You are on page 1of 12

LUBANG HITAM EDISI REVISI

London - Setelah hampir selama 30 tahun berkeyakinan bahwa lubang


hitam (black hole) menelan dan menghancurkan segala sesuatu yang
terperangkap di dalamnya, fisikawan antariksa Stephen Hawking
berubah pikiran. Penulis buku Brief History of Time itu mengaku telah
salah meletakkan argumen kunci tentang perilaku lubang hitam itu.
Informasi-informasi yang ada dalam lubang hitam itu ternyata
memungkinkan untuk melepaskan diri. Temuan barunya itu bahkan
dapat membantu memecahkan paradoks informasi di lubang hitam yang
selama ini menjadi teka-teki besar dalam fisika modern.

"Saya telah memikirkan permasalahan ini selama 30 tahun terakhir, dan


saya kira kini saya telah memiliki jawabannya," kata matematikawan
cacat amyothropic lateral sclerosis dari Universitas Cambridge itu.
"Sebuah lubang hitam hanya muncul untuk membentuk diri tetapi
belakangan membuka diri, dan melepaskan informasi tentang apa yang
telah terjatuh ke dalamnya. Jadi, kita dapat memastikan tentang masa
lalu dan mempediksikan yang akan datang". Profesor Hawking belum
mau mengungkap perhitungan detil matematika di balik pemikiran
terbarunya itu. Tetapi beberapa poin telah dibocorkannya dalam sebuah
seminar di Universitas Cambridge. Temuan-temuan revisi itu rencananya
baru akan dibeberkan Hawking dalam Konferensi Internasional ke-17
tentang Gravitasi dan Relativitas Umum di Dublin, Irlandia, 21 Juli
mendatang. Curt Cutler, dari Albert Einstein Institute di Golm, Jerman,
yang akan memimpin konferensi di Dublin, membenarkan bahwa
Hawking telah meminta waktu khusus kepada dirinya menjelang akhir
persiapan konferensi, "Dia mengirimkan catatan yang mengatakan,'Saya
telah memecahkan paradoks informasi lubang hitam dan saya ingin
mendiskusikannya'", ungkap Cutler. Apa yang tepatnya terjadi di dalam
sebuah lubang hitam-sebuah zona di ruang angkasa tempat bahan-
bahan terpadatkan hingga ke sebuah ukuran event horizon yang bahkan
cahaya pun tidak dapat meloloskan diri dari gaya tarik gravitasinya-
belum dapat dijawab oleh para ilmuwan. Hawking, 62 tahun, telah
menghabiskan sebagian besar masa hidupnya untuk mempelajari
pertanyaan-pertanyaan seputar itu semua.

Pada awalnya, para ahli kosmologi meyakini lubang-lubang perangkap


galaktik itu mirip dengan sebuah vacuum cleaner kosmik yang
menghisap segala kotoran ke dalamnya. Pada 1976, Hawking melakukan
studi revolusioner. Dia mendemonstrasikan bahwa di dalam ketentuan-
ketentuan yang unik dari fisika kuantum, begitu lubang-lubang hitam itu
membentuk diri, akan dimulai suatu proses "penguapan", meradiasikan
energi dan kehilangan massa. Berdasarkan teorinya, lubang-lubang
hitam itu sebenarnya tidak sepenuhnya "hitam" karena kondisi vakum
dari bintang yang meluruh hanya membebaskan sangat sedikit bahan
dan energi dalam bentuk foton-foton, neutrino-neutrino, dan sub-partikel
lainnya. Dengan menyimpulkan semua itu ke dalam apa yang
dinamakannya "radiasi Hawking" matematikawan yang
menggantungkan hidupnya di atas kursi roda itu juga sekaligus
menciptakan teka-teki terbesar dalam dunia fisika. Partikel-partikel ini,
kata dia, tidak mengandung informasi tentang apa yang telah terjadi di
dalam lubang hitam, atau tentang bagaimana lubang itu terbentuk.
Begitu lubang hitam menguap, seluruh informasi di dalamnya akan
hilang. Tetapi kini, berdasarkan revisinya yang terbaru, Hawking
berpendapat, sebenarnya beberapa informasi tentang hitam dapat
ditentukan lewat apa yang diemisikan dari lubang itu. Informasi
mengandung konsekuensi-konsekuensi filosofis dan praktikal penting.
"Kita tidak akan pernah dapat meyakini secara pasti tentang masa lalu
atau memprediksi masa depan", kata dia. "Banyak orang ingin meyakini
bahwa informasi melepaskan diri dari lubang-lubang hitam, tetapi
mereka sendiri tidak tahu bagaimana caranya informasi itu dapat
keluar".

