Professional Documents
Culture Documents
01
02
DAPUR
REDAKSI
Pelindung:
Uskup Bogor,
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Dewan Penasihat:
Staff Kuria Keuskupan Bogor
Redaktur Ahli:
RD. Ch. Tri Harsono RD. Yohanes Driyanto
RD. Alfons Sutarno
Sidang Redaksi:
RD. Alfonsus Sutarno RD. Yustinus Joned S
RD. Lucius Joko K RD.Agustinus Suyatno
St. K. Kristyono Darius Lekalawo
Ambrosius S. Mally Ign. Happy Delima
Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi:
RD. Yustinus Joned S
Redaktur Bahasa:
RD. Alfonsus Sutarno
Redaktur Pelaksana:
Stanislaus Kostka Kristyono
Redaktur Artistik:
Darius Lekalawo
Ilustrator:
RD. Nikasius Jatmiko
Pemimpin Perusahaan:
Ambrosius S. Mally
Administrasi:
Ign. Happy Delima
Sirkulasi dan Distribusi:
RD. Yustinus Joned S Komsos Keuskupan
Bogor Sekretariat Paroki Keuskupan Bogor
Iklan & Promosi:
RD. Alfons Sutarno (0812 111 0457)
Anastasia Sanny K. (0812 10273 949)
Ambrosius Satu Mally (021 7076 4215)
Ign. Happy Delima (0812 10 818 009)
Alamat Redaksi:
Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor
Jl. Kapten Muslihat No. 22 BOGOR 16122
Tel.: (0251) 831 3997 Fax.: (0251) 835 9102
E-mail: mekar@keuskupanbogor.org
audara-saudariku yang
terkasih. Pada edisi ini,
Sredaksi
menghidangkan tema
MEKARIA
03
DAFTAR ISI
Dapur Redaksi
Sajian Utama
Sebuah Refleksi Di Tahun Hidup Bakti 2015 ................06
Suara Gembala
Kabar Dekanat
Kemah Tuhan
Tokoh Kita
04
SURAT
PEMBACA
05
SAJIAN
UTAMA
Sebuah Refleksi Di
Tahun Hidup Bakti
2015
06
Memaknai kegiatan
Tahun Hidup Bakti
Bagi para imam, biarawan
biarawa, religius sebagai pemeluk
Hidup Bak, serasa mendapat
angin segar, sekaligus seper
dibangunkan dari keterlenaan
harian sebagai orang-orang yang
terpanggil secara khusus. Tahun
Hidup Bak, dapat dijadikan sarana
berefleksi atas panggilan yang
telah dijalani, apa movasi awal
yang telah menggerakkan sehingga
memilih cara hidup khusus,
bagaimana telah menjalaninya dan
apa yang diharapkan selanjutnya
setelah dapat melewa tahaptahap kehidupan sebagai orangorang terpanggil.
Secara pribadi saya ingat,
semasa kecil selalu diajak berdoa
bersama dalam keluarga. Salah
satu doa yang didoakan secara
berganan adalah doa mohon
panggilan. Diluar itu, ibu saya
SAJIAN
UTAMA
sepanggilan, mengalami sukacita
dalam usaha jatuh bangun
menjalani komitmen hidup sebagai
religius, menjadikan saya semakin
meyakini bahwa sukacita Injili
sebagai tanda khas para pemeluk
hidup bak menjadi energi yang
terus dapat dibagi. Sumber utama
energi rohani tersebut dapat saya
peroleh melalui kekuatan Sabda
dalam Kitab Suci, merenungkan
dan mengenal secara personal
siapa Yesus Kristus dalam hidup
keseharian saya. Pengalaman
ini membawa semangat dan
menjadikan saya semakin mencintai
cara hidup sebagai religius dan
semakin bersemangat untuk
menghidupinya.
Euforia tahun hidup bak
membawa harapan yang pas.
Tuhan yang memanggil dan memilih
orang-orang yang dikehendakiNya sebagai Pemeluk Hidup Bak,
agar mereka menjadi saksi-saksi
dari hidup bersama, mewartakan
sukacita Injili yang berkelanjutan
membawa kabar gembira kepada
banyak orang, karena tanda khas dari
Hidup Bak adalah bersaksi.
Kita diundang untuk
memperbarui panggilan kita serta
mendalami dengan sadar sukacita
dan tantangan-tantangan dari Injil.
Karena Tahun Hidup Bak, terpusat
pada pewartaan Injil dengan
maksud membantu umat beriman
memahami makna indahnya
mengiku Kristus yang terungkap
melalui berbagai bentuk panggilan
hidup yang dibakkan kepada
Tuhan melalui aneka pelayanan
kepada sesama.
Kita dipanggil atau
dipilih bukan terutama untuk
mendapatkan kebahagiaan,
tetapi untuk menjalani panggilan
itu. Hidup Bak dapat memiliki
daya tarik, apabila pemeluknya
memiliki beberapa sifat yang
dapat dikenali dan dialami oleh
orang-orang disekitarnya antara
lain, murah ha rela berbagi
dan berkorban, mampu ingkar
diri/ sederhana dan melupakan
diri sendiri (altruis), dapat
menghidupkan dan menghidupi
Sabda dalam Kitab Suci, sehingga
kebahagiaan akhirnya terpancar
dalam kehidupan dan kesaksian
keseharian para pemeluk hidup
bak yang penuh syukur dengan
sikap peduli.
Refleksi yang sangat sederhana
ini dapat dikembangkan lebih luas
dan lebih mendalam oleh siapa
saja yang berminat secara khusus
dan serius untuk memperhakan
perkembangan hidup panggilannya.
Orang muda katolik dapat lebih
meningkatkan kegiatan dan olah
rohani, sehingga memiliki kepekaan
akan suara dan panggilan Tuhan
yang seringkali tercampur aduk
dengan hiruk pikuknya suara lain
disekitarnya.
Bagi orang tua terutama
keluarga-keluarga katolik,
diharapkan supaya membiasakan
dan mengkondisikan suasana
kebersamaan rohani dalam
keluarga, terutama di bulan Kitab
Suci Nasional ini, bukan secara
kebetulan tema yang diambil
07
SAJIAN
KHUSUS
Gereja Katolik
1gerejawi
Ditegaskan melalui dokumen
pada umumnya dan
08
Proprietas
2
Yang dimaksudkan dengan
kata proprietas adalah hal yang
SAJIAN
KHUSUS
ja dirinya. Ibarat seekor kucing,
hewan itu harus memiliki bunyi
meong, kegemaran makan ikan
asin, dan naluri menangkap kus,
agar dapat dikatakan sebagai kucing
yang sesungguhnya. Tanpa satu,
dua, atau ga hal itu, bentuknya
memang masih kucing, tetapi
kucing yang dak lagi sesungguhnya
dan seharusnya. Kucing itu hanya
kucing-kucingan.
