You are on page 1of 40

ISI

1. NAMA ATAU TEMA BLOK


Skizofrenia/ Blok Brain and Mind System

2. FASILITATOR/ TUTOR
Dr. Tri Widyawati, M.Si

3. DATA PELAKSANAAN
a. Hari : Senin, 15 Maret 2010 dan Kamis, 18 Maret 2010
b. Pemicu ke : 6 (enam)
c. Waktu : 10.30- 13.00
d. Ruangan : Ruang Tutorial I (Gedung Baru)

4. PEMICU
A, 28 tahun, pria, belum menikah, diantar polisi ke rumah sakit karena mengamuk
dan memukul seorang pria 60 tahun yang tidak dikenalnya di jalan. Ketika perawat
menanyakan siapa namanya, A membentak perawat dan berkata, “Kamu tidak tahu
siapa saya? Betapa bodohnya…. Sayakan walikota Medan yang baru saja dilantik
minggu lalu, apa kamu tidak pernah baca Koran? Tanpa bicarapun semua orang dapat
mengenal siapa saya dan mengetahui apa yang ada dalam pikiran saya.”
Saat dilakukan wawancara dan pemeriksaan psikiatri, A terlihat sibuk berbicara
sendiri dan memaki- maki. Ketika ditanya dengan siapa ia berbicara, A mengatakan ia
sedang berkomunikasi dengan staf ahlinya yang bodoh dan tidak punya inisiatif. Mereka
bisa berkomunikasi dengan melalui telepati, setelah secara tiba- tiba ada kekuatan ghaib
yang memasukkan pikiran asing ke pikirannya, sejak saat itu A mengatakan ia menjadi
lebih pintar dan bisa mengobati orang. Segala pikiran dan perbuatan yang dilakukan A
kini dikendalikan oleh kekuatan ghaib tersebut. Namun banyak orang yang cemburu
dengan kehebatannya sehingga berusaha mencelakakan dan mengguna- gunai A, salah
satunya pria yang 60 tahun yang dipukulnya tadi. A yakin bahwa pria tersebut berniat
untuk membunuhnya.

1
More Info I
Tak lama kemudian ibu A datang ke rumah sakit dan memberikan keterangan bahwa A
sudah menunjukkan perubahan perilaku sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu; A yang semula
rajin bekerja menjadi malas keluar rumah, malas mandi dan malas bertemu siapa saja. Satu
bulan terakhir, A mulai berbicara- bicara sendiri dan marah- marah tanpa sebab.
Sebelumnya A dikenal sebagai anak yang baik, rajin dan tidak banyak bicara. A belum
punya pacar dan tidak mempunyai teman dekat. Sehari- hari sepulang dari kantor, A lebih
suka menghabiskan waktu di kamar sendiri, dengan saudara- saudaranya pun A tidak begitu
dekat, A begitu kelihatan tidak terlalu perduli dengan pujian dan kritikan orang, sehingga
terkesan A sangat dingin.
Riwayat trauma pada kepala dan penggunaan zat adiktif tidak dijumpai.
Hasil pemeriksaan:
Status presens
Sensorium : compos mentis.
TD: 120/80 mmHg; Pols: 80x/menit; pernafasan: 16x/menit; suhu normal.
Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
Pemeriksaan laboratorium: urine/ darah rutin: dalam batas normal.
Berdasarkan hasil pemeriksaaan yang dilakukan, dokter menganjurkan A untuk dirawat inap
dan memberikan suntikan haloperidol intramuskular.

More Info II
Keesokan harinya, saat kunjungan pagi, dokter menjumpai A dalam keadaan mata mendelik
ke atas, lidah tertarik ke dalam.
Apa yang terjadi pada A?

5. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Mengetahui dan memahami mekanisme pertahanan ego.
B. Mengetahui dan memahami gangguan kepribadian.
C. Mengetahui dan memahami gangguan isi pikiran dan proses pikir.
D. Mengetahui dan memahami skizofrenia.
E. Mengetahui dan memahami obat antipsikotik.

6. PERTANYAAN YANG MUNCUL DALAM DISKUSI KELOMPOK


A. Apa yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan ego? Apa saja jenis- jenis
mekanisme pertahanan ego yang ada?

2
B. Apa yang dimaksud dengan gangguan kepribadian? Apa saja jenis gangguan
kepribadian dan bagaimana ciri dari gangguan kepribadian tersebut ? Apa kriteria
yang digunakan untuk menegakkan diagnostik gangguan kepribadian?
C. Apa yang dimaksud dengan gangguan isi dan proses berpikir? Apa contoh gangguan
isi dan proses pikir yang ada?
D. Apa yang dimaksud dengan skizofrenia? Mengapa skizofrenia bisa terjadi?
E. Apa saja obat- obatan yang termasuk antipsikotik? Bagaimana kerja obat- obatan
tersebut dan apa efek samping yang dapat ditimbulkan?

7. JAWABAN ATAS PERTANYAAN

A. MEKANISME PERTAHANAN EGO (EGO DEFENSE MECHANISM)


Menurut Sigmund Freud, Mekanisme Pertahanan Ego (MPE) bersumber dari bawah
sadar (unconscious) yang digunakan Ego untuk mengurangi konflik antara dunia internal
seseorang dengan realitas eksternal. Fungsi pertama dan utama defense mechanism adalah
untuk mempertahankan diri dalam menghadapi realitas eksternal yang penuh tantangan.
Bila realitas eksternal menuntut terlalu banyak, melebihi kapasitas diri untuk mengatasinya,
maka kepribadian akan mengaktifkan defense mechanism. Begitu pula sebaliknya, bila
hasrat dan dorongan dari dalam diri terlalu kuat, dan bila dorongan itu akan mengancam
keharmonisan relasi individu dengan realitas eksternal, maka defense mechanism akan
diaktifkan untuk meredamnya. (1)
Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan ego untuk menunjukkan proses tak
sadar yang melindungi individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada
dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya. MPE hanya mengubah
cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Dalam teori psikoanalitik yang
dikemukakan Freud, istilah mekanisme pertahanan ego cenderung dikonotasikan negatif.
Mekanisme ini dianggap maladaptif dan patologis. Namun, setelah berkembangnya ego
psychology, konsepsi mengenai MPE telah berubah. Menurut teori ini, ego defense
merupakan mekanisme psikis yang kita perlukan untuk adaptif dengan realitas eksternal.
Bila individu menggunakan defense mechanism secara efektif dan sesuai dengan tahapan
perkembangannya, maka dikatakan individu tersebut menggunakan defense mechanism
yang matang. Bila individu menggunakan defense mechanism yang tidak efektif dan tidak
sesuai dengan tahapan perkembangannya, dikatakan individu tersebut menggunakan
defense mechanism yang tidak matang, atau bahkan archaic (primitif).(1)

3
Seperti yang telah dikemukakan di atas, defense mechanism adalah mekanisme
pertahanan yang diperankan oleh Ego. Ego adalah salah satu dari tiga struktural kehidupan
manusia yang dikemukakan Sigmund Freud dalam teori psikoanalitiknya. Dua komponen
lainnya adalah Id dan Superego. Ketiga struktur ini memiliki fungsi dan tugas masing-
masing.
Dalam teori itu dikemukakan, Id adalah struktur kepribadian yang orisinil, bersifat impulsif
dan paling primitif. Pada mulanya, yang ada adalah Id. Id terletak di ketidaksadaran,
sehingga tidak bersentuhan langsung dengan realitas. Oleh karena itu, Id dikenal dengan
istilah pleasure principal. Pleasure principal berprinsip pada kesenangan dan berusaha
menghindari rasa sakit. Id-lah yang memunculkan berbagai hasrat dan dorongan dasar yang
kemudian menggerakkan tingkah laku. Dua dorongan dasar yang utama adalah dorongan
seksual dan dorongan agresi. Ada kesan bahwa Id berisi segala sesuatu yang buruk dalam
diri manusia. Sesungguhnya tidak demikian. Dorongan dan hasrat dari Id, yakni seksualitas
dan agresivitas menjadi baik atau buruk, tergantung dari pengarahan yang dilakukan.
Struktur kepribadian yang bertugas mengarahkan berbagai dorongan Id agar tidak
bertentangan dengan realitas eksternal adalah Ego.
Ego merupakan komponen kepribadian yang bertugas sebagai eksekutor. Sistem
kerjanya memakai prinsip realistic karena struktur keperibadian ini memang bersentuhan
langsung dengan realitas eksternal. Ego mengatur interaksi dan transaksi antara dunia
internal individu dengan realiitas eksternal. Untuk melaksanakan tugas itu. Ego memiliki tiga
fungsi, yaitu reality testing, identify dan defense mechanism. Reality testing adalah
kemampuan utama Ego, yaitu untuk mempersepsi realitas. Kemudian Ego akan
menyesuaikan diri sedemikian rupa agar dapat menguasai realitas tersebut. Identify adalah
fondasi kepribadian. Identitas terbentuk sejak awal kehidupan, mengalami krisis di masa
remaja, dan terus berkembang dalam perjalanan hidupnya. Pembentukan identitas terjadi
melalui interaksi individu dengan orang- orang yang penting dalam kehidupannya.
Superego merupakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian. Superego merupakan
struktur kepribadian (bagian dari dunia internal) yang mewakili nilai- nilai realitas eksternal.
Superego memakai prinsip idealistic (idealistic principle), yakni mengejar hal- hal yang
bersifat moralitas. Superego mendorong individu untuk mematuhi nilai- nilai yang berlaku di
realitas eksternal. Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik antara individu dengan realitas
eksternal. Superego diibaratkan sebagai “polisi internal” yang mendorong kita untuk tidak
melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam realitas eksternal, dengan atau tanpa orang
lain yang mengawasi.(1)

4
Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Ego
Berdasarkan buku Dinamika Kepribadian (Arif, 2006), mekanisme pertahanan ego
dikelompokkan menjadi tiga (1), yakni:

a. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang (Mature)


1. Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme yang mengubah atau mentrasformasikan dorongan-
dorongan primitif, baik dorongan seksual dan agresi, menjadi dorongan yang sesuai
dengan norma dan budaya yang berlaku di realitas eksternal.
Misalnya: dorongan seksual diubah menjadi dorongan kreatif untuk menghasilkan
karya seni; dorongan agresi diubah menjadi daya juang untuk mencapai suatu tujuan.

2. Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk mengatasi suatu kekurangan dalam suatu
bidang dengan cara mengupayakan kelebihan di bidang lain.
Misalnya: seseorang yang tidak memiliki prestasi akademik yang baik memiliki
prestasi olahraga yang sangat baik.

3. Supresi
Supresi merupakan satu- satunya mekanisme pertahanan ego yang dilakukan secara
sadar. Supresi merupakan upaya peredaman kembali suatu dorongan libidinal
(dorongan Id) yang berpotensi konflik dengan realitas eksternal. Peredaman dorongan
ini dianggap telah melalui suatu pertimbangan rasional.
Contoh: salah seorang teman Anto menyinggung dan membangkitkan amarah dan
dorongan agresinya. Namun, Anto meredam kembali dorongan untuk bertindak agresi
secara impulsif karena akan mengakibatkan dampak yang serius pada relasi saya
dengannya. Kemudian, Anto memilih untuk mengungkapkan perasaan secara asertif
di waktu yang lebih tepat.

