
(1) Biaya terhutang kepada negara, termasuk tetapi tidak terbatas pada pajak;
(2) ongkos-ongkos, misal ongkos perkara (jika ada);
(3) bunga dan pembayaran lainnya selain denda dan pinjaman pokok;
(4) denda yang belum dibayarkan dan;
(5) pokok pinjaman yang terhutang.
1.6. Pembayaran Kembali Lebih Cepat/Awal (berlaku untuk Fasilitas Kredit Angsuran Berjangka)
a. DEBITUR diperkenankan membayar kembali pinjaman yang terhutang kepada BANK berdasarkan
Fasilitas Kredit (baik seluruhnya maupun sebagian) lebih cepat/awal dari tanggal pembayaran yang telah
ditetapkan dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut :
1. DEBITUR wajib mengirim surat pemberitahuan mengenai keinginan membayar kembali lebih
cepat/awal tersebut kepada dan diterima oleh BANK sedikitnya 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal
pembayaran yang lebih cepat/awal dilakukan, dengan menyebutkan jumlah uang yang akan dibayar
kembali lebih cepat/awal dan tanggal dimana pembayaran kembali yang lebih cepat/awal tersebut
akan dilakukan (tanggal tersebut harus merupakan suatu Tanggal Pembayaran Bunga, sebagaimana
diatur dalam Perjanjian ini);
2. Suatu Surat Pemberitahuan Membayar Lebih Cepat seketika diterima oleh BANK dalam jangka waktu
yang ditetapkan dalam ayat (a) di atas ini mengikat kepada dan mewajibkan DEBITUR melaksanakan
pembayaran lebih cepat/awal kepada BANK pada tanggal dan dalam jumlah uang yang disebutkan
dalam surat pemberitahuan tersebut;
3. Pembayaran kembali yang lebih cepat/awal atas pinjaman yang terhutang berdasarkan Perjanjian ini
wajib dilakukan dalam jumlah pokok tidak kurang dari ……………… (………..………… ) kali
angsuran.
4. Jumlah uang yang dibayar oleh DEBITUR untuk membayar kembali lebih cepat/awal tidak dapat
dipinjam kembali oleh DEBITUR dari BANK berdasarkan Perjanjian ini;
5. Jumlah uang yang diterima oleh BANK untuk pembayaran kembali lebih cepat/awal pinjaman yang
terhutang berdasarkan Fasilitas Kredit akan digunakan oleh BANK untuk membayar kembali atau
mengurangi angsuran pembayaran kembali pinjaman tersebut mulai dari angsuran yang harus
dibayar pada tanggal pembayaran angsuran yang paling akhir (inverse order of maturity).
b. DEBITUR wajib membayar uang denda/penalti kepada BANK sebesar ……… % flat dari jumlah uang
yang dibayar kembali lebih cepat/awal, dan uang denda/penalti tersebut wajib dibayar oleh DEBITUR pada
waktu melaksanakan pembayaran kembali lebih cepat/awal tersebut.
Setiap penarikan Fasilitas Kredit dikenakan bunga sebagaimana disebut diatas yang dikenakan pertahun
yang dihitung berdasarkan : *)
(i) saldo harian dan untuk maksud tersebut BANK akan membebankan bunga pada jumlah Fasilitas
Kredit yang terhutang dan DEBITUR harus membayar pada tanggal yang ditetapkan oleh BANK,
dengan ketentuan bilamana tanggal tersebut jatuh pada bukan hari kerja BANK, maka bunga akan
dibebankan pada hari kerja sebelum tanggal tersebut.
(ii) Khusus untuk Fasilitas Kredit Rekening Koran, bunga dihitung berdasarkan saldo harian dan untuk
maksud tersebut BANK akan membebankan bunga pada rekening DEBITUR atau DEBITUR harus
membayar pada tanggal yang ditetapkan oleh BANK, dengan ketentuan bilamana tanggal tersebut
bukan hari kerja BANK, maka bunga akan dibebankan pada hari kerja sebelum tanggal tersebut.
DEBITUR setuju dan dengan ini memberi kuasa kepada BANK untuk sewaktu-waktu merubah ketentuan
besarnya suku bunga tersebut diatas sesuai perkembangan keadaan pasar, dan BANK akan
memberitahukan perubahan suku bunga tersebut kepada DEBITUR, pemberitahuan mana akan mengikat
DEBITUR.
Tanggal Pembayaran Bunga adalah pada setiap tanggal 22 (dua puluh dua) setiap bulannya (dan/atau
hari kerja berikutnya bila tanggal 22 tersebut jatuh pada hari libur), kecuali ditentukan lain oleh BANK.
Bunga tersebut di atas terhutang oleh DEBITUR sejak tanggal penarikan pinjaman sampai dengan hari
dan tanggal hutang tersebut dibayar kembali dengan lunas, penuh dan dengan sebagaimana mestinya
oleh DEBITUR kepada BANK sesuai dengan jumlah hari yang telah berlalu, dihitung atas dasar bahwa 1
(satu) tahun adalah 360 (tiga ratus enampuluh) hari, dan wajib dibayar lunas, penuh dan dengan
sebagaimana mestinya oleh DEBITUR kepada BANK pada setiap tanggal pembebanan bunga.
c. Bunga Denda
Bilamana DEBITUR tidak atau gagal membayar lunas suatu pinjaman, bunga atau lain-lain jumlah uang
yang wajib dibayar berdasarkan Perjanjian ini atau bukti penerimaan uang, maka (dengan tidak
mengurangi kewajiban DEBITUR untuk tetap membayar jumlah uang yang telah wajib dibayarnya itu
berikut bunga yang berlaku pada saat itu) DEBITUR wajib membayar bunga denda atas jumlah yang tidak
atau lalai dibayar tersebut kepada BANK.
Besarnya bunga denda adalah ……….. % (……………….) pertahun di atas bunga yang berlaku pada saat
itu dihitung dari jumlah bunga tertunggak dan/atau jumlah uang yang tidak atau lalai dibayar tersebut.
Perhitungan bunga denda terhutang dihitung secara harian mulai dari hari dan tanggal jatuh tempo jumlah
uang yang wajib dibayar tersebut tidak atau lalai dibayar sampai dengan hari dan tanggal jumlah uang
yang wajib dibayar tersebut dibayar lunas sesuai dengan jumlah hari yang lewat, dengan ketentuan jumlah
hari dalam satu tahun adalah 360 (tiga ratus enam puluh) hari sebagai faktor pembagi tetap dan bunga
denda tersebut wajib dibayar dengan sekaligus (lunas) oleh DEBITUR seketika ditagih secara tertulis oleh
BANK.
1.10. Pembukuan.
Fasilitas Kredit yang dimaksud dalam Perjanjian ini akan dibukukan oleh BANK pada kantor/cabang yang
tercantum dalam Perjanjian ini. Akan tetapi DEBITUR setuju dan bersama ini memberikan kuasa pada BANK
untuk bilamana BANK menganggap perlu berdasarkan pertimbangan BANK sendiri, untuk mengalihkan
pembukuan Fasilitas Kredit dimaksud pada kantor/cabang BANK yang lain, baik yang berada di Indonesia
maupun di luar Indonesia.
PASAL 2
KUASA MENDEBET REKENING
Tanpa mengurangi kewajiban DEBITUR untuk melaksanakan sendiri pembayaran kepada BANK sebagaimana
ditetapkan di atas, pada hari dimana suatu pembayaran berdasarkan Perjanjian ini wajib dilakukan, DEBITUR setuju
dan dengan ini memberi kuasa dan wewenang penuh pada BANK setiap waktu dan dari waktu ke waktu yang
ditetapkan oleh BANK khusus untuk mendebet rekening DEBITUR pada BANK, baik rekening/account giro,
rekening/account deposito (hal mana bersama ini DEBITUR memberi kuasa pula pada BANK khusus untuk
mencairkan terlebih dahulu deposito atas nama DEBITUR tersebut), baik dalam mata uang Rupiah maupun dalam
mata uang lain, jumlah yang besarnya setiap kali akan ditetapkan oleh BANK dan menggunakan/memakai jumlah
uang tersebut untuk membayar dan membayar kembali semua dan setiap jumlah uang yang sekarang telah dan/atau
dikemudian hari akan terhutang dan dibayar oleh DEBITUR kepada BANK berdasarkan Perjanjian ini beserta segala
perubahan dan tambahannya, media-media penarikan, perjanjian lain dan perjanjian-perjanjian jaminan, baik untuk
jumlah pokok, bunga, denda atau lain-lain jumlah uang yang wajib dibayar oleh DEBITUR pada BANK.