Jika memang Hawking sukses dengan teori barunya itu, dia akan kalah
taruhan yang dibuatnya bersama fisikawan teori asal California Institute
of Technology, Kip Thorne, melawan John Preskill ilmuwan yang juga asal
Caltech. Taruhan berbunyi: informasi yang ditelan oleh sebuah lubang
hitam akan selamanya tersembunyi dan tidak akan pernah terungkap.
Preskill bertaruh menentang teori itu dan dengan demikian berhak atas
hadiah sebuah ensiklopedia dari lawan-lawannya. Meski begitu, di luar
kalah-menang pertaruhan, revisi yang akan dilakukan oleh Hawking
membuktikan bentangan jagat raya masih menjadi misteri besar yang
sangat gelap bagi manusia di bumi.

Bagaimana Lubang Hitam Terbentuk ?

Lubang hitam muncul ketika sebuah bintang yang besar dan padat
(masif, berukuran 8-100 kali massa matahari) di sebuah supernova
meredup dan mati dengan membakar seluruh tenaga nuklirnya. Gaya
gravitasi menarik berat maha besar dari lapisan-lapisan luar bintang itu
untuk ikut meluruh ke arah inti. "Permukaan" dari sebuah lubang hitam
disebut dengan sebuah event horizon. Hancurnya gaya gravitasi
menjadikan hampir seluruh cahaya tidak dapat melepaskan diri dan
tidak ada satu pun informasi dari permukaan itu yang berhasil lolos.

Sama halnya dengan figur kartun Cheshire Cat yang muncul lalu
menghilang dalam gelap dengan hanya meninggalkan senyumnya,
sebuah lubang hitam mewakili bahan-bahan yang hanya meninggalkan
gravitasinya saja. Sebagian kalangan berpikir banyak lubang hitam kecil
terbentuk di awal mula pembentukan jagat raya, Big Bang. Ada
kemungkinan galaksi kita juga memiliki berlimpah lubang hitam mini.
Pada prinsipnya, lubang hitam memiliki massa yang berbeda-beda.
Lubang hitam yang terbentuk melalui kematian bintang-bintang
sedikitnya memiliki massa dua kali daripada massa matahari kita. Tetapi
kerapatannya bisa semiliar kali lebih padat daripada matahari kita. Tidak
seperti benda-benda pada umumnya, seperti bebatuan, yang secara
kasar memiliki ukuran proporsional dengan akar persegi massa, lubang-
lubang hitam memiliki proporsi radial terhadap massanya. Secara
virtual, bintang biasanya mati dan menghilang dari jagat raya ke bentuk
sebuah titik dengan kerapatan yang tidak terbatas (event horizon)
dimana hukum-hukum relativitas umum yang biasanya berlaku untuk
ruang dan waktu luluh. Hukum-hukum fisika kuantum menyatakan,
informasi-informasi itu tidak mungkin hilang sepenuhnya.

Namun, Hawking dan teman-temannya berpendapat medan gravitasi


ekstrim dari lubang hitam dapat menjadi pengecualian dari hukum-
hukum itu. Radius sebuah lubang hitam (Rs) = 2 (M G)/v2. Dimana M
adalah massa lubang hitam, G adalah konstanta gravitasi, dan v adalah
kecepatan yang dibutuhkan suatu objek untuk menghindar dari gaya
tarik gravitasi. Untuk kasus lubang hitam, v adalah c atau kecepatan
cahaya.

SAINS DARI TUHAN

Frustrasi oleh kegagalan mereka untuk membuktikan bahwa Tuhan tidak


ada, ilmuwan memberikan spin baru: menjadi Tuhan. Ini mungkin
pertarungan kelas berat yang terpanjang dalam sejarah: di sudut merah,
manusia dengan Jas Lab Putih, dan di sudut biru, Tuhan. Berabad-abad
sains dan agama telah bertarung, setiap pihak dengan pendukung dan
berharap akan pukulan knock-out. Anda mungkin berpikir manusia
dengan Jas Lab Putih telah membuat lawannya bergantung di atas tali
sejak ronde pertama 300 tahun yang lalu. Dari pukulan pertama
mengenai apakah bumi mengelilingi matahari sampai dengan upper-cut
dari teori evolusi, ilmuwan kelihatannya lebih banyak mengumpulkan
nilai. Apakah Tuhan sudah berakhir? Mungkin belum. Karena
bagaimanapun keras mencoba, manusia dengan Jas Lab Putih belum
dapat memberikan pukulan knock-out. Tuhan mungkin tidak berperan
sebesar yang manusia kira, tetapi bukti yang nyata bahwa Dia hanyalah
ilusi belum lagi ada. Kenyataannya, sebagian ilmuwan sekarang berpikir
bahwa mereka melihat tanda-tanda Tuhan Juru Desain Besar dalam teori
paling baru tentang alam semesta. Sebagian bukti muncul dari
"kebetulan" yang aneh dalam sifat-sifat kunci dari alam semesta, yang
dikatakan oleh kosmologis tidak mungkin kebetulan. Karena kalau
kebetulan ini tidak ada, kita juga tidak akan ada.

