Professional Documents
Culture Documents
PEMICU 3
MODUL TUMBUH KEMBANG
Kelompok 5 :
Rosalina Oktaviana
David Aron Mampan Pryono
Ridhallah
Sandi Apriadi
Fida Alawiyah
Widiayu Sekar Putri
Anggi Sulistiawati
Gusti Ahmad Faiz Nugraha
Urai Afrilia Arumsari
Agung Prasetyo
Febriska Taradipa
Maylisa Santauli Manurung
I11112054
I11112065
I11112079
I1011131005
I1011131027
I1011131028
I1011131033
I1011131040
I1011131062
I1011131069
I1011131084
I1011131087
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Pemicu
Inneke, seorang anak tunggal, perempuan, usia 5 tahun 9 bulan,
mempunyai tinggi badan 120 cm dan berat 32 kg. Sejak usia 1 tahun hingga
saat ini, ibu Inneke masih memberikan bubur dan susu dengan porsi yang
cukup banyak setiap 3-4 jam sekali. Inneke hingga saat ini belum mampu
makan-makanan padat. Bila diberikan makanan padat Inneke menolak,
kadang disertai muntah sehingga ibu akhirnya melanjutkan pemberian bubur
dan susu dengan frekuensi sekitar 5-6 kali sehari. Selain itu Inneke sering
mengkonsumsi es krim. Di rumah, Inneke gemar menonton televisi dan
bermain video game sampai lupa belajar. Pergi dan pulang sekolah selalu
diantar naik kendaraan pribadi. Olahraga hanya dilakukan pada jam yang
dijadwalkan di sekolah. Ayahnya bekerja sebagai direktur di sebuah
perusahaan dan ibunya bekerja sebagai dokter di Puskesmas Kecamatan.
Pada pemeriksaan fisis tampak tungkai bawah melengkung seperti huruf
O.
1.2
1.3
Kata Kunci
a. Anak perempuan usia 5 tahun 9 bulan
b. Tinggi badan 120 cm, Berat badan 32 kg
c. Belum mampu makan-makanan yang padat
d. Kurang beraktivitas
e. Frekuensi makan 5-6 sehari
f. Ayah dan ibu sibuk bekerja
1.4
Rumusan Masalah
Seorang anak perempuan tunggal usia 5 tahun 9 bulan, mempunyai
Tinggi badan 120 cm dan Berat badan 32 kg serta tungkai bawah
melengkung seperti O dan masih mengonsumsi bubur dengan frekuensi 56 sehari sejak usia 1 tahun dikarenakan belum mampu makan-makanan
padat.
1.5
Analisis Masalah
Inneke, perempuan usia
5 tahun 9 bulan
Jarang
olahraga
TB = 120
cm BB = 32
kg
Pola makan
tidak sesuai
Status gizi
Ayah dan
ibu sibuk
bekerja
Kebutuhan
dasar anak
Obesitas
komplikas
i
Penyakit
blount
Tungkai bawah
melengkung seperti O
1.6
Hipotesis
Seorang anak perempuan tunggal mengalami obesitas karena pola
makan tidak sesuai dan berlebihan, kurang beraktivitas dan pola hidup yang
kurang baik sehingga mengakibatkan tungkai bawah melengkung seperti
1.7
O.
Pertanyaan Diskusi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
manusia.
muncul
adalah
adanya
saat
pengukuran
dilakukan,
yang
dalam
badan
memberikan
gambaran
fungsi
diuji
secara
d. Biofisik
Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi,
khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.(3)
2. Penilaian secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3
yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.