Selama hutang DEBITUR kepada BANK belum dibayar lunas, maka segala kuasa yang diberikan oleh DEBITUR
kepada BANK dalam Perjanjian ini atau dokumen-dokumen lain sehubungan dengan pemberian Fasilitas Kredit
kepada DEBITUR merupakan bagian yang terpenting dan tidak terpisahkan dari Perjanjian ini, yang dengan tidak
adanya kuasa-kuasa tersebut Perjanjian ini tidak akan dibuat dan dengan demikian kuasa-kuasa tersebut tidak akan
berakhir karena sebab apapun juga termasuk tetapi tidak terbatas oleh sebab-sebab yang tercantum dalam pasal 1813
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
PASAL 3
SYARAT PENARIKAN PINJAMAN
Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan lain dalam PERJANJIAN ini, BANK baru wajib mencairkan pinjaman
kepada DEBITUR berdasarkan Perjanjian ini bila DEBITUR paling tidak telah memenuhi, seperti namun tidak terbatas
pada, syarat-syarat :
3.1. BANK telah menerima dokumen-dokumen (semua dengan bentuk dan isi yang disetujui BANK dan dalam hal
yang diserahkan adalah salinan maka aslinya wajib ditunjukkan pada BANK saat penyerahan dokumen-
dokumen tersebut) sebagai berikut :
a. Dokumen yang disyaratkan dalam Perjanjian ini, yaitu termasuk akta pendirian dan/atau anggaran dasar
yang dibuat sampai dengan tanggal dan hari ini, berikut pengesahan-pengesahan yang telah diberikan
oleh instansi yang berwajib terhadap anggaran dasar tersebut dan perubahan-perubahannya, berikut pula
salinan Berita Acara Rapat Para Pemegang Saham dimana diangkat Direksi atau Komisaris DEBITUR
yang sekarang menjabat jabatan-jabatan tersebut dan/atau persetujuan komisaris dan/atau persetujuan
rapat umum para pemegang saham bila disyaratkan dalam anggaran dasar dan/atau peraturan yang
berlaku.
b. Asli surat kuasa dan/atau persetujuan yang disyaratkan oleh anggaran dasar DEBITUR yang dibuat dan
diberikan oleh DEBITUR kepada orang-orang tertentu (jika ada) yang ditunjuk untuk dan atas nama
DEBITUR melaksanakan Perjanjian ini dan Perjanjian (-perjanjian) Jaminan serta semua dokumen yang
disyaratkan oleh atau berkaitan dengan Perjanjian ini atau Perjanjian-perjanjian jaminan, berikut contoh
tandatangan orang-orang tersebut.
c. Salinan surat izin usaha perdagangan dan/atau surat-surat izin lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang yang diperlukan oleh DEBITUR dalam menjalankan usahanya.
d. Asli bukti-bukti hak kepemilikan atas barang-barang yang dijadikan Jaminan dan/atau Perjanjian (-
perjanjian) Jaminan yang disebut dalam Pasal 9 Perjanjian ini.
3.2. Semua Perjanjian-(perjanjian) Jaminan telah ditanda tangani dan dalam bentuk dan isi yang disetujui BANK.
3.3. DEBITUR tidak sedang dalam keadaan lalai berdasarkan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Pasal 13
Perjanjian ini atau berdasarkan sebab lain sesuai pertimbangan BANK.
3.4. Pernyataan dan Jaminan yang diberikan DEBITUR sebagaimana tersebut dalam Pasal 4 Perjanjian adalah
benar dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
PASAL 4
PERNYATAAN DAN JAMINAN
Pihak yang menandatangani Perjanjian ini dan Perjanjian Jaminan adalah pihak yang mempunyai wewenang
dan sah untuk mewakili DEBITUR dalam melakukan hal tersebut.
DEBITUR telah mengambil segala tindakan yang disyaratkan oleh anggaran dasarnya dan ketentuan hukum
yang berlaku untuk sahnya Perjanjian dan untuk melaksanakan Perjanjian Jaminan, dan Anggaran Dasar
DEBITUR telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan tertanggal
………………………………. Nomor ………………………………………….. dan telah dimuat dalam Berita
Negara Nomor ………. tertanggal ……………………………, dan Tambahan Berita Negara Nomor
………………., dokumen-dokumen mana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
Perjanjian ini dan segala dokumen serta instrument yang timbul sehubungan dan berkaitan dan sebagai
akibatnya, adalah sah dan mengikat DEBITUR serta berlaku sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
tercantum di dalamnya. Pembuatan, penyerahan dan pelaksanaan Penandatangan Perjanjian dan dokumen-
dokumen terkait lainnya tidak melanggar atau bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku atau
kebijakan pemerintah atau keputusan pengadilan atau badan arbitrase atau anggaran dasar DEBITUR sendiri
dan tidak mengakibatkan pelanggaran (atau dinyatakan sebagai pelanggaran) atas kewajiban DEBITUR
berdasarkan atau memerlukan suatu persetujuan yang disyaratkan oleh setiap perjanjian atau dokumen yang
telah ada, terhadap mana DEBITUR merupakan pihak didalamnya atau harta kekayaan DEBITUR terikat atau
terlibat, kecuali atas hal-hal yang telah diberitahukan terlebih dahulu secara tertulis oleh DEBITUR kepada
BANK sebelum penandatanganan tersebut.
Debitur tidak akan mengajukan tuntutan/gugatan hukum berupa apapun terhadap BANK, antara lain (namun
tidak terbatas) tuntutan/gugatan membayar ganti rugi kepada DEBITUR atas kerugian-kerugian yang mungkin
diderita DEBITUR sebagai akibat dari Perjanjian ini.
Dalam hal debitur karena suatu perkara di pengadilan atau karena suatu sitaan sebelum diputuskan perkaranya
oleh pengadilan atau karena suatu putusan pengadilan atau karena proses hukum lainnya memperoleh hak
kekebalan, DEBITUR dengan ini memberikan pernyataan yang tidak dapat dicabut kembali melepaskan hak
kekebalan tersebut yang berkenaan dengan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini
4.5. Perijinan.
Setiap ijin, persetujuan atau wewenang yang dikeluarkan oleh instansi yang berwajib dan yang disyaratkan
untuk dan dalam rangka pembuatan, penyerahan dan pelaksanaan Perjanjian ini dan dokumen-dokumen lain
yang berhubungan dengan pemberian Fasilitas Kredit ini telah diperoleh DEBITUR. Ijin-ijin, persetujuan-
persetujuan dan wewenang mana sekarang ini masih berlaku, dan akan diperpanjang oleh DEBITUR apabila
jangka waktu ijin, persetujuan dan/atau wewenang-wewenang tersebut telah habis namun seluruh pinjaman
dibayar lunas oleh DEBITUR.
4.7. Pajak
DEBITUR tidak memiliki tunggakan atas kewajiban pada pihak ketiga atau kepada Pemerintah dalam hal
perpajakan.
4.8. Kepailitan.
DEBITUR, PENJAMIN dan/atau PEMBERI JAMINAN tidak sedang dan tidak akan mengajukan
permohonan penundaan pembayaran (surseance van betaling) terhadap Fasilitas Kredit yang diberikan
berdasarkan Perjanjian ini dan tidak menjadi insolvent atau dinyatakan pailit dan tidak kehilangan haknya untuk
mengurus atau menguasai harta bendanya.
PASAL 5
HAL-HAL YANG DIWAJIBKAN
Kecuali ditentukan lain oleh BANK, terhitung sejak tanggal Perjanjian ini sampai dengan dilunasinya seluruh kewajiban
yang terhutang oleh DEBITUR kepada BANK berdasarkan Perjanjian ini, maka DEBITUR wajib
melakukan/melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
5.2. Menggunakan Fasilitas Kredit semata-mata untuk keperluan sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian ini.
