You are on page 1of 6

Pusat Profil dan Biografi Indonesia

Profil Pendidik: Prof. DR. Reni Akbar - Hawadi, Psikolog


Agustus 2009
(PPBI/Sudi)
1
“nakal” oleh guru, yang juga membuat
mereka menjadi anak yang disebut
underachiver. Sementara anak lambat
belajar akan stres melihat kecepatan
temannya dalam belajar yang sulit diikuti,
jauh diluar kemampuannya.

Prof. DR. Reni Akbar - Hawadi, Psikolog. Ia menilai, sebaiknya sejak awal anak harus
Guru Besar Tetap Fakultas Psikologi dipantau dan diukur bakat akademiknya.
Universitas Indonesia Gunanya, agar kemampuan anak dapat
tersalurkan dengan baik, tidak terbebani
UU Sistem Pendidikan Nasional keinginan orang tua. Setiap anak telah
Harus Direvisi memiliki gelas potensi yang secara given
dan final telah dimiliki begitu ia dilahirkan.
Dalam kacamata psikologi, setiap anak Untuk itu orangtua perlu mengenal baik
manusia memiliki keunikan masing-masing. potensi anak sehingga dapat mengarahkan
Keunikan tersebut merupakan kelebihan, pendidikan anak selanjutnya. Jika wajib
kekurangan maupun bakat yang dibawa belajar sudah terpenuhi sebagai basic
sejak lahir. Diperlukan penanganan education seorang anak, maka orangtua
pendidikan berbeda-beda, tidak sama dan sudah lebih mengenal kemampuan anaknya
seragam bagi setiap individu agar mencapai dengan makin baik. Ortu bisa melihat
keberhasilan hidup. apakah anak lebih cocok meneruskan
pendidikan ke tingkat SMK atau SMA. Dan
Masalahnya, sistem pendidikan Indonesia melalui kemampuan intelektualnya pula ortu
dinilai oleh Prof. DR. Reni Akbar- Hawadi, bisa melihat keberhasilan studi anaknya di
Psikolog., masih belum cukup tingkat universitas (S1, S2, S3) tanpa susah
memperhatikan perbedaan individual payah atau hanya cukup masuk jenjang
(individual differences). “Bakat yang Vokasional saja (D1,D2, D3 dan Spesialis).
dimiliki masing-masing anak kan berbeda- Intinya dengan mengarahkan pendidikan
beda. Ada yang cepat sekali menerima yang sesuai dengan kapasitas intelektual
pelajaran sekolah dan ada pula yang anak, maka harga diri anak akan terjaga.
lamban. Anak-anak ini (fast learner dan Bahwa ia kelak akan bekerja dalam bidang
slow learner) kalau disatukan bisa yang ia minati dan sesuai dengan kapasitas
menimbulkan stres, baik bagi yang cepat yang dimilikinya.
belajar maupun yang lamban belajar ,” kata
Guru Besar Tetap Fakultas Psikologi Menurut Ketua Induk Asosiasi Psikolog
Universitas Indonesia tersebut. Sekolah Indonesia (APSI) Himpunan
Psikologi Indonesia (HIMPSI) ini, untuk
Pakar keberbakatan ini melihat, anak dengan ‘membaca’ dan mengetahui kemampuan
katagori cerdas istimewa (gifted) ‘tidak anak sejak dini tidak cukup mengandalkan
sabaran’ melihat temannya yang lamban. guru BP sekolah. Dibutuhkan psikolog
Hal inilah yang menimbulkan stres yang sekolah untuk memantau kemampuan anak
menuntunnya untuk berulah dengan berbuat didik dan mengarahkannya sesuai minat
‘usil’ di kelas. Dan tidak sedikit dicap serta bakatnya. Dengan demikian, tidak
Pusat Profil dan Biografi Indonesia
Profil Pendidik: Prof. DR. Reni Akbar - Hawadi, Psikolog
Agustus 2009
(PPBI/Sudi)
2
terjadi kesenjangan pendidikan antara siswa ditekuninya kelak.Sedangkan psikolog, lebih
berkecerdasan istimewa (gifted) dengan kepada membantu penanganan masalah
teman-temannya yang memiliki kecerdasan psikologik siswa seperti masalah
‘biasa-biasa’ saja. sosioemosional yang menghambat potensi
dirinya secara optimal di sekolah. Psikolog
“Tetapi tidak ada satu pun dalam ketentuan menjadi mediator siswa, untuk melihat
perundangan yang mengatur bahwa psikolog sumber masalah dan mencari solusi
merupakan bagian sistem pendidikan. terbaiknya”
Pemerintah didesak agar menyelenggarakan Pribadi Multidimensi
sepenuhnya sistim pendidikan nasional
berdasarkan individual differences. Dengan Prof. DR. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog.,
demikian jenjang pendidikan tidak linier, adalah nama lengkap Reni Akbar - Hawadi.
