You are on page 1of 22

1.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 (PPh PASAL


22)

1.1. PENGERTIAN
Bambang Kesit (2001) memberikan pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22
sebagai berikut :
Pajak Penghasilan Pasal 22
adalah pajak yang dipungut oleh
Bendaharawan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Instansi atau lembaga-lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga tinggi
negara lainnya.
Pemungutan ini berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang
dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun usaha swasta atau
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lainnya.
Dalam definisi ini terdapat 3 (tiga) hal pokok yang menjadi fokus pemunggut
pajak yaitu :
1. Pemungutan pajak yang berkenaan dengan pembayaran atas
penyerahan yang pembayarannya bersumber dari dana APBN dan
APBD;
2. Pemungutan pajak yang berkenaan dengan kegiatan di bidang impor;
3. Pemungutan pajak atas penjualan hasil produksi atau penyerahan
badan bagi badan usaha yang bergerak di bidang usaha tertentu.
UU No.36 Thn. 2008, Pasal 22 ayat ayat (1) disebutkan bahwa Menteri
Keuangan dapat menetapkan :
(a) Bendahara Pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang
(b) Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak dari
yang melakukan kegiatan dari di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain
(c) Wajib pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Berdasarkan ketentuan ini, yang dapat ditunjuk sebagai pemungut pajak
adalah:
- bendahara pemerintah, termasuk bendahara pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan lembagalembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas
penyerahan barang, termasuk juga dalam pengertian bendahara
adalah pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi yang
sama;
- badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta,
berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di
bidang lain, seperti kegiatan usaha produksi barang tertentu antara
lain otomotif dan semen; dan

Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Pemungutan pajak oleh Wajib Pajak badan tertentu ini akan dikenakan
terhadap pembelian barang yang memenuhi kriteria tertentu sebagai
barang yang tergolong sangat mewah baik dilihat dari jenis barangnya
maupun harganya, seperti kapal pesiar, rumah sangat mewah,
apartemen dan kondominium sangat mewah, serta kendaraan sangat
mewah.
Dalam pelaksanaan ketentuan ini Menteri Keuangan mempertimbangkan antara
lain:
a. Penunjukan pemungut pajak secara selektif, demi pelaksanaan
pemungutan pajak secara efektif dan efisien;
b. Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas barang; dan
c. Prosedur pemungutan yang sederhana sehingga mudah dilaksanakan.
Pemungutan pajak berdasarkan ketentuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam pengumpulan dana melalui sistem pembayaran
pajak dan untuk tujuan kesederhanaan, kemudahan, dan pengenaan pajak pajak
yang tepat waktu.
Jadi dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam PPh Pasal 22
terdapat 3 hal penting yang diatur yaitu :
1. PPh Pasal 22 Bendaharawan,
2. PPh Pasal 22 atas kegiatan impor dan
3. PPH Pasal 22 untuk kegiatan usaha tertentu.

1.2.

PPh PASAL 22 BENDAHARAWAN


Obyek Pemungutan PPh Pasal 22 ini adalah penyerahan barang dan jasa
yang dibiayai dari APBN/APBD, sepanjang tidak termasuk sebagai penghasilan
yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21, pasal 23 dan Pasal 26.
Wajib pajak yang termasuk dalam kriteria tersebut di atas adalah badan usaha
atau usaha perorangan yang merupakan rekanan pemerintah yang menerima
pembayaran untuk penyerahan barang dan jasa yang dibiayai dari APBN/APD.
1.2.1. Saat Terutang PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 Terutang terjadi pada saat dilakukan pembayaran oleh
Bendaharawan dan dipungut setiap kali dilakukan pembayaran atau pada
saat penyerahan barang yang dbeli.
1.2.2. Tarif PPh Pasal 22 Bendaharawan
Tarif PPh Pasal 22 adalah sebesar 1,5% dari harga pembelian sebelum
atau tidak termasuk PPN.