5.3. Senantiasa memberikan ijin kepada BANK atau petugas-petugas yang diberi kuasa oleh BANK untuk :
a. melakukan pemeriksaan (audit) terhadap buku-buku, catatan-catatan dan administrasi DEBITUR serta
memeriksa keadaan barang-barang jaminan;
b. melakukan peninjauan ke dalam proyek, bangunan-bangunan lain dan kantor-kantor yang digunakan
DEBITUR dan
c. mengizinkan BANK untuk menempatkan karyawan-karyawannya dan/atau kuasanya dalam perusahaan
DEBITUR guna ikut mengawasi pengelolaan perusahaan tersebut, apabila dianggap perlu oleh BANK.
5.4. Mengizinkan karyawan-karyawan BANK atau kuasanya atau perusahaan penilai sebagaimana akan ditetapkan
oleh BANK dan akan diberitahukan kepada DEBITUR untuk melakukan collateral inspection minimal satu kali
dalam satu tahun dan dengan biaya ditanggung oleh DEBITUR.
5.5. Melakukan pembukuan mengenai keuangan perusahaan dan membuat catatan-catatan yang mencerminkan
keadaan keuangan perusahaan DEBITUR yang sesungguhnya serta hasil pengoperasian perusahaan
DEBITUR yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembukuan yang diterima secara umum atau sesuai dengan
prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia yang mencerminkan kewajaran dan dilaksanakan secara konsisiten.
5.6. Memberikan pada BANK segala informasi/keterangan/data-data (seperti, namun tidak terbatas pada laporan
keuangan DEBITUR), yaitu :
a. segala sesuatu sehubungan dengan keuangan dan usaha DEBITUR,
b. bilamana terjadi perubahan dalam sifat atau luas lingkup usaha DEBITUR bilamana terjadi suatu peristiwa
atau keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan usaha atau keuangan DEBITUR, setiap waktu, baik
diminta maupun tidak diminta oleh BANK.
5.7. Mempertahankan, memperpanjang atau memperbaharui apabila sudah habis jangka waktunya semua izin
usaha dan izin-izin lainnya yang dipunyai oleh DEBITUR dalam rangka menjalankan usahanya dan
menyerahkan fotocopy dari izin-izin tersebut kepada BANK serta menyimpan sebaik-baiknya surat-surat izin
dan persetujuan-persetujuan yang telah diperolehnya dari pihak yang berwenang dan apabila ternyata
dikemudian hari diperlukan surat-surat izin dan persetujuan-persetujuan yang baru, DEBITUR wajib segera
mengurusnya.
5.8. Membayar pajak-pajak dan beban-beban lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah, bea meterai, biaya-biaya
dan semua tagihan-tagihan yang wajib dibayar oleh DEBITUR sehubungan dengan usahanya dengan
sebagaimana mestinya.
PASAL 6
HAL-HAL YANG DILARANG
Kecuali ditentukan lain oleh BANK, terhitung sejak tanggal Perjanjian ini sampai dengan dilunasinya seluruh kewajiban
yang terhutang oleh DEBITUR kepada BANK berdasarkan Perjanjian ini, maka DEBITUR dilarang melakukan hal-hal
sebagai berikut :
6.1. Menjual atau dengan cara lain mengalihkan hak atau menyewakan/menyerahkan pemakaian seluruh atau
sebagian kekayaan/asset DEBITUR, baik barang-barang bergerak maupun tidak bergerak milik DEBITUR,
kecuali dalam rangka menjalankan usaha DEBITUR sehari-hari.
6.2. Menjaminkan/mengagunkan dengan cara bagaimanapun kekayaan DEBITUR kepada orang/pihak lain,
kecuali menjaminkan/mengagunkan kekayaan kepada BANK sebagaimana termaktub dalam Perjanjian (-
perjanjian) Jaminan.
6.3. Mengadakan perjanjian yang dapat menimbulkan kewajiban DEBITUR untuk membayar kepada pihak ketiga,
kecuali dalam rangka menjalankan usaha DEBITUR sehari-hari.
6.4. Menjamin langsung maupun tidak langsung pihak ketiga lainnya, kecuali melakukan endorsemen atas surat-
surat yang dapat diperdagangkan untuk keperluan pembayaran atau penagihan transaksi-transaksi lain yang
lazim dilakukan dalam menjalankan usaha.
6.5. Memberikan pinjaman kepada atau menerima pinjaman dari pihak lain kecuali dalam rangka menjalankan
usaha DEBITUR sehari-hari.
6.6. Mengadakan perubahan dari sifat dan kegiatan usaha DEBITUR seperti yang sedang dijalankan dewasa ini.
6.7. Merubah susunan pengurus, susunan Para Pemegang Saham dan nilai saham DEBITUR.
6.10. Membayar atau membayar kembali tagihan-tagihan atau piutang-piutang berupa apapun juga yang sekarang
dan/atau dikemudian hari akan diberikan oleh para Pemegang Saham DEBITUR baik berupa jumlah pokok,
bunga dan lain-lain jumlah uang yang wajib dibayar.
PASAL 7
PERLINDUNGAN TERHADAP PENGHASILAN BANK
7.1. Semua biaya yang dapat ditagih dan harus dibayar dan yang timbul berdasarkan Perjanjian ini dan
segala akibat dari pada Perjanjian ini, termasuk tapi tidak terbatas kepada, biaya-biaya yang bertalian
dengan penyimpanan dan pemilikan jaminan, upah serta beban-beban dan setiap pembayaran yang harus
dibayar BANK kepada pengacara dan/atau penasehat hukum yang diberi tugas oleh BANK untuk menagih
kredit tersebut, segala ongkos-ongkos yang bersangkutan dengan realisasi jaminan itu, termasuk komisi dan
pembayaran-pembayaran lainnya kepada pihak ketiga, demikian pula pajak (seperti, namun tidak terbatas
pada bea materai) daripada Perjanjian ini (termasuk segala perubahan dan/atau penambahannya) menjadi
tanggungan DEBITUR.
7.2. Juga apabila terjadi perubahan pada Undang-undang, peraturan perundang-undangan, petunjuk
pelaksanaannya atau penafsirannya atau hal-hal lain yang mengakibatkan bertambahnya biaya (seperti, namun
tidak terbatas pada pengenaan pajak, bea, pungutan atau biaya lain) pada BANK sehubungan dengan
pemberian Fasilitas Kredit dalam Perjanjian ini merupakan tanggungan DEBITUR.
7.3. Maka sejak tanggal permintaan BANK, DEBITUR wajib dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari membayar tambahan
biaya-biaya tersebut kepada BANK.
PASAL 8
JAMINAN ATAS PEMBERIAN KREDIT
8.1. Untuk menjamin pembayaran lunas, penuh, tertib dan dengan sebagaimana mestinya semua jumlah uang
yang terhutang dan wajib dibayar oleh DEBITUR kepada BANK berdasarkan Perjanjian ini dan perubahan
dan/atau perpanjangannya, baik jumlah pokok pinjaman(-pinjaman), bunga, biaya-biaya dan lain-lain jumlah
uang yang wajib, maka DEBITUR menyerahkan pada BANK Jaminan(-jaminan), yang pengalihan hak
kepemilikannya dibuktikan dengan dokumen atau perjanjian-perjanjian yang dibuat dalam bentuk, jumlah dan
isi yang memuaskan BANK, termasuk namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut, berikut segala
tambahan dan/atau penggantinya yang diuraikan dalam perjanjian terpisah namun merupakan kesatuan dari
Perjanjian ini, yaitu :
……...………………………………………………………………………………………………………………………….
……...………………………………………………………………………………………………………………………….
……...………………………………………………………………………………………………………………………….
……...………………………………………………………………………………………………………………………….
……...………………………………………………………………………………………………………………………….
……...………………………………………………………………………………………………………………………….
……...………………………………………………………………………………………………………………………….
Seluruh Perjanjian Jaminan (-Perjanjian Jaminan) tersebut (selanjutnya disebut Perjanjian (-perjanjian)
Jaminan) juga terikat secara “Cross Collateralized” terhadap fasilitas(-fasilitas) kredit lainnya yang diberikan
oleh BANK kepada DEBITUR, yang diuraikan dalam perjanjian(-perjanjian) terpisah antara BANK dan
DEBITUR.
8.2. BANK berhak dan berwenang menjalankan hak dan wewenangnya atas jaminan yang disebut pada ketentuan-
ketentuan diatas.
