You are on page 1of 9

1. Menjelaskan proses pembentukan minyak bumi dan gas alam.

2. Menafsirkan bagan penyulingan bertingkat untuk menjelaskan dasar dan teknik


pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi.
3. Membedakan kualitas bensin berdasarkan bilangan oktannya.
4. Menganalisis dampak pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan.

A. Proses Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam

Para ahli berpendapat bahwa minyak bumi terbentuk dari pelapukan sisa
kehidupan purba (hewan, tumbuhan, dan jasad-jasad renik) yang terpendam
bersama air laut dan masuk ke dalam batuan pasir, lempung, atau gamping yang
terdapat di dalam lapisan kerak bumi selama berjuta-juta tahun melalui proses
fisika dan kimia. Proses terbentuknya minyak bumi dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Pada zaman purba, di darat dan di dalam lautan hidup beraneka ragam binatang
dan tumbuh-tumbuhan. Binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati ataupun
punah itu akhirnya tertimbun di bawah endapan lumpur. Endapan lumpur ini
kemudian dihanyutkan oleh arus sungai menuju lautan bersama bahan organik
lainnya dari daratan.
b. Selama berjuta-juta tahun, sungai-sungai menghanyutkan pasir dan lumpur ke
dasar laut dan membuat lapisan batuan yang bercampur dengan fosil-fosil
binatang dan tumbuh-tumbuhan.
c. Akibat peristiwa alam, lapisan dan permukaan bumi mengalami perubahan
besar berupa pergeseran-pergeseran sehingga fosil hewan dan tumbuhan yang
terkubur di perut bumi masuk ke celah-celah lapisan bumi yang bersuhu dan
bertekanan tinggi. Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi, dan tekanan beban
lapisan batuan di atasnya, menyebabkan binatang dan tumbuh-tumbuhan yang
mati tadi mengalami proses penguraian berupa perubahan kimia, berubah
menjadi bintik-bintik dan gelembung minyak yang berbentuk cairan kental dan
gas. Akibat pengaruh yang sama, maka endapan lumpur berubah menjadi batuan
sedimen. Batuan lunak yang berasal dari lumpur yang mengandung bintik-bintik
minyak dikenal sebagai batuan induk atau “source rock”.
d. Karena ringan, minyak bumi akan terdorong dan terapung, lalu bergerak
mencari tempat yang lebih baik (berimigrasi menuju tempat yang bertekanan
lebih rendah) untuk berhenti dan terperangkap dalam batuan sedimen yang
kedap atau kadang-kadang merembes ke luar permukaan bumi. Batuan sedimen
tersusun atas fragmen-fragmen atau butiran mineral dari yang halus sampai
yang kasar satu sama lain saling terikat oleh materi yang sangat halus dan
berfungsi sebagai “semen”, sehingga di antaranya terdapat pori-pori. Pada
kondisi tertentu, pori-pori ini dapat mengandung fluida minyak, gas, atau air.
Peristiwa terperangkapnya minyak bumi dan gas alam dalam batuan sedimen
disebut proses “akumulasi”.

1|Halaman
Berapa lama proses terbentuknya minyak bumi? Mengenai hal ini masih
terdapat pendapat yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan ribuan tahun, ada
yang mengatakan jutaan tahun, bahkan ada yang berpendapat lebih dari itu.
Namun diduga, minyak bumi terbentuk paling sedikit 2 juta tahun yang lalu, dan
ada juga yang berpendapat bahwa minyak bumi terbentuk 500-2500 juta tahun
yang lalu.

Membahas identifikasi minyak bumi tidak dapat lepas dari bahasan teori
pembentukan minyak bumi dan kondisi pembentukannya yang membuat suatu
minyak bumi menjadi spesifik dan tidak sama antara suatu minyak bumi dengan
minyak bumi lainnya. Ada banyak hipotesa tentang terbentuknya minyak bumi
yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah:

1. Teori Biogenesis (organik)

Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali


mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Kemudian M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan
hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti,
New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer.
Mereka menyatakan bahwa: Minyak dan gas bumi berasal dari organisme
laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu dan membentuk sebuah
lapisan dalam perut bumi.