Proprietas Gereja adalah:
kehidupan, kekudusan, dan misi.
Kehidupan di sini menunjuk
pada kegiatan. Tanpa adanya
kegiatan, kehidupan itu diragukan.
Sebaliknya, dengan adanya
kegiatan, dak hanya dapat
dipaskan adanya kehidupan tetapi
juga terjadinya pertumbuhan,
perkembangan, dan pematangan.
Kekudusan adalah pengeran
yang jelas, tegas, dan pas atau
keyakinan bahwa dirinya adalah
orang yang terpilih dan milik
Allah. Dengan begitu, ia akan
memiliki ketenangan, kemantapan,
dan kedamaian ha yang relaf
kuat dan bertahan. Ia akan
tampil sebagai seorang pribadi
yang percaya diri. Konsekuensi
yang menyertainya adalah
ketaatan suka-rela. Akibat yang
mengikunya adalah upaya
Bentuk Hidup
3
Seap orang yang dibaps
diinkorporasi pada Kristus dan
Hidup Bakti
4
Pengerannya adalah bentuk
hidup yang dibakkan kepada
09
SAJIAN
KHUSUS
10
SAJIAN
KHUSUS
dalam pelayanan Kerajaan
Allah. Dengan tercapainya
tujuan di atas, akan terwujudlah
kesempurnaan kasih dalam
membangun Kerajaan Allah.
Sebagai tanda unggul dalam
Gereja. Hal lain yang sekaligus
muncul dalam Gereja sebagai
akibat dari bentuk dan cara
hidup itu adalah hadirnya suatu
tanda yang jelas dan terang.
Hal ini dapat dipahami dengan
menger dengan baik bahwa
Gereja adalah sakramen.
Pewartaan akan kemuliaan
surgawi. Akhirnya, dengan
bentuk dan cara hidup yang
demikian itu, kemuliaan surgawi
yang dak terlihat oleh mata
dan dak terdengar oleh telinga
sudah mulai dapat diansipasi,
dapat dibayangkan, dan
dirasakan.
11
KABAR
DEKENAT
Wadah Perjumpaan
Umat dan Masyarakat
12
KABAR
DEKENAT
13
KABAR
DEKENAT
Upacara Pengibaran
Bendera dan Detik
detik PROKLAMASI
Tanggal 17 Agustus 2015 kali
ini terasa lebih ismewa di Paroki
Kristus Raja Serang, karena meski
bukan pertama kalinya namun
peringatan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia kembali
diwarnai dengan upacara bendera.
Upacara bendera dan tentunya
pembacaan teks proklamasi ini
dipimpin oleh komandan upacara
Nandus Silaban dari OMK dan
inspektur upacara RD. Stefanus
Maria Sumardiyo Adipranoto
selaku Pastor Paroki. Upacara
diiku oleh gabungan orang muda
dari berbagai gereja di Serang
dimana dari rencana 12 gereja yang
diundang, hadir 8 gereja termasuk
tuan rumah serta perwakilan DPP
Kristus Raja dan segenap undangan
KABAR
DEKENAT
dengan total sekitar 125 orang.
Gereja-gereja tersebut antara lain :
GBI Serang Kota, GSJA Serang Kota,
GTI Serang, HKBP Cilegon, Gereja
Pentakosta Tabernakel, GKI Serang,
GPSI Serang, dan tentunya Gereja
Katolik Kristus Raja Serang.
Dalam amanatnya, Romo
Sumardiyo mengawali dengan
keprihaan atas musibah yang
menimpa pesawat dari maskapai
Trigana Air di Papua. Kemudian
Romo mengajak untuk memaknai
proklamasi sebagai kehidupan
berbangsa yang bebas dirasakan
segenap lapisan masyarakat. Tentu
saja hal ini karena jasa perjuangan
para pahlawan yang rela berkorban
jiwa raga hingga puncaknya
pada tanggal 17 Agustus 1945
tatkala proklamasi kemerdekaan
Indonesia dikumandangkan.
Proklamasi melepas belenggu
penjajahan untuk hidup sederajat
dengan bangsa lain yang merdeka
dan mencapai tujuan nasional
bangsa. Hal ini yang harus
diteruskan oleh generasi masa
kini utamanya komunitas krisani
guna memajukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Romo menegaskan bahwa
kaum muda harus termovasi
untuk ambil bagian dan akf dalam
kegiatan mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui pendidikan yang
harus dijalani dengan sungguh.
Hal ini selaras dengan ga poin
penng dari cita-cita para pahlawan
yaitu bekerja/ melayani sesama,
semangat pantang menyerah
dan keberanian yang nyata tanpa
sering mengeluh saat menghadapi
masalah. Apapun yang dituju
tentu butuh pengorbanan, namun
terinsipirasi dari para pahlawan
yang telah meletakkan petunjuk
arah perjalanan bangsa ini, kita
dak boleh takut gagal. Semuanya
bisa kita raih dengan berlandaskan
kepada Pancasila dan UUD 1945
yang ibarat dua mercusuar
penggan para pahlawan yang
telah gugur.
Setelah upacara, dilanjutkan
dengan acara Cafe Rohani jilid
III oleh OMK Kristus Raja Serang
yang mengambil tema Satu
Indonesia di Dalam Kristus.
Acara ini dihelat di aula Alexander
dimana banyak sesi yang diadakan
disamping tentunya para peserta
bisa memesan aneka makanan
dan minuman selama acara
berlangsung. Selain menampilkan
beberapa talenta OMK, ada juga '
talkshow' dalam acara yang diketuai
oleh Saudari Debbie. Talkshow kali
ini menghadirkan dua narasumber
yaitu Diakon Alvares dan Bapak
Andre Nabu dengan moderator
Suster Tarsisia dan Saudara Jeki.
Diakon Alvares dalam sesinya
mengungkapkan tentang perasaan
berbangsa dan bernegara yang
harus nyata terwujud pada diri
seap orang muda. Adapun Bapak
Andre Nabu yang bekerja di divisi
Reskrim Polda Banten menekankan
pada kesempatan dialog untuk
orang muda utamanya dalam
menangkal berbagai isu kriminalitas
dewasa ini semisal Cyber Crime.
Acara Cafe Rohani selanjutnya
aneka lomba-lomba diantaranya
Lomba Pancing Bola, Balap
Kelereng, Menggiring Bola dengan
terong, Balap Karung, Makan
Kerupuk, dan yang paling heboh
adalah mengambil koin dalam
pepaya yang sudah dilumur oli.
