You are on page 1of 15

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

COORPORASI PETANI JAGUNG SELUAS


20.000 Ha DI LAHAN KERING
KABUPATEN GROBOGAN - JAWA
TENGAH
I. PENDAHULUAN

Disaat krisis ekonomi melanda Indonesia terbukti bahwa


sektor usaha informal “pertanian” adalah satu-satunya sektor
ekonomi yang paling Tangguh dan tetap memiliki pertumbuhan
yang positif. Sektor pertanian telah membuktikan
kesetabilannya dalam menggerakkan dan menjadi tumpuan 60
% sampai 80 % penduduk di Indonesia patut mendapatkan
perhatian dan keberpihakan yang serius terhadap sektor ini.
Grobogan, adalah salah satu kabupaten potensial
Agropolitan yang berkembang secara Alamiah di Jawa Tengah
yang berbasis ekonomi agribisnis tanaman Pangan khususnya
Jagung, Padi dan Kedelai. Posisi berbatasan daerah kabupaten
yang berbasis pertanian seperti Demak, Blora, Pati, Kudus,
Sragen menjadikan sumber pendapatan sebagian penduduknya
bersumber dari ekonomi pertanian. Disamping itu, daerah ini
dilintasi oleh pegunungan kapur “rembang Hill” yang luasnya
ratusan ribu hektar sebagai lahan kering meskipun kurang subur
untuk produksi pertanian.
Dampak proses reformasi di bidang pertanian dalam dua
tahun terakhir, tahun 2003 tampak drastis menunjukkan
kemajuan yang positif dalam pengembangan produksi pangan
di lahan kering di atas sebagai efek pemanfaatan lahan
tidur/lahan terlantar pasca penjarahan hutan jati. Data
kemajuan produksi tanaman pangan Padi pada tahun 2002
dilaporkan produksi meningkat 5,35 % dan luas panen
meningkat 5,05 % (mencapai 103.705 ha), jagung produktivitas
rata-rata meningkat sebesar 0,88% (atau menjadi 4,7 ton/ha)
dan luas tanam Jagung meningkat drastis hingga
mencapai ± 110.000 ha; kedelai akan mencapai sasaran
34.495 ha dengan produktivitas yang terus meningkat 0,06%
dari tahun sebelumnya dan khusus Kacang hijau dibanding
tahun 2001 terjadi peningkatan produktivitas sebesar 5,24 %
(atau 8,4 ton/ha), tetapi luas panen turun 46,8 %. Tampak
bahwa trend usaha tani pangan di lahan kering pegunungan
tersebut ke depan akan berkembang sangat menonjol untuk
komoditi Jagung dan Kedelai sebagai dalam mengimbangi
berkurangnya lahan subur di daerah irigasi.
Kemajuan Agribisnis pangan di kabupaten Grobogan
disamping di dorong oleh faktor permintaan pasar yang besar,
terbukanya informasi kemajuan teknologi pertanian dan adanya
peluang ketersediaan lahan di daerah-daerah Perhutani melalui
upaya-upaya swadaya maupun fasilitas PHBM pemerintah yang
secara alamiah akan memacu peningkatan produksi pangan.
Fenomena dan indikator rendahnya pendapataan dan
keterbatasan sumber lapangan kerja masyarakat di sekitar
hutan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya yang
terus meningkat sebagai salah satu alasan memilih bertani dan
mencari teknologi yang dapat mengatasi permasalahan
rendahnya kesuburan lahan yang rusak/terlantar pasca
penjarahan khususnya di daerah kapur ini.
Ditemukannya informasi teknologi hayati Bio P 2000 Z
sebagai bentuk terobosan yang dua tahun lalu berhasil
dikembangkan di daerah-daerah marginal di luar Jawa seperti
pada lahan Gambut, Pasang Surut, dan Lahan Transmigrasi
mengundang minat petani di daerah ini mencoba mengatasi
kendala teknis kegersangan tanah di daerah tersebut. Pada
Tahun 2000 beberapa tokoh masyarakat di desa Ploso Kerep
