Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG
2010
LEMBAR PENGESAHAN
i
BIODATA MAHASISWA
UPBJJ : Bandung
Masa Registrasi : 2010.1
Pokjar : Purwakarta
Nama Mahasiswa : NANI SUSILAWATI
NIM : 817182782
Program Studi : PGSD – S1
Tempat Mengajar : SD Negeri 2 Citalang
Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta
Teman Sejawat : Maman Supriatna, S.Ag.
Supervisor : Wahyudin, Drs., M.Pd.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
(PKP) dengan judul “Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang dalam Pembelajaran
Matematika di Kelas 4 dan Penerapan Metode Study Proyek dalam Pembelajaran
Konsep Koperasi Unit Desa bagi Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Citalang Kecamatan
Tegalwaru Kabupaten Purwakarta” yang merupakan salah satu syarat dalam Mata
Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) pada UNIVERSITAS
TERBUKA UPBJJ BANDUNG. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada
seluruh umatnya sampai akhir jaman.
iii
Akhirnya atas segala bantuan bimbingan serta kritik dan masukan dari
semua pihak penulis menngucapkan banyak terima kasih, semoga laporan PKP ini
dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan khususnya dan
pembaca pada umumnya. Hanya kepada Allah jualah kita semua berserah diri,
semoga langkah kita senantiasa atas bimbingan-Nya dan mendapat ridha-Nya.
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Setiap proses, apapun bentuknya, memiliki tujuan yang sama, yaitu
mencapai hasil yang memuaskan. Begitu pula proses pembelajaran yang
diselenggarakan dengan tujuan agar siswa mencapai pemahaman yang optimal
terhadap materi yang diajarkan.
Berdasarkan hal tersebut, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap suatu materi ajar. Kurangnya
pemahaman siswa terhadap suatu materi ajar, dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Salah satunya ialah kurangnya pemanfaatan media serta penerapan metode
pembelajaran yang sesuai. Demi meningkatkan pemahaman peserta didiknya,
guru yang ideal senantiasa berupaya dengan berbagai strategi, termasuk di
antaranya ialah dengan menggunakan media dan metode belajar yang efektif dan
menyenangkan bagi siswa.
Media dan metode belajar merupakan inovasi guru untuk mempermudah
penyampaian ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Media dan metode
belajar juga harus efektif dan sesuai untuk mempermudah pencapaian hasil belajar
yang diinginkan. Media dan metode yang tepat akan membuat peserta didik lebih
termotivasi, lebih aktif, dan lebih mudah mencerna ilmu pengetahuan yang
diberikan gurunya selama proses pembelajaran, serta membuat proses
pembelajaran lebih menyenangkan.
Mata pelajaran Matematika dan IPS merupakan salah satu mata pelajaran
utama eksak dan non-eksak di sekolah dasar. Pembelajaran mata pelajaran ini
biasa diajarkan secara konvensional hampir di setiap sekolah dasar, dengan
metode klasik, seperti ceramah, yang pada umumnya kurang memanfaatkan
metode lain dalam prosesnya, sehingga menciptakan kejenuhan dalam lingkungan
belajar. Pada prosesnya, pembelajaran macam ini kurang membentuk sikap
antusias pada diri siswa. Siswa cenderung bosan dan kurang memahami dengan
hanya mendengarkan dan mendengarkan. Dan hal tersebut menyebabkan
kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu materi ajar.
Untuk menciptakan suasana belajar yang disukai oleh siswa, guru perlu
melakukan suatu inovasi. Salah satunya ialah dengan memilih dan menggunakan
media dan metode belajar yang menarik dan mempermudah proses pembelajaran.
2
Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran serta dapat lebih memahami materi ajar yang disampaikan.
Pada pembelajaran matematika tentang konsep bangun ruang dan bangun
datar yang dilaksanakan di kelas 4 semster 2, diperoleh bahwa nilai hasil belajar
siswa masih rendah. Dari 25 siswa, yang mendapat nilai di atas 70 hanya 5 siswa.
Ini berarti bahwa hanya 20% siswa yang berhasil.
Begitu juga pada pembelajaran IPS tentang konsep koperasi yang
dilaksanakan di kelas 4 semster 2, diperoleh bahwa nilai hasil belajar siswa masih
rendah. Dari 25 siswa, yang mendapat nilai di atas 70 hanya 4 siswa. Ini berarti
bahwa hanya 16% siswa yang berhasil.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
penggunaan metode eksperimen dan metode diskusi terhadap siswa di SD Negeri
2 Cibogogirang, khususnya pada mata pelajaran materi rangkaian listrik sederhana
dan gejala alam, sebagai salah satu upaya meningkatkan pemahaman siswa.
Dengan demikian, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang
mengambil judul “Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang dalam Pembelajaran
Matematika di Kelas 4 dan Penerapan Metode Study Proyek dalam Pembelajaran
Konsep Koperasi Unit Desa bagi Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Citalang Kecamatan
Tegalwaru Kabupaten Purwakarta” (Penelitian pada Mata Pelajaran Matematika
dan IPS di Kelas 4 SD Negeri 2 Citalang Tegalwaru – Purwakarta).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang dicarikan jawabannya
melalui penelitian, yang dirumuskan dalam suatu kalimat pertanyaan, merupakan
hal yang dipertanyakan. (Arikunto, 2006:61)
Mengacu pada apa yang telah diuraikan sebelumnya, penulis menyusun
suatu rumusan masalah penelitian yaitu, “Apakah alat peraga bangun ruang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika dan apakah
metode study proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPS?”
