You are on page 1of 39

Ngt, Lavage Lambung, Perawatan Luka Laparatomy,

Perawatan Luka Kolostomi, Sitz Bath, Pemberian Nutrisi


Parenteral Total, Rehidrasi Oral,
MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran KMB I

oleh

Jhon Teger Bangun Aritesa

Nida Hamidah

Paian Tua

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

1
2009

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

1. PEMASANGAN NGT
Selang nasogatrik atau selang pendek adalah selang yang
dimasukkan melalui hidung atau mulut kedalam lambung.
Selang pendek yang umum digunakan meliputi selang Levin,
selang gastrik sump, selang Nutriflex, selang Moss, dan selang
Sengstaken-Blakemore.
Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik
adalah proses medis yaitu memasukkan sebuah selang plastik
( selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung, melewatu
tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation )

Nasogastrik:
Menunjuk kepada jalan dari hidung sampai ke lambung. Selang
Nasogastrik adalah suatu selang yang dimasukkan melalui
hidung ( melewati nasopharynx dan esophagus ) menuju ke
lambung. Singkatan untuk Nasogastrik adalah NG. Selangnya

2
disebut selang Nasogastrik.

"Nasogastric"
terdiri dari dua kata, dari bahasa Latin dan dari bahasa Yunani,
Naso adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung dan
berasal dari Latin “nasus”untuk hidung atau moncong hidung.
Gastik berasal dari bahasa Yunani “gaster” yang artinya the
paunch ( perut gendut ) atau yang berhubungan dengan perut.
Istilah “nasogastric” bukanlah istilah kuno melainkan sudah
disebut pada tahun 1942.

A. Definisi NGT :
@Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang
dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung. Sering
digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada
seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan,
cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk
mengeluarkan isi dari lambung dengan cara disedot.
(http://dying.about.com/od/glossary/g/NG_tube.htm )
@ Selang nasogatrik atau selang pendek adalah selang yang
dimasukkan melalui hidung atau mulut kedalam lambung.
Selang pendek yang umum digunakan meliputi selang Levin,
selang gastrik sump, selang Nutriflex, selang Moss, dan selang
Sengstaken-Blakemore.
(KMB Brunner dan suddarth edisi 8)
B. Tujuan pemberian NGT :
- Untuk dekompresi lambung dan mengeluarkan gas dan cairan.
- Mendiagnosa motilitas gastrointestinal
- Memberikan obat-obatan dan makanan
- Mengobati obstruksi atau sisi perdarahan
- Mengambil kandungan lambung untuk analisis.

C. Indikasi pemberian NGT

3
• Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan
• Keracunan makanan minuman
• Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT
• Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi
lambung

D. Kontraindikasi pemberian NGT


Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan
berlebihan kepada beberapa pasien predisposisi yang bisa
mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:
• Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau
anterior fossa skull fracture. Memasukan NGT begitu saja
melalui hidung maka potensial akan melewati criboform plate,
ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.
• Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices,
alkali ingestion juga beresiko untuk esophageal penetration.
• Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi
sewaktu memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan
tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih dahulu
sebelum NGT
• Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini
mempunyai kantong lambung yang kecil untuk membatasi
asupan makanan
konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke
duodenum dan bagian bagain usus kecil yang menyebabkan
malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori
dan nutrisi
E. Prosedur Tindakan Pemasangan NGT
1. Persiapan pasien
- Jelaskan prosedur kepada klien
R: mengurangi tingkat kecemasan klien
- Tinggikan kepala tempat tidur minimal 45 drajat (posisi semi
fowler) atau bantu klien duduk di kursi.

4
R: mengurangi risiko aspirasi
2. Persiapan alat

>Slang nasogastrik (ukuran 14-18 fr)

>Pelumas/ jelly

>Spuit berujung kateter 60 ml

>Stetoskop

>lampu senter/ pen light

>klem

>Handuk kecil

>Tissue

>Spatel lidah

>Sarung tangan dispossible

>Plester

>Nierbekken

>Bak instrumen

3. Langkah kerja

1. Cuci tangan dan atur peralatan


2. Jelaskan prosedur pada klien

3. Bantu klien untuk posisi semifowler

4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan


dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)

5
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk
bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain
tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan
mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi
kapas

6. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue


wajah dalam jangkauan klien

7. Gunakan sarung tangan

8. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai


dengan plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan
menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga;
Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum;
tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester
kecil

9. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam


lubang hidung yang paling bersih

10. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta
klien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut

11. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam
faring, instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan
menelan

12. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan


tekanan lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien
batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke
faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut
dorong klien untuk bernafas dalam

13. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke


lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa
penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat

6
slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik
udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang
dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan
stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.

14. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester


sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi
plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian
yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang

15. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien.


Pita karet dapat digunakan untuk memfiksasi slang.

4. Hal-hal yang harus diperhatikan


A.Nutrisi enteral per sonde tak perlu dihentikan, bila :
1. diare ringan
2. perut terasa penuh
3. pasien terus menerus harus bertahak
4. dislokasi sonde yang tidak terlalu berat
Dalam hal ini, pasien dan perawat dapat menanggulanginya
dengan cara-cara sebagai berikut :
-- kecepatan nutrisi enteral harus diturunkan 40 ml/jam
-- apakah ada kemungkinan kontaminasi pada waktu
mempersiapkan zat nutrisi?
Bila demikian, sistem saluran dan zat nutrisi harus diganti
dengan yang baru dan bersih.
-- periksa letak sonde. Gunakan stetoskop untuk mengauskultasi
lambung sambil menyemprot udara ke dalam sonde.
B. Nutrisi enteral harus dihentikan sementara sampai
kesukaran-kesukaran ditanggulangi, bila:
1. muntah-muntah
2. pilek (rinitis) yang berat
3. kalau simtom-simtom dari A dalam waktu 48 jam tidak
mereda
Selama penghentian ini, perawat atau pasien harus secara teratur

7
membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau teh agar
sonde tidak tersumbat.
C. Nutrisi enteral harus langsung dihentikan dan konsultasi ke
dokter, bila:
1. muntah-muntah yang berat
2. diare yang berat
3. diduga aspirasi

"CHECK LIST"
Harus konsultasi ke dokter, bila :
1. berat badan turun
2. pilek (rinitis) yang berat
3. diduga aspirasi
4. muntah-muntah yang berat

Apakah kedudukan sonde masih sempurna? Bila:


1. pasien terus menerus bertahak (refluks)
2. diare: ini akan terjadi bila sonde meluncur terus menuju
abdomen atau jejunum.
Dalam hal ini sonde harus agak ditarik ke luar.
Apakah osmolaritas zat nutrisi sesuai dengan yang dianjurkan?
Bila:
1. diare
2. perut terasa penuh.
Dalam hal ini harus diperiksa apakah zat nutrisi dipersiapkan
sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik. Perhatikan
perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah bubuk
zatnutrisi.
Apakah kecepatan aliran nutrisi enteral tidak terlalu cepat?
Apakah mesin pompa atau sistem pipa tidak sempurna?
Bila
1. diare
2. perut terasa penuh

8
2. LAVAGE LAMBUNG

A. Definisi
@Merupakan metode alternatif yang umum untuk pengosongan
lambung, dimana cairan seperti normal saline dimasukkan ke
dalam lambung melalui orogastrik atau nasogastrik dengan
diameter besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk
membuang bagian agen yang mengandung toksik.
@merupakan salah satu tindakan dalam memberikan pertolongan
kepada pasien dengan cara memasukkan air atau cairan tertentu
dan kemudian mengeluarkannya dengan menggunakan alat
yaitu NGT (Naso Gastric Tube) / Stomach Tube yang
dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung
.
B. Tujuan
Sebagai acuan dan langkah-langkah dalam melakukan tindakan
kumbah lambung pada pasien, mengeluarkan isi (cairan/darah)
yang terakumulasi di dalam lambung.

C. Indikasi.
1.Depresi status mental
2. Tidak ada reflek muntah
3. Gagal dengan terapi emesis
4. Pasien dalam keadaan sadar

D. Kontraindikasi

1. Ingesti kaustik
2. Kejang yang tidak terkontrol
Untuk tindakan ini pasien dibaringkan dalam posisi dekubitus
lateral sebelah kiri, dengan bagian kepala lebih rendah daripada
kaki. Masukkan cairan 150 sampai 200 ml air atau saline (pada
anak 50 sampai 100 ml) ke dalam lambung. Prosedur ini

9
diulang sampai keluar cairan yang jernih atau sedikitnya
menggunakan 2 liter air. Intubasi nasotrakeal atau endotrakeal
diperlukan untuk melindungi jalan udara. Prosedur ini
dilakukan 4 jam setelah obat ditelan.