Kemudian ada motif-motif yang indah dan aneh dalam teori partikel sub-
atomik, yang sifat-sifatnya jatuh ke dalam segi-enam dan segi-tiga:
bentuk-bentuk yang membawa ilmuwan membuka dasar-dasar alam
semesta. Dalam Pikiran Tuhan Dalam mencoba untuk membuka arti dari
tanda-tanda ini, beberapa ilmuwan berpikir bahwa mereka mulai
mendekati apa yang bahkan disebut oleh atheis terkenal Stephen
Hawking sebagai Pikiran Tuhan: Rencana besar yang dibangun ke dalam
alam semesta. Ada juga teori, yang kurang dikenal, bahwa kita cukup
mengetahui tentang Disain Besar ini untuk mulai berperan sebagai
Tuhan, menciptakan alam semesta bayi -- paling sedikit dalam abstrak.
Ide bahwa alam penuh dengan tanda-tanda keberadaan pencipta yang
cerdas bukanlah hal yang baru. Dulu, sejauh 1802, filsuf Inggris William
Paley memberikan "Argumen dari desain" yang terkenal, mengklaim
bahwa sesuatu yang kompleks dan alami seperti mata manusia tidak
mungkin muncul karena kebetulan saja, tetapi memerlukan keberadaan
dari desainer yang cerdas.

Tidak banyak lagi yang percaya pada argumen Paley tersebut: contoh-
contohnya semua terbunuh oleh teori evolusi Darwin, yang
memperlihatkan bahwa bahkan keajaiban seperti desain dari mata
manusia dapat diterang-kan oleh kombinasi dari random mutasi dan
seleksi alam. Tetapi, walaupun argumen Paley telah banyak berlubang
oleh ahli-ahli biologi, penemuan dalam fisika fundamental mulai
membuat ide penciptaan dari desain kelihatan tidak main-main. Tanda-
tanda awal bahwa alam semesta mungkin telah didesain untuk
kehidupan ditemukan 50 tahun yang lalu oleh Sir Fred Hoyle, ilmuwan
astrofisika dari Inggris. Ketika mempelajari bagaimana bintang-bintang
membuat unsur-unsur kimia yang diperlukan untuk kehidupan manusia,
Hoyle melihat bahwa apabila unsur-unsur ini tidak memiliki sifat-sifat
tertentu, maka tidak akan ada karbon di alam semesta, dan dengan
demikian tidak ada kehidupan manusia. Kekuatan itu bersama kita.

Sejak itu, ilmuwan telah menemukan banyak kebetulan-kebetulan aneh


yang mirip. Sebagian termasuk gaya-gaya fundamental yang mengikat
alam semesta. Sebagai contoh, inti dari setiap atom dibangun oleh
proton dan neutron, diikat bersama oleh yang namanya gaya nuklir kuat.
Jika gaya itu sedikit saja lebih lemah, proton-proton tidak akan terikat
bersama. Ini berarti tidak ada unsur yang lebih berat dari hidrogen dapat
berwujud -- lagi-lagi tidak ada karbon. Tetapi, kalau gaya tersebut sedikit
lebih kuat sedikit saja, proton-proton akan bersatu terlalu mudah
sehingga hidrogen tidak mungkin ada sama sekali, dan ini membuat air
tidak mungkin ada, bahan kunci yang lain yang diperlukan kehidupan.
Menurut Professor Sir Martin Rees dan Universitas Cambridge, lebih
banyak lagi kebetulan-kebetulan dalam sifat-sifat partikel sub-atomik.
Sebagai contoh, kenyataan bahwa massa elektron jauh lebih ringan dari
masa proton atau neutron adalah penting untuk keberadaan bahan-
bahan yang penting bagi kehidupan. "Ini adalah prasyarat untuk
molekul-molekul seperti DNA untuk dapat memberikan strukturnya yang
tepat dan berbeda", katanya. "Adalah massa elektron yang menentukan
besarnya sebuah atom, dan jarak antara atom-atom dalam molekul."