3
Dari rumusan masalah tersebut, maka muncul pertanyaan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas 4 SD Negeri 2 Citalang pada pembelajaran Matematika?
2. Apakah metode study proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
4 SD Negeri 2 Citalang pada pembelajaran IPS?
4
Diharapkan juga agar siswa lebih tertarik dan lebih terpancing untuk
belajar lebih giat, khususnya pada mata pelajaran Matematika dan IPS, dengan
digunakannya alat peraga bangun ruang dan metode study proyek dalam
pembelajaran. Pemahaman dan hasil belajar siswa pun diharapkan dapat optimal.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari
komponen-komponen berikut: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, metode, media, sumber belajar, dan evaluasi. Yang menjadi
komponen utama dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, karena semua
komponen lainnya mengacu kepada tujuan pembelajaran. Karena itu, untuk
melaksanakan suatu proses pembelajaran, hal yang harus dirumuskan pertama kali
adalah tujuan pembelajaran. (Sutikno, 2008:37)
Tujuan utama belajar adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di
kemudian hari, yakni membantu anak didik untuk dapat belajar terus dengan cara
yang lebih mudah. Apa yang dipelajari dalam situasi tertentu harus
memungkinkannya untuk memahami hal-hal lain. Belajar hanya akan terjadi
dengan kegiatan anak didik itu sendiri. Anak didik bukanlah bejana yang harus
diisi oleh guru dengan berbagai pengetahuan.
2. Media Pembelajaran
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Secara garis besar, media adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam aktifitas pembelajaran, media dapat didefinisikan
sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi
yang berlangsung antara pendidik dengan siswa. (Sutikno, 2008:101)
Akhmad Sudrajat dalam artikel Media Pembelajaran (http://akhmad
sudrajat/wordpress.com/, 12 Januari 2008) menyebutkan berbagai jenis media
belajar, diantaranya:
a. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
b. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
c. Projected still media: slide, projector, dan sejenisnya
d. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),
komputer dan sejenisnya.
Terdapat beberapa karakteristik media, antara lain :
a. Kemampuan dalam menyajikan gambar (presentation)
b. Faktor ukuran (size); besar atau kecil
7
c. Faktor warna (color): hitam putih atau berwarna
d. Faktor gerak: diam atau bergerak
e. Faktor bahasa: tertulis atau lisan
f. Faktor keterkaitan antara gambar dan suara: gambar saja, suara saja, atau
gabungan antara gambar dan suara.
Winataputra (2005:5.5) mengemukakan beberapa alasan mengapa media
pembelajaran sangat penting sehingga harus terintegrasi dalam proses
pembelajaran, yaitu:
a. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran
akan lebih berhasil bila siswa turut aktif dalam pembelajaran tersebut, dan
hal ini hanya dapat terjdi dengan adanya media.
b. Salah satu temuan menyatakan bahwa rata-rata jumlah informasi yang
diperoleh seseorang melalui indera memiliki komposisi sebagai berikut:
1) 75% melalui penglihatan (visual)
2) 13% melalui pendengaran (audio)
3) 6% melalui sentuhan
4) 6% melalui penciuman dan pengecap.
c. Temuan lainnya menunjukkan bahwa pengetahuan yang dapat diingat
seseorang antara lain bergantung pada melalui indera apa ia memperoleh
pengetahuannya.
Dalam bukunya yang lain, Materi dan Pembelajaran IPS SD, Winataputra
(2008:9.23) mengemukakan sifat media pengajaran sebagai berikut:
a. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, sehingga mengurangi
verbalisme.
b. Memperbesar perhatian dan minat siswa terhadap materi pembelajaran.
c. Membuat pembelajaran lebih menetap dan tidak mudah dilupakan.
d. Memberikan pengalaman yang nyata kepada siswa.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkelanjutan.
f. Membantu tumbuhnya pengertian dan perkembangan berbahasa.
g. Menarik minat siswa untuk membicarakannya lebih lanjut.
8
Sebagai mediator, guru harus mampu memilih dan menggunakan media
yang sesuai dengan tujuan, materi, metode, dan evaluasi, serta tetap bertujuan
untuk memperlancar pencapaian tujuan dan mampu menarik minat siswa.
Alat peraga bangun ruang merupakan salah satu jenis media yang paling
nyata dan menarik untuk pembelajaran materi bangun ruang. Alat peraga bangun
ruang lebih memudahkan mereka dalam memahami materi pembelajaran, apalagi
peserta didik kelas bawah yang sebagian besar belum lancar baca tulis. Menilik
pada pernyataan Winataputra di atas, dapat dilihat bahwa media visual memiliki
peranan yang paling besar dalam memudahkan peserta didik untuk memperoleh
informasi.
3. Metode Pembelajaran
“Metode” secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum,
metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan kata “pembelajaran” berarti segala upaya yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa.
Sutikno (2008:84) menyimpulkan bahwa metode pembelajaran ialah cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
belajar pada diri siswa dalam upaya mencapai tujuan. Sedangkan Winataputra
(2005:4.12) menyebutkan bahwa metode mengajar merupakan cara yang
digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dalam proses
pembelajaran. Muhibin Syah (2008:201) juga menyebutkan bahwa metode
mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.
