Professional Documents
Culture Documents
KERANGKA TEORITIS
A. Interaksi Sosial
sesamanya. Naluri ini merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling
makhluk sosial.
Secara sosiologi proses ini merupakan proses sosial, yang mana proses sosial
lainnya. Proses sosial yang juga dapat dinamakan interaksi sosial adalah kunci dari
semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Soekanto dengan mengutip Gillin dan Gillin mengatakan bahwa
bermacam-macam kelompok sosial (sosial group) yang ada dimasyarakat. Mulai dari
19
Soekanto menganggap bahwa kehidupan masyarakat sebagai kesatuan psychis
yang lebih tinggi semula terbentuk dari kesatuan biologis, yaitu dorongan untuk
jenis.
yaitu aspek naluriah atau perasaan, aspek kebisaaan dan aspek pikiran. Yang mana
ketiga aspek tersebut sangat mempengaruhi dalam proses individu berinteraksi sosial
dalam masyarakat.
Oleh karena itu, interaksi sosial antar umat beragama dalam menumbuhkan
kerukunan sangat diperlukan, terlebih lagi dua kekuatan agama yaitu Islam dan
masyarakat dan disisi lain menjadi ancaman disintegrasi dan sumber konflik yang tak
individu lainnya yang menciptakan keterkaitan satu dengan yang lainnya dalam
20
kelompok yang saling mempengaruhi tindakan sesorang atau prilaku sesorang.
Menurut max Weber, tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu-
Interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat, yaitu adanya
a. Kontak Sosial
Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Kontak sosial dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung, fisik maupun non-fisik. Dalam hal ini kontak sosial
tidak hanya terjadi di dunia nyata tetapi juga di dunia maya melalui teknologi
internet. Hal mendasar dari interaksi sosial adalah adanya reaksi dari pihak lain.
Dengan kata lain, interaksi sosial atau kontak sosial terjadi karena adanya aksi dan
Kontak sosial dapat dikatakan positif dan negatif tergantung pada tindakan
yang dilakukannya. Kontak sosial yang bersifat positif, apabila kontak sosial itu
mengarah pada bentuk kerjasama. Sedangkan kontak sosial bersifat negatif apabila
mengarah pada pertentangan. Biasanya kontak sosial positif akan mengarah kepada
asimilasi dan akulttuasi. Sebalikma kontak sosial yang bersifat negatif akan mengarah
21 Doyle Paul Johnson, teori sosiologi klasik dan modern, jilid I (terj. M.Z Lawang), Jakarta,
Gramedia, 1986, Hal. 219
22 Soerjono Soekanto, Op. Cit, Hal. 71
21
kepada interaksi sosial disosiatif, pertentangan atau konflik.
b. Komunikasi
secara harfiah komunikasi berarti berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Orang
komunikator.23 Apabila hubungan antara kedua belah pihak tidak dapat saling
memahami maka tidak akan terjadi komunikasi yang harmonis. Suatu proses
guna (praktis, efisien, rasional, dan mudah dicerna) dan berhasil guna (jelas maksud
dan tujuannya). Dengan demikian apabila komunikasi dapat berjalan baik maka
23 Abdulsyani, Sosiologi, Skematika, teori dan terapan, Jakarta, Bumi aksara, 2002, Hal. 150-155
24 Soerjono Soekanto, Ibid, Hal. 69
22
a) Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain
melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki oleh
tuanya seperti cara bicara, cara berpakaian, dan lain sebagainya.25 Imitasi ini
dapat berlangsung dalam kehidupan sosial yang sangat luas. Agar proses
imitasi ini tidak mengarah pada hal-hal yang bersifat negatif, maka diharapkan
individu kepada individu lainnya sedemikian rupa, sehingga orang yang diberi
tanpa berpikir panjang dan kritis. Wujud sugesti bisa berbagai bentuk dan
sikap atau tindakan, seperti sikap prilaku, pendapat saran, pertanyaan, dan lain
sebagainya.26
c) Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seorang individu untuk menjadi
sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya. oleh sebab itu, proses
menjadi sama dengan orang yang ditirunya. Proses identifikasi juga dapat
23
pengagum berat bintang film sering mengidentifikasi gaya rambut, gaya
hidup, dan lainnya sesuai dengan si bintang, dan menganggap dirinya sama
wibawa atau perbuatannya itu biasa-biasa saja. Proses simpati ini mempunyai
Selain keempat faktor diatas, ada dua faktor lain yang tak kurang
mendasarnya dalam proses interaksi, yaitu: motivasi dan empati. Pertama, Motivasi
adalah ialah keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan dan daya yang sejenis yang
tubuh yang sangat dalam. Contohnya kalau kita melihat orang celaka sampai luka
berat. Apabila orang itu kerabat atau teman dekat kita, perasaan empati menempatkan
kita seolah-olah ikut celaka. Kita tidak hanva merasa kasihan terhadap yang terkena
musibah itu. Tetapi menempatkan diri kita seolah-olah yang terkena musibah tersebut.