1.2.3. Cara Menghitung PPh Pasal 22


Contoh :
PT. Sarana Modern menyerahkan barang kena pajak kepada Dinas
Pendidikan
dan
Kebudayaan
senilai
Rp.13.000.000,00
yang
pembayarannya dilakukan oleh Bendaharawan
Diminta : Hitunglah besarnya PPh Pasal 22 yang dipotong/ dipungut
oleh Bendaharawan dari transaksi tersebut jika
a. Harga tersebut belum termasuk PPN
b. Harga tersebut sudah termasuk PPN 10% dan PPnBM 20%!
c. Hargatermasuk PPN 10%
Jawabanya :
a. Harga Belum termasuk PPN
PPh Pasal 22 Terutang = 1,5% x Rp 13.000.000,00
= Rp 195.000,00
b. Harga termasuk PPN 10% dan PPnBM 20%
Harga beli
= Rp13.000.000,00
PPN = 10/130 x Rp13.000.000,00 = Rp1.000.000,00
PPnBM=20/130 x Rp13.000.000,00 = Rp2.000.000,00
= Rp3.000.000,00
Harga dasar pembelian =Rp10.000.000,00
PPh Pasal 22 Terutang = 1,5% x Rp10.000.000,00
= Rp150.000,00
=============
c. Harga beli
=Rp.13.000.000
PPN 10%
= 10% x Rp.13.000.000 = Rp.1.300.000
PPh psl 22 = 1,5% x (13.000.000 1.300.000)
= 1.5% x Rp.11.700.000) = Rp.175.500.
PPh terutang yang dipotong bendaharawan ini bersifat TIDAK FINAL,
artinya ; dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang terutang akhir
tahun.
1.3.

PPh Pasal 22 ATAS KEGIATAN IMPOR

Obyek pemungutan PPh Pasal 22 kegiatan impor adalah penghasilan


neto dari pemasukan barang ke dalam daerah pabean yang dilakukan oleh .
Importir dan harga jual lelang. Importir dikelompokkan atas 2 bagian yaitu :
a.

Importir yang mempunyai API (Angka Pengenal Impor) dan


b. Importir yang tidak memiliki API (Angka Pengenal Impor atau Non
API). API merupakan nomor identitas seorang importir yang
dikeluarkan oleh Bea dan cukai.

1.3.1. Saat Terutang PPh Pasal 22 atas Impor


PPh impor terutang terjadi pada saat masuknya barang ke pelabuhan
yaitu ketika membayar bea masuk. Jika pembayaran bea masuk ditunda
atau atau dibebaskan, maka maka PPh Impor tersebut terutang dan
dilunasi pada saat penyelesaian .
1.3.2. Tarif PPh Pasal 22
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.392/KMK.03/2001, Tarif
PPh Pasal 22 dibedakan antara tarif untuk importir yang memiliki API
(Angka Pengenal Impor) dan importir non-API sebagai berikut :
1. Bagi Importir yang mempunyai API, tarif pajaknya adalah 2,5% dari
nilai impor, sedang
2. Bagi Importir non-API, tarif pajaknya adalah 7,5% dari nilai impor.
Berkaitan dengan penentuan besarnya nilai impor, berikut ini dijelaskan
beberapa istilah yang perlu diketahui seperti :
a. CIF (Cost, Insurance and Freight) digunakan jika asuransi dibayar di
luar negeri.
b. C&F (Cost and Freight) digunakan jika asuransi dibayar dalam
negeri.
c. FOB (Free On Board) , artinya harga perolehan berdasarkan nilai
kurs dalam mata uang negara pengimpor, atau begitu barang sudah
dimuat di kapal, sudah tanggung jawab pembeli.
d. Bea masuk dapat dilihat pada buku Tarif Bea masuk Indonesia
e. Bea Masuk Tambahan dapat dilihat pada SK. Menkeu tentang Bea
Masuk Tambahan
f. Freight (Biaya Tambang) dapat dilihat pada daftar Biaya Tambang.
Sehingga Nilai Impor terdiri dari beberapa unsur yaitu CIF/C&F ditambah
Bea Masuk dan Bea Masuk Tambahan
1.3.3.

Cara Menghitung PPh Pasal 22 Atas Kegiatan Impor


PPh Pasal 22 dihitung dengan contoh kasus sebagai berikut :
PT. Sarana Modern punya API mengimpor lampu hias dari AS $10.000
dengan kurs Rp13.000,00. Tarif Bea Masuk dan Bea Masuk Tambahan
yang berlaku saat itu adalah 20% dan 10%; PPnBM 20% dan PPN 10%.
Biaya tambang sebesar 5%, dan biaya asuransi sudah dibayar di luar
negeri 5%..
Diminta : Hitunglah PPh Pasal 22 terutang PT.Sarana Modern !