4. Humor
Melalui humor, seseorang dapat mengubah penghayatan akan suatu peristiwa yang
tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. Humor juga dapat berfungsi
menyalurkan agresivitas tanpa bersifat destruktif.
Misalnya: menertawakan diri sendiri ketika apa yang dikehendaki tidak tercapai.

5
b. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Tidak Matang (Immature)
1. Represi
Represi adalah upaya meredam suatu dorongan libidinal yang berpotensi konflik
dengan realitas eksternal. Yang membedakannya dengan supresi adalah represi
dilakukan tanpa membiarkannya sadar terlebih dahulu. Oleh karena dorongan yang
diredam ini tidak melalui kesadaran, orang yang bersangkutan tidak mungkin
mengolahnya secara rasional.
Contoh: seseorang yang kurang asertif mungkin akan lebih sering mengggunakan
represi untuk meredam kemarahan dan agresivitanya ketika ia tidak berani menolak
hal- hal yang tidak disukainya. Dari luar kelihatan sabar, tetapi diketidaksadarannya
dipenuhi gejolak amarah.
Dibutuhkan energi psikis yang lebih besar untuk melakukan represi dibandingkan
dengan supresi. Hal ini dapat menyebabkan kepribadian melemah. Saat kepribadian
semakin lemah, represi yang dilakukan semakin tidak efektif. Dorongan yang hendak
diredam seringkali lolos dengan berbagai cara. Misalnya: fenoma slip of the tongue,
yaitu ketika suatu ucapan yang netral menjadi agresif ataupun porno. Fenomena
latah juga termasuk di dalamnya. Orang yang sungguh- sungguh latah akan
mengucapkan kata- kata porno saat ia latah.

2. Proyeksi
Proyeksi merupakan mekanisme di mana seseorang secara psikis menolak dan
mengeluarkan bagian diri yang tidak dikehendakinya. Bagian yang tidak dikehendaki
ini tampil pada orang lain. Orang yang melakukan proyeksi tidak dapat mengenali
tampilan yang dilihatnya pada orang lain sebagai bagian dari dirinya.
Contoh: seseorang yang tidak mengenal hasrat seksual yang bergejolak dalam
dirinya akan melihat kebanyakan orang lain berpikir dan bertingkah laku porno.

3. Introyeksi
Mekanisme ini dilakukan dengan cara “mengambil alih” suatu ciri kepribadian yang
ditemukannya pada orang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur
kepribadian pada orang yang bersangkutan.
Contoh: dalam beberapa organisasi tertentu, senior sering memberikan tekanan
psikis yang sangat berat kepada anggota baru. Dalam kondisi stress berat, anggota
baru tersebut akan lebih mudah mengintroyeksikan tindakan seniornya ini. Untuk
perlindungan diri, para anggota baru tersebut mengubah salah satu struktur
kepribadiannya, serupa dengan senior yang “menyiksanya”.

6
4. Reaksi Formasi
Reaksi formasi merupakan suatu upaya melakukan hal yang sebaliknya untuk
melawan suatu dorongan internal yang dapat menimbulkan konflik.
Contoh: seorang yang memiliki hasrat seksual yang tinggi berlaku seolah- olah dia
sangat membenci segala sesuatu yang berbau seks.

5. Undoing
Undoing adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu impuls yang telah terwujud
menjadi tingkah laku. Hal ini biasanya dilakukan dengan melakukan ritual tertentu.
Contoh: seseorang tidak dapat menahan diri untuk melakukan masturbasi. Kemudian
dia menyesal dan melakukan upaya untuk “membersihkan” pelanggaran yang dia
lakukan dengan suatu ritual, misalnya mandi dan mencuci tangan. Hal ini akan
berulang kali dilakukannya bila dia mengulang perbuatan masturbasi.

6. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah upaya mendistorsikan persepsinya akan suatu realitas. Pikiran
akan memberikan alasan- alasan yang kelihatannya masuk akal. Hal ini dilakukan
agar suatu kenyataan yang semula berbahaya dan dapat mengguncang
kepribadiannya, menjadi lebih mudah diterima.
Misalnya: bagi seorang yang self-esteemnya rapuh, penolakan cinta dari lawan jenis
akan mengguncang kepribadiannya. Orang yang bersangkutan kemudian melakukan
rasionalisasi dengan mendistorsikan kenyataan. Dia beranggapan bahwa lawan jenis
tersebut menolaknya karena merasa tidak layak untuk menjadi kekasihnya.

7. Isolasi
Isolasi merupakan suatu cara untuk meredam suatu aspek yang dianggap paling
berbahaya. Akibatnya, kepribadian menghayati pengalaman tersebut secara parsial
tidak utuh. Seorang yang harmonis dengan realitas eksternal dapat menghayati
pengalaman hidupnya secara utuh. Keutuhan itu dapat dilihat dari aspek kognitif
(pikiran), afektif (perasaan) dan konatif (tingkah laku).
Misalnya: ketika seorang mendapat bonus gaji, orang tersebut akan memikirkan hal-
hal yang menyenangkan. Perasaan akan gembira dan wajahnya berseri- seri pada
hari itu. Pada orang yang melakukan isolasi, contoh: seseorang yang tidak sanggup
menerima kenyataan bahwa orang yang paling dikasihinya meninggal tidak merasa
sedih dan tidak menunjukkan kesedihan. Yang ada hanyalah perasaan hampa.
Sesungguhnya kesedihan yang dialami orang tersebut sangat besar, lebih besar dari

7
yang sanggup ditanggungnya sehingga ia memendamnya. Hal ini tidak sehat karena
akan mengganggu kepribadian di masa yang akan datang.

8. Intelektualisasi
Mekanisme ini terlalu menonjolkan aspek inteleknya secara berlebihan. Tujuannya
untuk mengkompensasi bagian kepribadian lain yang kurang.
Contoh: seorang yang kurang terampil menjalin relasi sosial yang hangat dengan
orang lain, memperlihatkan upaya yang terlalu besar untuk menonjolkan
kepintarannya.

9. Displacement
Displacement dilakukan dengan cara mengganti objek yang menjadi sasaran
kemarahan.
Misal: seseorang sangat marah terhadap atasannya karena penghinaan yang
dilakukan sang atasan. Namun, karena tidak mungkin melampiaskan kemarahannya,
dia mengalihkan dorongan tersebut kepada orang lain. Misalnya kepada
bawahannya yang mungkin hanya melakukan kesalahan kecil.

10. Denial
Denial merupakan suatu mekanisme dengan menyangkal bahwa suatu peristiwa
sungguh- sungguh terjadi. Hal ini dilakukan karena tidak sanggup menerima
kenyataan tersebut.

11. Regresi
Regresi artinya mundur secara mental dari suatu tahap perkembangan. Hal ini
dilakukan karena seseorang tidak sanggup atau mengalami kesulitan untuk maju ke
tahap perkembangan selanjutnya.
Misalnya: seorang bapak paruh baya yang tidak merasa dengan dirinya yang
semakin tua, kembali ke fase phallic. Sehingga ia akan menunjukkan kegenitan dan
seductiveness.

c. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Primitif (Archaic)


1. Splitting
Splitting adalah mekanisme yang dilakukan bayi untuk memudahkannya menangani
berbagai pengalaman yang dialaminya. Splitting membagi suatu objek atau
pengalaman menjadi dua, yakni baik dan buruk. Mekanisme ini tidak mampu melihat
daerah “abu- abu” di antaranya. Secara primitif, hal yang menyenangkan akan

8
dihayati baik sedangkan yang tidak menyenangkan akan dihayati tidak baik. Semakin
tumbuh dan kepribadian semakin matang, spiltting jarang dilakukan. Mekanisme
pertahanan ini biasanya dilakukan oleh orang dengan gangguan mental yang berat.

2. Projective Identification
Defense mechanism ini jarang ditemui pada kepribadian yang cukup matang.
Mekanisme ini akan lebih sering ditemukan dalam kepribadian yang sangat
terganggu, misalnya pada pasien skizofrenia.

3. Primitive Idealization
Mekanisme ini dilakukan untuk mempertahankan harga diri mendasarnya (basic
self- esteem) ketika mengalami ancaman. Hal ini dilakukan dengan
mengidealisasikan orang lain dan kemudian mengembangkan kesatuan dengan
orang tersebut. Orang yang diidealisasikan akan dipandang sepenuhnya memiliki
nilai- nilai positif dan tidak memiliki nilai- nilai negatif sama sekali. Fantasi kesatuan
dengan orang tersebut akan membantu menambal harga diri yang terluka.
Contoh: seseorang perempuan yang semasa kecilnya tidak pernah mendapat kasih
sayang dari orangtua, kemudian mengidealisasikan suaminya. Suaminya dianggap
sangat sempurna walaupun kenyataannya sangat kontras dengan idealisasinya
tersebut.

4. Omnipotence
Arti omnipotence adalah maha kuasa. Orang yang menggunakan mekanisme ini
menganggap dirinya maha kuasa dan mampu melakukan apapun juga, tidak takut
atau kuatir pada apapun juga. Mekanisme ini biasanya dilakukan oleh bayi pada fase
oral.

5. Manic Defense
Mekanisme pertahanan ego ini dikembangkan oleh Melanie Klein. Menurut Klein,
setiap orang memiliki dua posisi mental. Pertama adalah paranoid- schizoid position,
di mana seseorang merasa terpisah dari orang lain. Dia tida dapat menghargai
sepenuhnya keberadaan orang lain. Orang lain dipandang sebagai objek- bukan
subjek. Orang lain dipandang sebagai ancaman bagi diri atau sarana pemuas
kebutuhan semata. Posisi kedua adalah depressive position, yaitu ketika seorang
sepenuhnya menyadari keberadaan orang lain dan memiliki ketergantungan
terhadap mereka. Memandang orang lain sebagai subjek yang juga memiliki

9
perasaan dan pengalaman- pengalaman manusiawi yang serupa. Menurut Klein, kita
beralih dari satu posisi ke posisi yang lain. Saat berada dalam posisi paranoid-skizoid
kita cenderung menyakiti orang, baik dengan tindakan aktual maupun khayalan. Saat
berada dalam posisi depresi, kita menyadari bahwa kita telah menyakiti orang lain.
Kesadaran ini menimbulkan perasaan bersalah dan takut kehilangan orang tersebut.
Pada manic defense, seseorang menyangkal bahwa ia sangat tergantung pada
orang yang dilukainya. Ia menyangkal takut kehilangan orang tersebut atau
menyangkal telah melakukan hal yang merugikan orang tersebut. mekanisme manic
defense bersikukuh pada fantasi bahwa ia akan tetap bahagia seorang diri dan tidak
membutuhkan orang lain.

