Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
oleh
Paian Tua
TINJAUAN TEORETIS
A. EKG
1. Pengertian
(Kamus Dorlan)
Jadi pengertian EKG secara lengkap adalah rekaman aktivitas listrik jantung atau
bioelektrikal pada jantung yang digambarkan dengan sebuah grafik EKG atau dengan
kata lain grafik EKG menggambarkan rekaman aktifitas listrik jantung.
2. Indikasi
1. Miocardium infark dan tipe penyakit Arteri coroner lainnya seperti angina
2. Disritmia Jantung
Aktivitas listrik jantung dapat dilihat dengan alat elektrokardiogram (EKG). Setiap
fase siklus jantung dicerminkan oleh gelombang tertentu yang direkam dan dicatat
pada lembaran kertas EKG. Perjalanan aktivitas listrik jantung juga dapat diamati
pada layar oskiloskop. Aktivitas listrik di sadapan oleh seperangkat lead atau
elektroda yang diletakan pada titik-titik tertentu pada tubuh.
4. Kertas EKG
Sebuah gambaran EKG merupakan rekaman grafik dari aktivitas listrik jantung.
Kertas terdiri dari garis-garis horizontal dan vertical, masing-masing 1 mm . Garis
horizontal menunjukan pengukuran waktu. Pada saat kertas dengan kecepatan 25
mm/detik, tiap kotak kecil sama dengan 0,04 detik, dan kotak besar (lima kotak
kecil) sama dengan 0,20 detik. Tinggi atau voltase diukur dengan menghitung kotak
secara vertical. Kebanyakan kertas EKG juga di tandai pada interval 3 detik di
sepanjang bagian atas atau dasarnya untuk perhitungan frekwensi.
Normal kecepatan mesin EKG sebesar 25mm/detik . Ini artinya dalam 1 detik
mewakili 25mm atau 25 kotak kecil dalam bidang horizontal.
Dengan standar voltase 1 mVolt, yang artinya dengan standarisasi 1 mVolt akan
menghasilkan defleksi vertikal sebesar 10 mm atau 10mm/mVolt. Jadi 1 kotak kecil
sama dengan 0,1mVolt.
Jadi :
1 kotak kecil = 1 mm = 0,04 detik = 0,1 mVolt
5 kotak kecil = 5 mm = 1 kotak besar = 0,20 detik = 0,5 mVolt
10 kotak kecil = 10 mm = 2 kotak besar = 0,40 detik = 1 mVolt
25 kotak kecil = 25 mm = 5 kotak besar = 1 detik = 2,5 mVolt
15 kotak besar = 3 detik = 7,5 mVolt
30 kotak besar = 6 detik = 15 mVolt
EKG standar terdiri dari 12 lead. Informasi yang berhubungan dengan aktivitas
listrik jantung diperoleh dengan menempatkan electrode pada permukaan kulit pada
posisi anatomi standar. Berbagai posisi elektroda yang di pantau disebut lead.
Misalnya, lead 1 mengukur aktivitas listrik antara lengan kiri dan lengan kanan.
Agar perlekatan antara kulit dan elekteroda sempurna, maka elekttroda ekstremitas di
letakan pada permukaan kulit yang datar tepat di atas pergelangan tangan atau tumit.
Elektroda dapat di hubungkan ke mesin EKG melalui berbagai cara, biasanya
melalui klip yang diletakan pada elektroda yang berperekat.
a. Sandapan bipolar:
• Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan (-) dengan kaki
kiri(LF) yang bermuatan positif(+)
• Sandapan III : merekam beda tangan kiri (LA) yang bermuatan negative dan
kaki kiri (+).
o aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan
(+) dan muatan (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri membentuk
elektroda indifiren.
o aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan
positif (+) dan elektroda (-) dari gabungan tangan kanan dan kaki kiri
membentuk elektroda indiferen.
• Sandapan Prekordial
Merupakan sandapan V1, V2, V3, V4, V5 dan V6 yang di tempatkan secara
langsung di dada
Apabila keempat elektroda ekstremitas telah terpasang, maka ke enam lead yang
pertama dapat di catat: lead I, II dan III, dan AVR, AVL, dan AVF. Keenam lead
perikordial atau lead V di letakan dengan cara yang sama. Kebanyakan mesin EKG
merekam ke 12 lead secara bersamaan dengan memasang seluruh elektroda.
