Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang kreatif. Suatu hasil karya yang kreatif akan
memperkaya kehidupan manusia, dan itu pula akan menghabiskan waktu bertahun-
diakui sebagai pencipta atau tidak dihargai, karya-karya tersebut mungkin tidak akan
pernah diciptakan sama sekali. Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan hak
atas kekayaan yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia. HaKI
dihasilkan oleh manusia melalui daya, rasa dan karsanya yang diwujudkan dengan
apalagi dengan manfaat ekonomi yang melekat serta dapat menumbuhkan semangat
diperbaharui dengan UU No. 17 tahun 1987 dan diperbaharui lagi dengan UU No. 12
tahun 1997 terakhir dengan UU No. 19 tahun 2002 (selanjutnya disebut dengan
UUHC). UUHC membawa kemajuan baru dalam perlindungan hak tersebut, yang
meliputi perlindungan terhadap buku, program computer , dan semua hasil karya tulis
lain, ceramah , kuliah, pidato, lagu atau music dengan atau tanpa teks, drama, tari,
1
koreografi, pewayangan dan pantomime, seni rupa dalam segala bentuk, arsitektur ,
peta, seni batik, fotografi, sinematografi, dll. Secara lebih mendetail, undang-undang
2. Penggunaan alat apapun baik melalui kabel maupun tanpa kabel, termasuk media
internet untuk pemutaran produk-produk optik (optical disc) melalui media radio,
sengketa
4. Penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih besar bagi pemegang
hak
5. Batas waktu proses perkara perdata di bidang hak cipta dan hak terkait baik di
10. Ancaman pidana tetap terhadap perbanyakan penggunaan program computer untuk
mengkhususkan pembahasannya pada hak cipta atas lagu atau music mengingat
internasional karena lemahnya perlindungan hukum terhadap hak cipta music dan
2
lagu tersebut. Kasus yang hendak diambil oleh penulis adalah kasus nyata yang
terjadi tentang penyelesaian sengketa lagu atau music di pengadilan antara pihak Iyeth
Bustami dengan Suhaimi Bin Mohd Zain alias Pak Ngah. Melodi lagu “Laksmana
Raja di Laut” (LRD) yang diklaim Nurham Yahya (Tergugat I) sebagai karyanya
adalah sama dengan melodi lagu “Nostalgia Aidilfitri” ciptaan composer Malaysia,
Suhaimi Bin Mohd Zain alias Pak Ngah pada tahun 2006 silam.
terangkatnya kasus Hak Cipta ini, yaitu menjadi “Tergugat” yang dituntut gantirugi
10 milyar atau ancaman 7 tahun penjar. Tetapi, sebaliknya, sebagai Penggugat III
yang sejak awal mengumumkan lagu LRD adalah NN melalui album “Zapin Dut”
Laksmana Raja di Laut. Sekaligus sebagai kuasa Penggugat II yang mewakili Pak
Ngah dan EMII Music Publishing Malaysia SDN BHD. Penggugat utamanya
(Penggugat I) adalah Masyarakat Melayu Riau dan keturunan Datuk Ibrahim yang
menurut catatan sejarah adalah keturunan pendiri Bandar Bengkalis dan diberi gelar
“Datuk Laksemana Raja Dilaut” oleh Sultan Siak Sri Indrapura (lihat Rahzain dan
Tarmizi Oemar, Datuk Laksemana Raja Dilaut, diterbitkan Depdikbud & Pemda Tkt
II Bengkalis). Inti gugatan mereka adalah penolakan atas pengklaiman Nurham Yahya
3
1.2 Rumusan Masalah
ini adalah: “Sengketa hak cipta lagu Laksmana Raja di Laut (antara Iyet Bustami
dengan composer Malaysia Suhaimi Bin Mohd Zain)”. Adapun batasan masalah yang
2. Apakah proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di Laut sudah dianggap
Adapun tujuan dari penulisan analisis kasus hakcipta lagu Laksmana Raja di
Laut sudah dianggap benar mengingat juga terdapat masalah lintas negara di
dalamnya.
4
Manfaat secara khusus yang penulis harapkan dari penulisan analisis studi
kasus di bidang HaKI adalah agar penulisan ini dapat memberikan gambaran secara
jelas mengenai bagaimana menyelesaikan suatu sengketa lagu atau music dalam suatu
pengadilan, karena kasus hak cipta merupakan kasus yang masih awam di Indonesia.
BAB I, Pendahuluan, yang merupakan pengantar secara keseluruhan dari isi penulisan
analisis ini, yang di dalamnya tertuang latar belakang maslah, rumusan masalah,
mengemukaan teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar dan pijakan bagi penulis
BAB III, Analisis, yaitu membahas permasalahan, baik yang pertama maupun yang
pemegang hak cipta atas lagu Laksmana Raja di Laut dan pembahasan kedua
BAB IV, Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan adalah tentang jawaban dari rumusan
alternative.
