Professional Documents
Culture Documents
Bab I
BELAJAR
A. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai
berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar
dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan
karakteristik penting yang membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik
bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu,
kemampuan untuk belajar secara terus akan memberikan
kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya.
Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang
penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari
generasi ke generasi ( Bell-Gredler, 1986).
Pengertian belajar itu cukup luas dan tidak hanya sebagai
kegiatan di bangku sekolah saja.
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-
pelatihan atau pengalaman-pengalaman.
Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi
si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya
si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan
hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
1. Pengertian Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi
belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah
sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini,
usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha
manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau
kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan
belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat
melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto,
2002).
Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower (Fudyartanto,
2002), belajar (to learn) memiliki arti:
1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough
experience or study
2) to fix in the mind or memory: memorize;
3) to acquire trough experience;
4) to become in forme of to find out
Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian
memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui
pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan
mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian,
belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan
penguasaan tentang sesuatu.
Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian
pelajar. Pertama, Cronbach (1954), menurut Cronbach,
“Learning is shown by change in behavior as result of
experience”. Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman.
Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Spears
(1955), yang menyatakan bahwa “Learning is to observe, to
read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction”.
Kedua, Morgan dan kawan-kawan (1986), yang
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan
perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap
suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di
dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya
warisan genetic atau respon secara alamiah, kedewasaan, atau
keadaan organisme yang bersifat temporer, seperti kelelahan,
pengaruh obat-obatan rasa takut, dan sebagainya. Melainkan
perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau
gabungan dari semuanya (Soekamto & Winataputra, 1997).
Woolfolk (1995) juga menyatakan bahwa “learning occurs
when experience causes a relatively permanent change in an
individual’s knowledge or behavior”. Disengaja atau tidak,
perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja ke
arah yang lebih baik atau malah sebaliknya, kearah yang salah.
Sedangkan para ahli pendidikan memandang bahwa
belajar adalah proses perubahan manusia kearah tujuan yang
lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
2. Ciri-Ciri Belajar
Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan
adanya beberapa ciri belajar yaitu :
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku
(change Behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya
dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan
tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tidak tahu, dari tidak
terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku
hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya
hasil belajar;
b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa
perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk
waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi,
perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang
seumur hidup;
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati
pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan
perilaku tersebut bersifat potensial;
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau
pengalaman;
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat
atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar,
seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar
berikut (Soekamto dan Winataputra, 1997).
a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar,
bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak
aktif.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat
penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan
selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang
dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
1. Riwayat hidup
Skiner dilahirkan pada 20 mei 1904 di Susquehanna,
Pennsylvania, Amerika Serikat.
Gagasan-gagasan dan karya-karya jenius tertuang dalam
sejumlah bukunya yang meliputi judul-judul The Behavior of
Organisme (1938), Walden Two (1948), Science and Human
Behavior (1953), Verbal Behavior (1957), Shedules of
Reinforcement (1957), Cumulative Record (1961), The
Technology of teaching (1968), Contingencies of Reinforcement
(1969), Beyond Freedom and Digity (1971), About Bahaviorisme
(1974), dan Particulars of My Life (1976).
Bidang psikologi yang didalami Skinner adalah analisis
eksperimental atas tinkah laku.
Punishment
Punishment adalah menghadirkan atau memberikan
sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin
dihindari untuk menurunkan tingkah laku.
Menurut Kazdin (Elliot, 2003), ada dua aspek dalam punishmen,
yaitu :
- Sesuatu yang tidak menyenanglkan (aversive) muncul
setelah sebuah respons.
- Sesuai yang positif (menyenangkan) setelah sebuah
respons tidak muncul.
Shaping
Adapun langkah-langkah dalam pemberian shaping adalah :
1. Memilih tujuan yang ingin dicapai ;
2. Mengetahui kesiapan belajar siswa;
3. Mengembangkan sejumlah langkah yang akan memberikan
bimbingan kep-ada siswa untuk melalui tahap demi tahap
tujuannya dengan menyesuaikan kemampuan siswa ;
4. Memberi feedback terhadap hasil belajar siswa.
Extinction
Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah
laku dengan menarik reinforcement yang menyebabkan perilaku
tersebut terjadi.
Ateseden dan perubahan perilaku
Dalam hal ini ada dua cara untuk mengontrol anteseden
agar menghasilkan perilaku baru atau perubahan perilaku, yaitu
dengan cueing dan promting .