24
Ada dua pola proses interaksi sosial, yaitu asosiatif dan disasosiatif. Interaksi
sosial yang bersifat asosiatif adalah interaksi yang mengarah kepada bentuk
kerjasama, sedangkan interaksi sosial yang bersifat disosiatif adalah interaksi yang
asimilasi dan akulturasi. Untuk lebih jelasnya, bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut
Kerja sama merupakan bentuk utama dari proses interaksi sosial, karena pada
melembaga hampir dalam setiap pekerjaan yang sifatnya massal, seperti ketika akan
upacara adat dan keagamaan dan lain sebagainya. Pada umumnya pola kerja sama
25
3) Melaksanakan upacara yang sifatnya sakral (suci), dan
Tradisi kerja sama yang umum dikenal pada masyarakat Indonesia adalah
gotong royong dengan berbagai variasi yang khas. Oleh sebab itu sebenarnya dalam
bentuk kerjasama di Indonesia sendiri sudah berlangsung dari nenek moyang. Akan
tetapi tidak lepas dari itu semua kemajemukan rakyat Indonesia menciptakan bentuk
b). Akomodasi
penyelesaian dari suatu konflik atau pertikaian, jadi pengarah kepada prosesnya.31
Dan yang kedua, keadaan atau kondisi selesainya suatu konflik atau pertikaian
Akomodasi didahului oleh adanya dua kelompok atau lebih yang saling
konfliknya mereda. Sebagai hasil akhir dan kondisi akomodasi ini, idealnya akan
26
2). Mencegah terjadinva ledakan konflik yang mengarah kepada benturan pola
atau terjadinya kerja sama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah
sebagai akibat faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai
c). Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam
jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sipat
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat proses
asimilasi.
1). Adanya toleransi dan keterbukaan untuk saling menghargai dan menerima
27
4). Adanya upaya untuk saling menerima dan saling memberi dari unsur
5). Primordialisme, yakni perasaan bahwa kebudayaan sendiri lebih tinggi dan
6). Adanya perbedaan yang sangat mencolok, seperti perbedaan ciri-ciri ras, suku
d). Akulturasi
unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa, sehingga lambat laun unsur-
unsur dari kebudayaan asing itu diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri,
28
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat aktif melakukuan hubungan-
diperkuat dengan tali perkawinan satu sama lain. Pada saat seperti itu unsur
2). Unsur teknologi ekonomi yang manfaatnya cepat dirasakan dan mudah
4). Unsur kebudayaan berdasarkan proses sosialisasi yang sangat meluas dalam
Secara tahap demi tahap proses akulturasi akan terus berjalan dalam
peran sebagai aktor yaitu manusia. Pabila manusianya mampu merespon kebudayaan
yang dating dari luar secara positif, maka proses akulturasi ini akan berjalan secara
asosiatif.
