You are on page 1of 36

ELEKTROCARDIOGRAM

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran KMB I

oleh
Paian Tua

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO
BORROMEUS
2009

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 1


BAB II

TINJAUAN TEORETIS

KETERAMPILAN KLINIS PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


KARDIOVASKULER

A. EKG

1. Pengertian

Elektrogram adalah rekaman yang di hasilkan oleh perubahan listrik

(Kamus Dorlan)

Elektrocardiogram adalah rekaman grafik yang dihasilkan oleh elektrokardiograf,


suatu alat untuk merekam konduksi listrik yang melewati jantung

(Kamus Saku Mosby, 2008)

Elektrocardiogram adalah penelusuran grafik berbagai muatan listrik yang disebabkan


oleh eksitasi otot jantung dan di deteksi pada permukaan tubuh.

(Kamus Kedokteran Dorlan, 1996)

Jadi pengertian EKG secara lengkap adalah rekaman aktivitas listrik jantung atau
bioelektrikal pada jantung yang digambarkan dengan sebuah grafik EKG atau dengan
kata lain grafik EKG menggambarkan rekaman aktifitas listrik jantung.

2. Indikasi

1. Miocardium infark dan tipe penyakit Arteri coroner lainnya seperti angina

2. Disritmia Jantung

3. Pembesaran Jantung (Hypertropi jantung)

4. Gangguan Elektrolit, terutama kalsium dan kalium

5. Penyakit inflamasi pada jantung

6. Efek obat-obatan pada jantung seperti : Digitalis (Lanoxin) dan tricyclic


antidepresan

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 2


3. Interpretasi EKG

Aktivitas listrik jantung dapat dilihat dengan alat elektrokardiogram (EKG). Setiap
fase siklus jantung dicerminkan oleh gelombang tertentu yang direkam dan dicatat
pada lembaran kertas EKG. Perjalanan aktivitas listrik jantung juga dapat diamati
pada layar oskiloskop. Aktivitas listrik di sadapan oleh seperangkat lead atau
elektroda yang diletakan pada titik-titik tertentu pada tubuh.

4. Kertas EKG

Sebuah gambaran EKG merupakan rekaman grafik dari aktivitas listrik jantung.
Kertas terdiri dari garis-garis horizontal dan vertical, masing-masing 1 mm . Garis
horizontal menunjukan pengukuran waktu. Pada saat kertas dengan kecepatan 25
mm/detik, tiap kotak kecil sama dengan 0,04 detik, dan kotak besar (lima kotak
kecil) sama dengan 0,20 detik. Tinggi atau voltase diukur dengan menghitung kotak
secara vertical. Kebanyakan kertas EKG juga di tandai pada interval 3 detik di
sepanjang bagian atas atau dasarnya untuk perhitungan frekwensi.

Normal kecepatan mesin EKG sebesar 25mm/detik . Ini artinya dalam 1 detik
mewakili 25mm atau 25 kotak kecil dalam bidang horizontal.
Dengan standar voltase 1 mVolt, yang artinya dengan standarisasi 1 mVolt akan
menghasilkan defleksi vertikal sebesar 10 mm atau 10mm/mVolt. Jadi 1 kotak kecil
sama dengan 0,1mVolt.

Jadi :
1 kotak kecil = 1 mm = 0,04 detik = 0,1 mVolt
5 kotak kecil = 5 mm = 1 kotak besar = 0,20 detik = 0,5 mVolt
10 kotak kecil = 10 mm = 2 kotak besar = 0,40 detik = 1 mVolt
25 kotak kecil = 25 mm = 5 kotak besar = 1 detik = 2,5 mVolt
15 kotak besar = 3 detik = 7,5 mVolt
30 kotak besar = 6 detik = 15 mVolt

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 3


Gambar 1 : Kertas EKG

Gambar 2 : Waktu pada kertas EKG

5. Prosedur Menjalankan Elektrokardiogram

EKG standar terdiri dari 12 lead. Informasi yang berhubungan dengan aktivitas
listrik jantung diperoleh dengan menempatkan electrode pada permukaan kulit pada
posisi anatomi standar. Berbagai posisi elektroda yang di pantau disebut lead.
Misalnya, lead 1 mengukur aktivitas listrik antara lengan kiri dan lengan kanan.

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 4


Untuk 12 lead EKG lengkap, jantung diamati dari ke dua belas posisi anatomis yang
berbeda.