Jawaban
Harga beli/cost =10.000 x Rp13.000,00
=Rp130.000.000,00
Freight
= 5% x Rp130.000.000,00
=Rp 6.500.000,00
Cost+Freight
=Rp136.500.000,00
Insurance = 5% x Rp136.500.000,00
=Rp 6.825.000,00
Cost, Insurance & Freight (CIF)
=Rp143.325.000,00
Bea Masuk = 20% x Rp143.325.000,00
=Rp 28.665.000,00
Bea Masuk Tambahan=10% x Rp143.325.000 =Rp 14.332.500,00
Nilai Impor
=Rp186.322.500,00
PPh Pasal 22 Terutang untuk :
a. WP ber-API = 2,5% x Rp186.322.500
=Rp.4.658.062,50
b. WP no-API, = 7,5% x Rp.186.322.500
=Rp.13.974.187,50
Demikian pula untuk lelang,
PPh Pasal 22 = 7,5% dari harga lelang
PPh Pasal 22 Terutang yang dipotong /dipungut oleh Dirjen Bea &
Cukai dan Bank Devisa adalah TIDAK FINAL, artinya dapat
dikreditkan dengan pajak terutang pada akhir tahun.
1.4.

PPh PASAL 22 UNTUK KEGIATAN USAHA TERTENTU

Obyek PPh Pasal 22 atas usaha tertentu adalah penjualan hasil produksi
atau penyerahan barang yang dilakukan oleh badan-badan usaha yang bergerak
di bidang industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, usaha perdagangan minyak dan gas, usaha perdagangan gula pasir dan
tepung terigu.
PPh Pasal 22 untuk penjualan hasil industri kertas bersifat final, semen
dan baja, industri otomotif,dan industri rokok tidak bersifat final.
1.4.1. Saat Terutang PPh Pasal 22 atas Kegiatan Usaha Tertentu
PPh pasal 22 terutang saat terjadi pembayaran .
1.4.2. Tarif PPh pasal 22 Kegiatan Tertentu
Adapun tarif PPh yang terutang yang harus disetor oleh agen atau
penyalur yang sifatnya final sebelum penebusan DO ke Pertamina atau
Perusahaan Penyedia Premix, dijelaskan sebagai berikut :

1. Produk Migas dari Pertamina dan Premix dari Perusahaan Penyedia


Premix :
No
.
1.
2.
3.
4.

Jenis Produk
Pertamina, Premix
Solar
Minyak Tanah
Gas LPJ
Pelumas

SPBU Pertamina

SPBU Swasta

0,25% x Harga jual

0,30% x Harga Jual

0,30% x Harga jual


0,30% x Harga jual
0,30% x Harga jual

0,30% x Harga Jual


0,30% x Harga Jual
0,30% x Harga Jual

2. Produk Semen Baja, Otomotif dan Kertas


PPh Pasal 22 yang wajib dipungut Pabrikan produk tersebut dari penyalurnya
ditentukan sbb:
No
.

Pemungut

Dasar Hukum

PPh Pasal
22 Tidak
Final

1.

Pabrikan
Semen
Pabrikan Baja

KEP401/PJ/2001
KEP01/PJ/1996
KEP32/PJ/1995
KEP69/PJ/1995

0,25% X
Harga jual
0,30% X
harga jual
0,45% X
Harga jual

2.
3.
4.

Pabrikan
Otomotif
Pabrikan
Kertas

PPh Pasal
22,
Terutang
Final
0,10% x
Harga jual

3. Hasil Pertanian / Kehutanan


Apabila orang/badan sebagai pedagang pengumpul hasil pertanian /hasil
kehutanan menjual hasil pertanian/kehutanan kepada industri /eksportir
dikenakan PPh Pasal 22 dengan tarif pajak penghasilan sebesar o,25% x
harga jual.
4. Barang Tergolong Sangat Mewah
Untuk penjualan barang tergolong sangat mewah dikenakan PPh Pasal 22
dengan tarif Pajak Penghasilan sebesar 5% dari harga jual yang bersifat
Final.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan No.03/PMK/2009, yang
disampaikan dengan Surat Dirjen Pajak , SE-13/PJ/2009 , disebutkan bahwa
Besarnya Pajak Penghasilan yang harus dipungut oleh Pemungut Pajak
adalah sebesar 5% (lima persen) dari harga jual tidak termasuk Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Tergolong Sangat