PASAL 9
ASURANSI BARANG JAMINAN
9.1. DEBITUR atas tanggungan sendiri harus selalu mengasuransikan harta benda yang dijaminkan oleh DEBITUR
dan/atau PENJAMIN kepada BANK pada perusahaan asuransi dan sampai jumlah pertanggungan yang
ditetapkan oleh BANK, terhadap kerugian karena kebakaran dan bahaya-bahaya lain yang menurut
pertimbangan BANK dapat menimpa harta benda tersebut. Setiap polis asuransi harus memuat "Banker's
Clause", yakni bahwa selama harta benda yang diasuransikan masih merupakan jaminan hutang kepada
BANK, maka uang pertanggungan yang dibayar oleh perusahaan asuransi akan diserahkan langsung oleh
perusahaan asuransi tersebut kepada BANK dan selanjutnya untuk diperhitungkan dengan hutang DEBITUR
kepada BANK dan jika masih ada sisa, menyerahkan sisa tersebut kepada DEBITUR atau PENJAMIN sebagai
pemilik harta benda yang dijaminkan kepada BANK. Dalam hal hasil uang pertanggungan tidak cukup untuk
melunasi seluruh hutang, sisa hutang tersebut tetap menjadi hutang DEBITUR kepada BANK dan harus
dibayar dengan seketika dan sekaligus oleh DEBITUR pada saat ditagih oleh BANK. Asli kwitansi atau bukti
pembayaran premi asuransi dan asli polis asuransi beserta "Banker's Clause" harus diserahkan kepada BANK.
9.2. Jika menurut pertimbangan BANK, DEBITUR lalai memenuhi kewajiban sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat (1) Pasal ini, maka tanpa mengurangi kewajiban DEBITUR tersebut BANK berhak dan dengan ini diberi
kuasa oleh DEBITUR untuk dan atas tanggungan DEBITUR mengasuransikan harta benda yang dijaminkan
dan mendebet rekening DEBITUR pada BANK sejumlah premi asuransi serta biaya-biaya lain yang harus
dibayar, tetapi hal tersebut bukan merupakan kewajiban BANK.
9.3. Apabila DEBITUR karena satu dan lain hal lalai atau tidak melaksanakan haknya pada saat hak tersebut timbul
untuk mengajukan klaim kepada perusahaan asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini, maka
BANK atas tanggungan DEBITUR dengan ini diberi kuasa oleh DEBITUR untuk melakukan klaim kepada
perusahaan asuransi untuk dan atas nama DEBITUR dan melaksanakan segala sesuatu yang diperlukan untuk
itu termasuk tetapi tidak terbatas pada pengurusan surat-surat/ dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
pengajuan klaim tersebut kepada perusahaan asuransi serta DEBITUR wajib menyerahkan segala dokumen
yang diperlukan oleh BANK untuk melaksanakan pengajuan klaim asuransi tersebut; tetapi pengajuan klaim
dimaksud di atas bukan kewajiban BANK.
PASAL 10
KOMPENSASI
10.1. Kewajiban DEBITUR untuk membayar kembali hutangnya pada BANK berdasarkan Perjanjian ini atau setiap
perjanjian lain yang berhubungan, wajib dipenuhi oleh DEBITUR tanpa DEBITUR berhak untuk
memperhitungkan (mengkompensir) dengan tagihan/piutang dagang DEBITUR terhadap BANK (bila ada) dan
tanpa hak untuk menuntut terlebih dahulu suatu pembayaran lain (counter claim).
10.2. DEBITUR menyetujui bahwa tagihan/piutang dagang DEBITUR pada BANK (bila ada) tidak dapat dijadikan
alasan untuk tidak membayar atau menuntut kembali BANK berdasarkan Perjanjian ini atau berdasarkan
perjanjian-perjanjian lain yang disebut dalam Perjanjian ini. DEBITUR dengan ini melepaskan semua
haknya seperti disebut dalam pasal 1425 sampai dengan 1429 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
PASAL 11
PENGALIHAN HAK
11.1. DEBITUR setuju bahwa apabila dianggap perlu oleh BANK, berdasarkan pertimbangannya sendiri BANK
mempunyai hak untuk mengalihkan, baik seluruh atau sebagian hak-hak yang timbul sehubungan dengan
pemberian Fasilitas Kredit yang diberikan kepada DEBITUR berdasarkan Perjanjian (berikut setiap perubahan,
penambahan atau perpanjangannya) kepada pihak ketiga lainnya. Dan DEBITUR dengan ini setuju bahwa
penerima pengalihan hak yang bersangkutan akan mendapat manfaat yang sama dengan yang diberikan
kepada BANK berdasarkan Perjanjian ini.
11.2. Menyimpang dari hal dimuka, DEBITUR setuju untuk tidak mengalihkan sebagian atau seluruh hak dan
kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini pada pihak ketiga lainnya tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu
dari BANK.
11.3. Dalam hal BANK mengalihkan Fasilitas Kredit ini, baik sebagian maupun seluruhnya, DEBITUR tetap terikat
dan tunduk pada syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian (berikut setiap perubahan dan/atau
perpanjangannya) serta perjanjian-perjanjian lainnya yang berhubungan dengan pemberian Fasilitas Kredit
oleh BANK kepada DEBITUR.
PASAL 12
PERISTIWA KELALAIAN
Menyimpang dari jangka waktu pemberian kredit yang disebut dalam ketentuan 1.1. diatas, berikut segala
perubahannya, seluruh jumlah pinjaman dari DEBITUR terhadap BANK, baik karena hutang pokok, bunga, komisi,
fee dan biaya-biaya lainnya yang terhutang berdasarkan Perjanjian ini, dapat ditagih dan wajib dibayarkan kembali
dengan seketika dan sekaligus seluruhnya, tanpa perlu adanya surat teguran juru sita atau surat lainnya yang serupa
dengan itu, dan tanpa perantaraan Pengadilan, BANK dapat langsung menjual harta benda yang dijaminkan oleh
DEBITUR dan/atau PENJAMIN kepada BANK baik dibawah-tangan maupun dimuka umum (secara lelang) dengan
harga dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh BANK, dengan ketentuan pendapatan bersih dari penjualan
dipergunakan untuk pembayaran seluruh kewajiban/hutang DEBITUR kepada BANK dan jika ada sisa, maka sisa
tersebut akan dikembalikan kepada DEBITUR dan/atau PENJAMIN sebagai pemilik harta benda yang dijaminkan
kepada BANK. Sebaliknya, apabila hasil penjualan tersebut tidak cukup untuk melunasi seluruh kewajiban/hutang
DEBITUR kepada BANK, maka kekurangan tersebut tetap menjadi kewajiban/hutang DEBITUR kepada BANK dan
wajib dibayar oleh DEBITUR dengan seketika dan sekaligus pada saat ditagih oleh BANK, yaitu dalam hal terjadinya,
paling tidak, salah satu dari kejadian di bawah ini :
12.1. Bilamana angsuran hutang pokok dan/atau bunga dan/atau jumlah yang terhutang lain yang timbul
berdasarkan Perjanjian ini tidak dibayar lunas pada waktu dan dengan cara sebagaimana yang ditentukan
dalam Perjanjian ini dan/atau perubahan dan/atau perpanjangannya, dimana lewatnya waktu saja sudah
merupakan bukti yang cukup dan sah bahwa DEBITUR telah melalaikan kewajibannya;
12.2. Bilamana menurut BANK, DEBITUR tidak memenuhi, terlambat memenuhi atau memenuhi namun hanya
sebagian, paling tidak salah satu dari syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan lain dalam Perjanjian ini dan/atau
terjadi kelalaian atau pelanggaran yang termaktub dalam perjanjian-perjanjian jaminan yang dibuat berkenaan
dengan Perjanjian ini.
12.3. Jika suatu pernyataan, surat keterangan atau dokumen yang diberikan sehubungan dengan Perjanjian ini
dan/atau perubahan dan/atau penambahan dan/atau sehubungan dengan Perjanjian ini ternyata tidak benar
atau tidak sesuai dengan pernyataan sebenarnya dalam atau mengenai hal-hal yang oleh BANK dianggap
penting.
12.4. Apabila semata-mata menurut pertimbangan BANK, keadaan keuangan, bonafiditas dan solvabilitas DEBITUR
mundur sedemikian rupa yang dapat mengakibatkan DEBITUR tidak dapat membayar hutangnya lagi.
