You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang kreatif. Suatu hasil karya yang kreatif akan

memperkaya kehidupan manusia, dan itu pula akan menghabiskan waktu bertahun-

tahun untuk mengembangkannya. Apabila si pencipta karya-karya tersebut tidak

diakui sebagai pencipta atau tidak dihargai, karya-karya tersebut mungkin tidak akan

pernah diciptakan sama sekali. Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan hak

atas kekayaan yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia. HaKI

memang menjadikan karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan

intelektual manusia yang harus dilindungi. Kemampuan intelektual manusia

dihasilkan oleh manusia melalui daya, rasa dan karsanya yang diwujudkan dengan

karya-karya intelektual. Karya-karya intelektual juga dilahirkan menjadi bernilai,

apalagi dengan manfaat ekonomi yang melekat serta dapat menumbuhkan semangat

kreatif untuk menghasilkan karya-karya intelektual.

Di Indonesia, pengaturan tentang hak cipta mengalami beberapa kali

perubahan dan pergantian Undang-undang yaitu UU No.8 tahun 1982 yang

diperbaharui dengan UU No. 17 tahun 1987 dan diperbaharui lagi dengan UU No. 12

tahun 1997 terakhir dengan UU No. 19 tahun 2002 (selanjutnya disebut dengan

UUHC). UUHC membawa kemajuan baru dalam perlindungan hak tersebut, yang

meliputi perlindungan terhadap buku, program computer , dan semua hasil karya tulis

lain, ceramah , kuliah, pidato, lagu atau music dengan atau tanpa teks, drama, tari,

1
koreografi, pewayangan dan pantomime, seni rupa dalam segala bentuk, arsitektur ,

peta, seni batik, fotografi, sinematografi, dll. Secara lebih mendetail, undang-undang

ini memuat beberapa ketentuan baru, antara lain :

1. Database merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi

2. Penggunaan alat apapun baik melalui kabel maupun tanpa kabel, termasuk media

internet untuk pemutaran produk-produk optik (optical disc) melalui media radio,

media audio visual dan atau srana telekomunikasi.

3. Penyelesaian sengketa oleh pengadilan niaga, arbitrase atau alternative penyelesaian

sengketa

4. Penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih besar bagi pemegang

hak

5. Batas waktu proses perkara perdata di bidang hak cipta dan hak terkait baik di

pengadilan niaga maupun di Mahkamah Agung

6. Pencantuman hak informasi manajeman elektronik dan sarana kontol teknologi

7. Pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungaqn terhadap produk-produk

yang mengggunakan sarana berteknologi tinggi

8. Ancaman pidana atas pelanggaran Hak Terkait

9. Ancaman pidana dan denda minimal

10. Ancaman pidana tetap terhadap perbanyakan penggunaan program computer untuk

kepentingan komersial secara tidak sah dan melawan hukum

Dari sekian banyak ciptaan yang dilindungi sesuai UU itu, penulis

mengkhususkan pembahasannya pada hak cipta atas lagu atau music mengingat

banyaknya pelanggaran yang terjadi, Bahkan Indonesia pernah dikecam dunia

internasional karena lemahnya perlindungan hukum terhadap hak cipta music dan

2
lagu tersebut. Kasus yang hendak diambil oleh penulis adalah kasus nyata yang

terjadi tentang penyelesaian sengketa lagu atau music di pengadilan antara pihak Iyeth

Bustami dengan Suhaimi Bin Mohd Zain alias Pak Ngah. Melodi lagu “Laksmana

Raja di Laut” (LRD) yang diklaim Nurham Yahya (Tergugat I) sebagai karyanya

adalah sama dengan melodi lagu “Nostalgia Aidilfitri” ciptaan composer Malaysia,

Suhaimi Bin Mohd Zain alias Pak Ngah pada tahun 2006 silam.

Saat itu posisi Iyeth tidak seperti dihebohkan infotainment di awal-awal

terangkatnya kasus Hak Cipta ini, yaitu menjadi “Tergugat” yang dituntut gantirugi

10 milyar atau ancaman 7 tahun penjar. Tetapi, sebaliknya, sebagai Penggugat III

yang sejak awal mengumumkan lagu LRD adalah NN melalui album “Zapin Dut”

Laksmana Raja di Laut. Sekaligus sebagai kuasa Penggugat II yang mewakili Pak

Ngah dan EMII Music Publishing Malaysia SDN BHD. Penggugat utamanya

(Penggugat I) adalah Masyarakat Melayu Riau dan keturunan Datuk Ibrahim yang

menurut catatan sejarah adalah keturunan pendiri Bandar Bengkalis dan diberi gelar

