Professional Documents
Culture Documents
A. PENGANTAR
2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat, walaupun
akibatnya lebih ringan dari yang pertama
3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi dapat mewabah
yang menimbulkan kerugian materi.
Perbedaan masa tunas denga wakru generasi yaitu Masa tunas ditentukan oleh
masuknya unsur penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat
ditentukan pada penyakit dengan gejala yang terselubung, waktu generasi ialah waktu
masuknya unsur penyebab penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut
untuk menularkan kepada pejamu lain walau tanpa gejala klinik atau terselubung.
• Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup
dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka
terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara.
Adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul dalam satu satuan
waktu tertentu di kalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta memiliki
risiko atau kerentanan terhadap penyakit tersebut.
Formula angak serangan ini adalah banyaknya kasus baru (tidak termasuk
kasus pertama) dibagi dengan banyaknya orang yang peka dalam satu jangka waktu
tertentu.
Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakkan diri secara jelas
dan nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat didiagnosa
tanpa cara tertentu seperti test tuberkulin, kultur tenggorokan, pemeriksaan
antibodi dalam tubuh dll.
Kelompok penyakit dengan keadaan lebih banyak penderita tanpa gejala atau
hanya gejala ringan saja, tidak tampak pada berbagai tingkatan, patogenisitas rendah.
Contoh: Rabies
Sumber Penularan
1. Penderita
2. Pembawa kuman
3. Binatang sakit
4. Tumbuhan/benda
Cara Penularan
1. Kontak langsung
2. Melalui udara
3. Melalui makanan atau minuman
4. Melalui vector
Keadaan Pejamu
1. Keadaan umum
2. Kekebalan
3. Status gizi
4. Keturunan
1. mukosa ataukulit
1. saluran pencernaan
2. saluran pernapasan
3. saluran urogenitalia
4. gigitan, suntikan, luka
5. placenta
a. Infektivitas
a. Patogenesis
Virulensi adalah nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang berat
terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis jelas.
a. Imunogenisitas
1. Mekanisme Patogenesis
1. Sumber penularan
Kelompok penyakit menular yang hanya dijumpai atau lebih sering hanya
dijumpai pada manusia. Penyakit ini umumnya berpindah dari manusia ke
manusia dan hanya dapat menimbulkan penyakit pada manusia saja.
2. Incubatory carrier (masa tunas), “Mereka yang masih dalam masa tunas tetapi telah
mempunyai potensi untuk menularkan penyakit”.
3. Convalescent carrier (baru sembuh klinis), “Mereka yang baru sembuh dari penyakit
menular tertentu tetapi masih merupakan sumber penularan penyakit tersebut untuk
masa tertentu”.
3) Reservoir yang umumnya selalu bersifat penderita akan tetapi dapat menularkan
langsung penyakitnya ke pejamu potensial lainnya, tetapi harus melalui perantara
hidup
Referensi :
2.1. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi Imunisasi adalah suatu
tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh
manuasia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya
kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan
kuman tertentu. Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap
penyakit lain. (Depkes RI, 1994)
Pada tahun 1984, cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai 4%.
Dengan strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73% pada
akhir tahun 1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat infrastruktur dan
kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor internasional (antara lain
WHO, UNICEF, USAID) program berupaya mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin
dan peralatan rantai dinginnya serta melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin
. Pada akhir tahun 1989, sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan
pelayanan imunisasi dasar secara teratur. (Abednego, 1997)
2.2. Pentingnya Imunisasi dan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah
penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas.
Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian
dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit
tersebut dimasukkan pada program imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis,
tetanus, polio, campak dan hepatitis-B.
2.2.1. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit TBC ini dapat menyerang semua
golongan umur dan diperkirakan terdapat 8 juta penduduk dunia diserang TB denga
kematian 3 juta orang per tahun. Di negara-negara berkembang kematian ini merupakan
25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan
95% penderita TBC berada di Negara berkembang. (Depkes RI, 1992).
2.2.2. Difteri
2.2.3. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
Bordotella pertusis pada saluran pernafasan. Penyakit ini merupakan penyakit yang
cukup serius pada bayi usia dini dan tidak jarang menimbulkan kamatian. Seperti halnya
penyakit infeksi saluran pernafasan akut lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat
penularannya. Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kesakitan terutama di daerah yang padat penduduk.
