You are on page 1of 5

CONTOH TAULADAN POLIGAMI NABI SAW

Tajuk ini sengaja diletakkan selepas perbincangan tentang kebaikan dan keburukan
poligami serta kekangan dan cabarannya supaya contoh tauladan yang diambil dari
poligami Nabi SAW ini menjadi pedoman kepada mereka yang ingin berpoligami dan
juga untuk memberi jawapan kepada mereka yang menyangka bahawa poligami
adalah suatu amalan yang tidak membawa kepada kebahagiaan individu, keluarga
dan masyarakat.

Nabi SAW adalah manusia biasa yang menerima wahyu dari Allah SWT. Antara
wahyu yang diterimanya ialah amalan berpoligami. Justeru, Nabi SAW sebagai
ikutan yang terbaik harus melakukan amalan yang disyariatkan tersebut supaya
mudah difahami dan dijadikan panduan untuk umat beliau.
Oleh sebab itu Nabi SAW memberi panduan yang terbaik dalam mengamalkan ayat
ketiga dari surah al-Nisa’ yang membenarkan poligami dan juga monogami. Kedua-
dua jenis perkahwinan tersebut telah ditunjukkan oleh Nabi SAW.
Perkahwinan jenis pertama yang telah ditunjukkan dan dijadikan panduan untuk
umatnya ialah perkahwinan monogami iaitu ketika beliau bersama Khadijah
radiAllahuucanha. Pada masa tersebut, Nabi SAW telah membuktikan bahawa
beliau bahagia dengan hidup secara monogami walaupun Khadijah lebih tua dari
beliau di samping beliau mempunyai kekuatan seks yang boleh dikongsi bersama
sebelas orang isteri seperti yang dibuktikan semasa beliau berpoligami setelah
kewafatan Khadijah radiAllahuanha. Justeru, amalan monogami selama bersama
Khadijah ini membuktikan bahawa Nabi SAW bukanlah seorang yang gilakan
perempuan dan sukakan seks semata-mata tetapi semuanya dilakukan iaitu sama
ada monogami dan poligami adalah berdasarkan kepada keperluan dakwah semasa
dan keperluan perempuan-perempuan yang memerlukan bimbingan dan belaan dari
Nabi SAW. Baginda SAW telah bermonogami daripada umurnya dua puluh lima
tahun hingga mencecah usia lima puluh tahun iaitu selepas sepuluh tahun beliau
diutus menjadi Nabi dan Rasul. Ini bermakna Nabi SAW menghabiskan masa-masa
mudanya sebelum beliau diutus menjadi nabi dan rasul hinggalah beliau hampir
berhijrah ke Madinah dengan cara monogami.
Perkahwinan jenis kedua iaitu poligami juga telah diamalkan oleh Nabi SAW supaya
dengan pengamalannya dapat menjadi contoh dan panduan kepada umatnya.
Justeru, Nabi SAW dengan jelas menunjukkan bahawa beliau berpoligami bukanlah
kerana nafsu seks supaya perkara tersebut diikuti oleh umatnya yang ingin
berpoligami. Perkara tersebut jelas kerana Nabi SAW hanya bernikah dengan janda-
janda yang kebanyakannya menjadi janda disebabkan suami mereka yang gugur
syahid selain dari Aisyah RadiAllahuanha. Perkahwinan dengan janda-janda para
syuhada tersebut mengajar umatnya supaya memilih isteri-isteri yang solehah yang
memberi manfaat dalam kerja dakwah dan amalan agama dalam kehidupan
seharian.

Dari Abu Dzar bahawa ada beberapa orang dari sahabat Rasulullah s.a.w berkata
kepada Nabi s.a.w:

"Ya Rasulullah, orang-orang kaya pergi dengan membawa pahala yang banyak.
Mereka mengerjakan sholat sebagaimana kami mengerjakannya dan juga berpuasa
sebagaimana kami berpuasa, namun mereka boleh bersedekah dengan kelebihan
harta mereka."