15
KABAR
DEKENAT
16
KABAR
DEKENAT
kesempatan, para frater diajak sekaligus ditantang
untuk memurnikan movasi panggilannya dalam
mengiku Yesus, Sang Gembala Utama dengan
pertama-tama mengenali diri pribadinya secara
lebih jauh, mendalam, sekaligus objekf. Melalui
pendekatan psikologis, para frater dibimbing untuk
mau terbuka pada gerak Roh Kudus dengan akf
meneli ban, olah kerohanian, serta jujur pada diri
sendiri dan rekan sekomunitas.
Dengan pertama-tama menyadari siapa dirinya
secara jujur dan objekf serta merenenungkan
makna panggilan maka para frater diharapkan
menjadi pribadi yang lebih matang dan sadar tujuan
hidupnya untuk membakkan diri pada Tuhan
melalui sesama.
Dinamika retret yang diberikan pun sangat
menarik karena para frater diarahkan untuk bergulat
dan merenungkan tentang dirinya melalui hal-hal
sederhana yang ada di kompleks rumah retret itu.
Proses permenungan yang diberikan oleh RD. Sunu
tersebut hendak membuka dan menyadarkan segala
potensi, tantangan, hambatan, dan peluang yang
ada pada diri seorang calon imam.
Kematangan kepribadian dinilai sebagai pintu
masuk menyiapkan gembala-gembala jiwa yang
mumpuni dalam melayani para domba kelak. Jadi,
dalam kerangka merenungkan panggilan imamat
secara personal (yang dialami secara pribadi
oleh seap frater), hal itu dikonkretkan dalam
dinamikanya dengan rekan-rekan sepanggilannya.
Hal itu terutama diarahkan sebagai ungkapan bak
kepada Allah lewat kehadiran nyata bagi segenap
umat.
Dalam perayaan ekaris perutusan, imam
diosesan Keuskupan Bandung yang berkarya sebagai
pendamping para frater untuk Keuskupan Bandung
itu menandaskan bahwa retret sesungguhnya akan
dimulai setelah selesai dari retret ini. Maksudnya
adalah bahwa ujian sesungguhnya yang akan
dihadapi oleh para frater ialah melalui dinamika
hidup keseharian yang dijalani sebagai calon imam.
Akan ada banyak jebakan, tantangan, godaan
dari dalam diri maupun dari luar yang merintangi,
tapi iman pada Allah yang melahirkan panggilanlah
yang akan berbicara dan mengatasinya. Dia
berharap agar setelah mengiku retret ini para
frater mengalami kebaharuan hidup dan kembali
bersemangat dalam menapaki peziarahan hidupnya
sebagai seorang calon imam yang mempersiapkan
diri sebagai gembala bagi Keuskupan Bogor.
nFr. Nanang
17
KEMAH
TUHAN
Kaya
Dengan Simbol
Suatu pagi di hari Minggu. Jarum jam menunjuk angka 06.45.
Matahari belum lama beranjak naik. Sinarnya menerobos selasela pohon dan dedaunan yang memayungi jalan, menciptakan
lorong-lorong cahaya berwarna keemasan. Indah.
18
KEMAH
TUHAN
beranjak pulang. Sebagian lainnya
masih bertegur sapa dan ngobrol
dengan umat yang baru datang
untuk mengiku misa jam 07.30.
Keluarga tadi langsung
mengambil air suci, membuat tanda
salib, dan masuk gereja. Sesaat
mereka berlutut untuk berdoa, lalu
bangkit duduk. Masih ada 15 menit
sebelum misa dimulai.
Mata sang ayah menatap lurus
ke depan, ke arah altar. Pikirannya
menerawang jauh. Di sana, di
altar itu, perayaan Ekaris bakal
berpusat.
Saka Guru
Gereja MBSB berdiri di atas
tanah seluas 6.000-an meter
persegi. Desain bangunan gereja
menerapkan konsep minimalis
modern ala vila di Belanda. Pilihan
ini diselaraskan dengan vila-vila
di Kota Amsterdam, Belanda,
tempat di mana Bunda Maria
menampakkan diri sebagai Bunda
Segala Bangsa. Itu sebabnya Mgr.
Michael Cosmas Angkur OFM,
ke ka itu Uskup Bogor, menamai
gereja ini dengan Gereja Maria
Bunda Segala Bangsa.
Gereja ini memiliki luas tanah
1.577 meter persegi. Gedung ini
terdiri dari dua bangunan yang
sekaligus menyatu, yakni gedung
gereja dengan luas tanah 1.382
meter persegi (luas bangunan 1.747
meter persegi), serta area pastoran
dengan luas tanah 195 meter
persegi (luas bangunan 429 meter
persegi).
Dalam area ini juga dibangun
Gedung Serba Guna atau GSG (luas
tanah 755 meter persegi dan luas
bangunan 840 meter persegi). GSG
terdiri dari dua lantai. Lantai atas
digunakan sebagai ruang serba
guna, sementara lantai bawah
disekat-sekat dalam beberapa
ruang dan direncanakan untuk
menampung semua akvitas seksiseksi dan kategorial yang ada di
Paroki Maria Bunda Segala Bangsa.
Umat Terus
Bertambah
Usia Gereja dan Paroki MBSB
sebenarnya masih terbilang
19
KEMAH
TUHAN
belia. Paroki ini baru secara resmi
dikukuhkan pada 20 Mei 2008
oleh Uskup Bogor keka itu, Mgr.
Michael Angkur OFM. Berbarengan
pengukuhan itu dilakukan pula
tahbisan 1 imam dan 3 diakon.
Meski masih belia, umat Paroki
MBSB dengan cepat bertambah.
Jika pada tahun 2011 baru ada
5.777 jiwa, sampai akhir 2014
sudah menjadi 9.224 jiwa. Angka
ini sekaligus membuat Paroki MBSB
menjadi paroki kedua terbesar di
Keuskupan Bogor, setelah Paroki
Katedral yang umatnya mencapai
14.000-an jiwa.
Seiring bertambahnya jumlah
umat, kini seap hari Minggu
ruang-ruang yang ada di lantai
bawah GSG kerap dipakai untuk
menampung umat yang ingin
mengiku misa kudus dan tak
tertampung di area utama gereja.
Itu sebabnya saat ini Dewan Paroki
MBSB memutuskan untuk membeli
tanah yang berada di seberang
gereja. Kelak di atas tanah tersebut
akan dibangun fasilitas pendukung
kegiatan gereja.
Sekadar informasi, umat yang
ikut misa di gereja bukan hanya
umat Paroki MBSB, tetapi juga
banyak yang berasal dari paroki
lainnya. Di antaranya, umat dari
Paroki St. Servaus di Kampung
Sawah, Pondok Gede, Bekasi, dan
Paroki St. Thomas di Kelapa Dua,
Depok.
