You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

John Dollard dan Neil E. Miller keduanya mengabdi di Institute Of Human Relation,
antara Dollard dan Neil E. Miller berbeda dalam mengambil suatu gagasan namun dengan
pendekatan psikoanalisis antropologi dan sosial keduanya melakukan sebuah gagasan teori
yang nantinya sangat berpengaruh di bidang psikologi yang dikenal dengan stimulus-
response theory yang berkaitan dengan teori belajar.

Dari teori yang diketemukan oleh Dollard dan Miller bahwa mereka beranggapan
bahwa kebiasaan merupakan salah satu elemen dalam struktur kepribadian, kemudian
bagaimana Dollard dan Miller menjelaskan dinamika kepribadian, perkembangan
kepribadian serta tingkah laku abnormal.

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalahnya
seperti apa dinamika kepribadian dalam teori stimulus respon Hull, Dollard dan Miller.

3. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah agar dapat mengerti lebih jauh
tentang teori stimulus respon Hull, Dollard dan Miller.

4. MANFAAT
Makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang positif yaitu dapat
menambah wawasan yang lebih mendalam tentang teori stimulus respon Hull, Dollard dan
Miller.

1
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1. Clark L. Hull


2.1.1. Biografi
Leonard Clark Hull dilahirkan di Akron, New York pada 24 Mei 1884. Ia dibesarkan
di Michigan, dan mendiami satu kelas selama bertahun-tahun. Hull mempunyai masalah
kesehatan di mata. Orang tuanya miskin, dan Hull pernah menderita polio. Pendidikan yang
ditempuhnya beberapa kali terputus karena sakit dan masalah keuangan. Tetapi setelah lulus,
dia memenuhi syarat sebagai guru dan menghabiskan banyak waktunya untuk mengajar di
sekolah negeri yang kecil di Sickle, Michigan.
Setelah memperoleh bachelor dan gelar master di Universitas Michigan, ia beralih ke
psikologi, dan menerima Ph.D. psikologi di tahun 1918 dari University of Wisconsin, dimana
dia tinggal selama sepuluh tahun sebagai instruktur. Penelitian doctor- nya pada "Aspek
kuantitatif dari Evolution of Concepts" telah diterbitkan dalam Psychological Monographs.
Selama waktu itu, Hull mempelajari efek dari merokok tembakau pada kinerja, yang
kemudian dibahasnya pada beberapa literatur yang disertai dengan pengujian, selanjutnya
mulai penelitian tentang saran dan hipnose. Pada 1929, Clark Hull melanjutkan penelitiannya
di Yale University dan mulai serius terhadap perkembangan teori perilakunya. Sampai akhir
karirnya, Hull dan mahasiswa didominasi behavioristik psikologi. Clark Hull meninggal pada
10 Mei 1952, di New Haven, Connecticut.
Hull adalah seorang tokoh teori belajar behavioristik. Hull tertarik dengan teori
belajar yang membuat dia menghasilkan beberapa buku yang berhubungan dengan teori
belajar, antara lain Mathematico Deductive Theory of Role Learning yang ditulis bersama-
sama dengan Hovland, Perkins, dan Fitch. Hull juga menulis Principles of Behavior and
Essentials of Behavior. Buku terakhir yang ditulisnya adalah A Behavior System. Selain
menulis buku Hull juga menulis sejumlah artikel bagi majalah-majalah profesional.

2.1.2. Konsep dan Teori Belajar


Clark L. Hull mendasarkan teori belajarnya pada tingkah laku yang diselidiki dengan
hubungan perkuatan S- R. Metode yang digunakan merupakan metode matematika, deduktif,
dan dapat dites atau diuji. Teori dari Hull sebenarnya tidak jauh beda dengan teori belajar
lainnya. Beberapa persamaan teori belajar Hull dengan teori belajar sebelumnya adalah

