Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Ikan Lele (Ciarias batrachus) termasuk kelompok ikan siluroid yang sering
disebut catfish. Kelompok ini mencakup jenis-jenis ikan yang bertulang keras dengan
ciri-ciri bagian luar tidak bersisik, berkumis 2-4 pasang disekitar mulut, pada sirip
dada terdapat sepasang duri (patil), dan juga pada sirip punggungnya, sedangkan
bentuk sirip ekornya bervariasi menurut jenisnya (ada yang meruncing, berlekuk dan
bercagak).
Lele lokal semula hanya dikenal sebagai ikan curah, tetapi sejak tahun tujuh
puluh, jenis ikan ini menarik minat masyarakat untuk dibudidayakan terutama di
daerah Jawa Timur. Pada tahun 1975, muncul teknik pemijahan lele sistem Blitar dan
benih yang dihasilkan dibudidayakan di kolam dan sawah bersama padi (mina padi).
daerah lain diseluruh Indonesia. Dengan adanya benih-benih ikan lele yang baik
Sejalan dengan berkembangnya budidaya ikan lele, maka proses isolasi enzim
protease tidak hanya berasal dari karet (lateks) saja. Ternyata, enzim-enzim protease
(pemecah protein) dapat diisolasi dari pankreas/usus halus ikan lele. Beberapa enzim
1
1. Tripsin; memotong protein pada urutan asam amino setelah asam amino basa:
2. Kimotripsin; memotong protein pada urutan asam amino setelah asam amino
3. Elastase; memotong protein pada urutan asam amino setelah asam amino non-
1. 2 Identifikasi Masalah
1. Keberadaan protein yang beraktivitas protelitik dalam usus halus ikan lele
2
1. 3 Maksud dan Tujuan
4. Menentukan kadar protein dari usus halus ikan lele dengan metode Lowry.
1. 4 Kegunaan Percobaan
1. Memberikan informasi tentang enzim protease yang berasal dan usus halus
ikan lele.
1. 5 Metodologi Percobaan
Secara ringkas metode yang dilakukan sesuai dengan empat tujan utama
percobaan yaitu :
1. Ekstraksi Enzim
3. Sentrifugasi
3
Penentuan aktivitas enzim protease dengan penambahan kasein sebagai
2009.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lele merupakan ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh yang licin,
tambak–tambak, tetapi juga banyak hidup di alam bebas seperti, sungai, rawa, danau,
kanal dan daerah-daerah bersuhu sedang serta berair tawar tidak asin. Sehingga
Aceh, Sumatera, Bali, NTT, NTB, Irian Jaya dan daerah-daerah lainnya. Bahkan di
luar negeri pun ada tentunya dengan sebutan yang berbeda, misalnya Mali (Afrika),
nocturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari, sedangkan pada
siang hari berdiam diri berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan lele banyak
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metozoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
5
Class : Pisces
Subclass : Toleostei
Ordo : Ostariophsysi
Subordo : Siluroidea
Familia : Clariadae
Genus : Clarias
Jika dipelihara di sawah dapat memberantas hama padi berupa serangga air
yang merupakan makan alami dari ikan ini jika hidup di alam.
Ikan ini juga dapat diolah dengan berbagai bahan obatl ain untuk mengobati
penyakit asma, menstruasi, datang bulan yang tidak teratur, mimisan (hidung
2. 2 Enzim
semua enzim adalah protein, kecuali ada sekelompok kecil molekul RNA yang juga
(Lehninger, 1982) :
6
Bagian protein (apoenzim)
FADH2
pada semua proses kimia dalam makhluk hidup, sehingga disebut life is enzyme.
Enzim mampu meningkatkan reaksi kimia tetapi tidak diubah oleh reaksi yang
Enzim mempunyai daya katalisis spesifik yang lebih besar dari katalisator lainnya
(Toha,2005).
sederhana yang hanya terdiri dari rantai asam amino. Enzim lain mengandung
komponen non-protein yang penting untuk fungsi khusus dari enzim yang dikenal
7
Koenzim merupakn molekul organik kecil yang mudah terdisosiasi dan
A.