12.5. Bilamana DEBITUR atau orang/pihak lain yang menanggung atau menjamin pembayaran hutang-hutang
DEBITUR (untuk selanjutnya disebut juga PENJAMIN) berdasarkan perjanjian ini mengajukan permohonan
untuk dinyatakan dalam keadaan pailit atau penundaan pembayaran hutang-hutang ("surseance van
betaling") kepada instansi yang berwenang atau tidak membayar hutangnya kepada pihak ketiga yang telah
dapat ditagih (jatuh waktu) atau karena sebab apapun tidak berhak lagi mengurus dan menguasai
kekayaannya atau dinyatakan pailit atau suatu permohonan atau tuntutan untuk kepailitan telah diajukan
terhadap DEBITUR dan/atau terhadap PENJAMIN kepada instansi yang berwenang.
12.6. Bilamana DEBITUR atau PENJAMIN dibubarkan atau mengambil keputusan untuk bubar (bilamana DEBITUR
atau PENJAMIN adalah suatu perusahaan) meninggal dunia atau menangguhkan untuk sementara usahanya
atau dinyatakaan berada dibawah pengampuan ("Onder Curatele Gesteld").
12.7. Bilamana kekayaan DEBITUR atau PENJAMIN seluruhnya atau sebagian disita oleh instansi yang berwajib;
atau apabila menurut penilaian BANK kekayaan DEBITUR atau PENJAMIN dianggap menjadi berkurang
sehingga dapat membahayakan Fasilitas Kredit yang dimaksud dalam Perjanjian ini.
12.8. Bilamana barang(-barang) yang dijadikan jaminan untuk pembayaran hutang DEBITUR kepada BANK
berdasarkan Perjanjian ini disita oleh instansi yang berwenang, atau bilamana barang(-barang) jaminan
tersebut hilang, rusak atau musnah karena sebab apapun juga.
12.9. Apabila DEBITUR atau PENJAMIN telah lalai atau melanggar sesuatu ketentuan dalam suatu perjanjian-
perjanjian lain, termasuk namun tidak terbatas pada perjanjian yang mengenai atau berhubungan dengan
pinjaman uang atau pemberian kredit dimana DEBITUR atau PENJAMIN adalah sebagai pihak yang
meminjam dan bilamana kelalaian/atau pelanggaran tersebut mengakibatkan atau memberikan hak kepada
pihak lain dalam perjanjian tersebut untuk menyatakan bahwa hutang atau kredit yang diberikan dalam
perjanjian tersebut menjadi harus dibayar atau dibayar kembali dengan seketika dan sekaligus pada tanggal
jatuh waktu pembayaran yang telah ditentukan.
12.10. Bilamana tidak dapat diperoleh salah satu atau beberapa atau seluruh ijin, persetujuan atau wewenang,
baru maupun perpanjangannya, yang dikeluarkan oleh instansi yang berwajib dan yang disyaratkan untuk dan
dalam rangka pembuatan, penyerahan dan pelaksanaan Perjanjian ini dan dokumen-dokumen lain yang
berhubungan dengan pemberian Fasilitas Kredit ini.
12.11. Apabila nilai asset/kekayaan milik DEBITUR menurut penilaian BANK menurun.
12.12. Jika DEBITUR masuk dalam Daftar Kredit Macet dan/atau Daftar Hitam (blacklist) yang dikeluerkan oleh Bank
Indonesia.
PASAL 13
KETENTUAN TAMBAHAN
PASAL 14
PEMBERITAHUAN
14.1. Semua surat menyurat atau pemberitahuan yang harus dikirim oleh masing-masing pihak kepada pihak lain
dalam Perjanjian ini mengenai atau sehubungan dengan Perjanjian ini dilakukan dengan secara langsung,
surat tercatat, facsimile, telex atau melalui perusahaan ekspedisi (kurir) ke alamat-alamat yang tersebut
dibawah ini :
a. BANK
Nama :
Alamat :
Telp/Fax :
Telex :
Contact Person :
b. DEBITUR
Nama :
Alamat :
Telp/Fax :
Telex :
Contact Person :
14.2. Surat menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan dianggap telah diterima oleh pihak yang dituju (i) pada
tanggal tanda terima ditandatangani apabila disampaikan secara langsung atau melalui jasa kurir (ii) pada
tanggal setelah 5 (lima) hari kerja sejak diposkannya apabila dikirim dengan surat tercatat atau sejak
diserahkan kepada perusahaan ekspedisi (kurir) dan cukup bila ditandatangani oleh pihak-pihak yang berhak
mewakili BANK atau DEBITUR (iii) pada hari dikirimkannya apabila dikirim melalui telex yang dikonfirmasi
dengan kode jawab; dan (iv) pada hari dikirimkannya apabila dikirim melalui facsimile yang dikonfirmasi dengan
tanda telah dikirim.
14.3. Dalam hal terjadi perubahan alamat dari alamat tersebut diatas atau alamat terakhir yang tercatat pada masing-
masing pihak, maka perubahan tersebut harus diberitahukan secara tertulis kepada pihak lain dalam Perjanjian
ini selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum terjadinya perubahan alamat yang dimaksud. Jika
perubahan alamat tidak diberitahukan, maka surat menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan berdasarkan
Perjanjian ini dianggap telah diberikan sebagaimana mestinya dengan dikirimnya surat atau pemberitahuan itu
dengan secara langsung, surat tercatat, facsimile atau telex atau sejak diserahkan kepada perusahaan
ekspedisi (kurir) yang ditujukan kealamat tersebut diatas atau alamat terakhir yang diketahui/tercatat pada
masing-masing pihak.
PASAL15
KETENTUAN PENUTUP
15.1. DEBITUR dengan ini menyatakan bahwa DEBITUR tunduk kepada semua peraturan-peraturan dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan mengenai kredit yang ada pada BANK sekarang sebagaimana terlampir dan/atau
diperlihatkan kepada DEBITUR.
15.2. Semua dan setiap kuasa yang diberikan oleh DEBITUR kepada BANK berdasarkan Perjanjian ini
merupakan bagian-bagian yang terpenting dan tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian ini, yang tanpa
adanya kuasa-kuasa tersebut Perjanjian ini tidak akan dibuat dan dengan demikian maka kuasa-kuasa
tersebut tidak dapat ditarik kembali maupun dibatalkan oleh sebab-sebab yang tercantum dalam pasal 1813,
1814 dan 1816 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia.
15.3. Perjanjian ini tidak dapat diubah atau ditambah kecuali dengan suatu perjanjian perubahan atau tambahan yang
ditandatangani para pihak dalam Perjanjian ini.
15.4. Mengenai Perjanjian ini DEBITUR dan BANK dengan ini melepaskan ketentuan pasal 1266 dan pasal 1267
Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia.
15.5. Jika ada salah satu ketentuan dalam Perjanjian ini yang oleh karena suatu ketetapan pemerintah atau
pengadilan dilarang atau tidak dapat dilaksanakan atau menjadi tidak berlaku atau dinyatakan batal demi
hukum, hal tersebut tidak mempengaruhi keabsahan ketentuan lainnya dalam Perjanjian ini, dan ketentuan-
ketentuan lainnya tersebut tetap berlaku dan mengikat serta dapat dilaksanakan sebagaimana ditentukan
dalam Perjanjian ini, DEBITUR wajib membuat dan menandatangani dokumen yang berisikan ketentuan yang
memenuhi persyaratan BANK sebagai pengganti ketentuan yang dilarang atau tidak dapat dilaksanakan
tersebut, sebagaimana diminta oleh BANK.
15.6. Tidak digunakannya atau ditundanya penggunaan sesuatu hak, kuasa atau hak istimewa oleh BANK bukan
berarti bahwa BANK melepaskan hak atau kuasa atau hak istimewanya itu kecuali hak tersebut dilepas oleh
BANK secara tertulis. Dan digunakannya sebagian hak, kuasa atau hak istimewa tadi tidak menghalangi BANK
untukmeneruskan atau mengulangi digunakannya hak atau kuasa atau hak istimewa tersebut. Hak-hak dan
upaya-upaya yang diberikan kepada BANK dalam Perjanjian ini bersifat kumulatif dan tidak mengurangi hak-
hak-hak dan upaya-upaya lain yang diberikan kepadanya menurut hukum.