Intinya, beberapa ahli tersebut sepakat bahwa metode mengajar adalah
bagaimana cara guru menyampaikan materi ajar kepada siswa. Sedangkan tujuan
penggunaan metode mengajar yang tepat ialah agar tercipta proses belajar pada
diri siswa.
Metode pembelajaran sangat beraneka ragam. Dengan berbagai
pertimbangan, guru harus mampu memilih dan memanfaatkan metode yang
efektif sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran
9
menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh
kemampuan hasil belajar.
Secara umum, penerapan metode pembelajaran meliputi empat kegiatan
utama (Sumiati, 2008:97), yaitu:
a. Kegiatan awal yang bersifat orientasi.
b. Kegiatan inti dalam proses pembelajaran.
c. Penguatan dan umpan balik.
d. Penilaian/Evaluasi.
Sutikno (2008:85) menyebutkan beberapa ciri metode yang baik, yaitu:
a. Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa.
b. Bersifat luwes, fleksibel, dan memiliki daya yang sesuai dengan watak
siswa dan materi.
c. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dan praktek serta
menghantarkan siswa pada kemampuan praktis.
d. Tidak mereduksi materi.
e. Memberi keleluasaan bagi siswa.
f. Mampu menempatkan guru pada posisi yang tepat.
Sutikno (2008:87) juga menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh
dalam pemilihan metode yang tepat, yaitu: Tujuan yang hendak dicapai, materi
pelajaran, siswa, situasi, dan guru.
Agar dapat menerapkan suatu metode pembelajaran yang relevan dengan
situasi tertentu, maka perlu dipahami keadaan metode pembelajaran tersebut, baik
ketepatan maupun tata caranya. Di antara metode pembelajaran yang akan dibahas
dalam laporan ini, yaitu metode study proyek. Dengan penerapan metode ini pada
pembelajaran matematika di SD, diharapkan dapat meningkatkan keaktifan,
perhatian, dan motivasi siswa guna mencapai tingkat pemahaman dan hasil belajar
yang optimal.
10
B. Mata Pelajaran Matematika dan IPS di Sekolah Dasar
1. Mata Pelajaran Matematika
Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) secara
umum ditentukan sebagai kajian pola dari struktur, perubahan, dan ruang; tak
resminya, seseorang dapat mengatakannya sebagai penulisan bilangan dan angka.
Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang
menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi
matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika.
Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikus sering mempunyai
berasal dari ilmu pengetahuan alam, sangat umum di fisika, tetapi mathematikus
juga menegaskan dan menyelidiki struktur untuk sebab hanya dalam ilmu pasti,
karena struktur mungkin menyediakan, untuk kejadian, generalisasi pemersatu
bagi beberapa sub-bidang, atau alat membantu untuk perhitungan biasa.
Akhirnya, banyak matematikus belajar bidang dilakukan mereka untuk
sebab yang hanya estetis saja, melihat ilmu pasti sebagai bentuk seni daripada
sebagai ilmu praktis atau terapan.
Secara umum, semakin kompleks suatu fenomena, semakin kompleks pula
alat (dalam hal ini jenis matematika) yang melalui berbagai perumusan (model
matematikanya) diharapkan mampu untuk mendapatkan atau sekedar mendekati
solusi eksak seakurat-akuratnya.
Tingkat kesulitan suatu jenis atau cabang matematika bukan disebabkan
oleh jenis atau cabang matematika itu sendiri, tetapi disebabkan oleh sulit dan
kompleksnya fenomena yang solusinya diusahakan dicari atau didekati oleh
perumusan (model matematikanya) dengan menggunakan jenis atau cabang
matematika tersebut.
Sebaliknya berbagai fenomena fisik yg mudah di amati, misalnya jumlah
penduduk di seluruh Indonesia, tak memerlukan jenis atau cabang matematika
yang canggih. Kemampuan aritmetika sudah cukup untuk mencari solusi (jumlah
penduduk) dengan keakuratan yang cukup tinggi.
Dalam topik pembahasan matematika, terdapat satu topik yang paling
mendasar, yaitu bangun ruang. Bangun ruang ialah bangun geometri yang
11
memiliki tiga dimensi. Materi bangun ruang ini sangat relevan dengan kehidupan
sehari-hari, dimana siswa selalu menemukan bangun ruang dalam lingkungan dan
kehidupannya sehari-hari. Namun, pada proses pembelajarannya, siswa akan sulit
memahaminya, apalagi jika tidak didukung dengan alat peraga yang sesuai.
2. Mata Pelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial, biasa disingkat IPS, adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan penulisan dengan cakupan yang luas dalam
berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia di masa kini dan masa
lalu. IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan
memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan
untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung
jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik
akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan.
Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, di
Indonesia IPS dijadikan sebagai mata pelajaran untuk siswa sekolah dasar (SD),
dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP). Sedangkan untuk tingkat di
atasnya, mulai dari sekolah menengah tingkat atas (SMA/SMU) dan perguruan
12
tinggi, ilmu sosial dipelajari berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu tersebut
khususnya jurusan atau fakultas yang memfokuskan diri dalam mempelajari hal
tersebut. Ilmu Pengetahuan Sosial secara umum mempelajari berbagai bidang
ilmu seperti: Sejarah, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Antropologi, Psikologi, dan
Tata Negara.
13
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian
1. Waktu dan Lokasi Penelitian
a. Mata Pelajaran Matematika (Eksak)
Proses pelaksanaan dan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di
SD Negeri 2 Citalang Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta pada
tanggal 4 dan 11 Maret 2010.
Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk setiap
pertemuan adalah sebagai berikut :
1) Tanggal 4 Maret 2010 perbaikan pembelajaran siklus I,
waktu 1 x 35 menit.
2) Tanggal 11 Maret 2010 perbaikan pembelajaran siklus II,
waktu 1 x 35 menit.
Fokus masalah: Siswa Pasif dalam menerima pelajaran, perhatian
terbagi, malu mengeluarkan pendapat, tidak menyebutkan bagian-bagian
bangun ruang.
b. Mata Pelajaran IPS (Non Eksak)
Proses pelaksanaan dan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di
SD Negeri 2 Citalang Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta pada
tanggal 18 dan 25 Maret 2010.
Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk setiap
pertemuan adalah sebagai berikut :
1) Tanggal 18 Maret 2010 perbaikan pembelajaran siklus I,
waktu 1 × 35 menit.
2) Tanggal 25 Maret 2010 perbaikan pembelajaran siklus II,
waktu 1 x 35 menit.
Fokus masalah: Siswa tidak mempunyai motivasi, kurang
perhatian, banyak bermain, malu dalam bertanya.
14
2. Mata Pelajaran yang Diteliti
Mata pelajaran yang dilakukan perbaikannya pada penelitian ini adalah
mata pelajaran Matematika dan IPS di kelas IV semester 2.
Untuk mata pelajaran Matematika, mengangkat materi bangun ruang.
Sedangkan untuk mata pelajaran IPS, mengangkat materi konsep koperasi.
3. Karakteristik Kelas dan Siswa yang Diteliti
Kelas yang menjadi subjek penelitian adalah Kelas IV, salah satu
rombongan belajar di SD Negeri 2 Citalang. Kelas ini menampung 25 siswa, yang
terdiri atas 8 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
Secara umum, proses pembelajaran di kelas ini hampir selalu berlangsung
dengan lancar dan kondusif. Lokasi sekolah yang berada di lingkungan pedesaan
membuat proses belajar sehari-hari lebih nyaman, tidak terganggu oleh
kebisingan. Namun tetap saja, perlu diadakan tindakan lebih lanjut guna terus
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas ini.
Bila dilihat dari sudut prestasi akademik, siswa di kelas ini dapat dibagi ke
dalam tiga karakter, yaitu 5 siswa berprestasi, 10 siswa sedang, dan 10 siswa
kurang berprestasi. Salah satu tujuan penelitian ini adalah guna mengurangi
jumlah siswa yang kurang berprestasi.
B. Deskripsi Per-Siklus
1. Perencanaan dan Pelaksanaan
Pemanfaatan alat peraga bangun ruang dan metode studi proyek dalam
pembelajaran diharapkan dapat membantu memperjelas materi pembelajaran yang
disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa,
sehingga pesan guru sebagai mediator dan fasilitator dapat dilaksanakan dengan
baik.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam proses perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga bangun ruang dan metode studi
proyek adalah sebagai berikut:
a. Mata Pelajaran Matematika (Eksak)
1) Memberikan bimbingan kepada siswa
15
2) Menarik perhatian siswa dengan berusaha membuat situasi belajar
menyenangkan.
3) Menerangkan dengan teliti agar mudah dimengerti.
4) Menggunakan alat peraga bangun ruang.
5) Membentuk kelompok dan tutor sebaya.
6) Memberi bimbingan yang kontinyu.
Sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa, yaitu kurangnya
perhatian dan hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran, maka yang
menjadi perhatian dalam perbaikan pembelajaran matematika adalah
membawa siswa pada situasi belajar yang menyenangkan dengan alat
peraga bangun ruang.
b. Mata Pelajaran IPS (Non Eksak)
1) Memberi motivasi dan memacu siswa.
2) Berusaha membuat situasi belajar yang menyenangkan.
3) Mengkondisikan siswa untuk siap belajar.
4) Memberi perhatian khusus kepada siswa yang nakal.
5) Memotivasi siswa agar tidak malu untuk bertanya atau
mengeluarkan pendapat.
Sesuai dengan masalah yang dihadapi bahwa siswa kurang aktif
dan interaktif dalam proses pembelajaran. Maka yang menjadi perhatian
dalam perbaikan pembelajaran IPS adalah memotivasi siswa untuk ikut
aktif dan berinteraksi sehingga memperoleh hasil belajar yang
memuaskan, khususnya pada materi konsep koperasi.
2. Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pembelajaran Matematika tentang bangun ruang dilaksanakan di semester
II tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil evaluasi hasil belajar 25 siswa di kelas
IV, diperoleh data bahwa yang mendapat nilai tertinggi hanya 5 orang, dengan
tingkat penguasaan 58%. Hal ini menunjukkan sangat rendahnya pemahaman
siswa terhadap materi tersebut. Adapun kendala yang dihadapi siswa adalah
kurang dipahaminya konsep Matematika akibat kurangnya interaksi mereka
terhadap materi pembelajaran.
16
Untuk mengatasi kesulitan tersebut di atas, maka digunakan alat peraga
bangun ruang, di mana pendekatan ini bertitiktolak pada hal-hal yang bersifat
nyata bagi siswa. Dengan penggunaan alat peraga bangun ruang, diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Begitu juga pada pelaksanaan pembelajaran IPS tentang konsep koperasi
yang dilakukan di semester II tahun pelajaran 2009/2010. Dari 25 siswa, hanya 4
siswa yang mendapat nilai tertinggi, dengan tingkat penguasaan 56%.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan metode studi proyek untuk meningkatkan daya pikir serta
wawasan siswa, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar mereka.
