Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
AGUSRIANSA, S. Kep
AZWAN, S.Kep
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Pembimbing Akademik,
Fasilitator,
Veny Elita, MH
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Klien dapat mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota kelompok,
berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun berespon terhadap stimulasi yang
diberikan.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
b. Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
C. LANDASAN TEORI
1. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1998). Gangguan harga
diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Harga diri meningkat bila
diperhatikan/dicintai dan dihargai atau dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan
ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu
yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan
individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai ancaman (Yoseph, 2009).
2. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
3. Etiologi
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
b. Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan
dilakukan
tanpa
penjelasan,
berbagai
tindakan
tanpa
persetujuan.
2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptif.
4. Proses terjadinya masalah
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir
namun dipelajari.
Rentang respon konsep diri
Respon adaptif
Respon maladaptif
positif
Kerancuan
rendah
Depersonalisasi
identitas
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak
dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya
sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri
rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh
dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima
penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik
diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak
realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal seperti :
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksika kejadian
yang megancam.
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
tekanan untuk peyesuaian diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik,
prosedur medis dan keperawatan.
5. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).
6. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).
7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep
diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku
harga diri rendah, yaitu:
1. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
a. Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine HCL
(Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine
HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
b. Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal,
Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine
(Clozaril).
2. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien
dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas
kelompok (TAK).
3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik. (Maramis, 2005)
4. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang
ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan
latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan
memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998,hal.728).
5. Terapi somatic
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan
tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009). Beberapa
jenis terapi somatik, yaitu:
a. Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
b. Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus
(Riyadi dan Purwanto, 2009).
c. Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan
dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar
ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
d. ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
6. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi
antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
D. KLIEN
1. Karakteristik
a. Klien dengan masalah stimulasi persepsi : harga diri rendah
b. Klien yang memiliki perasaan negative pada dirinya
c. Klien kelolaan dan di luar kelolaan dengan harga diri rendah
2. Proses Seleksi
Klien yang dapat mengikuti TAK didapatkan dari :
a. Berdasarkan pasien kelolaan mahasiswa (kelompok)
b. Berdasarkan seleksi kelompok
c. Berdasarkan rekomendasi dari perawat ruangan
d. Berdasarkan persetujuan klien melalui kontrak yang dilakukan oleh perawat
E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
Hari/tanggal
Pukul
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Sebayang
Keterangan :
: Leader
: Klien
Observer
: Co. leader
: Fasilitator
Leader
: Lia Rahmawati
Tugas
:-
Pembuka acara
Mengontrol TAK
Memimpin acara selama kegiatan TAK
Menghidupkan suasana TAK.
Menyampaikan kontrak yag telah dilakukan sebelum acara
Co leader
TAK
- Menyampaikan tujuan TAK
- Membacakan tata tertib
: Suryana
Tugas
Fasilitator
Tugas
terlewatkan.
: Azwan, Suci, Sari, Rima, Santi, dan Agus
: - Mempersiapkan alat,tempat,dan klien
jalannya permainan
- Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
: Rika Diah
Observer
Tugas
-
Tahap kerja
a. Terapis mengenalkan diri yang terdiri dari nama lengkap, nama panggilan,
b.
c.
d.
e.
f.
dirumah sakit
g. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendapatkan bergiliran.
h. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
4.
Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien untuk menulis hal positif lain yang belum tertulis.
2. Membuat jadwal melatih kegiatan positif
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang yaitu melatih hal positif diri
yang dapat diterapkan di rumah sakit dan di rumah
2. Menyepakati waktu dan tempat
Pukul
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Sebayang
Keterangan :
: Leader
: Klien
Observer
: Co. leader
Tim Terapis
Leader
Tugas
: Fasilitator
: Lia Rahmawati
:-
Pembuka acara
Mengontrol TAK
Memimpin acara selama kegiatan TAK
Menghidupkan suasana TAK.