Agar perlekatan antara kulit dan elekteroda sempurna, maka elekttroda ekstremitas di
letakan pada permukaan kulit yang datar tepat di atas pergelangan tangan atau tumit.
Elektroda dapat di hubungkan ke mesin EKG melalui berbagai cara, biasanya
melalui klip yang diletakan pada elektroda yang berperekat.

Gambar 3 : Posisi Anatomi Elektroda

Sandapan (lokasi penempatan EKG)

Untuk memperoleh rekaman EKG di pasang elektroda-elektroda di kulit pada


tempat-tempat tertentu.lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan,
karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.

a. Sandapan bipolar:

Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda,yang ditandai dengan angka


romawi I,II,dan III

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 5


• Sandapan I : merekam beda potensial antara tangan kanan(RA) yang
bermuatan negative(-) tangan kiri bermuatan positif(+).

• Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan (-) dengan kaki
kiri(LF) yang bermuatan positif(+)

• Sandapan III : merekam beda tangan kiri (LA) yang bermuatan negative dan
kaki kiri (+).

Gambar 4 : Sandapan Bipolar

Gambar 5 : Segitiga Eithoven

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 6


b. Sandapan unipolar

• Sandapan unipolar ekstermitas

o aVR : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang


bermuatan (+), dan elektroda (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri
membentuk elektroda indifiren.

o aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan
(+) dan muatan (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri membentuk
elektroda indifiren.

o aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan
positif (+) dan elektroda (-) dari gabungan tangan kanan dan kaki kiri
membentuk elektroda indiferen.

Gambar 6 : Sandapan Unipolar Ekstremitas

• Sandapan Prekordial

Merupakan sandapan V1, V2, V3, V4, V5 dan V6 yang di tempatkan secara
langsung di dada

o Sandapan V1 di tempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum

o Sandapan V2 di tempatkan di runga interkostal IV di kiri sternum

o Sandapan V3 di tempatkan di antara sandapan V2 dan V4

o Sandapan V4 di tempatkan di ruang intercostal V di linea


midklavikularis.

o Sandapan V5 ditempatkan secara dengan V4 di linea axillaris anterior

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 7


o Sandapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea
midaxilaris.

Gambar 7 : Sandapan Precordial

Apabila keempat elektroda ekstremitas telah terpasang, maka ke enam lead yang
pertama dapat di catat: lead I, II dan III, dan AVR, AVL, dan AVF. Keenam lead
perikordial atau lead V di letakan dengan cara yang sama. Kebanyakan mesin EKG
merekam ke 12 lead secara bersamaan dengan memasang seluruh elektroda.

1. Persiapan Alat

• Elektrokardiografi (EKG)

• Kabel sandapan yang terdiri dari :

o 4 buah sandapan ekstremitas yaitu:

 Tangan kiri (LA)

 Tangan kanan (RA)

 Kaki kiri (LL)

 Kaki kanan (RL)

o 6 buah sandapan dada yaitu: V1,V2,V3,V4,V5,V6

• Cream atau Jelly

• Kertas EKG

• Tissue

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 8


2. Persiapan pasien

• Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan di lakukan

• Melepaskan benda-benda yang bersikap logam seperti jam tangan,


cincin, gigi emas dll, yang dapat mempengaruhi atau mengganggu pada saat
perekaman .

• Beri penjelasan pada pasien untuk melepas pakaian bagian atas

3. Langkah-langkah

• Menjelaskan kepada pasien dan meminta persetujuan tentang prosedur yang


akan di lakukan serta hal-hal yang harus di perhatikan oleh pasien

• Persiapkan alat-alat yang akan dibutuhkan

• Perawat Cuci tangan

• Perawat mengintruksikan agar klien membuka pakaian bagian atas seluruhnya


dan melepaskan semua bahan yang bersifat logam.

• Perawat menentukan tempat elektroda yang akan dipasang sesuai dengan


sandapannya : sandapan bipolar sandapan I, II, III ; sandapan unipolar
Ekstremitas aVF, aVR, aVL ; dan sandapan Prekordial V1-V6.

• Oleskan cream pada tempat yang akan di pasang sandapan dan pasang
elektroda sesuai tempatnya

• Beri penjelasan kepada pasien selama dilakukan proses EKG pasien tidak
boleh bergerak dan harus rileks, serta orang lain dan perawat menjauh dari
tempat tidur pasien

• Menghidupkan mesin EKG sesuai pengaturannya

• Ambil kertas hasil rekaman EKG dan baca hasil rekaman EKG kemudian
beritahu tentang hasil rekaman aktivitas listrik jantung klien

• Setelah selesai matikan alat perekam EKG

• Lepaskan semua elektroda di tubuh pasien dan bersihkan bagian tubuh yang di
pasang elektroda dengan tissue.