E. Prosedur tindakan Lavage Lambung

1. Persiapan Alat dan Obat :


-NET / Stomach Tube berbagai ukuran.
-Corong NET.-
-Cairan yang diperlukan sesuai keperluan ( air putih, air es)
-Plester yang digunting.
-Sarung tangan (Hand scoen)
- Ember penampung cairan.
-Stetoskop.
- Spuit 50 cc dan 10cc
-Tissue / kain kasa
- Gliserin / jelly pelicin.
-. piala ginjal/ nierbeken.
- Klem.
-. Obat-obatan yang diperlukan (sulfas Atropin, Norit)
- Gelas Ukuran

2. Persiapan Pasien :
2.1. Memberitahukan dan memberikan penjelasan kepada
pasien atau keluarganya tentang tindakan yang akan dilakukan.
2.2. Memberi posisi pasien telentang dengan kepala ekstensi.

3. Penatalaksanaan

3.1. Perawat mencuci tangan.


3.2. Ember diletakkan dibawah tempat tidur pasien.
3.3. Memakai sarung tangan.

10
3.4. Mengukur NGT, NGT di klem kemudian oleskan gliserin /
pelican pada bagian ujung NGT.
3.5. Memasukan selang NGT melalui hidung secara perlahan-
lahan, jika pasien sadar anjurkan untuk menelan.
3.6. Jika terjadi clynosis atau tahanan, NGT segera dicabut.
3.7. Pastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara :
3.7.1. Masukkan ujung NGT kedalam air, jika tidak terdapat
gelembung maka NGT masuk ke lambung.
3.7.2. Masukkan udara dengan spuit 10 cc dan didengarkan
pada daerah lambung dengan menggunakan stetoskop. Setelah
yakin pasang plester pada hidung untuk memfiksasi NGT.
3.8. Pasang corong pada pangkal NGT, kemudian dimasukkan
+ 500 cc, kemudian dikeluarkan lagi / ditampung pada ember.
3.9. Lakukan berulang kali sampai cairan yang keluar bersih,
jernih dan tidak berbau.
3.10. Perhatikan jenis cairan, bau cairan yang keluar.
3.11. Mengobservasi keadaan umum pasien dan vital sign pada
saat dilakukan tindakan.
3.12. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan pada status
pasien.
3.13. Setelah selesai, pasien dirapikan dan peralatan
dibersihkan.
3.14. Perawat mencuci tangan.

F. Hal-hal yang harus diperhatikan

1. Adanya permintaan tertulis dari dokter.


2. pastikan NGT masuk kedalam lambung, kemudian difiksasi.
3. Tinggi corong dari pasien + 30 cm.
4. Tersedia peralatan

3. PERAWATAN LUKA LAPAROTOMY

11
A. Definisi

Suatu tindakan pembedahan dengan cara membuka dinding


abdomen dan dinding dada untuk mencapai isi rongga abdomen.
Eksplorasi laparatomy adalah operasi. Dokter bedah membuat
sayatan (insisi) di perut dan menyelidiki secara visual organ
dalam rongga perut untuk menentukan penyebab masalah.

Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput


perut. Yang dimaksud pembedahan perlaparatomi adalah: 1)
Berbagai jenis oprasi pada uterus; 2) Oprasi pada tuba fallopii;
dan 3) Oprasi pada ovarium.
Sumber: http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/09/tentang-
laparatomi.html

Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah


abdomen (Spencer), Menurut Sjamsuhidayat dan Jong (1997),
bedah laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan
pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif.
Laparatomi hanya diperlukan bila cara-cara kontap lainnya
gagal atau timbul komplikasi sehingga memerlukan insisi yang
lebih besar.
Sumber:http://desmawahyunita.wordpress.com/2009/06/13/lapa
ratomi-dan-kehamilan-ektopik-terganggu/

12
POST LAPARATOMI

Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan


yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani
operasi pembedahan perut. Tujuan perawatan post laparatomi;
Mengurangi komplikasi akibat pembedahan. semuanya
dilakukan hari ke 2 post operasi. post laparatomi. perawatan
post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang
diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi
pembedahan perut.

B. Tujuan perawatan post laparatomi

Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.


Mempercepat penyembuhan.

13
Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti
sebelum operasi.
Mempertahankan konsep diri pasien.
Mempersiapkan pasien pulang.

C.Indikasi

Trauma abdomen (tumpul atau tajam)


Peritonitis
Perdarahan saluran pencernaan.
Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
Masa pada abdomen

D.Kontraindikasi

- kondisi umum yang jelek

-tampak pada operasi : perforasi usus, usus tak viable

E.Prosedur Pelaksanaan

1. Persiapan klien

sapa klien dengan komunikasi terapeutik

jelaskan prosedur pelaksanaan pada klien

bersikap kooperatif dengan klien

2.Persiapan alat

-pinset cirugris

14
-pinset anatomi

-gunting

-handscoen disposible dan steril

-larutan Nacl

-kasa steril

-Korentang steril

-mikrofor

-kantong keresek

-nierbekken

-was bensin

-betadine kompres 3%

-kom sterile

-kapas lidi

Prinsip perawatan luka laparatomi adalah sterile.