interaksi yang mengarah kepada pertentangan dan konflik, dengan demikian proses-
29
a). Persaingan
atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak
lawannya. Konsepsi ini merupakan definisi persaingan dalam arti persaingan yang
rangka menyalurkan daya kreativitas yang dinamis, menyalurkan daya juang yang
harus selalu sehat dan berada dalam keseimbangan. ketika persaingan menjadi tidak
sehat dan aturan persaingan yang menghalalkan segala macam cara persaingan akan
b). Kontroversi
Kontroversi adalah bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan
pertentangan. Wujudnya antara lain sikap tidak senang yang muncul melalui
30
Kontroversi ini dapat terjadi ditubuh internal sebuah kelompok, atau antara
Pertentangan atau konflik sosial adalah proses sosial antara perorangan atau
kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang
sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya gap atau jurang pemisah yang
prinsif, menyinggung harga diri, benturan kepentingan, perbedaan sistem nilai dan
perubahan sosial, dan juga perubahan sikap--baik kearah yang lebih positif atau
negative. Selain akibat diatas, konflik juga akan melahirkan kelas pemenang dan
dilakukan melalui proses negosiasi atau perundingan. Negosiasi ini ada beberapa
bentuk:
a) Kompromi, yakni kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka
saling memberi dan menerima kebijakan tertentu atas dasar suka sama suka.
masing pihak.
c) Konversi, yakni salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima
31
pendirian pihak lain.
dipaksakan.
f) Arbitrase yakni penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang dipilih oleh
ataupun pertentangan yang sedang terjadi dalam situasi konflik. Dengan demikian
proses interaksi dalam bentuk yang sederhana bisa menciptakan ketegangan, bisa pula
1. Pengertian kerukunan
Kerukunan berasal dari kata “rukun”, dalam kamus bahasa Indonesia kata
rukun diartikan: 1). Baik dan damai atau tidak bertengkar, 2). Bersatu hati atau
bersepakat.33
33 Lukman Ali et all, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1994) Hal. 850
32
Kehidupan beragama yang diharapkan adalah kehidupan yang diliputi oleh keimanan
Dengan demikian bisa kita lihat arti dari kerukunan yang menurut Mulder,
kata "rukun" adalah berada dalam keadaan selaras, tenang, tentram, tanpa perselisihan
dimana sikap dasar yang memungkinkan sebuah agama berdampingan dengan agama
Kata agama sendiri dalam konteks penelitian ini tidak dipandang sebagai
sesuatu yang transenden, tetapi agama sebagai hasil kebudayaan, yaitu sistem
pengetahuan yang menciptakan perasaan (moods) secara kuat pada diri manusia
Sahibi Naim dalam hal ini mengutarakan dalam buku Kerukunan Umat
beragama:
33
"Kerukunan umat beragama, bukan berarti merelatifkan agama-agama yang
melebur kepada suatu totalitas (sinkretisme agama) dengan menjadikan
agama-agama itu sebagai mazhab dari agama totalitas itu, melainkan sebagai
sarana untuk mempertemukan dan mengatur hubungan luar antara umat
beragama dalam proses sosial kemasyarakatan. Dengan kerukunan,
dimaksudkan agar terbina dan terpelihara hubungan baik dalam pergaulan
antar warga yang berlainan agama.36
Dengan demikian kerukunan hidup beragama pada dasarnya merupakan
Kerukunan hidup umat beragama akan tercipta ketika kehidupan sosial antar umat
beragama harus memiliki sikap toleransi terhadap kelompok lain maupun agama lain.
masyarakat yang tertib, aman, dan rukun. Kekhusuan tidak mungkin tercipta dalam
suasana tidak aman. Disinilah pentingnya kerukunan, ketertiban dan keamanan dalam
Perlu kita sadari, tata cara pengamalan ajaran oleh masing-masing pemeluk
agama dengan penuh kesadaran bahwa tidak saling membenarkan agama yang
simbol-simbol agama atau tidak menonjolkan identitas agama dalam interaksi secara
begitu interaksi antar umat beragama menjadi bagian yang saling menguntungkan,
36 Sahibi Naim, Kerukunan umat beragama, Jakarta, Gunung Agung, 1983, Hal. 53
34
timbal-balik antar umat beragama pun terjadi dengan wujud kerukunan atau toleransi
hubungan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu hubungan yang bersifat
vertikal dan hubungan yang bersifat horizontal. Hubungan yang bersifat vertikal,
ibadah setiap harinya sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama. Pada
hubungan ini, berupa toleransi antar umat beragama yang merupakan unsur inti dari
dalam sebuah komunitas maupun pada level makro antar komunitas dalam sebuah
Sunnatullah atau hukum alam. Sebab setiap individu apalagi setiap komunitas
Semua faktor kolektif tadi pada akhirnya pemikiran dan prilaku individu dan prilaku
dan atau komunitas bersangkutan. Status, agama, kekayaan, usia, peran sosial
menurut gender, keanggotaan individu dalam kelompok tertentu ikut juga menggali
37 Sudjangi, Kajian agama dan masyarakat III, kerukunan hidup antar umat beragama, Jakarta,
Depag RI, 1992/1993, Hal. 248
35
jurang perbedaan antara individu atau antar komunitas. Berbagai perbedaan tadi
acapkali menjadi faktor potensial bagi munculnya konflik antar individu atau antar
bertentangan.
