You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Setiap dari kita, entah kalangan bawah, menengah ataupun atas, semuanya
pasti mengenal zat cair yang bernama bensin. Suatu zat cair yang serupa dengan
air namun memiliki bau yang lebih lengur dan lebih mudah terbakar.
Dewasa ini, penggunaan Bahan Bakar Minyak atau BBM merupakan suatu
hal yang sangat esensial di dalam kelangsungan hidup dan rumah tangga. Hampir
barang-barang bermotor semuanya memerlukan Bahan Bakar Minyak. Kendaraan
contohnya. Dari pesawat terbang hingga sepeda motor semuanya membutuhkan
Bahan Bakar Minyak. Lampu temaram, kompor gas, dan perkakas lainnya pun
membutuhkan Bahan Bakar Minyak. Bahan Bakar Minyak merupakan hal yang
sangat penting di era globalisasi ini. Tanpa Bahan Bakar Minyak, motor tak akan
bisa bergerak, stagnan, diam di tempat.
Peran Bahan Bakar Minyak pada kegiatan Industri Indonesia sangat
penting, semua sepeda motor membutuhkan Bahan Bakar Minyak untuk
beroperasi, hingga akhirnya hal tersebut menuntun para produsen Bahan Bakar
untuk bersaing.
Dapat kita lihat di lapangan, terdapat berbagai macam jenis dan tipe bahan
bakar, sebagai contohnya bensin. Kita seringkali menjumpai beberapa Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum dengan merk yang berbeda-beda, misalnya
Pertamina, Shell, dan lain-lain. Setiap produsen bahan bakar memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing.
Bensin mengandung lebih dari 500 jenis hidrokarbon yang memiliki rantai
C5 hingga C10. Kadarnya bervariasi, tergantung komposisi minyak mentah dan
kualitas yang diinginkan.
Bensin hanya terbakar dalam fase uap, maka bensin harus diuapkan dalam
karburator sebelum dibakar dalam silinder mesin kendaraan. Energi yang
dihasilkan dari proses pembakaran bensin diubah menjadi gerak melalui berbagai
tahapan. Pembakaran bensin yang diinginkan adalah yang menghasilkan dorongan

1
yang mulus terhadap penurunan piston. Hal ini tergantung dari ketepatan waktu
pembakaran agar jumlah energi yang ditransfer ke piston menjadi maksimum.
Ketepatan waktu pembakaran tergantung dari jenis rantai hidrokarbon yang
selanjutnya akan menentukan kualitas bensin.
Bensin terdiri dari dua komponen utama, yaitu n-heptana (C7H16) dan iso-
oktana (C8H18). Kualitas bensin dapat ditentukan dari banyaknya kandungan iso-
oktana atau yang disebut juga dengan nilai bilangan oktan. Semakin tinggi
bilangan oktannya, semakin efisien proses pembakaran bensin tersebut.
Sedangkan kapur barus, sebagian besar terdiri dari naftalena (C10H8). Zat ini,
selain digunakan dalam pembuatan kapur barus juga merupakan pemerkaya
bensin. Sehingga, kemungkinan besar dapat meningkatkan bilangan oktan bensin.
Pada sepeda motor 2 tak, pembakaran bahan bakarnya lebih banyak daripada
sepeda motor 4 tak. Oleh karena itu, konsumsi bensin pada sepeda motor 2 tak
lebih besar atau bisa dibilang lebih boros daripada sepeda motor 4 tak.
Beragamnya jenis produsen bahan bakar minyak di Indonesia
menyebabkan timbulnya persaingan dagang antarindustri yang semakin sengit.
Hal ini menyebabkan timbulnya rumor di masyarakat tentang keunggulan dan
kelemahan pada masing-masing produk. Semakin lama, paradigma pada
masyarakat semakin subyektif. Maka dari itu, kami memutuskan untuk meneliti
dan membandingkan efisiensi pembakaran dari masing-masing produk agar
masyarakat dapat mengetahui bahan bakar mana yang lebih efisien dibanding
bahan bakar yang lain.
Suatu hal penting yang menyangkut tentang efektifitas pembakaran bensin
adalah bilangan oktan, yaitu ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk
mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin. Nilai bilangan oktan 0
ditetapkan untuk n-heptana yang mudah terbakar, dan nilai 100 untuk isooktana
yang tidak mudah terbakar.
Menyadari hal tersebut, Karya Ilmiah Remaja ini dibuat. Mudah-mudahan
Karya Ilmiah ini bermanfaat, berguna untuk berbagai lapisan masyarakat di
Indonesia, melahirkan suatu kepastian, bahan bakar minyak yang mana yang lebih
efisien pembakarannya.