2
sebagai berikut:
a) Berdasarkan asosiasi S-R
b) Berdasarkan cara melangsungkan hidup.
c) Berdasarkan kebutuhan biologis dan pemenuhannya.
d) Orientasinya kepada teori Pavlov.
Hull juga mengembangkan beberapa definisi, antara lain:
1. Kebutuhan (Need)
Kebutuhan merupakan keadaan organisme yang menyimpang dari kondisi
biologis optimum pada umumnya yang digunakan untuk melangsungkan
hidupnya. Jika kebutuhan tersebut timbul maka organisme akan bertindak untuk
memenuhi kebutuhannya, hal tersebut dinamakan mereduksi kebutuhan dan teori
belajarnya disebut teori reduksi kebutuhan atau need reduction theory.
2. Dorongan (Drive)
Kondisi kekosongan ganda organisme sehingga mendorong untuk melakukan
sesuatu. Istilah lain dari dorongan adalah motif. Adakalanya seseorang merasa
ingin melakukan sesuatu namun orang tersebut tidak memiliki dorongan untuk
melakukannya.
3. Perkuatan (Reinforcement)
Sesuatu yang dapat memperkuat hubungan S- R, dan respon terhadap stimulus
tersebut dapat mengurangi ketegangan kebutuhan. Perkuatan biasanya berupa
hadiah.
Kebutuhan yang timbul akan menyebabkan terbentuknya suatu perilaku yang akan
mereduksi kebutuhan secara berangsur-angsur yang dapat dipelajari responnya. Stimulus
yang dapat menimbulkan respon adalah stimulus yang mengenai saraf sensoris atau reseptor
kemudian menimbulkan impuls yang masuk afferent, yaitu saraf gerak dan dapat
mengaktifkan otot- otot maskuler.
S dengan huruf besar merupakan stimulus dan obyeknya. s dengan huruf kecil
merupakan stimulus dalam organisme, stimulus yang sudah berupa impuls. Impuls
merupakan perangsang atau stimulus yang sudah ada dan bekerja dalam saraf. Dalam teori
kali ini yang akan kita pakai S dengan huruf besar.
Hull membedakan tendensi untuk timbulnya R dan r. R untuk respon yang nampak,
faktual, dan r adalah predisposisi respon yang masih dalam aktivitas saraf. r merupakan
respon yang masih ada didalam organisme, jadi tidak nampak, tapi mempengaruhi tingkah

3
laku. Hull mengganti S- R menjadi SHR, dimana H merupakan habit.
Hull membedakan antara learning dengan performance. Tindakan dipengaruhi oleh
banyak hal, tetapi belajar hanya dipengaruhi oleh faktor jumlah waktu, respon khusus terjadi
karena kontinu dengan perkuatan. Menurut Hull tingkah laku bersumber pada kebutuhan
yang merupakan tuntutan hidup.

2.1.3. Postulat yang Diajukan Oleh Hull


Hull mengajukan enam belas postulat dalam cakupan enam hal yakni sebagiai berikut:
a. Tanda-tanda luar yang mendorong atau membimbing tingkah laku dan
representasi neuralnya atau saraf.
Postulat 1: Impuls saraf afferent dan bekas lanjutannya. Jika suatu perangsang
mengenai reseptor, maka timbullah impuls saraf afferent dengan cepat mencapai
puncak intensitasnya dan kemudian berkurang secara berangsur-angsur. Sesaat saraf
afferent berisi impuls dan diteruskan kepada saraf sentral dala beberapa detik dan
seterusnya timbul respon. S- R diubah menjadi S- s- R atau S- s- r- R. Simbol s adalah
impuls atau stimulus trace dalam saraf sensoris, dan simbol r adalah impuls respon
yang masih dalam saraf fferent.
Postulat 2: Interaksi saraf afferent. Impuls dalam suatu saraf afferent dapat diteruskan
ke satu atau lebih saraf afferent lainnya. R timbul tidak hanya karena satu stimulus,
tetapi lebih dari satu S yang lalu terjadi kombinasi berbagai stimulus. Rumusnya akan
berubah menjadi S- r- R.
b. Respon terhadap kebutuhan, hadiah dan kekuatan kebiasaan.
Postulat 3: Respon-respon bawaan terhadap kebutuhan (tingkah laku yang tidak
dipelajari).
Sejak lahir organisme mempunyai hierarki respon penentu kebutuhannya yang timbul
karena ada rangsangan-rangsangandan dorongan. Respon terhadap kebutuhan tertentu
bukan merupakan respon pilihan secara random, tetapi respon yang memang
ditentukan oleh kebutuhannya, misalnya mata kena debu maka mata berkedip dan
keluar air mata.
Postulat 4: Hadiah dan kekuatan kebiasaan; kontiguitas dan Reduksi Dorongan
sebagai kondisi-kondisi untuk belajar.
c. Kekuatan kebiasaan akan bertambah jika kegiatan-kegiatan reseptor dan
efektor terjadi dalam persamaan waktu yang menyebabkan hubungan