Menyampaikan kontrak yag telah dilakukan sebelum acara
Co leader
TAK
- Menyampaikan tujuan TAK
- Membacakan tata tertib
: Suryana
Tugas
Fasilitator
Tugas
Observer
Tugas
terlewatkan.
: Azwan, Suci, Sari, Rima, Santi, dan Agus
: - Mempersiapkan alat,tempat,dan klien
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk mengaktifkan
jalannya permainan
- Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
: Rika Diah
: - Memantau dan mengevaluasi hasil selama TAK berlangsung
Mencatat semua proses yang terjadi
- Memberi umpan balik pada kelompok
- Membuat laporan jalannya TAK
- Mencatat respon klien
2) Bermain
3) Praktik
b. Media dan Bahan
1) 3 pasang kain bersih
2) Handphone
3) Speaker
E. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak klien (sesuai kriteria) berkumpul di tempat pelaksanaan
TAK.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
c. Klien diminta duduk pada tempat yang disediakan yang dipandu oleh fasilitator
dan dan co leader.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis
2) Perkenalan nama, dan panggilan nama dari terapis.
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih melipat kain
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 60 menit.
c) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
d) Klien akan dinilai cara melipat kain, bagi peserta yang paling cepat dan
rapi dalam melipat kain akan mendapatkan hadiah
3. Tahap kerja
a. Tentukan setiap masing-masing peserta mendapatkan kain untuk dilipat.
b. Masing-maisng peserta mempunyai tiga pasang baju untuk dilipat.
c. Berikan kesempatan untuk klien melihat cara melipat kain terlebih dahulu di
praktikkan oleh perawat .
d. Proses melipat kain diiringi dengan musik
e. Jika musik mulai, masing-masing peserta harus berdiri dan berjoget dan jika
musik berhenti masing-masing peserta mulai melipat kain lagi.
f. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien melipat kain.
g. Hasil kineja peserta akan dinilai kecepatan dan kerapiannya
h. Peserta yang melipat kain paling cepat dan rapi akan mendaptkan hadiah, tetapi
peserta lain juga akan mendaptkan hadiah yang berbeda dengan peserta yang
juara.
i. Beri kesimpulan tentang tujuan menanam bunga.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
F. Antisipasi masalah
1. Masalah
a. Klien tiba-tiba meninggalkan kegiatan.
b. Klien tiba-tiba tidak mau mengikuti dan melakukan kegiatan.
c. Klien lain di luar anggota kelompok ingin bergabung
2. Antisipasi
a. Menanyakan alasan apa yang menyebabkan sehingga klien meninggalkan
tempat pelaksanaan TAK, tidak mau melakukan kegiatan, dan mengapa klien
ingin bergabung.
b. Memotivasi klien yang tidak mau mengikuti kegiatan dan melakukan rangkaian
kegiatan selama TAK.
c. Menjelaskan kepada klien yang ingin bergabung bahwa kegiatan TAK hanya
diikuti oleh 7 orang klien yang telah bersedia ikut pada hari sebelumnya.
November 2015
Pukul
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Sebayang
Keterangan :
: Leader
: Klien
Observer
: Co. leader
Tim Terapis
Leader
Tugas
: Fasilitator
: Lia Rahmawati
:-
Pembuka acara
Mengontrol TAK
Memimpin acara selama kegiatan TAK
Menghidupkan suasana TAK.
Menyampaikan kontrak yag telah dilakukan sebelum acara
Co leader
TAK
- Menyampaikan tujuan TAK
- Membacakan tata tertib
: Suryana
Tugas
Fasilitator
Tugas
jalannya permainan
Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
Observer
: Rika Diah
Tugas
-
DAFTAR PUSTAKA
Chris W. G. dan Setyowati.H. (2004). Terapi alternatif. (Diperoleh tanggal 10 November
2015 dari www.sribd.com).
Fitria. N. (2009). Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Keliat. A. B. (2004). Keperawatan jiwa: Terapi aktivitas kelompok. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.