2
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana efisiensi pembakaran bahan bakar minyak Pertamina-
Pertamax Plus dan Shell-Super Ekstra?
2. Bagaimana selisih nilai ekonomis antara Pertamina-Pertamax Plus dan
Shell-Super Ekstra?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui efisiensi pembakaran bahan bakar minyak
Pertamina-Pertamax Plus dan Shell-Super Ekstra.
2. Untuk membandingkan keekonomisan antara dua bahan bakar
yang berbeda, yaitu Pertamina-Pertamax Plus dan Shell-Super
Ekstra.
3. Untuk merubah pandangan masyarakat yang masih subyektif
tentang efisiensi pembakaran beberapa produk bahan bakar
minyak di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Masyarakat dapat membandingkan kelebihan dan kekurangan kedua
produk bahan bakar minyak, dalam hal ini Pertamina-Pertamax Plus
dan Shell-Super Ekstra dari segi kualitas dan keekonomisan.
2. Masyarakat dapat mengetahui dan memilih diantara keduanya, mana
yang lebih bermanfaat untuk dikonsumsi sehari-hari.
3. Memberikan wawasan atau informasi yang objektif tentang efisiensi
pembakaran beberapa bahan bakar minyak kepada masyarakat.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Perbandingan Proses Pembakaran Antarbensin


Muhammad Fuad, ST., (2009) menyatakan bahwa: “Bensin beroktan
tinggi bila dipakai pada mesin rasio kompresi rendah (< 8-9) tidak akan
menambah daya atau tenaga mesin kendaraan. Justru pada kasus-kasus tertentu
dapat menyebabkan penurunan kinerja mesin pada saat akselerasi (misalnya,
percepatan pada saat menyusul kendaraan atau menyalib).
Tenaga atau daya mesin kendaraan bertambah besar seiring dengan
semakin tingginya rasio kompresi mesin. Dan mesin rasio kompresi tinggi hanya
dapat bekerja secara optimal dan menghasilkan daya yang besar bila memakai
bensin beroktan tinggi. Kalau memakai bensin beroktan rendah (contoh:
premium), akan terjadi proses pembakaran tidak normal dan ketukan, lebih jauh
kinerja mesin akan menurun. Bensin beroktan tinggi tidak identik dengan proses
pembakaran yang sempurna di dalam mesin. Untuk mesin kendaraan dengan rasio
kompresi tinggi, bisa jadi berpengaruh. Tetapi untuk mesin rasio kompresi, tidak
ada pengaruhnya. Selain rasio kompresi, perbandingan bahan bakar dan udara
sifat penguapan (volatilitas), menentukan bagus tidaknya suatu proses
pembakaran di dalam mesin.

2.2. Bilangan Oktan


Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan
yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin,
campuran udara dan bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan
volume yang sangat kecil dan kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan
busi. Karena besarnya tekanan ini, campuran udara dan bensin juga bisa terbakar
secara spontan sebelum percikan api dari busi keluar. Jika campuran gas ini
terbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari busi),
maka akan terjadi knocking atau ketukan di dalam mesin. Knocking ini akan
menyebabkan mesin cepat rusak, sehingga sebisa mungkin harus kita hindari.