5
BAB VI, Lampiran.
6
BAB II
KERANGKA TEORITIS
HaKI, hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta dan penerima hak untuk
terjemahannya (to) copy berarti menggandakan dan roght berarti hak. Dengan
diartikan ke dalam Bahasa Indonesia secara tidak cermat sebagai hak cipta.
Hak cipta merupakan salah satu jenisa perlindungan Hak atas Kekayaan
dan sastra.
7
2.1.2 Subjek Hak Cipta
1. Pemilik hak cipta (Pencipta), adalah seorang atau beberapa orang yang
keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
• Pihak lain yang menerima lebih lanjut hak cipta dari pihak yang
• Badan hukum
itu diterbitkan.
8
Ciptaan yang dilindngi berupa:
pengetahuan
pantomim
Seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan
Arsitektur
Peta
Seni batik
Fotografi
Sinematografi
9
2.1.4 Hak Terkait
ijin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan hal
itu , dan
karya siarannya dan untuk memberikan ijin atau melarang pihak lain
dunia:
10
• Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni
patung,
• Seni batik
• Arsitektur
• Alat peraga
• Peta
• Program computer,
• Sinematografi
• Fotografi,
• Database, dan
angka 1 dan 2.
11
• Perwajahan karya tulis, dan
penciptanya
yaitu negara memegang atau melaksanakn hak cipta atas ciptaan yang
5. Tanpa jangka waktu atau tak terbatas, yaitu negara yang memegang
hak cipta atas foklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjdai milik
bersama.
Hak cipta dapat beralih atau dialihakan kepada pihak lain melalui:
Pewarisan
Hibah
Wasiat
Perjanjian tertulis
12
Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
formulir yang disediakan untuk itu dalam Bahasa Indonesia dan diketik
rangkap dua.
• Buku dan karya tulis lainnya: dua buah yang telah dijilid dengan
edisi terbaik
13
• Tari (koreografi): 10 buah gambar atau duah buah rekamannya
• Seni lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo dan gambar:
• Seni ukir, seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan dan kolase:
• Fotografi: 10 lembar
• Terjemahan: dua buah naskah yang disertai izin dari pemegang hak
cipta
14
5) Bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp 75.000,00 atau
2.2 Lagu
15
BAB III
ANALISIS MASALAH
dipopulerkan oleh Iyeth Bustami sekitar tahun 2005 di album “Zapin Dut”. Dalam
lagu yang dipopulerkannya itu, Iyeth tidak mencantumkan pencipta lagu alias hanya
pencipta lagu tersebut. Dari hal tersebutlah maka Iyeth Bustami selaku penyanyi LRD
terlibat masalah dengan oleh Nurham Yahya, yang ternyata menyatakan dirinya
sebagai pencipta dan pemegang hak cipta lagu LRD, di mana juga sudah
mendaftarkan hak cipta lagu LRD kepada Dirjen HaKI. Nurham Yahya menuntut
Namun, setelah melalui proses klarifikas serta pencarian fakta oleh pihak
Iyeth, akhirnya terbongkar bahwa melodi yang digunakan lagu Laksmana Raja di
Laut sama dengan melodi lagu Nostalgia Aidilfitri yang merupakan ciptaan dari
composer Malaysia, Suhaimi Bin Mohd Zain alias Pak Ngah, namun Pak Ngah
sendiri tidak mengetahui siapa penggubah lirik dari lagunya tersebut. Tetapi yang
pasti, dalam pengakuannya Pak Ngah mengakui bahwa melodi yang dipakai dalam
lagu LRD sama dengan lagu Nostalgia Aidifitri yang dibuatnya pada tahun 1993.
Dikarenakan sudah mulai adanya titik terang mengenai siapa pencipta asli
16
melodi LRD, maka pada tahun 2006 timbul perlawanan dari Masyarakat Melayu Riau
dan Keturunan Datuk Ibrahim kepada Nurham Yahya yang mengklaim lagu LRD
milikinya. Masalah ini diselesaikan melalui jalur hukum di Pengadilan Negeri atau
Niaga Medan, dengan Masyarakat Melayu Riau dan Keturunan Datuk Ibrahim
sebagai penggugat I; Pak Ngah, penggugat II; dan Iyeth Bustami sebagai penggugat
III, ditemani Hotman Paris Hutapea, selaku pengacara Iyeth. Para penggugat ini
hendak menggugat Nurham Yahya, tergugat I; serta Dirjen HaKI sebagai tergugat II.
Inti dari gugatan yang ada ialah penolakan atas pengklaiman Nurham Yahya
bahwa teks atau lirik LRD adalah karya pribadinya serta meminta kepada Dirjen
HaKI untuk membatalkan Surat Pendaftaran Ciptaan (22 Juli 2004) yang
mencantumkan nama Nurham Yahya sebagai pencipta dan pemegang hak cipta lagu
Perkara Kasasi Iyeth Bustami diputus kemenangan Iyeth, pada tanggal 10 November
2006.