Mewah (PPN dan PPn BM).
Barang Yang Tergolong Sangat Mewah berdasarkan Peraturan
Menteri tersebut meliputi :
a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari
Rp20.000.000.000,00
b. Kapal Pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari
Rp10.000.000.000,00
c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihan
lebih dari Rp10.000.000.000,00 dan luas bangunan lebih dari 500
m2
d. Apartemen, kondominium dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihan lebih dari Rp10.000.000.000,00 dan atau luas
bangunan lebih dari 400 m2
e. Kendaraan bermotor roda 4 pengangkutan orang kurang dari 10
orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multipurpose
vehicle (MPV), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih
dari Rp5.000.000.000,00 dan dengan kapasitas cilinder lebih dari
3.000 CC.
1.4.3. Cara Menghitung PPh Pasal 22 Kegiatan Usaha Tertentu
Untuk mengetahui cara menghitung PPh pasal 22 Kegiatan Usaha
tertentu, berikut ini diberikan beberapa contoh transaksi sederhana yang
dilakukan oleh PT. Sembada selama bulan Pebruari 2009 dengan asumsi
sebelum PPN :
1. Tanggal 10 Pebruari membeli semen ke pabrik
Semen seharga
Rp150.000.000
2. Tanggal
15 Pebruari
membeli besi beton ke pabrik Baja seharga
Rp200.000.000,00
3. Tanggal 25 Pebruari membeli kertas ke pabrik Kertas Rp290.000.000,00
4. Tanggal 28 Pebruari membeli hasil perkebunan ke dinas Perkebunan
seharga Rp75.000.000,00
Diminta : Hitunglah PPh Pasal 22 terutang PT Sembada selama Pebruari
Jawaban:
Perhitungan PPh Pasal 22 terutang selama Pebruari PT Sembada :
1. Tgl. 10/2-2009 :
= 0,25% x Rp150.000.000,00 =Rp375.000,00
2. Tgl. 15/2-2009 :
= 0,30% x Rp200.000.000,00 = Rp600.000,00
3. Tgl. 25/2-2009 :
= 0,10% x 290.000.000 =Rp290.000,00
4. Tgl.28/2-2009 :

= 0,25% x Rp75.000.000 =Rp187.500,00


SOAL DISKUSI
1. PT SANDARAN pada tahun 2009 mengimpor barang dari Inggeris dengan nilai
perolehan impor US $1.200.000,00 Bea masuk ditetapkan sebesar 20%, PPN
impor sebesar 10% dan PPnBM sebesar 20%. Kurs menurut ketetapan
menteri keuangan saat itu adalah Rp13,000,00 per US$1.00
Diminta : Hitunglah PPh pasal 22 jika PT SANDARAN tidak memiliki API dan
PT SANDARAN memiliki API!

2.PAJAK PENGHASILAN PASAL 23


2.1.

PENGERTIAN PPH PASAL 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan


tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
dibayarkan,disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh
badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
bentukusaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak
dalam negeri atau bentuk usaha tetap .
Adapun obyek PPh Pasal 23 dikelompokkan menjadi penghasilan yang
dikenakan pemotongan dan yang dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23.
2.1.1. Penghasilan Yang Dikenakan Pemotongan PPh Pasal 23
Penghasilan yang dikenakan Pemotongan meliputi :
1. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf g.
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat
(1) huruf f;
3. Royalti; dan
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan oleh penyelenggara kegiatan yang
melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu
kegiatansebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e;
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2); dan

6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa


konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain, selain jasa yang telah
dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
Jasa lain yang dimaksudkan dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c UU No.36
Tahun 2008,
disebutkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
No.244/PMK.03/2008sebagai berikut :
a. Jasa Penilai (appraisal)
b. Jasa aktuaris
c. Jasa Akuntansi, pembukuan, atestesi laporan keuangan;
d. Jasa perancang (design)
e. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan
gas bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha
tetap (BUT);
f. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan
selain migas;
h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
i. Jasa penebangan hutan;
j. Jasa pengolahan limbah;
k. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services);
l. Jasa perantara dan atau keagenan
m. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang
dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEL;
n. Jasa kustodian /penyimpanan penitipan kecuali yang dilakukan
oleh KSEI;
o. Jasa pengisi suara (dubbing) dan atau sulih suara;
p. Jasa mixing film ;
q. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;
r. Jasa instalasi / pemasangan mesin, peralatan, listrik telepon, air,
gas, AC, dan atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi;
s. Jasa perawatan/perbaikan /pemeliharaan mesin, peralatan,
listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel,
alat transportasi
/kendaraan dan / atau bangunan, selain yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai ijin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi;
t. Jasa maklon;
u. Jasa penyelidikan dan keamanan;
v. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
w. Jasa pengepakan;
x. Jasa penyediaan tempat dan/ atau waktu dalam media masa,
media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;

y. Jasa pembasmian hama;