mencoba menerapkan kaidah teknologi ini pada tanaman
Jagung dan ternyata mampu mengatasi masalah yang selama
ini masyarakat terhambat dalam meningkatkan produktivitas.
Imbas keberhasilan budidaya jagung di daerah ini dengan
didorong faktor permintaan pasar yang besar selanjutnya terus
berkembang dan ditiru oleh masyarakat dari desa ke desa yang
berkembang mengikuti deret ukur hingga mencapai ribuan
bahkan puluhan ribu hektar komoditi ini sedang berkembang.
Wilayah pembinaan dan pengenalan teknologi Bio p 2000 Z
untuk peningkatan produktivitas telah berkembang di daerah
kering seperti mulai dari Ploso kerep-Prawoto, Penganten,
pakem (klambu), Brati, salangamer, pakem, Mijen, taban sampai
Juron (perbatasan Blora). Hasilnya tampak nyata bahwa
produktivitas meningkat secara drastis bahkan lebih tinggi
dibanding daerah lain yang telah terbiasa menanam jagung
secara konvensional.
Hasil pembinaan teknologi budidaya jagung dengan Bio P
2000 Z untuk lahan marginal telah dibuktikan manfaatnya oleh
masyarakat bahkan pada panen perdana tanggal 26 Januari
2003 yang dilakukan pada malam hari oleh Bapak Dirjen Bina
Produksi Tanaman Pangan dan Bupati Grobogan,
dilaporkan petani bahwa produksi jagung hibrida yang
dibudidayakan dengan teknologi organik hayati Bio P
2000 Z telah meningkatkan prduktivitas jagung dari rata-
rata 3,5 – 4 ton/ha menjadi lebih dari 6,5 ton/ha (JKP),
dengan hasil ubinan rata-rata mencapai 9 – 10 ton/ha.
Keberhasilan ini sebagai wujud kerja keras masyarakat setempat
yang didukung dengan penerapan teknologi baru dan
pembinaan swadaya bersama swasta (PT. Alam Lestari Maju
Indonesia, B3I, LSM), tokoh-tokoh masyarakat dan jaringan
pemasaran yang menjamin. Selanjutnya Panen Raya
masyarakat akan terjadi terus-menerus di seluruh kawasan
agribisnis Jagung di Grobogan.
Sistem pembinaan yang diterapkan dengan pola swadaya
teknologi sejak tahun 2000 telah merubah Krakter masyarakat
yang lebih maju, mau bekerja keras dan “memiliki Moral
Obligator” yang lebih bertanggung jawab. Masyarakat seperti ini
merupakan aset yang positif dan berharga untuk menggerakkan
pembangunan di daerah dan meningkatkan kesejahteraan yang
lebih merata. Namun demikian, pola swadaya dalam usaha tani
ini tentu masih sangat terbatas dalam permodalan untuk
meningkatkan mutu dan nilai tambah usaha tani karena
permodalan saat ini hanya menggunakan penggalangan dana
kelompok/tokoh dan pinjaman agroinput teknologi Bio P 2000 Z
dari swasta dan beberapa komponen lain yang hanya berupa
sebagian dari komponen agroinput sehingga masih belum
sempurna dalam paket budidayanya. Hanya petani yang
mampu menambah modal yang mendapatkan hasil panen
maksimal, sehingga peluang peningkatan pendapatan petani
masih besar jika petani dapat mendapatkan tambahan modal
usaha taninya.
Untuk lebih meningkatkan pendapatan petani melalui
peningkatan produktivitas diperlukan kelengkapan Agroinput
(benih, Bio P 2000 Z, Pupuk-pupuk dan pestisida serta peralatan
pasca panen (tresher dan drayer). Diharapkan pada usaha tani
ini petani mendapatkan pinjaman lunak (LOAN) dalam bentuk
agroinput dari swasta maupun perbankan (BRI) yang disalurkan
dan dikelola melalui pengelola yang ditunjuk oleh petani dan
kelompok taninya.
II. PROFIL LOKASI BINAAN AGRIBISNIS SENTRA
JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