dari SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, Sulung tujuh bersaudara anak pasangan R.
tetapi pendidikan seseorang berjalan Doelli Hawadi (alm.) dan Hj. Poeti Dalima
berdasarkan gelas potensi yang dimilikinya. Iskandar Hawadi ini semula bercita-cita
Hal ini berarti sekolah harus memiliki menjadi dokter. Cita-citanya terpaksa
psikolog. kandas karena ia harus menerima fakta
bahwa ia tidak masuk jurusan IPA tetapi
Saat ini, lanjut ibu enam anak dan satu cucu Budaya.
ini, kehadiran psikolog di sekolah secara
umum baru hanya di perifer, sebagai “Cukup lama bagi saya untuk menerima
‘tukang tes’ IQ saja. Hal ini tentu sangat bahwa saya tidak bisa masuk Fakultas
disayangkan karena hasil pemeriksaan Kedokteran. Tetapi arahan dari psikolog
psikologik yang begitu kaya, yang sekolah SMA Sancta Ursula Jakarta, Dra.
seharusnya bisa banyak membantu Yulia Singgih D. Gunarsa, yang
problematik siswa di sekolah tidak menyebutkan bahwa kuliah di Fakultas
digunakan secara optimal. Hanya sekolah Psikologi hampir mirip dengan di Fakultas
tertentu saja –biasanya sekolah swasta papan Kedokteran. Bahwa kelak saya bisa juga
atas- yang telah menggunakan jasa memakai gelar DR, walau bersekolah di
psikolog . Fakultas Psikologi. Plus fakta adanya
tetangga saya sebanyak lima orang ber
“ Jika ada kesempatan untuk merevisi UU kuliah di Psikologi UI. Juga adanya acara
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Psikologi Anda di TVRI, yang dibawakan
maka dianjurkan agar profesi psikolog secara luwes oleh Prof. DR. Mulyono
masuk sebagai salah satu tenaga pendidikan. membuat saya akhirnya menaruh minat
Disamping guru BK, sekolah juga perlu untuk mengambil jurusan Psikologi”
tenaga psikolog.Sekarang yang ada hanya ungkapnya mengenang.
guru BK saja, padahal guru BK tidak sama
dengan Psikolog” lanjutnya. Masing-masing Selepas dari SMA, Reni kemudian
memiliki tugas dan fungsi yang mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi
berbeda.Sesuai namanya guru, maka guru yang saat itu bernama SKALU (singkatan
BK seharusnya lebih kepada mengajarkan dari Sekretariat Kerjasama Antar Lima
kepada siswa tentang pengenalan potensi Universitas yaitu : UI, IPB, ITB, UNPAD
diri masing-masing dan karir yang ingin dan UGM). Ia mendaftarkan diri untuk
Pusat Profil dan Biografi Indonesia
Profil Pendidik: Prof. DR. Reni Akbar - Hawadi, Psikolog
Agustus 2009
(PPBI/Sudi)
3
jurusan Fakultas Hukum Unpad dan Karier suami pun baik. Ia menjadi sedikit
Fakultas Psikologi UI dan kedua perguruan dari psikolog alumnus UI yang bekerja
tinggi tersebut menerima talenta mudanya. sebagai birokrat.
