You are on page 1of 23

Anton Kurniawan IXD/1 Henry IXD/12

Michael Adrian IXD/21 Rudolf Alexander IXD/26


• Pada bulan 5 Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Presiden Soekarno
menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden.

• Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit


yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka.

• Isi dari Dekrit tersebut antara lain :


1. Pembubaran Konstituante.
2. Pemberlakuan kembali UUD '45 dan tidak berlakunya UUDS 1950.
3. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
4. Tidak berlakunya kembali UUDS 1950 atau UUD sementara.
• Soekarno juga membubarkan
Konstituante yang ditugasi untuk
menyusun Undang-Undang Dasar
yang baru, dan sebaliknya
menyatakan diberlakukannya kembali
Undang-Undang Dasar 1945, dengan
semboyan "Kembali ke UUD' 45".
• Soekarno memperkuat tangan
Angkatan Bersenjata dengan
mengangkat para Jenderal militer ke
posisi-posisi yang penting.
Dampak positif diberlakukannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai berikut:
1. Menyelamatkan negara dari perpecahan dan
krisis politik berkepanjangan.
2. Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD
1945 bagi kelangsungan negara.
3. Merintis pembentukan lembaga tertinggi
negara, yaitu MPRS dan lembaga tinggi negara
berupa DPAS yang selama masa Demokrasi
Parlemen tertertunda pembentukannya.
Dampak negatif diberlakukannya Dekrit Presiden 5
Juli 1959, adalah sebagai berikut:
1. Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni
dan konsekuen. UUD 45 yang harusnya menjadi
dasar hukum konstitusional penyelenggaraan
pemerintahan pelaksanaannya hanya menjadi
slogan-slogan kosong belaka.
2. Memberi kekeuasaan yang besar pada presiden,
MPR,dan lembaga tinggi negara. Hal itu terlihat
pada masa Demokrasi terpimpin dan berlanjut
sampai Orde Baru.
3. Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam
bidang politik. Sejak Dekrit, militer terutama
Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang
disegani. Hal itu semakin terlihat pada masa Orde
Baru dan tetap terasa sampai sekarang.
1. Dominasi dari Presiden (dalam hal ini
Presiden Soekarno)
2. Berkonsepsi NASAKOM (nasionalisme,
agama, komunisme)
3. Konstitusi UUD 1945
4. Kebebasan partai dibatasi
5. Presiden cenderung berkuasa mutlak
sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan.
6. Pemerintah berusaha menata kehidupan
politik sesuai dengan UUD 1945.
7. Dibentuk lembaga-lembaga negara antara
lain MPRS,DPAS, DPRGR dan Front Nasional.
I.
Politik
 Terjadi persaingan PKI vs Militer (AD)
 Nasakomisasi di segala bidang
 Sistem kabinet parlementer dirubah
Presidensial
 Kekuasaan bersifat mutlak dibawah
presiden
 Lembaga negara dibentuk berdasar
penetapan presiden contoh:MPRS, DPAS,
DPR-GR & DEPERNAS
II. Bidang Luar Negeri
1. Indonesia menjalankan politik Mercusuar
2. Indonesia Keluar dari PBB dengan Pidato
“Membangun Dunia baru”
3. Indonesia cenderung ke Blok Timur Poros
Jakarta-Beijing, Jakarta-Pyongyang, Jakarta-
Moskow
4. Indonesia ikut Membentuk NEFO (negara yang
antiimperialisme)
C. KEHIDUPAN SETELAH DEKRIT PRESIDEN
III. NASAKOM dan MANIFESTO POLITIK
• NASAKOM adalah konsepsi presiden yang
mewakili 3 golongan:
1.Nasionalis (PNI)
2.Agama (NU)
3.Komunis (PKI)
• Pidato presiden “Manifesto Politik”
berasaskan USDEK :
1.Unitarisme
2.Sosialisme
3.Demokrasi terpimpin
4.Ekonomi Terpimpin
5.Kepribadian indonesia
I. Bidang Politik