Seap minggu Gereja MBSB
menggelar lima misa kudus. Misa
pertama pada Sabtu jam 18.00.
Empat misa berikutnya pada hari
Minggu, jam 05.30, 07.30, 10.00
dan 17.00. Selain itu ada misa
harian Senin sampai Jumat jam
06.00.
Saat ini Paroki MBSB dilayani
oleh ga pastor, yakni Romo RD
Benyamin Sudarto sebagai pastor
paroki, dengan dibantu oleh dua
pastor lainnya, Romo RD Yohanes
Suradi dan Romo RD Redemptus
Pramudianto. ***
20
SUARA
GEMBALA
ME
M
MEKAR
EK
KA
AR | ED
E
EDISI
DIIS
SI 03
0 | TAHU
TTAHUN
TA
AHU
H N XX
X
XXV
XV | OK
O
OKTOBER
KTO
T BE
ER - D
DESEMBER
ESEMBER 2015
21
SUARA
GEMBALA
justru ada keka manusia mampu
memahami makna hidupnya
dan menentukan sendiri bentuk
hidupnya untuk mengaktualisasikan
makna keberadaannya tersebut.
Pilihan itu ada karena Allah, dengan
keputusan dan kehendak-Nya
yang murah ha dan bijaksana,
mengangkat manusia untuk ambil
bagian dalam hidup ilahi-Nya
dan memberikan kebebasan bagi
seap pribadi untuk memaknai
hidupnya dalam kerangka sejarah
keselamatan, dalam kerangka
ambil bagian pada karya Allah demi
keselamatan segala makhluk.
22
SUARA
GEMBALA
Kata materialisme terdiri
dari kata materi dan isme.
Materi dapat dipahami sebagai
bahan; benda; segala sesuatu
yang tampak. Materialisme
adalah pandangan hidup yang
mencari dasar segala sesuatu yang
termasuk kehidupan manusia di
dalam alam kebendaan sematamata, dengan mengesampingkan
segala sesuatu yang mengatasi
alam indra. Sementara itu, orangorang yang hidupnya berorientasi
kepada materi disebut sebagai
materialis. Orang-orang ini adalah
para pengusung paham (ajaran)
materialisme atau juga orang yang
memenngkan kebendaan semata
(harta,uang,dsb).
Individualisme merupakan
satu filsafat yang memiliki
pandangan moral, polik
atau sosial yang menekankan
kemerdekaan manusia serta
kepenngan bertanggung jawab
dan kebebasan sendiri. Seorang
individualis akan melanjutkan
percapaian dan kehendak pribadi.
Mereka menentang intervensi
dari masyarakat, negara dan
seap badan atau kelompok atas
pilihan pribadi mereka. Oleh itu,
individualisme melawan segala
pendapat yang menempatkan
tujuan suatu kelompok sebagai
lebih penng dari tujuan seseorang
individu yang dengan sendiri
adalah dasar kepada seap badan
masyarakat. Pendapat-pendapat
yang di tentang termasuk holisme,
kolekvisme dan stasme, antara
lain. Filsafat ini juga kurang senang
dengan segala standar moral
yang berlaku ke atas seseorang
karena peraturan-peraturan itu
menghalangi kebebasan seseorang.
Sedangkan, ulitarianisme
adalah suatu teori dari segi eka
normaf yang menyatakan bahwa
suatu ndakan yang patut adalah
yang memaksimalkan penggunaan
(ulity), biasanya didefinisikan
sebagai memaksimalkan
kebahagiaan dan mengurangi
penderitaan. Ulitarianisme
berasal dari kata Lan ulis, yang
berar berguna, bermanfaat,
berfaedah, atau menguntungkan.
Islah ini juga sering disebut
sebagai teori kebahagiaan
terbesar (the greatest happiness
theory). Ulitarianisme sebagai
teori sistemas pertama kali
dipaparkan oleh Jeremy Bentham
dan muridnya, John Stuart Mill.
Ulitarianisme merupakan suatu
paham es yang berpendapat
bahwa yang baik adalah yang
berguna, berfaedah, dan
menguntungkan. Sebaliknya, yang
jahat atau buruk adalah yang
tak bermanfaat, tak berfaedah,
dan merugikan. Karena itu, baik
buruknya perilaku dan perbuatan
ditetapkan dari segi berguna,
berfaedah, dan menguntungkan
atau dak. Bahkan dalam hal ini,
relasi dengan Tuhan dan sesama
pun diukur dari manfaat atau
kegunaannya saja secara pribadi.
Tuhan dan sesama manusia
diperlakukan sekedar sebagai objek.
Kecenderungankecenderungan tersebut
dak hanya berdampak pada
diri manusia sendiri, namun
berdampak pula pada keutuhan
ciptaan secara umum, yakni alam
semesta. Tentunya kita juga sangat
memahami dan menyadari bahwa,
telah sekian lama terjadi eksploitasi
terhadap alam semesta (yang
idealnya mengeksplorasi untuk
kebaikan bersama tanpa melupakan
kelestariannya). Kerusakan alam
akibat ketamakan manusia telah
terjadi dalam skala yang sangat
parah di berbagai belahan bumi kita
ini.
Inilah gambaran umum
konteks kita berada dan hidup.
Memang, kita dak bisa
menghakimi diri kita atau orang lain
ada dalam pengaruh situasi-situasi
23
SUARA
GEMBALA
24
24
MEKAR
ME
MEKAR
KAR | E
KA
EDISI
DIS
SI 033 | T
TA
TAHUN
AHU
HUN X
XX
XXV
XV | OKTOBER
OKTOBE
OK
TO
OB
BE
ER - DESEMBER
DESE
SEMB
MBE
ER
R 22015
015
01
15
Hidup yang
Dibaktikan sebagai
Aktualisasi Diri
Salah satu panggilan hidup
dalam Gereja Katolik, sebagaimana
disampaikan di atas, adalah
panggilan hidup sebagai Kaum
Religius atau Hidup Bak (Vita
Consecrata). Dalam seap zaman
ada perempuan dan laki-laki yang
karena taat kepada panggilan Bapa
dan dorongan Roh, memilih hidup
secara khusus demi mengiku
Kristus dan mengabdikan diri
kepada-Nya (bdk. 1 Kor. 7:34;
Perfectae Caritas, 1). Seper rasul,
mereka telah meninggalkan segala
sesuatu, agar dengan bantuan Roh
Kudus mereka melayani Tuhan
dan umat beriman. Dalam hal ini,
melayani Tuhan berar juga upaya
menjadi co-creator bagi Allah,
menjadi rekan kerja Allah dalam
menjaga keutuhan ciptaan dan
alam semesta.
