Professional Documents
Culture Documents
MEWUJUDKAN SOSIOEKONOMI DALAM KEBERSAMAAN
Masyarakat kita memiliki suatu karakter saling bekerja sama dan semangat gotongroyong,
walaupun kini mengalami kemunduruan yang sangat drastis. Terlepas dari itu koperasi yang notabene
soko guru perekonomian Indonesia, harusnya merupakan bentuk usaha dengan pangsa pasar yang
terbesar, namun nyatanya berbanding terbalik. Indonesia memiliki 3 pilar bentuk badan usaha, yakni:
Koperasi, BUMN, dan Swasta. Bagi temanteman mengikuti atau yang pernah mengikuti matakuliah
ekonomi politik pak Antonius Budisusila, masih ingatkan akan trikotomi area pasar? Seharusnya
koperasi menguasai pasar oleh karena Koperasi berada dalam arena bersama dan juga Koperasi
digerakkan untuk kesejahteraan anggota. Anggotaanggota yang berada didalamnya akan dipastikan
turut sejahtera bilamana Koperasi tersebut berkembang dan maju.
Seperti yang Owen katakan bahwasannya bilamana kaum pekerja menginginkan harkatnya naik,
maka bentuklah usaha tanpa mengikut sertakan pemodal. Pemodal yang dimaksudnya adalah pemodal
perseorangan. Dan bentuk yang sesuai untuk menaikan hatkat pekerja itu adalah Koperasi. Setiap
anggota secara bersamasama memasok modal dan Koperasi tersebut jugalah milik bersama,
dikembangkan secara bersamasama, dan hasilnyapun untuk bersama.
Logo Koperasi
Sering kita bertanya kenapa logo Koperasi itu pohon, dan yang dipilih adalah pohon beringin?
Setiap usaha pasti bermula dari keadaan yang terjadi, ide, serta kebutuhan. Katakanlah dari semua itu
adalah bibit. Setelah ide dan lain sebagainya itu diterapkan dan dijalnkan, maka bibit tersebut akan
tumbuh mulai dari akar, batang, dan daun. Itu semua mewakili seperti sumber daya, pemasaran, produk,
dan sebagainya. Maka dari itu dibutuhkannya juga nutrisinutrisi seperti perencanaan, struktur
organisasi, modal, pelatihan, dan transportasi yang baik. Diharapkan pohon koperasi akan tumbuh
semakin besar dan dewasa yang pada akhirnya memiliki akar yang kuat, batang yang banyak, serta daun
yang sangat rindang. Tidak kalah pentingnya juga dapat menghasilkan bibitbibit unggul yang baru.
Maknanya
Akar adalah sumber daya. Tidak dapat dipungikiri bahwa akar menjadi bagian dimana suatu
pohon dapat memperoleh nutrisi untuk berkembang. Dalam koperasi akar tersebut bisa berwujud
tenaga kerja, modal, jaringan, dan lain sebagainya.
Batang lebih kepada manajemen. Salah satu hal yang membuat lemah koperasi adalah
manajemen yang kurang baik. Untuk itu Koperasi sangat butuh suatu manajemen yang baik dan kokoh
guna mendudukung proyekproyeknya.
Cabang diibaratkan seperti proyek. Koperasi adalah bisnis, sedangkan bagianbagian dalam
perencanaan bisnis yang akan dijalankan/dan sedang berjalan itu adalah proyek. Setiap proyek sudah
selayaknya ditopang dengan manajemen yang baik.
Daun tidak lain adalah orangorang yang terlibat didalam koperasi, termasuk orangorang yang
terlibat dalam proyekproyek Koperasi tersebut. Hasil dari kerja keras daun inilah yang akan
menghasilkan buah.
Buah adalah hasil fotosintesa. Buah tidak mungkin dapat dihasilkan bila tanpa daun. Dan buah
disini adalah produk yang dihasilkan dari proses produksi Koperasi.