3.Persiapan lingkungan

Siapkan lingkungan senyaman mungkin, lingkungan yang


kondusif, dan privacy klien tetap terjaga.

4. Langlah kerja

1. Tutup pintu kamar atau pasang sampiran.

2. Atur posisi yang nyaman bagi kliendan tutupi bagian selain


bagian luka dengan selimut mandi.

15
3. Letakkan kantong sampah pada area yang mudah dijangkau.
Lipat bagian atasnya membentuk mangkok.

4. Kenakan masker muka atau pelindung mata (biasanya


diperlukan jika luka mengeluarkan drainase yang mungkin
muncrat ke muka perawat)dan cuci tangan secara menyeluruh.

5. Kenakan handscoen disposible bersih sekali pakai dan lepas


plester, perban, kasa, atau ikatan.

6. Lepaskan plester , tarik secara paralel dari kulit ke arah


balutan. Hilangkan perekat yang tersisa dari kulit.

7. Dengan tangan yang memakai handscoen , angkat balutan


kasa secara hati-hati, jaga jangan sampai menekan luka post op.
Angkat balutan secara perlahan.

8. Observasi jenis luka , ada tidaknya komplikasi pasca operasi.

9. Buang balutan yang kotor ke tempat sampah. Buang sesuai


dengan peraturan yang berlaku.

10. Lepaskan handscoen dengan bagian dalamnya berada di


luar. Buang ke tempat sampah.

11. Buka set balutan steril atau perlengkapan sterile yang


dibungkus satu persatu. Letakkan pada meja samping tempat
tidur.

12. Buka botol larutan dan tuangkan kedalam baskom steril dan
tambahkan kassa yang berserat halus.

13. Kenakkan handscoen steril.

14. Inspeksi warna luka,jenis jahitan, dan integritas luka.


Hindarkan kontak dengan bahan yang teerkontaminasi.

16
15. Bersihkan luka dengan salin normal sesuai program.
Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area yang
paling terkontaminasi.

16. pasang kasa berserat halus yang lembab langsung ke


permukaan luka. Apabila luka dalam, masukkan kassa dengan
hati-hati ke dalam luka dengan mennggunakan forsep sampai
semuua permukaan luka dapat kontak dengan kasa yang
lembab.

17. Pijat daerah sekitar luka dengan perlahan, untuk


memastikan ada tidaknya pus.

18. pasang kasa steril berukuran 4x4 diatas kasa yang basah.

19. Tutupi balutan dengan bantalan ABD, Surgi-Pad, atau kasa.

20. Pasang plester diatas balutan.

21. Lepas handscoen dan buang ke kantong sampah.

22. Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman.

23. Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan.

5. Hal- hal yang perlu diperhatikan :

-jaga kesterilan saat merawat luka

-bersihkan luka dari area yang kurang terkontaminasi ke daerah


yang banyak terkontaminasi.

-gunakkan swab yang terpisah untuk setiap usapan.

17
-kaji klien kembali untuk menentukan respons terhadap
penggantian balutan.

-pantau status balutan minimal setiap jadwal pergantian dinas.

-catat penampakkan luka dan drainase, toleransi klien, dan jenis


balutan yang akan digunakan ke dalam catatan keperawatan.

-catat frekuensi penggantian balutan dan perlengkapan yang


dibutuhkan kedalam kardeks.

4.Perawatan luka kolostomi

A. Definisi
 Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada
dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen,
1991)

 Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar


melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses (Randy, 1987)

 Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon


iliaka untuk mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce, 1993)

Perawatan Kolostomy

 Suatu tindakan mengganti kantong kolostomi yang penuh


dengan yang baru
 Membersihkan area kolostomi kemudian membuang kantung
kolostomi jika sudah penuh

18
B. Tujuan
 Menjaga kebersihan pasien

 Mencegah terjadinya infeksi

 Mencegah iritasi kulit sekitar stoma

 Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

Jenis – jenis kolostomi


Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu,
sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari
kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen
maupun sementara.

19
Kolostomi Permanen

 Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila


pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal
karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan
kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses
melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi
single barrel ( dengan satu ujung lubang)

Kolostomi temporer/ sementara


Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon
atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon
akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup
kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang
yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi
double barrel.

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa


mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu
pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan
sehingga stoma tampak membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan
tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka
laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya
bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak
mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka
laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan
segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan
terkontaminasi feses.
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika

20
kantong kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi
bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus
mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal
ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan
untuk kenyamanan pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi
zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi
terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi
tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong
kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.