Adapun uraian dari ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
a. Survei konsumsi makanan
Suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
b. Statistik vital
Dengan cara menganalisis data beberapa statistik
kesehatan seperti
BMI for age untuk anak 5-19 tahun. IMT dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
IMT =
= 22,2
10
11
Umur
1-3 thn
4-6 thn
7-9 thn
10-12 thn
2.4
BB
Energi
Protein
(kg)
12
18
24
30
(kkal)
1250
1750
1900
2000
(g)
23
32
37
45
Vitamin A Kalsium
(S.I)
350
460
460
500
(mg)
500
500
500
700
Zat besi
(mg)
8
9
10
14
gizi
biasanya
timbul
karena
terjadi
12
juga
mengandung
serat
kasae
yang
dapat
membantu
Peningkatan
makanan
manis
dapat
13
c. Pengeluaran keluarga
d. Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim
Banyak faktor sosial ekonomi yang sukar untuk dinilai secara
kuantitatif, khususnya pendapatan dan kepemilikan (barang berharga,
tanah, ternak) karena masyarakat enggan untuk membicarakannya
kepada orang yang tidak dikenal, termasuk ketakutan akan pajak dan
perampokan. Tingkat pendidikan termasuk dalam faktor sosial
ekonomi karena tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi
yaitu dengan meningkatkan pendidikan kemungkinan akan dapat
meningkatkan pendapatan sehingga meningkatkan daya beli makanan
untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga.
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan pemanfatan sumber
daya masyarakat mempengaruhi faktor sosial ekonomi keluarga,
termasuk kurangnya pemberdayaan wanita dan tingkat pendidikan dan
pengetahuan orang tua khususnya ibu dalam mengasuh anaknya juga
termasuk faktor sosial ekonomi yang akan mempengaruhi status gizi
keluarga.
8. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan
yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan seseorang
identik dengan mutu sumber daya manusia, sehingga yang
berpendidikan tinggi umumnya memiliki pendapatan yang relatif
tinggi pula. Pendapatan akan mementukan daya beli seseorang
terhadap panganan yang diperlukan.
14
Pendapatan
keluarga
mempengaruhi
ketahanan
pangan
banyak
ditemukan
pada
ibu
bukan
pekerja
(43,24%)
15
formal terutama melalui masa media. Hal serupa juga dikatakan oleh
L. Green, Rooger yang menyatakan bahwa makin baik tingkat
pendidikan ibu, maka makin baik pula keadaan gizi anaknya.
10. Status Pekerjaan Ibu
Orang tua merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
perilaku makan anak. Berpengaruh terhadap jumlah pendapatan, dan
daya beli yang dimiliki. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi
pendapatan maka kemampuan dalam penyediaan makanan dalam
jumlah yang cukup dan berkualitas. Ibu-ibu yang bekerja dari pagi
hingga sore tidak memiliki waktu yang cukup bagi anak-anak dan
keluarga. Dalam hal ini ibu mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu
rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian ibu dituntut
tanggung jawabnya kepada suami dan anak-anaknya, khususnya
memelihara anak. Keadaan yang demikian dapat memengaruhi
keadaan gizi keluarga khususnya anak balita dan usia sekolah. Ibu-ibu
yang bekerja tidak mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan
makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta
kurang perhatian dan pengasuhan kepada anak.
Pekerjaan juga dapat berpengaruh terhadap aktivitas fisik
anggota keluarga. Untuk orang tua yang bekerja, terdapat perbedaan
dalam pembentukan kebiasaan makan anak. Anak diserahkan oleh
pembantu, yang mengakibatkan kurangnya pengawasan orang tua
secara langsung. Kebanyakan ibu yang bekerja diluar, pilihan
makanan terbatas pada makanan cepat saji yang tersedia di restoran
atau di tembat penjualan lainnya.
11. Pola Asuh Ibu
Pola pengasuh merupakan cara orang tua dalam mendidik anak
dan membesarkan anak dipengaruhi oleh banyak faktor budaya,
agama, kebiasaan dan kepercayaan, serta kepribadian orang tua (orang
tua sendiri atau orang yang mengasuh anak). Pengasuhan merupakan
faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan
16
perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5
tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan
suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada masa ini
juga, anak-anak masih sangat tergantung pada perawatan dan
pengasuhan ibunya. Oleh karena itu pengasuhan kesehatan dan
makanan pada tahun pertama kehidupan sangat penting untuk
perkembangan anak.