z. Jasa kebersihan atau cleaning service;
aa. Jasa atau jasa boga .
2.1.2. Penghasilan Yang Dikecualikan dari Pemotongan PPh Pasal 23
Penghasilan yang tidak dikenakan atau dikecualikan dari pemotongan
PPh Pasal 23 adalah :
a. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
b. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa
guna usaha dengan hak opsi;
c. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf dan
dividen yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2c);
d. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i;
e. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya;
f. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas
jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau
pembiayaan yang diatur dengan peraturan Menteri Keuangan.
Selanjutnya Peraturan Pemerintah Keuangan No.251/PMK.03/2008,
mengatur sebagai berikut(pengecualian):
1. Atas penghasilan sehubungan dengan jasa yang dibayarkan atau
terutang kepada badan usaha yang berfungsi sebagai penyalur
pinjaman atau pembiayaan, tidak dilakukan pemotongan pajak
Penghasilan Pasal 23.
2. Penghasilan sehubungan dengan jasa keuangan adalah berupa
bunga atau imbalan lain yang diberikan atas penyaluran pinjaman
dan atau pemberian pembiayaan termasuk yang melakukan
pembiayaan berbasis syariah,
3. Badan usaha tersebut meliputi :
a. Perusahaan pembiayaan yang merupakan badan usaha diluar
bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan
untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam usaha
lembaga pembiayaan dan telah mempeoleh ijin dari menteri
Keuangan;
b. Badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah yang
khusus didirikan untuk memberikan sarana pembiayaan bagi
usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, termasuk PT
(Persero) Permodalan Nasional Madani.
2.2.

SAAT TERUTANG PPH PASAL 23


Saat terutangnya PPh Pasal atas penghasilan adalah saat pembebanan
sebagai biaya oleh pemotong pajak sesuai dengan metode pembukuan yang
digunakan. Pemotongan PPh pasal 23 terutang pada akhir tahun dilakukan pada

saat pembayaran tersebut oleh pemotong atau pada saat penghasilan tersebut
terutang pada akhir bulan.
2.3.
a.
b.
c.
d.

TARIF PPH PASAL 23


Tarif PPh Pasal 23 UU No.36 Thn 2008 terdiri atas :
1. Tarif 15% dari Jumlah Bruto atas :
Dividen
Bunga
Royalti, dan
Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang sudah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas :
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta yang telah dikenai pajak penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf g
b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21.
3. Wajib Pajak yang tidak memiliki Normor Pokok Wajib Pajak (NPWP) , tarif
pemotongan penghasilannya lebih tinggi 100% daripada tarif normal (Pasal
23 ayat (1A) UU No.36 Tahun 2008).

2.4.
CARA MENGHITUNG PPH PASAL 23
Untuk menghitung PPh Pasalh 23, berikut ini diberikan beberapa
yang berkaitan dengan :
2.4.1. Penghasilan berupa dividen
Pengertian dividen adalah pembagian laba yang diperoleh dari
perusahaan sebagai pemegang saham, atau pemegang polis asuransi,
atau pembagian sisa hasil usaha bagi koperasi.
Contoh :
Pada tahun 2009 PT Sanjaya membagikan secara tunai dividen kepada
para pemegang sahamnya. Rukico sebagai salah satu pemegang saham
PT Sanjaya menerima dividen Rp21.750.000,00.
Diminta : Hitunglah PPh 23 terutang atas dividen Rukita ?
Jawaban :
PPh Pasal 23 = 15% x Rp21.750.000,00 =Rp3.265.500,00
2.4.2. Penghasilan Bunga
Bunga dapat diperoleh dari meminjamkan uang atau dari melakukan
tabungan seperti deposito. Bunga dari meminjamkan uang,
Contoh:

PT Sanjaya membeli obligasi 1.000 lembar obligasi dengan nominal


Rp10.000.000,00. Bunga 12% per tahun. Pembayaran setiap 6 bulan.
Bunga berjalan yang diterima tahun 2009 sebesar Rp17.500.000,00
Dminta: Hitunglah PPh 23 terutang PT Sanjaya!
Jawaban:
PPh Pasal 23 terutang
=15% x Rp17.500.000,00 =Rp2.625.000,00
2.4.3. Penghasilan Sewa
Sewa-menyewa merupakan suatu transaksi yang ditandai oleh adanya
penggunaan harta atau fasilitas baik barang bergerak maupun tidak
bergerak oleh pihak lain didasarkan atas suatu perjanjian baik secara
tertulis maupun secara lisan. Melalui transaksi ini, yang meminjam barang
tersebut akan membayar sewa kepada yang meminjamkan barangnya.
Contoh :
PT Londo menyewakan peralatan berat kepada PT Rimba senilai
Rp.26.000.000,00 sebulan. Hitunglah PPh Pasal 23 atas sewa tersebut!
Jawaban:
PPh pasal 23 = 2% x Rp26.000.000,00 =Rp520.000,00

3.

4.

5.

6.