Kenyataan bahwa proton dan neutron mempunyai massa yang hampir


sama, tetapi berbeda sedikit, juga sangat penting bagi kehidupan, kata
Rees. "Sebuah neutron lebih berat dari proton sekitar 0.14%, sedikit
lebih dari seperseribu. Tetapi perbedaan ini, walaupun kecil, sangat
penting karena melebihi massa total dari sebuah elektron. Apabila
elektron tidak seringan itu, mereka akan berkumpul dengan proton
untuk membentuk neutron, sehingga tidak mungkin ada hidrogen. Alam
mengambil bentuk. Tanda-tanda lebih jauh mengenai desain besar
kosmos datang dalam bentuk motif-motif aneh yang muncul ketika sifat-
sifat partikel sub-atomik seperti proton dan neutron dilukis dalam grafik.
Ditemukan oleh fisikawan dari Amerika Murray Gell-Mann hampir 40
tahun yang lalu, motif-motif ini berbentuk segi-enam dan segi-tiga,
dimana berbagai partikel berada dalam titik-titik di dalamnya.

Ketika Gell-Mann pertama kali menemukan motif ini, terdapat gap-gap.


Yakin bahwa motif ini bukan kebetulan tetapi bagian dari desain besar,
dia memprediksi bahwa gap-gap ini diisi oleh partikel-partikel sub-atomik
yang nanti akan ditemukan. Gell-Mann melanjutkan bahwa segi-enam
dan segi-tiga yang misterius dapat diterangkan apablila partikel seperti
proton dan neutron mengandung partikel sub-sub-atomik (yang
sekarang kita kenal sebagai quark). Semua prediksinya terbukti benar.
Motif-motif yang mirip dikenal sebagai "simetri" telah muncul demikian
seringnya sejak itu dalam teori fisika yang sukses sehingga banyak
fisikawan sekarang yakin bahwa mereka adalah bagian dari suatu desain
besar dari alam semesta.

Tetapi sedikit yang ingin trus mengklaim bahwa simetri dan kebetulan
yang kelihatannya ada dalam alam membuktikan bahwa Tuhan ada.
"Masuknya sains dalam teologi atau filosofi dapat naive maupun
dogmatik," kata Rees. Diantara yang tidak merasa demikian adalah
Professor Russel Stannard, seorang kristen dan professor fisika di
universitas terbuka. "Tuhan memperlihatkan dirinya melalui dunia Big-
bang kita ini," katanya. "Dia sebetulnya sedang berkata kepada kita
melalui penemuan-penemuan ilmiah ini."

Stannard percaya bahwa kebetulan kosmik bukanlah kebetulan: "Tuhan


sengaja membuatnya seperti itu," katanya. "Dia mendesain alam
semesta khusus untuk penciptaan kehidupan, untuk membuat mahluk
yang dapat mengenalNya." Tetapi yang lain sama-sama yakin bahwa
desain besar apapun tidak ada hubungannya dengan keberadaan Tuhan,
dan bahwa kebetulan adalah kebetulan. Mereka juga mengatakan bahwa
apabila kondisi tidak tepat untuk kehidupan, kita tidak akan ada untuk
mengetahuinya. Hawking pernah mengatakan bahwa hukum fisika
quantum mungkin dapat memperlihatkan bahwa Tuhan berlebihan,
karena seluruh alam semesta dapat terjadi dengan sendirinya.
Beberapa, termasuk Profesor Andrei Linde dari Universitas Stanford,
bahkan percaya bahwa teori quantum dapat mengijinkan mereka untuk
berperan sebagai Tuhan itu sendiri, menciptakan alam-alam baru dalam
laboratorium -- sedikitnya dalam teori. Linde mengatakan bahwa cara
untuk seperti Tuhan adalah menekan materi sekecil mungkin sehingga
memulai apa yang dinamakan medan skalar, sumber dari energi
quantum yang dianggap memulai big-bang 15 milyar tahun yang lalu.
Perkiraan Linde adalah menekan hanya sepersepuluh juta gram dari
materi dapat memulai untuk memunculkan medan skalar dalam
laboratorium. Susahnya, materi itu harus ditekan sepermiliar kali dari
besarnya partikel sub-atomik yang terkecil. "Kita tidak tahu apakah hal
ini mungkin sama sekali," katanya, meskipun, mungkin kita dapat
melakukannya dalam partikel akselerator.

Jika akhirnya ini mungkin, simulasi komputer memprediksi bahwa titik


materi itu akan hilang, digantikan oleh lubang kecil dalam ruang-waktu --
sebuah worm-hole quantum -- sebesar partikel sub-atomik. Dan di ujung
yang lain adalah alam semesta buatan manusia yang baru. Linde
memperkirakan kita tidak akan dapat memasuki alam semesta ini untuk
melihat apa yang sudah diciptakan: "pintu" nya akan terlalu kecil. Tetapi
akan mungkin untuk mendesain alam sehingga kondisi di dalamnya
akan sesuai untuk munculnya kehidupan. Kemudian mungkin kehidupan
itu sendiri akan berkembang, dan mulai bertanya dari mana dia datang.
Kedengarannya dikenal? Persamaannya dengan pertanyaan bagaimana
kita ada disini sangat jelas.