1. Persiapan Alat
• Elektrokardiografi (EKG)
• Kertas EKG
• Tissue
3. Langkah-langkah
• Oleskan cream pada tempat yang akan di pasang sandapan dan pasang
elektroda sesuai tempatnya
• Beri penjelasan kepada pasien selama dilakukan proses EKG pasien tidak
boleh bergerak dan harus rileks, serta orang lain dan perawat menjauh dari
tempat tidur pasien
• Ambil kertas hasil rekaman EKG dan baca hasil rekaman EKG kemudian
beritahu tentang hasil rekaman aktivitas listrik jantung klien
• Lepaskan semua elektroda di tubuh pasien dan bersihkan bagian tubuh yang di
pasang elektroda dengan tissue.
EKG dapat memberikan informasi penting mengenai aktivitas listrik miokardium, jika
dianalisa secara akurat. Gelombang EKG di cetak di atas kertas grafik. Waktu atau
frekuensi diukur pada sumbu horizontal grafik, dan amplitude atau voltase di ukur
pada sumbu vertical. Gelombang EKG menggambarkan fungsi system hantaran
jantung, yang normalnya memulai dan menghantarkan aktivitas listrik.
Gelombang P:
Defleksi kecil menunjukan depolarisasi dari atrium. Ini secara normal terlihat sebelum
kompleks QRS pada interval yang konsisten.
Interval PR
Interval yang menunjukan waktu konduksi melalui atrium, nodus AV, berkas HIS,
dan cabang berkas, sampai ke titik aktivasi dari jaringan otot ventrikel. Interval di
ukur dari mulainya gelombang P sampai mulainya QRS.
Kompleks QRS
Segmen ST
Segmen diantara akhir kompleks QRS dan mulainya gelombang T. Normalnya ini
adalah isoelektris pada garis dasar tetapi dapat evaluasi atau depresi pada berbagai
kondisi.
Gambar 10 : ST elevasi pada lead II, III, aVF dan ST depresi di lead I & aVL
Gelombang T
Defleksi yang menunjukan refolarisasi ventrikel atau pemulihan. Ini tampak setelah
QRS. Gelombang T atrium mencerminkan repolarisasi tetapi biasanya tidak terlihat
karena terjadi pada saat bersamaan dengan QRS.
Gelombang U
Interval yang menunjukan durasi total dari sistolik listrik ventrikel. Interval QT di
ukur dari mulainya komleks QRS sampai akhir gelombang T. Karena QT bervariasi
dengan denyut jantung, maka penting untuk menggunakan table yang memuat interval
QT untuk berbagai frekuensi jantung.
Frekuensi jantung dapat di peroleh dari lembar EKG dengan berbagai metode. Kertas
grafik EKG dibagi oleh garis-garis tebal dan tipis, vertical dan horizontal, dengan
interval standar . Terdapat 300 kotak besar dalam 1 lembar tiap menit. Dengan
demikian, metode yang akurat dan mudah untuk menentukan frekuensi jantung
dengan irama regular adalah, dengan menghitung jumlah kotak besar antara dua
gelombang R dan hasilnya di jadikan bilangan pembagi untuk 300. Apabial terdapat
dua kotak besar di antara dua gelombang R, maka frekuensinya adalah 150 (300/2);
apabila terdapat lima kotak beasar, maka frekuensi jantung adalah 60 (300/5).
Metode lain yang kuranng akurat untuk memperkirakan frekuensi jantung, apabila
iramanya tidak teratur, adalah dengan menghitung jumlah interval R-R selama 6 detik
dan mengalikannya dengan 10. Kertas EKG biasanya di tandai dengan interval 3 detik
(15 kotak besar, horizontal) oleh garis vertical pada pucak kertas. Biasanya interval R-
R yang di hitung dan bukan kompleks QRS, karena bila dilakukan dengan cara
menghitung kompleks QRS hasilnya akan sangat tidak akurat.