4
kontiguitif dengan hadiah pertama dan hadiah kedua. Simbol kekuatan
kebiasaan adalah sHs. Stimulus pengganti (ekuaivalen)
Postulat 5: Generalisasi (penyamarataan)
Kekuatan kebiasaan yang efektif timbul karena stimulus lain daripada stimulus
pertama yang menjadi persyaratan bergantung kepada penindakan stimulus kedua dari
yang pertama dalam kesatuan yang terus menerus dari ambang perbedaan, dengan
kata lain yang ingin dibentuk merupakan hasil rata-rata persyaratan stimulus
berikutnya.
d. Dorongan-dorongan sebagai akitivator respon.
Postulat 6: Stimulus dorongan. Hubungan dengan tiap-tiap dorongan adalah stimulus
dorongan karakteristik yang intensitasnya meningkat dengan kekuatan dorongan.
Postulat 7: Potensi reaksi yang ditimbulkan oleh dorongan. Kekuatan kebiasaan
disintesiskan kedalam potensi reaksi dengan dorongan-dorongan primer yang timbul
pada saat tertentu.
e. Faktor-faktor yang melawan respon-respon
Postulat 8: Pengekangan reaksi. Timbulnya suatu reaksi menyebabkan pengekangan
reaksi yang lain. Suatu kejemuan untuk mengulangi respon. Pengekangan reaksi
adalah penghamburan waktu yang spontan.
Postulat 9: Pengekangan yang dikondisikan (diisyaratkan). Stimuli yang dihubungkan
dengan penghentian respon menjadi pengekangan yang dikondisikan.
Postulat 10: Osilasi pengekangan.
Potensial pengekangan dihubungkan dengan potensial reaksi yang bergoyang terus
menerus pada waktu itu.
f. Bangkitnya respon.
Postulat 11: Reaksi ambang perangsang. Potensi reaksi efektif yang momentum harus
melampaui reaksi ambang perangsang sebelum stimulus membangkitkan reaksi.
Postulat 12: Kemungkinan reaksi diatas ambang perangsang. Kemungkinan respon
adalah fungsi normal dari potensi reaksi efektif melampaui reaksi ambang
perangsang.
Postulat 13: Latensi (keadaan diam atau berhenti). Makin potensi reaksi efektif
melampaui reaksi ambang perangsang makin pendek latensi respon, artinya respon
makin cepat timbul.
Postulat 14: Hambatan berhenti (ekstingsi). Makin besar potensi reaksi efektif, makin
besar respon yang timbul tanpa perkuatan, sebelum berhenti atau ekstingsi.
5
Postulat 15: Amplitudo respon (besarnya respon). Besarnya dorongan dilantari atau
disebabkan oleh peningkatan kekuatan potensi efektif reaksi dalam sistem saraf
otonom.
Postulat 16: Respon-respon yang bertentangan. Jika potensi-potensi reaksi kepada dua
atau lebih respon-respon yang bertentangan terjadi dalam organisme pada waktu yang
sama, maka hanya reaksi yang mempunyai potensi reaksi yang lebih besar akan
terjadi responnya.
Hull mengajukan postulat- postulat tersebut dengan maksud ingin mempelajari
terbentuknya tingkah laku secara sistematis dan matematis. Dari enam belas postulat yang
menjadi inti adalah postulat nomor empat, yakni mengenai hadiah dan kekuatan kebiasaan.
Peningkatan dari hadiah yang berturut- turut memuncak terbentuknya kombinasi
kekuatan kebiasaan yang bergantung kepada peningkatan hadiah. Jika ditarik esensi teori
belajar pada analisis Hull adalah operasi dasar hadiah, pengaruh ulangan, dan gradiasi hadiah.
Hull mengemukakan ada tiga fungsi yang berbeda mengenai dorongan, yaitu:
 Tanpa adanya suatu dorongan tidak akan ada perkuatan primer, sebab
perkuatan primer akan menyebabkan penurunan cepat dari dorongan.
 Tanpa adanya dorongan tidak akan timbul respon, sebab dorongan akan
mengaktivir kebiasaan dalam potensi reaksi. Hull berasumsi bahwa dorongan
akan melipatgandakan kekuatan kebiasaan.
 Tanpa stimulus dorongan yang jelas, tidak akan terjadi regulasi kebiasaan dari
kebutuhan pada organisme, maka tidak ada cara untuk mempelajari.

2.1.4. Hypotetico Deductive Theory


Teori belajar ini dikembangkan Hull dengan menggunakan metode deduktif. Hull
percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi harus didasarkan pada teori dan tidak semata-
mata berdasarkan fenomena individual atau secara induktif. Teori ini terdiri dari beberapa
postulat yang menjelaskan pemikirannya tentang aktivitas otak, reinforcement, habit, reaksi
potensial, dan lain sebagainya (Lundin, 1991, pp.193-195).
Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman teorinya yang detil, ditunjang dengan
hasil-hasil eksperimen yang cermat dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak dirujuk oleh
para ahli behavioristik lainnya dan dikembangkan. Namun walaupun demikian Hull juga
mendapatkan banyak kritikan yang diberikan padanya, diantaranya sebagai berikut:
1. Teorinya dianggap terlalu kompleks dan sulit dimengerti. Dalam setiap

6
penelitiannya Hull selalu mengembangkan sistem yang rumit dan sangat
bergantung kepada matematika elaborasi.
2. Idenya tentang proses internal dianggap abstrak dan sulit dibuktikan melalui
eksperimen empiris.
3. Partikularistic, usaha untuk menggeneralisasi hasil eksperimen secara berlebihan.