2. Teori Abiogenesis (Anorganik)

2|Halaman
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat
logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan
bersentuhan dengan CO2 membentuk -asitilena. Kemudian Mandeleyev
(1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya
pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih
ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa
minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi
terbentuk dan bersamaan dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan
tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam
beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain.

Dari sekian banyak hipotesa tersebut yang sering dikemukakan adalah Teori
Biogenesis, karena lebih bisa. Teori pembentukan minyak bumi terus
berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi dan teknik analisis
minyak bumi, sampai kemudian pada tahun 1984 G. D. Hobson dalam tulisannya
yang berjudul The Occurrence and Origin of Oil and Gas menyatakan bahwa : The
type of oil is dependent on the position in the deposition a basin, and that the oils
become lighter in going basin ward in any horizon. It certainly seems likely that the
depositional environment would determine the type of oil formed and could exert
an influence on the character of the oil for a long time, even thought there is
evolution.
Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya
kebocoran kecil yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi
antara atmosfir dengan permukaan bumi, yang digambarkan dengan dua panah
dengan arah yang berlawanan, dimana karbon diangkut dalam bentuk karbon
dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbondioksida di atmosfir berasimilasi,
artinya CO2 diekstrak dari atmosfir oleh organisme fotosintetik darat dan laut.
Pada arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi
makhluk hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme).
Dalam proses ini, terjadi kebocoran kecil yang memungkinkan satu bagian
kecil karbon yang tidak dibebaskan kembali ke atmosfir dalam bentuk CO 2, tetapi
mengalami transformasi yang akhir-nya menjadi fosil yang dapat terbakar.
Bahan bakar fosil ini jumlahnya hanya kecil sekali. Bahan organik yang
mengalami oksidasi selama pemendaman. Akibatnya, bagian utama dari karbon
organik dalam bentuk karbonat menjadi sangat kecil jumlahnya dalam batuan
sedimen.
Pada mulanya senyawa tersebut (seperti karbohidrat, protein dan lemak)
diproduksi oleh makhluk hidup sesuai dengan kebutuhannya, seperti untuk
mempertahankan diri, untuk berkembang biak atau sebagai komponen fisik dan
makhluk hidup itu. Komponen yang dimaksud dapat berupa konstituen sel,
membran, pigmen, lemak, gula atau protein dari tumbuh-tumbuhan, cendawan,
jamur, protozoa, bakteri, invertebrata ataupun binatang berdarah dingin dan