15.7. Dalam hal terjadi atau timbul suatu Kelalaian/Pelanggaran, maka suatu tindakan yang dilakukan atau tidak
dilakukan oleh BANK atau kelambatan dalam melaksanakan suatu hak, wewenang atau tuntutan tidak
melemahkan hak, wewenang atau tuntutan tersebut dan juga tidak dapat diartikan bahwa BANK
melepaskan hak, wewenang atau tuntutan tersebut atau membenarkan terjadinya kelalaian pada atau
dilakukannya pelanggaran oleh DEBITUR.
15.8. Terhadap Perjanjian ini dan segala dokumen yang berhubungan dan yang timbul akibat Perjanjian ini, seperti
namun tidak terbatas pada perjanjian-perjanjian jaminan, tunduk pada hukum negara Republik Indonesia.
15.9. Mengenai Perjanjian ini dan segala akibatnya kedua belah pihak memilih tempat kedudukan hukum yang
tetap dan seumumnya di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri …………………… di
……………………………… . Namun, tidak mengurangi hak dan wewenang BANK untuk memohon
pelaksanaan (eksekusi) atau mengajukan tuntutan/gugatan hukum terhadap DEBITUR berdasarkan Perjanjian
ini dimuka pengadilan lain dalam wilayah Republik Indonesia.
Demikian PERJANJIAN ini dibuat dan ditandatangani di …………………………. , pada tanggal dan tahun sebagaimana
tersebut diatas, dan mulai berlaku sejak tanggal ……………………………. .
BANK DEBITUR
PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk
Materai
_________________________________ _______________________________
Nama : Nama :
Jabatan : Jabatan :
________________________________
Nama :
Jabatan :
Perjanjian Gadai Deposito ini (selanjutnya disebut “Perjanjian”) dibuat pada hari ini, ....................., tanggal
..............……....................... oleh dan antara :
1. PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk, berkedudukan di Jakarta, dalam hal ini melalui kantornya di Jalan
…………………………………………….. , dan diwakili oleh …………………………………………………......
dalam kedudukannya selaku ……………………………………….. (selanjutnya disebut “BANK”);
2. ……………………………………………………………….………………………………… , swasta, bertempat
tinggal di …………………………………………………………………. dalam hal ini bertindak : *)
a. untuk diri sendiri dan untuk melakukan tindakan hukum tersebut dalam Perjanjian ini telah mendapat
persetujuan dari suaminya / istrinya, yaitu : ………………………………………... yang turut menandatangani
Perjanjian ini / sebagaimana ternyata dari Surat Persetujuan yang dibuat dibawah tangan bermeterai cukup
tertanggal ……………………………………. *)
b. selaku ……………………………………………………………………….. dari dan oleh karenanya bertindak
untuk dan atas nama PT. …………………………………….. berkedudukan di ……………………..……. dan
untuk melakukan tindakan hukum tersebut dalam Perjanjian ini telah memperoleh persetujuan dari
……………………………………… yang turut menandatangani Perjanjian ini / sebagaimana ternyata dalam
suratnya tertanggal …………………… *) (selanjutnya disebut “PEMBERI GADAI”).
Para pihak dengan ini menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
a. Bahwa oleh dan antara …………….………………………...…. (selanjutnya disebut “DEBITUR”) dan BANK
telah dibuat dan ditandatangani Perjanjian Kredit nomor ………….., tanggal ……………... (selanjutnya
perjanjian kredit tersebut berikut seluruh perubahannya, perpanjangannya dan atau pembaharuannya yang akan
dibuat dikemudian hari disebut “Perjanjian Kredit”).
b. Bahwa untuk menjamin pembayaran kembali dengan tertib dan secara sebagaimana mestinya seluruh hutang
DEBITUR kepada BANK yang telah dan akan ada berikut bunga, denda, provisi serta biaya-biaya lain yang
mungkin timbul karena fasilitas kredit yang telah dan atau akan diberikan berdasarkan Perjanjian Kredit,
PEMBERI GADAI menggadaikan kepada BANK, semua hak atas Rekening Deposito sebagaimana akan
disebut dibawah ini.
c. Bahwa untuk menggadaikan Hak atas Rekening Deposito tersebut, PEMBERI GADAI telah : *)
(i) mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, sebagaimana ternyata dari
Berita Acara Rapat Umum Para Pemegang Saham Luar Biasa tertanggal …………………………… /
menyerahkan Surat Pernyataan Direksi PEMBERI GADAI tertanggal ……………………..., yang
menyatakan bahwa jumlah saham yang digadaikan oleh PEMBERI GADAI kepada BANK ini tidak
merupakan sebagaian besar (hanya merupakan sebagian kecil) dari seluruh kekayaan/asset yang dimiliki
PEMBERI GADAI dan oleh karenanya oleh karenanya persetujuan dari Rapat Umum Luar Biasa Para
Pemegang Saham PEMBERI GADAI sebagaimana disyaratkan oleh Pasal 88 ayat 1 Undang-undang no.1
tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas tidaklah diperlukan. *)
(ii) dan/atau telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam anggaran dasar Perseroan serta
PEMBERI GADAI dan peraturan-peraturan yang berlaku, termasuk tetapi tidak terbatas pada persetujuan
pengalihan hak atas Rekening Deposito sesuai dengan ketentuan Perjanjian ini dan peraturan yang berlaku.
Maka sehubungan dengan segala sesuatu yang diuraikan di atas, BANK dan PEMBERI GADAI telah saling setuju dan
sepakat untuk dan dengan ini membuat serta menetapkan Perjanjian untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh para pihak,
dengan memakai syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
PASAL 1
PEMBERIAN GADAI
1. Guna menjamin setiap dan seluruh jumlah uang yang terhutang oleh DEBITUR kepada BANK berdasarkan
Perjanjian Kredit, PEMBERI GADAI menyatakan dengan ini menggadaikan dan/atau memberikan kepada
BANK, semua Hak atas Rekening Deposito yang dibuktikan dengan :
Bilyet Deposito Berjangka :
Nomor Deposito :
Tanggal Deposito :
Atas Nama :
Jumlah :
berikut setiap jumlah penambahan bunga ke dalam jumlah nominal yang setiap perubahan tersebut telah ternyata
dari perubahan kontrak dan Bilyet Depositonya (Selanjutnya disebut “Deposito”).
2. PEMBERI GADAI dapat mengajukan permohonan kepada BANK untuk merubah jenis mata uang atas Deposito
berjangka yang digadaikan tersebut diatas sesuai kurs yang berlaku sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari sebelum
tanggal perubahan mata uang yang diminta oleh PEMBERI GADAI tersebut, dengan ketentuan bahwa BANK atas
pertimbangan sendiri berhak untuk menolak permintaan tersebut.
PASAL 2
EKSEKUSI DAN HASILNYA
1. Dalam hal terjadi kejadian kelalaian sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kredit, maka tanpa harus mendapatkan
suatu keputusan, perintah atau wewenang dari Pengadilan terlebih dahulu yang PEMBERI GADAI dengan ini
secara tegas mengenyampingkannya dan dengan memberitahukan secara tertulis kepada PEMBERI GADAI,
PEMBERI GADAI setuju dan dengan ini memberikan kuasanya kepada BANK yang tidak dapat ditarik kembali
dan tidak akan berakhir oleh sebab apapun termasuk tapi tidak terbatas pada sebab-sebab yang tercantum dalam
pasal 1813, 1814 dan 1816 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia untuk mencairkan Deposito tersebut
dan PEMBERI GADAI menyetujui BANK dapat memperhitungkan hasil pencairan Deposito serta mengambil
pelunasan atas hutang pokok, bunga, provisi dan/atau biaya lain yang timbul berdasarkan Perjanjian Kredit
termasuk tetapi tidak terbatas pada biaya perkara dimuka Pengadilan, honor Pengacara Hutang tersebut diatas.
2. Kuasa tersebut di atas dan kuasa lain yang diberikan di dalam Perjanjian ini bersifat tidak dapat ditarik kembali
dan merupakan satu kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini, tanpa kuasa mana Perjanjian
Kredit tidak akan dibuat dan karenanya kuasa-kuasa tersebut tidak akan berakhir karena sebab-sebab yang
termaktub dalam pasal 1813, pasal 1814 dan pasal 1816 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia atau
sebab apapun.