Seorang ibu memegang peranan penting dalam pengasuhan
anaknya. Pola pengasuhan pada tiap ibu berbeda karena dipengaruhi
oleh faktor yang mendukungnya, antara lain : latar bekang pendidikan
ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak dan sebagainya. Banyak penyelidik
berpendapat bahwa status pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap
kualitas pengasuhannya. Pendidikan ibu yang rendah masih sering
ditemui, semua hal tersebut sering menyebabkan penyimpangan
terhadap keadaan tumbuh kembang dan status gizi anak terutama pada
anak usia balita.
12. Pendidikan Orang Tua dan Pengetahuan Ibu
Orang yang berpendidikan tinggi biasanya mempunyai
pengetahuan yang tinggi, karena biasanya orang yang berpendidikan
tinggi mudah untuk menyerap informasi. Faktor pendidikan turut
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan
gizi.
Mampu
untuk
menyusun
makanan
yang
yang
pendidikannya
lebih
rendah.
Namun
bagi
yang
17
fisik merupakan
18
kualitas tidur yang buruk., hal ini berhubungan dengan gangguan dari
hormon dan kelenjar neuroendokrin. Penurunan titik berat pada
pelajaran olahraga disekolah dibarengi dengan penurunan fitness pada
anak-anak. Aktifitas fisik yang kurang adalah resiko utama untuk
perkembangan obestas pada anak-anak dan dewasa.(7)
15. Genetik
Genetik mempunyai kontribusi signifikan terhadap terjadinya
obesitas. Faktor genetik anak yaitu faktor keturunan dari orang tua
yang berhubungan dengan status gizi. Anak dari orang tua dengan
berat badan normal mempunyai peluang 10% mengalami kegemukan.
Anak yang salah satu orang tuanya obesitas, kemungkinan
mempunyai peluang 40% dan peluang 80% jika kedua orang tuanya
obesitas.(7)
2.5
19
69
9 12
12 18
18 24
24 26
20
baik dalam pengukuran lemak tubuh secara langsung. IMT= berat badan
dalam kg/(tinggi badan dalam meter)2. Remaja dengan IMT 30
memenuhi kriteria obesitas, dan mereka dengan IMT 25-30 memasuki
kriteria overweight (kelebihan berat badan). Selama masa anak-anak,
tingkat dari lemak tubuh berubah dimulai dengan adiposa yang tinggi
selama masa pertumbuhan. Lemak tubuh berkurang kira-kira 5.5 tahun
sampai dengan periode yang disebut adiposity rebound, ketika lemak
tubuh berada pada tingkat yang paling rendah. Jaringan adiposa kemudian
semakin meningkat sampai dengan awal masa remaja. Konsekuensinya,
obesitas dan kelebihan berat badan didefinisikan menggunakan persentil
IMT; anak-anak > 2 tahun dengan persentil IMT 95 memenuhi kriteria
untuk obesitas, dan anak-anak yang IMT nya berkisar antara persentil 85
sampai 95 dimasukkan kedalam kelebihan berat badan.(8)
2.6.2 Etiologi
1. Pada bayi
a. Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh
ibunya, bahwa setiap kali minum harus habis.
b. Kebiasaan untuk memberikan minuman/makanan setiap kali
anak menangis.
c. Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang
terlalu dini.
d. Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi, sehingga bayi
selalu haus.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya bayi berat badan lahir
yang lebih tinggi:
a. Faktor keturunan
b. Ibu yang obesitas
c. Pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil yang berlebihan
d. Ibu diabetes/radiabetes
2. Gangguan emosional
Biasanya pada anak yang lebih besar, dimana baginya
makanan merupakan pengganti untuk mencapai kepuasan dalam
memperoleh kasih sayang.
3. Gaya hidup masa kini
21
hiperinsulinisme.
