You are on page 1of 3

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERGERAKAN

NASIONAL INDONESIA

1. LATAR BELAKANG MUNCULNYA NASIONALISME INDONESIA

Pergerakan Nasionalisme Indonesia muncul bersamaan dengan kebangkitan nasionallisme


Asia yang dianggap sebagai reaksi terhadap imperialisme (penjajahan) Barat. Reaksi
tersebut terbagi dalam dua reaksi yaitu sebagai berikut.

1) Reaksi Nasionalisme – Zelotisme adalah reaksi atau sikap rakyat yang terjajah selama
berpuluh-puluh tahun oleh Bangsa Barat. Bangsa-bangsa terjajah tersebut "bersikap
menutup pintu daerah rapat-rapat" terhadap pengaruh bangsa barat (politik isolasi).
2) Reaksi Nasionalisme – Herodianisme. Kaum nasionalis-herodian mempunyai cara-cara
tersendiri dalam menghadapi penjajah. Reaksi herodian dapat juga dinamakan
perlawanan aktif yaitu menentang pengaruh-pengaruh penjajah dengan menggunakan
alat-alat dan senjata dari penjajah sendiri.

2. PERKEMBANGAN IDEOLOGI DAN ORGANISASI


PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
Penindasan dan Belenggu yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda

Alasan utama mengapa bangsa Indonesia memberikan reaksi perlawanan dan menggalang
semangat nasionalis adalah penindasan, ketidakadilan, dan pemerkosaan terhadap hak asasi
rakyat secara keji serta sikap diskriminatif yang menjijikan dari pemerintah Belanda
terhadap rakyat Indonesia. Perlakuan pemerintah kolonial Belanda yang melukai hati dan
harga diri rakyat Indonesia menimbulkan dendam yang tak pernah pudar. Contoh konkrit
dalah kerakusan dan kekejian Belanda terlihat selama pelaksanaan sistem tanam paksa
yang mulai dip erkenalkan di Indonesia sejak tahun 1830.

Dampak Pendidikan Luar Negeri

Selain tindakan yang keji dan kotor dari pemerintah kolonial, ternyata pendidikan yang
dialami oleh putra-putra Indonesia di luar negeri membangkitkan semangat baru untuk
mengusir pe njajah. Dalam hal ini para pelajar di luar negeri atau yang telah berhasil
kembali dari luar negeri mengobarkan semangat rasa tidak puas rakyat terhadap pemerintah
kolonial. Secara serentak kaum terpelajar tersebut menerima tanggung jawab menjadi
pemimpin organisator semangat nasionalisme rakyat Indonesia.

Islam Sebagai Pemersatu

Mayoritas rakyat Indonesia adalah kaum Muslim. Dengan jumlah yang demikian besar,
ternyata Islam merupakan satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme
Indonesia. Karena bagaimanapun para pemimpin nasional akan sangat mudah untuk
memobilisasikan kekuatan Islam sebagai alasan dalam menghimpun kekuatan.

Bahasa Melayu

Di samping mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, Indonesia pun memiliki bahasa
pergaulan umum (lingua franca) yakni bahasa Melayu. Dalam sejarah perkembangannya
bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia, setelah dikeramatkan
dalam trilogi Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Dengan posisi sebagai
bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk mensosialisasikan gagasan
dan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.

Dominasi Ekonomi Kaum

Kekesalan pedagang pribumi ditujukan langsung terhadap kaum pedagang keturunan


nonpribumi, khususnya kaum pedagang Cina. Kristalisasi kekesalan kaum pedagang
pribumi mencapai titik kulminasi ketika keturunan Cina mendirikan perguruannya sendiri
yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901. Peristiwa itu mendorong persatuan yang
kokoh di antara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari
pedagang yang bukan pribumi, khususnya kaum pedagang keturunan Cina.

Perkembangan komunikasi dan media

semakin lancar sehingga rakyat semakin cepat mengetahui keadaan politik sesungguhnya
yang terjadi di Belanda pada satu pihak dan dipihak lain, rakyat dalam waktu singkat dapat
mengetahui sikap-sikap yang kurang adil dan kejam dari pejabat dan pegawai Belanda.

Politik Etis

Condrad Theodore Van Deventer adalah orang Belanda yang bekerja di Indonesia. Pada
tahun 1899 menulis karangan berjudul Gen Ereschul (hutang budi). Akibat dari
diberlakukannya Undang-Undang Agraria tahun 1870, rakyat Indonesia makin miskin
dan menderita sedangkan Belanda memperoleh keuntungan kas yang kosong akib at
perang. Oleh sebab itu, Condrad Theodore Van Deventer mendesak untuk dilaksanakan
politik etika di Indonesia, yaitu politik yang harus dilaksanakan untuk mendidik dan
memakmurkan bangsa Indonesia.

Secara tidak langsung politik etis berhasil mengkristalkan rasa dendam bangsa Indonesia
terhadap Belanda sejalan dengan kemajuan media, komunikasi dan transportasi. Hal yang
patut dicatat dalam politik etis adalah pembentukan Volksraad atau Dewan Rakyat. Melalui
Volksraad kaum intelektual pribumi yang mewakili rakyat Indonesia dipersatukan dari
berbagai daerah. Dengan demikian terbukalah kerja sama dan persatuan di antara mereka
untuk memikirkan cita-cita nasional bersama yakni memperjuangkan kemerdekaan rakyat
Indonesia.

Kemenangan Jepang atas Rusia


Di dalam perang Jepang-Rusia pada tahun 1904-1905 secara khusus telah memberikan
dampak tersendiri terhadap arus pergerakan nasional di Indonesia.

3. PERKEMBANGAN NASIONALISME INDONESIA


Pada tahap nasionalisme sosial budaya, kita melihat bahwa motivasi perjua ngan organisasi
yang berkembang pada masa tersebut adalah putusan-putusan yang berkaitan dengan unsur
sosial dan budaya.
Pada tahap nasionalisme politik hal itu menggambarkan bahwa cita-cita dan orientasi partai
pada waktu itu lebih memperhatikan unsur politis dalam setiap pengambilan keputusan,
pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan organisasinya.
Pada tahap nasionalisme militan mengetengahkan pada kita bahwa segala keputusan partai
dan perjuangan organisasi waktu itu dilandasi oleh semangat militansi yang tinggi.
Pada tahap nasionalisme radikal menyadarkan segala kegiatan dan aktivitas partai dan
organisasi yang berkembang pada waktu itu adalah sikap politis radikal yang lebih dikenal
dengan sikap nonkooperasi.
Selanjutnya pada tahap nasionalisme moderat, sikap dan tindakan partai dan organisasi
pada masa tersebut lebih moderat dan penuh pertimbangan. Tahap ini menunjukan suatu
kematangan dalam berorganisasi dan sudah semakin terbiasa dalam organisasi politik pada
waktu itu.
Terakhir adalah nasionalisme pada ma sa pendudukan Jepang. Ternyata nasionalisme
Indonesia yang mekar mulai dari berdirinya Budi Utomo hingga Jepang masuk ke wilayah
Indonesia telah membawa dampak sosial, politik, budaya dan ekonomi yang cukup berarti.

You might also like