You are on page 1of 4

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI (STAKN) KUPANG: Poligami dan Perceraian dalam Perjanjian Lama

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI


(STAKN) KUPANG
Menjadi lembaga pendidikan Kristen yang terdepan di wilayah Nusa Tenggara dalam pengembangan pendidikan agama
Kristen secara partisipatoris untuk mewujudkan pembangunan kualitas sumber daya manusia yang tinggi iman, tinggi ilmu
dan tinggi pengabdian.

Christian Education

Teologi

Lain-lain

Alkitab

Missiologi

Info

Firman Tuhan
Hari Ini:

Senin, 13 Mei 2013

28 Agustus 2015

Poligami dan Perceraian dalam Perjanjian Lama


Oleh: Risnawati Sinulingga
Pengantar
Kemitraan perempuan dan laki-laki sering dipermasalahkan. Perempuan biasanya dikemukakan dalam status yang lebih
rendah dari laki-laki (Bnd. Lagu "Sabda Alam" ciptaan Ismail Marzuki. "Diciptakan... pria dan wanita. Ditakdirkan bahwa pria
berkuasa. Wanita dijajah pria sejak dulu..."). Perjanjian Lama sering dipergunakan sebagai dasar argumentasi untuk
membuktikan bahwa status perempuan lebih rendah dari laki-laki. Pembuktian ini, antara lain, dilakukan berdasarkan
penafsiran tradisional terhadap Kej. l dan 2. yaitu bahwa perempuan berasal dari laki-laki, untuk laki-laki, bahkan sepanjang
waktu statusnya lebih rendah dari laki-laki. 1218 Pembuktian yang sama diberikan dengan mengutip bagian Perjanjian Lama
yang berbicara "negatif" tentang perempuan. 1219 Satu diantara bagian Perjanjian Lama yang dianggap "berbicara negatif"
adalah yang mengijinkan poligami dan diceraikannya perempuan dengan cara yang relatif mudah.

Argumentasi dan pembuktian seperti ini jelas tidak dapat diterima. Yang dibutuhkan dewasa ini adalah penafsiran yang
alkitabiah sekaligus ilmiah. Lagi pula banyak bagian-bagian Perjanjian Lama lain yang berbicara positif tentang perempuan
(dalam perkawinan monogami misalnya), yang tidak boleh dilalaikan. Dalam hal ini, bagian Perjanjian Lama yang berbicara
negatif tersebut ditambah bagian-bagian lainnya, termasuk mengenai masalah poligami dan perceraian, membutuhkan suatu
metode pendekatan khusus, sehingga melaluinya diperoleh pemahaman yang obyektif mengenai perempuan.

Bangkitlah, menjadi
teranglah, sebab
terangmu datang, dan
kemuliaan TUHAN terbit
atasmu.
Yesaya 60:1
ForumKristen.com

Mengenai Saya

STAKN KUPANG
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

Status Perempuan yang Ambivalen dalam Pernikahan


Perjanjian Lama memberikan gambaran yang bermacam-macam tentang status perempuan dalam perkawinan. Sebagai contoh.

2014 (22)

perikop yang satu menggambarkan nilai seorang istri yang sangat tinggi, lebih tinggi dari permata (Ams 31:10), 1220 sementara

2013 (85)