hubungan kerja antar umat yang berbeda agama mencerminkan sikap saling
36
institusional.38
dan awal abad 21 sempat menguat di Indonesia, bahkan sampai meletus kekerasan
dalam tragedi Poso, Ambon dan Maluku, serta Sambas yang memakan ratusan korban
nyawa. Pada kasus maluku dan Poso, misalnya, nyata sekali bahwa komposisi
etnisitas dikedua daerah itu sangat plural, bukan saja dari sisi penduduk asli versus
pendatang melainkan kaum pendatang pun sangat plural dengan segala kulturnya,
yang tentunya menyimpan sejumlah potensi konfik. Begitu juga realitas perbedaan
agama yang terpilih dengan etnisitas ikut menandai kian pluralnya masyarakat Poso
dan Ambon kala itu.39 Realitas segregasi pemukiman (berdasarkan agama dan etnis)
(sosial ekonomi dan politik) namun dibungkus isu agama. Tragedi di Poso dan
Maluku persis memperlihatkan kasus seperti itu. Namun, konflik murni keagamaan
bisa saja terjadi, terutama akibat dibawanya apa yang disebut klaim kebenaran oleh
pemeluk agama yang pada gilirannya menjadi akar konflik baik intra maupun antar
38 Ahmad Sahid dan Zaenudin Daulay, ed, Riuh Di Beranda Satu: Peta kerukunan umat
beragama di Indonesia, Jakarta (Proyek Peningkatan dan Pengkajian Kehidupan Kerukunan Umat
Beragama), Depag RI 2002, Hal. 313-351
39Hamdan Basyar dkk, Konflik Poso, Pemetaan Dan Pencarian Pola-Pola Alternatif
Penyeleseiannya, Jakarta, P2P, LIPI, 2004, Khusus pada bab IV
37
umat beragama. Klaim kebenaran yang ditanam dan dijaga dalam hati sebagai
menjadi masalah ketika klaim kebenaran itu dipakai sebagai landasan ekspansi
Dari paparan diatas kita bisa melihat pelajaran bahwa, agama seharusnya tidak
dijadikan sangkar-sangkar abstrak yang sulit ditembus oleh para pemeluknya, yang
akan mengakibatkan mereka masuk dalam sangkar keagamaan yang sangat ekslusif
40
terhadap sangkar keagammaan lain. Namun patut ditiru upaya-upaya yang
dilakukan untuk mengurangi konflik umat beragama, seperti kesedian dialog terbuka
dengan umat Kristen. Islam dan Kristen saling menghormati ajaran-ajarannya satu
sama lain dan tidak menyinggung hal-hal yang berbau sara. Dengan demikian
keharmonisan yang tercipta antara umat beragama semakin stabil dan ketentraman
tetap terpelihara.41
Kerukunan umat beragama tidak lepas dari proses dan pola kerukunan umat
beragama itu sendiri. Dengan kata lain pembentukan kerukunan umat beragama di
sosial masyarakat.