6. Herediter
Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Jika
salah satu orang tuanya obesitas, maka anak mempunyai risiko 40%
menjadi obesitas, sedangkan jika kedua orang tuanya obesitas, maka
risiko menjadi 80%.
7. Suku/bangsa.
8. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah bayi
yang gemuk.(1)
2.6.3 Epidemiologi
Penelitian perseorangan telah menggambarkan prevalensi obesitas
masa anak 7-43% (Canada), 7,3% (United Kingdom), dan 27,1% pada
umur 6-11 tahun dan 21,9% pada umur 12-17 tahun (Amerika Serikat).
Insiden obesitas masa anak di Amerika Serikat diperkirakan adalah 1015%; ada perbedaan regional dalam insidens, dengan prevalensi paling
tinggi di utara-timur dan insidens menurun masing-masing di Tengahtimur, Selatan, dan Barat. Keadaan ini mungkin berkaitan dengan
menurunnya persediaan makanan densitas kalori rendah musiman dan/atau
latihan fisik pada musim dingin. Obesitas lebih menonjol di daerah kota
22
Komplikasi
Berikut daftar komplikasi obesitas masa anak yang dilaporkan:
1. Kardiovaskuler
2. Tekanan darah naik
a. Kolesterol total naik
b. Trigliserid serum naik
c. LDL (low density lipoprotein) naik
d. VLDL (very low density lipoprotein) turun
3. Hiperinsulinisme
4. Kolelitiasis
23
Pencegahan
1. Pemberian ASI (bayi yang diberi ASI jarang yang menjadi obesitas,
karena mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat
2.6.7
badan bayi)
2. Pengenalan aktivitas pada usia dini
3. Jadikan kegiatan menonton tv sebagai aktivitas selingan saja(9)
Tatalaksana
Tatalaksana obesitas bisa jadi sangat menantang dan sangat baik
jika dapat dicapai menggunakan pendekatan dengan berbagai cara untuk
mengubah gaya hidup. Pada orang dewasa, penurunan berat badan jangka
panjang sangat jarang terjadi walaupun banyak sekali tersedia berbagai
macam program diet, produk komersial, dan obat-obatan. Terapi dengan
pendekatan secara kognitif-tingkah laku untuk meningkatkan motivasi
merupakan salah satu cara yang menjanjikan.
Kombinasi dari saran tentang nutrisi, berolahraga, dan pendekatan
secara tingkah laku kognitif bekerja dengan baik. Operasi bariatris dapat
dilakukan untuk penurunan berat badan pada orang dewasa. Masih belum
jelas apakah nantinya pasien-pasien yang melakukan operasi ini dapat
mempertahankan berat badan yang ideal secara permanen, dan
keselamatan jangka panjang juga belum dapat dipastikan.
Sangat penting untuk memulai rekomendasi dengan jelas tentang
pemasukan kalori bagi anak-anak obesitas. Bekerja sama dengan ahli diet
dapat juga membantu. Makanan yang dikonsumsi harus berdasarkan buahbuahan, sayur-sayuran, makanan yang mengandung banyak serat, daging
yang mengandung sedikit lemak, ikan, dan ayam. Makanan cepat saji
harus dipilih berdasarkan banyaknya nutrisi, dan harus memerhatikan
kalori dan lemak yang dikandung. Makanan yang mempunyai kalori yang
berlebihan dan nutrisi yang rendah harus diberikan secara jarang. Karena
banyak anak-anak obesitas mengkonsumsi kalori lebih banyak daripada
yang mereka butuhkan, sangat tidak mungkin untuk mengurangi konsumsi
24
dari
kalori
sehari-hari
yang
seharusnya
dikonsumsi.
Melainkan,
minimal
kaleng
yang
tinggi
karbohidrat
dan
untuk membantu
pasien mengubah
pola nutrisinya.
25
penyakit
kardiovaskuler,
meningkatkan
kesehatan,
dan
duduk-duduk
saja.