Nabi kemudian bersabda:

"Bukankah Allah s.w.t telah menjadikan untuk kalian sesuatu yang kalian dapat
sedekahkan? Sesungguhnya setiap (bacaan) tasbih itu adalah sedekah, setiap
takbir itu adalah sedekah, setiap tahmid itu adalah sedekah, setiap tahlil itu adalah
sedekah, memerintahkan yang ma'ruf adalah sedekah, mencegah yang
kemungkaran adalah sedekah, dan pada persetubuhan yang dilakukan salah
seorang di antara kalian adalah sedekah."

Mereka (para sahabah) lantas bertanya:

"Ya Rasulullah apakah salah seorang daripada kami


memenuhi syahwatnya lantas dia memperolehi pahala darinya?"

Baginda menjawab:

"Bagaimana pendapatmu jika dia menempatkannya pada sesuatu yang haram?


Bukankah dia berdosa? Demikian juga jika dia meletakkannya pada sesuatu
yang halal maka dia akan memperolehi pahala."

[Hadits Shahih oleh Muslim (1006). Dinukil dari Syarah Hadith ‘Arba’in oleh Al-
Nawawi, Ibnu Daqiq, Abdurrahman as-Sa’di, al-Uthaimin, Terbitan Pustaka Arafah,
m/s 285-292]
Nabi dan larangan poligami

Dalam kitab Ibn al-Atsir, poligami yang dilakukan Nabi adalah upaya transformasi
sosial (lihat pada Jâmi' al-Ushûl, juz XII, 108-179). Mekanisme poligami yang
diterapkan Nabi merupakan strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan
dalam tradisi feodal Arab pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang
perempuan dan janda sedemikian rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri
sebanyak mereka suka.

Sebaliknya, yang dilakukan Nabi adalah membatasi praktik poligami, mengkritik


perilaku sewenang-wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam
berpoligami.

Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh
perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang
dilakukan Nabi kepada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi RA, Wahb al-Asadi, dan
Qais bin al-Harits. Dan, inilah pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap
kebiasan poligami yang awalnya tanpa batas sama sekali.

Pada banyak kesempatan, Nabi justru lebih banyak menekankan prinsip keadilan
berpoligami. Dalam sebuah ungkapan dinyatakan: "Barangsiapa yang mengawini
dua perempuan, sedangkan ia tidak bisa berbuat adil kepada keduanya, pada hari
akhirat nanti separuh tubuhnya akan lepas dan terputus" (Jâmi' al-Ushûl, juz XII,
168, nomor hadis: 9049). Bahkan, dalam berbagai kesempatan, Nabi SAW
menekankan pentingnya bersikap sabar dan menjaga perasaan istri.

Teks-teks hadis poligami sebenarnya mengarah kepada kritik, pelurusan, dan


pengembalian pada prinsip keadilan. Dari sudut ini, pernyataan "poligami itu sunah"
sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan Nabi. Apalagi dengan melihat
pernyataan dan sikap Nabi yang sangat tegas menolak poligami Ali bin Abi Thalib
RA. Anehnya, teks hadis ini jarang dimunculkan kalangan propoligami. Padahal, teks
ini diriwayatkan para ulama hadis terkemuka: Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Ibn
Majah.

Nabi SAW marah besar ketika mendengar putri beliau, Fathimah binti Muhammad
SAW, akan dipoligami Ali bin Abi Thalib RA. Ketika mendengar rencana itu, Nabi
pun langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru: "Beberapa keluarga
Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri
mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali
lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib
menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu
bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga,
apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga." (Jâmi' al-Ushûl, juz XII,
162, nomor hadis: 9026).