B. GANGGUAN KEPRIBADIAN (PERSONALITY DISORDER)


Kata personality berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya
‘topeng’ yang biasa dipakai artis dalam teater. Kaplan dan Saddock mendefinisikan
kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan
(4)
seseorang dari hari ke hari . Pada orang normal, biasanya kepribadian relatif stabil dan
dapat diramalkan. Menurut Kusumanto Setyonegoro kepribadian adalah ekspresi seseorang
(3)
, yang keluar dari pengetahuan dan perasaan . Definisi lain mengemukakan bahwa
kepribadian adalah pola perilaku yang khas bagi seseorang. Orang lain dapat mengenal
orang tersebut dari pola perilakunya itu. (5)
Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter diluar rentang yang
ditemukan pada sebagian besar orang. Menurut DSM-IV, gangguan kepribadian adalah pola
yang bersifat menetap dalam mempersepsi, memikirkan dan berhubungan dengan
lingkungan dan diri sendiri. Pola ini diperlihatkan di berbagai macam konteks sosial dan
pribadi. Pola ini tidak fleksibel dan maladaptif serta menyebabkan hendaya fungsi sosial
atau distress subjektif yang signifikan. Jadi, seseorang dikatakan memiliki gangguan
kepribadian apabila sifat kepribadian tidak fleksibel, maladaptif, dan menyimpang dari
ekspektasi budaya orang yang bersangkutan. Hal ini telah berlangsung dalam jangka waktu
yang lama, muncul pada setiap situasi serta mengganggu fungsi kehidupannya sehari- hari.

10
Klasifikasi

Klasifikasi menurut PPDGJI-III (1993) Klasifikasi menurut DSM-IV (1994)


1. Gangguan Kepribadian Paranoid Kelompok A (odd/ eccentric cluster)
2. Gangguan Kepribadian Skizoid 1. Gangguan Kepribadian Paranoid
3. Gangguan Kepribadian Dissosial 2. Gangguan Kepribadian Skizoid
4. Gangguan Kepribadian Emosional tak 3. Gangguan Kepribadian Skizotipal
Stabil (Impulsif/ambang) Kelompok B (dramatic/ erratic cluster)
5. Gangguan Kepribadian Histrionik 4. Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psikopati.
6. Gangguan Kepribadian Anankastik 5. Gangguan Kepribadian Ambang
7. Gangguan Kepribadian Cemas 6. Gangguan Kepribadian Histrionik
(menghindar) 7. Gangguan Kepribadian Narsisistik
8. Gangguan Kepribadian Dependen Kelompok C (anxious/ fearful cluster)
9. Gangguan Kepribadian Khas lainnya 8. Gangguan Kepribadian Menghindar
10. Gangguan Kepribadian yang tak 9. Gangguan Kepribadian Dependen
tergolongkan 10. Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
11. Gangguan Kepribadian yang tak dispesifikasikan
ditempat lain:
a) Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif
b) Gangguan Kepribadian Depresif
c) Gangguan Kepribadian Sadomachistik
d) Gangguan Kepribadian Sadistik
e) Perubahan kepribadian oleh karena kondisi
medik umum
f) Perubahan kepribadian sesudah mendapat
pengalaman catastrophic dan sesudah penyakit
psikiatrik

Jenis Gangguan Kepribadian

1. Paranoid Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Paranoid)


Tiap orang mempunyai sifat curiga, sedikit atau banyak. Sifat ini masih normal jika masih
dapat diterima oleh lingkungan sosial. Akan tetapi, ada individu yang sifat curiganya
sedemikian keras sehingga merugikan individu itu sendiri dan masyarakat. Individu yang
mengalami gangguan kepribadian paranoid biasanya ditandai dengan kecurigaan dan
ketidakpercayaan yang menonjol. Orang-orang yang mengalami gangguan ini merasa
dirinya diperlakukan secara salah dan dieksploitasi oleh orang lain sehingga berperilaku
selalu waspada terhadap orang lain. Mereka sering kali kasar dan mudah marah terhadap

11
apa yang mereka anggap sebagai penghinaan. Individu semacam ini enggan mempercayai
orang lain dan cenderung menyalahkan mereka serta menyimpan dendam meskipun ia
sendiri juga salah. Mereka sangat pencemburu dan tanpa alasan dapat mempertanyakan
kesetiaan pasangannya. Individu dengan gangguan ini tidak mampu terlibat secara
emosional dan menjaga jarak dengan orang lain.
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 2,5% dan paling banyak terjadi pada
laki-laki (O’Brien, Triestman dan Siever, 1993). Sering dialami bersamaan dengan
gangguan kepribadian skizotipal, ambang, dan menghindar. Hal yang membedakan
gangguan kepribadian paranoid dengan skizofrenia paranoid adalah tidak ditemukan waham
dan halusinasi.

2. Schizoid Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Skizoid)


Yang menonjol pada gangguan kepribadian skizoid adalah sifat pemalu, suka
menyendiri, perasa dan pendiam. Mereka tampak tumpul dan datar serta tidak memiliki
perasaan yang hangat dan tulus terhadap orang lain. Mereka jarang memiliki emosi kuat,
tidak tertarik pada hubungan seks, serta bersikap masa bodoh terhadap pujian, kritik, dan
perasaan orang lain. Individu yang mengalami gangguan ini menyukai kegiatan yang
dilakukan sendirian.
Prevalensi gangguan skizoid diperkirakan 7,5 persen dari populasi dan paling sering
pada laki- laki (O’Brien dkk). Ada kemungkinan gangguan kepribadian ini diwariskan. Sikap
pemalu pada masa kanak- kanak dilaporkan sebagai pertanda gangguan ini pada masa
dewasa kelak. Hal yang membedakan gangguan ini dengan skizofrenia adalah sejarah
pekerjaan yang berhasil (apabila pekerjaan mereka tidak perlu mengadakan kontak dengan
orang lain). Selain itu, tidak ditemukan riwayat skizofrenia pada keluarga.

3. Schizotypal Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Skizotipal)


Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya memiliki kepercayaan yang
aneh. Mereka memiliki pemikiran yang ajaib/aneh (magical), ide-ide yang ganjil, dan ilusi
yang mereka tampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Individu dengan gangguan ini memiliki
masalah dalam berpikir dan berkomunikasi. Dalam pembicaraan, mereka dapat
menggunakan kata-kata dengan cara yang tidak umum dan tidak jelas sehingga hanya diri
mereka saja yang mengerti artinya. Dari perilaku dan penampilan, mereka juga tampak
eksentrik. Sebagai contoh, mereka berbicara kepada diri sendiri dan memakai pakaian yang
aneh. Ciri yang umum terjadi adalah ideas of reference, kecurigaan, dan pikiran paranoid.
Ideas of reference adalah keyakinan bahwa berbagai kejadian memiliki makna khusus
dan berhubungan langsung dengan dirinya. Mereka pun memiliki kemampuan yang rendah

12
dalam berinteraksi dengan orang lain dan kadang kala bertingkah laku aneh sehingga
akhirnya mereka sering kali terkucil dan tidak memiliki banyak teman.
Prevalensi gangguan ini diperkirakan 3%-5% (Weissman, 1933) dan lebih sering pada
laki- laki (Kotsaftis dan Neale, 1993). Secara historis, kata schizotype digunakan untuk
mendeskripsikan orang- orang yang memiliki predisposisi menjadi skizofrenia. Gangguan
kepribadian skizotipal lebih banyak muncul pada keluarga yang memiliki penderita
skizofrenia. Banyak ciri gangguan kepribadian skizotipal , yaitu ideas of reference, ilusi, dan
pikiran paranoid, yang juga ditemukan pada pasien skizofrenia. Tetapi ciri ini lebih ringan
bila dibandingkan dengan skizofrenia.

4. Antisocial and Psychopathy Personality Disorder


Yang menonjol dari gangguan kepribadian antisosial adalah riwayat tidak mau mematuhi
norma- norma sosial dan melanggar hukum. Orang dengan gangguan ini cenderung tidak
bertanggung jawab, bekerja secara tidak konsisten, mudah tersinggung, agresif secara fisik,
tidak mau membayar hutang, sembrono, ceroboh, dan sebagainya. Mereka impulsif dan
tidak mampu membuat rencana ke depan. Mereka sedikit atau bahkan tidak merasa
menyesal atas berbagai tindakan buruk yang mereka lakukan. Meskipun demikian, bila
mereka sedang membutuhkan sesuatu, mereka dapat bertindak sangat ramah atau sangat
menyenangkan, sampai mereka memperoleh apa yang mereka inginkan. Namun, mereka
dapat kembali menjadi kurang ajar dan arogan setelah mendapatkan apa yang mereka
butuhkan. Sebanyak 80% dari orang- orang dengan gangguan kepribadian antisosial
melakukan penyalahgunaan zat, seperti alkohol dan obat- obatan terlarang (Kraus dan
Reynolds, 2001).
Sementara itu, salah satu karakteristik psikopati adalah kemiskinan emosi, baik positif
maupun negatif. Orang dengan gangguan psikopati tidak memiliki rasa malu, bahkan
perasaan mereka yang tampak positif terhadap orang lain hanyalah sebuah kepura-puraan.
Penampilan psikopat menawan dan memanipulasi orang lain untuk memperoleh keuntungan
pribadi. Kadar kecemasan yang rendah membuat psikopat tidak mungkin belajar dari
kesalahannya. Kurangnya emosi positif mendorong mereka berperilaku secara tidak
bertanggung jawab dan berperilaku kejam terhadap orang lain. Prevalensi gangguan ini
sebanyak 3% pada laki-laki dan <1% pada perempuan (Sutker, Bugg, dan West, 1993).

5. Borderline Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Ambang)


Isitlah borderline dikemukakan karena gangguan ini tidak dapat dengan mudah
digolongkan pada gangguan psikotik atau emosional. Yang menonjol pada gangguan
kepribadian ambang adalah afek yang berubah- ubah dan mood yang labil. Serangan
depresi, kecemasan, kemarahan dan euforia dapat berubah dalam rentang waktu yang

13
sangat singkat. Ciri lain gangguan ini adalah impulsivitas dan ketidakstabilan dalam
hubungan dengan orang lain. Hal ini terjadi karena sikap dan perasaan terhadap orang lain
dapat berubah-ubah secara signifikan dan aneh. Individu yang mengalami gangguan
borderline memiliki karakter argumentatif, mudah tersinggung, sarkastik, dan cepat
menyerang. Orang dengan gangguan kepribadian ambang tidak tahan berada dalam
kesendirian, memiliki perasasaan takut diabaikan, dan menuntut perhatian. Mudah
mengalami perasaan depresi dan perasaan hampa yang kronis. Orang ini juga sering kali
mencoba bunuh diri.
Prevalensi gangguan kepribadian ambang sebesar 1%-3% (Widiger dan Weissman,
1991) dan 75% kasus adalah perempuan (Dulit dkk, 1993). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa gangguan ini disebabkan oleh faktor genetis. Gangguan ini juga terkait
dengan gangguan perasaan (mood disorder). Beberapa penelitian juga menunjukkan
adanya kontribusi trauma pada masa kanak- kanak, khususnya penganiayaan seksual dan
fisik. Sebuah penelitian menunjukkan 91% pernah dianiaya dan 92% ditelantarkan sebelum
berusia 18 tahun (Sanarini dkk, 1997). Penelitian lain juga menunjukkan adanya kontribusi
dari keluarga yang tidak ekspresif secara emosional, tidak memiliki kedekatan emosional,
sering terjadi konflik dalam keluarga dan kurang kasih sayang dari ibu.