Berdasarkan lubang kolostomi dapat dibedakan menjadi 3,


yaitu:

1. Single barreled stoma, yaitu dibuat dari bagian proksimal


usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup.
2. Double barreled, biasanya meliputi  kolon transversum. Kedua
ujung dari kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding
abdominal mengakibatkan dua stoma. Stoma distal  hanya
mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan feses.

3. Kolostomi lop-lop, yaitu kolon transversum dikeluarkan


melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan glass rod.
Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding
abdomen, lubang dibuat di permukaan terpajan dari usus
dengan menggunakan pemotong.

D.Indikasi colostomy

 Pada penyakit usus yang ganas sperti carsinoma pada usus.


 Kondisi tertentu pada kolon

Komplikasi kolostomi

21
1.Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus
atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk
menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi
kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi
permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat
melakukannya sendiri di kamar mandi.
2.Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi
penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh
karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan
dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti
kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
3.Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang
terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang
terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.
4.Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi
struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat
pembedahan.
5.Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma
6.Perdarahan stoma

E. Prosedur pelaksanaan

1. Persiapan pasien

1. Mengucapkan salam terapeutik


2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan


tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.

22
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya

5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis


serta tidak mengancam.

6. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi

7. Privacy klien selama komunikasi dihargai.

8. Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian


serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan

9. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan


dilakukan)

2.Persiapan alat

1. Sarung tangan / waslap bersih


2. Handuk mandi/selimut mandi

3. Air hangat

4. Sabun mandi yang lembut

5. Tissue

6. Kantong kolostomi bersih

7. Kantong plastik

8. Kassa

9. Gunting.

3.Langkah kerja perawatan kolostomy

 Menjelaskan prosedur
 Mendekatkan alat-alat kedekat klien

 Pasang selimut mandi/handuk

23
 Dekatkan bengkok kedekat klien

 Pasang sarung tangan bersih

 Buka kantong lama dan buang ketempat bersih

 Bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan menggunakan sabun


dan cairan hangat

 Lindungi stoma dengan tissue atau kassa agar feces tidak


mengotori kulit yang sudah dibersihkan

 Keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kassa

 Pasang kantong stoma

 Buka sarung tangan

 Bereskan alat

 Rapihkan pasien

 Mencuci tangan

 Melaksanakan dokumentasi :

 Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada
lembar catatan klien

 Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang
melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada klien dengan post


kolostomi:

- Irigasi diperlukan untuk mengatur defekasi

- Pembersihan usus diperlukan sebelum pemeriksaan kontras


barium saluran GI.

24
5.Sitzbath

A. Definisi
Sitz mandi (juga disebut pinggul mandi) adalah jenis yang
hanya mandi di pinggul dan bokong direndam dalam air atau
larutan garam.Namanya berasal dari bahasa Jerman kata kerja
"sitzen," yang berarti "duduk."

Sebagai bentuk hidroterapi-penggunaan air panas dan dingin,


uap, dan es untuk memulihkan dan menjaga kesehatan yang Sitz
mandi meningkatkan aliran darah ke panggul dan daerah perut,
dan dengan demikian dapat membantu mengurangi peradangan
dan sebaliknya mengurangi berbagai masalah . Sitz mandi dapat
menggunakan air panas atau dingin saja, atau bisa alternatif
panas dan dingin. Hot Sitz mandi yang sangat membantu
untuk gangguan seperti seperti wasir, gangguan otot,
menyakitkan ovarium dan testis, masalah prostat, dan
uterus kram.. Dingin Sitz mandi sangat membantu dalam
pengobatan sembelit, impotensi, peradangan, gangguan otot,
dan vagina.. Bolak panas dan dingin Sitz mandi dapat
membantu meringankan kaki infeksi, gangguan otot, dan
pergelangan kaki bengkak.

B. Tujuan
Untuk memulihkan dan menjaga kesehatan yang dengan
rendam duduk meningkatkan aliran darah ke panggul dan
daerah perut. Dengan demikian dapat membantu mengurangi
peradangan.

C. Indikasi
Hemoroid
Prostat

25
fistula, atau
episiotomi.

D. Kontraindikasi
-Ketidakmampuan untuk bergerak dengan aman dan mudah
(misalnya kelemahan, obesitas)
-Kaki panas mandi adalah kontraindikasi pada penyakit
pembuluh darah perifer

E. Prosedur Pelaksanaan

1. Persiapan klien

jelaskan prosedur kepada klien

bila klien menggunakan T binder dan tampon ,


klien dalam posisi miring ,lepaskan T binder. Sedangkan
tampon dilepas sesuai instruksi dokter.