Mungkinkah kita, hanyalah yang terakhir dari mahluk-mahluk yang


menghuni alam yang dibuat oleh generasi sebelumnya yang telah
mengetahui bagaimana membuat alam semesta? Linde tidak menolak
kemungkinan ini. "Saya pertama kali memberikan ide ini sebagai
lelucon," katanya. "Tetapi mungkin saja tidak." Banyak orang
menemukan bahwa ide dari ilmuwan bermain-main Tuhan seperti ini
sangat menguatirkan. Pope telah memberikan peringatan bahwa riset ke
dalam kelahiran alam semesta sudah terlalu jauh. Tetapi untuk semua
kekuatiran Pope, kelihatannya Manusia dengan Jas Putih tidak dalam
keadaan untuk membuktikan bahwa Tuhan tidak ada. Tetapi, mereka
akan melakukan sesuatu yang lebih menakutkan: Menjadi
Tuhan itu sendiri.

BLACK HOLE MENCERAIBERAIKAN MATERI DAN ENERGI

Dublin, Rabu Ilmuwan astrofisika tersohor, Stephen Hawking,


menyatakan bahwa black hole atau lubang hitam tidak menghancurkan
segala yang dihisapnya, namun mengeluarkan kembali materi dan
energi dalam bentuk yang telah tercerai-berai.

Pemikiran baru Hawking yang radikal ini diungkapkannya dalam


Konferensi Internasional Mengenai Gravitasi dan Relativitas Umum ke 17
di Dublin, Irlandia, Rabu (21/7). Adapun yang diungkapkan sang ilmuwan
adalah hasil buah pemikirannya selama 30 tahun untuk menjelaskan
paradoks mendasar dalam dunia sains: Bagaimana mungkin black hole
bisa memusnahkan semua jejak materi dan energi yang dihisapnya --
seperti yang diyakini Hawking sebelumnya-- sementara teori subatomik
atau fisika quantum mengatakan unsur-unsur itu tidak bisa hilang begitu
saja? Menurut Hawking dalam revisinya yang berjudul "The Information
Paradox for black holes", lubang hitam menyimpan apa yang dihisapnya
selama waktu yang amat panjang, dan bersamanya menjadi rusak dan
mati. Ketika black hole akhirnya luruh, ia memancarkan apa yang dulu
pernah dihisapnya kembali ke jagad raya, namun dalam rupa yang telah
tercerai-berai.

Sebelumnya Hawking dalam teorinya menyatakan bahwa materi yang


terhisap black hole akan mengalir menuju jagad raya baru, suatu
gagasan yang banyak diadopsi dalam cerita-cerita fiksi ilmiah. "Tidak
ada cabang jagad raya baru seperti yang saya pikirkan sebelumnya.
Materi, energi, maupun informasi yang dihisap black hole akan tetap
berada di jagad kita," kata Hawking. "Saya menyesal telah
mengecewakan penggemar fiksi ilmiah, namun menurut saya informasi
(yang dihisap black hole) masih tersimpan, sehingga tidak mungkin
menggunakan black hole sebagai jalan menuju jagad lain," lanjutnya.
"Bila Anda melompat ke black hole, massa dan energi Anda akan
kembali ke jagad raya, namun dalam bentuk yang terurai. Masih
mengandung informasi mengenai seperti apa dahulu Anda itu, namun
dalam bentuk yang tidak dikenali lagi."

Hawking melanjutkan, "Kini saya merasa lega telah memecahkan


masalah yang menghantui saya selama hampir 30 tahun, meskipun
jawabannya tidak terlalu menggembirakan dibanding teori yang saya
utarakan sebelumnya." Hawking adalah ilmuwan yang merintis
pengertian mengenai black hole, lubang hitam di jagad raya yang
menghisap segala sesuatu termasuk cahaya. Black hole terbentuk dari
bintang raksasa yang tekanan gravitasinya luar biasa besar sedemikian
rupa, sehingga menarik energi dan materi di dekatnya. Energi dan
materi yang tersedot itu --menurut teori Hawking tahun 1976-- akan
musnah ditelan black hole dan tidak akan pernah ditemukan lagi. Teori
ini berlawanan dengan teori fisika quantum yang menyatakan bahwa
materi dan energi tidak bisa benar-benar dihancurkan.