2.1.5. Mathematico Deductive Hull


Teori belajar ini merupakan satu perlakuan sistematis dari belajar berdasarkan teori
pengkondisian klasik dan dinyatakan dalam bentuk postulat- postulat deduktif dan akibat-
akibatnya yang bersifat wajar. Hukum asasi dari perolehan kemahiran beranggapan bahwa
kekuatan kebiasaan itu dibangun secara beransur- angsur dalam bentuk tambahan atau
kenaikan- kenaikan kebiasaan, lewat penguatan yang berdekatan dari unit- unit S- R atau
stimulus- respon.
Kekuatan kebiasaaan itu bisa dibuat peka kedalam bentuk daya guna atau prestasi
oleh dorongan- dorongan (drives). Apabila tidak terdapat unsur dorongan, prestasi akan
menurun sampai angka nol. Bila tidak ada kekuatan kebiasaan, prestasi juga akan menurun
sampai titik nol karena dorongan dan kekuatan kebiasaaan itu saling berhubugnan dalan satu
fungsi yang multiplikatif (fungsi perkalian). Oleh karena semua teori- teori yang berdasarkan
prinsip-prinsip pengkondisian ternyata benar, maka Hull menggunakan teori pemusnahan dan
penghambatan, agar bisa menerangkan dan menghitung masalah penyusutan reaksi.
Pemusnahan jelas disebabkan oleh pengulangan tanpa upaya penguatan pada reaksi-rekasi.
Perangsang yang berasosiasi dekat dengan satu reaksi yang mengalami proses pemusnahan
atau pemadaman, akan mampu menghambat munculnya reaksi tersebut. Peristiwa lupa akan
material verbal atau hal- hal lisan, diduga merupakan satu kemunduran atau kerusakan fungsi
sepanjang perjalanan waktu. Untuk mengukur jalannya proses belajar, Hull mengemukakan
beberapa kemungkinan diantaranya:
a. Latensi (tersembunyi, belum kelihatan) reaksi, atau kecepatan dengan mana satu
reaksi muncul mengikuti penyajian perangsangnya.
b. Kemungkinan reaksi.
c. Jumlah ulangan-ulangan yang diperlukan untuk bisa mengakibatkan pemusnahan.

7
2.2. Dollard & Miller
2.2.1. Biografi
2.2.1.1 John Dollard
John Dollard dilahirkan di Menasha, Wisconsin, pada tanggal 29 Agustus 1900. Ia
menerima gelar A.B. dari Universitas Wisconsin pada tahun 1922 dan berturut-turut meraih
M.A. (1930) dan Ph.D.-nya (1931) dalam bidang sosiologi di Universitas Chicago. Dari
tahun 1926 sampai dengan 1929 la menjadi salah seorang pembantu rektor Universitas
Chicago.
Pada tahun 1932 ia menerima jabatan rektor di bidang antropologi di Universitas Yale
dan pada tahun berikutnya menjadi rektor di bidang sosiologi pada Institut of Human
Relations yang baru saja didirikan. Pada tahun 1935, ia menjadi peneliti pada institut tersebut
dan pada tahun 1948 menjadi peneliti dan profesor di bidang psikologi. Ia dipensiunkan
sebagai profesor pada tahun 1969. Ia memperoleh pendidikan dalam psikoanalisis dari
Institut Berlin dan menjadi anggota dari Western New England Psychoanalytic Society. Ke-
yakinan Dollard dan dedikasi pribadinya terhadap penyatuan ilmu-ilmu pengetahuan sosial
tercermin tidak hanya dalam tulisan- tulisannya tetapi juga dalam fakta bahwa ia pernah
mengemban tugas- tugas akademik di bidang antropologi, sosiologi, dan psikologi pada satu
universitas.
Dollard telah menulis banyak artikel teknis dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial mulai
dari etnologi sampai psikoterapi. Ia telah mengarang sejumlah buku yang juga mencerminkan
minatnya yang luas itu. Caste and class in a Southern town (1937) adalah suatu penelitian
lapangan yang sangat dihargai mengenai peranan orang- orang kulit hitam dalam suatu
masyarakat di bagian selatan di AS dan merupakan salah satu contoh karya awal analisis
kebudayaan dan kepribadian. Karya ini disusul oleh sebuah buku serupa, Children of
bondage (1940), yang ditulis bersama Allison Davis. Ia menerbitkan dua buku berisi analisis
psikologis tentang rasa takut: Victory over fear (1942) dan Fear in battle (1943); dan suatu
monograf penting mengenai penggunaan bahan sejarah kehidupan, Criteria for the life
history (1936). Bersama Frank Auld dan Alice White ia menerbitkan Steps in psychotherapy
(1953), sebuah buku yang menyajikan suatu metode psikoterapi yang mencakup pendes-
kripsian yang rinci tentang individu yang sedang dalam perawatan, dan bersama Frank Auld
menerbitkan Scoring human motives (1959).