itu beberapa perikop yang lain menggambarkan istri bernilai lebih rendah dari pada suami, anak-anak laki-laki, bahkan
dianggap sejajar dengan harta dan ternak milik suaminya (Ul 4:21; 29:11; Kel 29:17). Di satu pihak fungsinya digambarkan
sebagai istri, dan ibu rumah tangga, tetapi juga sebagai pemimpin masyarakat yang terdiri dari perempuan dan laki-laki (2
Sam 14:2-20; 20:15-22; Hak 4:4-6; 2 Raj 11:1-3; 22:13-20; Neh 6:14; Ester 4; Yoel 2:28). Di pihak lain fungsinya hanya
sebatas ibu dan istri yang bertugas melahirkan, dan melayani kepentingan suami (Kej 16; 21:8-21; 30:1-24; Rut 4:1-17; Hak
19). Beberapa bagian Perjanjian Lama memperlihatkan bahwa perempuan bisa sangat dihormati, dicintai, ditaati suami,
bahkan bisa lebih bijaksana dari suami (Kej 16:1-2; 21:12; 24:67; 29:18-19; 1 Sam 25:2-44). Sementara itu di bagian lain, ia
boleh dihukum secara brutal. diusir dari rumah, diceraikan dengan mudah, keperawanannya diuji dan kesetiaannya dapat
disangsikan (Im 21:9; Ul 22:13-19; 24:1-21)
Teologi Alkitab yang Struktural
Harus diakui bahwa selain gambaran yang beraneka ragam tentang perempuan, di dalam banyak bagian Perjanjian Lama
terdapat bahas teologis yang berbeda-beda. Hal ini bersumber dari makna konsep. tema dan institusi pada buku-buku
Perjanjian Lama yang beraneka ragam, bahkan kadang kala sepertinya kontradiksi satu dengan lainnya.1221 Perbedaan ini
disebabkan oleh tradisi dan buku yang berbeda, misalnya tradisi sejarah berbeda dengan tradisi para nabi, khususnya dengan
tradisi hikmat. Penyebab lain adalah motif yang berbeda dari Perjanjian Lama yang satu dengan yang lainnya.' Adalah sangat
tidak jujur bila seseorang hanya menghitung kontradiksi tersebut, atau membahas hanya satu perikop, tanpa mencoba mencari
penjelasan teologis dari perikop-perikop yang lain yang memberikan bahasan yang berbeda.6 Sehubungan hal ini, status

http://kupangstakn.blogspot.com/2013/05/poligami-dan-perceraian-dalam.html[28/08/2015 4:03:50]

Desember (9)
November (5)
Oktober (2)
September (1)
Juni (44)
Mei (24)
Hak-Hak Non Muslim
Di Sebuah Negara
Islam
Sejarah Alkitab
(Bagian Lima)
Sejarah Alkitab
(Bagian Empat)
Sejarah Alkitab
(Bagian Tiga)
Sejarah Alkitab

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI (STAKN) KUPANG: Poligami dan Perceraian dalam Perjanjian Lama