3. Instrumen
Instrumen yang digunakan pada penelitian dan proses perbaikan ini adalah
berupa tes prestasi belajar yang diberikan kepada siswa untuk mengukur
pencapaian hasil belajar siswa, serta lembar observasi yang digunakan untuk
mengamati bagaimana proses pembelajaran berlangsung.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan,
atau bakat yang dimiliki secara individu maupun kelompok. Tes prestasi adalah
tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari
sesuatu. (Arikunto, 2006:150)
Sedangkan observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data
yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstrandar. (Arikunto,
2006:222)
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang
terjadi pada siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pada tahap
refleksi ini, peneliti yang dibantu oleh teman sejawat selaku observer, harus dapat
menjawab pertanyaan mengapa, bagaimana, dan sejauhmana langkah serta hasil
yang dicapai selama proses belajar berlangsung. Dalam refleksi, data hasil
pengamatan menjadi acuan guna menentukan upaya dan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
17
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per-Siklus
Pelaksanaan perbaikan dilakukan dua siklus untuk masing-masing mata
pelajaran. Pada setiap siklus, penulis mengadakan suatu observasi sederhana
untuk melihat tingkat motivasi dan keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran.
Berikut keadaan tingkat motivasi dan keaktifan siswa terhadap proses
pembelajaran:
Tabel 1
Lembar Hasil Observasi tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa
terhadap Proses Pembelajaran Matematika
Hasil Perbaikan
NO Nama Siswa Sebelum Ket
Siklus I Siklus II
1 Nurdianto + + +
2 Naning ++ ++ ++
3 Nenih Nurhayati - + +
4 Nurlina - + +
5 Neneng Marlina + + ++
6 Ratih + + ++
7 Santi + + ++
8 Siti Rohaeli + + ++
9 Siti Khodijah - + +
10 Siti Kurniawati - + +
11 Siti Mariam ++ ++ ++
12 Siti Juariyah ++ ++ ++
13 Siti Hayati - + ++
14 Siti Rohimah + + ++
15 Siti Aisyah - + ++
16 Tini Nuraisyah + + +
17 Ujang Juniawan ++ ++ ++
18 Yakub Maulana ++ ++ ++
19 Mintarsih - + ++
20 Jaelani - - +
21 Yusuf - - +
22 Dede Ahmad + + +
23 Ali Musleh + + +
24 Mita + + ++
25 Dedi - - +
Keterangan : - = kurang + = cukup ++ = baik
18
Tabel 2
Lembar Hasil Observasi tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa
terhadap Proses Pembelajaran IPS
Hasil Perbaikan
NO Nama Siswa Sebelum Ket
Siklus I Siklus II
1 Nurdianto - - +
2 Naning + + ++
3 Nenih Nurhayati - + ++
4 Nurlina - + +
5 Neneng Marlina - + +
6 Ratih + + ++
7 Santi ++ + ++
8 Siti Rohaeli - + ++
9 Siti Khodijah - + ++
10 Siti Kurniawati - ++ ++
11 Siti Mariam - - +
12 Siti Juariyah + ++ ++
13 Siti Hayati - - +
14 Siti Rohimah - + +
15 Siti Aisyah + ++ ++
16 Tini Nuraisyah + ++ ++
17 Ujang Juniawan - - +
18 Yakub Maulana + ++ ++
19 Mintarsih - + +
20 Jaelani - + +
21 Yusuf + + ++
22 Dede Ahmad - + +
23 Ali Musleh + + ++
24 Mita - + +
25 Dedi - + +
Keterangan : - = kurang + = cukup ++ = baik
19
Tabel 3
Daftar Nilai Tes Akhir Pembelajaran Matematika
Hasil Perbaikan
NO Nama Siswa Sebelum Ket
Siklus I Siklus II
1 Nurdianto 60 70 80
2 Naning 80 80 90
3 Nenih Nurhayati 40 60 80
4 Nurlina 40 50 70
5 Neneng Marlina 60 70 80
6 Ratih 60 60 80
7 Santi 60 80 90
8 Siti Rohaeli 60 60 80
9 Siti Khodijah 40 60 70
10 Siti Kurniawati 60 60 80
11 Siti Mariam 80 80 90
12 Siti Juariyah 80 80 80
13 Siti Hayati 60 60 80
14 Siti Rohimah 60 70 80
15 Siti Aisyah 40 60 70
16 Tini Nuraisyah 60 60 80
17 Ujang Kurniawan 80 80 80
18 Yakub Maulana 80 80 90
19 Mintarsih 60 60 70
20 Jaelani 40 50 70
21 Yusuf 40 60 70
22 Dede Ahmad 60 60 70
23 Ali Musleh 60 60 80
24 Mita 60 60 70
25 Dedi 40 50 70
Jumlah 1460 1620 1940
Rata-rata 58,40 64,80 77,60
Persentase Keberhasilan 58% 65% 78%
Grafik 1
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika
80
60 Sebelum
40 Siklus 1
20 Siklus 2
0
Rata-rata
20
Tabel 4
Daftar Nilai Tes Akhir Pembelajaran IPS
Hasil Perbaikan
NO Nama Siswa Sebelum Ket
Siklus I Siklus II
1 Nurdianto 50 60 70
2 Naning 70 80 90
3 Nenih Nurhayati 60 70 80
4 Nurlina 40 60 70
5 Neneng Marlina 50 70 80
6 Ratih 60 70 80
7 Santi 60 70 70
8 Siti Rohaeli 60 70 80
9 Siti Khodijah 50 70 80
10 Siti Kurniawati 60 80 80
11 Siti Mariam 60 70 80
12 Siti Juariyah 70 80 80
13 Siti Hayati 60 70 70
14 Siti Rohimah 50 60 70
15 Siti Aisyah 60 70 80
16 Tini Nuraisyah 60 80 90
17 Ujang Kurniawan 50 70 80
18 Yakub Maulana 60 70 80
19 Mintarsih 50 70 80
20 Jaelani 40 60 60
21 Yusuf 70 70 80
22 Dede Ahmad 50 70 70
23 Ali Musleh 70 80 90
24 Mita 50 60 70
25 Dedi 40 60 60
Jumlah 1400 1740 2000
Rata-rata 56,00 69,60 80,00
Persentase Keberhasilan 56% 70% 80%
Grafik 2
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS
80
60 Sebelum
40 Siklus 1
20 Siklus 2
0
Rata-rata
21
Pada siklus pertama, nilai yang diperoleh masih kurang memuaskan,
sehingga penulis melakukan refleksi dan beberapa perbaikan untuk siklus kedua,
termasuk menggunakan alat peraga bangun ruang dan metode studi proyek di
dalamnya.