6. Histrionic Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Histrionik)


Gangguan kepribadian histrionik sebelumnya dikenal disebut kepribadian histerikal,
ditegakkan bagi orang-orang yang selalu dramatis dan mencari perhatian. Mereka sering kali
menggunakan ciri-ciri penampilan fisik yang dapat menarik perhatian orang kepada dirinya,
misalnya pakaian yang mencolok, tata rias, atau warna rambut. Mereka berpusat pada diri
sendiri, terlalu mempedulikan daya tarik fisik mereka, dan merasa tidak nyaman bila tidak
menjadi pusat perhatian. Mereka dapat sangat provokatif dan tidak senonoh secara seksual
tanpa mempedulikan kepantasan serta mudah dipengaruhi orang lain.
Diagnosis ini memiliki prevelensi sekitar 2 persen dan lebih banyak terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Gangguan kepribadian histrionik lebih banyak terjadi
pada mereka yang mengalami perpisahan atau perceraian, dan hal ini diasosiasikan dengan
depresi dan kesehatan fisik yang buruk. Gangguan ini sering muncul bersamaan dengan
gangguan kepribadian borderline.

7. Narcissistic Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Narsistik)


Individu dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki pandangan berlebihan
mengenai keunikan dan kemampuan mereka. Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan
lebih superior sehingga berharap mendapatkan perlakuan yang khusus pula. Oleh sebab
itu, mereka sulit menerima kritik dari orang lain. Hubungan interpersonal mereka terhambat

14
karena kurangnya empati, perasaan iri, dan arogansi. Orang dengan gangguan kepribadian
narsistik cenderung memanfaatkan/menghendaki orang lain melakukan sesuatu yang
istimewa untuk mereka tanpa perlu dibalas. Individu pada gangguan ini sangat sensitif
terhadap kritik dan takut akan kegagalan. Terkadang mereka mencari sosok lain yang dapat
mengidealkan karena mereka kecewa terhadap diri sendiri. Tetapi mereka biasanya tidak
mengizinkan siapa pun untuk benar-benar berhubungan dekat dengan mereka. Hubungan
personal mereka sedikit dan dangkal. Ketika orang lain menjatuhkan harapan mereka yang
tidak realistis, mereka akan marah dan menolak.
Prevalensi gangguan ini kurang dari 1 persen. Dalam teori psikoanalisa dikemukakan,
narcisisme adalah fase yang dilalui semua anak sebelum menyalurkan cinta mereka kepada
diri sendiri dan orang- orang yang berarti. Anak- anak dapat terfiksasi pada fase ini. Jika
mereka mendapati bahwa orang- orang yang mengasuhnya tidak dapat dipercaya, mereka
memutuskan untuk bersandar pada diri sendiri. Gangguan ini juga dapat terjadi jika mereka
memiliki orang tua yang selalu menuruti keinginan mereka dan menanamkan suatu
perasaan bangga atas kemampuan dan harga diri. Dalam teori psikodinamika (Kenberg,
1989 dan Kohut, 1971) dikatakan bahwa narsistik merupakan topeng bagi self-esteem yang
rapuh. Sebenarnya mereka merasakan kekosongan dan kesedihan sebagai hasil dari
penolakan orang yang berarti baginya. Narsistik ini merupakan reaksi formasi untuk
menghadapi masalah- masalah tersebut melalui self-worth (penghargaan terhadap diri
sendiri).

8. Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar)


Individu dengan gangguan ini adalah individu yang memiliki ketakutan yang besar akan
kemungkinan adanya kritik, penolakan atau ketidaksetujuan. Orang dengan gangguan
kepribadian menghindar merasa enggan untuk menjalin hubungan, kecuali ia yakin bahwa ia
akan diterima. Mereka bahkan terkadang menghindari pekerjaan yang banyak memerlukan
kontak interpersonal. Dalam situasi sosial, ia sangat mengendalikan diri (kaku) karena
sangat amat takut mengatakan sesuatu yang bodoh atau dipermalukan atau tanda-tanda
lain dari kecemasan. Ia merasa yakin bahwa dirinya tidak kompeten dan inferior, serta tidak
berani mengambil risiko atau mencoba hal-hal baru.
Prevalensi dari gangguan ini sekitar 5 persen dan sering muncul bersamaan dengan
gangguan kepribadian dependen dan borderline. Avoidant personality disorder juga sering
bercampur dengan diagnosis Axis I depresi dan generalized social phobia. Gangguan ini
memiliki gejala yang serupa dengan generalized social phobia, tetapi pada generalized
social phobia tidak memiliki perasaan diri kurang adekuat dan tidak kompeten secara sosial.

15
9. Dependent Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Dependen)
Ciri utama dari gangguan kepribadian dependen adalah kurangnya rasa percaya diri dan
otonomi. Orang dengan gangguan kepribadian ini memandang dirinya lemah dan orang lain
lebih kuat. Ia juga memiliki kebutuhan yang kuat untuk diperhatikan atau dijaga oleh orang
lain. Akibatnya munculnya perasaan tidak nyaman ketika sendirian. Ia mengesampingkan
kebutuhannya sendiri untuk meyakinkan bahwa ia tidak merusak hubungan yang telah
terjalin dengan orang lain. Ketika hubungan dekat berakhir, individu yang mengalami
gangguan ini segera berusaha menjalin hubungan lain untuk menggantikan hubungan yang
telah berakhir tersebut. Kriteria dalam DSM pada umumnya mendeskripsikan individu yang
mengalami gangguan kepribadian dependen sebagai orang yang sangat pasif. Mereka
memiliki kesulitan dalam memulai sesuatu atau mengerjakan sesuatu sendiri, tidak mampu
menolak, dan meminta orang lain mengambil keputusan untuk dirinya.
Gangguan kepribadian ini muncul lebih banyak pada wanita daripada pria. Kemungkinan
karena perbedaan pengalaman sosialisasi pada masa kanak-kanak. Millon dkk. dalam
Pengantar Psikologi Abnormal (Wiramihardja, 2005) dikemukakan bahwa anak- anak
penderita gangguan ini sangat baik tetapi penuh ketakutan. Mereka memiliki orangtua yang
hangat tetapi terlalu melindungi (overprotective). Akibatnya mereka tidak belajar menangani
rasa takutnya, melainkan menjadi semakin tergantung pada orang lain.

10. Obsessive-Compulsive Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif)


Orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif bersifat perfeksionis, sangat
memperhatikan detail, aturan, jadwal, dan sebagainya. Mereka sangat memperhatikan
detail sehingga kadang ia tidak dapat menyelesaikan hal yang dikerjakannya. Mereka lebih
berorientasi pada pekerjaan daripada bersantai-santai dan sangat sulit mengambil
keputusan karena takut membuat kesalahan. Selain itu, mereka juga sangat sulit
mengalokasikan waktu karena terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang tidak seharusnya.
Biasanya mereka memiliki hubungan interpersonal yang kurang baik karena keras kepala
dan meminta segala sesuatu dilakukan sesuai dengan keinginannya. Istilah yang umum
digunakan sebagai julukan bagi orang dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah “control
freak”. Mereka pada umumnya bersifat serius, kaku, formal dan tidak fleksibel, terutama
berkaitan dengan isu-isu moral. Mereka tidak mampu membuang objek yang tidak berguna,
walaupun objek tersebut tidak bernilai. Di samping itu, mereka juga pelit atau kikir.
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif agak berbeda dengan gangguan obsesif
kompulsif. Pada gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, tidak terdapat obsesi dan
kompulsi seperti pada gangguan obsesif-kompulsif. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
paling sering muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian avoidant dan memiliki

16
prevalensi sekitar 2 persen. Dalam teori psikodinamik kontemporer dijelaskan bahwa
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif disebabkan oleh ketakutan akan hilangnya kontrol
yang diatasi dengan overkompensasi. Sebagai contoh, seorang pria workaholic yang
kompulsif kemungkinan takut bahwa hidupnya akan hancur jika ia bersantai-santai dan
bersenang-senang.

C. GANGGUAN ISI PIKIRAN DAN PROSES BERPIKIR


Menurut Kaplan (2010), proses berfikir yang normal mengandung arus ide, simbol dan
asosiasi yang terarah kepada tujuan. Proses berpikir dibangkitkan oleh suatu masalah atau
tugas dan berpikir berarti menghantarkan suatu penyelesaian yang berorientasi kepada
kenyataan. Proses berpikir pada manusia meliputi proses pertimbangan (judgment),
pemahaman (comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). (6)
Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi proses berfikir manusia, misalnya faktor
somatik (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosa), dan faktor
sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain). Distorsi pada proses berfikir dapat
disebabkan karena gangguan organik maupun gangguan psikologik terkait gangguan
kecemasan, gangguan panik, gangguan depresi maupun kondisi psikotik.

1. Gangguan Spesifik pada Bentuk Pikiran


 Neologisme
Pembentukan kata baru yang diciptakan oleh pasien. Seringkali dengan
mengkombinasikan suku kata dari kata- kata lain, untuk alasan keanehan psikologis.

 World Salad
Merupakan kata yang campur aduk, di mana campuran kata dan frasa yang
membingungkan.

 Sirkumstansialitas
Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan. Pada akhirnya,
tujuan pembicaraan akan tercapai, tetapi ditambah dengan perincian- perincian yang
berbelit- belit dan mendetail.

 Tangensialitas
Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan.
Pembicaraan berputar- putar dan tidak pernah mencapai tujuan yang diinginkan.

17
 Inkoherensi
Merupakan pembicaraan yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak
dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat sehingga kata- kata yang diucapkan tidak
mempunyai hubungan atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi.

 Perseverasi
Respon terhadap stimulus sebelumnya yang menetap setelah stimulus baru
diberikan. Di mana pikiran mengenai stimulus tersebut seharusnya telah berhenti
secara relevan.

 Verbigerasi
Pengulangan kata- kata spesifik yang tidak mempunyai arti.

 Ekolalia
Pengulangan kata- kata atau frasa orang lain secara psikopatologis. Cenderung
berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan nada mengejek dan terputus- putus.

 Kondensasi
Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep.

 Jawaban yang tidak relevan


Jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan yang ditanyakan. Pasien
tampaknya mengabaikan atau tidak memperhatikan pertanyaannya.

 Pengenduran asosiasi
Aliran pikiran di mana gagasan- gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain
dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan. Pengenduran asosiasi lebih ringan
bila dibandingkan dengan inkoherensi.

 Derailment (keluar dari jalur)


Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan.
Seringkali digunakan secara sama dengan inkoherensi.