4
Drs. Nana Sutresna Apt, (2000:68) menyatakan bahwa: “Bilangan oktan
ialah suatu angka yang menunjukkan besarnya persentase isooktana atau 2,2,4
trimetil pentana yang ada dalam campuran antara isooktana dan n-heptana pada
kondisi uji baku standar pada bahan bakar. Jadi, bila suatu jenis bensin memiliki
bilangan oktan 75% ini berarti menunjukkan gejala sama pada pembakaran
campuran antara 25% isooktana dan 20% n-heptana.”
Nama oktan berasal dari oktana (C8), karena dari seluruh molekul
penyusun bensin, oktana yang memiliki sifat kompresi paling bagus. Oktana dapat
dikompres sampai volume kecil tanpa mengalami pembakaran spontan, tidak
seperti yang terjadi pada heptana, misalnya yang dapat terbakar spontan meskipun
baru ditekan sedikit.
Bensin dengan bilangan oktan 87, berarti bensin tersebut terdiri dari 87%
oktana dan 13% heptana (atau campuran molekul lainnya). Bensin ini akan
terbakar secara spontan pada angka tingkat kompresi tertentu yang diberikan,
sehingga hanya diperuntukkan untuk mesin kendaraan yang memiliki rasio
kompresi yang tidak melebihi angka tersebut.
Umumnya, skala oktan di dunia adalah research octan number (RON).
RON ditentukan dengan mengisi bahan bakar ke dalam mesin uji dengan rasio
kompresi variable dengan kondisi yang teratur.
Beberapa angka oktan untuk bahan bakar:
1. 87, untuk bensin standar di Amerika Serikat.
2. 88, bensin tanpa timbal, Premium.
3. 92, untuk bensin standar di Eropa, Pertamax.
4. 94, untuk premix-TT.
5. 98, untuk Pertamax Plus.
Angka oktan bisa ditingkatkan dengan menambahkan zat aditif pada
bensin. Menambahkan tetraethyl lead (TEL, Pb (C2H5)4) pada bensin akan
meningkatkan bilangan oktan bensin tersebut, sehingga bensin murah dapat
digunakan dan aman untuk mesin dengan menambahkan timbal ini. untuk
mengubah Plumbum dari bentuk padat menjadi gas pada bensin yang
mengandung TEL dibutuhkan etylenbromida (C2H5Br). Celakanya, lapisan tipis
timbal terbentuk pada atmosfer dan membahayakan makhluk hidup, termasuk

5
manusia. Di negara-negara maju, timbal sudah dilarang untuk dipakai sebagai
bahan campuran bensin.
Etanol yang berbilangan oktan 123, juga digunakan sebagai campuran.
Etanol lebih unggul dari TEL dan methyl tertiary butyl ether karena tidak
mencemari udara dengan timbal. Selain itu, etanol mudah diperoleh dari proses
fermentasi tumbuh-tumbuhan sehingga bahan baku untuk pembuatannya cukup
melimpah. Etanol semakin sering digunakan sebagai komponen bahan bakar
setelah harga minyak bumi semakin meningkat.
Manfaat dari tingginya nilai oktan:
1. Mengurangi ketukan atau getaran (Knocking) pada mesin kendaraan.
Ketukan merupakan gejala terjadinya kenaikan tekanan yang serta
merta atau mendadak dalam silinder disebabkan terjadinya
pembakaran gasoline dengan tidka sempurna dan berlangsung sekejap,
sehingga menimbulkan letupan atau ketukan bertekanan tinggi.
Makin tinggi bilangan oktan, makin sedikit ketukannya. Artinya,
makin bagus. (angka oktan n-heptana=0 dan isooktana=100). Jadi,
ketukan letupan ini dipengaruhi oleh sifat bensin. Hidrokarbon yang
bercabang memiliki daya ketup rendah atau sedikit ketukannya.
2. Meningkatkan efisiensi pembakaran sehingga menghasilkan energi
yang besar. Karena letupan yang dijumpai dalam mesin yang
menggunakan bensin dengan n-heptana tinggi menunjukkan bahwa
pembakaran berlangsung terlalu cepat sehingga daya yang dihasilkan
tidak dapat dimanfaatkan oleh silinder, sementara hal ini tidak
dijumpai pada bensin yang mengandung benzene dan paraffin
bercabang (misal: isooktana 2,2,4 trimetil pentana).

2.3. Pembakaran pada Sepeda Motor


LA de Brujin dan L. Muilwijk (1986:14) menyatakan bahwa: “pada motor
bensin dan gas, pembakaran berlangsung dengan perantaraan cetus api antar
electrode busi yang menyalakan tetes halus bensin dan gas bensin (hasil dari
pencampuran bensin dengan udara). Campuran ini dikompresikan dan dinyalakan

6
dengan cetus api, kemudian terbakar dengan ledakan. Di kala ekspansi gas
diperoleh kerja mekanik.”
Proses kerja ini disebut proses-Otto, sesuai nama perencana Otto. Silinder
bakar (seperti pada gambar di bawah ini) terdiri atas kepala silinder, ruang, akar,
torak, batang penggerak, dan poros engkol.

Tahapan proses-Otto pada silinder baka:


1. Mengisi silinder dengan campuran udara dan bahan bakar.
2. Pembakaran bahan bakar.
3. Ekspansi gas pembakaran
4. Membuang gas bekas.