Nah, dengan pembaharuan teori tersebut, maka apa yang diungkapkan


Hawking sekarang tidak lagi berlawanan dengan teori fisika quantum,
walau pengertian mengenai black hole itu sendiri sangatlah terbatas.
Stephen Hawking adalah profesor matematika di Universitas Cambridge,
yang terkenal lewat bukunya "A Brief History of Time," yang menjelaskan
aspek-aspek paling kompleks mengenai jagad raya. Orang yang disebut-
sebut sebagai salah satu jenius dunia ini menderita amyotrophic lateral
sclerosis yang membuatnya lumpuh dan terpaksa hidup di kursi roda
sejak berusia 20-an tahun. Ia berkomunikasi menggunakan piranti
handheld dengan memilih kata dari layar komputer di kursi rodanya, lalu
mengirimkannya ke piranti suara.
SEKALI LAGI TENTANG TEORI CHAOS

Di rubrik Inspirasi, Kompas, Sabtu (10/5), Dr Kebamoto menyajikan


tulisan yang sangat menarik tentang teori chaos. Inul dipilih sebagai
media yang cantik untuk menyajikan suatu konsep chaos yang tak kalah
cantiknya. Tulisan itu telah menggoda untuk menyumbang pendapat
dalam topik yang luar biasa menarik ini. Namun, kini yang dibahas
adalah kandungan ilmiah dari chaos itu sendiri. Teori chaos menarik
perhatian para ilmuwan dunia di tahun 1960-an. Salah satu paper ilmiah
yang menandai "kelahiran" topik ini adalah karya dari Edward Lorenz.
Meskipun demikian, nama-nama seperti B van der Pol, Duffing, dan M
He’non tidak dapat dilupakan dalam proses kelahiran topik ini. Chaos
pertama kali terobservasi dalam sebuah sistem yang dikenal dengan
nama sistem dinamis. Tidaklah berlebihan jika kelahiran sistem dinamis
dikaitkan dengan seorang matematikawan Perancis, Henri Poincare’
pada masa pergantian dari abad ke-19 ke abad ke-20.

Pada era itu, perhatian matematikawan terpusat pada pencarian solusi


dari suatu sistem. Henri Poincare’ adalah yang pertama kali membangun
suatu metode untuk menganalisis sistem tanpa menghitung solusi
secara eksplisit dan melahirkan teori modern tentang persamaan
diferensial. Dari tulisan Henri Poincare’, dapat disimpulkan bahwa
Poincare’ telah mengenal chaos. Pada permulaan abad ke-20, yaitu
masa hidup B van der Pol, Duffing, maupun E Lorenz, trend yang
berkembang adalah keyakinan bahwa sebuah sistem dapat "berperilaku"
sangat liar, namun suatu saat akhirnya sistem akan kembali pada
kondisi kesetimbangan. Ini bertentangan sama sekali dengan chaos
yang telah dilihat oleh ketiga orang tersebut. Bukan tidak mungkin ada
list yang lebih panjang lagi berisi nama-nama orang yang telah melihat
fenomena chaos di sistem yang mereka miliki, namun tidak berani
memublikasikannya. Edward Lorenz sendiri mendapat reaksi negatif dari
rekannya ketika ia dengan penuh semangat menjelaskan fenomena itu,
"Ed, alam di mana kita hidup tidak berperilaku seperti yang kau
deskripsikan!" Kata seorang profesor Fisika kepada E Lorenz.

Ada seorang matematikawan bernama Stephen Smale yang sebenarnya


kontra terhadap teori chaos. Tetapi ketika ia membaca paper E Lorenz, ia
mulai berpikir tentang kemungkinan selain teorinya sendiri. Akhirnya, ia
menciptakan Pemetaan Sepatu Kuda (Horse-shoe map) yang sampai
saat ini merupakan bentuk paling sederhana dari sistem yang memuat
skenario menuju chaos.

Chaos dan fraktal

Fraktal bukan chaos. Fraktal adalah suatu struktur yang memiliki


substruktur yang masing-masing substruktur memiliki substruktur lagi
dan seterusnya. Setiap substruktur adalah replika kecil dari struktur
besar yang memuatnya. Contoh yang paling sederhana dari fraktal
adalah jika kita memegang cermin di hadapan sebuah cermin. Di dalam
cermin yang dipegang ada bayangan orang yang memegang cermin. Di
dalam cermin yang ada di bayangan, ada bayangan si pemegang cermin
itu lagi, dan seterusnya. Sebuah chaotic attractor terkadang juga
memiliki struktur fraktal seperti itu. Keunikan dari benda-benda yang
memiliki struktur fraktal adalah dimensinya. Secara umum, solusi dari
sebuah sistem dinamis adalah sebuah obyek matematis yang
berdimensi satu (mempunyai ukuran yang sama dengan garis). Jika
solusi itu merupakan solusi yang chaotic, ia mempunyai dimensi fraktal
berupa pecahan. Misalnya, berdimensi 2,3 yang berarti benda itu lebih
tebal daripada bidang (yang berdimensi 2), tetapi masih lebih kecil
daripada ruang (yang berdimensi 3).