18
 Flight of Ideas
Verbalisasi atau permainan kata- kata yang cepat dan terus menerus dari satu ide ke
ide lain. Ide- ide cenderung dihubungkan dan dalam bentuk yang kurang parah,
pendengar masih mampu mengikuti pembicaraannya.

 Clang association (asosiasi bunyi)


Asosiasi kata- kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya. Kata- kata tidak
mempunyai hubungan logis, dapat termasuk sajak dan permainan kata.

 Blocking (Penghambatan)
Terputusnya aliran pikiran secara tiba- tiba sebelum gagasan diselesaikan. Setelah
suatu periode terhenti singkat, orang tampak tidak ingat akan apa yang telah
dikatakan atau apa yang akan dikatakan.

 Glossolalia
Ekspresi pesan- pesan yang relevan melalui kata- kata yang tidak dapat dipahami
(juga dikenal sebagai bicara pada lidah). Tidak dianggap gangguan pikiran jika terjadi
pada praktik keagamaan Pantekosta tertentu.

2. Gangguan Spesifik pada Isi Pikiran


 Kemiskinan isi pikiran
Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian, pengulangan
kosong atau frasa yang tidak jelas
.
 Gagasan yang berlebihan
Keyakinan palsu yang dipertahankan, yang tidak beralasan dan dipertahankan
secara kurang kuat bila dibandingkan dengan waham.

 Waham
Keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan
eksternal. Apa yang diyakininya tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar
belakang kultural. Dan ini tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan. Waham terbagi
lagi menjadi:

19
a. Waham yang kacau (bizarre delusion), yaitu seseorang yang memiliki pikiran
palsu yang aneh, mustahil dan sama sekali tidak masuk akal. Contoh: orang dari
angkasa luar merupakan teman baiknya.
b. Waham tersistematisasi, pikiran palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau
peristiwa tunggal. Contoh: seseorang dimata- matai oleh agen rahasia.
c. Waham yang sejalan dengan mood, yaitu waham dengan isi pikran yang sesuai
dengan mood yang sedang dialaminya. Contoh: pasien depresi percaya bahwa ia
bertanggung jawab atas kehancuran dunia.
d. Waham yang tidak sejalan dengan mood yaitu isi pikiran (waham) tidak sesuai
dengan mood.
e. Waham nihilistic yaitu isi pikiran palsu di mana dirinya, orang lain dan dunia telah
berakhir atau tidak ada.
f. Waham kemiskinan yaitu isi pikiran palsu bahwa pasien akan kehilangan semua
harta miliknya.
g. Waham somatik yaitu isi pikiran palsu yang menyangkut tubuh pasien.
h. Waham paranoid, termasuk di sini waham persekutorik, waham referensi, kontrol
dan waham kebesaran. Waham persekutorik yaitu keyakinan palsu dan
kecurigaan berlebihan bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau disiksa.
Waham ini sering ditemukan pada seorang pasien yang senang menuntut. Pasien
mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena
penganiayaan yang dibayangkan. Waham kebesaran memiliki gambaran
kepentingan, kekuatan atau identitas seseorang yang berlebihan. Waham
referensi memiliki keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan kepada
dirinya. Peristiwa, benda- benda atau semua hal yang terjadi mempunyai
hubungan dengan dirinya.
i. Waham menyalahkan diri sendiri yaitu keyakinan palsu tentang penyesalan yang
mendalam.
j. Waham pengendalian yaitu keyakinan palsu bahwa kemauan, pikiran dan
perasaan pasien dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar. Waham pengendalian
terdiri dari penarikan pikiran (thought withdrawal), penanaman pikiran (thought
insertion), siar pikiran (thought broadcasting) dan pengendalian pikiran (thought
control). Tought withdrawal adalah keyakinan palsu bahwa pikiran pasien
dihilangkan dari ingatannya oleh suatu kekuatan yang berasal dari luar. Tought
insertion adalah keyakinan palsu bahwa isi pikirannya ditanamkan oleh orang
lain. Tought broadcasting adalah keyakinan palsu bahwa isi pikiran mereka

20
sedang disiarkan dan dapat didengar semua orang. Thought control adalah
keyakinan palsu bahwa pikiran pasien dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar.
k. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) yaitu keyakinan palsu yang didapatkan
dari kecemburuan patologis terhadap pasangannya.
l. Erotomania adalah waham yang paling sering terjadi pada perempuan. Pasien
beranggapan bahwa seseorang sangat mencintai dirinya.

 Kecenderungan atau preokupasi pikiran


Pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai irama afektif yang kuat, seperti
kecenderungan paranoid atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh.

 Egomania
Preokupasi (kesenangan) pada diri sendiri yang patologis.

 Monomania
Preokupasi pada suatu objek tunggal.

 Hipokondria
Keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang tidak ditemukannya
kelainan organik. Ini didasarkan pada pemikiran yang tidak realistik terhadap suatu
tanda atau sensasi fisik yang abnormal.

 Obsesi
Ketekunan patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang. Hal
ini tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika dan seringkali disertai
dengan kecemasan.

 Kompulsi
Kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls, yang jika ditahan akan
menyebabkan kecemasan. Hal ini dilakukan berulang- ulang sebagai respon akan
suatu obsesi atau suatu aturan tertentu.

 Koprolalia
Pengungkapan kata- kata cabul secara kompulsif.

 Fobia

21
Fobia adalah rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan dan selalu
terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu. Hal ini menyebabkan
pasien menghindari stimulus yang ditakuti itu.
a. Fobia sederhana yaitu rasa takut yang jelas terhadap objek atau situasi yang
jelas. Contoh: takut ular, takut laba- laba.
b. Fobia sosial yaitu takut akan keramaian masyarakat, takut berbicara dan
berinteraksi dengan masyarakat.
c. Akrofobia yaitu takut terhadap ketinggian.
d. Algorafobia yaitu takut terhadap rasa nyeri.
e. Ailurofobia yaitu takut terhadap kucing
f. Eritofobia yaitu takut terhadap warna merah (merujuk terhadap ketakutan akan
darah).
g. Panfobia yaitu takut terhadap segala sesuatu.
h. Klaustrofobia yaitu takut terhadap tempat yang tertutup.
i. Xenofobia yaitu takut terhadap orang asing.
j. Zoofobia yaitu takut terhadap binatang.

 Noesis
Suatu wahyu, di mana terjadi pencerahan yang besar sekalli disertai dengan
perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah.

 Unio mystica
Suatu perasaan yang meluap dan berhubungan dengan mistik. Pasien secara mistik
bergabung dengan kekuatan yang tidak terbatas. Tidak dianggap sebagai suatu
gangguan dalam isi pikiran jika sejalan dengan keyakinan pasien atau lingkungan
kultural.

3. Gangguan Persepsi
 Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi sensoris palsu yang tidak disertai dengan stimuli
eksternal yang nyata. Mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham
tentang pengalaman halusinasi.
a. Halusinasi hipnagogik yaitu persepsi sensoris yang palsu. Biasanya terjadi saat
mau tidur dan dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis.
b. Halusinasi hipnohompik yaitu persepsi palsu yang terjadi saat bangun tidur dan
juga tidak dianggap patologis.
c. Halusinasi auditoris adalah persepsi suara / bunyi palsu.

22
d. Halusinasi visual adalah persepsi palsu tentang penglihatan, baik citra yang
berbentuk (melihat orang) atau tidak berbentuk (cahaya). Paling sering terjadi
pada gangguan organik.
e. Halusinasi olfaktorius adalah persepsi membau yang palsu.
f. Halusinasi gustatoris adalah persepsi tentang rasa kecap yang palsu. Paling
sering pada gangguan organik.
g. Halusinasi raba (taktil) adalah persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi
pada kulit.
h. Halusinasi somatik
Sensasi palsu mengenai hal yang terjadi pada tubuh, paling sering pada daerah
viseral.
i. Halusinasi yang sejalan dengan mood ( mood- congruent hallucination) yaitu isi
halusinasi konsisten dengan mood yang dirasakan pasien. Bila pasien sedang
depresi, pasien seolah mendengar suara yang mengatakan dia jahat.
j. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood-incongruent hallucination)
yaitu halusinasi ini terjadi saat pasien mengalami pergantian mood yang tiba-
tiba. Tetapi halusinasi yang terjadi tidak konsisten dengan mood tersebut.
k. Halusinosis adalah halusinasi yang berhubungan dengan penyalahgunaan
alkohol kronis dan terjadi dalam sensorium yang jernih. Yang paling sering adalah
halusinasi auditoris.
l. Trailing phenomenon adalah kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-
obatan yang bersifat halusinogen. Benda yang bergerak akan dilihat sebagai
sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu.

 Ilusi
Ilusi adalah mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang nyata.

D. SKIZOFRENIA

Definisi
Skizofrenia adalah gangguan psikotik berat. Gangguan psikotik merupakan gangguan
psikologis berat yang ditandai dengan halusinasi dan kehilangan kontak dengan realitas.
Skizofrenia menyebabkan gangguan yang khas dalam persepsi (halusinasi), berpikir
(delusi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Afek penderita tampak tidak wajar (inappropriate)
atau tumpul (blunted). Secara kuantitatif, kesadaran masih jernih (clear consciousness) dan
kemampuan intelektual biasanya masih terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat saja berkembang di kemudian hari. (7,8)

23
Etiologi
Banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari penyebab skizofrenia. Dari berbagai
penelitian ini, muncul teori dan faktor- faktor yang dapat menyebabkan seseorang menderita
skizofrenia.
1. Faktor genetik
Dalam buku Psikologi Abnormal (Durrand, 2007) disebutkan tidak ada satu gen tunggal
pun yang bertanggung jawab atas terjadinya skizofrenia. Sebaliknya, banyak gen saling
berkombinasi untuk menghasilkan kerentanan. Dari suatu penelitian (Gottessman, 1991)
didapati peningkatan resiko skizofrenia bila ada anggota keluarga yang juga menderita
gangguan ini.

Hubungan Faktor Genetik dan Skizofrenia (7)


Peningkatan
Hubungan Keluarga
Resiko
Kembar monozigotik 45%
Anak dengan kedua orangtua skizofrenia 42%
Kembar dizigotik 35%
Anak dengan satu orangtua skizofrenia 32%
Saudara kandung 12%
Cucu 12%
Paman/ bibi 3%

2. Pengaruh Neurobiologis (7,8)


 Pengaruh dopamin dan neurotransmiter lainnya
Teori ini mengemukakan pada pasien skizofrenia terdapat peningkatan aktivitas
dopaminergik, terutama dopamin tipe 2 (Carlsson, 1995; Maas dkk, 1997). Hal ini
dibuktikan dengan pemberian obat- obat antipsikotik yang memblok reseptor
dopamin dapat mengurangi gejala skizofrenia. Neurotransmiter lain yang dianggap
berperan adalah serotonin, norepineprin, dan GABA. Beberapa pasien skizofrenia
ditemukan kehilangan neuron GABA-ergik di dalam hipokampus. Hilangnya neuron
inhibitor ini menyebabkan hiperaktivitas dopaminergik dan noradrenergik.