• Intruksikan klien untuk tetap berbaring, tidak bergerak, batuk atau berbicara
saat dilakukan pencatatan EKG untuk mencegah artifact
• Lepaskan semua benda yang bersikap logam dari tubuh klien dan jauhkan
barang tersebut dari tempat tidur klien seperti gigi emas, jam tangan, sabuk dan
barang logam lainnya
Pada saat melakukan pencatatan EKG, maka perlu di tambah pencatatan satu lead lagi
untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap. Perubahan elektrokardiogfi secara
konsisten akibat iskemia atau infark, akan tampak pada lead tertentu, yang
mencerminkan area yang rusak di miokardium. Lead prokordial kiri adalah standar,
namun pada pasien yang dicurigai mengalami kerusakan jantung kanan, maka
diperlukan lead prekordial sisi kanan untuk mengevaluasi ventrikel kanan yang lebih
baik.
Definisi
Irama sinus normal adalah irama normal dari jantung. Impuls di mulai pada nodus
sinus dalam irama teratur frekuensi 60 sampai 100 denyut/menit. Gelombang AP
muncul sebelum tiap kompleks QRS. Interval PR dalam batas normal (0,12-0,20
detik) dan QRS sempit (<0,12 detik) kecuali ada defek konduksi intraventrikular.
• Irama regular
• Adanya gelombang P yang normal atau berasal dari SA node, karena adanya
gel P tapi belum tentu berasal dari SA node. Jadi anda harus bandingkan di dalam
satu
Sinus Bradikardia
Ciri-cirinya :
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk
sama dalam 1 lead panjang.
Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.
Ciri-cirinya:
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk
sama dalam 1 lead panjang.
Frekwensi (HR) diatas 100x/menit
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.
Sinus Aritmia
Ciri-cirinya :
Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada sinus
aritmia iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.
Sinus Arrest
Ciri-cirinya:
Gel P dan komplek QRS normal
Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.
Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
Sinus Blok
B. Otot Atrium
(PAC or AES)
Ciri-cirinya :
Normal gel P yang berasal dari SA node, gel P yang berasal dari otot atrium tidak
sama dengan gel P yang berasal dari SA node. PAC (premature atrial
contraction)or AES ( atrial ekstra sistole) yaitu gel P yang muncul sebelum
waktunya dan bentuk gelombangpun beda dengan normal gel P yang berasal dari
SA node. Kalau anda temukan gel P yang berbeda dan muncul persis sama dengan
waktu yang seharusnya, ini dinamakan Atrial escape beat.
(Atrial Flutter)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Ciri utama yaitu gelombang P yang mirip gigi gergaji (saw tooth).
Komplek QRS normal, interval RR normal
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Komplek QRS normal
PR interval <0,12detik dan
Frekwensi jantungnya > 150x/menit
Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba berubah menjadi Atrial takikardia
maka gambaran ini dinamakan paroksimal atrial takikardia (PAT).
Ciri-cirinya :
Irama irreguler
Kadang mirip dengan atrial fibrilasi, tapi pada MAT gel P masih terlihat dan tiap
beat bentuk gelombang P nya berbeda (minimal 3 macam).
Frekwensi > 100x/menit, PR intervalpun bervariasi, normal komplek QRS.
Ciri-cirinya :
Sama dengan multifokal atrial takikardia, hanya pada wandering pacemaker HR
nya normal.
(Junctional Rhytm)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya 40-60 x/menit
Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip)
Kompleks QRS normal
Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional rhytm.
(Junctional Takikardia)
Ciri-cirinya:
Sama dengan junctinal rhytm, bedanya frekfensi atau HR pada junctional
takikardia lebih dari 100 x/menit.
(Accelerated Junctional)
Ciri-cirinya :
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekwensi atau HR pada accelerated
junctional antara 60-100 x/menit.
Ciri-cirinya :
Irama tidak teratur
Ada premature beat sebelum waktunya, dengan adanya gel P yang terbalik atau
tidak adanya gel P.
Ciri-cirinya :
Irama irregular
Komplek QRS normal
Pada EKG normal yang seharusnya muncul normal beat pada beat berikutnya, tapi
impuls normal diambil alih oleh juction region sehingga tampak pada EKG tidak
adanya gel P, misalkan ada gel P tapi bentuknya akan terbalik.