Chaos dan bifurkasi

Hampir semua sistem dinamis yang terkait dengan alam ini memuat
satu atau lebih parameter di dalam sistem itu. Contohnya adalah jika
kita bekerja dengan hukum Newton, maka ada konstanta gravitasi yang
besarnya tetap, tetapi tidak kita ketahui nilai eksaknya. Pertanyaannya,
jika ada suatu sistem yang bergantung pada parameter tertentu yang
tidak diketahui besarnya, apakah dinamika dari sistem itu terpengaruh
oleh perubahan nilai parameternya? Dapatkah suatu kondisi stabil
berubah menjadi tidak stabil jika nilai parameternya berubah?

Bayangkanlah sistem tata surya. Ada perputaran benda-benda langit


pada orbitnya masing-masing. Ada banyak sekali parameter yang
terlibat dalam sistem yang mendeskripsikan sistem tata surya.
Pertanyaannya adalah apakah sistem itu cukup stabil (dalam artian tidak
terlalu sensitif) terhadap perubahan nilai parameternya? Jika tidak,
ketika manusia mengirimkan satelit, bisa menjadi gangguan yang
terlampau besar dan memaksa sistem tata surya bergerak menuju
kondisi stabil yang baru. Dapat terjadi orbit Bumi pindah ke orbit lain
yang lebih besar dan berakibat turunnya suhu Bumi dan kematian besar.
Inilah pertanyaan yang berusaha dijawab oleh Henri Poincare’.

Perubahan kestabilan atau perubahan yang dramatis dalam dinamika


suatu sistem akibat berubahnya nilai parameter dalam sistem
dinamakan bifurkasi. Bifurkasi tidak selalu terkait dengan kekompleksan.
Tetapi, ada beberapa jenis bifurkasi yang senantiasa terkait dengan
bertambahnya kerumitan sistem yang pada akhirnya mengakibatkan
chaos. Salah satunya adalah apa yang dikenal dengan period-doubling.
Yang terjadi pada bifurkasi ini adalah sebuah gerakan periodik yang
mengalami bifurkasi dan melontarkan gerakan periodik lain yang
periodenya dua kali periode semula. Kemudian masing-masing gerakan
periodik itu mengalami bifurkasi lagi yang sama dan seterusnya. Masing-
masing gerakan periodik yang terlontar, biasanya tidak stabil. Akibatnya,
pada suatu nilai parameter tertentu ada sangat banyak gerakan periodik
yang tak stabil dalam sistem. Ketika ini terjadi, dinamika sistem sudah
sangat kompleks dan chaos terjadi.

Definisi chaos

Jadi apakah chaos itu? Chaos bukan fraktal, tetapi chaotic attractor
mungkin mempunyai struktur fraktal. Chaos juga bukan suatu gerakan
perulangan murni. Chaos juga tidak berarti gerakan tak beraturan.
Dalam gerakan chaotic, misalnya pada kupu-kupu Lorenz (Lorenz
butterfly), gerakannya berulang, tetapi secara tidak beraturan. Seperti
melempar dadu 100 kali. Berulang? Jelas. Yang keluar bisa satu, dua,
tiga, empat, lima, atau enam. Beraturan? tidak. Tetapi, sama sekali tidak
beraturan juga tidak karena angka satu keluar kira-kira sebanyak 1/6 kali
banyaknya pelemparan. Peristiwa ini dinamakan proses random (acak).
Melempar dadu mengandung unsur ketidakpastian (atau ke-random-an).
Yang ingin saya katakan adalah dalam proses di mana tidak ada
ketidakpastian pun, keluarannya bisa tidak terprediksi, yaitu jika
sistemnya chaotic.

Sistem chaotic juga mempunyai properti khusus, yaitu bergantung


secara sensitif terhadap kondisi awal. Kesalahan yang kecil dalam waktu
singkat akan tersebar di seluruh sistem. Jadi, dua solusi yang berbeda
hanya sedikit di awal akan berbeda sangat jauh setelah beberapa saat
yang relatif singkat.

EINSTEIN SEKARAT

Siapa bilang menjadi seorang ilmuwan hebat berarti teorinya tidak


terbantahkan. Albert Einstein yang dianggap pionir ilmu fisika modern
sekalipun ternyata masih bisa didebat. Tim ilmuwan asal Australia baru-
baru ini mengajukan teori bahwa kecepatan cahaya tidak terjadi secara
konstan atau terus-menerus. Ide yang terbilang revolusioner ini
dianggap dapat mematahkan teori lama fisika modern Einstein, yakni
teori relativitas. Tim yang dipimpin ahli fisika teori Paul Davies dari
Macquarie University, Sidney menyatakan ada kemungkinan kecepatan
cahaya ternyata sama lambat dengan miliaran tahun.