Tutupi daerah privacy klien dengan sarung atau


handuk.

2. Persiapan alat

bak rendam duduk (sitz bath)

medikasi (PK)

handuk atau sarung

alas / perlaka

air hangat

salep betadine

pinset

nierbekken

26
3. Persiapan lingkungan

jaga lingkungan sekitar agar tetap tenang


(kondusif).

Tutup tirai atau pintu agar tidak ada orang masuk


(selain keluarga), agar privacy klien terjaga.

4. Langlah kerja

 bantu klien menuju sitzbath


 beritahu klien untuk duduk diatas sitzbath, tanyakan
apakah hangatnya sudah cukup atau belum.
 Tutup bagian depan klien dengan handuk.
 Biarkan klien rendam duduk selama 10-15 menit.
 Setelah selesai, bantu klien menuju tempat tidurnya.
 Pasang perlak diatas tempat tidur klien
 Baringkan klien dalam posisi miring
 Jika ada tampon, cabut tampon menggunakan pinset,
lalu buang ke nierbekken.
 Lap kering
 Oleskan betadine salep pada daerah anus klien.
 Bantu kien kembali mengguanakan celana/sarung-nya.
 Cuci tangan

5.Hal- hal yang harus diperhatikan

Tetap jaga privacy klien.

Posisikan klien tetap dalam rasa nyaman.

Suhu air harus disesuaikan (jangan terlalu dingin atau jangan


terlalu panas).

27
6.Nutrisi Parenteral total

A. Definisi

Cairan dan elektrolit diganti melalui cairan infus yang diberikan


secara langsung ke dalam darah bukan asupan melalui sistem
cerna. Penggantian parenteral meliputi pemberian nutrisi
parenteral total (NPT), terapi cairan dan elektrolit intravena,
serta penggantian darah.
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang
diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui
saluran pencernaan.
Nutrisi Parenteral Total (NPT) merupakan nutrisi dalam bentuk
larutan hipertonik yang adekuat, terdiri dari glukosa dan nutrien
lain serta elektrolit yang diberikan melalui kateter intravena
sentral atau kateter intravena menetap.
Tempat pemberian nutrisi parenteral total yang umum
digunakan ialah tangan dan lengan. Namun vena-vena
superfisial di kaki dapat digunakan jika klien dalam kondisi
tidak dapat berjalan dan kebijakan mengizinkan hal tersebut.
Vena- vena yang biasanya dipergunakan seperti vena sefalika,

28
vena superfisial dorsalis, vena basilika, vena kubital median,
vena radialis, vena median lengan bawah.

B. Tujuan
Mengoreksi atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit.
Memberikan nutrisi yang tidak dapat diberikan secara oral
Memberikan medikasi
Memenuhi kebutuhan cairan klien

C.Indikasi

1. Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula


enterokunateus, atresia intestinal, kolitis infektiosa, obstruksi
usus halus.
2. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada
pankreatitis berat, status preoperatif dengan malnutrisi berat,
angina intestinal, stenosis arteri mesenterika, diare berulang.

3. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang


berkepanjangan, pseudo-obstruksi dan skleroderma.

4. Kondisi dimana jalur enteral tidak dimungkinkan seperti pada


gangguan makan, muntah terus menerus, gangguan
hemodinamik, hiperemesis gravidarum.

D.Kontraindikasi

1. Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi


dan kemoterapi.
2. Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.

3. Pankreatitis akuta ringan.

29
4. Kolitis akut..

5. AIDS.

6. Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.

7. Luka bakar.

8. Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness).

E. Prosedur pelaksanaan

1. Observasi tanda dan gejala yang mengindikasi


ketidakseimbangan cairan atau elektrolit :
a. Mata cekung
b. Edema
c. Peningkatan atau penurunan berat tubuh lebih dari 2%
d. Membran mukosa kering
e. Vena leher datar atau ditensi
f. Hipotensi, takikardia
g. Nadi teratur
h. Krekels di paru-paru
i. Tugor kulit tidak elastis
j. Bising usus menurun, meningkat
k. Haluaran urine menurun
l. Perubahan perilaku
a. Kebingungan

2.Pelajari kembali program penggantian terapi yg ditetapkan


dokter.