“Datuk Laksemana Raja Dilaut” oleh Sultan Siak Sri Indrapura (lihat Rahzain dan

Tarmizi Oemar, Datuk Laksemana Raja Dilaut, diterbitkan Depdikbud & Pemda Tkt

II Bengkalis). Inti gugatan mereka adalah penolakan atas pengklaiman Nurham Yahya

bahwa teks/lirik lagu LRD adalah karya pribadinya.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: “Sengketa hak cipta lagu Laksmana Raja di Laut (antara Iyet Bustami

dengan composer Malaysia Suhaimi Bin Mohd Zain)”. Adapun batasan masalah yang

ingin penulis ketahui, yakni:

1. Bagaimana proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di Laut di dalam

Pengadilan Negeri atau Niaga Medan?

2. Apakah proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di Laut sudah dianggap

benar mengingat juga terdapat masalah lintas negara di dalamnya?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan analisis kasus hakcipta lagu Laksmana Raja di

Laut ini, yakni:

1. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di Laut di

dalam Pengadilan Negeri atau Niaga Medan yang ada.

2. Untuk mengetahui apakah proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di

Laut sudah dianggap benar mengingat juga terdapat masalah lintas negara di

dalamnya.

1.4 Manfaat Penulisan

4
Manfaat secara khusus yang penulis harapkan dari penulisan analisis studi

kasus di bidang HaKI adalah agar penulisan ini dapat memberikan gambaran secara

jelas mengenai bagaimana menyelesaikan suatu sengketa lagu atau music dalam suatu

pengadilan, karena kasus hak cipta merupakan kasus yang masih awam di Indonesia.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini, antara lain:

BAB I, Pendahuluan, yang merupakan pengantar secara keseluruhan dari isi penulisan

analisis ini, yang di dalamnya tertuang latar belakang maslah, rumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II, Kerangka Teoritis, merupakan tinjauan yang di dalamnya akan

mengemukaan teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar dan pijakan bagi penulis

untuk menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan pada bab I.

BAB III, Analisis, yaitu membahas permasalahan, baik yang pertama maupun yang

kedua. Pembahasan yang pertama mengenai bagaimana penentuan pencipta dan

pemegang hak cipta atas lagu Laksmana Raja di Laut dan pembahasan kedua

mengenai proses penyelesaiannya.

BAB IV, Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan adalah tentang jawaban dari rumusan

masalah. Sedangkan, saran merupakan rekomendasi penulis kepada ilmu pengetahuan

di bidang hukum, khususnya mengenai hak cipta dan penyelesaiannya sengketa

alternative.

BAB V, Daftar Pustaka.

5
BAB VI, Lampiran.

6
BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 HAK CIPTA

2.1.1 Pengertian Hak Cipta

Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan Dirjen

HaKI, hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta dan penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, atau memberikan izin untuk

itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Hak cipta berasal dari Bahasa Inggris copyright yang dalam

terjemahannya (to) copy berarti menggandakan dan roght berarti hak. Dengan

demikian secara bahasa, copyright pada prinsipnya adalah hak untuk

menggandakan atau menyebarluaskan suatu hasil karya. Istilah copyright

diartikan ke dalam Bahasa Indonesia secara tidak cermat sebagai hak cipta.

Hak cipta merupakan salah satu jenisa perlindungan Hak atas Kekayaan

Intelektual (HaKI) yang disediakan untuk melindungi karya pengetahuan seni

dan sastra.

7
2.1.2 Subjek Hak Cipta

Ada dua subjek hak cipta, yaitu:

1. Pemilik hak cipta (Pencipta), adalah seorang atau beberapa orang yang

secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan

berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau

keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

2. Pemegang hak cipta, yaitu:

• Pemilik hak cipta (pencipta)

• Pihak yang menerima hak cipta dari pencipta

• Pihak lain yang menerima lebih lanjut hak cipta dari pihak yang

menerima hak cipta tersebut

• Badan hukum

• Negara, atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, benda budaya

nasional lainnya, folklore, hasil kebudayaan yang menjadi milik

bersama, dan ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan ciptaan

itu diterbitkan.

2.1.3 Pengertian Ciptaan

Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keaslian

dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra.

8
Ciptaan yang dilindngi berupa:

 Buku, program computer, pamphlet, perwajahan (lay out) karya tulisa

yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain

 Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan yang sejenisnya dengan itu

 Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan

 Lagu atau music dengan atau tanpa teks

 Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan

pantomim

 Seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis, gambar, seni ukir,

seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan

 Arsitektur

 Peta

 Seni batik

 Fotografi

 Sinematografi

 Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain

dari hasil pengalihwujudan.