Bunga simpanan pada koperasi


buat anggota orang pribadi sbb.:
a. Bunga
simpanan
s.d.
Rp
240.00,00 per bulan
b. Bunga
simpanan
lebih
dari
Rp240.000,00 per bulan
Pengalihan hak atas tanah dan atau
bangunan sbb.:
a. Pengalihan hak atas tanah dan
atau bangunan
b. Pengalihan hak atas rumah
sederhana dan rumah sangat
sederhana oleh WP yg usaha
pokoknya pengalihan hak atas
tanah dan atau bangunan
c. Pengalihan lainnya
Hadiah Undian.
(Niminal Rp5.000.000,00 keatas)
diberi bukti potongan, sedang kurang
dari Rp.5.000.000,00 dibuatkan daftar
pemotongan)
Penghsilan dari jasa Persewaan
Tanah dan atau bangunan

0%
10%

PP No. 17 Thn
2009

5%
1%

PMK
No.243/PMK.03/
2008

5%

25%

10 %

PP No.132
Th.2000
dijabarkan dalam
KEP-395/PJ/2001
PP No.5 th 2002;
dan No.120/KMK.03/

2002

7.

Penghasilan dari Usaha Jasa


Konstruksi sbb.:
a. Pelaksana konstruksi oleh
penyedia jasa kualifikasi kecil
b. Pelaksana Konstruksi oleh
penyedia jasa yg tidak memiliki
kualifikasi usaha
c. Pelaksana konstruksi oleh
penyedia jasa selain a dan b
d. Perencanaan atau pengawasan
konstruksi oleh penyedia jasa yg
memiliki kualifikasi usaha
e. Perencanaan atau pengawasan
konstruksi oleh penyedia jasa
tanpa kualifikasi usaha

2%
4%
3%

PP No.51 thn 2008


dan No.187/KMK.03/
2008

4%
6%

SOAL DISKUSI
1. PT KIRANA menyewa 4 Bis PT RAMAYANA untuk antar jemput
karyawannya dengan nilai sewa Rp20.000.000,00 per bulan. Dalam
kontrak sewa tersebut sudah inklusif gaji sopir sebesa Rp8.000.000,00
dan pemeliharaan kendaraan sebesar Rp2.500.000,00 per bulan. Di
samping itu Direktur PT KIRA menyewa mobil sedan sebesar
Rp3.500.000,00 , termasuk gaji sopir sebesar Rp1.500.000,00 dan
pemeliharaan sebesar Rp1.200.000,00
Diminta : Hitunglah besarnya PPh pasal 23 terutang PT KIRANA !

3.PAJAK PENGHASILAN PASAL 24


3.1.

PENGERTIAN
Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah pajak yang dibayar atau terutang di
luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang boleh
dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undangundang ini dalam
tahun pajak yang sama. Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) UU No.36 Tahun 2008, adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar
atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang
terutang berdasarkan Undang-undang ini.
3.2. BATAS JUMLAH PAJAK YANG BOLEH DIKREDITKAN
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber
penghasilan ditentukan sebagai berikut:
a. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari
pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang
menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat
kedudukan;
b. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan
penggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau
dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau
berada;
c. Penghasilan penghasilan berupa sewa sehubungan dengan
penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat harta tersebut terletak;
d. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani
imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada;
e. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap
tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
f. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada;
g. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta
tetap berada; dan
h. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu
bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.
3.3. BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK
Besarnya pajak yang diperbolehkan untuk dikreditkan oleh Wajib Pajak
adalah diambil yang terendah dari 3 (tiga) jenis kemungkinan atau cara
perhitungan sebagai berikut :
1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri.
2. Hasil perhitungan dari (Penghasilan luar negeri : seluruh penghasilan
kena pajak) x PPh atas seluruh yang dikenakan tarif pasal 17.