 Struktur otak
Penelitian menunjukkan struktur otak pasien skizofrenia memiliki ukuran ventrikel
lateral yang lebih besar dibandingkan orang normal. Ventrikel yang ukurannya lebih
besar ini menyebabkan kerentanan skizofrenia. Penelitian lain melihat keterlibatan
lobus frontalis otak yang kurang aktif. Lobus frontalis merupakan area untuk berpikir
dan bernalar. Hipofrontalis ini mungkin memainkan peranan dalam gejala negatif.

 Infeksi virus

24
Teori ini menyebutkan skizofrenia lebih banyak terjadi pada orang yang tinggal di
daerah padat penduduk, yang lebih banyak terpapar sumber infeksi. Paparan
influenza pada ibu hamil di trimester kedua juga meningkatkan resiko skizofrenia
pada anak yang dilahirkan.

3. Pengaruh psikologis dan sosial


Teori ini melihat pengaruh stress dan lingkungan sosial yang menyebabkan skizofrenia.

Epidemiologi
Di seluruh dunia, prevalensi seumur hidup skizofrenia sama antara laki- laki dan perempuan.
Prevalensi secara umum diperkirakan sekitar 0,2% sampai 1,5%. Pada laki- laki onset pada
usia 15-25 tahun. Pada perempuan onset pada usia 25-35 tahun.

Gejala Klinis
Gejala Positif Gejala Negatif
1. Delusi 1. Afek tumpul (blunted effect)
2. Halusinasi 2. Menarik diri secara emosional maupun sosial
3. Gejala disorganisasi bentuk dan isi 3. Sulit berpikr abstrak
pikiran 4. Pikiran yang stereotype
4. Disorganisasi dalam pembicaraan 5. Spontanitas berkurang
5. Agitasi 6. Alogia
Defisiensi dalam jumlah atau isi pembicaraan.
Bila ditanya, pasien menjawab dengan jawaban
pendek- pendek saja.
7. Avolisi
Kehilangan minat untuk melakukan kegiatan,
bahkan fungsi- fungsi dasar sehari- hari seperti
makan, mandi dll.
8. Anhedonia
Tiada perasaan senang. Pasien skizofrenia tidak
perduli terhadap kegiatan yang menyenangkan,
termasuk makan, interaksi sosial dan hubungan
seksual.

Klasifikasi

PPDGJ III DSM IV- TR


1. Skizofrenia paranoid 1. Skizofrenia paranoid
2. Skizofrenia hebrefenik 2. Skizofrenia hebrefenik
3. Skizofrenia katatonik 3. Skizofrenia katatonik

25
4. Skizofrenia tak tergolongkan 4. Skizofrenia tak tergolongkan
5. Post schizophrenic depression 5. Skizofrenia residual
6. Skizofrenia residual
7. Simple schizophrenia
8. Other schizophrenia

Kriteria Diagnostik
Pada skizofrenia harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan aspek perilaku pribadi. Perubahan itu berupa hilangnya minat, hidup tidak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, penarikan diri secara sosial.
Berdasarkan PPDGJ-III, kriteria untuk menegakkan diagnosis skizofrenia adalah apabila
ditemukan satu gejala utama (a-d) secara jelas , atau dua dari gejala tambahan (f-h) apabila
gejala utama kurang jelas. Gejala sudah berlangsung lebih dari 1 bulan dan pasien dalam
keadaan kompos mentis.

a. Terdapat gangguan isi pikiran, yakni pikiran yang bergema dan berulang- ulang (thought
echo), penanaman pikiran (thought insertion) , penarikan pikiran (thought withdrawal),
dan siar pikiran (thought broadcasting).

b. Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak
cocok dengan inteligensi dan latar belakang kebudayaannya meskipun sudah dibuktikan
hal itu mustahil. Keyakinan tentang dirinya yang dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar (delusion of control). Waham yang lain dapat berupa waham tentang dirinya yang
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tetentu dari luar (delusion of influence), waham tentang
dirinya yang tidak berdaya dan pasrah pada kekuatan tertentu dari luar (delusion of
passivity), dapat pula berupa “delusional perception” suatu pengalaman inderawi yang tak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
Tentang “dirinya”, hal ini dimaksudkan bahwasanya secara jelas hal tersebut merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus.

26
c. Halusinasi auditori
Dapat berupa suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien. Terkadang mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah
satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,
atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

e. Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (blocking) atau yang mengalami sisipan, yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.

g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas lilin, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap yang sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial. Tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Kriteria Diagnostik untuk Subtipe Skizofrenia

1. Skizofrenia Paranoid
 Gejala utama: halusinasi/waham menonjol seperti mengancam pasien/memberi
perintah tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung atau bunyi tawa.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan,gejala katatonik relative tidak
nyata/tidak menonjol.
 Gejala tambahan: epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan.

27
Pedoman diagnostik : memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ditambah
gangguan utama.

2. Skizofrenia Hebefrenik
 Gejala utama :
- Perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, manerisme,
menyendiri, hampa tujuan atau perasaan.
- Afek dangkal dan tidak wajar, perasaan puas, senyum sendiri, tinggi hati ungkapan
kata yang diulang dan disertai oleh cekikikan.
- Proses pikir mengalami disorganisasi, pembicaraan tidak menentu serta inkoheren
 Gejala tambahan :
- Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan proses pikir menonjol.
- Halusinasi dan waham ada tapi tidak menonjol.
- Adanya preokupasi dangkal yang bersifat dibuat-buat terutama yang bersifat abstrak
Pedoman diagnostik: pertama kali diberikan pada usia remaja/dewasa muda (biasa usia
15-25 tahun).

3. Skizofrenia Katatonik
 Gejala utama :
- Memiliki gambaran klinis stupor, gaduh-gelisah, menampilkan posisi tubuh tertentu
dan mempertahankannya negatifisme, rigiditas, fleksibilitas cerea (waxy flexibility)
serta “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah) dan
pengulangan kata serta kalimat.
- Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik atau
alkohol dan obat-obatan serta dapat terjadi pada gangguan afektif.
Pedoman Diagnostik : memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia dan terdapat
1/lebih dari gangguan utama. Pada pasien yang tidak komunikatif, diagnosis skizofrenia
harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang gejala lain.

4. Skizofrenia Tak Terinci


Pedoman diagnostik: memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Tidak memenuhi
kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid dan katatonik. Tidak memenuhi kriteria
untuk skizofrenia residual/depresi pasca skizofrenia

5. Depresi Pasca Skizofrenia


Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode
depresi

28
Pedoman Diagnostik: pasien memenuhi kriteria skizofrenia selama 12 bulan terakhir ini.
Beberapa gejala skizofren tetap ada tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya.
Gejala gejala depresi menonjol dan mengganggu, memenuhi paling sedikit criteria
episode depresif dalam kuru waktu paling sedikit 2 minggu

6. Skizofrenia Residual
Pedoman diagnostik
- Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya: perlambatan psikomotorik
dan aktifitas menurun.
- Ada riwayat episode psikotik yang jelas dimasa lampau.
- Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu 1 tahun dimana intensitas dan frekuensi
telah sangat berkurang .
- Tidak terdapat demensia /gangguan otak organik lain.

7. Skizofrenia Simpleks
Gejala utama : kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan sub tipe skizofrenia lainnya
Pedoman diagnostik :
Diagnosisnya tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan
progresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Disertai perubahan-
perubahan perilaku pribadi yang bermakna, kehilangan minat yang mencolok , tidak
berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup dan menarik diri secara sosial.

Diagnosis Banding
1. Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat
Gejala psikosis atau katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis
atau katatonis disebabkan kondisi medis non psikiatri, maka didiagnosis sebgai
gangguan psikotik akibat kondisi medis umum atau gangguan psikotik akibat zat.
Anamnesis lengkap dan pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menyingkirkan
diagnosis banding ini.

2. Berpura- pura dan Gangguan Buatan


Diagnosis berpura- pura atau gangguan buatan diberikan kepada orang yang meniru
gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Berpura- pura
skizofrenia (malingering) biasanya dilakukan seseorang yang memiliki masalah hukum
atau finansial.

29
3. Gangguan Psikotik lain
Gangguan psikotik yang mirip dengan skizofrenia adalah skizofreniform, gangguan
psikotik singkat & gangguan skizoafektif. Perbedaan skizofrenia dengan skizofreniform
dilihat dari durasi gejalanya. Pada skizofreniform gejalanya lebih dari satu bulan tapi
kurang dari enam bulan. Gangguan psikotik singkat bila gejala hanya berlangsung
sekurangnya satu hari tetapi tidak lebih dari satu bulan. Gangguan skizoafektif adalah
diagnosis yang tepat jika sindrom manik atau depresif berkembang bersama- sama
dengan gejala utam skizofrenia.

4. Gangguan Mood
Membedakan skizofrenia dengan gangguan mood cukup sulit dilakukan. Pemeriksaan
mental dan anamnesis lengkap sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Gejala
afektif atau mood pada skizofrenia harus relatif singkat dibandingkan gejala utama.

5. Gangguan Kepribadian
Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri skizofrenia.
Gangguan kepribadian skizotipal, skizoid dan ambang adalah gangguan kepribadian
dengan gejala yang paling mirip. Perbedaanya telah dikemukakan di pembahasan
gangguan kepribadian.

Prognosis
Beberapa penelitian menunjukkan, hanya 10%-20% pasien yang telah mendapat perawatan
psikiatrik yang memiliki hasil yang baik. Lebih dari 50% pasien memiliki hasil yang buruk,
dengan eksaserbasi gejala, perawatan berulang di rumah sakit, episode gangguan mood
berat dan percobaan bunuh diri. (8)
Rentang angka pemulihan dari 10%-60%. 20-30% dari semua pasien skizofrenik mampu
menjalani kehidupan yang agak normal. 20%-30% dari pasien terus mengalami gejala yang
sedang. 40%-60% pasien terus terganggu secara bermakna.

30
Prognosis Baik Prognosis Buruk
1. Onset lambat 1. Onset muda
2. Faktor pencetus jelas 2. Tidak ada faktor pencetus
3. Onset akut 3. Onset tidak jelas
4. Riwayat seksual, sosial, dan pekerjaan 4. Riwayat sksual, sosial dan perkerjaan pramorbid
pramorbid yang baik. yang buruk.
5. Gejala gangguan mood (terutama 5. Perilaku menarik diri dan autistic
gangguan depresif 6. Sistem pendukung yang buruk
6. Menikah 7. Gejala negatif
7. Riwayat keluarga gangguan mood 8. Tanda dan gejala neurologis
8. Sistem pendukung yang baik 9. Riwayat trauma perinatal
9. Gejala positif 10.Tidak ada remisi dalam tiga tahun
11.Sering relaps

Terapi
1. Perawatan di rumah sakit
Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah:
- Tujuan diagnostik
- Menstabilkan medikasi
- Keamanan pasien yang memiliki keinginan bunuh diri atau membunuh
- Perilaku yang sangat kacau dan tidak sesuai
- Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian dan tempat
tinggal.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stress pasien dan membantu mereka
menyusun aktivitas harian. Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung pada
keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.
Perawatan singkat di rumah sakit (4-6 minggu) sama efektifnya dengan perawatan
jangka panjang di rumah sakit. Pendekatan perilaku aktif lebih efektif daripada hanya
diberikan terapetik.