Di dalam dan melalui
panggilan hidup yang dipilihnya,
mereka ini mencoba membakkan
diri seutuhnya demi karya Allah
tersebut. Pada bab VI dari
SUARA
GEMBALA
Konstusi Dogmak Lumen
Genum, yang berjudul Para
Religius, kita dapat membaca
ajaran Gereja tentang ga nasihat
Injil: kemurnian, kemiskinan,
dan ketaatan. Tiga nasihat Injil
inilah yang diikrarkan oleh para
religius yang bersekutu dalam
Tarekat Hidup Bak, di mana
mereka mengikatkan diri sebagai
keluarga. Dijelaskan dalam LG,
status religius bukan jalan tengah
antara perihidup kaum imam dan
kaum awam. Tetapi, dari kedua
golongan itu ada sejumlah orang
krisani yang dipanggil oleh Allah
untuk menerima karunia ismewa
dalam kehidupan Gereja, dan
untuk dengan cara masing-masing
menyumbangkan jasa mereka bagi
misi keselamatan Gereja.
Tahun ini, 2015, telah
dicanangkan Bapa Suci Fransiskus
sebagai Tahun Hidup Bak
untuk memperinga 50 tahun
dua dokumen penng Konsili
Vakan II, yaitu Perfectae Caritas
(Dekret Tentang Hidup Bak)
dan Lumen Genum (Konstusi
Dogmas Tentang Umat Allah).
Kedua Dokumen ini secara khusus
berbicara tentang hidup bak.
Sejarah juga mencatat tarekat
hidup bak tumbuh subur dari
waktu ke waktu. Bahkan, ada
tarekat yang lahir di Indonesia.
Ada yang ma, tetapi banyak yang
lahir. Sampai-sampai di kalangan
komunitas tertentu muncul kelakar:
Tuhan bahkan dak tahu berapa
jumlah tarekat Suster-suster.
Tentu, kelakar itu menggambarkan
betapa beraneka ragam cara
hidup dan cara berkarya untuk
mewartakan Kabar Gembira.
Dan, keanekaragaman itu berakar
dari ga nasihat Injil: kemurnian,
kemiskinan, dan ketaatan,
meskipun ga nasehat Injil ini juga
diperuntukkan bagi semua orang
krisani, termasuk kaum clericus
dan awam.
25
SUARA
GEMBALA
dengan penghayatan nilai Injili
berhubungan dengan hidup dalam
kasih, persahabatan seja , dan
persatuan yang mendalam. Tahun
Hidup Bak 2015 akan terpusat
pada pewartaan Injil, dengan
maksud membantu umat beriman
makin memahami makna indahnya
mengiku Kristus yang terungkap
melalui berbagai bentuk panggilan
hidup membiara.
Di era globalisasi ini, para
religius ditantang untuk se a pada
panggilan dasarnya memberikan
kesaksian hidup di dalam Allah
dan mewujudkan Kerajaan Allah.
Perlu ada kesadaran, bahwa kaum
religius pun (sebagaimana juga
kaum clericus dan awam) orangorang berdosa yang dianugerahi
rahmat panggilan luhur, demikain
disampaikan oleh Pastor Sunarka,
OFM (Ketua Konferensi Pimpinan
Tarekat-Tarekat Indonesia/Koptari)
dalam sebuah kesempatan. Oleh
karena itu, perlu dibangun dimensi
mis k dengan memperkuat relasi
erat dengan Allah. Kemudian
menggugah dimensi kesaksian
kenabian dan solider kepada
mereka yang lemah dan terus
memupuk dimensi persaudaraan
dengan penghayatan ga kaul
(ketaatan, kemiskinan, dan
kemurnian) dalam menghadapi
tantangan zaman seper
hedonisme, konsumerisme,
materialisme, ulitarisme,
indifferensme, dan individualisme.
Minimal ga aspek tersebut dapat
terwujud. Selain itu, para religius
juga dituntut untuk krea f dalam
karya dan terus menghaya ga
kaul yang masih relevan di zaman
yang terus berubah ini.
Di sisi lain, op misme akan
panggilan hidup ini juga perlu
ditumbuhkan sehingga bisa menjadi
semangat dalam mewujudkan
kesaksian akan sukacita hidup bak .
Op misme ini ada terutama karena
Allah sendiri yang mempunyai
26
SUARA
GEMBALA
panggilan hidup khusus ini.
Semoga, Tahun Hidup Bak
ini
menjadi pengalaman syukur bagi
kita, syukur atas rahmat Tuhan yang
berkenan mengangkat putra-putri
Gereja dalam karya keselamatanNya melalui hidup yang dibak
kan
secara khusus dengan semangat
27
TOKOH
KITA
Prof. Dr. Martin Harun, OFM:
28
TOKOH
KITA
menjadi imam yang guru! Saya
ingin menjadi pastor di lapangan
misi.
Pater berasal dari keluarga Katolik
yang taat dan apakah ada saudara
lain yang menjadi Biarawan atau
Biarawa?
29
30
:
:
:
:
31
32
Diutus ke Indonesia
Pater Marn dalam ceritanya
mengatakan saat sebagai frater,
ia juga bekerja sebagai sekretariat
Fransiskan miskin
Tidak hanya hal yang posif
yang dikenang Pater Marn
Harun. Imam Fransiskan yang
bernama asli Marn Olsthoorn, ini
bercerita bahwa di mata kalangan
preman Jakarta dan Jawa Barat
memandangnya sebagai seorang
turis dan bukan sebagai seorang
imam (Pastor).
Preman di Jakarta dan Jawa
Barat melihat saya sebagai turis
yang bawa dolar dan bukan sebagai
seorang Fransiskan miskin. Berulang
kali saya dicopet dalam kendaraan
umum bahkan dirampok. Saya dak
pernah melawan, apalagi disertai
ancaman. Saya persilahkan mereka
untuk mengambil apa yang ada.
Dan mereka pas selalu
kecewa, tutur Pater Marn, karena
di dompet hanya ada sedikit
uang. Kalau memang ada arloji,
itu pun yang murahan. Lucunya
ada perampok yang berbaik ha,
terkadang mereka mengembalikan
sedikit uang, saat saya minta untuk
ongkos pulang. Mereka memberi,
ujarnya.
Pengalaman lain yang
menghebohkan semua pihak di
Keuskupan Bogor adalah sebuah
kabar yang terjadi pada 15 tahun
yang lalu. Kabar itu menyatakan
bahwa Pater Marn meninggal
dunia. Diceritakannya bahwa
keka ia datang ke Kampus
Universitas Parahyangan, Bandung
untuk mengajar. Mahasiswa
yang melihatnya berlarian masuk
kampus.