• Rapikan pasien dan kembalikan alat-alat ke tempat semula

• Perawat cuci tangan

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 9


6. Analisis EKG

EKG dapat memberikan informasi penting mengenai aktivitas listrik miokardium, jika
dianalisa secara akurat. Gelombang EKG di cetak di atas kertas grafik. Waktu atau
frekuensi diukur pada sumbu horizontal grafik, dan amplitude atau voltase di ukur
pada sumbu vertical. Gelombang EKG menggambarkan fungsi system hantaran
jantung, yang normalnya memulai dan menghantarkan aktivitas listrik.

Gelombang EKG yang wajib diketahui adalah Gelombang P, PR interval, komplek


QRS, gelombang T, ST segment, QT interval, gelombang U.

Gambar 8 : EKG Normal

Bentuk Gelombang dan Interval

Selama siklus jantung, bentuk-bentuk gelombang dan interval-interval berikut di


hasilkan pada gambar permukaan EKG.

Gelombang P:

Defleksi kecil menunjukan depolarisasi dari atrium. Ini secara normal terlihat sebelum
kompleks QRS pada interval yang konsisten.

Gelombang positif pertama kali muncul adalah gelombang P.


Menggambarkan depolarisasi dari otot kedua atrium (kanan & kiri).
Cara mengukur gel P adalah dihitung mulai dari awal gelombang P sampai dengan
akhir gel P.
Nilai normal gel P tinggi tidak melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil) dan lebarnya juga
tidak melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil).
Tinggi gel P melebihi 2,5 mm (P pulmonal), mengidentifikasikan adanya pembesaran
di otot atrium kanan.
Lebar melebihi 2,5 mm( P mitral), mengidentifikasikan adanya pembesaran pada otot

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 10


atrium kiri.
Gelombang P harus positip di lead II dan harus negatif di lead aVR.

Interval PR

Interval yang menunjukan waktu konduksi melalui atrium, nodus AV, berkas HIS,
dan cabang berkas, sampai ke titik aktivasi dari jaringan otot ventrikel. Interval di
ukur dari mulainya gelombang P sampai mulainya QRS.

PR interval adalah mewakili waktu yang dibutuhkan oleh SA node untuk


mendepolarisasi otot atrium, sampai AV node dan Bundle his.
PR interval di ukur mulai dari permulaan gel P sampai dengan awal komplek QRS.
Normal PR interval yaitu 3 mm - 5 mm ( 3 kotak kecil - 5 kotak kecil) atau 0,12 detik
sampai 0,20 detik.
Apabila PR interval melebihi 0,20 detik atau 5 kotak kecil, mengidentifikasikan
adanya AV blok.
Apabila PR interval kurang dari 0,12 detik atau 3 kotak kecil, mengidentifiksikan
adanya accelerated pacemaker (seprti kasus WPW syndrome= wolff parkinson white).
Interval PR normal 0,12 sampai 0,20 detik.

Kompleks QRS

Bentuk gelombang besar yang menunjukan depolarisasi ventrikel. Tiap-tiap


komponen dari bentuk gelombang mempunyai sebuah konotasi spesifik. Defleksi
negative awal adalah gelombag Q, defleksi positif awal adalah gelombang R, dan
defleksi negative setelah gelombang R adalah gelombang S. Tidak semua komplek
QRS memiliki ketiga komponen, meskipun kompleks secara umum disebut sebagai
kompleks QRS. Lebar komplek QRS normal adalah 0,06 sampai 0,11 detik.

Segmen ST

Segmen diantara akhir kompleks QRS dan mulainya gelombang T. Normalnya ini
adalah isoelektris pada garis dasar tetapi dapat evaluasi atau depresi pada berbagai
kondisi.

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 11


Gambar 9 : Gelombang ST Elevasi

Gambar 10 : ST elevasi pada lead II, III, aVF dan ST depresi di lead I & aVL

Gelombang T

Defleksi yang menunjukan refolarisasi ventrikel atau pemulihan. Ini tampak setelah
QRS. Gelombang T atrium mencerminkan repolarisasi tetapi biasanya tidak terlihat
karena terjadi pada saat bersamaan dengan QRS.

