Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Hary Krettiawan
C15109201
I.1Latar Belakang
Penyakit merupakan faktor pembatas dalam kegiatan budidaya perikanan.
Kerugian yang ditimbulkan kerapkali sangat besar. Penyakit dapat menyebabkan
kematian, kekerdilan, periode pemeliharaan lebih lama, tingginya konversi pakan,
padat penebaran rendah dan turunnya tingkat produksi. Penyakit dapat disebabkan
oleh organisme patogen seperti protozoa, bakteri, jamur dan virus.
Adanya hama di dalam tambak sangat merugikan bagi para pembudi daya
dan spesies itu sendiri. Untuk itu para pembudi daya juga perlu memahami lebih
dalam jenis – jenis hama yang dapat mengganggu, merusak bahkan memangsa
spesies yang di budi dayakan. Dengan di ketahuinya jenis – jenis hama tersebut
maka pembudi daya dapat mencegahnya atau memberantasnya dengan memberi
obat sesuai dengan jenis hama yang di ketahui. Begitu pula dengan penyakit, yang
sangat merugikan sekali bagi pembudi daya karena adanya suatu penyakit dapat
menyebabkan ikan / udang mati secara mendadak dalam jangka waktu yang
singkat.
penyebab penyakit bakterial di dalam industri udang, didominasi oleh bakteri
golongan Vibrio. Penyakit udang berpendar atau lebih dikenal vibriosis
merupakan penyakit yang umumnya menyerang hewan laut seperti ikan, udang,
dan kerang-kerangan. Pada udang bakteri Vibrio menyerang secara sekunder
yaitu pada saat dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering
dikatakan bahwa bakteri ini termasuk jenis opportunistic patogen.
Pengujian keberadaan bakteri patogen sangat diperlukan sebelum mewabah
dan menyebabkan kerugian yang makin besar. Metoda pendeteksian bakteri
patogen biasanya menggunakan metode penumbuhan mikroba yang kemudian
diamati keberadaan bakteri penyebab penyakitnya. Namun lamanya waktu
pengerjaan menjadi masalah tersendiri, sehingga perlu penggunaan metode
deteksi yang lebih cepat dan akurat.
Metode pendektesian cepat dengan menggunakan teknik PCR mampu
menghasilkan analisa keberadaan bakteri patogen lebih cepat dibandingkan
dengan metode cawan . Hasil yang diperoleh pun lebih akurat karena level
deteksinya adalah DNA spesifik dari bakteri patogen tersebut.
PCR merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi) DNA
secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dengan teknik ini, orang dapat
menghasilkan DNA dalam jumlah besar dalam waktu singkat sehingga
memudahkan berbagai teknik lain yang menggunakan DNA. Teknik ini dirintis
oleh Kary Mullis pada tahun 1983 dan ia memperoleh hadiah Nobel pada tahun
1994 berkat temuannya tersebut.
II. METODOLOGI
II.2.1Ekstraksi DNA
Ekstraksi DNA diambil dari sampel dengan berat 50-150 mg yang direndam
dengan 250µl Buffer TE. Selnjutnya sampel diinkubasi selama 1-3 jam dengan
suhu 55˚C pada larutan yang terdiri dari 500µl Buffer lysis, 20µl proteinase-K dan
40µl SDS 10%. Setelah inkubasi ditambahkan 12.5µl RNAase dan selanjutnya
diinkubasi pada suhu ruang selama 15-30 menit. Setelah diinkubasi ditambahkan
PCIA dengan perbandingan larutan 25:24:1 kemudian divorteks secara manual
sampai homogen dan dinkubasikan kembali pada suhu ruang selama 10 menit.
Selanjutnya disentrifuse pada kecepatan13.000 rpm selama 8 menit. Supernatant
yang terbentuk kemudian diambil dan dipindahkan ke tabung effendrof yang baru
kemudian dicampur dengan 300µl larutan CIA dengan perbandingan 24:1
kemudian disentrifuse lagi pada kecepatan 13.000 rpm selama 4 menit.
Supernatant teratas diambil dan dipindahkan ke effendrof baru sebanyak 200µl
kemudian dicampur dengan 400µl ethanol absolute dingin dan dihomogenkan.
Selanjutnya disentrifuse dengan kecepatan 6000 rpm selama 30 menit.
Supernatant yang terbentuk dibuang dan pellet dibilas dengan 1ml etanol 70%
kemudian disentrifuse kembali pada kecepatan 6000 rpm selama 15 menit. Pellet
yang terbentuk dikeringanginkan selanjutnya disimpan pada suhu -20˚C setelah
dilarutkan dengan 100µl Buffer TE.
II.2.2Amplifikasi Genom
Persiapan awal sebelum mengamplifikasi genom adalah pembuatan master
mix (MM). Volume MM yang dibuat disesuaikan dengan jumlah sampel
ditambah dengan kontrol. Karena jumlah sampel dan kontrol ada 9 maka tiap-tiap
bahan penyusun MM dikalikan 9. Akan tetapi pada praktikum ini jumlah total
MM merupakan hasil kali dari 9 sampel + 1 cadangan sehingga faktor pengkali
MM adalah 10. Hal ini bertujuan untuk menghindari kekurangan MM pada saat
proses pipetting. Setelah MM siap, masukkan template sebanyak 0,5µl ke dalam
tabung PCR yang telah diberi kode dan diisi dengan MM masing-masing 24,3
µl/tabung. Setelah semuanya siap, masing-masing tabung dimasukkan pada mesin
PCR yang telah diatur suhunya sesuai dengan primer yang digunakan.