2. Terapi somatik
Dengan pemberian antipsikotik dan obat- obatan lain yang akan dijelaskan di
pembahasan selanjutnya.

3. Terapi psikososial
Dengan menggunakan terapi perilaku, berorientasi keluarga, kelompok dan individual.

31
- Psikoterapi perilaku ditujukan kepada kelebihan dan kekurangan pasien. Keterampilan
sosial pasien dilatih untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi
diri sendiri, dan komunikasi interpersonal. Latihan ini diikuti dengan pemberian pujian
atau hadiah yang dapat meningkatkan semangat pasien untuk berlatih.
- Psikoterapi berorientasi keluarga ini melibatkan anggota keluarga pasien. Pemahaman
keluarga mengenai skizofrenia akan sangat membantu terapi ini. Sejumlah penelitian
menemukan, terapi keluarga efektif dalam menurunkan relaps.
- Psikoterapi kelompok biasanya berpusat pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Terapi ini berguna untuk menurunkan isolasi sosial, meningkatkan
rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas pada pasien.
- Psikoterapi individual dilakukan dokter psikiatrik dengan menjalin hubungan dokter
pasien yang baik. Pasien skizofrenia seringkali sulit untuk percaya dengan orang lain.
Dokter psikiatri harus mampu menumbuhkan rasa percaya pasien terhadapnya.
Kepercayaan ini membuat pasien tetap mengikuti psikoterapi, patuh dengan medikasi
dan mempunyai hasil yang baik

E. OBAT ANTIPSIKOTIK
Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan psikotropik. Obat psikotropik adalah
obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman (WHO,1966). Antipsikotik
atau dikenal juga dengan istilah neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun
(10)
kronik . Antipsikotik bekerja dengan menduduki reseptor dopamin, serotonin dan
beberapa reseptor neurotransmiter lainnya.
Pemakaian antipsikotik pada skizofrenia harus mengikuti lima prinsip utama (8).
1. Klinisi harus cermat menentukan gejala yang akan diobati.
2. Antipsikotik yang memberikan efek yang baik pada pasien di masa lalu harus
digunakan lagi.
3. Lama minimal percobaan antipsikotik empat sampai enam minggu dengan dosis
yang adekuat. Jika tidak berhasil, dapat diganti dengan antipsikotik jenis lain.
4. Jarang diindikasikan penggunaan lebih dari antipsikotik sekaligus.
5. Pasien harus dipertahankan dalam dosis efektif minimal.

32
Berdasarkan afinitas terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) dan efek samping yang
ditimbulkannya, obat ini dibagi ke dalam dua kelompok yakni antipsikotik generasi pertama
(tipikal) dan antipsikotik generasi kedua ( atipikal) (11).

Antipsikotik Generasi Pertama (Tipikal) Antipsikotik Generasi Kedua (Atipikal)


a. High Potency - Aripiprazol
- Haloperidol - Clozapine
- Flupenazin - Olanzapin
- Pimozid - Paliperidon
b. Low Potency - Risperidon
- Klorpromazin (CBZ/ Largactil) - Ziprasidon
- Proclorperazin - Quatiapine
- Tioridazin

1. Antipsikotik Tipikal
- Berikatan kuat dengan reseptor dopamine tipe 2.
- Diberikan saat pasien mengalami gejala positif.
- Efek antipsikotik terlihat beberapa hari atau minggu setelah mengkonsumsi obat.
Perbaikan gejala didapat setelah obat menduduki reseptor dopamine di mesolimbik.
- Lebih sering menyebabkan gejala ekstrapiramidal.

2. Antipsikotik Atipikal
- Bekerja pada reseptor dopamine dan serotonin.
- Diberikan saat pasien mengalami gejala negatif.
- Efek samping tersering gejala ekstrapiramidal yang lebih ringan dan penambahan
berat badan.

(Sumber: Lippincott’s Illustrated Reviews: Pharnacology, 4th Edition.

33
Efek Terapetik lainnya
1. Antiemetik
2. Sedasi
3. Menghilangkan cegukan
4. Pengobatan bipolar disorder (acute mania)

Efek Samping Antipsikotik (11, 12)


1. Gejala ekstrapiramidal
Gejala ekstrapiramidal timbul akibat blokade reseptor dopamine 2 di basal ganglia
(putamen, nukleus kaudatus, substansia nigra, nukleus subthalamikus, dan globus
palidus). Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan mekanisme dopaminergik dan kolinergik
sehingga sistem ekstrapiramidal terganggu. Paling sering disebabkan antipsikotik tipikal
potensi tinggi. Gejala ini dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:

a. Reaksi Distonia Akut (ADR)


Terjadi spasme atau kontraksi involunter akut dari satu atau lebih kelompok otot
skelet. Kelompok otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, leher, lidah atau
otot ekstraokuler, bermanifestasi sebagai tortikolis, disastria bicara, krisis okulogirik
dan sikap badan yang tidak biasa. Reaksi distonia akut sering sekali terjadi dalam
satu atau dua hari setelah pengobatan antipsikosis dimulai, tetapi dapat terjadi kapan
saja. Keadaan ini terjadi pada kira-kira 10% pasien, lebih lazim pada pria muda, dan
lebih sering dengan neuroleptik dosis tinggi yang berpotensi tinggi, seperti haloperidol
dan flufenazine. Reaksi distonia akut dapat menjadi penyebab utama dari
ketidakpatuhan pemakaian obat.

b. Akatisia
Akatisia merupakan gejala ekstrapiramidal yang paling sering terjadi akibat
antipsikotik. Kemungkinan terjadi pada sebagian besar pasien terutama pada populasi
pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang gelisah, gugup, keinginan untuk
tetap bergerak dan sulit tidur. Akatisia dapat menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik
akibat perasaan tidak nyaman yang ekstrim. Hal ini menjadi salah satu penyebab
ketidakpatuhan pengobatan.

c. Sindrom Parkinson
Merupakan gejala ekstrapiramidal yang dapat dimulai berjam-jam setelah dosis
pertama antipsikosi atau dimulai secara berangsur-angsur setelah pengobatan
bertahun-tahun. Manifestasinya meliputi gaya berjalan membungkuk, hilangnya

34
ayunan lengan, akinesia, tremor dan rigiditas. Akinesia menyebabkan penurunan
spontanitas, apati dan kesukaran untuk memulai aktifitas normal. Terkadang, gejala
ini dikelirukan dengan gejala negatif skizofrenia.

d. Tardive Diskinesia
Manifestasi gejala ini berupa gerakan dalam bentuk koreoatetoid abnormal, gerakan
otot abnormal, involunter, mioklonus, balistik, atau seperti tik. Ini merupakan efek yang
tidak dikehendaki dari obat antipsikotik. Hal ini disebabkan defisiensi kolinergik yang
relatif akibat supersensitif reseptor dopamine di puntamen kaudatus. Prevalensi
tardive diskinesia diperkirakan terjadi 20-40% pada pasien yang berobat lama.
Sebagian kasus sangat ringan dan hanya sekitar 5% pasien memperlihatkan gerakan
berat nyata. Faktor predisposisi meliputi umur lanjut, jenis kelamin wanita, dan
pengobatan berdosis tinggi atau jangka panjang.

2. Neuroleptic Malignant
Neuroleptic malignant adalah suatu sindrom yang terjadi akibat komplikasi serius dari
penggunaan obat antipsikotik. Sindrom ini merupakan reaksi idiosinkratik yang tidak
tergantung pada kadar awal obat dalam darah. Sindrom tersebut dapat terjadi pada
dosis tunggal antipsikotik (phenotiazine, thioxanthene, atau neuroleptikal atipikal).
Biasanya berkembang dalam 4 minggu pertama setelah dimulainya pengobatan. SNM
sebagian besar berkembang dalam 24-72 jam setelah pemberian antipsikotik atau
perubahan dosis (biasanya karena peningkatan). Sindroma neuroleptik maligna dapat
menunjukkan gambaran klinis yang luas dari ringan sampai dengan berat. Gejala
disregulasi otonom mencakup demam, diaphoresis, tachipnea, takikardi dan tekanan
darah meningkat atau labil. Gejala ek,d strapiramidal meliputi rigiditas, disfagia, tremor
pada waktu tidur, distonia dan diskinesia. Tremor dan aktivitas motorik berlebihan dapat
mencerminkan agitasi psikomotorik. Konfusi, koma, mutisme, inkotinensia dan delirium
mencerminkan terjadinya perubahan tingkat kesadaran.

3. Peningkatan berat badan


Paling sering karena pengobatan antipsikotik atipikal. Nafsu makan yang meningkat erat
kaitannya dengan blokade reseptor alpha1- adrenergic dan Histaminergic.

4. Peningkatan prolactin
Blokade reseptor dopamine 2 di hipotalamus menyebabkan berkurangnya pembentukan
prolactin release factor. Akibatnya, faktor inhibitor prolaktin ke hipofisis berkurang

35
sehingga terjadi peningkatan kadar prolaktin. Pada perempuan didapati sekresi
payudara, sedangkan pada pria didapati ginekomasti.

5. Efek blokade reseptor kolinergik


- Pandangan kabur
- Mulut kering (kecuali klozapin yang meningkatkan salvasi)
- Penurunan kontraksi smooth muscle sehingga terjadi konstipasi dan retensi urin.

