Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
diperlukan pada reaksi kimia disebut panas reaksi. Menurut jenis reaksi panas reaksi
dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain yang penting adalah panas
Pada umumnya reaksi kimia disertai dengan efek panas; pada reaksi eksoterm
kalor dilepaskan, sedangkan pada reaksi endoterm kalor diserap. Jumlah kalor yang
berkaitan dengan suatu reaksi bergantung pada jenis reaksi, pada jumlah zat yang
bereaksi, pada keadaan fisik zat-zat pereaksi dan hasil reaksi, dan pada suhu. Secara
energi yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat juga
dimusnahkan. Sehingga energi dijagad raya ini tetap, yang mengalami perubahan
Disiplin ilmu yang mempelajari tentang termokimia dapat kita lihat dalam
keseharian kita seperti proses yang sangat sederhana yaitu pemanasan air. Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai proses terjadinya reaksi panas maka dilakukan
kesetimbangan termal dengan air pada suhu 50 oC serta penentuan kalor penetralan
dari campuran larutan asam HCl dan larutan basa NaOH dengan mengukur suhu
hubungan antara perubahan suhu dalam suatu proses dengan kalor yang terlibat di
dalamnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Termokimia mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan
panas biasanya dinyatakan dengan kalori, joule atau kilo kalori (Sukardjo, 1997).
atau
dipakai kalorimeter. Besarnya panas reaksi kimia, dapat dinyatakan pada tekanan
eksotermik adalah suatu reaksi yang melepaskan panas. Jika reaksi berlangsung pada
suhu tetap, berdasarkan perjanjian, ∆H akan bernilai negatif, karena kandungan panas
dari sistem akan menurun. Sebaliknya pada reaksi endotermik yaitu reaksi yang
dari yang telah diuraikan diatas, karena itu dalam penulisan di bidang termodinamika,
(Bird, 1993).
Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi produk dan reaktan
pada volume konstan (∆E) atau pada tekanan konstan (∆H) (Dogra dan Dogra, 1990).
Panas reaksi diukur dengan bantuan kalorimeter. Harga ∆E diperoleh apabila reaksi
dilakukan dengan kalorimeter bom, yaitu pada volume konstan dan ∆H adalah panas
reaksi yang diukur pada tekanan konstan, dalam gelas piala atau labu yang diisolasi,
botol termos, labu Dewar dan lain-lain. Karena proses diperinci dengan baik, maka
persamaan :
percobaan, Ci untuk kalorimeter dijaga tetap konstan (Dogra dan Dogra, 1990).
saling memberikan tempat, memberikan ketentuan penulisan reaktan dan hasil reaksi
dan menunjukkan perubahan panas yang meyertai proses pada temperatur yang
Banyak proses yang dapat diselenggarakan dalam laboratorium untuk hal ini
dengan kondisi dibuat pada tekanan tetap ataupun tekanan atmosfir yang tetap, dan
perubahan panas dapat disamakan dengan ∆H. Sebagai contoh: (Subowo dan
Sunjaya, 1983)
Reaksi diatas menunjukkan bahwa 1 mol dari karbon dalam bentuk grafit
bereaksi dengan 1 mol gas oksigen menghasilkan 1 mol gas karbon dioksida dan
panas sebesar 393,4 dibebaskan pada 298 K dan tekanan 101,325 kN m-2. ∆H adalah
perubahan energi dan sering disebut sebagai panas reaksi (Subowo dan Sunjaya,
1983).
H diartikan sebagai perubahan entalpi diantara keadaan akhir dan awal dan ini
hanya bergabung kepada bagaimana suatu proses terjadi. Jadi H adalah fungsi
temperatures of reactants and products must be the same; b) work of all kind must be
Sidamonidze, 2002).
Qv = - Cv cal × ∆Tcal
sistem dalam isohorik atau isobarik dan T1 = T2 kondisi ini disebut isotermal kalor
reaksi. Syarat berikut yang harus dilakukan pada saat proses berlangsung : a) suhu
dari produk dan reaktan harus sama; b) semua jenis kerja harus dimasukkan pada
Qv = - Cv kal × ∆Tkal
Panas netralisasi terjadi dalam larutan asam kuat dan basa kuat dengan sedikit
air ternyata berharga konstan. Hal ini disebabkan karena asam kuat dan basa kuat
akan mudah terdissosiasi sempurna dalam bentuk ion di dalam larutan (Subowo dan
Sunjaya, 1983).
Panas netralisasi tidak selalu konstan untuk asam lemah dan basa lemah.