3. Dalam melaksanakan setiap hak untuk melakukan pencairan Deposito berdasarkan Perjanjian ini, BANK tidak
perlu membuktikan jumlah yang terhutang dan wajib dibayar oleh DEBITUR berdasarkan Perjanjian Kredit, dan
untuk keperluan tersebut BANK berhak menentukan jumlah yang terhutang dan wajib dibayar oleh DEBITUR
berdasarkan pembukuan dan catatan BANK, demikian dengan tidak mengenyampingkan hak DEBITUR atau
PENJAMIN untuk kemudian membuktikan bahwa jumlah yang terhutang.
4. Setiap jumlah yang diperoleh BANK dari hasil eksekusi berdasarkan Perjanjian ini, akan dipergunakan untuk
membayar :
a. seluruh ongkos, biaya dan pengeluaran yang timbul akibat pelaksanaan Perjanjian ini; dan
b. seluruh jumlah yang jatuh tempo dan atau dibayar berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam Perjanjian
Kredit.
5. Apabila hasil pencairan Deposito tersebut kurang untuk membayar hutang DEBITUR berdasarkan Perjanjian
Kredit maka DEBITUR tetap berkewajiban membayar sisa hutang DEBITUR kepada BANK. Demikian
sebaliknya apabila dari hasil pencairan Deposito tersebut masih terdapat sisa, maka BANK akan mengembalikan
sisanya kepada PEMBERI GADAI, tanpa mewajibkan BANK untuk membayar bunga atas sisa pencairan
Deposito tersebut.
PASAL 3
PERNYATAAN DAN JAMINAN
1. PEMBERI GADAI menyatakan bahwa apa yang digadaikan tersebut diatas adalah miliknya, tidak digadaikan
kepada pihak lain, serta bebas dari sitaan dan mengenai hal ini BANK tidak akan mendapat tuntutan dari pihak
lain yang menyatakan mempunyai hak terlebih dahulu atau turut mempunyai hak terlebih dahulu atau turut
mempunyai hak atas apa yang dijaminkan tersebut diatas.
2. PEMBERI GADAI memiliki hak dan kewenangan penuh untuk mengalihkan dan menyerahkan Deposito kepada
BANK dan persetujuan (-persetujuan) yang diperlukan sesuai anggaran dasar PEMBERI GADAI maupun
peraturan yang berlaku telah diperoleh PEMBERI GADAI secara cukup dan lengkap.
3. PEMBERI GADAI akan atas biayanya sendiri dan setiap waktu atas permintaan tertulis dari BANK, tepat pada
waktunya dan sebagaimana seharusnya, menandatangani dan menyerahkan kepada BANK setiap instrumen dan
dokumen sebagaimana BANK secara beralasan menganggap perlu dalam mendapatkan manfaat penuh dan atas
hak dan kekuasaan yang diberikan dalam Perjanjian ini;
4. BANK berhak untuk menyimpan asli bilyet Deposito sebaik-baiknya pada tempat yang aman, satu dan lain hal
atas biaya DEBITUR atau PEMBERI GADAI.
5. Dalam hal PEMBERI GADAI karena suatu perkara di pengadilan atau karena suatu sitaan sebelum diputuskan
perkaranya oleh pengadilan atau karena suatu putusan pengadilan atau karena proses hukum lainnya memperoleh
hak kekebalan, PEMBERI GADAI dengan ini memberikan pernyataan yang tidak dapat dicabut kembali
melepaskan hak kekebalan tersebut yang berkenaan dengan kewajibannya berdasarkan Perjanjian Kredit dan atau
Perjanjian ini.
6. DEBITUR dan atau PEMBERI GADAI wajib membela, mengganti rugi dan membebaskan BANK dari dan
terhadap setiap tindakan, tuntutan, gugatan, perkara, kerugian, kewajiban, pungutan dan biaya dalam bentuk
apapun, sah atau tidak, yang BANK alami atau derita dengan cara apapun juga atas atau sehubungan dengan
Deposito atau Perjanjian ini, termasuk namun tidak terbatas pada biaya yang dikeluarkan oleh BANK sehubungan
dengan eksekusi Perjanjian ini.
PASAL 4
KETENTUAN LAIN-LAIN
1. Perjanjian ini bukan merupakan pembayaran atas jumlah yang terhutang dan wajib dibayar oleh DEBITUR kepada
BANK berdasarkan Perjanjian Kredit kecuali dan sampai BANK benar-benar menerima dana hasil pencairan
Deposito untuk membayar setiap jumlah yang terhutang dan wajib dibayar oleh DEBITUR.
2. Perjanjian ini oleh para pihak dimaksudkan sebagai jaminan terhadap jumlah yang terhutang dan wajib dibayar
oleh DEBITUR kepada BANK berdasarkan Perjanjian Kredit dan tidak boleh ditafsirkan sebagai membatasi atau
menghalangi dengan cara apapun juga eksekusi oleh BANK atas setiap hak yang dimiliki oleh BANK untuk
memperoleh pelunasan atas setiap jumlah yang terhutang dan wajib dibayar oleh DEBITUR.
3. Hak jaminan yang diberikan berdasarkan Perjanjian ini merupakan tambahan terhadap dan tidak bergantung
kepada hak atau benda jaminan lainnya yang mungkin dipegang atau diperoleh BANK sehubungan dengan
Hutang yang dijamin berdasarkan Perjanjian ini. BANK berhak untuk menerima hak atau benda jaminan
tambahan lainnya dari pihak ketiga dan/atau untuk melepaskan hak atau benda jaminan itu dengan atau tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu kepada PEMBERI GADAI dan tanpa mempengaruhi kewajiban-kewajiban
PEMBERI GADAI berdasarkan Perjanjian ini.
4. Jaminan dalam Perjanjian ini sekali-kali tidak dan tidak dapat mengurangi atau mempengaruhi hak dan wewenang
BANK untuk menjalankan/melaksanakan atau mengajukan tuntutan atau gugatan berdasarkan agunan atau
perjanjian lain berupa apapun yang sekarang telah dan di kemudian hari akan dipegang oleh atau diberikan kepada
BANK untuk memberikan jaminan atau kepastian pembayaran hutang yang wajib dibayar oleh DEBITUR kepada
BANK berdasarkan Perjanjian Kredit.
PASAL 5
PEMBERITAHUAN
1. Semua surat menyurat atau pemberitahuan-pembertahuan yang harus dikirim oleh masing-masing pihak kepada
pihak lainnya dalam Perjanjian ini mengenai atau sehubungan dengan Perjanjian ini dilakukan secara langsung,
surat tercatat, faksimile, telex atau melalui perusahaan ekspedisi (kurir) ke alamat-alamat tersebut di bawah ini :
Divisi Hukum – Kantor Pusat
a. BANK
Nama : PT Bank Danamon Indonesia, Tbk
Alamat :
Telpon :
Fax :
Telex :
Contact Person :
b. PEMBERI GADAI
Nama :
Alamat :
Telpon :
Fax :
Telex :
Contact Person :
2. Surat menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan dianggap telah diterima oleh pihak yang dituju (i) pada tanggal
tanda terima ditandatangani apabila disampaikan secara langsung atau melalui jasa kurir (ii) pada tanggal setelah 5
(lima) hari kerja sejak diposkannya apabila dikirim dengan surat tercatat atau sejak diserahkan kepada perusahaan
ekspedisi (kurir) dan cukup bila ditandatangani oleh pihak-pihak yang berhak mewakili BANK atau PEMBERI
GADAI (iii) pada hari dikirimkannya apabila dikirim melalui telex yang dikonfirmasi dengan kode jawab; dan (iv)
pada hari dikirimkannya apabila dikirim melalui facsimile yang dikonfirmasi dengan tanda telah dikirim.
3. Dalam hal terjadi perubahan alamat dari alamat tersebut di atas atau alamat terakhir yang tercatat pada
masingmasing pihak, maka perubahan tersebut harus diberitahukan secara tertulis kepada pihak lain dalam
Perjanjian ini selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum terjadinya perubahan alamat dimaksud. Jika
perubahan alamat tersebut tidak diberitahukan, maka surat-menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan
berdasarkan Perjanjian ini dianggap telah diberikan sebagaimana mestinya dengan dikirimnya surat atau
pemberitahuan itu dengan secara langsung, surat tercatat, facsimile, telex atau sejak diserahkan kepada perusahaan
ekspedisi (kurir) yang ditujukan ke alamat tersebut di atas atau alamat terakhir yang diketahui atau tercatat pada
masing-masing pihak.