Lokasi Pusat Agribisnis Jagung ada di daerah kebun


gunung Jagung berada di desa Penganten, kecamatan
Klambu Purwodadi-Grobogan. Hamparan lokasi inti binaan
memiliki luasan 2000 – 3000 ha dan ditunjang jangkauan
petani-petani binaan (plasma binaan) menyambung hingga
30.000 ha. Lokasi inti binaan terletak 60 km dari ibu kota
Semarang (jalur darat) yang ditempuh dalam waktu 60
menit – 90 menit dan 35 km dari ibu kota kabupaten
Grobogan yang ditempuh dalam waktu 40 menit. Jalur
lintas yang dilalui adalah darat melalui jalan kabupaten, dan
dari pasar kecamatan (Godong) hanya 7 km melalui jalan
bendungan Klambu Jratun Seluna dan memasuki kebun
dengan jalan kebun (jalan batu ber aspal).
Jalur Perjalanan dari Ibu kota Jawa Tengah (Semarang),
dari Bandara Sebagai Berikut: Bandara - Jalur Lingkar
Pelabuhan (Tol) - Demak – Jalur Lingkar Demak arah
Purwodadi – Godong (Pasar) – Bendungan Klambu – Kebun
jagung Penganten.
Sedangkan geografis kabupaten Grobogan dikelilingi
oleh kabupaten strategis seperti Semarang, Demak, Kudus,
Pati, Blora dan Sragen yang dilalui pada jalur perdangangan
strategis di jawa tengah bagian utara. Perdagangan utama
di daerah ini adalah perdagangan hasil pertanian pangan
dan ternak. Lokasi daerah agribisnis jagung terbesar
terhampar pada bentangan pegunungan Rembang Hill dan
tersebar di semua kecamatan di Grobogan. Lokasi tersebut
tampak pada Peta sebagai berikut:
III. PROFIL MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN POLA
AGRIBISNIS JAGUNG