Pater Marn Harun pun
bertanya dalam ha, mengapa
semua mahasiswa dan dosen
berlarian masuk kampus?.
Salah satu dosen pun datang
mendekanya serta meraba-raba
tangan dan lengan kemudian
mempersilahkan masuk. Dengan
gugup dosen mengatakan di wisma
frateran pagi itu sudah diadakan
misa requiem untuk Pater Marn
yang diketahui meninggal dunia di
RS Carolus Jakarta.
Bahkan perwakilan dosen
dan mahasiswa pun saat ini sudah
dalam perjalanan ke Sindanglaya/
Cimacan untuk mengiku upacara
pemakaman. Setelah mereka
konfirmasikan ke Sindanglaya,
ternyata bukan Pater Marn OFM
yang meninggal dunia tetapi Fr.
Marn CSE.
Ini berita sifatnya sangatsangat terbatas. Sejauh yang saya
tahu, ceritanya hanya beredar
di Keuskupan Bogor saja. Hal itu
terjadi karena salah pengeran.
Dan mereka sadar dan mengaku
keliru. Mujur, saya sudah mendapat
misa requiem duluan, sehingga saya
tetap segar dan sehat hingga hari
ini,ungkapnya sembari tersenyum.
Disinggung perihal Keuskupan
Bogor yang mencanangkan tahun
2015 sebagai tahun hidup bak,
Pater Marn yang ditahbiskan
menjadi Imam, 14 Juli 1960
itu, mengatakan penng untuk
memandang masa lalu dengan rasa
syukur, menghidupi masa sekarang
dengan semangat, dan merangkul
masa depan dengan harapan lewat
kesaksian yang otenk dari sebuah
panggilan.
Bahwa hidup bak jangan kita
melihat hanya panggilan sebagai
imam saja, tetapi lebih kepada
semua panggilan menjadi biarawan
dan biarawa yang dalam hal ini
termasuk para suster, bruder serta
komunitas lainnya, ujarnya. nDarius
Lekalawo
33
KIPRAH
Selalu
Bersyukur
Selalu bersyukur,
sederhana, peduli akan
sesama dan lingkungan.
Dia adalah Yusefin Lely
Kusumaningsih. Kecintaan
dan kepeduliannya
terhadap bumi ini
membuat dia terlibat
aktif dalam kegiatan
lingkungan hidup.
Percaya
Sebelum terlibat dalam
kegiatan lingkungan hidup, Bu
Lely sudah menekuni pekerjaan
sebagai notaris. Hidup yang penuh
percobaan ini, semakin berat
dijalani keka suaminya meninggal
dunia. Bu Lely pun hidup menjanda
saat berusia 24 tahun. Memilih
dak bergantung kepada orang
tua dan saudaranya, Bu Lely pun
memilih untuk menuntaskan
studinya.
Pekerjaan sebagai notaris
adalah pilihan dari Tuhan untuk
saya itulah jawaban dari Bu Lely
keka ditanya kenapa bisa menjadi
notaris. Ia dak pernah mencari
orang, tapi orang yang datang
sendiri mencari dia. Seap ada
kemauan, pas ada jalan itulah
kata-kata yang ia pegang dan yakini.
Bu Lely percaya apa yang
dikasih Tuhan untuknya itu luar
biasa. Ia juga percaya bahwa apa
yang menjadi milikinya saat ini
adalah pan dari Tuhan. Dan
dari pan tersebut ia melakukan
banyak kegiatan sosial.
34
KIPRAH
Lingkungan Hidup
Lima tahun berkecimpung
dalam lingkungan hidup membuat
sosok Bu Lely sibuk karena harus
melakukan banyak kegiatan. Salah
satunya melakukan penyadaran
kepada anak muda, khususnya
mereka yang masih sekolah.
Bu Lely juga harus terlibat
dalam kegiatan anak muda. Di
mana dalam keterlibatnya, ia
mencari cara agar anak-anak
muda sadar dengan lingkungan
hidup. Seper mengadakan lomba
fotografi dan poster bertema
lingkungan hidup saat acara
OMK Bogor Bersyukur. Kegiatan
menanam 1.000 pohon saat acara
Bogor Youth Day 2015. Dari sana
beliau berharap kesadaran anak
muda meningkat dalam lingkungan
hidup.
Awal ketertarikannya terhadap
lingkungan muncul, yaitu saat ia
menghadiri sebuah pertemuan
yang bertema J and Peace.
Termasuk peace-nya itu sendiri
adalah berdamai dengan alam.
Dari sana, Bu Lely sadar ia harus
melakukan acon. Dari situ ia
terus menurus melakukan kegiatan
lingkungan hidup.
Masih kurangnya kesadaran
Harapan
Harapan saya untuk
keuskupan bogor, sebenarnya jika
sesama komisi bisa bersinergi,
pas itu akan baik sekali, jawab
beliau keka ditanya mengenai
harapannya terhadap Keuskupan
Bogor.
Menurut pendapatnya, masih
banyak komisi di keuskupan yang
dak mau bersinergi dengan komisi
lainnya. Gengsi, ingin menonjol
adalah alasan yang menurut Bu
Lely kenapa ada beberapa komisi
yang dak mau bersinergi. Jika dak
mau bersinergi, beliau mengatakan
pas komisi tersebut akan sulit
berkembang. Tapi, jika mau
bersinergi pas akan bagus.
Semoga banyak orang-orang
gereja, terutama mereka yang
masih muda lebih sadar dan
peduli terhadap lingkungan. Tidak
hanya sadar dan peduli, tapi juga
merawat dan menjaganya. Dan
jangan bersifat sementara saja, tapi
selamanya agar bumi kita hijau dan
indah.
Bu Lely juga menawarkan
untuk seluruh umat Keuskupan
Bogor, jika mau bibit, tanaman
atau yang berhubungan dengan
lingkungan bisa menghubungi
dirinya. Dengan senang ha beliau
akan membantu.n Astri
Narasumber :
Yusefin Lely Kusumaningsih, SH
Pekerjaan : Notaris
Tanggal lahir : 20 Oktober 1963
35
KIPRAH
Proud to be Catholic
36
KIPRAH
37
KIPRAH
KIPRAH
39
KIPRAH
40
KIPRAH
Gloriam.
Akhirnya, acara dilanjutkan
dengan penampilan gerak dan lagu
yang dibawakan oleh anak-anak BIA
(bina iman anak) paroki Semplak.
Juga pembagian hadiah-hadiah
dari berbagai perlombaan dalam
rangka pendirian Paroki St. Ignaus
Loyola serta ramah tamah bersama.
Proficiat bagi umat Semplak.
nFrans P. Liwun
Keuskupan Bogor.