Gelombang U

Kecil, biasanya defleksi positif setelah gelombang T. Signifikansinya tidak tentu,


tetapi secara khas terlihat pada hipokalemia.

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 12


Interval QT

Interval yang menunjukan durasi total dari sistolik listrik ventrikel. Interval QT di
ukur dari mulainya komleks QRS sampai akhir gelombang T. Karena QT bervariasi
dengan denyut jantung, maka penting untuk menggunakan table yang memuat interval
QT untuk berbagai frekuensi jantung.

Menentukan Frekuensi Jantung dengan EKG

Frekuensi jantung dapat di peroleh dari lembar EKG dengan berbagai metode. Kertas
grafik EKG dibagi oleh garis-garis tebal dan tipis, vertical dan horizontal, dengan
interval standar . Terdapat 300 kotak besar dalam 1 lembar tiap menit. Dengan
demikian, metode yang akurat dan mudah untuk menentukan frekuensi jantung
dengan irama regular adalah, dengan menghitung jumlah kotak besar antara dua
gelombang R dan hasilnya di jadikan bilangan pembagi untuk 300. Apabial terdapat
dua kotak besar di antara dua gelombang R, maka frekuensinya adalah 150 (300/2);
apabila terdapat lima kotak beasar, maka frekuensi jantung adalah 60 (300/5).

Metode lain yang kuranng akurat untuk memperkirakan frekuensi jantung, apabila
iramanya tidak teratur, adalah dengan menghitung jumlah interval R-R selama 6 detik
dan mengalikannya dengan 10. Kertas EKG biasanya di tandai dengan interval 3 detik
(15 kotak besar, horizontal) oleh garis vertical pada pucak kertas. Biasanya interval R-
R yang di hitung dan bukan kompleks QRS, karena bila dilakukan dengan cara
menghitung kompleks QRS hasilnya akan sangat tidak akurat.

7. Hal-hal yang harus di perhatikan saat perawatan pasien

• Berikan privasi dan minta klien untuk melepaskan pakaiannya, terutama di


bagian dada, pergelangan tangan dan mata kaki

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 13


• Tempatkan lead pada dada dan ekstremitas sesuia label,gunakan self-adhesive
elektroda atau gel yang larut air atau bahan-bahan pengkonduksi lainnya

• Intruksikan klien untuk tetap berbaring, tidak bergerak, batuk atau berbicara
saat dilakukan pencatatan EKG untuk mencegah artifact

• Yakinkan mesin EKG telah terpasang pada saklar dan grounded

• Jika dilakukan monitoring jantung terus menerus, ajarkan klien parameter


gerakan dan tidak panic ketika terdengar suara alat.

• Lepaskan semua benda yang bersikap logam dari tubuh klien dan jauhkan
barang tersebut dari tempat tidur klien seperti gigi emas, jam tangan, sabuk dan
barang logam lainnya

Pada saat melakukan pencatatan EKG, maka perlu di tambah pencatatan satu lead lagi
untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap. Perubahan elektrokardiogfi secara
konsisten akibat iskemia atau infark, akan tampak pada lead tertentu, yang
mencerminkan area yang rusak di miokardium. Lead prokordial kiri adalah standar,
namun pada pasien yang dicurigai mengalami kerusakan jantung kanan, maka
diperlukan lead prekordial sisi kanan untuk mengevaluasi ventrikel kanan yang lebih
baik.

8. Irama Sinus Normal

Definisi

Irama sinus normal adalah irama normal dari jantung. Impuls di mulai pada nodus
sinus dalam irama teratur frekuensi 60 sampai 100 denyut/menit. Gelombang AP
muncul sebelum tiap kompleks QRS. Interval PR dalam batas normal (0,12-0,20
detik) dan QRS sempit (<0,12 detik) kecuali ada defek konduksi intraventrikular.

Adapun kriteria normal EKG atau sinus rhytm sebagai berikut :

• Irama regular

• Frekwensi antara 60-100x/menit

• Adanya gelombang P yang normal atau berasal dari SA node, karena adanya
gel P tapi belum tentu berasal dari SA node. Jadi anda harus bandingkan di dalam
satu

lead harus mempunyai bentuk gel P yang sama.