40 Mun’im A Sirry, Membendung militansi agama; Iman dan politik dalam masyarakat modern,
Jakarta, Erlangga, 2003, Hal. 53-54
41 Abdul aziz dan Tamami, Kerukunan sebagai jalan hidup (Studi hubungan antar pemeluk
agama di kampung sawah Bekasi), dalam Nuhrison M. Nuh, Profil Kerukunan umat Beragama seri 3,
Jakarta (Badan Penelitian dan Pengembangan Agama), Depag RI, 1997-1998, Hal. 139-140
38
Salah satu titik picu munculnya konflik antar umat beragama terletak dalam
interaksi kemasyarakatan yang kurang paham atau sengaja tidak berusaha untuk
terjadinya instabilitas kehidupan sosial politik ditanah air. Dalam kaitannya dengan
hal ini, Alamsyah Ratu Prawiranegara (menteri agama tahun 1980-an), telah
umat beragama mencakup tiga kerukunan, yaitu: 1). Kerukunan intern umat
beragama, 2). Kerukunan antar umat yang berbeda-beda agama, 3). Kerukunan antar
pembangunan.
42 Mursyid Ali, Problema Komunikasi Antar Umat Beragama, Jakarta (Badan Penelitan dan
Pngembangan Agama, Proyek Peningkatan Dan Pengkajian Kehidupan Kerukunan Umat Beragama),
Depag RI 2000, Hal. 96-97
43 Maarif Jamuin, Manual Advokasi Resolusi Konflik Antar Etnik Dan Agama, Jakarta: Juli, 1999,
Hal. 70-80
44 Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, Jakarta (Proyek Peningkatan Dan Pengkajian
Kehidupan Kerukunan Umat Beragama), Depag RI, 1983-1984, Hal. 21
39
Maksud kerukunan intern umat beragama adalah terciptanya saling
intern umat beragama. Lebih jauh Menteri Agama menghimbau kepada seluruh
dengan ajaran agama dan Pancasila serta semangat kerukunan dan tenggang rasa.45
suatu sarana yang harus ada sebagai “condition sine qua non” untuk mencapai tujuan
yang lebih jauh yaitu situasi aman dan damai.46 Situasi ini dibutuhkan oleh semua
pihak dalam masyarakat tanpa terkecuali. Dengan demikan kondisi yang kondusif
antara pemeluk agama terjalin dengan bentuk kerja sama yang baik.
Kerukunan antar pemeluk agama yang dimaksud disini adalah terbinanya satu
khidupan beragama yang selaras dan seimbang. Masalah kehidupan beragama dalam
lainnya. Dengan banyaknya masalah yang timbul antara pemeluk agama, Pemerintah
40
pemuka agama baik dalam tingkatan lokal, nasional maupun internasional.47
ajaran agama yang dianutnya serta sesuai dengan UUD 45 dan Pancasila.
untuk membuat wadah musyawarah antar umat beragama, guna pelaksanaan GBHN
dan P4 ditubuh para penganut agama dengan pemerintah.48 Begitu juga sebaliknya
para pemeluk agama itu sendiri. Kaitannya dengan kerukunan penulis coba menelaah
konsep kerukunan menurut perspektif Islam dan Kristen yang mana dalam penelitian
41
ini kedua agama memiliki peranan penting dalam menciptakan kerukunan. Selain itu,
kedua agama ini memiliki kekuatan basis yang kuat dalam masyarakat.
Dalam agama Islam, Allah menyerukan kepada umat Islam untuk berbuat baik
dan menghormati keberadaan umat lain selama mereka tidak mengganggu Islam.
Sebenarnya agama Islam pun secara spesifik memhahas pergaulan sesama umatnya
(muslim). Dalam surat AI-Hujurat ayat 10-13, Allah SWT menegaskan tentang etika
akhlak yang baik yang berhubungan dengan sikap orang mukmin terhadap Allah,
Nabi Muhammad SAW, sikap mereka terhadap sesama mukmin, sopan santun dalam
kemajemukan manusia seperti itu adalah bukan untuk berpecah belah, saling
membanggakan kedudukan, yang satu merasa lebih terhormat dari pada lainnya,
diperbolehkan bergaul dengan yang berbeda agama. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT, yang disebutkan dalam al-Qur'an surat Al-Muntahanah ayat 8-9 yang
berbunyi:
42
Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir
kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah Hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu
orang-orang yang memerangimu Karena agama dan mengusir kamu dari
negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan barangsiapa
menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang
zalim.”50
Dalam ayat 8 dan 9 Surat A1-Mumtahanah tersebut Allah SWT mengatur tata
hubungan sosial masyarakat antara orang-orang mukmin dengan non mukmin. Dalam
ketentuan Allah SWT dalam kedua ayat tersebut perlu menjadi pedoman Islam dalam
menunjukkan sikap positif, mengembangkan potensi, tidak sulit atau kaku dalam
Dengan menunjukkan sikap yang positif, sesuai dengan ketentuan hukum dan
ajaran Allah dan Rasul-nya Muhammad SAW, kaum muslim dapat mengembangkan
potensinya. Potensi diri pribadi sebagai orang Islam, masyarakat muslim dan potensi
ajaran Islam kepada mereka yang bukan muslim. Dengan demikian orang-orang
Islam dapat melaksanakan da’wah bil hal, dengan hikmah kebijaksanaan dan contoh
Dalam ayat 8 Allah SWT menegaskan bahwa Allah tidak melarang orang-
orang Islam untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang tidak
memusuhi orang-orang Islam karena agama, dan terhadap orang-orang yang tidak
43
mengusir dari negrinya sendiri.