Sebagai katalis, enzim sangat luar biasa (Nelson & Michael, 2008) :
Lebih baik dari katalis anorganik atau sintetik (kecepatan reaksi dapat
Dapat berfungsi baik dalam larutan pada pH dan suhu sedang (mild
condition).
1982) :
1. Pengaruh pH
berkurang.
beberapa cara:
8
o Perubahan pH dapat mempengaruhi ionisasi pada sisi aktif enzim.
2. Pengaruh suhu
Semua reaksi kimia dipengaruhi suhu; makin tinggi suhu makin tinggi
kecepatan reaksi.
3. Pengaruh inhibitor
9
Inhibisi aktivitas enzim dapat bersifat irreversibel (biasanya terikat
enzim).
nonkompetitif.
2. 3 Protein
semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan
kebanyakan juga mengandung sulfur. Bobot molekulnya berkisar antara 6.000 sampai
beberapa juta. Molekul protein terdiri dari satu atau beberapa rantai panjang
polipeptida dari asam- asam amino yang terikat dengan urutan yang khas. Urutan ini
dinamakan struktur primer dari protein. Polipeptida ini dapat melipat atau
menggulung, peptida yang menggulung atau melipat ini dinamakan struktur tersier.
Salah satu tahap yang banyak digunakan untuk pemurnian protein adalah
ionik, pH, penambahan pelarut organik, polimer dan penambahan garam. Garam–
garam yang efektif digunakan pada proses pengendapan protein adalah garam yang
10
Enzim protease merupakan biokatalisator untuk reaksi pemecahan protein.
Enzim ini akan mengkatalisis reaksi hidrolisis, yaitu reaksi yang melibatkan unsur air
pada ikatan spesifik substrat. Karena itu, enzim ini termasuk dalam kelas utama
Protease ialah enzim yang sangat kompleks, mempunyai sifat fisiko kimia dan
sifat katalitik yang sangat bervariasi. Prote-ase dapat dihasilkan secara ekstraseluler
dan intraseluler dan mempunyai peranan penting dalam metabolisme sel dan
maupun non pangan. Pemanfaatan protease dalam industri pangan diantaranya adalah
untuk mengurangi kekeruhan dalam industri bir, mengurangi gluten pada industri roti,
dan untuk menggumpalkan susu pada industri keju. Enzim protease dapat diperoleh
2. 4 Metode-Metode Pemisahan
lebih cepat ke arah luar dari sumbu rotasi (Mathews & Van Holde, 1990).
11
Sentrifugasi digunakan untuk preparasi contoh biologis dan pengukuran analitik
sifat-sifat hidrodinamik makromolekul yang telah dimurnikan atau organel sel. Pada
sentrifugasi suatu contoh biologis diberi suatu gaya besar dengan memutar contoh
tersebut pada kecepatan yang tinggi, maka timbul suatu gaya sentrifugal. Gaya
F = m ω2r
(Boyer,1986)
baik itu kation ataupun anion. Pemisahan terjadi karena pertukaran ion-ion dalam fase
diam. Kromatografi penukar ion berguna untuk pemisahan asam-asam amino. Fase
diam pada kromatografi penukar ion berupa matriks-matriks terbuat dari polimer
triena yang berhubungan silang dengan senyawa divenil benzene (Day &
Underwood, 1986).
homogen sebagian sinar yang masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam
12
Ada dua hukum yang menyusun persamaan absorbansi:
2. Hukum Beer
dirumuskan oleh Beer. Hukum itu dapat ditetapkan benar-benar hanya untuk
A = a.b.c
Keterangan : A : absorbansi
a : koefsian absorbansivitas
b : panjang medium
c : konsentrasi spesi
(Schenk, 1981)
13
BAB III
Pada percobaan ini digunakan berbagai macam reagen dan sampel yang telah
1. Aseton dingin
4. N,N-dimetil kasein
fosfowolframat)
10. Trikloroasetat 8%
14
3.2 Metode Percobaan
serta penentuan kadar protein enzim protease dari usus halus ikan lele dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Ekstraksi Enzim
Isolasi enzim protease yang berasal dari usus ikan lele yang melibatkan proses
(salting in).
pengendapan protein pada skala industri terutama untuk pemisahan protein plasma.