3|Halaman
panas, sehingga dapat ditemukan di udara, pada permukaan, dalam air atau
dalam tanah.
Apabila makhluk hidup tersebut mati, maka 99,9 % senyawa karbon dan
makhluk hidup akan kembali mengalami siklus sebagal rantai makanan,
sedangkan sisanya 0,1 % senyawa karbon terjebak dalam tanah dan dalam
sedimen. Inilah yang merupakan cikal bakal senyawa-senyawa fosil atau dikenal
juga sebagai embrio minyak bumi. Embrio ini mengalami perpindahan dan akan
menumpuk di salah satu tempat yang kemungkinan menjadi reservoar dan ada
yang hanyut bersama aliran air sehingga menumpuk di bawah dasar laut, dan
ada juga karena perbedaan tekanan di bawah laut muncul ke permukaan lalu
menumpuk di permukaan dan ada pula yang terendapkan di permukaan laut
dalam yang arusnya kecil.
Embrio kecil ini menumpuk dalam kondisi lingkungan lembab, gelap dan
berbau tidak sedap di antara mineral-mineral dan sedimen, lalu membentuk
molekul besar yang dikenal dengan geopolimer. Senyawa-senyawa organik yang
terpendam ini akan tetap dengan karakter masing-masing yang spesifik sesuai
dengan bahan dan lingkungan pembentukannya. Selanjutnya senyawa organik
ini akan mengalami proses geologi dalam perut bumi. Pertama akan mengalami
proses diagenesis, dimana senyawa organik dan makhluk hidup sudah
merupakan senyawa mati dan terkubur sampai 600 meter saja di bawah
permukaan dan lingkungan bersuhu di bawah 50°C.
Pada kondisi ini senyawa-senyawa organik yang berasal dan makhluk hidup
mulai kehilangan gugus beroksigen akibat reaksi dekarboksilasi dan dehidratasi.
Semakin dalam pemendaman terjadi, semakin panas lingkungannya, penam-
bahan kedalaman 30 - 40 m akan menaik-kan temperatur 1°C. Di kedalaman
lebih dan 600 m sampai 3000 m, suhu pemendaman akan berkisar antara 50 -
150 °C, proses geologi kedua yang disebut katagenesis akan berlangsung, maka
geopolimer yang terpendam mulal terurai akibat panas bumi.
Komponen-komponen minyak bumi pada proses ini mulai terbentuk dan
senyawa-senyawa karakteristik yang berasal dan makhluk hidup tertentu
kembali dibebaskan dari molekul. Bila kedalaman terus berlanjut ke arah pusat
bumi, temperatur semakin naik, dan jika kedalaman melebihi 3000 m dan suhu
di atas 150°C, maka bahan-bahan organik dapat terurai menjadi gas bermolekul
kecil, dan proses ini disebut metagenesis.
Setelah proses geologi ini dilewati, minyak bumi sudah terbentuk bersama-
sama dengan bio-marka. Fosil molekul yang sudah terbentuk ini akan mengalami
perpindahan (migrasi) karena kondisi lingkungan atau kerak bumi yang selalu
bergerak rata-rata se-jauh 5cm per tahun, sehingga akan ter-perangkap pada
suatu batuan berpori, atau selanjutnya akan bermigrasi membentuk suatu sumur
minyak.
Apabila dicuplik batuan yang memenjara minyak ini (batuan induk) atau
minyak yang terperangkap dalam rongga bu-mi, akan ditemukan fosil senyawa-
senyawa organik. Fosil-fosil senyawa inilah yang ditentukan strukturnya

4|Halaman
menggunaan beberapa metoda analisis, sehingga dapat menerangkan asal-usul
fosil, bahan pembentuk, migrasi minyak bumi serta hubungan antara suatu
minyak bumi dengan minyak bumi lain dan hubungan minyak bumi dengan
batuan induk.

B. Bagan Penyulingan Bertingkat dan teknik pemisahan Fraksi-fraksi Minyak


Bumi

Minyak bumi merupakan campuran senyawa-senyawa hidrokarbon. Untuk dapat


dimanfaatkan perlu dipisahkan melalui distilasi bertingkat, yaitu cara pemisahan
fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya pada kolom
bertingkat. Komponen utama minyak bumi dan gas alam adalah alkana.

Gas alam mengandung 80% metana, 7% etana, 6% propana, 4% butana dan


isobutana, sisanya pentana. Untuk dapat dimanfaatkan gas propana dan butana
dicairkan yang dikenal sebagai LNG (Liquid Natural Gas). Karena pembakaran gas
alam murni lebih efisien dan sedikit polutan, maka gas alam banyak digunakan
untuk bahan bakar industri dan rumah tangga. Dalam tabung kecil sering digunakan
untuk kemah, barbekyu, dan pemantik api. LNG juga banyak digunakan untuk bahan
dasar industri kimia seperti pembuatan metanol dan pupuk.

Senyawa penyusun minyak bumi: alkana, sikloalkana, dan senyawa aromatik. Di


samping itu terdapat pengotor berupa senyawa organik yang mengandung S, N, O,
dan organo logam. Dari hasil distilasi bertingkat diperoleh fraksi-fraksi LNG, LPG,
petroleum eter, bensin, kerosin, solar, oli, lilin, dan aspal.

5|Halaman
C. Kualitas atau Mutu Bensin berdasarkan Bilangan Oktan

Bensin akhir-akhir ini menjadi perhatian utama karena pemakaiannya untuk


bahan bakar kendaraan bermotor sering menimbulkan masalah. Kualitas bensin
ditentukan oleh bilangan oktan, yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah isooktan
dalam bensin.