Yaitu hanya membebaskan panas sebesar 49,8 kJ/mol untuk menetralkan asam oleh
ammonium hidroksida. Hal ini disebabkan karena yang dikehendaki untuk ionisasi
asam lemah dan basa lemah harus dipertimbangkan dan diperhitungkan (Subowo dan
Sunjaya, 1983).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah bahan isolator,
aquadest, HCl 1 M, NaOH 1M, indikator metil jingga, sabun dan tissue roll.
3.2 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah kalorimeter,
termometer, gelas piala 250 mL, gelas ukur 100 mL, kaki tiga, kasa asbes, pembakar
1 4
5
2
3 6
7
Keterangan :
1. Termometer
4. Pengaduk jangkar
5. Wadah
6. Aquadest
7. Gabus
1. Kedalam kalorimeter dimasukkan 100 mL aquadest kemudian dibiarkan
1. Dengan menggunakan gelas ukur 100 mL, diambil larutan NaOH 1 M dan
T1 = 30 oC = 303 K
T2 = 50 oC = 323 K
Vtotal = 200 mL
T = 30,1 OC = 303,1 K
= 5,85 g
4.3 Perhitungan
Ket :
= 4,2 JK-1mL-1
w = 16,9697 J/K
Ket :
M = konsentrasi (mol/L)
∆HT = − (41,54)(5,5) × 5
4.4 Pembahasan
Pada umumnya reaksi kimia disertai dengan efek panas; pada reaksi eksoterm
kalor dilepaskan, sedangkan pada reaksi endoterm kalor diserap. Jumlah kalor yang
berkaitan dengan suatu reaksi bergantung pada jenis reaksi, pada jumlah zat yang
bereaksi, pada keadaan fisik zat-zat pereaksi dan hasil reaksi, dan pada suhu. Secara
cepat, seperti reaksi pembakaran, reaksi penetralan, dan reaksi pelarutan. Juga tidak
termal yang dimasukkan kedalam kalorimeter ditambahkan dengan air dengan yang
mempunyai suhu lebih tinggi (50 oC). Pengukuran waktu menggunakan stopwatch
dilakukan bersamaan menuangkan air dengan suhu lebih tinggi kedalam kalorimeter.
Pembacaan suhu dilakukan setiap ½ menit selama 5 menit agar kita dapat mengetahui
jalannya reaksi.
Pada percobaan penentuan kalor penetralan, larutan asam dan basa harus
memiliki suhu yang sama, sebab jika suhunya berbeda maka perubahan kalor yang
terjadi bukan hanya berasal dari kalor reaksi melainkan dari kalor campuran kedua
kalorimeter untuk melihat perubahan suhu yang terjadi untuk menentukan perubahan
kalorimeter juga dilakukan untuk penentuan kalor reaksi. Pada akhir pengerjaan,
campuran kedua larutan tersebut ditambahkan dengan 2-3 tetes indikator metil jingga
untuk melihat apakah larutan tersebut sudah netral. Dan setelah ditambahkan
indikator, dapat dilihat larutan berubah warna menjadi agak kekuningan yang
menunjukkan bahwa pada saat reaksi berlangsung terjadi pertukaran kalor antara
sebesar – 1,14235 kJ/mol kJ/mol, tanda minus (-) menunjukkan bahwa reaksi asam
kuat dengan basa kuat merupakan reaksi eksoterm dimana reaksi eksoterm yaitu
Menurut teori, kalor penetralan asam kuat HCl dengan basa kuat NaOH
adalah – 55,90 kJ/mol. Jika dibandingkan dengan kalor penetralan yang diperoleh
secara praktek, terdapat perbedaan yang sangat besar. Perbedaan ini terjadi karena
pada saat melakukan percobaan, pembacaan suhu tidak tepat sesuai dengan
waktunya. Bisa juga karena pada saat pengadukan, kecepatan pengadukannya tidak
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran untuk percobaan ini adalah sebaiknya kalorimeter dan isolator yang
digunakan memiliki kualitas yang baik sehingga hasil yang diperoleh tidak terlalu
Bird, Tony, 1993, Kimia Fisik Untuk Universitas, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Dogra, S. K., dan Dogra, S., 1990, Kimia Fisika dan Soal-soal, UI-Press, Jakarta.
Subowo, T., dan Sunjaya, A., 1983, Kimia Fisika 1, CV. ARMICO, Bandung.
Taba, P., Zakir, M., dan Fauziah, 2010, Penuntun Praktikum Kimia Fisika,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 1 Maret 2010
Asisten Praktikan
Kalorimeter
dahulu = T1)
Campuran
– Diaduk perlahan
menit
Hasil
Lampiran
thermal
Kalorimeter
– Diaduk perlahan
Hasil