2.4. Kerja mesin 4 langkah


Mesin 4 langkah adalah jenis motor bakar yang setiap 4 langkah torak
menghasilkan satu kali langkah usah atau terjadi satu kali pembakaran bahan
bakar. Setiap satu kali langkah torak, terjadi pada setengah putaran poros engkol,

7
jadi 4 kali langkah torak berarti 2 putaran poros engkol. Keempat langkah motor
bahan bakar empat langkah itu terdiri atas langkah isap, kompresi, kerja
(ekspansi), dan buang.
1. Langkah isap. Pada langkah ini, katup isap terbuka.
Torak bergerak ke bawah. Gerakan tersebut
menciptakan tekanan sanga rendah di dalam silinder.
Karena itu, campuran bahan bakar udara terisap dan
masuk melalui katup masuk. Ketika torak hampir
mencapai TMB (titik mati bawah), silinder sudah
berisi campuran murni. Dengan masuknya campuran
ini, silinder mencoba menyesuaikan tekanannya
dengan tekanan atmosfer. Presentase udara atmosfer
yang masuk ini bergantung pada ukuran volumetric
yang disebut efisiensi volumetric.
2. Langkah kompresi. Setelah torak meyelesaikan
langkah isap, katup menutup. Torak bergerak kembali
ke TMA (titik mati atas). Dengan kedua katup isap dan
buang tertutup, gerakan torak ke atas menyebabkan
campuran udara yang berada di dalam silinder
dikompresi sehingga gas-gas di dalam silinder
meningkat mencapai ratusan derajat. Proses ini dikenal
sebagai pemanasan adiabatic.
3. Langkah kerja (ekspansi). Beberapa derajat sebelum
mencapai TMA, peranti perapian menyalakan busi.
Api dari busi tersebut membakar campuran udara
bahan bakar. Selama percikan itu, panas ledakan
menyebabkan campuran mengembang, tekanan
volume dan tekanan gas memuai dan makin tinggi.
Selanjutnya proses yang menghasilkan gerakan itu
disalurkan torak ke kruk as melalui stang torak.

8
4. Langkah pembuangan. Setelah torak mencapai TMB,
katup buang membuka. Torak memulai langkah ke
atasnya, memompa sisa-sisa gas pembakaran melalui
katup buang. Ketika torak hampir mencapai TMA
katup isap membuka dan bersiap untuk memulai
siklus berikutnya.

9
BAB III
METODE PENELITIAN DAN CARA KERJA

3.1. Waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan selama dua hari, yaitu pada 22 Februari 2010 dan
10 Maret 2010. Penelitian ini kami lakukan di rumah Bapak Nur Sapi’I Chandra,
yang bertempat di Jalan Ahmad Yani Gang Wisma Nomor 5 Sidoarjo.

3.2. Alat dan Bahan


Alat
1. Botol plastik bekas (@500 mL)
2. Gelas Ukur
3. Selang yang berdiameter sama dengan katup masuk pada karburator
4. Kawat
5. Obeng
6. Tang
7. Selotip
8. Stopwatch
Bahan
1. Bensin merek Shell Super Extra
2. Bensin merek Pertamina Pertamax Plus

3. 3. Langkah Kerja
1. Menyiapkan semua alat dan bahan.
2. Melubangi tutup botol plastik bekas sebesar selang karburator agar dapat
disisipi selang.
3. Memasang selang pada tutup botol plastik bekas yang sudah dilubangi.
4. Melubangi dasar botol plastik bekas sebesar lidi untuk memberikan
sirkulasi udara dalam tabung.
5. Melepaskan beberapa sekrup yang menempel pada casing sepeda motor
sehingga terlihat tabung karburatornya.

10
6. Melepas selang udara dan selang bensin (dari tangki bensin) yang
terhubung ke karburator.
7. Memasang rangkaian tabung yang sudah selesai pada karburator,
menghubungkan selang dari wadah bensin ke karburator.
8. Memasukkan bensin Shell Super Extra ke dalam tabung sampel-sampel
berikut di bawah ini secara bergiliran (sampel pertama terlebih dahulu,
setelah percobaan selesai)
a. Sampel A, yaitu ¼ liter bensin Shell Super Extra
b. Sampel B, yaitu ¼ liter bensin Pertamina Pertamax Plus
9. Menghidupkan mesin sepeda motor, dan memacu sepeda motor sampai
kecepatan 40 km/jam.
10. Memacu sepeda motor dengan kecepatan konstan 40 km/jam sampai
sepeda motor berhenti karena bensin habis (mogok), sambil menyalakan
stopwatch.
11. Mencatat waktu yang diperlukan sampai bensin habis dari masing-masing
sampel.