• Selalu ada gelombang P yang diikuti komplek QRS dan gel T


Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 14
• Gelombang P wajib positip di lead II

• Gelombang P wajib negatif di lead aVR

• Komplek QRS normal (0,08 - 0,11 detik)

Gambar 11 : Sinus Rhytm

1. Contoh Aritmia EKG dengan kriterianya


A. SA Node

Sinus Bradikardia

Ciri-cirinya :
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk
sama dalam 1 lead panjang.
Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 15


Sinus Takikardia

Ciri-cirinya:
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk
sama dalam 1 lead panjang.
Frekwensi (HR) diatas 100x/menit
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.

Sinus Aritmia

Ciri-cirinya :
Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada sinus
aritmia iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.

Sinus Arrest

Ciri-cirinya:
Gel P dan komplek QRS normal
Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.
Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.

Sinus Blok

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 16


Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya gelombang yang muncul,
dimana jarak gapnya 2 kali dari RR interval

B. Otot Atrium

(PAC or AES)

Ciri-cirinya :
Normal gel P yang berasal dari SA node, gel P yang berasal dari otot atrium tidak
sama dengan gel P yang berasal dari SA node. PAC (premature atrial
contraction)or AES ( atrial ekstra sistole) yaitu gel P yang muncul sebelum
waktunya dan bentuk gelombangpun beda dengan normal gel P yang berasal dari
SA node. Kalau anda temukan gel P yang berbeda dan muncul persis sama dengan
waktu yang seharusnya, ini dinamakan Atrial escape beat.

(Atrial Flutter)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Ciri utama yaitu gelombang P yang mirip gigi gergaji (saw tooth).
Komplek QRS normal, interval RR normal

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 17


(Atrial Takikardia)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Komplek QRS normal
PR interval <0,12detik dan
Frekwensi jantungnya > 150x/menit
Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba berubah menjadi Atrial takikardia
maka gambaran ini dinamakan paroksimal atrial takikardia (PAT).

(Multifocal Atrial Takikardia)

Ciri-cirinya :
Irama irreguler
Kadang mirip dengan atrial fibrilasi, tapi pada MAT gel P masih terlihat dan tiap
beat bentuk gelombang P nya berbeda (minimal 3 macam).
Frekwensi > 100x/menit, PR intervalpun bervariasi, normal komplek QRS.

(Wandering Atrial Pacemaker)

Ciri-cirinya :
Sama dengan multifokal atrial takikardia, hanya pada wandering pacemaker HR
nya normal.

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 18


C. Junctional Region

(Junctional Rhytm)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya 40-60 x/menit
Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip)
Kompleks QRS normal
Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional rhytm.

(Junctional Takikardia)

Ciri-cirinya:
Sama dengan junctinal rhytm, bedanya frekfensi atau HR pada junctional
takikardia lebih dari 100 x/menit.

(Accelerated Junctional)

Ciri-cirinya :
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekwensi atau HR pada accelerated
junctional antara 60-100 x/menit.

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 19


(Junctional Ekstra Sistole or PJC)

Ciri-cirinya :
Irama tidak teratur
Ada premature beat sebelum waktunya, dengan adanya gel P yang terbalik atau
tidak adanya gel P.

(Junctional Escape Beat)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Komplek QRS normal
Pada EKG normal yang seharusnya muncul normal beat pada beat berikutnya, tapi
impuls normal diambil alih oleh juction region sehingga tampak pada EKG tidak
adanya gel P, misalkan ada gel P tapi bentuknya akan terbalik.

(Supra Ventrikuler Takikardia/SVT)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya lebih dari 150x/menit
Gel P tertutup oleh gel T
Komplek QRS normal dan tingginya harus sama ( ingat duri ikan)

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 20


(Paroksimal Supraventrikuler Takikardia/PSVT)

Ciri-cirinya :
Dari gambaran EKG normal tiba-tiba berubah menjadi gambaran EKG SVT.
Frekwensinya lebih dari 150 x/menit

AV Blok first Degree

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS normal, RR interval regular
PR interval > 0,20 detik atau > 5 kotak kecil
Panjang PR interval harus sama di setiap beat !! Misalkan panjang PR intervalnya
0,24detik, maka di tiap beat PR intervalnya harus sama yaitu 0,24detik.

(AV Blok 2nd Degree Type I atau Wenckebach)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal juga bisa tidak normal, RR interval irregular
PR interval mengalami perpanjangan, mulai dari normal PR interval dan
memajang pada beat berikutnya, sampai ada gel P yang tidak diikuti komplek
QRS, kemudian kembali lagi ke normal PR interval dan seterusnya.
Misalkan awalnya PR interval 0,16 detik, kemudian memanjang dibeat berikutnya
Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 21
0,22 detik, terus memanjang lagi menjadi 0,28 detik, lalu ada gel P yang tidak
diikuti oleh QRS, setelah itu kembali lagi ke normal PR interval yaitu 0,16 detik,
dan seterusnya.