perempuan dalam perkawinan, khususnya dalam poligami dan perceraian, memerlukan metode pendekatan khusus, yang tidak
hanya menghitung perbedaan konsep, atau berpegang pada ayat yang "berbicara negatif" atau "berbicara positif'. Pendekatan
ini adalah pendekatan yang alkitabiah dan struktural, sehingga melaluinya diperoleh teologi alkitabiah 1222 yang struktural,
yaitu teologi tentang perempuan yang diperoleh dengan menafsirkan (tentunya berdasarkan prinsip hermeneutik yang
alkitabiah) ayat-ayat representatif bagi seluruh Perjanjian Lama dalam bahasan poligami dan perceraian.
Bagian-bagian Perjanjian Lama yang representatif bagi bahasan poligami dan perceraian adalah perikop tertentu dari laporan
penciptaan, beberapa undang-undang perkawinan dari Kitab Pentateukh, cerita-cerita dari Kitab Sejarah, dan materi
pendidikan dari Literatur Hikmat, khususnya Kitab Amsal. Bertalian dengan topik poligami dan perceraian dalam Perjanjian
Lama, bagian-bagian yang representatif ini memperlihatkan tiga konsep perkawinan, yang pertama konsep yang ideal, kedua
konsep yang toleran, dan ketiga konsep yang refleksif.
Konsep yang Ideal
Konsep yang ideal mengenai status perempuan dalam perkawinan, khususnya yang berkaitan dengan poligami dan perceraian
berada pada Kej 2:23-24; Kej 1-3, bahkan seluruh pasal Kitab Kejadian tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Memang Kej 1:1-2, 4a diduga berasal dari sumber P pada masa sesudah pembuangan, sementara itu Kej 2:4b-24 berasal dari
sumber J pada masa Kerajaan. Tetapi secara umum telah diterima bahwa kedua perikop ini sudah ada dalam bentuk tradisi
lisan jauh sebelum penulisannya. Khususnya amat penting diperhatikan bahwa sang redaktor menggabungkan Kej 2:4b-24
kepada Kej 1:1-2,4a untuk memperlihatkan hubungan cerita dalam Kej 2:4a-29 kepada keadaan permulaan penciptaan. 1223
Selain itu perlu digarisbawahi bahwa berdasarkan analisa bentuk cerita pada Kej 2:4a-24 adalah primeval saga, yaitu cerita
yang dituturkan bukan saja untuk mengemukakan hubungan suami istri pada dunia mula-mula yang bergerak ke dunia kini
saat pembentukan saya tersebut, tetapi juga untuk mengajarkan hubungan yang ideal1224 yang direncanakan Allah pada
permulaan penciptaan sebelum kejatuhan ke dalam dosa. Literatur hikmat, khususnya Kitab Amsal mengandung konsep
teologis dan etis yang sangat berbeda mengenai perkawinan dengan tradisi yang lainnya, karena kitab ini berisi bahan
pengajaran, dan yang diajarkan tentu yang idealnya.1225
Perkawinan merupakan kebahagiaan tertinggi bila konsep ideal tentang perkawinan itu dilaksanakan. "Inilah dia, tulang dari
tulangku dan daging dari dagingku" (Kej 2:23b). Jikalau bentuk kalimat dan pemakaian kata pada ayat ini dianalisa dalam
bahasa Ibrani, maka benarlah yang dikemukakan Gunkel bahwa ayat ini merupakan klimaks dari perikop tersebut, yaitu
ekspresi suatu kepuasan puncak tentang perkawinan. 1226 Ayat ini juga memperlihatkan hubungan yang benar diantara lakilaki dan perempuan. Orang Ibrani mengemukakan hubungan yang sangat intim bukan dengan mempergunakan istilah
"hubungan darah" tetapi "hubungan tulang dan daging". 1227 Oleh karena itu hubungan laki-laki dan perempuan adalah
hubungan yang sangat intim dan saling memiliki. Hubungan ini bukan hanya dalam hal fisik, tetapi psikologis dan ekonomis,
dalam cinta kasih dan juga dalam kesulitan (bnd. Kej 2:24). Hubungan intim yang seperti ini dialami apabila laki-laki Yaazab
(artinya: melupakan) ketergantungannya pada ayah dan ibunya (2:23a), dan yang paling penting apabila "keduanya" 1228
menjadi satu (2:23b). Kebahagiaan perkawinan dapat direalisasikan hanya bila hubungan intim tersebut tidak dirusakkan
(diceraikan) dan bila dalam hubungan tersebut hanya ada dua oknum (yaitu satu laki-laki dan satu perempuan) bukan tiga
atau empat.
Konsep perkawinan yang ideal dalam Kitab Kejadian, misalnya pada Kej 4 (perikop pertama yang mengungkapkan terjadinya
poligami dihubungkan oleh redaktur kepada konsep yang ideal pada Kej 1 dan 2 dengan memperlihatkan sebagai konsep
perkawinan dalam perkembangan sejarah kehidupan manusia sesudah penciptaan yang oleh dipenuhi kepahitan, kejahatan,
dan kematian. 1229 Tegasnya, mau dikemukakan bahwa poligami terjadi sebagai akibat dosa. Saga yang berbentuk naratif ini
diajarkan untuk menghindari perkawinan poligami.
Konsep ideal yang sama dapat juga ditemukan di dalam Ams 5:15-20; 6:20-26. Konsep ideal tentang perkawinan ini diajarkan
guru-guru hikmat kepada orang muda yang hidup pada masa sesudah pembuangan, pada masa mana terdapat kecenderungan