3.4. Rencana Analisa


Metode penghitungan nilai ekonomis dilakukan dengan cara menghitung
selisih dari biaya yang dikeluarkan untuk tiap km jarak yang ditempuh. Yang
dirumuskan sebagai berikut:

Biaya sampel B Biaya sampel A


NE= ( Jarak sampel B)(

Jarak sampel A )
Keterangan: Biaya sampel A : Total biaya dari sampel A (Rp)
Biaya sampel B : Total biaya dari sampel B (Rp)
Jarak sampel A : Jarak tempuh dari sampel A (km)
Jarak sampel B : Jarak tempuh dari sampel B (km)
NE : Nilai ekonomis (Rp/km)

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan pada tanggal 22 Februari
2010 dan 10 Maret 2010 di Lingkar Timur Sidoarjo, kami memperoleh data
sebagai berikut:
No Sampel Bahan Bakar (250 ml) Kecepatan rata-rata Waktu
.

1. A (Shell Super Ekstra) 40 km/jam 28 menit 40 detik

2. B (Pertamina Pertamax Plus) 40 km/jam 30 menit 28 detik

4.2. Pembahasan Penelitian


4.2.1. Efisiensi Pembakaran
1. Sampel A (Bahan Bakar Minyak Shell Super Ekstra)
 Harga per liter : Rp 7.300,00
1
Harga ¼ liter = x Rp 7.300,00
4
= Rp 1.825,00
Kecepatan : +40 km/h
Waktu : 28 menit 40 detik = 1720 detik

Jarak yang ditempuh=kecepatan ( ms )× waktu ( s)


m
¿ 11 , 11 × 1.720 s
s
¿ 1 911 1,11 m
¿ 19,11km
2. Sampel B (Bahan Bakar Minyak Pertamina Pertamax Plus)
Harga per liter : Rp 7.400,00
1
Harga ¼ liter = x Rp 7.400,00
4

12
= Rp 1.850,00
Kecepatan : +40 km/h
Waktu : 30 menit 28 detik = 1828 detik

Jarak yang ditempuh=kecepatan ( ms )× waktu ( s)


m
¿ 11 , 11 × 1.828 s
s
¿ 20311,11m
¿ 20,31 km

4.2 Nilai Ekonomis


Berdasarkan data yang kami dapatkan dari penelitian, berikut ini akan
kami sajikan penghitungan nilai ekonomis:
 Sampel A (Bahan Bakar Minyak Shell Super Ekstra)
1
 Total biaya : x Rp 7.300,00 = Rp 1.825,00
4
 Jarak tempuh : 19,1 kilometer
 Sampel B (Bahan Bakar Minyak Pertamina)
1
 Total biaya : x Rp 7.400,00 = Rp 1.850,00
4
 Jarak tempuh : 20,3 kilometer

Biaya sampel A
Biaya yang diperlukan A =
Jarak tempuh sampel A
Rp 1.8250,00
¿
19,1 km
rupiah
¿ 95,55
km
Biaya sampel B
Biaya yang diperlukan B=
Jarak tempuh sampel B
Rp 1.850,00
¿
20,3 km
rupiah
¿ 91,13
km

13
14
NE= ( Biaya sampel A
Jarak sampel A ) –(
Biaya sampel B
Jarak sampel B )
1850 1825
NE=( )−(
20,3 19,1 )
37047,5−35335
NE=( )
387,73
1712,5
NE=(
387,73 )

NE = 4,417

15
BAB IV
PENUTUP

5. 1. Kesimpulan
1. Meninjau dari lama waktu dan jarak yang dapat ditempuh dengan
seperempat liter bahan bakar minyak, bahan bakar minyak
“Pertamina Pertamax Plus” memiliki efisiensi pembakaran yang
lebih baik dibandingkan dengan bahan bakar minyak “Shell Super
Extra”
2. Selisih nilai ekonomisnya sebesar 4,417, meskipun tidak terlalu
tinggi, bahan bakar minyak pertamina pertamax plus lebih
ekonomis dibandingkan dengan bahan bakar minyak shell super
extra
5. 2. Saran
1. Untuk peneliti berikutnya bisa melanjutkan penelitian ini dengan
kendaraan lain seperti sepeda motor 2 langkah atau dengan mobil
berbahan bakar bensin. Selain itu, bahan bakar minyak yang diuji
juga dapat diganti dengan merek bahan bakar lain
2. Penelitian tentang nilai ekonomis kami sarankan untuk diteliti lebih
lanjut, karena kami hanya membatasi pada konsumsi BBM
3. Sebaiknya karya ilmiah ini disosialisasikan kepada berbagai
lapisan masyarakat, agar masyarakat dapat mengetahui fakta yang
sebenarnya.

16

You might also like