Tetapi berbagai pertimbangan –di antaranya
kepergian sang ayah untuk selamanya saat Bukti prioritas Reni pada keluarga salah
naik kelas III SMA- membawanya ke satunya adalah selalu membawa anak-
Fakultas Psikologi UI, untuk lebih dekat anaknya secara bergantian ketika mengikuti
mendampingi ibu dan enam adik-adiknya. acara di luar negeri. Yakni untuk
Reni lulus tepat waktu pada tahun 1981 dan memberikan pemahaman dan wawasan yang
menerima penghargaan sebagai Lulusan lebih luas kepada anak-anaknya. Diharapkan
Terbaik Fakultas Psikologi UI. Ia kemudian mereka akan merasa terpanggil kembali
mengabdikan dirinya sebagai dosen di ketika dewasa untuk menambah wawasan di
almamaternya tersebut. Satu tahun luar negeri. “Saya lebih menekankan pada
kemudian, ia menikah dengan rekan satu pemberian wawasan,” tegasnya.
angkatannya, Zulkifli Akbar. Dari
perkawinannya lahir enam orang anak, Aidil Sebagai pakar psikologi tumbuh kembang
Rizaldi Akbar, S.Hum., Puti Ceniza dan keberbakatan, segudang aktifitas
Sapphira Akbar, S.Si., M.Si., Ardha memenuhi jadual aktifitas Reni sehari-hari.
Renzulli Akbar, S.Sos., Poeti Nazura Gulfira Selain tugas-tugasnya sebagai dosen (S1
Akbar, Ali Araafi Akbar dan Poeti Gladyzka maupun S2), waktunya juga tersita untuk
Emiria Akbar. mengikuti berbagai kegiatan ilmiah mulai
seminar, ceramah serta konferensi di dalam
Reputasi sebagai lulusan terbaik dibuktikan dan luar negeri. Di sisa-sisa waktunya, ia
Reni dengan langsung mengikuti Program masih menyempatkan diri untuk berbagi
Magister Psikologi Pendidikan Psikologi ilmu dengan menulis buku. Selain itu, ia
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia juga menjadi editor buku berisi makalah
pada tahun 1985, sebagai angkatan pertama. terbaik dari mahasiswanya, baik S1 maupun
Dan delapan tahun kemudian (1993) ia S2 yang dianggapnya diperlukan oleh
meraih gelar Doktor (S3) Bidang Psikologi masyarakat. “Saya melihat buku-buku
Universitas Indonesia, pada saat usianya psikologi kurang banyak, sehingga salah
baru 36 tahun. Sebuah pencapaian prestasi satu cara adalah dengan menerbitkan buku,”
yang cukup langka di negeri ini. ujarnya.

“Saya merasa bersyukur serta beruntung Kesibukan di bidang psikologi pendidikan,


karena lancar studi saya. Meskipun untuk sudah dimulai Reni selesai kuliah. Sebagai
sampai menjadi Guru Besar cukup jauh, fresh graduate ia sudah mulai dilibatkan
baru pada 1 Juli tahun 2009 dikukuhkan. dalam kegiatan Kelompok Kerja
Tetapi memang prioritas utama saya adalah Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat
anak. Sayapun tidak ingin ada kesenjangan (KKPPAB) Balitbang Depdikbud Tahun
antara karier saya dengan suami, yang juga 1982 diajak oleh dosennya saat itu Prof.Dr.