(Bagian Dua)
Sejarah Alkitab
(Bagian Satu)
Pertanyaan Alkitabiah
dari 1 Tawarikh
Pertanyaan Dalam
Kitab 1 Raja-raja
Pertanyaan Alkitabiah
dari Ayub
Ketrampilan
Mengelola Kelas
Tugas dan Panggilan
Guru PAK
Horace Bushnell
Tugas Profesi
Keguruan PAK
(Pascasarjana)
PAK Dalam Perjanjian
Lama
Pemberdayaan Guru
Menyongsong Era
Globalisasi
Singkirkanlah Batubatu Itu!
Gereja yang Kudus
Paskah : Sebuah
Refleksi
Contoh Tesis S2-PAK
Iman, Mahasiswa dan
Perubahan Sosial
Poligami dan
Perceraian dalam
Perjanjian Lama
Yesus Sebagai
Pendidik
Janganlah Banyak di
antara Kamu
Menjadi Guru
Buku Ende No. 1
(Ringgas Ma Ho
Tondingku)

orang Ibrani untuk menceraikan istri Ibraninya - istri mudanya (5:16-18). 1230 Dalam perikop ini ditekankan perkawinan
berdasarkan hubungan yang intim dalam bentuk kesetiaan kepuasan kepada istri yang satu.
Konsep yang Toleran
Undang-undang dalam Kitab Pentateukh mendukung konsep perkawinan yang ideal ini dalam banyak aturan tertulis (misalnya
Kel 20:17; 21:5; Im 18:8; 20:10; 21:13, Bil 5:12; Ul 5:21; 17:17; 22:22; 24:5). 1231 Tetapi undang-undang yang sama juga
memberikan aturan yang toleran terhadap poligami dan perceraian sehingga menghasilkan konsep yang toleran tentang
perkawinan, misalnya Kel 21:7-11; Ul 21:10-17; 24:1-4. Aturan-aturan yang mengijinkan poligami dan perceraian (sebagai ganti
dari aturan monogami dan perkawinan yang langgeng) dalam perikop ini tergolong kepada aturan kasuistik.1232 Aturan-aturan
ini bukan aturan legal yang berlaku sepanjang masa, tetapi berlaku karena kasus yang terjadi dalam situasi tertentu. Dalam
kekejaman perbudakan atau peperangan perkawinan, monogami tidak selalu dapat dipertahankan, sehingga terjadilah kasus
poligami dan untuk itu dibutuhkan aturan yang melindungi hak perempuan dalam perkawinan itu (Kel 21:7-11; Ul 21:10-17).
Dalam kebudayaan Israel kuno yang patriakhal perkawinan yang langgeng tidak selalu dapat dipelihara sehingga terjadilah
kasus perceraian, untuk itu dibutuhkan aturan yang melindungi perempuan yang diceraikan atau yang membatasi kesewenangwenangan laki-laki di dalam perceraian (Ul 24:1-4). 1233
Konsep yang toleran tentang perkawinan ini, baik dalam kasus poligami maupun perceraian dikritik dalam Perjanjian Baru
(Mat 19:1-9). Aturan kasuistik untuk perceraian disebabkan oleh ketegaran hati orang Yahudi (ay 7-8). Alasan perceraian
hanyalah perzinahan (ay 9). Perkawinan monogami yang langgeng merupakan konsep perkawinan yang ideal (ay 4-6).
Konsep yang Refleksif
Konsep yang ideal dan toleran tentang perkawinan direfleksikan dalam Kitab-kitab sejarah. Pembahasan akan difokuskan
kepada perefleksian konsep yang tidak ideal, kondisinya dan peringatan yang disampaikan. Pendekatan yang dipergunakan
terhadap Kitab-kitab sejarah beraneka ragam, 1234 dalam hal mana pendekatan tersebut sangat menentukan gambaran
perkawinan yang diperoleh. Pendekatan yang dipergunakan dalam bahasa ini adalah pendekatan bentuk Kanonis, yaitu
pendekatan yang menganalisa perikop-perikop yang berbicara tentang perempuan dalam suatu kesatuan, tidak memisah-misah

http://kupangstakn.blogspot.com/2013/05/poligami-dan-perceraian-dalam.html[28/08/2015 4:03:50]