American
Academy
of
Pediatrics
Malnutrisi
26
2.7.1 Definisi
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan
gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaan yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan
kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena
asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak
seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat
terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik.(9)
2.7.2 Etiologi
Malnutrisi pada anak dapat merupakan kelanjutan keadaan kurang
gizi yang dimulai pada masa bayi, atau dapat timbul dari faktor-faktor
yang menjadi berlaku selama masa anak. Pada umumnya penyebabnya
adalah sama seperti malnutrisi pada bayi. Masalahnya mungkin kompleks.
Kebiasaan diet yang jelek dapat disertai dengan keadaan higienik yang
pada umumnya jelek, disertai dengan keadaan kronik, makan yang rewel
dari anggota keluarga yang lain, atau disertai dengan gangguan hubungan
orang tua-anak.
Kebiasaan yang jelek pada anak di bawah umur 5 tahun atau 6
tahun dapat dilacak secara langsung pada faktor orang tua, perhatian yang
berlebihan darinya mengenai kuantitas dan kualitas diet merupakan faktor
yang sering ditemukan. Pada anak dari semua umur, tidur yang tidak
cukup dan terlalu banyak kegembiraan emosional, seperti yang
diakibatkan oleh menonton televisi , merupakan faktor penting. Anak umur
sekolah mengembangkan kebiasaan makan tidak teratur atau tidak tepat,
terutama pada makan pagi dan makan siang, karena tidak diberi waktu
cukup atau karena waktu makan mungkin tidak cukup. Beberapa anak usia
5-8 tahun makan sedikit karena takut gemuk. Anak ini berespon dengan
mudah pada nasehat dan penjelasan diet, yang berbeda dengan anak
anoreksia nervosa. Makan antara waktu makan, terutama masalah seperti
manisan (candy) dan makanan kecil (snack) biasanya mengurangi nafsu
makan saat makan.
27
28
29
30
keterlambatan
tumbuh-kembang.
Strategi
pencegahan
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan
fisis.
31
32
Gushue,
dkk
33
berat badan.(12,13)
Diagnosis
Diagnosis penyakit blount ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit (anamnesis, pemeriksaaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
terutama radiografi). Diagnosis diferensial untuk penyakit blount adalah:
1. Genu varum fisiologis. Biasanya kondisi ini hilang dengan
sendirinya. Ditandai dengan kelengkungan ringan dari femur dan
tibia yang pada umumnya membaik pada usia 18-24 bulan.
2. Genu varum kongenital. Angulasi dapat terjadi pada bagian tengah
tibia dengan femur distal dan tibia proksimal tampak normal.
3. Osteomielitis. Gangguan lempeng pertemuan sekunder dari infeksi.
4. Deformitas traumatik. Adanya riwayat trauma yang mencederai
lempeng pertumbuhan dari tibia proksimal.(13)
2.8.5
Tatalaksana
1. Pengobatan non operatif
Pada anak yang lebih tua dari 2 tahun, pengobatan orthotik
dapat digunakan ketika deformitas meningkat atau jika anak tersebut
memiliki sudut metaphyseal-diaphyseal lebih besar 11o. Jika kelainan
tersebut menetap atau meningkat menjadi stadium III atau IV dengan
pengobatan brace siang hari, maka osteotomi perlu dilakukan. Jika
memungkinkan lebih baik untuk melakukan osteotomi sebelum anak
berusia 4 tahun untuk mencegah kekambuhan
2. Pengobatan operatif
Osteotomi merupakan tindakan bedah yang paling sering
digunakan. Osteotomi adalah operasi bedah dimana tulang dipotong
untuk memperpendek, memperpanjang, atau mengubah keselarasan .
34
kontribusi
signifikan
terhadap
peningkatan
prevalensi
35
36
berat
badan
dengan
tetap
mempertahankan
pertumbuhan normal.
b. Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 2030% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total
serta kolesterol < 300 mg per hari.
c. Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan
penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5)
gram per hari.