9
2.1.4 Hak Terkait

Adalah hak eksklusif, bagi:

• Pelaku, untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya dan

untuk memberikan ijin atau melarang pihak lain yang tanpa

persetujuannya melakukan hal itu.

• Produser, rekaman suara untuk memperbanyak atau menyewakan

karya rekaman suara atau rekaman bunyinya dan untuk memebrikan

ijin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan hal

itu , dan

• Lembaga penyiaran, untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan

karya siarannya dan untuk memberikan ijin atau melarang pihak lain

yang tanpa persetujuannya melakukan hal itu.

2.1.5 Jangka Waktu

Berlakunya hak cipta dibagi atas:

1. Berlaku seumur hidup pencipta ditambah 50 tahun sesudah meninggal

dunia:

• Buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis,

• Drama atau drama musical, tari, koreografi

10
• Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni

patung,

• Seni batik

• Lagu atau music dengan atau tanpa teks

• Arsitektur

• Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan jenis lain

• Alat peraga

• Peta

• Terjemahan, tafsir, saduran dan bunga rampai

2. Berlaku 50 tahun sejak pertama kali diumumkan:

• Program computer,

• Sinematografi

• Fotografi,

• Database, dan

• Karya hasil pengalihwujudan

• Badan hukum yang memegang atau memiliki ciptaan pada

angka 1 dan 2.

3. Berlaku 50 tahun sejak pertama kali diterbitkan, yaitu:

11
• Perwajahan karya tulis, dan

• Penerbit yang memegang hak cipta atas ciptaan yang tidak

diketahui penciptanya atau hanya tertera nama samaran

penciptanya

4. Berlaku 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali diketahui umum,

yaitu negara memegang atau melaksanakn hak cipta atas ciptaan yang

tidak diketahui siapa penciptanya dan belum diterbitkan serta ciptaan

yang telah diterbitkan tanpa diketahui penciptamya atau penerbitnya.

5. Tanpa jangka waktu atau tak terbatas, yaitu negara yang memegang

hak cipta atas foklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjdai milik

bersama.

6. 1 januari tahun berikutnya setelah ciptaan diumumkan, diketahui oleh

umum atau penciptanya meninggal dunia untuk ciptaan yang

dilindungi selama 50 tahun atau selama hidup pencipta dan terus

berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia.

2.1.6 Peralihan Hak Cipta

Hak cipta dapat beralih atau dialihakan kepada pihak lain melalui:

 Pewarisan

 Hibah

 Wasiat

 Perjanjian tertulis

12
 Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-

undangan, misalnya pengalihan karena putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

2.1.7 Prosedur Pendaftaran Hak Cipta

1. Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi

formulir yang disediakan untuk itu dalam Bahasa Indonesia dan diketik

rangkap dua.

2. Pemohon wajib melampirkan:

1) Surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa

2) Contoh ciptaan dengan ketentuan sebagai berikut:

• Buku dan karya tulis lainnya: dua buah yang telah dijilid dengan

edisi terbaik

• Apabila suatu buku berisi foto seseorang harus dilampirkan surat

tidak keberatan dari orang yang difoto atau ahli warisnya

• Program computer: dua buah disket disertai buku petunjuk

pengoperasian dari program computer tersebut

• CD/ VCD/ DVD : dua buah disertai dengan uraian ciptaannya

• Alat peraga: satu buah disertai dengan buku petunjuknya

• Lagu: 10 buah berupa notasi dan atau syair

• Drama: dua buah naskah tertulis atau rekamannya

13
• Tari (koreografi): 10 buah gambar atau duah buah rekamannya

• Pewayangan: dua buah naskah tertulis atau rekamannya

• Pantomime: 10 buah gambar atau dua buah rekamannya

• Tarian pertunjukan: dua buah rekamannya

• Karya siaran: dua buah rekamannya

• Seni lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo dan gambar:

masing-masing 10 lembar berupa foto

• Seni ukir, seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan dan kolase:

masing-masing 10 lembar berupa foto

• Arsitektur: satu buah gambar arsitektur

• Peta: satu buah

• Fotografi: 10 lembar

• Sinematografi:dua buah rekamannya

• Terjemahan: dua buah naskah yang disertai izin dari pemegang hak

cipta

• Tafsir, saduran, dan bunga rampai: dua buah naskah

3) Salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang

dilegalisasi notaries, apabila pemohon badan hukum

4) Fotokopi kartu tanda penduduk

14
5) Bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp 75.000,00 atau

ciptaan berupa program computer sebesar Rp. 150.000,00

2.2 Lagu

Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan,

kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat music)

untuk menghasilkan gubahan music yang mempunyai kesatuan dan

kesinambungan (mengandung irama). Dan ragam nada atau suara yang

m=berirama disebut juga dengan lagu.