Kemudian dilanjutkan dengan
pemaparan tentang Program Kerja
DPP Paroki St. Thomas Kelapa Dua,
dengan tujuan agar para peserta
KEP-7 ikut berperan akf dalam
pelayanan nyata gereja dan ikut
mensukseskan program-program
kerja yang telah dibuat dan
disetujui oleh Pastor Paroki beserta
jajarannya di DPP.
Padatnya acara retret kali
ini dak menyurutkan semangat
peserta dan pania KEP-7. Acara
ditutup dengan pemilihan ketua
pania untuk KEP-8. Setelah foto
bersama, dilanjutkan dengan
sharing pengalaman antara pania
dan peserta untuk persiapan
KEP tahun depan, acara Retret
Perutusan 2015 ini ditutup dengan
doa dan makan siang bersama.
Retret Pengutusan ini
membawa kesan luar biasa bagi
seap peserta yang turut serta.
Mereka mengatakan bahwa dengan
ikut serta dalam kegiatan ini selain
menambah keakraban satu sama
lain. Mereka juga menjadi lebih
sadar akan betapa baiknya Tuhan,
merasa lebih dekat secara personal
dengan Yesus sang juru selamat
pembawa damai di ha.
Mereka ingin segera
menyebarkan kabar baik, ingin
lebih akf dan mengajak orang
mengenal lebih dekat dengan
Kristus, bahkan tak sedikit yang
menerima mukjizat penyembuhan.
"Bertolaklah ketempat yang dalam
dan terbarkanlah jalamu."naureliarani
41
KIPRAH
Family Weekend:
Keluarga Sumber
Sukacita
Keuskupan Bogor mulai pada 3 s/d 5 Juli 2015, merayakan
family weekend yang bertempat di Cikanyere. Keluarga
Sumber Sukacita adalah tema yang diangkat dalam
family weekend. Tercatat 421 peserta meramaikan acara
ini. Akhir pekan keluarga ini diawali dengan ekaristi oleh
Mgr. Paskalis Bruno Syukur. Beliau di dampingi RD. Alfonsus
Sutarno, RD. Yustinus Monang Damanik dan RD. Sutrisno.
42
israhat.
Memasuki hari kedua, kegiatan
hari itu diawali dengan perayaan
ekaris oleh RD. Sutrisno. Setelah
itu, dilanjutkan dengan makan pagi
dan pukul 08.00 s/d 09.30 WIB
dimulainya Seksi pertama oleh Mgr.
Paskalis berkaitan dengan potret
kondisi terkini keluarga Keuskupan
Bogor.
Sesi pertama ini, peserta dibagi
KIPRAH
43
MANCANEGARA
Drs. M. Yusuf Hidayat, MA:
44
MANCANEGARA
pihak aparat jangan main-main,
harus segera ditangani dengan
serius. Buat saya NKRI adalah harga
ma, tegas Dosen Universitas
Indonesia ini.
Pembangunan Sulit
Terwujud Kalau Hubungan
Antar Umat Beragamanya
Kisruh
45
MANCANEGARA
Nur Mahmudi dalam wawancara
mengatakan, pertama, dia
mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua warga di Kota
Depok atas par
sipasi mereka
dalam membangun Kota Depok
sehingga berada pada
ngkat
kemiskinannya sangat rendah
dibandingkan dengan rata-rata
nasional. Rata-rata kemiskinan
nasional itu 11,67 persen
sementara Kota Depok hanya 2,37
persen.
Kedua,
ngkat par
sipasi
masyarakat juga membuat ratarata lama sekolah di Kota Depok
sudah 11 tahun lebih. Kemudian
angka harapan hidupnya 37,75
persen, dan ini merupakan
posisi ter
nggi nasional kedua
setelah Kabupaten Sleman,
Daerah Is
mewa Jogjakarta.
Hal ini terwujud karena rajinnya
masyarakat untuk membantu
membangun kesehatan, dunia
pendidikan, perekonomiannya.
Sementara ngkat
kesejahteraan warga Depok
sangat bagus karena Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)
sudah pada posisi ga besar,
mengalahkan kota-kota legendaris
dan popular bahkan dibanding
kota yang sudah jauh lebih lama
berdiri seper Banten, Bandung,
Surabaya, Solo, Semarang,
Palembang. Kita mengalahkan
semua, ungkapnya.
Kondisi ini, menurut
Mahmudi, agar semua warga
Depok menger dan mensyukuri
yang kemudian bisa dilanjutkan
untuk menjadi lebih bagus lagi.
Amanahnya, pendidikan harus
lebih dingkatkan lagi, daya beli
dan ekonomi terus dikuatkan lagi.
Jangan menyerah hanya berhen
hanya cukup pada nomor ga
walaupun saat ini Depok relave
sebuah kota baru,ujarnya.
Pada tanggal 7 11 September 2015 diadakan Pertemuan UNIO Regio Jawa. UNIO Regio
Jawa merupakan wadah pertemuan imam-imam diosesan yang diadakan setiap tiga tahun
sekali. Pada kesempatan ini, Keuskupan Agung Semarang mendapat kepercayaan menjadi
tuan rumah dan mengambil tempat di Hotel Puri Asri, Magelang, Jawa Tengah.
46
Kegiatan Pembuka
Pada pukul 17.00 pada 7
September, kegiatan diawali dengan
MANCANEGARA
Napak Tilas
Pukul 04.15 pada 8 September,
di seap kamar peserta berbunyi
Morning Call sebagai tanda
peserta harus segera bangun dan
berkumpul di Lobby Hotel untuk
memulai kegiatan hari ini. Terlihat
dari wajah-wajah segar seluruh
peserta, menunjukkan mereka
siap memulai perjalanan napak
las menuju Stasi Kerug. Setelah
pembagian Bus, peserta berangkat
menuju k pemberangkatan di
tempat rekreasi Rumah Kamera,
Desa Majaksingi.
Sebanya di Lokasi, semua
peserta berkumpul melakukan
pemanasan, dan dilanjutkan
pengarahan dari Kepala Desa
Majaksingi dan Kapolsek
Borobudur. Setelah doa dan foto
47
MANCANEGARA
Maria
Sendangsono. Canda tawa
peserta semakin ramai keka
mereka menaiki truk. Banyak dari
mereka menirukan suara-suara
kambing dan sapi yang membuat
umat dan peserta tertawa lepas.
Pukul 12.00, peserta sudah
ba di Goa Maria. Sambil menan
jadwal Ekaris pukul 15.00, banyak
peserta memanfaatkan waktu
untuk dur memulihkan tenaga.