3. Jumlah pajak yang dibayar atau terutang untuk seluruh penghasilan


kena pajak (dalam hal penghasilan kena pajak adalah lebih kecil
daripada penghasilan luar negeri.
3.4. CARA MENGHITUNG PPH YANG BOLEH DIKREDITKAN
Untuk menentukan besarnya pajak penghasilan yang boleh dikreditkan, masih
dibedakan, apakah penghasilan diperoleh dari satu negara atau diperoleh dari
beberapa negara.
3.4.1. Penghasilan dari Satu Negara
Untuk menghitung besarnya pajak penghasilan yang bisa dikreditkan jika
penghasilan hanya berasal dari satu negara, diberikan contoh sebagai
berikut :
Wajib Pajak PT Sandana pada akhir tahun 2009 memperoleh penghasilan
dari luar negeri sebesar Rp200.000.000,00 dengan tarif pajak 20%.
Sedang di dalam negeri PT Sandana menderita rugi Rp40.000.000,00.
Diminta : Hitunglah Pajak Penghasilan yang boleh dikreditkan oleh PT
Sandana!
Jawab:
Penghasilan dari luar negeri
=Rp200.000.000,00
Rugi dalam negeri
=Rp 40.000.000,00
Total penghasilan tahun 2009
=Rp160.000.000,00
PPh terutang = 25% x Rp160.000.000,00
=Rp40.000.000,00
Besarnya kredit pajak yang diperkenankan untuk dikreditkan dipilih mana
yang paling rendah antara tiga perhitungan sbb.:
1. PPh yang terutang di luar negeri :
20% x Rp200.000.000,00
=Rp40.000.000,00
2. PPh yang dihitung dengan perbandingan
200/160 x Rp40.000.000,00 =Rp56.000.000,00
3. PPh yang terutang untuk seluruh penghasilan
25% x Rp160.000.000,00
=Rp40.000.000,00
Berdasarkan ketentuan pengkreditan PPh yang terutang di luar negeri,
yaitu yang boleh dikreditkan adalah hasil hitungan yang terendah dari
ketiga hitungan , yang dalam hal ini adalah Rp.40.000.000,00, yaitu PPh
yang dipotong di luar negeri.
3.4.2. Penghasilan dari Beberapa Negara
Untuk menghitung besarnya pajak penghasilan yang bisa dikreditkan
jika penghasilan berasal dari beberapa negara, diberikan contoh sebagai
berikut :

PT LORA memperoleh penghasilan dalam tahun 2014 yang berasal dari


beberapa negara tetangga yaitu Australia sebesar Rp40.000.000,00
dengan tarif pajak 35%; Malaysia sebesar Rp45.000.000,00 dengan tarif
pajak 30% dan dari Singapura R60.000.000,00 dengan tarif pajak 20%.
Sedang penghasilan dalam negeri adalah Rp45.000.000,00.
Diminta: hitunglah besarnya pajak yang dapat dikreditkan Oleh PT LORA !
Jawaban:
a. Total Penghasilan
Total penghasilan = Rp40.000.000 + Rp45.000.000 + 60.000.000
+ Rp45.000.000,00
=Rp190.000.000,00
Pajak terutang total = 25% x Rp190.000.000,00
= Rp47..500.000,00
b. PPh terutang di luar negeri :
1. Australia =35% x Rp40.000.000,00 =Rp14.000.000,00
2. Malaysia =30% x Rp45.000.000,00 =Rp13.500.000,00
3. Singapura=20% x Rp60.000.000,00 =Rp12.000.000,00
Jumlah PPh yang dipotong diluar negeri
=Rp39.500.000,00
c. PPh menurut Perbandingan :
1. Australia=(Rp40.000.000/190.000.000) x Rp47.500.000
= Rp10.000.000,00
2. Malaysia=(Rp45.000.000/190.000.000) x Rp47.500.000
= Rp11.250.000,00
3. Singapura =(Rp60.000.000/190.000.000) x Rp47.500.000
= Rp15.000.000
Jumlah kredit pajak yang boleh dikreditkan untuk masing-masing
negara, ditentukan dengan memilih mana yang terendah dari antara
pajak yang terutang di luar negeri dengan pajak yang dihitung menurut
perbandingan , seperti berikut ini :
PPh Yang Boleh dikreditkan
Dipilih Yang Terendah
dari antara
No
PPh
Terutang
PPh Menurut
Negara
.
di luar negeri
Perbanding
(Rp)
(Rp)
1.
Australia
14.000.000,0 10.000.000,0
0
0
2.
Malaysia
13.500.000,0 11.250.000,0
0
0
3.
Singapura
12.000.000,0 15.000.000,0
0
0
Jumlah PPh yang boleh dikreditkan atas total

PPh Yang
Boleh
dikreditkan
(Rp)
10.000.000,00
11.250.000,00
12.000.000,00
33.250.000,00