PASAL 6
KETENTUAN PENUTUP
1. Perjanjian ini dibuat berdasarkan dan hanya dapat ditafsirkan menurut hukum Republik Indonesia.
2. PEMBERI GADAI menyetujui bahwa Deposito yang digadaikan berdasarkan Perjanjian ini tunduk kepada
"Ketentuan-ketentuan Operasi Bank" termasuk setiap alat bukti yang diajukan/dipergunakan oleh BANK yang
berlaku untuk setiap perubahan, perpanjangan dan/atau setiap penambahan jumlah nominal deposito tersebut, yang
berasal dari jumlah bunga yang diterima maupun valuta tersebut diatas sehingga penggadaian yang dilakukan
sejak pertama kalinya akan tetap berlaku untuk seterusnya selama hutang belum dibayar lunas.
3. PEMBERI GADAI dengan ini menyatakan secara tegas melepaskan hak dan hak istimewa yang diberikan oleh
Undang-undang seperti tercantum pada pasal 1831, 1833, 1837 dan 1848 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Indonesia.
4. Bila suatu ketentuan dalam Perjanjian yang oleh karena suatu ketetapan pemerintah atau pengadilan dilarang atau
tidak dapat dilaksanakan atau menjadi tidak berlaku, selama adanya larangan tersebut tanpa mengakibatkan
batalnya ketentuan hukum lain dari Perjanjian, dan tanpa menghilangkan kemungkinan diberlakukannya kembali
ketentuan yang dilarang tersebut di kemudian hari, PEMBERI GADAI wajib membuat dan menandatangani
dokumen yang berisikan ketentuan yang memenuhi persyaratan BANK sebagai pengganti ketentuan yang dilarang
atau tidak dapat dilaksanakan tersebut, sebagaimana diminta oleh BANK.
5. Jika ada salah satu ketentuan dalam Perjanjan ini yang dinyatakan batal demi hukum, hal tersebut tidak
mempengaruhi keabsahan ketentuan lainnya dalam Perjanjian ini, dan ketentuan-ketentuan lainnya tersebut tetap
berlaku dan mengikat dan dapat dilaksanakan sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian ini, PEMBERI GADAI
wajib membuat dan menandatangani dokumen yang berisikan ketentuan yang memenuhi persyaratan BANK
sebagai pengganti ketentuan yang dilarang atau tidak dapat dilaksanakan tersebut, sebagaimana diminta oleh
BANK.
6. Tidak digunakannya atau ditundanya penggunaan sesuatu hak, kuasa atau hak istimewa oleh BANK bukan berarti
bahwa BANK melepaskan hak atau kuasa atau hak istimewanya itu kecuali hak tersebut dilepas oleh BANK
secara tertulis. Dan digunakannya sebagian dari hak, kuasa atau hak istimewa tadi tidak menghalangi BANK
untuk meneruskan atau mengulangi digunakannya hak atau kuasa atau hak istimewa tersebut. Hak-hak dan upaya-
upaya yang diberikan kepada BANK dalam Perjanjian ini bersifat kumulatif dan tidak mengurangi hak-hak dan
upaya-upaya lain yang diberikan kepadanya menurut hukum.
7. Kegagalan atau kelalaian BANK untuk menuntut PEMBERI GADAI melaksanakan suatu ketentuan dalam
Perjanjian ini tidak akan melepaskan hak BANK untuk menuntut PEMBERI GADAI untuk melaksanakan
ketentuan tersebut dikemudian hari, kecuali hak tersebut dilepas oleh BANK secara tertulis.
8. Mengenai Perjanjian ini dan segala akibatnya para pihak memilih domisili hukum yang tetap dan tidak berubah di
Kantor Panitera Pengadilan Negeri ……..…………………….. di ……………….., demikian dengan tidak
mengurangi hak BANK untuk melakukan penuntutan atau gugatan terhadap DEBITUR dan atau PEMBERI
GADAI berdasarkan Perjanjian ini di pengadilan-pengadilan lain dalam wilayah Republik Indonesia.
Demikian Perjanjian ini dibuat di ……………………….., pada hari dan tanggal tersebut di atas dan mulai berlaku
sejak tanggal ………………………………...
BANK
PT BANK DANAMON INDONESIA, Tbk PEMBERI GADAI
Materai
________________________________ _________________________
Nama : Nama :
Jabatan : Jabatan :
________________________
Nama :
Jabatan :
Nama : …………………………………
Alamat : …………………………………
Bahwa sehubungan dengan pemberian fasilitas kredit oleh PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk,
berkedudukan di Jakarta (selanjutnya disebut “Bank”) kepada Pemberi Kuasa sebagaimana ternyata dalam
Perjanjian Kredit No………………………………. tanggal ………………………. (berikut dengan
segenap perubahan, penambahan, perpanjangan dan pembaharuan daripadanya, disebut “Perjanjian
Kredit”) yang ditanda tangani oleh dan antara Pemberi Kuasa dengan Bank, dengan ini Pemberi Kuasa
memberi kuasa dengan hak subtitusi kepada Bank (selanjutnya disebut juga “Penerima Kuasa”), untuk dan
atas nama Pemberi Kuasa :
--------------------------------------------------------- K H U S U S-------------------------------------------------------
1. mencairkan deposito berjangka milik Pemberi Kuasa yang terdapat pada Bank baik yang ada pada
saat ini maupun yang akan diserahkan dikemudian hari, termasuk tetapi tidak terbatas pada bilyet
deposito dengan nomor ……………………….. nominal Rp.………………………
(………………………………………………..) (selanjutnya disebut “Deposito”) dan selanjutnya
memperhitungkan serta mengambil pelunasan atas hutang pokok, bunga, provisi dan/atau biaya lain
yang timbul dan dipandang perlu oleh Bank termasuk tetapi tidak terbatas pada biaya perkara di
muka Pengadilan, honor Pengacara yang timbul akibat hutang berdasarkan Perjanjian Kredit, yaitu
dalam hal Pemberi Kuasa lalai (wanprestasi) berdasarkan Perjanjian Kredit, dengan ketentuan bahwa
Pemberi Kuasa tetap berkewajiban untuk memenuhi kewajibannya sekalipun pencairan Deposito
tersebut telah dilakukan.
2. menandatangani surat-surat/tanda terima, serta dokumen-dokumen lainnya sehubungan dengan
pencairan Deposito tersebut menurut syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan/prosedur yang diatur dan
berlaku pada Bank tidak ada yang dikecualikan, sehingga walaupun untuk sesuatu tindakan itu
diperlukan surat kuasa khusus, kuasa tersebut supaya dianggap telah diberikan dengan kuasa ini.
Segala kuasa yang diberikan sehubungan dengan surat kuasa ini bersifat tidak dapat ditarik kembali dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Perjanjian Kredit, dan tidak akan berakhir karena
sebab-sebab yang termaktub dalam Pasal 1813 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.
Pemberi Kuasa dengan ini menyatakan menjamin dan membebaskan Bank dari segala kewajiban, tuntutan,
gugatan dan klaim apapun juga serta dari pihak manapun juga, termasuk dari Pemberi Kuasa sendiri serta
dari semua kerugian dan resiko yang timbul dikemudian hari sehubungan dengan Surat Kuasa ini.
Demikian Surat Kuasa ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan dengan semestinya.
……………………….., ……………
……………………………………. ………………………………………
SURAT KUASA
Nama : …………………………………
Alamat : …………………………………
------------------------------------------------------- K H U S U S ---------------------------------------------------------
Untuk mendebet Rekening/Tabungan tersebut di atas dan/atau rekening lain atas nama PEMBERI KUASA
pada PENERIMA KUASA guna membayar biaya administrasi, provisi, hutang pokok, bunga, denda, notaris,
asuransi dan biaya-biaya lain yang mungkin timbul sehubungan dengan pemberian kredit oleh PENERIMA
KUASA kepada PEMBERI KUASA.
Selama hutang dari PEMBERI KUASA belum dibayar lunas kepada PENERIMA KUASA, kuasa ini tidak
akan berakhir oleh karena sebab apapun juga termasuk tetapi tidak terbatas oleh sebab-sebab yang
tercantum dalam Pasal 1813 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
……………………., ………….
………………………………… ……………………………........