Perayaan Ekaristi
Tahun Hidup Bakti
Pukul 15.00, Ekaris Perayaan
Tahun Hidup Keuskupan Agung
Semarang dimulai. Ekaris yang
dihadiri ribuan umat, serta ratusan
imam dan biarawan-biarawa
ini dipimpin oleh Mgr. Johanes
Pujasumarta didampingi Mgr.
Antonius Subianto (Uskup Bandung)
dan Mgr. Blasius Pujaraharja (Uskup
Emeritus Ketapang) beserta empat
imam yang berkarya di Keuskupan
Agung Semarang.
Dalam Homilinya, Mgr.
Pujasumarta menjelaskan bahwa
perayaan ini sudah dipersiapkan
sejak lama. Beliau juga
menyampaikan melalui perayaan
ini, kita diajak untuk melihat betapa
indahnya panggilan Tuhan. Allah
yang kita imani itu misteri, tetapi
bisa kita imani dan kita alami dalam
hidup kita. Sehingga seap pribadi
yang menjawab panggilanNya bisa
sampai pada pengosongan diri.
Lebih lanjut beliau
menyampaikan: misteri itu
48
bermakna
karena ada Yesus Kristus yang
merupakan kabar dari Allah yang
dak kelihatan itu. Yesus Kristus
hadir di tengah-tengah kita
dipersiapkan oleh Allah sendiri
begitu rupa sampai menjadi
manusia oleh karena daya kekuatan
Roh Kudus melalui Bunda Maria
yang kelahirannya kita rayakan hari
ini. Jaman sekarang mungkin orang
acuh tak acuh dengan misteri Tuhan
itu. Hal ini terjadi karena buah-buah
dari sekularisme yang melanda
dunia ini.
Dalam Perayaan Ekaris
ini, juga diadakan pengucapan
Kaul Eremit Diosesan oleh Romo
Marnus Suhartono Sanjoyo yang
selama lima tahun ini mencoba
hidup seturut cara hidup eremit.
Pukul 17.10, Perayaan Tahun Hidup
Bak selesai. Para peserta kegiatan
UNIO regio jawa melanjutkan
kegiatan dengan berkumpul di
Paroki Promasan dan kemudian
menuju penginapan.
Seminar dan
Kunjungan
Setelah para peserta
menyelesaikan kegiatan hari
pertama dan kedua, pada hari
kega, mereka disuguhkan jadwal
studi dan berbagi pengalaman
seputar Imam Diosesan dan
bagaimana menjadi Imam Diosesan
masa kini dan masa depan.
Setelah sarapan, pukul 08.10
kegiatan studi dimulai dengan
pembicara Mgr. Blasius Pujaraharja
dan
RD. Dominikus
Bambang. Kedua narasumber
memaparkan lika-liku awal
keberadaan Imam Diosesan. Mgr.
Blasius memulai dengan ungkapan
Sejarah adalah guru kehidupan.
Beliau juga mencoba melihat
kembali pengalaman napak las
dihari kedua, meskipun hanya
sebentar, namun menghadirkan
pengalaman.
Sedangkan tentang Imam
Diosesan pertama Keuskupan
Agung Semarang beliau
mengungkapkan bahwa Imam
perins berani memulai sesuatu
yang baru dalam kesendirian di
tengah-tengah imam-imam tarekat.
Mereka harus menemukan sendiri
ja diri Imam Diosesan.
Lebih lanjut beliau juga
mengungkapkan Imam Projo itu
hidup sendiri tanpa kelompok yang
mendukungnya, hanya bergantung
pada uskup dan keuskupannya.
Untuk meneruskan karya perins,
mereka pada awalnya dak
didukung finansial yang mencukupi.
Selain itu, hingga beberapa tahun
yang lalu, imam projo seolah-olah
dianggap sebagai imam kelas dua
yang hidupnya dak diikat dengan
pengucapan kaul.
Sedangkan RD. Bambang
mengungkapkan pengalaman
pribadi yang dianggap sebagai
imam kelas empat, disamakan
dengan awam. Beliau juga
mengungkapkan penilaianpenilaian itu muncul dikalangan
MANCANEGARA
umat awam. Catatan akhir dari dua
pembicara setelah tanya jawab
adalah: ciri utama dari Imam
Diosesan yang mau ditampilkan
adalah kemesraan dengan umat
awam terutama yang lemah tanpa
melepaskan jaringan dengan imamimam dari tarekat yang lain.
Sejarah adalah catatan data,
tetapi lebih dari itu bagaimana kita
mampu menafsirkan catatan data di
masa lalu. Kita bersama diingatkan
perlu adanya ruang rohani yang
menjadi dasar misioner. Munculnya
imam kelas, dak akan muncul
lagi bila karya yang dipercayakan
mampu dijalankan dengan
sungguh-sungguh.
Setelah menikma snack,
kegiatan dilanjutkan dengan 2
narasumber berikutnya yaitu: Mgr.
Vincenus Sukno dan RD. Simon
L Tjahjadi. Pembicara pertama,
RD. Simon mengungkapkan
pemaparan melalui pendekatan
historis supaya menger asalnya
sehingga mengetahui tujuan.
Siapa yang dak mengenali masa
lalunya akan mengulangi kesalahan
yang sama itulah mengapa beliau
mengungkapkan pendekatan
historis begitu penng. Dengan
gamblang beliau memberikan
pemetaan perkembangan imam
diosesan.
Dibagian kedua, Mgr.
Sukno lebih pada pengungkapan
gambaran Imam Diosesan dan
bagaimana beliau dalam karya
di Keuskupan Surabaya bersama
juga dengan para imam projonya.
Selain kedua pembicara tersebut,
Mgr. Antonius Subianto juga
diminta untuk mengungkapkan
pengalamannya. Dengan canda
khasnya beliau sempat juga
menyampaikan pengalaman
dianggap sebagai kacang lupa
kulitnya karena dalam berbagai
kesempatan terlihat fokus pada
imam projo.
Pada session sore, disuguhkan
pembicara dari perwakilan umat
Penutup Kegiatan
Pukul 06.00-07.00, kegiatan
dimulai dengan pertemuan
perwakilan imam dari keuskupan
regio jawa untuk membahas
rekomendasi kegiatan untuk
dipaparkan kepada semua peserta.
Setelah sarapan, pukul 08.10,
disampaikan hasil pembahasan
yang sudah menjadi rekomendasi
bersama. Rekomendasi ini juga
menjadi acuan untuk kegiatan
Temu Imam Diosesan Regio Jawa
selanjutnya.
Seluruh rangkaian kegiatan
selama lima hari ini ditutup dengan
Perayaan Ekaris yang dipimpin
49
MANCANEGARA
50
nAloisius Johnsis
MANCANEGARA
51
MANCANEGARA
52