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya lebih dari 150x/menit
Gel P tertutup oleh gel T
Komplek QRS normal dan tingginya harus sama ( ingat duri ikan)
Ciri-cirinya :
Dari gambaran EKG normal tiba-tiba berubah menjadi gambaran EKG SVT.
Frekwensinya lebih dari 150 x/menit
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS normal, RR interval regular
PR interval > 0,20 detik atau > 5 kotak kecil
Panjang PR interval harus sama di setiap beat !! Misalkan panjang PR intervalnya
0,24detik, maka di tiap beat PR intervalnya harus sama yaitu 0,24detik.
Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal juga bisa tidak normal, RR interval irregular
PR interval mengalami perpanjangan, mulai dari normal PR interval dan
memajang pada beat berikutnya, sampai ada gel P yang tidak diikuti komplek
QRS, kemudian kembali lagi ke normal PR interval dan seterusnya.
Misalkan awalnya PR interval 0,16 detik, kemudian memanjang dibeat berikutnya
Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 21
0,22 detik, terus memanjang lagi menjadi 0,28 detik, lalu ada gel P yang tidak
diikuti oleh QRS, setelah itu kembali lagi ke normal PR interval yaitu 0,16 detik,
dan seterusnya.
Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal atau bisa juga tidak normal, RR interval irregular
PR interval harus sama di tiap beat!! Panjangnya bisa normal dan lebih dari
normal.
Ada 2 atau lebih, gelombang P tidak diikuti oleh komplek QRS.
Ciri-cirinya :
Irama regular
Tidak ada hubungan antara atrium dengan ventrikel.
Makanya kadang gelombang P muncul bareng dengan komplek QRS.
Komplek QRS biasanya lebar dan bentuknya berbeda dengan komplek QRS
lainya karena gel P juga ikut tertanam di komplek QRS, RR interval regular.
Gel P normal, kadang bentuknya beda karena tertanam di komplek QRS.
D. Ventrikel Region
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 20 - 40 x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar or lebih dari normal
(Accelerated Idioventrikular)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
Tidak ada gel P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular
Ciri-cirinya :
Irama regular
Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 23
Frekwensi 100-250x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal
(VT Polymorphic)
Ciri-cirinya :
Irama regular irregular
Lainya sama dengan VT.
(Ventrikel Fibrilasi/VF)
Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.
Ciri-cirinya :
Irama irregular
Frekwensi lebih dari 200x/menit
Ciri-cirinya :
Adanya M shape di lead V1 (RSR)
Gelombang S di lateral lead (V6, I, aVL)
Komplek QRS yang lebar.
Aksis jantung bisa normal atau RAD
Karena terjadi blok di bundle his kanan, maka dari bundle his kiri impuls
mengarah ke kanan (gel R di V1)dengan singkat kemudian ke kiri (gel S di V1)
dan balik lagi ke kanan (gel R lagi di V1) dan (gel S yang lebar di lateral lead).
Ciri-cirinya :
Adanya kuping kelinci di lateral lead dengan tidak adanya gel Q
Komplek QRS lebar
Tidak ada gelombang R kecil di V1
ciri-cirinya :
Adanya delta wave
PR interval kurang dari normal
Otot ventrikel didepolarisasi bukan melalui sistem konduksi yang normal,
melainkan melalui jalur pendek atau bypass sehingga ditemukan PR interval yang
pendek.
1. Pengertian
Tekanan Vena Sentral (Sentral Venus Pressure) adalah tekanan darah di atrium
kanan atau vena kava. Ini memberiakan informasi tentang parameter volume
darah, keefektipan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskuler.
(hudak & galo,1996)
Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan.
Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan
ventrikel kanan pada akhir diastole. Sementara menurut Sutanto (2004) nilai
normal CVP adalah 4 – 10 mmHg.
• Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya telah lemah.
• Volume darah
• Tonus Vaskular
4. Prosedur
• persiapan klien :
• Peralatan :
• Langkah-langkah :
Cara Pengukuran
o Memberikan penjelasan kepada pasien
o Megatur posisi pasien
o Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan
skala pengukur atau transduser
o Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis pertemuan
antara sela iga ke empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila
o Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada
manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi
o Membereskan alat-alat
o Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai.