1. Presiden membubarkan DPR hasil Pemilu tahun 1955 karena


tidak menyetujui RAPBNdiganti DPR-GR. Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena DPR
menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah.
Presiden selanjutnya menyatakan pembubaran DPR dan
sebagai gantinya presiden membentuk Dewan Perwakilan
Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Dimana semua anggotanya
ditunjuk oleh presiden. Peraturan DPRGR juga ditentukan oleh
presiden. Sehingga DPRGR harus mengikuti kehendak serta
kebijakan pemerintah. Tindakan presiden tersebut
bertentangan dengan UUD 1945 sebab berdasarkan UUD
1945 presiden tidak dapat membubarkan DPR.
I. Bidang Politik

2. Ir.Soekarno diangkat sebagai presiden seumur hidup.


Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di
bawah MPR. Akan tetapi, kenyataannya bertentangan dengan
UUD 1945, sebab MPRS tunduk kepada Presiden. Presiden
menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS. Hal
tersebut tampak dengan adanya tindakan presiden untuk
mengangkat Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana
Menteri III serta pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih
dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang
masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak
memimpin departemen.
I. Bidang Politik

3. Pidato “Manifesto Politik” dijadikan GBHN


Pidato presiden yang berjudul
”Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada
tanggal 17 Agustus 1959 yang dikenal
dengan Manifesto Politik Republik
Indonesia (Manipol) ditetapkan sebagai
GBHN atas usul DPA yang bersidang
tanggal 23-25 September 1959.
I. Bidang Politik

4. Anggota MPRS diangkat dan diberhentikan


presiden
Pengangkatan Ketua MPRS dirangkap
oleh Wakil Perdana Menteri III serta
pengangkatan wakil ketua MPRS yang dipilih
dan dipimpin oleh partai-partai besar serta
wakil ABRI yang masing-masing
berkedudukan sebagai menteri yang tidak
memimpin departemen.
II. Bidang Luar Negeri

1. Politik Konfrontasi Nefo dan Oldefo


• Terjadi penyimpangan dari politik luar negeri bebas aktif yang menjadi
cenderung condong pada salah satu poros. Saat itu Indonesia
memberlakukan politik konfrontasi yang lebih mengarah pada negara-
negara kapitalis seperti negara Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Politik Konfrontasi tersebut dilandasi oleh pandangan tentang Nefo
(New Emerging Forces) dan Oldefo (Old Established Forces)
• Nefo merupakan kekuatan baru yang sedang muncul yaitu negara-
negara progresif revolusioner (termasuk Indonesia dan negara-negara
komunis umumnya) yang anti imperialisme dan kolonialisme.
• Oldefo merupakan kekuatan lama yang telah mapan yakni negara-
negara kapitalis yang neokolonialis dan imperialis (Nekolim).
• Untuk mewujudkan Nefo maka dibentuk poros Jakarta-Phnom Penh-
Hanoi-Peking-Pyong Yang. Dampaknya ruang gerak Indonesia di forum
internasional menjadi sempit sebab hanya berpedoman ke negara-
negara komunis.
D. PENYIMPANGAN
DEMOKRASI TERPIMPIN
II. Bidang Luar Negeri

2. Politik Konfrontasi Malaysia


• Indonesia juga menjalankan politik konfrontasi dengan
Malaysia. Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak
setuju dengan pembentukan negara federasi Malaysia yang
dianggap sebagai proyek neokolonialisme Inggris yang
membahayakan Indonesia dan negara-negara blok Nefo.
• Dalam rangka konfrontasi tersebut Presiden mengumumkan
Dwi Komando Rakyat (Dwikora) pada tanggal 3 Mei 1964,
yang isinya sebagai berikut.
• Perhebat Ketahanan Revolusi Indonesia.
• Bantu perjuangan rakyat Malaysia untuk membebaskan diri
dari Nekolim Inggris.
• Pelaksanaan Dwikora dengan mengirimkan sukarelawan ke
Malaysia Timur dan Barat menunjukkan adanya campur
tanggan Indonesia pada masalah dalam negeri Malaysia.
II. Bidang Luar Negeri