15
BAB III

ANALISIS MASALAH

3.1 Proses penyelesaian sengketa lagu “Laksamana Raja di Laut” di Pengadilan

Negeri atau Niaga Medan

Lagu Laksmana Raja di Laut (LRD) merupakan lagu Melayu yang

dipopulerkan oleh Iyeth Bustami sekitar tahun 2005 di album “Zapin Dut”. Dalam

lagu yang dipopulerkannya itu, Iyeth tidak mencantumkan pencipta lagu alias hanya

mencantumkan NN (anonym), dikarenakan persoalan mengenai ketidaktahuan siapa

pencipta lagu tersebut. Dari hal tersebutlah maka Iyeth Bustami selaku penyanyi LRD

terlibat masalah dengan oleh Nurham Yahya, yang ternyata menyatakan dirinya

sebagai pencipta dan pemegang hak cipta lagu LRD, di mana juga sudah

mendaftarkan hak cipta lagu LRD kepada Dirjen HaKI. Nurham Yahya menuntut

agar Iyeth membayar ganti rugi 10 miliyar rupiah.

Namun, setelah melalui proses klarifikas serta pencarian fakta oleh pihak

Iyeth, akhirnya terbongkar bahwa melodi yang digunakan lagu Laksmana Raja di

Laut sama dengan melodi lagu Nostalgia Aidilfitri yang merupakan ciptaan dari

composer Malaysia, Suhaimi Bin Mohd Zain alias Pak Ngah, namun Pak Ngah

sendiri tidak mengetahui siapa penggubah lirik dari lagunya tersebut. Tetapi yang

pasti, dalam pengakuannya Pak Ngah mengakui bahwa melodi yang dipakai dalam

lagu LRD sama dengan lagu Nostalgia Aidifitri yang dibuatnya pada tahun 1993.

Dikarenakan sudah mulai adanya titik terang mengenai siapa pencipta asli

16
melodi LRD, maka pada tahun 2006 timbul perlawanan dari Masyarakat Melayu Riau

dan Keturunan Datuk Ibrahim kepada Nurham Yahya yang mengklaim lagu LRD

milikinya. Masalah ini diselesaikan melalui jalur hukum di Pengadilan Negeri atau

Niaga Medan, dengan Masyarakat Melayu Riau dan Keturunan Datuk Ibrahim

sebagai penggugat I; Pak Ngah, penggugat II; dan Iyeth Bustami sebagai penggugat

III, ditemani Hotman Paris Hutapea, selaku pengacara Iyeth. Para penggugat ini

hendak menggugat Nurham Yahya, tergugat I; serta Dirjen HaKI sebagai tergugat II.

Inti dari gugatan yang ada ialah penolakan atas pengklaiman Nurham Yahya

bahwa teks atau lirik LRD adalah karya pribadinya serta meminta kepada Dirjen

HaKI untuk membatalkan Surat Pendaftaran Ciptaan (22 Juli 2004) yang

mencantumkan nama Nurham Yahya sebagai pencipta dan pemegang hak cipta lagu

LRD dan menghapusnya dari Daftar Ciptaan Umum.

Dan berdasarkan keputusan pengadilan No. 030 K/N/HaKI/2006, maka

Perkara Kasasi Iyeth Bustami diputus kemenangan Iyeth, pada tanggal 10 November

2006.

3.2 Proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di Laut yang seharusnya

dilakukan mengingat juga terdapat masalah lintas negara di dalamnya

Dalam kasus ini, proses penyelesaian ditempuh melalui Pengadilan

Negeri/Niaga Medan yan keputusannya mengabulkan semua tuntutan penggugat.

Yang sangat penting di antaranya adalah mengembalikan produk folklore Masyarakat

Melayu Riau ke tampuknya, yaitu berstatus NN (anonim) yang dalam bahasa Undang-

Undang HAKI, hak ciptanya di tangan Negara. Keputusan yang diambil memang

17
sudah tepat, namun masih terdapat kesalahan dalam langkah hukum yang ditempuh

mengingat Pak Ngah yang merupakan pihak yang terlibat dalam kasus ini berasal dari

Malaysia. Oleh karena itu, kasus sengketa lagu “Laksamana Raja di Laut” adalah

kasus sengketa lintas negara.