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa seluruh siswa berhasil
mencapai tujuan belajarnya pada siklus kedua, dengan rata-rata nilai hasil belajar
Matematika 77.60 dan IPS 80,00 dengan tingkat keberhasilan Matematika 78%
dan IPS 80%. Maka pembelajaran Matematika dan IPS ini mengalami kemajuan
dan dapat dikatakan “Tuntas”.
B. Pembahasan
Dari hasil analisis di atas, dapat diuraikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pembelajaran Matematika
Siswa memiliki masalah dalam hal motivasi dan keaktifan dalam belajar
Matematika karena sistem pembelajaran yang konvensional dan kurang
maksimalnya pemilihan dan penggunaan media mengajar yang menarik.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis melakukan upaya perbaikan
dengan menggunakan alat peraga bangun ruang. Upaya ini dilakukan dalam dua
siklus bersama teman sejawat yang berperan sebagai observer.
Pendekatan yang dilakukan ialah pada materi bangun ruang, yang dalam
pelaksanaannya penulis berusaha memanfaatkan alat peraga bangun ruang untuk
meningkatkan motivasi, keaktifan, dan pemahaman siswa, hingga dapat diperoleh
hasil belajar yang maksimal.
Nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran
terus meningkat secara signifikan sejak sebelum proses perbaikan hingga akhir
siklus kedua. Ini tergambarkan dengan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar
sekitar 6,40 poin pada siklus pertama dan 12,80 poin pada siklus kedua. Adapun
rata-rata pencapaian pada akhir siklus kedua adalah 77,60, dengan tingkat
keberhasilan 78%. Artinya, ketuntasan belajar telah tercapai.
22
2. Pembelajaran IPS
Siswa memiliki masalah dalam hal minat dan perhatian dalam belajar IPS
karena sistem pembelajaran yang konvensional dan kurang maksimalnya dalam
pemilihian metode yang sesuai dan menarik.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis melakukan upaya perbaikan
dengan menggunakan metode studi proyek. Upaya ini dilakukan dalam dua siklus
bersama teman sejawat yang berperan sebagai observer.
Pendekatan yang dilakukan ialah pada materi konsep koperasi, yang dalam
pelaksanaannya penulis berusaha menerapkan metode studi proyek guna
meningkatkan minat dan keaktifan siswa, hingga dapat diperoleh hasil belajar
yang maksimal.
Nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran
terus meningkat secara signifikan sejak sebelum proses perbaikan hingga akhir
siklus kedua. Ini tergambarkan dengan peningkatan rata-rata nilai hasil belajar
13,60 poin pada siklus pertama dan 10,40 poin pada siklus kedua. Adapun hasil
rata-rata yang dicapai pada akhir siklus kedua adalah 80,00, dengan tingkat
keberhasilan mencapai 80%. Artinya, ketuntasan belajar telah tercapai.
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari keseluruhan hasil perbaikan, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan penggunaan alat peraga bangun ruang ternyata berpengaruh
terhadap peningkatan hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 2
Citalang. Hal ini diketahui dari peningkatan rata-rata nilai hasil belajar pada siklus
pertama sebesar 6,40 poin dan sebesar 12,80 poin pada siklus kedua, dengan
tingkat keberhasilan 78%. Peningkatan skor siswa diasumsikan merupakan akibat
dari perlakuan yang telah diberikan kepada siswa dengan menggunakan alat
peraga bangun ruang.
Penggunaan metode studi proyek juga berpengaruh terhadap peningkatan
hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Citalang. Hal ini diketahui dari
peningkatan rata-rata nilai hasil belajar pada siklus pertama sebesar 13,60 poin
dan sebesar 10,40 poin pada siklus kedua, dengan tingkat keberhasilan 80%.
Peningkatan skor siswa diasumsikan merupakan akibat dari penerapan metode
studi proyek pada proses perbaikan.