3.2 Proses penyelesaian sengketa lagu Laksmana Raja di Laut yang seharusnya
Melayu Riau ke tampuknya, yaitu berstatus NN (anonim) yang dalam bahasa Undang-
Undang HAKI, hak ciptanya di tangan Negara. Keputusan yang diambil memang
17
sudah tepat, namun masih terdapat kesalahan dalam langkah hukum yang ditempuh
mengingat Pak Ngah yang merupakan pihak yang terlibat dalam kasus ini berasal dari
Malaysia. Oleh karena itu, kasus sengketa lagu “Laksamana Raja di Laut” adalah
Mengingat masalah ini adalah masalah lintas Negara, maka tindakan yang
arbitrase diartikan sebagai suatu peradilan perdamaian, di mana para pihak bersepakat
agar perselisihan mereka tentang hak pribadi yang dapat mereka kuasai sepenuhnya
diperiksa dan diadili oleh hakim yang tidak memihak yang ditunjuk oleh para pihak
Pada dasarnya arbitrase adalah suatu bentuk khusus Pengadilan. Poin penting
yang membedakan Pengadilan dan arbitrase adalah bila jalur Pengadilan (judicial
arbitrase menggunakan forum tribunal yang dibentuk khusus untuk kegiatan tersebut.
sebagaimana hakim permanen, walaupun hanya untuk kasus yang sedang ditangani.
karena dengan cara ini akan mengurangi kecurangan dan hasil yang lebih adil serta
memuaskan untuk kedua belah pihak. Selain itu, lewat arbitrase, tidak akan ada yang
merasa dirugikan karena keputusan atau hasil akhirnya sudah dibicarakan baik-baik
oleh pihak yang bersangkutan. Dengan Arbitrase, langkah hukum yang panjang yang
18
Lewat langkah Arbitrase, keputusan atau perjanjian yang mengikat kedua
belah pihak tidak akan merugikan pihak manapun. Iyeth dan pak Ngah tidak perlu
membuat gugatan, sehingga Nurham Yahya tidak harus membayar denda sebesar 10
miliar rupiah (dari tuntutan awal sebesar 7 miliar), tetapi hanya membatalkan Surat
Pendaftaran Ciptaan serta menghilangkan nama Nurham Yahya dari Pencipta dan
pemegang Hak Cipta lagu “Laksamana Raja di Laut”. Sebagai hasil akhir, lagu
“Laksamana Raja di Laut” tetaplah NN (anonim) atau tidak ada penciptanya dan tidak
ada yang boleh membuat Surat Pendaftaran Ciptaan untuk pencipta dan Pemegang
Hak Cipta, sehingga setiap orang berhak untuk menyanyikan lagu itu tanpa takut ada
pihak yang akan menuntut. Arbitrase merupakan langkah yang paling baik karena bila
ternyata langkah hukum yang diambil lewat pengadilan ternyata tidak memuaskan
Pak Ngah, bisa saja ia mengatakan bila saja proses hukum dilakukan di Malaysia,
belah pihak tidak akan berlanjut dan tidak akan memicu persoalan lebih lanjut yang
19
BAB IV
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa penulis ambil dari adanya sengketa lagu Laksmana Raja di
Laut ini, yakni bahwa lagu Laksmana Raja di Laut yang dipopulerkan oleh Iyeth Bustami
tidak diketahui siapa pencipta dari lagu tersebut, namun melodi dari lagu LRD ini sama
dengan lagu Nostalgia Aidilfitri yang diciptakan oleh kompser Malaysia Suhaimi Bin Mohd
Berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri atau Niaga Medan, sengketa lagu LRD antara
Masyarakat Melayu Riau dan Keturunan Datuk Ibrahim sebagai penggugat I; Pak Ngah,
penggugat II; dan Iyeth Bustami sebagai penggugat III, dengan Nurham Yahya (tergugat I)
dan Dirjen HaKI (tergugat II), akhirnya dimenangkan oleh penggugat. Para tergugat juga
Saran
Sengketa Laksmana Raja di Laut tidak harus dilakukan lewat jalur pengadilan, namun dapat
juga dilakukan melalui cara arbitrase (di luar pengadilan). Mengingat bahwa sengketa lagu
ini, juga terdapat masalah lintas negara, yakni antara Indonesia dan Malaysia.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id=61&itemid=50
http://www.total.or.id/info.php?kk=Hak%20Cipta
http://www.balitbangham.go.id/PERANGKAT%20UU%20TERKAIT/uu19-
2002%20Hakcipta.htm
http://www.inovasi.lipi.go.id/hki/copyright.php
21