Pada prinsipnya, dengan adanya pelarut organic yang larut dalam air, akan
berkurang. Susunan molekul air pada permukaan protein yang hidrofobik diganti
15
o Aseton reduksi konstanta dielektrik dari air
3. Sentrifugasi
menyebabkan partikel bermigrasi lebih cepat ke arah luar dari sumbu rotasi.
Materi yang tersedimentasi pada dasar tabung dinamakan pelet atau residu dan
adsorpsi, partisi, filtrasi gel (penyaringan molekul), dan penukar ion. Prinsip kerja
kromatografi kolom penukar ion adalah adsorpsi molekul yang bermuatan pada
ioniknya. Sampel protein dielusi dengan buffer awal yang diatur pH nya, sehingga
protein yang akan dianalisis (diisolasi) terikat pada kolom, sedangkan protein lain
16
dibiarkan keluar dari kolom. Protein yang terikat dalam kolom, dilepas lagi dengan
cara mengubah kondisi ioniknya (gradien pH atau kekuatan ion yang bias
terikat. Material penukar ion merupakan suatu padatan yang mengandung gugus-
gugus bermuatan dan terikat secara kimia, yang dapat mengikat ion secara
biasanya terikat pada suatu resin. Fasa diam atau matriks yang digunakan dalam
percobaan ini adalah CMC (Carboxyl Methyl Cellullose) sedangkan fase geraknya
serta konsentrasi substrat dan kofaktor yang berlebih, sehingga laju reaksi yang
terjadi merupakan reaksi tingkat ke nol (zero order reaction) terhadap substrat.
Dalam hal ini, laju reaksi permulaan berbanding lurus konsentrasi enzim sehingga
faktor pembatas laju reaksi (rate limitting factor) yang sebenarnya adalah
konsentrasi enzim.
enzim yang menyebabkan transformasi satu mikromol (10-6 mol) substrat per menit
17
Aktivitas spesifik (specific activity) adalah jumlah unit aktivitas enzim per
miligram protein.
unit aktivitas
aktivitas spesifik enzim protease =
mg protein
Reagen harus dibuat segar karena adanya peningkatan jumlah karbonat akibat
Uji sensitif terhadap cahaya sehingga iluminasi selama uji harus dijaga
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengisolasi enzim proteolitik dari usus halus
Hal pertama yang dilakukan adalah enzim proteolitik diisolasi dari usus ikan
lele. Usus halus ikan lele yang digunakan dicuci bersih terlebih dahulu untuk
mencegah terjadinya kontaminasi mikroba. Pengambilan usus halus ikan lele harus
dilakukan secepat mungkin, dikarenakan ekstrak usus halus ikan lele kaya akan
Pencucian usus ikan lele ini dilakukan menggunakan air dingin. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk pengkodisiaan awal agar selama proses penghancuran usus ikan
lele masih dalam keadaan dingin. Hal ini juga untuk mencegah kontaminasi mikroba
karena pada temperatur rendah mikroba akan sulit tumbuh. Selain itu hal ini
Setelah itu, usus halus ikan lele ini dihomogenasi dengan menggunakan buffer
fosfat pH 6,5. Penambahan buffer pH 6,5 bertujuan untuk menjaga agar enzim
protease pada usus halus ikan lele ini tetap stabil. Jika pH terlalu rendah maka akan
19
mendenaturasi protein. Enzim mempunyai pH optimum dimana enzim ini akan
(H+) akan mempengaruhi ionisasi sisi aktif enzim. Jika substrat juga mengandung
untuk berikatan dengan sisi aktif. Perubahan gugus ionik pada enzim juga dapat
mengubah struktur tersier dari enzim sehingga kebanyakan enzim aktif pada rentang
pH kecil. Oleh karena itulah ditambah larutan buffer yang tidak mengalami
perubahan pH yang berarti pada penambahan sedikit asam maupun basa. Larutan