Mengingat masalah ini adalah masalah lintas Negara, maka tindakan yang

sebaiknya ditempuh adalah melalui arbitrase. Menurut H.M.N. Purwosutjipto,

arbitrase diartikan sebagai suatu peradilan perdamaian, di mana para pihak bersepakat

agar perselisihan mereka tentang hak pribadi yang dapat mereka kuasai sepenuhnya

diperiksa dan diadili oleh hakim yang tidak memihak yang ditunjuk oleh para pihak

sendiri dan putusannya mengikat bagi keduabelah pihak.

Pada dasarnya arbitrase adalah suatu bentuk khusus Pengadilan. Poin penting

yang membedakan Pengadilan dan arbitrase adalah bila jalur Pengadilan (judicial

settlement) menggunakan satu peradilan permanen atau standing court, sedangkan

arbitrase menggunakan forum tribunal yang dibentuk khusus untuk kegiatan tersebut.

Dalam arbitrase, arbitrator bertindak sebagai “hakim” dalam mahkamah arbitrase,

sebagaimana hakim permanen, walaupun hanya untuk kasus yang sedang ditangani.

Arbitrase merupakan langkah hukum yang paling tepat untuk di tempuh

karena dengan cara ini akan mengurangi kecurangan dan hasil yang lebih adil serta

memuaskan untuk kedua belah pihak. Selain itu, lewat arbitrase, tidak akan ada yang

merasa dirugikan karena keputusan atau hasil akhirnya sudah dibicarakan baik-baik

oleh pihak yang bersangkutan. Dengan Arbitrase, langkah hukum yang panjang yang

terkesan berlarut-larut atau berbelit-belit tidak perlu terjadi.

18
Lewat langkah Arbitrase, keputusan atau perjanjian yang mengikat kedua

belah pihak tidak akan merugikan pihak manapun. Iyeth dan pak Ngah tidak perlu

membuat gugatan, sehingga Nurham Yahya tidak harus membayar denda sebesar 10

miliar rupiah (dari tuntutan awal sebesar 7 miliar), tetapi hanya membatalkan Surat

Pendaftaran Ciptaan serta menghilangkan nama Nurham Yahya dari Pencipta dan

pemegang Hak Cipta lagu “Laksamana Raja di Laut”. Sebagai hasil akhir, lagu

“Laksamana Raja di Laut” tetaplah NN (anonim) atau tidak ada penciptanya dan tidak

ada yang boleh membuat Surat Pendaftaran Ciptaan untuk pencipta dan Pemegang

Hak Cipta, sehingga setiap orang berhak untuk menyanyikan lagu itu tanpa takut ada

pihak yang akan menuntut. Arbitrase merupakan langkah yang paling baik karena bila

ternyata langkah hukum yang diambil lewat pengadilan ternyata tidak memuaskan

Pak Ngah, bisa saja ia mengatakan bila saja proses hukum dilakukan di Malaysia,

maka hasil akan menjadi lebih adil.

Dengan hasil Arbitrase seperti diatas diharapkan ketegangan antara kedua

belah pihak tidak akan berlanjut dan tidak akan memicu persoalan lebih lanjut yang

sangat mungkin dapat terjadi.

19
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang bisa penulis ambil dari adanya sengketa lagu Laksmana Raja di

Laut ini, yakni bahwa lagu Laksmana Raja di Laut yang dipopulerkan oleh Iyeth Bustami

tidak diketahui siapa pencipta dari lagu tersebut, namun melodi dari lagu LRD ini sama

dengan lagu Nostalgia Aidilfitri yang diciptakan oleh kompser Malaysia Suhaimi Bin Mohd

Zain atau Pak Ngah.

Berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri atau Niaga Medan, sengketa lagu LRD antara

Masyarakat Melayu Riau dan Keturunan Datuk Ibrahim sebagai penggugat I; Pak Ngah,

penggugat II; dan Iyeth Bustami sebagai penggugat III, dengan Nurham Yahya (tergugat I)

dan Dirjen HaKI (tergugat II), akhirnya dimenangkan oleh penggugat. Para tergugat juga

wajib memenuhi segala tuntutan yang diajukan oleh penggugat.

Saran

Sengketa Laksmana Raja di Laut tidak harus dilakukan lewat jalur pengadilan, namun dapat

juga dilakukan melalui cara arbitrase (di luar pengadilan). Mengingat bahwa sengketa lagu

ini, juga terdapat masalah lintas negara, yakni antara Indonesia dan Malaysia.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id=61&itemid=50

http://www.total.or.id/info.php?kk=Hak%20Cipta

http://www.balitbangham.go.id/PERANGKAT%20UU%20TERKAIT/uu19-

2002%20Hakcipta.htm

http://www.inovasi.lipi.go.id/hki/copyright.php

21

You might also like