8
2.2.1.2. Neil Miller

Neal Miller dilahirkan di Milwaukee, Wisconsin, pada tanggal 3 Agustus 1909 dan
meraih gelar B.S.-nya dari Universitas Washington pada tahun 1931. Ia meraih gelar M,.A.-
nya dari Universitas Stanford pada tahun 1932 dan Ph.D.-nya di bidang psikologi dari
Universitas Yale pada tahun 1935. Dari tahun 1932 sampai dengan tahun 1935 ia menjadi
asisten di bidang Psikologi pada Institute of Human Relations dan antara tahun 1935-1936 ia
mendapat beasiswa dari Social Science Researc Council dan memanfaatkannya untuk
mengikuti pendidikan analisis pada Institut Psikoanalisis Wina. Dari tahun 1936 sampai tahun
1940, menjadi asisten dosen dan selanjutnya lektor pada Institute of Human Relations. Ia
menjadi peneliti dan lektor pada tahun 1941. Dari tahun 1942 sampai tahun 1946, ia
memimpin suatu proyek penelitian psikologi untuk Angkatan Udara AS. Pada tahun 1946, ia
kembali ke Universitas Yale, menjadi profesor dalam program kuliah James Rowland Angell
di bidang psikologi pada tahun 1952. Ia menetap di Yale sampai tahun 1966n dan selanjutnya
menjadi profesor psikologi dan kepala Laboratorium Psikologi Fisiologis pada Universitas
Rockefeller.

Selain karena kerjasamanya dengan John Dollard, Miller juga sangat terkenal di
kalangan psikologi berkat karya eksperimental dan teoritisnya yang cermat tentang proses
pemerolehan dorongan- dorongan, hakikat perkuatan, dan penelitian tentang konflik.
Penelitian awalnya semata- mata bersifat behavioral, tetapi sejak tahun 1950-an Miller mulai
menaruh perhatian pada mekanisme- mekanisme fisiologis yang mendasari dorongan dan
perkuatan serta gejala- gejala sejenis lainnya. Karya ini disajikan secara rinci dalam terbitan-
terbitan jurnal, meskipun banyak di antaranya telah pula diringkaskan dalam tiga bab buku
pegangan yang sangat elok (Miller, 1944, 1951a, 1959). Penghargaan atas sumbangan-
sumbangannya tercermin pada berbagai tanda jasa yang diterimanya. Ini meliputi
keanggotaannya dalam National Academy of Science yang bergengsi itu, terpilih menjadi
ketua American Psychological Association (1959), menerima medali Warren dari Society of
Experimental Psychologist (1957), dan menerima Medal of Science dari Presiden (1965),
suatu tanda kehormatan yang hanya dimilikinya bersama dua ilmuwan behavioral lain.

Miller dan Dollard bersama- sama telah menulis dua buku yang berisi penerapan versi
yang disederhanakan dari teori Hull pada masalah- masalah yang menjadi garapan psikolog

9
sosial (Social leraning and imitation, 1941) dan pada masalah- masalah yang menjadi
perhatian psikolog klinis atau psikolog kepribadian (Personality and psychotherapy, 1950).

2.2.2. Teori Belajar

Teori ini termasuk dalam aliran Behaviorisme moderat dan merupakan modifikasi
serta penyederhanaan Teori Perkuatan Leonard Clark Hull yang dihasilkan oleh kerjasama
dari John Dollard dan Neal Miller. Selain itu, teori ini juga bertolak dari Teori Psikoanalitis
serta temuan- temuan dan generalisasi dari antropologi sosial. Maka tidak diragukan lagi teori
ini bercorak klinis dan sosial.

Teori Perkuatan Dollard dan Miller dihasilkan dari eksperimen laboratorium dengan
menggunakan tikus. Dalam eksperimen, seekor tikus laboratorium dimasukkan dalam kotak
persegi dengan lantai berjaringan kabel listrik dan sebuah sekat rendah yang memisahkan
kotak tersebut menjadi dua. Sebuah bel listrik dipasang dan diatur sedemikian rupa sehingga
pada saat percobaan berlangsung, bel listrik tersebut berbunyi bersamaan dengan dialirinya
listrik yang terputus-putus melalui kabel listrik pada kotak tersebut. Tikus yang terkejut
karena aliran listrik melakukan variasi respon, hingga akhirnya tikus melakukan respon
melompati sekat rendah tersebut dan listrik berhenti mengalir serta bel berhenti berbunyi.
Percobaan ini diulang terus dan didapatkan bahwa respon melompati sekat rendah sejak bel
berbunyi dan listrik mengalir waktunya semakin lama semakin berkurang.

Pada percobaan berikutnya, tikus dimasukkan lagi ke dalam kotak dan bel dibunyikan
tapi listrik tidak mengalir. Bel ini terus berbunyi dan baru berhenti ketika tikus melompati
sekat rendah di tengah kotak. Akhirnya, tikus ini melakukan respon melompati sekat rendah
dan berpindah ke ruang lain di kotak tersebut ketika hanya bel saja yang dibunyikan.

Sesi percobaan berikutnya pun dilakukan oleh Dollard dan Miller. Kali ini, sebuah
pengungkit ditambahkan dalam kotak. Tikus lalu dimasukkan ke dalam kotak dan bel
dibunyikan. Tikus tersebut melompati sekat rendah, namun bel listrik tidak berhenti berbunyi.
Berbagai variasi respon pun dilakukan oleh tikus hingga akhirnya tikus menekan pengungkit
dan bel berhenti berbunyi. Percobaan terus diulang dan tikus semakin lama semakin cepat
melakukan respon menekan pengungkit segera setelah bel listrik dibunyikan.