buffer dibuat dari asal lemah dan garamnya, dimana buffer fosfat dibuat dari asam
Usus halus ikan lele ini dihancurkan dengan menggunakan alat waring
blender yang bertujuan untuk memecah dinding sel dari usus halus. Jumlah buffer
fosfat pH 7,4 yang ditambahkan sebanyak 2 mL. Selama proses tersebut berlangsung,
akan timbul efek panas sehingga untuk meredam efek panas tersebut suhu harus
dijaga agar tetap berada di bawah 00C (suhu rendah), hal ini dilakukan dengan
buffer fosfat ph 7,4) ekstrak kasar tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 6.000 rpm
20
Sentrifugasi ini dilakukan dengan menempatkan partikel dan medium suspensinya
cepat ke arah luar dari sumber rotasi. Dalam operasinya, sentrifugasi dijalankan
dengan menaruh partikel dan medium suspensinya pada ujung dari alat yang berputar,
yaitu rotor. Prinsip dari pemisahan ini adalah perbedaan kecepatan sedimentasi
merupakan organel lisis (pemecahan sel). Enzim berada pada supernatan karena
memiliki densitas lebih kecil dibandingkan densitas pelarutnya dan enzim lebih larut
pada air karena kepolarannya relatif sama dengan air (sesuai dengan prinsip ‘like
kecepatan perputaran rotor dan jarak partikel dari sumber rotasi. Semakin besar
partikel maka semakin cepat partikel itu mengendap. Selain itu juga dipengaruhi oleh
suspensinya.
Tujuannya adalah untuk mengendapkan enzim protease yang ada dalam supernatan
21
tersebut. Penambahan pelarut organik (aseton) dapat menyebabkan reduksi dari sifat
aktifitas air. Kekuatan solvasi air terhadap molekul enzim atau protein hidrofil akan
berkurang dengan meningkatnya keonsentrasi aseton. Hal ini disebabkan oleh reduksi
konstanta dielektrik dari air, penggantian molekul dari air, serta mobilisasi partikel
dari molekul air tersebut melalui vibrasi dan pelarut organik. Air akan lebih tertarik
pada pelarut organik karena kepolaran keduanya relatif sama. Selain tiu aseton
bersifat semipolar.
optimum (tertentu). Jika pH asam atau basa maka enzim akan rusak. Kemudian
larutan diinkubasi selama 30 menit. Tujuan dari inkubasi untuk mempercepat reaksi,
karena enzim akan bekerja optimal pada suhu optimum. Setelah diinkubasi, kemudian
protein yang telah terpotong-potong karena adanya akifitas enzim protease. Dengan
memilki asam-asam amino yang spesifik yang memilki gugus aromatik terkonjugasi
yang dapat menyerap spektra pada panjang gelombang 280 nm, yaitu fenilalanin,
22
Untuk menentukan kadar protein digunakan metoda Lowry. Penentuan kadar
protein dengan metoda Lowry adalah untuk menentukan kadar protein terlarut
berdasarkan warna yang timbul karena adanya reaksi biuret disamping warna yang
amino tyrosin dan triptophan dalam molekul protein. Dengan adanya Cu 2+ dalam
Absorpsi warna dari reaksi biuret dalam penentuan kadar protein diukur pada
Pada penentuan aktivitas enzim hasil kromatogafi penukar ion, sampel dipipet
diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit. Setelah itu ditambahkan TCA, disaring
dan diukur serapannya, sehingga didapat absorbansi pada panjang gelombang 280
nm. N,N-dimetil kasein ini berfungsi sebagai substrat yang akan terikat pada sisi aktif
enzim sehingga pengukuran aktivitas enzim dapat dilakukan. Inkubasi dilakukan pada
akan maksimum pada suhu tersebut. Waktu inkubasi adalah 30 menit karena