Reformasi tidak hanya membawa perubahan positif dan


tetapi juga negatif bagi usaha pertanian rakyat dan golongan
ekonomi lemah di daerah. Banyak lahan-lahan hutan yang
dijarah, penebangan liar yang tidak terkendali bahkan di
daerah-daerah kritis konservasi semakin memprihatinkan.
Berbagai situasi yang membuka peluang terjadinya
penjarahan. Penjarahan merupakan salah satu fenomena dan
indikator rendahnya pendapataan dan sumber lapangan kerja
masyarakat di sekitar hutan untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan hidupnya yang terus meningkat. Akibat
penjarahan, penebangan liar dan salah kelola terhadap
masyarakat di sekitar hutan jutaan hektar kawasan hutan di
Indonesia tersebut menjadi tanah kosong yang terlantar,
dan di Pulu Jawa, lahan yang menjadi terlantar lebih dari
300.000 ha. Milyaran bahkan triliunan rupiah dana yang telah
dikeluarkan pemerintah untuk menjaga kelestarian hutan
hilang begitu saja, belum lagi dampaknya yang sangat mahal
terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar hutan.
Dua tahun lalu (2000/2001) ribuan hektar kawasan hutan
jati di pegunungan Jawa bagian utara telah rusak dan
terlantar, habis kayunya dan tinggal lahan dengan batuan
kapur tandus yang tidak subur. Di Jawa Tengah kerusakan
terbentang sepanjang pegunungan “Rembang Hill” Yang
terbentang dari Puwodadi-Grobogan Sampai Rembang.
Masyarakat sekitar frustasi terhadap kondisi lahan ini karena
masa depan mereka akan lebih suram jika tidak ada upaya
cerdas sebagai sumber pendapatan alternatif mengingat
sumber pendapatan ekonomi lain tidak ada.
Di kabupaten Grobogan, khususnya di desa penganten
kecamatan Klambu dan desa Ploso Kerep beberapa desa
terkait beberapa tokoh masyarakat mencoba menerapkan
teknologi Bio P 2000 Z yang didampingi oleh pendamping dari
PT. Alam Lestari Maju Indonesia dan Yayasan Pemberdayaan
masyarakat LPPSD Grobogan. Melalui tokoh masyarakat
setempat mencoba memberikan solusi pertanian teknologi
organik. Di lahan yang rusak tersebut beberapa hektar dicoba
penanaman jagung dengan teknik budidaya teknologi yang
spesifik. Sebelum diperkenalkan teknologi di daerah tersebut
“mustahil” dapat menanam jagung dan tanaman pangan
lainnya yang menyebabkan mereka frustrasi jika hanya
dengan cara-cara pertanian lama. Namun dengan kerjasama
yang baik sisi teknologi dengan tokoh masyarakat tersebut
kondisi menjadi berubah, dimana lahan dapat berubah
menjadi produktif dengan hasil panen maksimal.
Di saat kebingungan masyarakat terhadap masa
depannya, mereka melihat alternatif percontohan tersebut,
merubah keputus asaan mereka menjadi termotivasi. Kami
bersama tokoh tersebut terus melakukan pembinaan baik
teknologi maupun moral sosial melalui pembinaan dan
sosialisasi di masjid-masjid/musholla sehingga mereka meniru.
Peserta yang tertarik terus bertambah dari beberapa puluh
orang menjadi beberapa ratus orang, dan sekarang
menjadi beribu petani terlibat. Keberhasilan berimbas
menjadi beberapa ratus dan sekarang menjadi puluhan
ribuan Hektar lahan menjadi lahan pertanian jagung dengan
model tumpang sari dengan jati maupun monocultur.
Keberhasilan swadaya ini di tekankan dengan pola “saling
kepedulian sosial” dan Gotong Royong, yaitu bagi petani
yang berkecukupan modal atau tokoh yang memiliki
kelebihan modal membantu petani yang miskin modal agar
dapat bersama-sama menikmati panen dengan
produktivitas yang rata-rata sama tinggi. Tentunya
harus diupayakan benih yang unggul, teknologi dan pupuk
serta teknis pembinaan yang serius dan diterima masyarakat.
IV. POLA TEKNOLOGI BIO P 2000 Z DAN KAIDAH
PERTANIAN ORGANIK UNTUK
MENJAGA KELESTARIAN SUMBER DAYA