Dengar Lagu

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI (STAKN) KUPANG: Poligami dan Perceraian dalam Perjanjian Lama

perikop tersebut sesuai dengan sumbernya, dan juga tidak menekankan pengaruh redaktur Deutronomik terhadap gambaran
perempuan yang diberikan.1235
Beberapa bagian Kitab-kitab Sejarah memperlihatkan terjadinya perkawinan poligami dan perceraian, tetapi perkawinan
seperti ini biasanya berupa kasus semata dan tidak permanen. 1236 Perkawinan poligami berlaku dalam kondisi khusus, yaitu
kemandulan dan keinginan untuk memiliki banyak anak (1 Sam 1:2; 25:39-40; 2 Sam 3:1-5; Hak 8:30), 1237 kebutuhan raja
akan hubungan diplomatik, cinta dan hawa nafsu (1 Raj 3:1; 11:3; 2 Sam 11:6), 1238 serta posisi sosial dan status ekonomi yang
tinggi (1 Sam 1:2; 25:39; 2 Sam 3:1-5; 11:1; 1 Raj 11:3). 1239 Adalah suatu kenyataan bahwa seluruh Kitab-kitab Sejarah hanya
melaporkan suatu perkawinan poligami yang terjadi diantara orang biasa (1 Sam 1:2).
Kitab-kitab Sejarah memperlihatkan problema yang mungkin timbul dalam perkawinan poligami. Dalam hal ini, problema
yang dikemukakan itu berfungsi sebagai peringatan bagi orang yang hidup di dalamnya atau bagi pembaca, bahkan berguna
sebagai penolakan terhadap perkawinan poligami. Dalam kitab-kitab ini, hak, otoritas dan kebebasan laki-laki untuk memiliki
lebih dari satu istri dibatasi oleh peringatan tersebut. Beberapa problema yang dikemukakan adalah bahaya penyembahan
berhala khususnya dari istri asing (1 Raj 11:1-8), dan poligami biasanya menciptakan masalah dalam perkawinan, seperti
persaingan di antara istri yang satu dengan yang lainnya (1 Sam 1:6), kematian keturunan (Hak 19), kemungkinan terjadinya
kekacauan dan kejahatan yang berlipat ganda (2 Sam 4).
Bagian-bagian Kitab Sejarah yang amat menonjol di dalam membahas masalah perceraian berasal dari masa sesudah
pembuangan. Orang Israel yang kembali dari pembuangan bukan saja mengawini perempuan asing. tetapi juga menceraikan
istri Yahudi mereka (Ezr 9:13,10; 10:2,11,14,17,18,44; Neh 13:23-27; Mal 2:10-16). bahasan ini disertai dengan peringatan
tentang bahaya yang mengancam umat Israel dalam hal kepercayaan, pemilikan dan pengontrolan tanah leluhur mereka, 1240
bahkan hukuman dijatuhkan bagi yang tidak mau menyesali perbuatannya yaitu kehilangan status politik dan religi dan hak
penguasaan harta milik (Ezr 9:7-15; Neh 13:28).
Kesimpulan
1. Penafsiran yang menyatakan bahwa undang-undang Perjanjian Lama merendahkan status perempuan dalam
perkawinan adalah penafsiran yang tidak obyektif. Prasangka bahwa teks Perjanjian Lama mendukung perkawinan
poligami dan perceraian adalah prasangka yang salah.
2. Untuk memahami status perempuan dalam perkawinan, khususnya yang berkaitan dengan poligami dan perceraian,
dibutuhkan pendekatan yang Alkitabiah dan struktural. Pendekatan yang seperti ini memperlihatkan bahwa di dalam
Perjanjian Lama terdapat tiga konsep perkawinan, yaitu konsep yang ideal, toleran dan refleksif.
3. Konsep perkawinan yang ideal adalah perkawinan antara satu laki-laki dengan satu perempuan, yang membentuk
kesatuan yang sangat intim, bukan hanya dalam fisik, tetapi dalam psikis, cinta, kasih, ekonomi dan segala kesulitan
dalam kehidupan.
4. Undang-undang Kitab-kitab Pentateukh mengandung aturan-aturan tentang poligami dan perceraian, tetapi aturanaturan ini bukan apodiktik tetapi kasuistik, yaitu diberlakukan dalam kasus tertentu dan diformulasikan justru untuk
memberi limitasi terhadap poligami dan perceraian, khususnya melindungi hak dan kebebasan perempuan. Aturanaturan ini menggambarkan konsep perkawinan yang toleran terhadap poligami dan perceraian.
5. Kitab-kitab Sejarah melaporkan bahwa poligami dan perceraian tidaklah permanen terjadi. Dan hal itu terjadi di
kalangan yang tertentu saja serta disertai dengan peringatan yang keras. Kitab-kitab ini memberikan konsep
perkawinan yang refleksif.
Sumber: Jurnal Pelita Zaman Volume 12 No. 2 Tahun 1997 pada http://alkitab.sabda.org
Diposkan oleh STAKN KUPANG di 03.07
Label: Lain-lain