Sama dengan Nabi yang berbicara tentang Fathimah, hampir setiap orangtua tidak
akan rela jika putrinya dimadu. Seperti dikatakan Nabi, poligami akan menyakiti hati
perempuan, dan juga menyakiti hati orangtuanya.
Jika pernyataan Nabi ini dijadikan dasar, maka bisa dipastikan yang sunah justru
adalah tidak mempraktikkan poligami karena itu yang tidak dikehendaki Nabi. Dan,
Ali bin Abi Thalib RA sendiri tetap bermonogami sampai Fathimah RA wafat.

Hikmah Diperbolehkannya Poligami

Sesungguhnya Islam adalah risalah terakhir yang datang dengan syari'at yang
bersifat umum dan abadi. Yang berlaku sepanjang masa, untuk seluruh manusia.

Sesungguhnya Islam tidak membuat aturan untuk orang yang tinggal di kota
sementara melupakan orang yang tinggal di desa, tidak pula untuk masyarakat yang
tinggal di iklim yang dingin, sementara melupakan masyarakat yang tinggal di iklim
yang panas. Islam tidak pula membuat aturan untuk masa tertentu, sementara
mengabaikan masa-masa dan generasi yang lainnya. Sesungguhnya ia
memperhatikan kepentingan individu dan masyarakat.

Ada manusia yang kuat keinginannya untuk mempunyai keturunan, akan tetapi ia
dikaruniai rezki isteri yang tidak beranak (mandul) karena sakit atau sebab lainnya.
Apakah tidak lebih mulia bagi seorang isteri dan lebih utama bagi suami untuk
menikah lagi dengan orang yang disenangi untuk memperoleh keinginan tersebut
dengan tetap memelihara isteri yang pertama dan memenuhi hak-haknya.

Ada juga di antara kaum lelaki yang kuat keinginannya dan kuat syahwatnya, akan
tetapi ia dikaruniai isteri yang dingin keinginannya terhadap laki-laki karena sakit
atau masa haidnya terlalu lama dan sebab-sebab lainnya. Sementara lelaki itu tidak
tahan dalam waktu lama tanpa wanita. Apakah tidak sebaiknya diperbolehkan untuk
menikah dengan wanita yang halal daripada harus berkencan dengan sahabatnya
atau daripada harus mencerai yang pertama.

Selain itu jumlah wanita terbukti lebih banyak daripada jumlah pria, terutama setelah
terjadi peperangan yang memakan banyak korban dari kaum laki-laki dan para
pemuda. Maka di sinilah letak kemaslahatan sosial dan kemaslahatan bagi kaum
wanita itu sendiri. Yaitu untuk menjadi bersaudara dalam naungan sebuah rumah
tangga, daripada usianya habis tanpa merasakan hidup berumah tangga,
merasakan ketentraman, cinta kasih dan pemeliharaan, serta nikmatnya menjadi
seorang ibu. Karena panggilan fithrah di tengah-tengah kehidupan berumah tangga
selalu mengajak ke arah itu.

Sesungguhnya ini adalah salah satu dari tiga pilihan yang terpampang di hadapan
para wanita yang jumlahnya lebih besar daripada jumlah kaum laki-laki. Tiga pilihan
itu adalah:

1. Menghabiskan usianya dalam kepahitan karena tidak pernah merasakan


kehidupan berkeluarga dan menjadi ibu.

2. Menjadi bebas (melacur, untuk menjadi umpan dan permainan kaum laki-laki
yang rusak. Muncullah pergaulan bebas yang mengakibatkan banyaknya anak-anak
haram, anak-anak temuan yang kehilangan hak-hak secara materi dan moral,
sehingga menjadi beban sosial bagi masyarakat.

3. Dinikahi secara baik-baik oleh lelaki yang mampu untuk memberikan nafkah dan
mampu memelihara dirinya, sebagai istri kedua, ketiga atau keempat.

Tidak diragukan bahwa cara yang ketiga inilah yang adil dan paling baik serta
merupakan obat yang mujarab. Inilah hukum Islam. Allah berfirman:

"Dan hukum siapakah yang lehih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang
yang yakin." (Al Maidah: 5O)

You might also like