Cuing adala tindakan pemberian stimulus anteseden
sebelum sebuah perilaku tertentu dilakukan.
Promting , terkadang siswa membutuhkan bantuan agar
dapat merespons cues
( tanda-tanda/signal ) dengan cara yang benar, sehingga
menjadi sebuah stimulus pembeda ( a discriminative stimulus).
D. Edwin R Guttie
1. Teori belajar menurut Gutrie
Edwin R gutrie adalah salah satu penemu teori pembiasaan
asosiasi dekat (contiguous conditioning theory ) .
Dengan kata lain , teori ini menyatakan bahwa belajar
adalah kedekatan hubungan antar stimulus dan respons
relevan .
2 . Memutus kebiasaan
Untuk menghentikan kebiasaan yang inappropriate ( tidak
sesuai ), maka kebiasaan itu perlu di putus .
3. Punishment ( hukuman ) .
Berbeda dengan reinforcemen yang tidak terlalu berperan
dalam proses belajar
Hukuman ( punishment ) mempunyai pengaruh penting
mengubah perilaku seseorang.
4 Eksperimen Gutrie
Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk
mendukung teori kontiguitas adalah percobaannya dengan
kucing yang dimasukkan kedalam kotak puzel Dari hasil
eksperimen tersebut, muncul beberapa prinsip dalam teori
kontiguitas yaitu :
1. Agar terjadi pembiasaan maka organisma harus selalu
merespons atau melakukan sesuatu ;
2. pada saat belajar melibatkan pembiasaan terhadap gerakan-
gerakan tertentu , oleh karena itu instruksi yang diberikan
harus spesifik
3. Keterbukaan terhadap berbagai bentuk stimulus yang ada
merupakan keinginan untuk menghasilkan respons secara
umum;
4. Respons terakhir dalam belajar harus benar ketika itu
menjadi di sesuatu yang akan diasosiasikan ;
5. Asosiasi akan menjadi lebih kuat karena ada pengulangan.
Eksperimen I
Simpanse dimasukkan dalam sangkar atau ruangan dan di
dalam sangkar tersebut terdapat sebatang tongkat. Di luar
sangkar diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh
simpanse adalah bagaimana simpanse dapat mengambil pisang
tadi untuk dimakan. Pada awalnya dimasukkan sangkar,
simpanse berusaha untuk mengambil pisang tersebut, tetapi
selalu gagal karena tangannya tidak sampai untuk mengambil
pisang tersebut. Kemudian simpanse melihat sebatang tingkat
dan timbul pengertian untuk meraih pisang tersebut dengan
menggunakan tongkat itu.
Eksperimen II
Problem yang dihadapi oleh simpanse masih sama dengan
eksperimen I, yaitu pisang masih ada di luar sangkar. Akan
tetapi pisang tersebut dapat diraih jika tongkat dapat
disambung. Jadi ada dua batang tongkat dalam sangkar yang
dapat disambung.
Eksperimen III
Exsperimen IV
Sama dengan eksperimen tiga, pisang ditaruh di atas
sangkar dan ada kotak, hanya saja pada eksperimen ini ada
dua kotak yang dapat disambung untuk dinaiki dan digunakan
untuk meraih pisang. di atas sangkar.
1. Hukum Pragnaz
Hukum Pragnaz merupakan hukum umum dalam psikologi
gestalt. Hukum ini menyatakan bahwa organisasi psikologi selalu
eenderung untuk bergerak ke arah penuh arti (pragnaz)
2. Hukum kesamaan the law of similarity)
Hukum ini menyatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung
membentuk Gestalt atau kesatuan
3. Hukum Pendekatan (the law of proximity)
Hukum yang menyatakan bawa hal-hal yang salin berdekatan
cenderung membentuk kesatuan.
4. Hukum Ketertutupan (the law of closure)
Prinsip hukum ketertutupan ini menyatakan bahwa hal-hal yang
tertutup cenderung membentuk gestalt.
5. Hukum kontinuitas
Hukum ini menyatakan bahwa hal-hal yang kontinu atau yang
merupakan kesinambungan yang baik akan mempunyai tendensi
untuk membentuk kesatuan gestalt
2. Macam-macam pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh individu dapat dibedakan
menjadi pengetahuan umum dan pengetahuan khusus.
Pengetahuan umum (general knowledge) adalah informasi
yang sang at berguna untuk memecahkan atau digunakan
melaksanakan berbagai macam tugas yang-berbeda.