hidup antar umat beragama. Perbedaan agama ataupun kepercayan adalah bukan
yang berbeda agama. Berbuat baik dan berlaku adil adalah perbuatan terpuji. Dapat
dilakukan kepada siapa saja, termasuk kepada orang-orang non muslim. Orang Islam
diperintahkan Allah untuk berbuat baik dan berlaku adil. Sesungguhnya Allah
Kemudian dalam ayat 9 Allah SWT menegaskan, bahwa yang dilarang Allah
dalam kaitan dengan hubungan kemasyarakatan antara orang-orang Islam dengan non
karena agama dan mengusir orang-orang Islam dari negrinya sendiri sebagai teman.
Dalam hal ini Allah SWT memperingatkan bahwa barang siapa yang menjadikan
umat beragama. Konsili vatikan II menyerukan ajakan damai kepada orang Islam
dengan melupakan sejarah perang masa lalu, dengan saling jujur, saling pengertian
dan melindungi serta memajukan keadilan sosial, nilai-nilai moral serta kedamaian
51 J. Riberu, Tonggak sejarah pedoman arah; Dokumen konsili vatikan II, Dokpen MAWI,
Jakarta Hal. 289-292
44
dapat diwujudkan melalui hukum kasih yang merupakan norma dan pedoman hidup
yang terdapat dalam Al-Kitab. Hukum kasih tersebut ialah mengasihi Allah dan
tercantum dalam Deklarasi Konsili Vatikan II tentang sikap Gereja bukan Kristen
“Adapun segala bangsa itu merupakan satu masyarakat, dan asalnya pun satu
juga, karena Allah menjadikan seluruh bangsa manusia untuk menghuni
seluruh bumi”.53
“Dalam zaman kita ini, dimana bangsa manusia makin hari makin erat
bersatu, hubungan antar bangsa menjadi kokoh, gereja lebih seksama
mempertimbangkan bagaimana hubungannya dengan agama-agama Kristen
lain. Karena tugasnya memelihara persatuan dan perdamaian diantara manusia
dan juga diantara para bangsa, maka dalam deklarasi ini gereja
mempertimbangkan secara istimewa apakah kesamaan manusia dan apa yang
menarik mereka untuk hidup berkawan”.54
Deklarasi itu berpegang teguh pada hukum yang paling utama “Kasihinilah
Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap hal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan kasihanilah sesama
52 Lihat dalam Alkitab Perjanjian Baru terbitan IKAPI 2005; Mat 22:37; Tentang perintah
mengasihi Allah dan Manusia; Dalam Roma 13:10 juga dijelaskan bahwa “Kasih adalah kegenapan
hukum Taurat”; dalam Kor 13:4-7 dijelaskan “Pengertian dari kasih yang meliputi murah hati, sabar,
tidak sombong, sopan, tidak bersuka cita pada ketidakadilan”.
53 Alkitab, Ibid, Hal. 166
54 J. Riberu, Op.cit Hal. 289
55 Alkitab, Mat 22:37, Hal. 29
45
sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari,
karena agama-agama memiliki dasar ajaran hidup rukun. Dengan demikian semua
akan menganjurkan untuk senantiasa hidup damai dan rukun dalam hidup
bermasyarakat.
46