4. Pengaturan aktifitas fisik
Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju
metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat
perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik
untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan keterampilan
otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk
melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.
Tabel 3. Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan
Jenis kegiatan
Jalan kaki 3 km/jam
300
Jogging 8 km/jam
480
Lari 12 km/jam
600
Tenis tunggal
360
Tenis ganda
240
Golf
180
Berenang
350
Bersepeda
660
37
38
a. Aktivitas Aerobik
Aktivitas aerobik harus dilakukan paling tidak 60 menit
atau lebih dari aktivitas fisik yang dilakukan anak setiap
harinya. Aktivitas ini bisa merupakan aerobik yang berintensitas
sedang seperti jalan cepat atau yang berintensitas berat seperti
lari. Paling tidak melakukan aerobik berintensitas tinggi 3 kali
per minggu.
b. Penguat otot
Lakukan aktivitas gymnastik minimal 3 kali perminggu
di 60 menit aktivitas fisik yang dilakukan anak.
c. Penguat tulang
Untuk menguatkan tulang bisa melakukan lompat tali
atau lari minimal 3 kali per hari.(17)
2. Bermain
Bermain penting untuk perkembangan anak. Bermain bagi
anak tidak sekedar hanya mengisi waktu luang anak saja. Melalui
bermain, anak belajar mengendalikan emosi dan mengkoordinasikan
otot-ototnya, melibatkan perasaan, emosi dan pemikirannya. Apabila
bermain dilakukan bersama orang tua, maka dapat mengakrabkan
hubungan anak dan orangtua dan dapat mendeteksi dini jika terjadi
gangguan perkembangan pada anak.
Bermain harus dilakukan dengan seimbang antara bermain
pasif dan bermain aktif.
a. Bermain aktif ialah bermain di mana anak berperan langsung
dalam permainan. Contohnya bermain drama menggunakan
boneka, menyusun balok-balok.
b. Bermain pasif biasa disebut hiburan, di mana peran yang
dimainkan anak lebih pasif. Contohnya: menonton televisi,
bermain video game. Bermain pasif hendaknya dilakukan tidak
lebih dari 2 jam perharinya.(1)
2.12 Jalur Penyimpanan Energi pada Tubuh
Tubuh memperoleh sumber energi dari makanan yang mengandung
karbohidrat, lemak dan protein. Karbohidrat diserap oleh tubuh dalam
bentuk glukosa. Glukosa tersebut akan digunakan oleh semua jaringan
39
40
BAB III
PLENO
3.1
41
= 145,45 %
42
Gambar 3. Kurva CDC Weight for age dan Sature for age 2-20 tahun
43
= 22,2
44
Klasifikasi Obesitas
Obesitas dapat dibagi menyadi beberapa jenis, yaitu:
1.
Mild Obesity, jika berat badan antara 20% - 30% di atas berat
badan idela.
2.
Moderate Obesity, jika berat badan antara 30% - 60% di atas berat
badan ideal.
3.
Morbid Obesity, jika berat badannya 60% atau lebih di atas berat
badan ideal.(19)
3.3
Tatalaksana Obesitas
Tabel 4. Tatalaksana obesitas berdasarkan kategori IMT(20)
45
46
direkomendasikan
oleh
USDA.
Web
site
USDA
saji;
Makan bersama keluarga minimal 5 sampai 6 kali per minggu;
Konsumsi sarapan setiap hari;
Libatkan seluruh keluarga di pola hidup yang berubah;
Biarkan anak untuk memilih sendiri makanan yang akan
dimakannya dan hindari untuk terlalu mengekang perilaku
makan anak (terutama pada anak kurang dari 12 tahun);
47
dan
mengidentifikasi
penyedia
perilaku
dapat
untuk
bekerjasama
target
yang
untuk
sesuai.