Teknologi Bio Perforasi adalah rangkuman kekuatan sinergi


mikro organisme unggul berguna di alam yang bekerja dan
menimbulkan dampak kemajuan yang positif secara holistik.
Kemampuan teknologi ini telah teruji memberikan loncatan
dalam mengejar ketertinggalan memproduksi yang meningkat
ratusan sampai ribuan persen dan terbukti berhasil guna
dalam mengatasi kegersangan tanah seperti tanah marginal
pasir kuarsa, tanah gambut, tanah berpirit dan tanah marginal
lain dapat dimanfaatkan untuk pertanian produktif. Keragaman
sifat media tanaman, Ketidakseimbangan penyerapan
hara oleh efek keracunan tanaman, sulit tersedia dan
miskinnya hara tertentu tanaman seperti “pada tanah
bertipe masam” telah dapat diatasi dengan memanfaatkan
jasa mikroba.
Cara kerjanya adalah pupuk hayati Bio P 2000 Z
yang diintroduksikan ke dalam tanah, permukaan
daun dan ranting membentuk keseimbangan ekologi
baru dengan meredam aktivitas mikro-organisme
patogen yang tidak diinginkan, tetapi memicu
performa mikro-organisme bersahabat.
Keseimbangan ekologi baru ini sangat kondusif bagi
tumbuh kembang tanaman, tetapi aman bagi
kehidupan lain.
Teknologi Bio Perforasi memiliki keunggulan lintas
komoditi, lintas ekologi dan lintas teknologi. Populasi
mikroba dalam larutan Bio P 2000 Z mampu mencapai
kepadatan 5 x 1010 sel/ml dari 18 jenis mikroba unggul
berikut mutanya yang disinergikan dalam bentuk dorman
dan injury yang akan mempermudah pengemasan dan
memperbanyaknya sehingga pada pengenceran 200 – 300
kali kualitas tetap terjaga. Pupuk hayati Bio P 2000 Z lebih
dari sekedar pabrik pupuk (Bio Fabrications) dan bukan
sekedar penyubur ataupun pupuk daun. Larutan Bio P 2000
Z merupakan kultur biang mikroba unggul berguna bagi
tanah dan kehidupan di dalamnya (tanaman, hewan dan
jasad renik) yang bekerja melalui prinsip dan kaidah Bio
Perforasi, menggerakkan kesetimbangan bio-mikro ekologi,
nutrisi, dan energi yang berguna bagi tumbuh kembang
yang positif kehidupan produktif.
Pada lahan yang telah rusak hara organiknya, tanah
berbatu/kapur yang hutannya habis terjarah dan tanahnya
tererosi seperti di lokasi Panen, mikroba komplek tersebut
bekerja mengembalikan keseimbangan mikro ekologis
seperti menetralkan kemasaman, menyediakan hara mikro
dan mengendalikan dan menghambat anasir tumbuh
kembang tanaman dan menggiatkan kembalinya
terbentuknya unsur bahan organik dalam tanah. Dengan
demikian akan merubah tanah batuan yang gersang dan
tanah marginal secara cepat menjadi lahan yang subur
yang berkelanjutan untuk pertanian.
Teknik budidaya yang dikembangkan tahap awal
menerapkan pemupukan berimbang dan pemberian pupuk
kandang disamping keharusan menanamkan mikroba
penyubur dari Bio P 2000 Z. Dampaknya adalah pada
periode penanaman ke tiga dan berikutnya pemakaian
pupuk inorganik berimbang dapat dikurangi secara
bertahap tetapi produksi yang tinggi tetap terjamin.
Disamping memberikan efisiensi dalam usaha produksi
peran memberikan mikroba penyeimbang alami dan
penyubur ini akan menjaga secara alamiah menjaga
kelestarian Sumber Daya Mikro yang penting bagi
lingkungan.
V. POLA KEMITERAAN MULTI STAKE HOLDER
PARTNERSHIP

a. Peran Stake Holder pada pola Kemitraan


yang sedang berjalan
Pola kemitraan yang berjalan merupakan proses akhir
dari pembinaan masyarakat yang telah siap untuk
menerima kehadiran mitra usaha yang dipercaya oleh
masyarakat. Saat ini petani sudah pada tahapan mantap
bermitra agribisnis dalam pola stake holder partnership
yang telah diintroduksikan melalui pembinaan Teknologi
dalam sistem Agribisnis pemberdayaan yang berkerakyatan.
Pola ini sekarang berkembang secara alamiah sebagai
sistem agribisnis yang didorong oleh informasi teknologi
dan permintaan pasar dimana stake holder yang terlibat
mengikuti mekanisme pasar. Komponen tersebut adalah:
Ada Petani, Ada kesempatan mengelola lahan, ada
teknologi, ada Pembinaan budidaya dan permintaan pasar.
Pendamping teknis (PT. ALAMI dan LPPSD serta B3I)
menerapkan akselerasi pola ini karena sebagai langkah
termurah di lapangan..
Selanjutnya pemacuan lapangan dapat dilakukan
dengan menerapkan sistem agribisnis sebagai berikut:
pendekatan Pemberdayaan yang komprehenship
dengan melibatkan petani setempat dan berbagai pihak
terkait “Stake Holder” dalam management Agribisnis dan
Coorporate Farming dalam kerangka Pelestarian
Sumber Daya dan Pertanian melalui Pemberdayaan
Petani Kawasan Hutan sehingga memungkinkan semua
pihak merasa menerima dan mendapatkan manfaat dan
bertanggung jawab memelihara kelestarian sumber daya
disekelilingnya. Unsur penting dalam pengelolaan yang
lestari berkerakyatan tersebut adalah: Masyarakat,
kesanggupan mengelola luasan lahan usaha, Teknologi dan
pendampingan, Komoditi Unggulan, Mitra dan pasar
(pengusaha) serta Manajemen; dan sebagai fasilitatornya
adalah Para tokoh masyarakat dan organisasi kelompok
tani. Sistem agribisnis yang diintroduksikaan adalah
Agribisnis yang integrated sebagai berikut:

MANAJEMEN
Coorporate
ON FARM
Farming
BUDIDAYA
Lahan OFF
1INPUT
HULU
2 hamparan, 3 FARM
Benih/
Infrastruktur Bibit, Tenaga HILIR
Pupuk Keja (Petani) Pemasaran
Pestisida Budidaya & Agroindustri
Alsintan Teknologi Baru (Pengolahan
Modal/Kredi Pasca hsl)
t Panen,Kelemba Pengamana
gaan n Harga
Pendampingan
INTERCEPT/JASA INFORMAL
Jasa Aplikasi Teknl, Iklan,
Konsultan, Asuransi,
Distributor, Packaging,
dll.

4 Informasi, Penelitian,
PENUNJANG
Diklat, Pembinaan,
Prasarana, Monitoring, Kemudaahan Akses
IMPLEMENTASI SKEMA MODEL KEMITERAAN DI
LAPANGAN POLA 5.000 Ha.
TOKOH- B3 Dihara
pkan
PT.AL PENGGALANG
Kredit
BRI
ON FARM
MANAJEMEN Pemgembalian Kredit
Swasta + Kelp.&Tani
PETANI
Jaminan
OFF
KELTAN.
FARM
1INPUT
Lahan
PT. ALAMI
2 hamparan, 3 PT. Ceil
Jedang
PT. Surya Benih/ PT. Charoen
Nusa Bibit, Tenaga Pokphan/PT.
PT. Andalas Keja (Petani) ASI
PT. Dupon Budidaya & Tresher CV.
PT.SHS Teknl. BIO P Drayer KARISMA
PT. Sygenta Pasca Gudang Sub
Panen,Kelemba Supalier
INTERCEPT/PT.gaanALAM LESTARI Industri
Kelompok
Aplikasi Teknl, Tani
Penyuluh, Pakan
Konsultan, Aparat
Keamanan, Fasilitasi
Pemerintah .
JARINGAN ANTAR KELOMPOK
4 TANI
Informasi, Diklat, Pembinaan Anggota,
Monitoring/Pertemuan, Kemudahan Akses

Stake holder yang telah terlibat dan diorganisir oleh


Management (Keltan.) adalah:
1. Petani (Organisasi Kelompok Tani): diorganisir oleh
para ketua kelompok tani tingkat dusun pengorganisir
seluruh petani tingkat dusun dan Persatuan Penggerak
Petani Jagung yang dimotori oleh para tokoh
masyarakat yang peduli untuk mengangkat
kesejahteran petani dengan menerapkan pola
kekeluargaan dan kebersamaan. Struktur kelompok
tani yang terlibat terlampir.
2. Tokoh Masyarakat: yang merupakan kompulan para
tokoh penggerak sosial masyarakat yang turut andil
dan peduli untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat petani dengan wujud partisipasinya baik
berupa modal/biaya dan/atau dukungan pembinaan
moral dan tenaga (sebagai petani).
3. Swasta: baik berupa perusahaan maupun pribadi yang
dipercaya masyarakat dan memiliki agroinput,
teknologi Bio P 2000 Z, pendamping penyuluh maupun
peralatan kerja/pasca panen yang melakukan
kemitraan bisnis yang saling menguntungkan dengan
kontribusi agroinput yang dibayarkan saat panen atau
cash dengan harga rendah. Disamping itu Swasta
menjamin pembelian hasil panen petani sesuai harga
pasar yang berlaku.
4. Pembiayaan: Sebagian besar biaya pengelolaan usaha
tani adalah swadaya dari masyarakat dan tokoh,
namun pembiayaan untuk peningkatan mutu usaha
tani ada dari Alam Lestari, Yayasan B3I dan LSM
YLPPSD dan P3SDL meskipun masih kecil untuk
perangsang petani. Mengingat sistem usaha yang
telah terbina dengan baik ini diharapkan selanjutnya
pembiayaan yang lebih besar dari kredit LOAN Bank
BRI.
5. Pemerintah daerah (diharapkan): Mengingat usaha ini
secara nyata mengangkat kesejahteraan petani di
daerah, diharapkan peran Pemda yang akan datang
dapat memberikan bantuan fasilitasi berupa sarana
pasca panen (Tresher, drayer, Silo/gudang) pada keltan
yang berada langsung di sentra produksi hamparan
yang memenuhi minimal 3.000 ha. Disamping itu
menberikan kemudahan iklim usaha yang lebih
memberikan nilai tambah seperti dalam pemanfaatan
limbah dan penumbuhan industri hilirnya (pakan
ternak).