2.2.4. Tetanus
2.2.5. Poliomielitis
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Berdasarkan hasil
surveilans AFP (Acute Flaccide Paralysis) dan pemeriksaan laboratorium, penyakit ini
sejak tahun 1995 tidak ditemukan di Indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa
tahun terkahir kembali ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.
2.2.6. Campak
Penyakit campak (Measles) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular, menyerang hampir semua anak
kecil. Penyebabnya virus dan menular melalui saluran pernafasan yang keluar saat
penderita bernafas, batuk dan bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal
oleh masyarakat terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapa daerah penyakit ini
dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh semua anak, sedangkan di daerah lain
dikaitkan dengan pertumbuhan anak.
2.2.7. Hepatitis B
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis
B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di Indonesia karena
prevalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui
pemberian imunisasi hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar
mereka terlindungi dari penularan hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya. Dengan
demikian integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi dasar pada kelompok bayi
dan anak-anak merupakan langkah yang sangat diperlukan.
Untuk tercapainya program tersebut perlu adanya pemantauan yang dilakukan oleh
semua petugas baik pimpinan program, supervisor dan petugas imunisasi vaksinasi.
Tujuan pemantauan menurut Azwar (2003) adalah untuk mengetahui sampai dimana
keberhasilan kerja, mengetahui permasahan yang ada. Hal ini perlu dilakukan untuk
memperbaiki program.
Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan intrakutan
dengan dosis 0,05 ml. Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberkulin
konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknya tuberkulin konversi tergantung pada potensi
vaksin dan dosis yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan
suntikan yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya abses ditempat suntikan.
Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus disimpan pada suhu 20 C. (Depkes RI,
2005)
Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian
vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan
ditambah dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml
diberikan secara subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan
sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah
penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat
penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang,
kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya
pemberian vaksin DPT diganti dengan DT. (Depkes RI, 2005)
Untuk kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang
mengandung viruis polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dari Sabin. Vaksin
yang diberikan melalui mulut pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak
waktu pemberian 4 minggu. (Depkes RI, 2005)
Pemberian tetanus toksoid pada ibu hamil dapat mencegah terjadinya tetanus
neonatorum pada bayi baru lahir yang ditolong dengan tidak steril dan pemotongan tali
pusat memakai alat tidak steril. Imunisasi terhadap difteri dan pertusis dimulai sejak
umur 2-3 bulan dengan selang 4-8 minggu sebanyak 3 kali akan memberikan
perlindungan mendekati 100% sampai anak berusia 1 tahun. Imunisasi campak diberikan
1 kali akan memberikan perlindungan seumur hidup. Imunisasi poliomyelitis dapat
memberikan perlindungan seumur hidup apabila telah diberikan 4 kali. (Ibrahim, 1991).
Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang tidak
diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima yang satu
dengan penerima lainnya. Efek samping imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah
suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga berhubungan
dengan imunisasi. Penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi terbagi atas empat macam,
yaitu kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan
dan penyebab tidak diketahui. Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala
lokal dan sistemik. Gejala lokal seperti nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan
indurasi pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan
pencernaan, lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan. (Depkes, 2000)
2.2.Karakteristik Ibu
Penyebaran masalah kesehatan berbeda untuk tiap individu, kelompok dan masyarakat
dibedakan atas tiga macam yaitu : Ciri-ciri manusia/karakteristik, tempat dan waktu.
Menurut Azwar,Azrul (1999) salah satu faktor yang menentukan terjadinya masalah
kesehatan di masyarakat adalah ciri manusia atau karakteristik .Yang termasuk dalam
unsur karakteristik manusia antara lain: umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan,status sosial ekonomi,ras/etnik,dan agama.Sedangkan dari segi tempat
disebutkan penyebaran masalah kesehatan dipengaruhi oleh keadaan geografis, keadaan
penduduk dan keadaan pelayanan kesehatan.Selanjutnya penyebaran masalah kesehatan
menurut waktu dipenaguruhi oleh kecepatan perjalanan penyakit dan lama terjangkitnya
suatu penyakit. Begitu juga halnya dalam masalah status imunisasi dasar bayi juga
dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan faktor tempat,dalam hal ini adalah jarak rumah
dengan puskesmas/tempat pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini ,karakteristik ibu
yang peneliti diteliti adalah :
2.2.1 Umur
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama.Umur
mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta sifat
resistensi.Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan
keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut (Noor,N.N,2000)
Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras,pendidikan, dan status sosial ekonomi
berhubungan dengan cakupan imunisasi dan opini orang tua tentang vaksin berhubungan
dengan status imunisasi anak mereka.( Ali, Muhammad, 2002) .