(AV Blok 2nd Degree Type II)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal atau bisa juga tidak normal, RR interval irregular
PR interval harus sama di tiap beat!! Panjangnya bisa normal dan lebih dari
normal.
Ada 2 atau lebih, gelombang P tidak diikuti oleh komplek QRS.

(AV Blok Total/Komplit)

Ciri-cirinya :
Irama regular
Tidak ada hubungan antara atrium dengan ventrikel.
Makanya kadang gelombang P muncul bareng dengan komplek QRS.
Komplek QRS biasanya lebar dan bentuknya berbeda dengan komplek QRS
lainya karena gel P juga ikut tertanam di komplek QRS, RR interval regular.
Gel P normal, kadang bentuknya beda karena tertanam di komplek QRS.

D. Ventrikel Region

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 22


(Idioventrikular Rhytm)

Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 20 - 40 x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar or lebih dari normal

(Accelerated Idioventrikular)

Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
Tidak ada gel P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular

(Ventrikel Takikardia/ VT)

Ciri-cirinya :
Irama regular
Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 23
Frekwensi 100-250x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal

(VT Polymorphic)

Ciri-cirinya :
Irama regular irregular
Lainya sama dengan VT.

(Ventrikel Fibrilasi/VF)

Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.

(VT Torsade de pointes)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Frekwensi lebih dari 200x/menit

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 24


Komplek QRS lebar
Keadaan ini sangat cepat dan berubah ke VF atau asystole

Ventrikel Ekstra sistole

Ada beberapa macam ventrikel ekstra sistole, yaitu :


Unifokal VES/PVC ---> muncul pada gambaran EKG dimana saja, cirinya
adanya beat dari ventrikel yang jelas sekali kita lihat. Beat ini bisa ke arah positip
defleksi atau negatif defleksi, tergantung di lead mana kita melihatnya.
VES/PVC Bigiminy ---> yaitu alternate VES dimana bergantian dengan normal
beat.
VES/PVC Trigeminy ---> yaitu VES yang muncul setelah 2 (dua) normal beat,
kalau muncul setelah 3 normal beat dinamakan Quartgemini, dan seterusnya.
VES/PVC Multifocal ---> yaitu adanya lebih dari satu bentuk VES
Consekuti atau Cauplet VES/PVC ---> yaitu VES yang muncul secara beruntun
VES/PVC R on T ----> yaitu VES yang muncul persis di gelombang T

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 25


Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 26
RBBB (right bundle branch block)

Ciri-cirinya :
Adanya M shape di lead V1 (RSR)
Gelombang S di lateral lead (V6, I, aVL)
Komplek QRS yang lebar.
Aksis jantung bisa normal atau RAD
Karena terjadi blok di bundle his kanan, maka dari bundle his kiri impuls
mengarah ke kanan (gel R di V1)dengan singkat kemudian ke kiri (gel S di V1)
dan balik lagi ke kanan (gel R lagi di V1) dan (gel S yang lebar di lateral lead).

LBBB (left bundle branch block)

Ciri-cirinya :
Adanya kuping kelinci di lateral lead dengan tidak adanya gel Q
Komplek QRS lebar
Tidak ada gelombang R kecil di V1

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 27


Aksis jantung ke kiri (LAD)
Awas jangan sampai salah interpretasi dengan old MI anterior atau septal !!

LAHB & LPHB


Dua-duanya adalah cabang dari bundle his kiri
Bila ditemukan EKG dengan LAD, adanya pattern rS di lead II dan III, serta QRS
komplek yang lebar menandakan adanya LAHB.
Bila ditemukan EKG dengan LAD, adanya pattern rS di lead I &aVL, serta QRS
komplek yang lebar menandakan adanya LPHB.

ciri-cirinya :
Adanya delta wave
PR interval kurang dari normal
Otot ventrikel didepolarisasi bukan melalui sistem konduksi yang normal,
melainkan melalui jalur pendek atau bypass sehingga ditemukan PR interval yang
pendek.

Pembagian Region Aritmia/dysritmia


SA Node ------> Sinus Bradikardia, Sinus Takikardia, Sinus Aritmia, Sinus Arrest,
Sinus blok.
Otot Atrium -----> Atial Ekstra sistole (AES),Atrial escape beat. Atrial Fibrilation
(AF), Atrial Flatter (AFl), Atrial Takikardia, Multifokal Atrial Takikardia (MAT),
Paroksimal Atrial Takikardia (PAT), Wandering Atrial Pacemaker.