3.Kumpulkan peralatan yg dibutuhkan untuk memulai


pemasangan selang intravena:

a. Larutan yang benar


b. Jarum yang sesuai
c. Set infus

30
d. Selang intravena
e. Alkohol dan swab pembersih yodium-povidon
f. Turniket
g. Paspan penyangga lengan, jika dibutuhkan
h. kasa atau balutan transparan dan larutan atau salep yodium-
povidon
i. Plester
j. handuk untuk diletakkan di bawah lengan klien
k. Tiang IV
l. Sarung tangan sekali pakai
m. Gown IV
4 .Identifikasi klien dan jelaskan prosedur.
5.Atur peralatan diatas meja yang terpasang disamping tempat
tidur atau meja diatas tempat tidur.
6. Identifikasi vena yang dapat diakses untuk tempat
pemasangan jarum IV atau kateter:
a. Hindari daerah penonjolan tulang.
b. Gunakan vena di bagian yang paling distal terlebih dahulu.
c. Hindarkan pemasangan selang IV dipergelangan tangan klien,
di daerah yang mengalami peradangan, di ruang antekubital, di
ekstermitas yang sensasinya menurun atau di tangan yang
dominan.

7. Cuci tangan.

8. Buka kemasan steril dengan menggunakan teknik steril

9. Periksa larutan denagn menggunakkan 5 benar pemberian


obat

10. Buka set infus, pertahankan sterilitas di kedua ujungnya

11. tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik


tetesan dan gerakan klem penggeser ke posisi penghentian
aliran infus

31
12. masukkan set infus ke dalam kantung cairan:

a. Lepaskan penutup pelindung dari kantung cairan IV tanpa


menyentuh ujung tempat masuknya alat set infus
b. Lepaskan penutup pelindung dari ujung insersi selang, dengan
tidak menyentuh ujung tersebut, kemudian masukkan ujung
tersebut ke dalam ujung botol IV yang terbuat dari karet.

13. Isi selang infus:

a. Tekan bilik tetesan kemudian lepaskan.


b. Buka pelindung jarum dan geser klem penggeser sehingga
aliran infus dapat mengalir dari bilik tetesan melalui selang ke
adapter jarum. Gesekan kembali klem penggeser ke posisi
penghentian aliran cairan setelah selang terisi.
c. Pastiakn selang bebas dari udara dan gelembung udara.
d. Ganti peliundung jarum.
14 . Pilih vena distal untuk digunakan.
15 . apabila di tempat insersi jarum terdapat nbanyak bulu badan,
gunting bulu-bulu tersebut.
16 .Apabila memungkinkan, letakkan ekstermitas pada posisi
dependen.
17 .pasang torniket 10-12 cm diatas etmpat insersi
18 .Pilh vena yang berdilatasi dengan baik.
19 . Kenakan sarung tangan sekali pakai..
20 . Bersihkan tempat insersi dengan kuat, terkonsentrasi, dan
dengan gerakan sirkular dari tempat insersi ke daerah luar
dengan menggunakkan larutan yodium / alkohol.
21 . Lakukan pungsi vena. Fiksasi vena dengan menempelkan ibu
jari diatas vena dan dengan mereggangkan kulit.
22 . Lihat aliran balik melalui selang jarum kupu-kupu atau bilik
aliran balik darah ONC, yang mengindikasi bahwa jarum telah
memasuki vena. Rendahkan jarum sampai hampir menyentuh
kulit. Massukkan lagi kateter sekitar seperempat inci ke dalam
vena dan kemudian longgarkan stylet ( bagian pangkal jarum yg
32
di masukan ke dalam ven a ). Lasnjutkan memasukkan kateter
yg fleksibel atau jarum kupu-kupu sampai hub berada di tempat
pungsi vena.
23 . Stabilkan kateter dg salah satu tangan, lepaskan turniket dan
lepaskan stylet dari ONC.
24 .Hubungkan adapter jarum infus ke hub ONC atau jarum.
Jangan sentuh titik masuk adapter jarum atau bagian dalam hub
ONC.
25 .Lepaskan klem penggeser untuk memulai aliran infus dengan
kecepatan tertentu untuk mempertahankan kepatenan selang IV.
26 . Fiksasi kateter IV atau jarum:
a. Tempelkan plester kecil ( 1,25 cm ) di bawah hub kateter dg sisi
perekat ke arah-arah dan disilangkan plester diatas hub.
b. Berikan sedikit larutan atau salep yodium-povidin pada tempat
pungsi vena. Biarkan larutan mengering sesuai dg kebijakan
lembaga.
c. Tempelkan plester kecil yg kedua, langsung silangkan ke hub
kateter.
d. Letakan balutan transparan diatas tempat pungsi vena dengan
mengikuti produksi pabriknya ( metode alternatif: tempakan
kasa balutan berukuran 2x2 diatas tempat punsi vena dan hub
kateter. Jangan menutup hubungan antara selang IV dan hub
kateter. Fiksasi hubungan itu dengan 2 lembar plester
sepanjang 2,5 cm ). Sarung tangan dapat dilepas supaya tidak
menempel ke balutan.
e. Fiksasi selang infus ke kateter dengan sepotong plester
berukuran 2,5 cm.
27 . Tulis tanggal, waktu pemasangan selang IV,ukuran jarum,
dan tanda tangan serta inisial perawat pada balutan IV.
28 . Atur kecepatan aliran untuk mengoreksi tetesan per menit.
29 . Buang sarung tangan dan persediaaan yang digunakan serta
cuci tangan.
30 Observasi klien setiap jam untuk menentukan responsnya
terhadap terapi cairan:

33
a. Jumlah larutan benar dan sesuai dengan program yang
ditetapkan.
b. Kecepatan aliran benar ( tetesan per menit )
c. Kepatenan IV
d. Tidak terdapat infiltrasi, flebitis , atau inflamasi.
31 . Tulis dicatatan perawat tentang tipe cairan, tempat insersi,
kecepatan aliran , ukuran dan tipe kateter IV atau jarum, dan
waktu infus dimulai. Catat respons terhadap cairan IV, jumlah
yang diinfuskan, dan integritas serta kepatenan sistem IV (baik
menginfus menggunakan gaya gravitasi atau menggunakan
pompa), tergantung kebijakan lembaga.

7. Rehidrasi Oral

A. Definisi
Memberikan minum pada pasien tertentu yang tidak dapat
minum sendiri atau harus minum banyak sesuai kebutuhan.

34
B. Tujuan

Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan cairan sesuai


dengan program pengobatan

C.Indikasi

@Pasien yang tidak dapat minum sendiri

@Pasien yang memerlukan cairan dalam jumlah banyak


(misalnya pasien dengan kekurangan cairan atau dehidrasi )

D.Kontraindikasi
Pada pasien yang tidak bisa minum secara oral, seperti kanker
mulut.

E.Prosedur pelaksanaan

1. Persiapan alat

1) Gelas berisi minuman


2) Sedok atau sedotan

3) Serbet makan

2.Persiapan pasien

Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan


dan bila mungkin diatur dalam posisi duduk.

3.Pelaksanaan

1) Serbet dipasang di dada pasien dibawah dagu


2) Petugas membantu saat meminumkan minuman

35
3) Pasien yang beerbaring dibantu dengan menggunakan
sedotan atau sendok

4) Mulut pasien dan sekitarnya dikeringkan

5) Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan


dikembalikan ditempat semula

4.Hal- hal yang harus diperhatikan

1) Perhatikan keadaan umum pasien


2) Berikan minuman dengan hati-hati, dan hindarkan
pasien tersedak

3) Minuman harus dalam keadaan baik dan hangat

4) Jumlah cairan yang masuk harus dicatat

36
37
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Selang nasogatrik atau selang pendek adalah selang yang
dimasukkan melalui hidung atau mulut kedalam lambung.
Lavage lambung adalah metode alternatif yang umum untuk
pengosongan lambung, dimana cairan seperti normal saline
dimasukkan ke dalam lambung melalui orogastrik atau
nasogastrik dengan diameter besar dan kemudian dibuang
dalam upaya untuk membuang bagian agen yang mengandung
toksik. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan
perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah
menjalani operasi pembedahan perut. Perawatan kolostomi
adalah Suatu tindakan mengganti kantong kolostomi yang
penuh dengan yang baru. Nutrisi Parenteral Total (NPT)
merupakan nutrisi dalam bentuk larutan hipertonik yang
adekuat, terdiri dari glukosa dan nutrien lain serta elektrolit
yang diberikan melalui kateter intravena sentral atau kateter
intravena menetap.
Upaya rehidrasi oral adalah memberikan minum pada pasien
tertentu yang tidak dapat minum sendiri atau harus minum
banyak sesuai kebutuhan. Sitz bath yaitu suatu hidrotherapi
untuk menangani rasa nyeri post op hemoroidektomi.

38
B. Saran

Diharapkan Pembaca dapat memahami dan mengaplikasikannya


dalam pemberian asuhan keperawatan sehari-hari sesuai dengan
prosedur yang berlaku.

Daftar Pustaka

 Potter dan Perry. 2006. Fundamental Keperawatan vol 2.


Jakarta : EGC.
 Brunner dan Suddarth. 2006. Keperawatan Medikal Bedah vol
2. Jakarta: EGC.
 WWW.GOOGLE.COM
 WWW.4SHARED.COM
 WWW.KEPERAWATAN.COM
 WWW.NURSING.COM

39

You might also like