2.2.2. Pendidikan
Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin
tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan
semakin diperhitungkan. Menurut Azwar (1996), merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta
berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu
pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut.Pemahaman
ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oeleh tingkat pendidikan
ibu.(Ali,Muhammad,2002).
Pada masa yang akan datang di Indonesia akan terjadi perubahan dari negara agraris
menjadi negara industri. Dengan terjadinya peralihan itu, mengakibatkan banyak tenaga
kerja yang kemungkinan tidak akan tertampung di sektor industri, sehingga sebagian
besar diantaranya akan terjun ke lapangan kerja informal. Sementara itu, karena adanya
perbaikan pendidikan dan perhatian terhadap perempuan menyebabkan semakin
meningkatnya tenaga kerja perempuan, baik di sektor formal maupun informal.batasan
Ibu yang bekerja adalah ibu – ibu yang melakukan aktifitas ekonomi mencari penghasilan
baik di sektor formal maupun informal, yang dilakukan secara reguler di luar
rumah.Tentunya aktifitas ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu yang
dimiliki ibu untuk memberikan pelayanan/kasih sayang terhadap anaknya termasuk
perhatian ibu pada imunisasi dasar anak tersebut.
Pengetahuan adalah seluruh pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang
dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupan.
Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala
sesuatu, termasuk praktek atau kemauan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan
hidup yang belum dibuktikan secara sistimatis. (Azwar, 1996)
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap objek tertentu melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Slamet (1999),
pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu
tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari atau
kondisi yang sebenarnya, analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi
ini terkait dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek.
Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi/ balita sangat
memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan
imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Pemanfaatan pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh komponen-komponen pendorong yang menggambarkan faktor-faktor
individu secara tidak langsung berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan
yang mencakup beberapa faktor, terutama faktor pengetahuan ibu tentang kelengkapan
status imunisasi dasar bayi atau anak. Komponen pendukung antara lain kemampuan
individu menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor
pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau penghasilan. (Depkes RI, 2000)
Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari pendidikan atau pengamatan serta informasi
yang didapat seseorang. Pengetahuan dapat menambah ilmu dari seseorang serta
merupakan proses dasar dari kehidupan manusia. Melalui pengetahuan, manusia dapat
melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya
berkembang. Semua aktivitas yang dilakukan para ibu seperti dalam pelaksanaan
imunisasi bayi tidak lain adalah hasil yang diperoleh dari pendidikan. (Slamet, 1999)
Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin
tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan
semakin diperhitungkan. Menurut Azwar (1996), merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta
berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat.
Sebagai contoh adalah hasil beberapa penelitian yang menyebutkan peningkatan status
kelengkapan imunisasi bayi/ anak akan meningkat seiring meningkatnya pendidikan dan
pengetahuan ibu. Diantaranya menurut Singarimbun (1986), menyebutkan kelengkapan
status imunisasi anak tertinggi pada ibu yang berpendidikan SLTP keatas sebanyak
30,1%. Syahrul,Fariani.,dkk (2002) dalam kesimpulan penelitiannya juga mengemukakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahun ibu dan keterpaparan informasi
dengan status imunisasi,tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi sebagian besar
(73,0%) sudah baik Namun demikian juga masih didapat sebagian kecil (4%) yang
tergolong kurang.
Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting, karena penggunaan
sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan ibu tentang
kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi.Masalah pengertian dan keikutsertaan
orang tua dalam program imunisasi tidak akan menjadi halangan yang besar jika
pendidikan kesehatan yang memadai tentang hal itu diberikan.Peran seorang ibu pada
program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang program ini
amat diperlukan untuk kalangan tersebut.(Ali,Muhammad,2002)
Ali,Muhammad , Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja
Tentang Imunisasi, Medan,2002.http://library.usu.ac.id/modules.php.
op=modload [16 Januari,2008 ]