wawancara
yang
motivasional,
penyedia
48
49
banyak
50
dan
pengaturan
tujuan
aktivitas
fisik,
dan
manajemen
berdampingan;
2) Energi seimbang yang negatif berasal dari diet yang terstruktur
dan perubahan aktivitas fisik terjadwal;
3) Partisipasi orang tuan di modifikasi teknik perilaku dibutuhkan
untuk anak usia kurang dari 12 tahun. Pelibatan orang tua dapat
secara lebih sedikit progresif pada anak yang berusia lebih tua;
4) Orang tua harus diajarkan sehubungan dengan peningkatan
lingkungan rumah;
5) Evaluasi ukuran tubuh yang sistemasis, diet, dan aktivitas fisik
harus di lakukan pada saat dasar dan pada interval yang spesifik
di program;
6) Tim yang multidisiplin dengan pengalaman di obesitas pada
anak, termasuk konselor perilaku (contohnya, pekerja sosial,
psikologis, penyedia layanan kesehatan mental yang lain, atau
perawat yang terlatih), ahli diet yang terpercaya, dokter olahraga
(yang dilatih untuk mengawasi anak obesitas), dan pelayanan
kesehatan primer yang melanjutkan untuk mengawasi isu medis
dan mempertahankan pertahanan yang mendukung dengan
keluarga, harus dilibatkan;
7) Kunjungan kantor secara frekuen harus dijadwalkan; kunjungan
mingguan minimumnya adalah 8 sampai 12 minggu adalah yang
paling
efektif.
Kemudian,
kunjungan
bulanan
dapat
berat
badan
komersil
dapat
menilai
program
tersebut
untuk
memastikan
51
kategori
ini
mungkin
52
makanan
dan
obat
telah
memperbolehkan
53
54
55
1.
2.
3.
Stadium II, III, IV : terjadi progresi dari depresi ringan dari metafisis
medial menjadi depresi berat (step-off).
Stadium V
Stadium VI
56
memperpendek,
memperpanjang,
atau
mengubah
keselarasannya.
57
Gambar 6. Osteotomy(5)
58
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Obesitas yang dialami oleh anak perempuan tersebut disebabkan
karena ketidakseimbangan energi yang di pengaruhi oleh pola hidup yang
kurang baik sehingga mengakibatkan tungkai bawah tampak seperti O.
59
DAFTAR PUSTAKA
60
9. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. 15th ed. Jakarta:
EGC; 2000.
10. Direktorat Gizi Masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB-Gizi
Buruk. Jakarta: Depkes RI Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat; 2008.
11. Gibney MJ. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC; 2008.
12. Sabharwal S. Blount Disease. J Bone Jt Surg. 2009;91(7):175876.
13. Taksande A, Kumar A, Vilhekar K, Chaurasiya S. Chaurasiya S. Infantile
Blount disease: A Case Report. Malays Fam Physician. 2009;4(1):302.
14. Morrissy RT, Weinstein SL. Lovell and Winters Pediattric Orthopaedics. 6th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.
15. Martin R, Ruiz N, Nieto M, Jimenez E. Life-style Factors Associated with
Overweight and Obesity Among Spanish Adults. Nutr Hosp. 2009;24(2):144
51.
16. Kiess W, Marcus C, Wabitsch M. Obesity in Childhood and Adolescence.
Basel: Karger AG; 2004.
17. Physical Activity for Everyone: Guidelines: Children | DNPAO | CDC
[Internet].
[cited
2014
Sep
24].
Available
from:
http://www.cdc.gov/physicalactivity/everyone/guidelines/children.html
18. Silverhorn DU. Human Physiology: An Integrated Approach. 6th ed. New
York: Pearson; 2013.
19. Misnadiarly. Obesitas sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta:
Pustaka Obor Populer; 2007.
20. Barlow SE. Expert Committe Recommendations Regarding the Prevention,
Assessment, and Treatment of Child and Adolescent Overweight and Obesity:
Summary Report. Pediatrics. 2007;120(4).
21. Lubis G. Msalah Makan pada Anak. Maj Kedokt Andalas. 2005;29(1).
61