Pengukuran Manual
Pelaksanaan
1. cuci tangan
2. isi kantung iv dengan pelaksanaan iv menggunakan teknik steril
3. mengisi selang dengan cairan.
4. tutup klamp selang
Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 31
5. jika anda menggunakan satu bagian manometer dan stopcock,
tambahkan tiang infuse
6. dorong ujung setelan pemberian iv kedalam ujung stopcock.
7. belokkan stopcock sehingga manometer dan infuse terbuka untuk
bagian lainnya, buka klamp pada selang infuse dan isi manometer dengan
cairan infuse antara 18-20 cm.rasional :pengisian berlebih pada manometer
memungkinkan klien terkontaminasi.
8. tutup klamp dan putar stopcock sehingga cairan infuse masuk pada
klien
9. tambahkan tutup selang infuse agar stopcock mengalir kepusat klien
10. posisikan klien pada tempat tidur yang datar tanpa bantal, jika klien
dapat melakukannya. Jika tidak, posisikan klien dalam posisi yang
nyaman(mis : kepala tempat tidur 15-30)
11. catat posisi tersebut sehingga posisi sama dapat digunakan saat
pembacaan cvp. Rasional : hal ini mempengaruhi pembacaan cvp yng
akurat.
12. letakkan pada atrium kanan klien(ics 4 di midaxilaris). Ukur lokasi ini
pada kulit denagan pena.
13. atur level manometer cvp(gunakan carpenter level) sehingga nol pada
manometer sejajar dengan atrium kanan klien, 5 cm pada level manometer
ke derajat sternal. Rasional : gunakan level pada refleks volume darah
atrium kanan dan fungsi cardiac klien
14. belokkan stopcock untuk membuka jalan manometer, mengisi
manometer dengan cairan iv tambahkan jika perlu.
15. belokkan stopcock pada manometer agar posisi klien dan perhatikan
level cairan manometer turun ke level tekanan yang da pada atrium kanan.
Rasional : normalnya tekanan ini berada antara 4-11 cm. ingat
bagaimanapun ini bukan nilai tetap naik turun bacaan cvp adalah penting
dibandingkan nilai tetap tersebut.
16. observasi menikus tepat sejajar mata dan perhatikan naik(saat
ekshalasi) dan turun (saat inhalasi) volume cairan saat klien bernapas.
Rasional : refleks fluktuasi mengubah tekanan intra toraks selama siklus
respirasi dan indikasi bahwa manometer berfungsi tepat.
17. ambil pembacaan akhir ekshalasi(naiknya cairan pada manometer)
18. tutp stopcock ke manometer dan tambahkan tingkat infuse ke aliran
infuse ke klien.
19. kembalikan klien dalam posisi yang nyaman dan catat pembacaan cvp.
Peranan Perawat
1. Sebelum Pemasangan
• Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk
pemantauan
5. Komplikasi
• Disritmia jantung
Macam CVC
Ada tiga macam :
Satu Lumen
Dua Lumen
Tiga Lumen
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 34
Keterampilan klinis untuk tindakan keperawatan khususnya pada gangguan
kardiovaskuler perlu di pahami benar oleh para pembaca khususnya para mahasiswa
untuk memahami dalam berbagai tindakan keperawatan seperti dalam prosedur
pemasangan EKG dan pegukuran CVP .
2. Saran
Penulis mengigninkan agar para mahasiswa/ pembaca dengan membaca makalah ini
dapat lebih memahami mengenai prosedur pemasangan EKG dan pengukuran CVP
mulai dari teorinya sampai dalam persiapan alat, persiapan pasien dan langkah
langkah kerja yang harus dilakaukan oleh para perawat dalam tindakan keerawtan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/3438819/CENTRAL-VENOUSE-PRESSURE-CVP
Keterampilan Klinis pada Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler Page 35
http://www.blogger.com/doc/KURSUS ELEKTROKARDIOGRAFI-abu-namzah
Hudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Ed 6. Cet I. Jakarta :
EGC.
Brunner dan Suddart. 2002. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8 Vol 2. Jakarta:
EGC