Mengacu pada rumusan masalah penelitian:
1. Apakah alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas 4 SD Negeri 2 Citalang pada pembelajaran Matematika?
2. Apakah metode study proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
4 SD Negeri 2 Citalang pada pembelajaran IPS?
Maka dari penelitian ini diperoleh jawaban sebagai berikut:
1. Alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4
SD Negeri 2 Citalang pada pembelajaran Matematika materi bangun
ruang.
2. Metode study proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD
Negeri 2 Citalang pada pembelajaran IPS materi konsep koperasi.
24
B. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan, antara lain:
1. Pemilihan dan pemanfaatan media dan metode mengajar yang sesuai
berkontribusi positif dalam perbaikan pembelajaran, karena itu guru
diharapkan untuk senantiasa melakukan perbaikan pada setiap
pembelajaran, termasuk dengan pemilihan dan pemanfaatan media dan
metode mengajar yang sesuai.
2. Tingkatkan terus inovasi pendidikan, terutama dalam hal pemilihan dan
pemanfaatan media dan metode mengajar yang sesuai.
3. Kurangnya fasilitas jangan dijadikan alasan untuk tidak berinovasi, karena
penerapan dan pemanfaatan media dan metode mengajar yang sesuai,
harus dapat dilakukan dalam dengan menyesuaikan kondisi dan situasi
yang ada.
4. Untuk lebih meningkatkan kualitas profesionalisme guru, perlu terus
dilakukan kegiatan yang berkesinambungan melalui Kelompok Kerja Guru
(KKG) dalam upaya berbagi wawasan, pendapat, dan tukar pengalaman.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
DAFTAR LAMPIRAN
Menyatakan bahwa:
Kepada:
Kepala UPBJJ-UT Bandung
di
Bandung
I. Standar Kompetensi
GEOMETRI DAN PENGUKURAN
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun
datar
III. Indikator
Menyebutkan sifat bangun ruang: balok dan kubus
V. Materi Ajar
Bangun ruang
IX. Penilaian
Teknik
Tes
Bentuk
Isian
a. Ini gambar............
b. Ada berapa rusuknya............
c. Ada berapa sisinya............
d. Ada berapa titik sudutnya............
2.
a. Ini gambar............
b. Ada berapa rusuknya............
c. Ada berapa sisinya............
d. Ada berapa titik sudutnya............
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal (5 Menit)
Apersepsi
Menjelaskan tujuan pembelajaran
G. Evaluasi
Tes Awal : Ada
Tes Akhir : Ada
Jenis Tes : Tes Tulis
Bentuk Tes : Tes Lisan
Alat Evaluasi : Soal
Kerjakan soal-soal di bawah ini!
B C
A D
G E
H F
Kunci Jawaban
1. AB, BC, CD, DA, HG, GE, EF, FH, AH, BG, CE, DF.
2. Ada 6
ABCD, EFGH, ADFH, BCEG, ABGH, DCEF.
3. A,B, C, D, E, F, G, H.
Kerjakan!
B C
A D
G E
H F
Kemunculan
No. Aspek Yang Diamati Tidak Komentar
Ada
Ada
1. Guru menyiapkan alat peraga Persiapan bahan
dilakukan dengan
baik
2. Guru menyiapkan alat peraga yang Siswa kurang
telah disiapkan berperan aktif
3. Siswa secara bergilir Belum seluruhnya
mempraktekan alat peraga yang siswa dapat
telah tersedia mempraktekan alat
peraga
4. Alat peraga dapat membantu Baru sebagian
proses pembelajaran siswa yang merasa
terbantu dengan
alat peraga
5. Siswa mendemontrasikan alat Barus ebagian
peraga yang tersedia siswa yang aktif
6. Siswa melakukan diskusi Dilaksanakan oleh
kelompok dengan mempraktikan sebagian siswa
alat peraga yang tersedia
7. Laporkan hasil diskusi kelompok Pelaporan
dengan menggunakan alat peraga dilakukan oleh
kelompok dengan
baik
Maman Supriatna
NIP. 19681018 200701 1 008
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal (5 Menit)
Mengadakan tanya jawab, apersepsi, dan pemeriksaan PR
Menjelaskan tujuan pembelajaran
D C
H
G G
E F
1. Coba sebutkan rusuk dari gambar balok?
2. Coba sebutkan sisi dari gambar balok?
3. Coba sebutkan titik sudut dari gambar balok?
4. Ada berapa jumlah rusuk?
Ada berapa jumlah sisi?
Ada berapa jumlah titik sudut?
Kunci Jawaban
1. AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AH, DE, CF, BG.
2. ABCD, EFGH, ADEH, BCFG, ABGH, DCEF.
3. A, B, C, D, E, F, G, H.
4. Rusuk 12, sisi 6, titik sudut 8
B A A D
A
D C
H E
D F A B
G F
Kemunculan
No. Aspek Yang Diamati Tidak Komentar
Ada
Ada
1. Guru menyiapkan alat peraga Persiapan bahan
dilakukan dengan
baik
2. Guru menyiapkan alat peraga yang Siswa kurang
telah disiapkan berperan aktif
3. Siswa secara bergilir Belum seluruhnya
mempraktekan alat peraga yang siswa dapat
telah tersedia mempraktekan alat
peraga
4. Alat peraga dapat membantu Baru sebagian
proses pembelajaran siswa yang merasa
terbantu dengan
alat peraga
5. Siswa mendemontrasikan alat Barus ebagian
peraga yang tersedia siswa yang aktif
6. Siswa melakukan diskusi Dilaksanakan oleh
kelompok dengan mempraktikan sebagian siswa
alat peraga yang tersedia
7. Laporkan hasil diskusi kelompok Pelaporan
dengan menggunakan alat peraga dilakukan oleh
kelompok dengan
baik
Maman Supriatna
NIP. 19681018 200701 1 008
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
I. Standar Kompetensi
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi
di lingkungan kebupaten/kota dan provinsi.