10
Eksperimen ini secara keseluruhan menggabungkan antara pengkondisian klasikal dan
pengkondisian operan. Ketika aliran listrik (stimulus tidak terkondisi/ST) dipasangkan
dengan bunyi bel listrik (stimulus terkondisi/SK) dan tikus mengasosiasikan bunyi bel listrik
dengan aliran listrik, maka pengkondisian klasikal telah terjadi. Kemudian ketika tikus
berhasil melakukan respon (R) yang tepat untuk menghindari aliran listrik dan bunyi bel
tersebut, yaitu dengan melompati sekat rendah, maka pengkondisian operan juga telah terjadi.
Dan gabungan dari keduanya menyebabkan tikus akan melakukan respon melompati sekat
rendah (R) ketika ia hanya mendengar bunyi bel listrik saja (SK) yang telah menggantikan
fungsi aliran listrik (ST). Respon yang mendapat perkuatan saja (dalam hal ini terbebas dari
rasa sakit akibat aliran listrik dan juga asosiasinya (bunyi bel listrik) yang cenderung diulang.
Hal ini bisa kita lihat dari perubahan respon melompati sekat rendah menjadi respon menekan
pengungkit ketika respon melompati sekat rendah tidak lagi bisa dilakukan untuk mendapat
perkuatan.
Satu hal lagi yang penting untuk diperhatikan dalam teori Dollard dan Miller dari
percobaan ini adalah adanya sesuatu yang disebut respon internal (r) yang kemudian menjadi
dorongan (drive/SD) sebagai isyarat (cue) untuk melakukan respon terbuka (R). Respon
internal (r) ini berupa rasa takut akan rasa sakit yang timbul dari aliran listrik (rasa sakit ini
sendiri adalah dorongan yang bersifat bawaan; contoh lainnya adalah rasa lapar, haus, dan
seks.
Menurut Dollard dan Miller, asosiasi yang terjadi antara stimulus terkondisi (SK)
dengan respon internal (r) inilah yang disebut kebiasaan (habit) dan membentuk serangkaian
proses berikutnya sampai individu melakukan respon terbuka (R) yang mendapat perkuatan.
Respon internal (r) ini bisa berupa rasa takut dan kecemasan dalam diri individu.
Dollard dan Miller mengemukakan bahwa tikus dalam percobaan pertama
menggeneralisasikan stimulus, sehingga setiap kali bel berbunyi dengan variasi intensitas
yang berbeda-beda sekali pun, tikus tetap merespon melompati sekat rendah. Namun tikus
bisa juga melakukan diferensiasi stimulus, jika percobaan dilakukan dengan mengaliri listrik
tepat hanya pada bunyi bel dengan intensitas tertentu, dan pada intensitas yang lain bel
berbunyi tapi tidak ada aliran listrik; sehingga tikus hanya merespon pada stimulus yang
spesifik.

2.2.3. Struktur Kepribadian

Dollard dan Miller kurang menaruh minat pada unsur-unsur struktural atau unsur-

11
unsur yang relatif tidak berubah dalam kepribadian, tetapi berminat pada proses belajar dan
perkembangan kepribadian. Kebiasaan adalah konsep struktural kunci dalam teori ini
sebagaimana telah dijelaskan dalam eksperimen bahwa kebiasaan merupakan asosiasi antara
stimulus (baik eksternal maupun internal) dan respon. Susunan dari kebiasaan yang telah
dipelajari tersebut membentuk kepribadian.
Sejumlah kebiasaan melibatkan respon internal yang membangkitkan stimulus
internal yang bersifat dorongan (drive). Dorongan itu sendiri merupakan stimulus yang cukup
kuat untuk mengaktifkan perilaku. Dorongan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Dorongan Primer (primary drives)
Adalah dorongan-dorongan yang berkaitan dengan kondisi fisik atau fisiologis, seperti
lapar, haus, seks, dan sebagainya. Dorongan primer ini dianggap kurang penting oleh
Dollard dan Miller dalam tingkah laku manusia karena fungsinya telah tergantikan
oleh dorongan sekunder.
b. Dorongan Sekunder (secondary drives)
Merupakan asosiasi pemuasan dari dorongan primer, seperti kecemasan, rasa takut,
gelisah, dan sebagainya. Dorongan sekunder ini dibandingkan dengan dorongan
primer dianggap memiliki peranan yang lebih penting dalam tingkah laku manusia
karena lebih tampak secara nyata dan dipandang sebagai bagian-bagian kepribadian
yang bersifat menetap.