sama-sama bekerja sebagai PNS” katanya. Utami Munandar. Kegiatan di KKPPAB ini
Alhamdulillah dengan berjalannya waktu, yang membawanya kemudian menekuni
karier saya dan suami bisa sama”. Saat ini bidang Gifted Education sampai dengan
Reni dan suaminya sama-sama di Gol IV/c. sekarang. Reni menjadi bidan lahirnya
Pusat Profil dan Biografi Indonesia
Profil Pendidik: Prof. DR. Reni Akbar - Hawadi, Psikolog
Agustus 2009
(PPBI/Sudi)
4
program akselerasi tingkat nasional untuk psikolog, ia aktif di organisasi underbow
sekolah-sekolah yang berada dibawah Golongan Karya, yakni sebagai Ketua DPP
naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Wanita Swadiri dan Ketua DPP Himpunan
Dasar dan Menengah Departemen Wanita Karya. Di lingkungan kerjanya, ia
Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen pernah menjadi sekretaris di Sub Unit
Depdiknas) bagi anak cerdas istimewa (IQ Dharma Wanita Fakultas Psikologi
130 keatas). Ia membantu pemerintah Universitas Indonesia. Kalangan Depdiknas
(Depdiknas) untuk mengembangkan blue mengenalnya sebagai Pakar Pendidikan
print program percepatan belajar atau Keberbakatan. Sementara di Departemen
program akselerasi tersebut. Agama di Ditjen Bimas Islam, Reni
dikenal sebagai Psikolog Perkawinan. Sejak
“Program akselerasi lahir atas kebutuhan 1988 ia terlibat aktif sebagai Konsultan
masyarakat, persisnya pihak sekolah, jadi Perkawinan BP4 Pusat. Tiga tahun terakhir
bottom up. Di mana saat itu tahun ajaran ini ia menjadi salah satu juri dalam
1998/1999, ada dua sekolah pemilihan Keluarga Sakinah Teladan
mengembangkan program ini dan kebetulan Tingkat Nasional.
sekolah tersebut menggunakan saya sebagai
konsultan. Nah, kedekatan dengan Kesibukan yang tiada habisnya tersebut,
Depdiknas memungkinkan saya untuk telah dilakukan Reni sejak kecil. Berbagai
membawa program ini ke tingkat nasional. kegiatan telah diikutinya ketika usianya
Hasilnya saat itu juga saya ditunjuk masih sangat belia. “Pokoknya masa kecil
Depdiknas sebagai salah satu narasumber saya happy banget deh. Saya beruntung rasa
dari tiga narasumber untuk program ingin tahu saya yang sangat menonjol
akselerasi. Yang membuat saya bahagia, dipenuhi oleh ibu saya dengan berbagai
program akselerasi kemudian dinyatakan aktivitas Saya bisa menari, menyanyi,
sebagai program nasional pada tahun 2000,” melukis, olah raga berkuda, anggota drum
ujar pemilik jasa Kantor Konsultan band dan gerak jalan sekolah, serta aktif di
Psikologi Reni Akbar- Hawadi & Rekan. pramuka. Beragam buku juga dilahapnya,
sejak SD ia mengoleksi buku cerita HC
Nenek satu orang cucu ini juga aktif di Andersen, sastra Indonesisa klasik, komik
berbagai organisasi. Di masa lalu, ia tercatat pewayangan hingga cerita silat. Di rumah
sebagai mantan pengurus Tim Pelaksana Reni memelihara berbagai macam binatang,
(Timlak) Forum Komunikasi Karang Taruna mulai ayam, burung, kera hingga anjing
Tingkat Nasional, bahkan sempat herder. “
mendapatkan Piagam Penghargaan Mensos
Republik Indonesia. Saat ini ia aktif sebagai Reni merupakan seorang yang memiliki
sekretaris Dewan Pakar KMAPBS beragam minat.Di masa mudanya ia ikut
(Keluarga Mahasiswa Alumni Penerima banyak kegiatan. “ Ini jasa terbesar ibu saya.