Bilangan oktan merupakan ukuran kemampuan bahan bakar mengatasi ketukan


ketika terbakar dalam mesin. Bensin merupakan fraksi minyak bumi yang
mengandung senyawa n–heptana dan isooktan. Misalnya, bensin premium yang
beredar di pasaran dengan bilangan oktan 80 berarti bensin tersebut mengandung
80% isooktan dan 20% n–heptana. Bensin super mempunyai bilangan oktan 98
berarti mengandung 98% isooktan dan 2% n–heptana. Pertamina meluncurkan
produk bensin ke pasaran dengan 3 nama, yaitu:

1. Premium (bilangan oktan 80–88),


2. Pertamax (bilangan oktan 91–92), dan
3. Pertamax Plus (bilangan oktan 95).
Penambahan zat anti-ketukan pada bensin bertujuan untuk memperlambat
pembakaran bahan bakar. Untuk menaikkan bilangan oktan antara lain
ditambahkan MTBE (Metyl Tertier Butil Eter), tersier butil alkohol, benzena, atau
etanol.

Tabel Kualitas Bensin Berdasarkan Bilangan Oktan

Kandungan
Bilangan Oktan
Senyawa n-heptane Isooktane
(RON)
(%volum) (%volum)
Bensin premium 82 18 82
Bensin super 98 2 98
Bensin premix 94 13 87 + 20% MTBE
(premix mixture)
heptana 0 100 0
2-metilheptana 23 77 23
heksana 25 75 25
2-metilheksana 44 56 44
1-heptana 60 40 60
pentana 62 38 62
1-pentena 84 16 84
butana 91 9 91
sikloheksana 97 3 97
Isooktana 100 0 100
benzene 101 - 101

6|Halaman
toluene 112 - 112
MTBE 116 - 116

D. Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap Lingkungan

1. Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa, dan tidak merangsang. Hal ini menyebabkan keberadaannya sulit
dideteksi. Padahal gas ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena pada kadar
rendah dapat menimbulkan sesak napas dan pucat. Pada kadar yang lebih tinggi
dapat menyebabkan pingsan dan pada kadar lebih dari 1.000 ppm dapat
menimbulkan kematian. Gas CO ini berbahaya karena dapat membentuk
senyawa dengan hemoglobin membentuk HbCO, dan ini merupakan racun bagi
darah. Oleh karena yang diedarkan ke seluruh tubuh termasuk ke otak bukannya
HbO, tetapi justru HbCO.

Keberadaan HbCO ini disebabkan karena persenyawaan HbCO memang


lebih kuat ikatannya dibandingkan dengan HbO. Hal ini disebabkan karena
afinitas HbCO lebih kuat 250 kali dibandingkan dengan HbO. Akibatnya Hb sulit
melepas CO, sehingga tubuh bahkan otak akan mengalami kekurangan oksigen.
Kekurangan oksigen dalam darah inilah yang akan menyebabkan terjadinya
sesak napas, pingsan, atau bahkan kematian. Sumber keberadaan gas CO ini
adalah pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar minyak bumi. Salah
satunya adalah pembakaran bensin, di mana pada pembakaran yang terjadi di
mesin motor, dapat menghasilkan pembakaran tidak sempurna dengan reaksi
sebagai berikut.

Sumber lain yang menyebabkan terjadinya gas CO, selain pembakaran


tidak sempurna bensin adalah pembakaran tidak sempurna yang terjadi pada
proses industri, pembakaran sampah, pembakaran hutan, kapal terbang, dan
lain-lain. Namun demikian, penyebab utama banyaknya gas CO di udara adalah
pembakaran tidak sempurna dari bensin, yang mencapai 59%. Sekarang ini para
ahli mencoba mengembangkan alat yang berfungsi untuk mengurangi
banyaknya gas CO, dengan merancang alat yang disebut catalytic converter, yang
berfungsi mengubah gas pencemar udara seperti CO dan NO menjadi gas-gas
yang tidak berbahaya, dengan reaksi:

7|Halaman
2. Karbon Dioksida (CO2)

Sebagaimana gas CO, maka gas karbon dioksida juga mempunyai sifat
tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak merangsang. Gas CO 2 merupakan hasil
pembakaran sempurna bahan bakar minyak bumi maupun batu bara. Dengan
semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan semakin banyaknya jumlah
pabrik, berarti meningkat pula jumlah atau kadar CO2 di udara kita.