2.2.4. Dinamika Kepribadian

Dollard dan Miller sangat eksplisit dalam mendefinisikan sifat motivasi. Mereka
menguraikan secara rinci perkembangan dan perluasan motif-motif, tetapi mereka tidak
membahas taksonomi dan klasifikasi motif. Mereka berfokus pada motif-motif tertentu,
misalnya kecemasan, dan analisis motif dibuat untuk menjelaskan proses umum yang berlaku
untuk semua motif. Pengaruh dorongan-dorongan pada manusia menjadi rumit karena
munculnya sejumlah dorongan baru. Dorongan-dorongan yang baru merupakan hasil
penurunan atau pemerolehan sama seperti dorongan yang dipelajari.
Selama proses pertumbuhan, tiap individu mengembangkan sejumlah besar dorongan
sekunder yang bertugas membentuk tingkah laku. Dorongan-dorongan yang dipelajari ini
diperoleh dari dorongan-dorongan primer, yang merupakan perluasan dorongan-dorongan
tersebut, dan merupakan bentuk luar dimana tersembunyi fungsi-fungsi dorongan-dorongan
bawaan yang mendasarinya. Stimulus dorongan sekunder umumnya telah menggantikan

12
fungsi asli stimulus dorongan primer. Dorongan-dorongan yang diperoleh misalnya
kecemasan, rasa malu, dan keinginan untuk menyenangkan orang lain, mendorong sebagian
besar perbuatan manusia. Implikasi peranan dorongan-dorongan primer dalam banyak hal
tidak dapat diamati lagi dalam situasi biasa pada seorang dewasa yang memasyarakat. Hanya
dalam proses perkembangan, atau pada masa-masa kritis (gagal dalam penyesuaian diri
menurut tuntutan kultural masyarakat), orang dapat mengamati dengan jelas bekerjanya
dorongan-dorongan primer.

2.2.5. Perkembangan Kepribadian

Dollard dan Miller menganggap bahwa manusia pada saat lahir dan beberapa saat
sesudahnya hanya memiliki sejumlah kapasitas tingkah laku yang terbatas, yaitu: pertama,
sejumlah kecil respon khusus yang sebagian terbesar berupa respon terhadap satu atau
segolongan stimulus spesifik; kedua, sejumlah hierarki respon bawaan, yakni kecenderungan-
kecenderungan melakukan respon-respon tertentu dalam situasi stimulus- stimulus tertentu
sebelum respon- respon tertentu lainnya; ketiga, memiliki seperangkat dorongan primer yang
berupa stimulus- stimulus internal yang sangat kuat dan tahan lama, serta umumnya
berhubungan erat dengan proses fisiologis.
Dalam perkembangannya, manusia mengalami proses belajar yang oleh Dollard dan
Miller dikemukakan empat konsep penting di dalamnya, yaitu: dorongan, sebagaimana telah
dijelaskan di awal; isyarat (cue), adalah suatu stimulus yang membimbing respon organisme
dengan mengarahkan atau menentukan ketepatan sifat responnya (isyarat ini menentukan
kapan organisme harus merespon, mana yang harus direspon, dan respon mana yang harus
diberikan); respon, merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar, sebagaimana
dijelaskan oleh Dollard dan Miller bahwa sebelum suatu respon tertentu dapat dihubungkan
dengan suatu isyarat tertentu maka respon harus terjadi dahulu, dan tahap yang menentukan
dalam proses belajar adalah menentukan respon mana yang cocok; dan perkuatan
(reinforcement).
Proses-proses belajar yang terjadi mendasari perolehan dorongan sekunder yang
merupakan perluasan dari dorongan primer. Stimulus yang kuat dapat membangkitkan respon
internal yang kuat, yang lalu menghasilkan stimulus internal yang lebih lanjut lagi. Stimulus
internal lanjutan ini bertindak sebagai isyarat untuk membimbing atau mengontrol dorongan
yang memaksa organisme bertindak sampai ia mendapat perkuatan atau suatu proses lain yag
menghalanginya. Proses perkuatan membuat respon atau perilaku dapat berulang, sedangkan

13
proses lain yang menghalangi dapat secara berangsur-angsur menghapus respon tersebut.
Penghapusan respon tersebut dapat juga dilakukan dengan counterconditioning di mana
respon kuat yang tidak sesuai disesuaikan pada isyarat yang sama, misalnya stimulus (isyarat)
yang menghasilkan respon takut dipasangkan dengan makanan, sehingga lama-lama respon
takut tersebut bisa menghilang.
Sebagaimana ahli- ahli psikoanalisis, Dollard dan Miller sepakat bahwa 6 tahun
pertama kehidupan merupakan faktor penentu penting bagi tingkah laku orang dewasa. Dan
konflik tak sadar bisa dipelajari pada masa ini yang akhirnya menimbulkan masalah-masalah
emosional di kehidupan kemudian.