Beasiswa Supersemar). Sedangkan ayah saya berjasa menancapkan
keyakinan dalam diri saya bahwa “ jika
Sebagai anak tentara, Reni juga aktif di teman kamu bisa, kamu pasti bisa “.
FKPPI (Forum Komunikasi Putra-Putri
ABRI) dan sempat menjadi salah satu ketua. Pengaruh lingkungan sekitar rumah sangat
Di masa tahun-tahun pertama lulus menajdi besar membentuk kepribadian anak. Reni
Pusat Profil dan Biografi Indonesia
Profil Pendidik: Prof. DR. Reni Akbar - Hawadi, Psikolog
Agustus 2009
(PPBI/Sudi)
5
dibesarkan di kompleks Siliwangi, membuat di-up grade pengetahuannya untuk mengejar
nya mahir memanjat pohon jambu dan ketertinggalan.
genteng. “Mungkin terpengaruh oleh abang
saya yang teman-temannya banyak main ke “Jadi sementara guru sibuk mengejar
rumah dan menjadikan rumah sebagai sertifikasi, orang tua harus pro aktif dalam
markas mereka”. membina pendidikan anak-anaknya. Kalau
yang mampu mungkin bisa mengirim anak-
anaknya ke luar negeri dengan kualitas
sekolah yang bagus. Sementara anak-anak
yang tidak mampu, mau tidak mau harus
Dunia Pendidikan Indonesia Ketinggalan memanfaatkan sekolah yang ada,” katanya.

Menurut Reni, dibandingkan dengan Sekolah harus menganggarkan dana bagi


perkembangan dunia pendidikan di luar pelatihan, training dan up grade
negeri, pendidikan Indonesia masih jauh pengetahuan guru pada umumnya.
tertinggal. Tenaga pendidik Indonesia masih Diharapkan up grade pengetahuan bagi guru
memerlukan sertifikasi untuk menjadi tersebut mampu membantu para siswa untuk
kompeten di bidang masing-masing. Dengan mendapatkan ilmu pengetahuan mutakhir.
hambatan yang cukup besar seperti “Yang jelas sekolah itu memang mahal cost-
penduduk yang sangat besar, keaneragaman nya,” ungkapnya.
suku serta wilayah geografis yang sangat
luas, nampaknya memerlukan waktu yang Reni menghimbau orang tua bahwa
cukup panjang untuk mengejar memiliki anak itu bukan kebetulan semata.
ketertinggalan yang ada. Orang tua harus memiliki visi dan misi
mendidik anak yang benar, termasuk
“ Catatan Human Development Index kita, tahapan dan tugas mengawasi
menunjukkan masih jauh tertinggalnya perkembangan anak. Orang tua dituntut
Indonesia dibandingkan negara ASEAN untuk memunyai wawasan dan pengetahuan
lainnya. Untuk itu perlu ditanamkan etos yang diperlukan dalam membimbing anak-
kerja pada generasi muda kita. Hanya anaknya.
dengan semangat kerja yang tinggi, kita
mampu sejajar dengan bangsa lain” Salah satu obsesi Reni adalah membuat
tegasnya. seluruh ibu-ibu di Indonesia memiliki
wawasan dan pemahaman yang baik dalam
Untuk mempercepat akselerasi tumbuh kembang anak. “ Jangan sampai
perkembangan pendidikan, lanjutnya, anak-anak Indonesia dibiarkan bergulir
memerlukan bantuan sepenuhnya dari orang begitu saja tanpa arahan yang jelas “.