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Beri komentar sebagai:

Publikasikan

Bobby
Putrawan
Bobby Putrawan
(Google)
(Google)

Keluar

Pratinjau

Beri tahu saya

Worship in Israel

Visitor:
Live Traffic Feed
A visitor from Indonesia
viewed "SEKOLAH TINGGI
AGAMA KRISTEN NEGERI
(STAKN) KUPANG: Poligami
dan
Perceraian
dalam
A visitor
from Indonesia
Perjanjian
Lama" 8TINGGI
secs ago
viewed
"SEKOLAH
AGAMA KRISTEN NEGERI
(STAKN) KUPANG: Poligami
dan
Perceraian
dalam
A visitor
from Indonesia
Perjanjian
Lama" 3TINGGI
mins ago
viewed
"SEKOLAH
AGAMA KRISTEN NEGERI
(STAKN) KUPANG: Konsep
Kesudahan Dunia Menurut
Kitab Matius 24:3-14 dan
A
visitor fromBagi
Asia/Pacific
Implikasinya
Gereja
Region
viewed
"SEKOLAH
Masa Kini" 12 hrs
31 mins
TINGGI
AGAMA KRISTEN
ago
NEGERI (STAKN) KUPANG:
Mahkota dan Upah" 18 hrs
A
from Indonesia
23visitor
mins ago
viewed "SEKOLAH TINGGI
AGAMA KRISTEN NEGERI
(STAKN) KUPANG: Tentang
Pelayanan
Pelepasan"
1 day
A visitor from
Kudus, Jawa
13 hoursviewed
ago "SEKOLAH
Tengah
TINGGI AGAMA KRISTEN
NEGERI (STAKN) KUPANG:
Contoh Pokok Pikiran Tokoh
A
visitor from
Jakarta,
Pendidikan
Agama
Kristen" 1
Jakarta
Raya viewed
day 15 hours
ago
"SEKOLAH TINGGI AGAMA
KRISTEN NEGERI (STAKN)
KUPANG: PAK Dalam
A
visitor from
Indonesia
Perjanjian
Lama"
1 day 17
viewed
"SEKOLAH TINGGI
hours ago
AGAMA KRISTEN NEGERI
(STAKN) KUPANG: Tugas
Profesi
PAK
A
visitorKeguruan
from Indonesia
(Pascasarjana)"
2 days
8
viewed "SEKOLAH
TINGGI
hours ago
AGAMA
KRISTEN NEGERI
(STAKN) KUPANG: Pengantar
Etika
Terapan"
2 days 11
A
visitor
from Jakarta,
hours
Jakartaago
Raya viewed
"SEKOLAH TINGGI AGAMA
KRISTEN NEGERI (STAKN)
KUPANG: Pengantar Etika
Real-time view Get Feedjit

Jumlah
Pengunjung:

Posting Lebih Baru

Beranda

http://kupangstakn.blogspot.com/2013/05/poligami-dan-perceraian-dalam.html[28/08/2015 4:03:50]

Posting Lama

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI (STAKN) KUPANG: Poligami dan Perceraian dalam Perjanjian Lama

Ada kesalahan di dalam


gadget ini

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Shalom!
Terima kasih telah berkunjung. Kiranya blog sederhana ini dapat bermanfaat bagi sesama. Tuhan Yesus Memberkati!

Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

http://kupangstakn.blogspot.com/2013/05/poligami-dan-perceraian-dalam.html[28/08/2015 4:03:50]

You might also like