b. Rencana Pengembangan pola Kemitraan


Usaha
Ke depan usaha perkebunan jagung masyarakat dapat
ditingkatkan nilai tambah ekonominya untuk memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi penumbuhan ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Pengembangan
usaha kedepan dalam jangka waktu 3-5 tahun ke depan
digambarkan sebagai berikut:

Tongkol/
Pucuk Ampas DRAYER
Daun
Batang BIJI
Cacah PETANI JAGUNG
GUDAN
SILASE
MIXING PRODUSEN G/
FORMIN
G
JAGUNG SILO
PABRIK
(SENTRA PRODUKSI) OLAHAN
DRYING
BAHAN
BAKU
PETERNAKA
PETERNAKA
N
N
SAPI
UNGGAS
POTONG

Sistem coorporate farming pada masyarakat di kawasan


sentra perkebunan tersebut memiliki peluang dan prospek
mengingat: (1) Sumber daya alam yang harus dijaga dan
dipelihara kelestariannya oleh masyarakat sekitar hutan; (2)
Cukup tersedianya lahan kosong di kawasan hutan pasca
reformasi dapat dioptimalkan pemanfaatannya dan
diproduktifkan kembali dengan komoditas unggulan
produktif bersamaan pengembalian fungsi lahan yang
berwawasan sosial kemasyarakatan”; (3) C.F. mampu
menciptakan nilai manfaat ganda lahan hutan terpadu
untuk menunjang ketahanan pangan kawasan dengan
membangun kawasan komoditi unggulan pangan yang
berwawasan lingkungan; (4) Membuka lapangan kerja
dan sumber pendapatan baru yang lebih menarik bagi
masyarakat dikawasan hutan sehingga menekan
penjarahan hutan; (5) Dilibatkannya tenaga masyarakat
dalam CF sekaligus akan menjadi pengaman sosial bagi
kelestarian usaha bersama berarti akan menghemat “Social
Cost” dalam menekan pengangguran; (6) Dapat ditunjang
secara khusus dengan dana LOAN sosial publik untuk
melestarikan dan menjaga Sumber daya lingkungan hidup
sebagai revolving fund untuk memulai usaha produktif
(start up bussiness
VI. MULTIPLE EFEK DAN MANFAAT AGIBISNIS
JAGUNG DI GROBOGAN

a. Aspek Ekonomi dan Pendapatan


Meningkatnya pendapatan masyaarakat dari usaha
budidaya Tanaman tumpang Sari Jagung dengan B/C
ratio adalah 1,5 – 1,96 dengan keuntungan per hektar Rp.
2,500.000 – Rp. 4.000.000 yang berarti memberi
peningkatan pendapatan petani asli daerah (PAD) dan
daya beli masyarakat. Selama Usaha Tani berlangsung
diperoleh manfaat dari nilai tambah usaha perdagangan
lokal, pasca panen seperti koperasi jasa Drayer, pasca
panen dan usaha sampingan lain yang terkait seperti
ternak dan makanan karena meningkatnya daya beli dan
kesejahteraan masyarakat.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan pemda
berarti akan meningkatnya pendapatan dari sektor pajak
PBB yang terbayar oleh masyarakat dan sektor
jasa/usaha lain. Berarti pula beban daerah untuk
mengangkat kesejahteraan dan mengatasi kemiskinan
serta pengembangan ekonomi kerakyatan secara nyata.