3. Politik Mercusuar
• Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau
menganggap bahwa Indonesia merupakan mercusuar yang dapat
menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia.
• Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek besar
dan spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia
pada kedudukan yang terkemuka di kalangan Nefo. Proyek-proyek
tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar mencapai milyaran
rupiah diantaranya diselenggarakannya GANEFO (Games of the
New Emerging Forces ) yang membutuhkan pembangunan
kompleks Olahraga Senayan serta biaya perjalanan bagi delegasi
asing.
• Pada tanggal 7 Januari 1965, Indonesia keluar dari keanggotaan
PBB sebab Malaysia diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB.
II. Bidang Luar Negeri

4. Politik Gerakan Non-Blok


• Gerakan Non-Blok merupakan gerakan persaudaraan
negara-negara Asia-Afrika yang kehidupan politiknya tidak
terpengaruh oleh Blok Barat maupun Blok Timur.
• Selanjutnya gerakan ini memusatkan perjuangannya pada
gerakan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika dan
mencegah perluasan Perang Dingin.
• Keterlibatan Indonesia dalam GNB menunjukkan bahwa
kehidupan politik Indonesia di dunia sudah cukup maju.
• GNB merupakan gerakan yang bebas mendukung
perdamaian dunia dan kemanusiaan. Bagi RI, GNB
merupakan pancaran dan revitalisasi dari UUD1945 baik
dalam skala nasional dan internasional.
1. Pembentukan Badan Perancang
Pembangunan Nasional (Bappenas)
• Untuk melaksanakan pembangunan
ekonomi di bawah Kabinet Karya maka
dibentuklah Dewan Perancang Nasional
(Depernas) pada tanggal 15 Agustus 1959
dipimpin oleh Moh. Yamin dengan
anggota berjumlah 50 orang.
2. Penurunan Nilai Uang (Devaluasi)
• Tujuan dilakukan Devaluasi :
• Guna membendung inflasi yang tetap tinggi
• Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat
• Meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.
• Maka pada tanggal 25 Agustus 1959 pemerintah mengumumkan
keputusannya mengenai penuruan nilai uang (devaluasi), yaitu sebagai
berikut.
• a. Uang kertas pecahan bernilai Rp. 500 menjadi Rp. 50
• b. Uang kertas pecahan bernilai Rp. 1.000 menjadi Rp. 100
• c. Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp. 25.000
• Tetapi usaha pemerintah tersebut tetap tidak mampu mengatasi
kemerosotan ekonomi yang semakin jauh, terutama perbaikan dalam
bidang moneter. Para pengusaha daerah di seluruh Indonesia tidak
mematuhi sepenuhnya ketentuan keuangan tersebut.
3. Deklarasi Ekonomi (Dekon)
• Latar belakang dikeluarkan Deklarasi
Ekonomi adalah karena:
• Berbagai peraturan dikeluarkan pemerintah
untuk merangsang ekspor (export drive)
mengalami kegagalan, misalnya Sistem Bukti
Ekspor (BE)
• Sulitnya memperoleh bantuan modal dan
tenaga dari luar negri sehingga
pembangunan yang direncanakan guna
meningkatkan taraf hidup rakyat tidak dapat
terlaksana dengan baik.
E. KEHIDUPAN EKONOMI DAN
SOSIAL MASA DEMOKRASI
TERPIMPIN
4. Meningkatkan Perdagangan dan Perkreditan
Luar Negeri
Pemerintah membangkitkan ekonomi agraris
atau pertanian, sebab kurang lebih 80%
penduduk Indonesia hidup dari bidang
pertanian. Hasil pertanian tersebut diekspor
untuk memperoleh devisa yang selanjutnya
digunakan untuk mengimpor berbagai bahan
baku/ barang konsumsi yang belum dihasilkan
di Indonesia.
Demikianlah presentasi dari
kelompok kami mengenai Demokrasi
Terpimpin.

Semoga kita semua dapat


mengambil hikmah dari berbagai
kejadian yang terjadi dan memperbaiki
kehidupan di masa yang akan datang.

You might also like