Pengetahuan umum ini
Sementara pengetahuan khusus (domain specific
knowledge adalah informasi yang dapat digunakan hanya
dalam situasi tertentu atau yang hanya dapat diterapkan dalam
satu topik khusus.
Selain dibedakan sebagai pengetahuan umum dan khusus,
pengetahuan juga dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu 1).
pengetahuan deklaratif, 2) pengetahuan prosedural, dan 3)
pengetahuan kondisional. Pengetahuan deklaratif adalah
"mengetahui tentang " (knowing that) suatu kasus atau
masalah.
Biasanya pengetahuan ini berupa fakta-fakta, opini-opini,
kepercayaan, aturan-aturan, puisi, lirik lagu, dan lain-lain.
Gagne menyebut pengetahuan deklaratif sebagai informasi
verbal (verbal information)
Pengetahuan prosedural (Procedural knowledge)
adalah mengetahui bagaimana" (knowing how) untuk
melakukan sesuatu atau memecahkan sebuah kasus.
Pengetahuan prosedural disebut dengan ketrampilan
intelektual.
Ingatan
Coon (Soekamto, 1997) menyatakan ingatan adalah sebuah
sistem aktif yang menyimpan, menerima dan mengeluarkan
kembali informasi yang telah diterima oleh seseorang. Ingatan
ini sangat selektif dan terdiri atas tiga tahap
1. Ingatan sensorik, yang menyimpan apa yang dilihat dan
didengar (ikon untuk stimulus yang berupa visual dan gema
untuk stimulus yang berguna audio) penyimpanan informasi
dalam ingatan sensorik ini hanya sebentar kurang lebih
setengah detik.
2. Ingatan jangka pendek (short term memory). Apa yang
tersimpan di dalam ingatan sensorik kemudian diteruskan ke
ingatan jangka pendek setelah disaring terlebih dahulu.
3. Ingatan jangka panjang (long term memory). Ingatan ini
bersifat permanen dan terdiri dari informasi-informasi
penting yang diteruskan dalam ingatan jangka pendek.
Discovery learning
Salah satu model pembelajaran kognitif yang paling berpe-
ngaruh adalah discovery learning nya Jerome Bruner (Slavin,
1994), yaitu siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka
sendiri. Discovery learning telah banyak aplikasinya dalam
keilmuan. Discovery learning mempunyai beberapa keuntungan
dalam belajar, antara lain siswa memiliki motivasi dari diri
sendiri untuk menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka
menemukan jawaban-jawaban atas problem yang dihadapi
mereka.
Reception learning
David Ausbel (Slavin, 1994) memberikan kritik terhadap
discovery learning.
Namun demikian, kendati pada guru dalam reception learning
maupun discovery learning berbeda, namun keduanya memiliki
beberapa kesamaan pandangan, antara lain :
Assisted learning
Assisted learning mempunyai peran yang san
perkembangan kognitif individu. Vygotsky menyatakan bahwa
perkembangan kognitif terjadi melalui interaksi dan percakapan-
seorang anak dengan lingkungan sekitarnya, baik dengan teman
sebaya, orang lain dalam lingkungannya.
Active Learning
Active learning artinya pembelajaran aktif. Menurut Melvin L.
Silberm- belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari
penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan
keterlibatan mental dan tindakan sekaligus.
Quantum learning
Quantum di definisikan sebagai interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi.
Sedang learning artinya belajar. Belajar bertujuan meraih
sebanyak cahaya: interaksi, hubungan, dan inspirasi agar
menghasilkan energi cahaya. Dengan demikian quantum
learning adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi
hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan sekitar momen
belajar (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2000) Dalam
praktiknya, quantum learning menggabungkan sugestologi,
teknik pemercepatan belajar, dan neurolinguistik dengan teori,
keyakinan, dan metode tertentu (Bobbi DePorter dan Mike
Hernacki, 2000).
A. Open Schools
1. Konsep Dasar
Experiential Learning Theory (ELT), yang kemudian
menjadi dasar model pembelajaran (experiential learning,
dikembangkan oleh David Kolb sekitar tahun 1980-an
Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa
dengan tiga cara, yaitu 1) mengubah struktur kognitif
siswa, 2) mengubah sikap siswa dan 3) memperluas
ketrampilan siswa yang telah ada.
2. Prosedur Experiential Learning
Prosedur pembelajaran dalam experiential learning terdiri
dari 4 tahapan, yaitu 1) tahapan pengalaman nyata, 2)
tahapan observasi, 3) tahapan konseptualisasi, dan 4)
tahapan implementasi.