Baiklah bila kenyataannya pohon beringin tidak memiliki buah, namun pohon beringin
menggambarkan sebuah kekokohan. Lantas, apapun hasil buah tersebut adalah hasil kerja seluruh pihak
yang terlibat didalam Koperasi. Dan buah dari hasil itupun adalah cadangan makanan bagi pohon itu
sendiri yang artinya disini adalah hasil dari Koperasi adalah sematamata untuk kesejahteraan
anggotanya. Melihat kenyataan bahwa buah juga dapat dipergunakan oleh orang lain, maka Koperasi
juga dapat dipergunakan oleh banyak orang untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Sedikit banyak kawankawan telah mendapat gambaran filosofi Koperasi yang diumpamakan
sebagai sebuah pohon. Bilamana masyarakat kita sadar akan keadaan sekitar, bahwasannya situasi
sosialekonomi yang semakin memburuk ini sematamata oleh karena sistem. Sistem kekuasaan sosial
ekonomi oleh kelas minoritas yang kaya terhadap mayoritas klas buruh. Tidak ubahnya kaum Marhaen
dimana diumpamakan kaum ini hanya memiliki lahan ekonomi yang kecil dengan hasilnya yang hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Maka dari itu kita bersamasama mencoba kembali
memperluas area bersama ini agar lahan yang bisa dimasuki oleh rakyat semakin luas dan bilamana
lahan rakyat semakin luas, maka lahan tersebut diharapkan dapat dipergunakan untuk kesejahteraan
yang merata.
Tentu temanteman sekalian menyadari bahwasannya dimulai dari era Orde Baru hingga Orde
Reformasi sekarang ini, pemerintah cenderung menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai indikator
kemajuan ekonomi negara. Masih ingatkah atau apakah temanteman tahu bahwa di era Orde Lama
pemerintah menggunakan konsep pemerataan ekonomi sebagai indikator kemajuan ekonomi negara?
Dengan mengaitkan slogan Bulek "Beyond The Growth" atau "Melampaui Pertumbuhan", tentu akan
mengarahkan ada yang salah dengan growth/pertumbuhan tersebut. Apa dasarnya? Baiklah bila
pertumbuhan tersebut sebagai indikator kemajuan ekonomi negara, namun pertumbuhan tersebut
dinikmati oleh siapa? Untuk golongan tertentu atau untuk rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Bukankah pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini ditopang dari sektor moneter dan pangan? Siapa
yang bermain disektor tersebut?
Sekalikali tidak, kita harus melampaui pertumbuhan tersebut. Dengan kata lain, sesungguhnya
tidak ada pemerataan kesejahteraan bilamana hasil produksi tidak dinikmati semua orang. Sama halnya
dengan pertumbuhan ekonomi, bila hasil dari pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dinikmati oleh
semua rakyatnya, lantas untuk siapa pertumbuhan ekonomi tersebut?
Mengenang Koperasi tempo dulu, jadi teringat kala Koperasi menjadi badan usaha yang
dimusuhi oleh VOC. Kala itu konsep Moh. Hatta akan Koperasi memang menggeliat, meskipun
koperasi tersebut bukanlah hal baru, yang sebenarnya sudah ada di Eropa. Namun perkembangan
Koperasi di Indonesia yang tinggi menjadikan pemerintah VOC membekukan badan usaha Koperasi.
Kini, Indonesia telah merdeka namun jumlah Koperasi tidak mengalami kemajuan secara
menggembirakan bahwa menunjukkan penurunan dan mereposisi badan usaha yang bermain di pasar.
Arena pasar koperasi menjadi hanya menguasai arena pasar yang paling kecil. Kini, komposisi arena
pasar berubah menjadi dari yang terbesar adalah Swasta, kedua BUMN, dan yang buncit adalah
Koperasi. Namun juga tidak dapat dipungkiri bahwa kurangnya kesadaran masyarakat dan banyaknya
Koperasi yang mengalami salah urus (khususnya hal keuangan) karena tidak cukup memiliki SDM
yang dibutuhkan menjadi penyebab terbesar kemunduruan Koperasi.
Bayangkan saja, berjuta rakyat mengais rezeki di kolam yang hanya kecil. Apa hasil dari
keadaan demikian? Sebagai contoh, rebutan lahan parkir, nyawa melayang. Sesama marhaen /proletar
saling baku hantam dimana lahan yang diperebutkan, sesungguhnya hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan keseharian saja. Mau bagaimana lagi, kolam ekonominya kecil sekali tetapi diisi oleh banyak
orang.
Akankah kita berdiam diri dengan keadaan ketimpangan sosialekonomi seperti itu atau sadar
dan melakukan perubahan dengan berbagai konsekuensinya? Itu menjadi pekerjaan rumah yang besar
untuk rakyat Indonesia demi terciptanya pemerataan ekonomi di Indonesia kita tercinta ini.
Salam Perubahan
Felex Billi Pradeta Manajemen '07