III. Indikator
Menjelaskan tujuan koperasi
Mengidentifikasi manfaat koperasi
Menceritakan pentingnya usaha bersama melalui koperasi
Membandingkan koperasi dengan jenis usaha lainnya
Mengidentifikasi jenis-jenis koperasi
Memberikan contoh berbagai jenis koperasi
Menceritakan kegiatan salah satu koperasi Desa Citalang
V. Materi Ajar
Memahami pentingnya koperasi
B. Kegiatan Inti
Meminta siswa menjawab apa yang dimaksud dengan koperasi
Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tujuan koperasi
Memberikan penjelasan kepada siswa tentang manfaat koperasi
Guru melengkapi jawaban singkat tentang tujuan dan manfaat
koperasi
Memandu siswa melakukan wawancara dengan pengurus, anggota
koperasi
Mendiskusikan hasil wawancara siswa
Memberikan pertanyaan: apa keuntungan menjadi anggota koperasi?
Membantu siswa mengerjakan kegiatan tentang perbandingan
koperasi dengan jenis usaha untuk pertanyaan-pertanyaan ada siswa
beranalisis sendiri
Memberi uraian tentang berbagai jenis koperasi dengan diselingi
tanya jawab
Memberi tugas kepada siswa untuk mencari koperasi-koperasi di
sekitar Desa Citalang
Meminta siswa untuk menceritakan tentang koperasi yang diketahui
beserta kegiatan apa.
C. Kegiatan Penutup
Menjelaskan pentingnya koperasi sekolah beserta manfaat menjadi
anggota koperasi sekolah
Memberikan tugas pekerjaan rumah
Penguatan
VIII. Penilaian
Lisan : Keberanian dalam bercerita di depan kelas
Tes Tertulis : Pilihan ganda = 15 soal, isian = 15 soal uraian = 5 soal
Soal : Di bank soal
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal (10 Menit)
Melihat-lihat kegiatan koperasi yang ada di desa.
Tanya jawab tentang materi
Pengkondisian belajar
Jawab
1. Mensejahterakan anggota koperasi itu sendiri.
2. Koperasi konsumsi, koperasi produksi, koperasi simpan pinjam.
3. Koperasi Unit Desa
4. Jual beli, hasil pertanian, penjualan pupuk
5. Harga murah, tiap tahun ada keuntungan yang dibagikan kepada anggota.
Jawablah
1. Tujuan didirikannya koperasi untuk…………………………….
2. Koperasi apas aja yang ada di Citalang?
3. Apa keuntungan pinjam dari koperasi?
4. Mengapa koperasi harus berbadan hukum?
5. Singkatan dari apa KUD, BUUD dan KPR?
LEMBAR KERJA SISWA
SIKLUS II
Kemunculan
No. Aspek Yang Diamati Tidak Komentar
Ada
Ada
1. Guru menyiapkan siswa dalam Kesiapan siswa
kegiatan demontrasi berjalan dengan
baik
2. Guru memberi penjelasan tentang Dilaksanakan
teknik dan tujuan demontrasi dengan baik
3. Siswa menguasai tata cara Sebagian siswa
demontrasi masih tampak
kebingungan
4. Siswa terlibat langsung dalam Sebagian kecil
demontrasi siswa kurang aktif
5. Kesungguhan siswa dalam Sebagian siswa
demontrasi terlihat kurang
sungguh-sungguh
6. Penarikan kesimpulan Belum berjalan
sesuai harapan
7. Peran guru dalam kegiatan Peran guru sudah
demontrasi tepat
Maman Supriatna
NIP. 19681018 200701 1 008
LEMBAR OBSERVASI
SIKLUS II
Kemunculan
No. Aspek Yang Diamati Tidak Komentar
Ada
Ada
1. Guru menyiapkan siswa dalam Kesiapan siswa
kegiatan demontrasi berjalan dengan
baik
2. Guru memberi penjelasan tentang Dilaksanakan
teknik dan tujuan demontrasi dengan baik
3. Siswa menguasai tata cara Seluruh siswa
demontrasi menguasai cara
berdemontrasi
4. Siswa terlibat langsung dalam Dilaksanakan
demontrasi dengan baik
5. Kesungguhan siswa dalam Seluruh siswa
demontrasi terlihat dengan
sungguh-sungguh
6. Penarikan kesimpulan Berjalan dengan
baik
7. Peran guru dalam kegiatan Peran guru sudah
demontrasi sesuai
Maman Supriatna
NIP. 19681018 200701 1 008
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal (5 Menit)
Mengkondisikan siswa
Apersepsi
Pemeriksaan PR
Jawab
1. Koperasi Waluya Kanya (simpan pinjam), koperasi sekolah KUD.
2. Pupuk, alat-alat pertanian, hasil tani masyarakat.
3. Alat-alat tulis
4. Usaha bersama untuk mencapai tujuan.
5. Mensejahterakan anggota.