Keberadaan CO2 yang


berlebihan di udara memang tidak
berakibat langsung pada manusia,
sebagaimana gas CO. Akan tetapi
berlebihnya kandungan CO2
menyebabkan sinar inframerah dari
matahari diserap oleh bumi dan
benda-benda di sekitarnya. Kelebihan
sinar inframerah ini tidak dapat
kembali ke atmosfer karena terhalang
oleh lapisan CO2 yang ada di
atmosfer. Akibatnya suhu di bumi
menjadi semakin panas. Hal ini
menyebabkan suhu di bumi, baik siang maupun malam hari tidak menunjukkan
perbedaan yang berarti atau bahkan dapat dikatakan sama. Akibat yang
ditimbulkan oleh berlebihnya kadar CO2 di udara ini dikenal sebagai efek rumah
kaca atau green house effect.

Untuk mengurangi jumlah CO2 di udara maka perlu dilakukan upaya-


upaya, yaitu dengan penghijauan, menanam pohon, memperbanyak taman kota,
serta pengelolaan hutan dengan baik.

3. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)

Gas belerang dioksida (SO2 ) mempunyai sifat tidak berwarna, tetapi berbau
sangat menyengat dan dapat menyesakkan napas meskipun dalam kadar rendah.
Gas ini dihasilkan dari oksidasi atau pembakaran belerang yang terlarut dalam
bahan bakar miyak bumi serta dari pembakaran belerang yang terkandung
dalam bijih logam yang diproses pada industri pertambangan. Penyebab
terbesar berlebihnya kadar oksida belerang di udara adalah pada pembakaran
batu bara. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya oksida belerang memang
tidak secara langsung dirasakan oleh manusia, akan tetapi menyebabkan
terjadinya hujan asam. Proses terjadinya hujan asam dapat dijelaskan dengan
reaksi berikut.
8|Halaman
a. Pembentukan asam sulfit di udara lembab =
b. Gas SO2 dapat bereaksi dengan oksigen di udara

c. Gas SO3 mudah larut dalam air, di udara lembap membentuk asam sulfat yang
lebih berbahaya daripada SO2 dan H2SO3

Hujan yang banyak mengandung asam sulfat ini memiliki pH < 5, sehingga
menyebabkan sangat korosif terhadap logam dan berbahaya bagi kesehatan. Di
samping menyebabkan hujan asam, oksida belerang baik SO 2 maupun SO3 yang
terserap ke dalam alat pernapasan masuk ke paru-paru juga akan membentuk
asam sulfit dan asam sulfat yang sangat berbahaya bagi kesehatan pernapasan,
khususnya paru-paru.

4. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)


Gas nitrogen monoksida memiliki sifat tidak berwarna, yang pada
konsentrasi tinggi juga dapat menimbulkan keracunan. Di samping itu, gas
oksida nitrogen juga dapat menjadi penyebab hujan asam. Keberadaan gas
nitrogen monoksida di udara disebabkan karena gas nitrogen ikut terbakar
bersama dengan oksigen, yang terjadi pada suhu tinggi. Reaksinya adalah:

Pada saat kontak dengan udara, maka gas NO akan membentuk gas NO 2
dengan reaksi sebagai berikut.

Gas NO2 merupakan gas beracun, berwarna merah cokelat, dan berbau
seperti asam nitrat yang sangat menyengat dan merangsang. Keberadaan gas
NO2 lebih dari 1 ppm dapat menyebabkan terbentuknya zat yang bersifat
karsinogen atau penyebab terjadinya kanker. Jika menghirup gas NO 2 dalam
kadar 20 ppm akan dapat menyebabkan kematian. Sebagai pencegahan maka di
pabrik atau motor, bagian pembuangan asap ditambahkan katalis logam nikel
yang berfungsi sebagai konverter. Prinsip kerjanya adalah mengubah gas buang
yang mencemari menjadi gas yang tidak berbahaya bagi lingkungan maupun
kesehatan manusia. Proses pengubahan tersebut dapat dilihat pada reaksi
berikut.

9|Halaman

You might also like