6. Efek blokade reseptor adrenergik : hipotensi ortostatik.

8. ULASAN
Pada saat pleno pakar muncul pertanyaan mengapa gejala positif memiliki prognosis
yang lebih baik dibandingkan dengan gejala negatif. Menurut Sinopsis Psikiatri (Kaplan,
2010), pasien skizofrenia dengan gejala positif cenderung membaik dengan berjalannya
waktu (8). Hal ini dikarenakan pasien dengan gejala positif memiliki interaksi sosial yang lebih
baik dibandingkan dengan gejala negatif. Beberapa penelitian lebih melihat hubungan gejala
negatif dengan prognosis buruk (Roff & Knight 1978; Johnstone et al. 1979; Knight et al.
1979; Kolakowska et al. 1985; Pogue-Geile & Harrow 1985; Biehl et al. 1986; Keefe et al.
1987; Munk-Jorgensen & Mortensen 1989; Breier et al. 1991; Fenton & McGlashan 1992).
Dari hasil penelitian itu didapatkan, disfungsi psikosial pada gejala negatif meningkatkan
perburukan/ keparahan skizofrenia. Namun, penelitian lain juga menemukan bahwa pasien
dengan gejala positif juga banyak mengalami perburukan (Pogue-Geile & Harrow 1984;
(13).
Keefe et al. 1987; Breier et al. 1991) Pada tabel prognosis skizofrenia, dapat kita lihat
bahwa membaik atau memburuknya keadaan pasien ditentukan oleh banyak faktor.
Memang salah satu faktor yang mengarah pada perbaikan pasien adalah gejala positif.
Namun faktor- faktor lain juga turut mempengaruhi, sehingga gejala positif tidak selalu
memiliki prognosis yang baik.
Pertanyaan lain yang muncul adalah bagaimana mekanisme mata mendelik, yaitu salah
satu efek samping dari obat antipsikotik. Mata mendelik (oculogyric crisis) merupakan salah
satu gejala distonia. Penyebabnya akibat blokade reseptor dopamin di basal ganglia
(nigrostriatal) karena obat antipsikotik. Dari beberapa referensi yang saya baca, tidak
dijelaskan secara detail bagaimana oculogyric crisis terjadi. (12,13)
Pertanyaan lainnya adalah obat apa yang seharusnya diberikan pada pasien setelah
ada efek samping. Obat yang digunakan pada kasus kita adalah haloperidol. Haloperidol
merupakan salah satu obat antipsikotik tipikal potensi tinggi dan efek samping
ekstrapiramidal yang ditimbulkannya sangat besar. Menurut Kaplan (2010) haloperidol dapat
diganti dengan obat atipikal, risperidon. Risperidon merupakan obat lini pertama untuk

36
mengobati skizofrenia. Kemungkinan obat ini lebih aman dan lebih efektif daripada obat
antagonis dopaminergik tipikal. Selain risperidon, diindikasikan juga clozapine yang
dinyatakan efektif dan kurang gejala ekstrapiramidalnya. Namun obat ini mahal dan disertai
insidensi 1% terjadinya agranulositosis. Karena itu, pasien yang mendapat pengobatan
dengan clozapin harus melakukan pemeriksaan darah lengkap tiap dua minggu. (8)
Pertanyaan terakhir saat pleno pakar adalah bagaimana membedakan skizofrenia asli
dan skizofrenia pura- pura. Skizofrenia pura- pura (malingering psychosis) merupakan
sebutan bagi orang yang bukan menderita skizofrenia tetapi meniru gejala skizofrenia.
Untuk membedakannya, dapat digunakan penilaian status mental, anamnesis riwayat hidup
dan pemantauan pasien. Pemantauan dilakukan untuk melihat apakah gejala skizofrenia
benar atau hanya berpura- pura. Pada pasien juga dilakukan penelusuran mengenai
kemungkinan motif penyebab kepura- puraan. Biasanya terdapat salah satu dari lima alasan
yang menyebabkan seseorang melakukan malingering psychosis. Satu, berhubungan
dengan kriminalitas, untuk menghindari hukuman maupun eksekusi. Kedua, untuk
menghindari wajib militer. Ketiga untuk mendapatkan bantuan finansial atau asuransi.
Keempat, dilakukan oleh tahanan penjara untuk mendapatkan obat atau pemindahan tempat
ke rumah sakit jiwa. Kelima untuk mendapatkan fasilitas gratis, berupa makanan, pakaian
dan tempat tinggal. (8,14)

9. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan:
- Mekanisme pertahanan ego adalah suatu mekanisme pertahanan diri untuk
menghadapi realitas eksternal yang penuh tantangan. Mekanisme ini menjaga
keseimbangan antara dorongan dalam diri dengan realitas eksternal.
- Mekanisme pertahanan ego tidak selalu maladaptif dan patologis. Bila individu
menggunakan mekanisme ini dengan efektif dan sesuai dengan perkembangan, maka
mekanisme ini berguna dalam proses adaptasi dengan lingkungan eksternal.
- Mekanisme pertahanan ego dibagi menjadi tiga,yakni: matang, tidak matang dan
(primitif) tergantung, dari keefektifan pemakaian dan kesesuaian dengan
perkembangan.
- Mekanisme pertahanan ego primitif banyak ditemukan pada orang yang mempunyai
gangguan kepribadian dan psikotik.
- Gangguan kepribadian adalah suatu pola atau sifat kepribadian yang tidak fleksibel
dan maladaptif, yang bersifat menetap dalam mempersepsi, memikirkan dan
berhubungan dengan lingkungan dan diri sendiri.

37
- Menurut DSM IV terdapat 10 jenis gangguan kepribadian, yakni: paranoid, skizoid,
skizotipal, ambang, antisosial, histrionik, narsistik, menghindar, dependen dan obsesif
kompulsif.
- Gangguan kepribadian adalah salah satu faktor penyebab skizofrenia.
- Salah satu tanda dan gejala penyakit psikiatrik dapat dilihat dari gangguan isi pikiran,
bentuk pikiran dan persepsi.
- Skizofrenia adalah gangguan psikotik berat yang ditandai dengan halusinasi, waham,
masalah perilaku dan kehilangan kontak dengan realitas.
- Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya skizofrenia, yakni faktor biologis,
pengaruh sosial dan emosional kognitif. Faktor biologis terdiri dari faktor genetik,
abnormalitas neurotransmiter, abnormalitas struktur otak dan komplikasi perinatal.
Pengaruh sosial terdiri dari lingkungan dan budaya. Pengaruh emosional dan kognitif
berhubungan dengan gangguan mood dan gangguan kepribadian.
- Menurut PPDGJ III, skizofrenia terdiri dari beberapa subtype, yakni skizofrenia
paranoid, hebrefrenik, katatonik, tak tergolongkan, depresi post skizofrenia, skizofrenia
lainnya.
- Gejala klinis skizofrenia dikelompokkan menjadi dua, yakni gejala negatif dan positif.
Gejala positif ditandai dengan halusinasi, waham, akatsia, dan agitasi. Gejala negatif
ditandai dengan penarikan diri pasien dari sosial dan minat untuk melakukan aktivitas
berkurang.
- Penatalaksaan untuk pasien skizofrenia dapat dilakukan psikoterapi di rumah sakit
atau berbasis keluarga dan pengobatan dengan obat antipsikotik.
- Antipsikotik bekerja dengan memblok reseptor dopamine.
- Berdasarkan afinitas obat dengan reseptor dopamine, antipsikotik dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu: generasi pertama (tipikal), yang bekerja pada reseptor dopamine dan
generasi kedua (atipikal) yang bekerja pada reseptor dopamine dan serotonin.
- Efek samping obat antipsikotik yaitu gejala ekstrapiramidal (terutama antipsikotik
tipikal), peningkatan berat badan (terutama antipsikotik atipikal), neuroleptik maligna,
peningkatan prolaktin, mulut kering, konstipasi, retensi urin dan hipotensi ortostatik.

Kesimpulan Kasus
Berdasarkan diskusi yang dilakukan sebanyak dua kali dan pencarian data dari berbagai
referensi, maka dapat ditarik kesimpulan untuk pemicu VI ini, yaitu Pak A menderita
skizofrenia dan setelah mendapat pengobatan dengan haloperidol timbul efek samping
gejala ekstrapiramidal.

38
10. DAFTAR PUSTAKA
1. Arif I S. Pandangan Topografis dan Pandangan Struktural Tentang Kepribadian.
In:Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian. Bandung: Refika Aditama; 2006:13-24.
2. Arif I S. Defense Mechanism. In:Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian.
Bandung: Refika Aditama; 2006:31-44.
3. Durand V M, Barlow D H. Gangguan Kepribadian. In: Heppy El Rais, eds. Psikologi
Abnormal Edisi IV Buku 2. Jakarta: Pustaka Pelajar Inc; 2007: 176-220.
4. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A. Gangguan Kepribadian. In: I Made Wiguna S,eds.
Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc; 2010:258-290.
5. Maramis, W F. Catatan Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press; 1998.
6. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A. Tanda dan Gejala Penyakit Psikiatrik. In: I Made
Wiguna S, eds. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc;
2010:466-480.
7. Durand V M, Barlow D H. Skizofrenia dan Gangguan- Gangguan Psikotik lainnya. In:
Heppy El Rais, eds. Psikologi Abnormal Edisi IV Buku 2. Jakarta: Pustaka Pelajar;
2007: 226-271.
8. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A. Skizofrenia. In: I Made Wiguna S,eds. Sinopsis
Psikiatri Jilid 1. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc; 2010: 699-743.
9. Departemen Kesehatan R I. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi ke III. Jakarta
10. Santoso S O, Wiria M S. Psikotropik. In:Sulistia G.Ganiswarna, eds. Farmakologi
dan Terapi Edisi IV. Jakarta:Gaya Baru;148-162.
11. Finkel R, Clark MA. Neuroleptics (e-book). Lippincott Williams&Wilkins. 2009.
12. Ginsberg L. Penyakit Parkinson dan Gangguan Gerakan Lainnya. In: Amalia Safitri.
Lecture Notes Neurologi Edisi 8. Ciracas: Penerbit Erlangga; 2007;100-111.
13. American Medical Network. Course of Positive and Negative Symptoms
Schizophrenia. Available at: http://www.health.am/psy/more/course-of-positive-and-
negative-symptoms/
14. Australasin Psychiatry. Malingered psychosis leading to involuntary psychiatric
hospitalization. Available at:
http://www3.interscience.wiley.com/journal/118565660/abstract?
CRETRY=1&SRETRY=0/

39
Lampiran
Kerangka Berpikir Skizofrenia

PENCETUS
1.Kejadian hidup yang traumatik.
2.Kadangan tidak ada pemicu yang jelas.
ETIOLOGI
Faktor Biologis Pengaruh Sosial Pengaruh Emosional/ Kognitif
1. Faktor genetik (riwayat skizofrenia 1. Lingkungan 1. Manifestasi aktif dari gangguan isi
di keluarga) 2. Budaya dan bentuk pikiran. (waham, delusi,
2. Komplikasi perinatal dan pembicaraan terdisorganisasi)
persalinan. 2. Gangguan kepribadian (paranoid,
3. Infeksi virus pada saat kehamilan. skizoid, skizotipal, dll)
4. Abnormalitas neurotransmiter 3. Gangguan mood
(dopamine, serotonin, GABA) 4. Mekanisme pertahanan ego yang
5. Struktur otak (ventrikel membesar, tidak sesuai dengan
lobus frontalis hipoaktif) perkembangan/ usia.

SKIZOFRENIA
PENATALAKSANAAN
1. Perawatan di rumah Gejala:
sakit
2. Psikoterapi keluarga, -kelompok
Delusi dan individu.
- Halusinasi
3. Antipsikotik (pertimbangkan efek samping)
- Gangguan bicara terdisorganisasi
Antipsikotik tipikal Antipsikotik Atipikal
- Masalah perilaku (agitasi liar, cara
- High Potency (haloperidol, Clozapine, olanzapin,
berpakaian yang tidak sesuai,
flupenazin, pimozid) paliperidon, risperidon,
kurangnya hygiene diri)
- Low Potency (klorpromazin, ziprasidon, quatiapine.
- Menarik diri dari pergaulan sosial
proclorperazin, tioridazin)

PROGNOSIS
- 10-20% pasien yang mendapat perawatan psikiatrik prognosisnya baik.
- >50% hasilnya buruk.
- 20-30% mampu menjalani hidup agak normal, 20-30% mengalami gejala
sedang, 60% terganggun seumur hidup.

40

You might also like