Junction Region ( AV node & sekitarnya) ----> Junctional Rhytm, Junctional


Takikardia, Accelerated Junctional, Slow Junctional, Junctional Ekstra sistole,
Junctional escape beat, Supraventrikular Takikardia, AV blok first degree, AV

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 28


blok 2nd degree, Total/komplit AV blok, WPW (wolff parkinson white)
Syndrome.

Ventrikel Region -----> Idioventrikuler Rhytm, Accelerated Idioventrikuler,


Ventrikel Takikardia, Ventrikel Fibrilasi, Ventrikel ekstra sistole, Torsade de
pointes, LBBB (left bundle branch block), LAHB(left anterior hemi block), LPHB
(left posterior hemiblock), RBBB ( right bundle branch block).

B. Central Venouse Pressure (CVP)

1. Pengertian

Tekanan Vena Sentral (Sentral Venus Pressure) adalah tekanan darah di atrium
kanan atau vena kava. Ini memberiakan informasi tentang parameter volume
darah, keefektipan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskuler.
(hudak & galo,1996)

CVP menggambarkan tekanan di atrium kanan atau vena cava


(www.scribd.com)

Tekanan darah di atrium kanan yang menjadi inforamasi tentang parameter


volume darah, keefektipan jantung sebagai pompa dan tonus vaskuler

Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan.
Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan
ventrikel kanan pada akhir diastole. Sementara menurut Sutanto (2004) nilai
normal CVP adalah 4 – 10 mmHg.

2. Indikasi dan Penggunaan

• Pengukuran tekanan vena sentral (CVP).

• Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.

• Pengukuran oksigenasi vena sentral.

• Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang


mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi.

• Pemberian obat vasoaktif per drip (tetesan) dan obat inotropik.

• Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya telah lemah.

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 29


3. Tujuan

Tujuan dari pengukuran Tekanan Vena Central adalah memberikan informasi


tentang:

• Volume darah

• Keefektifan jantung sebagai pompa

• Tonus Vaskular

4. Prosedur

• persiapan klien :

1. periksa persiapan klien dan keadaan fisiknya


2. identifikasi kamar, identitas,status klien.
3. jelaskan prosedur pada klien.
4. berikan privasi klien
5. tentukan parameter cvp klien sebelumnya.rasional :mengarahkan
tindakan yang sesuai setelah pengukuran tekanan vena sentral klien.

• Peralatan :

1. manometer cvp dengan stopcock


2. cairan IV
3. selang penyambung dengan kanul yang dibutuhkan
4. tiang infus
5. carpenter level

• Langkah-langkah :

Cara Pengukuran
o Memberikan penjelasan kepada pasien
o Megatur posisi pasien
o Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan
skala pengukur atau transduser
o Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis pertemuan
antara sela iga ke empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila
o Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada
manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi
o Membereskan alat-alat
o Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai.

Pengukuran Manual

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 30


Dengan transducer (mmHg)

Dengan manometer (cmH2O)