b. Aspek Tenaga Kerja


Pertanian adalah sektor yang memiliki daya dukung
terbesar dalam menyerap tenaga kerja. Sumbang sih ini
sangat berarti saat ini karena angka pengangguran
Nasional dan kemiskinan yang terus bertambah. 110.000
Ha lahan jagung berarti pula menyerap tenaga kerja
langsung dari keluarga petani minimal 440.000 jiwa.
Disamping itu Agribisnis dalam skala ini sangat berarti
dalam mencegah dan menekan urbanisasi yang selalu
cenderung menimbulkan masalah sosial di perkotaan dan
menjadi lingkaran setan yang dampaknya harus
pemerintah atasi dengan biaya yang tidak sedikit.

c. Aspek Teknis dan Teknologi


Implementasi teknologi Bio P 2000 Z dan teknologi pasca
panen lain memberikan kemajuan dalam pandangan
pertanian rakyat selama ini yang selalu konvensional dan
menggantungkan pada pupuk kimia yang terus
menurunkan kualitas lahan. Terbukti bahwa penggunaan
teknologi hayati/organik ini mampu mengatasi
permasalahan produktivitas pertanian dan membuka
wawasan masyarakat terhadap penerimaan teknologi
baru dan perkembangan informasi keunggulan
kompetitif.
Teknologi Organik bukan hanya unggul dalam
meningkatkan produktivitas tetapi juga menjaga
kelestariannya dan keseimbangan ekologis lingkungan
yang aman bagi manusia. Penerapan teknologi ini
secara tepat bermanfaat untuk usaha tani yang
berkelanjutan, konservasi lahan, reklamasi dan
memperbaiki lingkungan produksi yang telah rusak dasn
mendorong majunya teknologi serta modernisasi
pertanian sektor yang lain.

d. Aspek Pemasaran
Penerapan teknologi dengan management coorporate
farming dalam budidaya yang tepat seperti kedelai
menciptakan “product Quality” dan countinuity sesuai
rencana yang diperlukan industri. Produk hasil teknologi
akan menduduki captive market yang bersaing di
pasaran; menunjang jaringan pasokan bahan baku dan
informasi lain seperti pusat-pusat pengembangan dan
pusat benih unggul di daerah yang dibutuhkan dan perlu
diketahui oleh pasar.

e. Aspek Keamanan Pangan dan ekonomi Kawasan


Tingginya produktivitas dan kualitas produksi Jagung di
daerah ini dan komoditas unggulan pertanian lain daerah
karena penerapan teknologi dan management,
menunjang ketahanan dan keamanan pangan daerah
melalui swasembada pangan lokal dan diharapkan
terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan baru daerah.
Maka terhindarlah daerah dari kerawanan pangan.
Meningkatnya usaha produktif rakyat (petani) dan
enterpreneurship para pelaku ekonomi di daerah memacu
pertumbuhan ekonomi yang akan mengikis kesenjangan
sosial (masalah pengungsi, penganggu-ran, kemiskinan)
dan ekonomi (pertumbuhan ekonomi kawasan dan
kesejahteraan/pendapatan).

g. Aspek Pembiayaan, Industri dan Investasi


Imbas Panen memberikan apresiasi positif bagi
terbukanya sumber-sumber pembiayaan terhadap dunia
pertanian di daerah. Dengan telah majunya daerah
melalui majunya teknologi dan SDM dalam
memanfaatkan potensi agraris berarti daerah lebih siap
untuk menuju era agroindustri dan mendorong masuknya
investasi luar.

You might also like