Jika hal ini benar maka para fisikawan harus mempertimbangkan


kembali ide dasar tentang hukum alam semesta. "Jika terbukti benar,
teori relativitas e=mc kuadrat harus menyerah kalah," ujar Davies
kepada Reuters. "Tapi bukan berarti teori lama kami campakkan begitu
saja. Sebab dalam revolusi fisika alam, semua teori lama selalu
berkaitan dengan teori baru." Davies beserta ahli astrofisika Tamara
Davis dan Charles Lineweaver dari University of New South Wales
(UNSW) mempublikasikan proposal penelitiannya di jurnal ilmiah Nature
edisi 8 Agustus. Diuraikan bahwa kecepatan cahaya bisa berubah setiap
saat. Kesimpulan ini diambil berdasarkan data yang dikumpulkan oleh
John Webb, ahli astronom asal UNSW yang dihadapkan pada teka-teki
saat ia menemukan bentuk cahaya menyerupai objek bintang tapi
menyerap tipe photon dari awan yang berada di antara bintang pada
kecepatan 12 miliar tahun cahaya.

Menurut Davies, observasi fundamental Webb mengartikan bahwa


pancaran cayaha atom bersifat langsung tetapi sangat berbeda dengan
struktur atom pada manusia. Ketidaksesuaian ini hanya bisa dijelaskan
apabila terjadi penambahan elektron atau kecepatan cahaya telah
mengalami perubahan."Namun dua teori lama mengenai hukum alam
semesta merupakan teori yang menyatakan bahwa jumlah penambahan
elektron tidak mungkin berubah, demikian pula dengan kecepatan
cahaya. Sehingga teori kami menjadi tampak konyol," ujar Davies.
Hukum relativitas e=mc kuadrat berarti mengalami perubahan pada dua
bagian, yakni e yang merupakan jumlah pertambahan elektron serta c
yaitu kecepatan cahaya. Kalau c tidak mengalami pengurangan berarti e
yang bertambah kuantitasnya.

Patahkan Einstein

Untuk memastikan bahwa proposal teorinya bisa diterima, Davies


bersama timnya mendalami teori black hole, sebuah bagian dari alam
semesta yang menyerap bintang-bintang dan benda galaksi lain. Mereka
juga mencoba mempertimbangkan dogma fisika lain, yaitu hukum
termodinamika. Setelah mempertimbangkan bahwa perubahan dalam
pertambahan jumlah elektron dapat menghancurkan kebenaran hukum
termodinamika maka mereka menyimpulkan bahwa satu-satunya pilihan
adalah mematahkan teori Einstein. Studi penelitian harus dilakukan lebih
banyak terhadap cahaya untuk mensahkan observasi Webb.

Di sini mereka nyaris merasa frustasi dan tidak berdaya melawan teori
relativitas Einstein."Saat satu dari peletak batu pertama fisika
mengalami kolaps, maka tidak sepantasnya kita berada dalam
ketidakpastian," ungkap Davies. Ia menambahkan, jika kita melihat awal
dari perubahan paradigma fisika seperti yang terjadi 100 tahun silam
dengan teori relativitas dan kuantum, maka sangat sulit mengetahui
alasan yang harus dikemukakan. Ini berarti adanya kemungkin terjadi
perubahan kecepatan cahaya bisa menjadi studi berskala besar seperti
halnya struktur alam semesta, asal-muasalnya dan evolusi. Sebagai
contoh, variasi kecepatan cahaya dapat menjelaskan mengapa ada dua
jenis jarak dan ada bagian yang tidak terhubung di dalam alam semesta.
Berdasar pemikiran konvensional, tidak akan pernah cukup waktu yang
diperlukan untuk melalui antarkeduanya.

Hal itu baru bisa terjadi saat para ilmuwan mempelajari pengaruh
selama lebih dari iliaran tahun atau miliaran tahun perjalanan cahaya.
Atau bisa juga ada implikasi mengejutkan yang tidak bisa mengubah
cara pandang para ahli kosmologi melihat alam semesta . Sebagai
contoh, Davies menjelaskan bahwa teori terdahulu menyatakan tidak
ada yang lebih cepat dari cahaya, pendapat ini merujuk pada teori
relativitas. Sampai sekarang kecepatan cahaya diketahui 300.000
kilometer per detik. "Mungkin masih masuk akal untuk tunduk pada
hukum ini walau akan mengecewakan para penggemar film Star Trek.
Sebab dalam serial tersebut dikatakan dengan kecepatan cahaya
manusia dapat menghabiskan waktu selama 100.000 tahun untuk
mengelilingi galaksi. Memang ini hanya sebuah cerita fiksi ilmiah, namun
kalau memang kecepatan cahaya bisa berubah, siapa yang tahu,"
demikian komentar Davies

You might also like