merupakan waktu optimum untuk enzim. TCA (Tri Chloroacetat Acid) berfungsi
sebagai inhibitor yang menghentikan reaksi antara enzim dan substrat (enzim
23
ekstrak kasar dan hasil pengendapan. Dari hasil pengukuran serapannya, didapat
Pada penentuan kadar protein dengan metode Lowry, fraksi hasil penukar ion
yang membentuk puncak, ekstrak kasar dan hasil pengendapan pereaksi C, dikocok
diukur serapannya pada panjang gelombang 750 nm, didapat absorbansi untuk hasil
penukar ion yang membentuk puncak A= 0,055 , untuk ekstrak kasar A= 1,293 dan
Metode Lowry bekerja melalui dua tahapan. Tahap pertama adalah reaksi
biuret yang merupakan suatu reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang selanjutnya akan
fosfowolframat). Pada tahapan ini terdeteksi pada range 500-750 nm karena pada
spektrofotometri dimana untuk metode ini sampel terlebih dahulu dibuat dalam
larutan yang berwarna. Oleh karena itu, protein direaksikan dengan pereaksi D
fosfowolframat yang akan membentuk senyawa kompleks biru bila bereaksi dengan
protein dan warna biru yang timbul mempunyai panjang gelombang maksimum pada
750 nm.
24
Dari hasil percobaan didapat bahwa enzim protease dapat diisolasi dari usus
halus ikan lele dan diperoleh perolehan kembali protein pada estrak kasar sebesar
100%, fraksionasi hasil pengendapan sebesar 81,36% dan hasil kromatografi penukar
Unit aktivitas enzim merupakan jumlah enzim yang menyebabkan kenaikan 0,001
A unit/menit. Unit aktivitas untuk estrak kasar, fraksionasi, dan hasil kromatografi
Dan diperoleh besarnya untuk ekstrak kasar, fraksionasi, dan hasil kromatografi
kurva baku dari kadar protein standar. Dari percobaan diperoleh persamaan y=
(2,0895 x 10-3) x + 0.3077. Data dalam bentuk tabel terdapat pada lampiran dan data
menunjukkan bahwa enzim protease terdapat dalam fraksi ke 12,13, dan 14 dimana
25
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu :
2. Kemurnian enzim proteolitik dari usus halus ikan lele dapat ditentukan
26
DAFTAR PUSTAKA
Hames, B.D. & N. M. Hooper. 2000. Biochemistry the Instant Notes. Second Edition.
Spinger-Verlag. Hongkong .
Holme, D.J. & H. Peck. 1993. Analytical Biochemistry. Longman Scientific &
Technical. Singapore.
Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia, diterjemahkan oleh M. Theniwidjaja.
Erlangga. Jakarta.
Mathews, C.K. & M.E. Van Holde. 1990. Biochemistry. The Benjamin Cummings
Publishing Company. California.
Mckee,T. & J.K. Mckee. 1999. Biochemistry an Introduction. Mc Graw Hill
Company, Inc. Boston.
Nelson, D.L. & M.C. Michael. 2008. Principle of Biochemistry. Fifth edition. W.H.
Fremann and Company. New York.
Page, D.J. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia, diterjemahkan oleh R.Soedono. Erlangga.
Jakarta.
Schenk, G.H. 1981. Quantitative Analytical Chemistry. Prentice Hall. New Jersey.
Scopes, R.K. 1994. Protein Purification : Principles & Practice. Springer-Verlag.
New York.
Simanjutak, R.H. 1996. Pembudidayaan Ikan Lele Lokal dan Dumbo. Bhratara.
Jakarta.
Toha, A.H.A. 2001. Deoxyribosa Nucleac Acid. Alfabeta. Bandung.
Voet, O. & J.B. Voet. 1995. Biochemistry. John Willey & Sons. New Jersey.
Winarno, F.G. 1983. Enzim Pangan. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ward, O.P. 1983. Proteinases In Fogatory Microbial Enzymes and Biotechnology.
Applied Science Publisher. New York.
27