2.2.6. Psikopatologi

Tidak seorangpun manusia yang berfungsi dengan sedemikian efektif sehingga semua
kecenderungannya harmonis dan terintegrasi dengan baik, tetapi juga dapat memunculkan
masalah yang disebabkan karena adanya motif-motif atau kecenderungan-kecenderungan
yang saling bertentangan yang disebut konflik. Tingkah laku konflik sendiri dijelaskan oleh
Dollard dan Miller dengan lima asumsi dasar:
a. Asumsi yang menyatakan bahwa kecenderungan untuk mendekati suatu tujuan
menjadi semakin kuat ketika individu menjadi semakin dekat dengan tujuan
itu, yang disebut dengan perubahan tingkat mendekati (gradient of approach).
b. Asumsi yang menyatakan bahwa kecenderungan menjauhi suatu stimulus
negatif menjadi semakin kuat ketika individu menjadi semakin dekat stimulus
itu, yang disebut dengan perubahan tingkat menjauhi (gradient of avoidance).
c. Asumsi yang menyatakan bahwa perubahan tingkat menjauhi lebih tajam
dibandingkan perubahan tingkat mendekati.
d. Asumsi yang menyatakan meningkatnya dorongan yang diasosiasikan dengan
mendekat atau menjauh akan berakibat meningkatnya bobot perubahan tingkat
pada umumnya.
e. Asumsi yang menyatakan bahwa jika ada dua respon yang bersaing maka yang
lebih kuat yang akan muncul.
Berdasarkan asumsi tersebut, mereka dapat membuat prediksi bagaimana cara
individu menghadapi berbagai tipe konflik:
1. Approach- avoidance conflict (tipe konflik mendekat-menjauh)
2. Approach- approach conflict (tipe konflik mendekat-mendekat)

14
3. Avoidance- avoidance conflict (tipe konflik menjauh-menjauh)
Selain itu Dollard dan Miller juga mencurahkan sebagian besar teori mereka untuk
menjelaskan kondisi-kondisi yang menyebabkan berkembangnya aneka neurosis. Inti setiap
neurosis adalah konflik tak sadar yang kuat dan sumber-sumber konflik itu hampir selalu
ditemukan dalam masa kanak-kanak individu. Menurut mereka, konflik-konflik neurotik
diajarkan oleh orang tua dan dipelajari oleh anak. Karena konflik-konflik neurotik bersifat
tidak sadar, maka individu tidak dapat mengarahkan kemampuan-kemampuannya untuk
memecahkan masalah. Selama konflik-konflik tetap tidak disadari maka konflik-konflik
tersebut tidak hanya akan terus bertahan tetapi juga akan menyebabkan berkembangannya
reaksi-reaksi atau simptom-simptom yang lebih lanjut lagi yang berupa akibat-akibat dari
kekacauan emosional atau berupa tingkah laku yang memungkinkan individu melarikan diri
dari ketakutan-ketakutan dan kecemasan mereka untuk sementara waktu.

BAB III

15
KESIMPULAN

Sepanjang karirnya, Hull mengembangkan ide di berbagai bidang psikologi, terutama


psikologi belajar, hipnotis, teknik sugesti. Metode yang paling sering digunakan adalah
eksperimental laboratorium.
Prinsip-prinsip utama teorinya:
1. Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun
fungsi reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied
factor.
2. Dalam mempelajari hubungan S- R yang diperlu dikaji adalah peranan dari
intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisma).
Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred),
efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output. Karena pandangan ini
Hull dikritik karena bukan behaviorisme sejati.
3. Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak
pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organisma.
Hypothetico- deductive theory adalah teori belajar yang dikembangkan Hull dengan
menggunakan metode deduktif. Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi harus
didasarkan pada teori dan tidak semata-mata berdasarkan fenomena individual (induktif).
Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang menjelaskan pemikirannya tentang aktivitas otak,
reinforcement, habit, reaksi potensial, dan lain sebagainya (Lundin, 1991, pp.193-195).
Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman teorinya yang detil, ditunjang dengan hasil-
hasil eksperimen yang cermat dan ekstensif. Akibatnya ide Hull banyak dirujuk oleh para ahli
behavioristik lainnya dan dikembangkan.
Teori Dollard- Miller biasanya disebut dengan teori stimulus respon. Walaupun jika
dicermati dari biografi antara John Dollar dan Neal Miller terdapat perbedaan yang dalam hal
ini mengenai gagasan kedua tokoh tersebut. Walaupun demikian, keduanya sangat
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman di Institute of Human Relations. Dengan prinsip-
prinsip asosiasi, ganjaran (reinforcement menjadi penting dalam hal analisis kepribadian dan
sosial kultural.

DAFTAR PUSTAKA

16
Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. 2004.

Cyrilla. 2009. Teori Perkuatan Dollard Miller. http://cyrillaq.blogspot.com. 5 Maret 2010.

Georee, George. Sejarah Psikologi. Yogyakarta: Primasophie. 2005.

Herfis. 2009. Clark L. Hull. http://herfis.blogspot.com. 5 Maret 2010.

Supartiknya. Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: IKAPI-KANISIUS. 1998.

17

You might also like