Pelaksanaan

1. cuci tangan
2. isi kantung iv dengan pelaksanaan iv menggunakan teknik steril
3. mengisi selang dengan cairan.
4. tutup klamp selang
Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 31
5. jika anda menggunakan satu bagian manometer dan stopcock,
tambahkan tiang infuse
6. dorong ujung setelan pemberian iv kedalam ujung stopcock.
7. belokkan stopcock sehingga manometer dan infuse terbuka untuk
bagian lainnya, buka klamp pada selang infuse dan isi manometer dengan
cairan infuse antara 18-20 cm.rasional :pengisian berlebih pada manometer
memungkinkan klien terkontaminasi.
8. tutup klamp dan putar stopcock sehingga cairan infuse masuk pada
klien
9. tambahkan tutup selang infuse agar stopcock mengalir kepusat klien
10. posisikan klien pada tempat tidur yang datar tanpa bantal, jika klien
dapat melakukannya. Jika tidak, posisikan klien dalam posisi yang
nyaman(mis : kepala tempat tidur 15-30)
11. catat posisi tersebut sehingga posisi sama dapat digunakan saat
pembacaan cvp. Rasional : hal ini mempengaruhi pembacaan cvp yng
akurat.
12. letakkan pada atrium kanan klien(ics 4 di midaxilaris). Ukur lokasi ini
pada kulit denagan pena.
13. atur level manometer cvp(gunakan carpenter level) sehingga nol pada
manometer sejajar dengan atrium kanan klien, 5 cm pada level manometer
ke derajat sternal. Rasional : gunakan level pada refleks volume darah
atrium kanan dan fungsi cardiac klien
14. belokkan stopcock untuk membuka jalan manometer, mengisi
manometer dengan cairan iv tambahkan jika perlu.
15. belokkan stopcock pada manometer agar posisi klien dan perhatikan
level cairan manometer turun ke level tekanan yang da pada atrium kanan.
Rasional : normalnya tekanan ini berada antara 4-11 cm. ingat
bagaimanapun ini bukan nilai tetap naik turun bacaan cvp adalah penting
dibandingkan nilai tetap tersebut.
16. observasi menikus tepat sejajar mata dan perhatikan naik(saat
ekshalasi) dan turun (saat inhalasi) volume cairan saat klien bernapas.
Rasional : refleks fluktuasi mengubah tekanan intra toraks selama siklus
respirasi dan indikasi bahwa manometer berfungsi tepat.
17. ambil pembacaan akhir ekshalasi(naiknya cairan pada manometer)
18. tutp stopcock ke manometer dan tambahkan tingkat infuse ke aliran
infuse ke klien.
19. kembalikan klien dalam posisi yang nyaman dan catat pembacaan cvp.

Peranan Perawat
1. Sebelum Pemasangan
• Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk
pemantauan

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 32


• Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan
pemantauan, dan mengatur posisi sesuai dg daerah pemasangan
2. Saat Pemasangan
• Memelihara alat-alat selalu steril
• Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat
pemasangan spt gg irama jtg, perdarahan
• Membuat klien merasa nyaman dan aman selama
prosedurdilakukan
3. Setelah Pemasangan
• Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara: 1) melakukan Zero
Balance: menentukan titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara
garis ICS IV dengan midaksila, 2) Zero balance: dilakukan pd
setiap pergantian dinas , atau gelombang tidak sesuai dg kondisi klien,
3) melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi
monitor/transduser, setiap shift, ragu terhadap gelombang.
• Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis
klien.
• Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
• Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
• Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi
(spt. Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom,
infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).
• Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
• Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara
memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan
pemeriksaan foto toraks (CVP, Swan gans).

5. Komplikasi

Adapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP antara lain :

• Nyeri dan inflamasi pada lokasi penusukan.

• Trombosis : Bekuan darah karena tertekuknya kateter.

• Trombosis dapat bervarisi dalam ukurannya dari lembaran fibrin tipis


sampai berukura penuh menutupi ujung kateter. Trombosis primer dapat
di bilas tanpa sisa, kecuali thrombus tidak dapat di bilas. Pasien dapat
mengalami edema pada tangan yang paling dekat pada sisi kateter ;
berbagai derajat nyeri leher (yang dapat menyebar ), dan distensi vena
jugular.

• Perdarahan : ekimosis atau perdarahan besar bila jarum terlepas.

• Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).


Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 33
• Microshock.

• Disritmia jantung

CENTRAL VENOUSE CATETHER (CVC)

Yaitu alat / kateter yang dipasang untuk mengukur CVP

Macam CVC
Ada tiga macam :

Satu Lumen

Dua Lumen

Tiga Lumen

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 34
Keterampilan klinis untuk tindakan keperawatan khususnya pada gangguan
kardiovaskuler perlu di pahami benar oleh para pembaca khususnya para mahasiswa
untuk memahami dalam berbagai tindakan keperawatan seperti dalam prosedur
pemasangan EKG dan pegukuran CVP .

2. Saran

Penulis mengigninkan agar para mahasiswa/ pembaca dengan membaca makalah ini
dapat lebih memahami mengenai prosedur pemasangan EKG dan pengukuran CVP
mulai dari teorinya sampai dalam persiapan alat, persiapan pasien dan langkah
langkah kerja yang harus dilakaukan oleh para perawat dalam tindakan keerawtan

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/3438819/CENTRAL-VENOUSE-PRESSURE-CVP
Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 35
http://www.blogger.com/doc/KURSUS ELEKTROKARDIOGRAFI-abu-namzah

Hudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Ed 6. Cet I. Jakarta :
EGC.

Brunner dan Suddart. 2002. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8 Vol 2. Jakarta:
EGC

Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 36

You might also like