tua. Saat ini tidak bisa dengan hanya
mengandalkan sekolah dan pemerintah “Pendidikan non formal maupun informal
belaka. Sekolah, guru-guru dan pemerintah bisa dididik di sini. Saya berharap
saja tidak cukup melihat perkembangan Kementerian Negara Pemberdayaan
dunia pendidikan yang sangat cepat. Di sisi Perempuan berperan besar dalam mendidik
lain, guru sebagai motivator peserta didik ibu-ibu agar memiliki wawasan luas dalam
dalam menjalankan pendidikan harus terus tumbuh kembang anak. Utamanya mengenai
Pusat Profil dan Biografi Indonesia
Profil Pendidik: Prof. DR. Reni Akbar - Hawadi, Psikolog
Agustus 2009
(PPBI/Sudi)
6
peran ibu sebagai tokoh sentral keberhasilan “Pemerintah harus banyak memberikan
anak. Ibu adalah tokoh pendidik pertama bantuan dan intervensi. Ini yang menjadi
dan utama anak. Tetapi seorang ibu tidak concern saya terhadap masa depan bangsa
bisa sendirian, harus ada intervensi tegasnya.
pemerintah. Di level grass root perlu
diberikan pelatihan menjadi ibu cerdas Anak-anak Indonesia yang telah duduk
disamping tersedianya fasilitas Pusat Bakat SMA, terangnya, kebanyakan masih tidak
bagi anak dan remaja di setiap Dati II ” tahu akan melanjutkan pendidikan ke mana
katanya, yang menyediakan sarana prasana, selepas SMA. Hal ini berbeda dengan siswa
fasilitas untuk pengembangan bakat”. SMA di Amerika Serikat. Saat Reni
mengunjungi Amerika Serikat selama tiga
Reni mempertanyakan kesiapan daya saing bulan untuk studi literatur bagi kepentingan
generasi muda Indonesia secara umum pada disertasi doktornya pada tahun 1992, di
era millenium ketiga ini. Sementara SDM Purdue University, ia melihat perbedaannya.
negara-negara lain sudah siap bersaing dan
mengambil peran dalam pasar global. Di sana, tersedia materi bacaan tentang
berbagai bidang pekerjaan. Jadi siswa SMA
Ia menganjurkan agar pemerintah dapat memiliki gambaran ruang lingkup
mengambil langkah kreatif inovatif yang bidang kerja profesi yang akan digelutinya.
berani untuk maju, dan tidak perlu Kompetensi apa saja yang dibutuhkan,
menunggu semua wilayah Indonesia berapa besar salary yang akan diterima,
memiliki tingkat kemajuan yang sama lama pendidikan serta dimana saja ia akan
sebangun. Karena pada nyatanya memang bekerja setelah menyelesaikan pendidikan
dengan jumlah penduduk yang sangat besar tersebut. Sedangkan di sini siswa SMA
dan jangkauan wilayah yang luas belum bisa membayangkan sejak awal
perkembangan kemajuan wilayah satu bagaimana wujud pekerjaan yang akan
dengan lainnya tidak bisa identik. ditekuni sampai ia sendiri kelak masuk
dunia kerja, karena bahan bacaan untuk itu
“ Cara termudah adalah dengan mengambil tidak tersedia.
anak cerdas istimewa bakat istimewa
wilayah setempat untuk disekolahkan Untuk sukses dalam karier seseorang
setinggi-tingginya dengan memperoleh memerlukan pemahaman tentang diri sendiri
beasiswa dalam bidang minatnya”. dan pemahaman tentang dunia pekerjaan
secara sama baiknya. “Ini yang belum ada di
Pemerintah, lanjut Reni dituntut untuk Indonesia, padahal sangat krusial. Menjadi
cerdas dalam menetapkan prioritas yang bisa tugas psikolog pada masalah keberbakatan
‘lari’ terlebih dahulu. Prioritas diperlukan untuk mengarahkan bagaimana anak nanti
karena apabila diratakan semua dalam waktu memilih karier yang klop dengan
bersamaan, justru tidak bisa lari kencang kompetensi dirinya dia dan pekerjaan dia”
karena kelebihan beban. Dan, pada
millennium ketiga ini untuk bisa lari
kencang mengejar ketertinggalan yang
terpenting adalah membangun SDM.

You might also like