penghasilan

d. Kelebihan Kredit Yang Dipotong di Luar Tidak Dapat di Restitusi


Selisih sebesar =Rp39.500.000,00 Rp33.250.000,00
=Rp6.250.000,00
tidak dapat dikreditkan tahun berikutnya, atau tidak dapat direstitusi dan
juga tidak dapat diperlakukan sebagai pengurang penghasilan.
3.4.3. Kerugian Di Luar Negeri
Berbeda dengan perlakuan kerugian yang terjadi di Indonesia yang
bisa digabungkan atau diperhitungkan dengan gabungan seluruh
Penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak.
Sedangkan kerugian yang diderita di luar negeri tidak dapat digabungkan
dengan seluruh penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak.
Contoh :
Tahun 2009 PT ANDALAN memperoleh penghasilan di Australia sebesar
Rp50.000.000,00 dengan tarif pajak 35%; Malaysia sebesar
Rp25.000.000,00 dengan tarif pajak 30% dan Rugi di Singapura
Rp20.000.000,00 dan di dalam negeri menerima Rp70.000.000,00
Diminta: Hitunglah Pajak yang boleh dikreditkan!
Jawab:
a. Total PPh Terutang:
1. Penghasilan dalam Negeri
=Rp 70.000.000,00
2. Australia
=Rp 50.000.000,00
3. Malaysia
=Rp 25.000.000,00
4. Rugi di Singapura
=Rp
Total penghasilan
=Rp145.000.000,00
Besarnya total PPh Terutang PT ANDALAN adalah:
=25% x Rp145.000.000
=Rp36.250.000,00
b. PPh yang Terutang di luar Negeri
1. Australia = 35% x Rp50.000.000,00 =Rp 17.500.000,00
2. Malaysia = 30% x Rp25.000.000,00 =Rp 7.500.000,00
PPh yang dipotong di luar negeri =Rp25.000.000,00
c. PPh Menurut Perbandingan
1. Australia = (50.000.000/145.000.000) x 36.250.000
= Rp12.500.000
2. Malaysia = (25.000.000/145.000.000) x 36.250.000
= Rp 6.250.000

d.

PPh Yang Boleh dikreditkan

No
.
1.

Dipilih Yang Terendah


dari antara
Negara
Australia

PPh Terutang
di luar negeri
(Rp)

PPh Menurut
Perbanding
(Rp)

17.500.000,0
12.500.000,00
0
2.
Malaysia
7.500.000,0 . 6.250.000,00
0
3.
Singapura
Jumlah PPh yang boleh dikreditkan atas total
penghasilan

PPh Yang
Boleh
dikreditkan
(Rp)
12.500.000,00
6.250.000,00
18.750.000,00

e. Selisih lebih Tidak dapat dibebankan atau direstitusi


Selisih lebih PPh yang dipotong di luar negeri dengan PPh yang
boleh dikreditkan sebesar
(Rp.25.000.000,00 Rp18.750.000,00) = Rp.6.500.000.00
Jumlah tersebut tidak dapat direstitusi atau dibebankan ke periode
perikutnya.
SOAL DISKUSI
1. PT UNDUR-UNDUR pada tahun 2009 melaporkan penghasilan dalam dan
luar sebagai berikut :
a. Penghasilan dalam negeri sebesar Rp29.000.000.000,00
b. Penghasilan di luar negeri sebesar US$750.000,00 dengan kurs
sesuai ketentuan menteri keuangan sebesar Rp9.800,00 per
US$1,00
Diminta : Hitunglah besarnya pajak penghasilan terutang PT UNDUR-UNDUR!

4.PAJAK PENGHASILAN PASAL 25


4.1.

Pengertian

PPh psl 25 merupakan angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak untuk setiap bulannya dalam tahun pajak berjalan sebagaimana
dalam PPh psl 25 UU No.7 thn 1983 yg telah diubah terakhir dengan UU no.36 thn

2008 tentang Pajak Penghasilan. Pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri
dimaksudkan untuk meringankan beban wajib pajak dalam membayar pajak
terutang.

4.2. PerhitunganAngsuranPPhpsl. 25
Angsuran PPh psl. 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang
terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan
dalam SPT Pajak penghasilan (SPT Tahunan).
Contoh:
Tahun 2014 PT. SELALU TAHAN EMOSI memiliki pajak penghasilan terutang
sebesar Rp.24.500.000,-- (telah dihitung sesuai dengan UU pajak).
Pada thn 2014 perusahaan telah membayar/dipotong pajak penhasilan psl 22
sebesar Rp.500.000.
Hitunglah berapa angsuran pajak untuk tahun 2015?
Jawabannya:
Jumlah pajak penghasilan terutang
=Rp.24.500.000,-Kredit Pajak:
PPh psl 22
=(Rp. 500.000,--)
Jumlah dasar penghitungan angsuran
=Rp.24.000.000,-Maka besarnya angsuran pajak (PPh psl.25) yang harus dibayar sendiri setiap
bulan wajib pajak dalam tahun 2015 adalah:
Dasar penghitungan angsuran
Angsuran per bulan

Rp.24.000.000
= 24.000.000/12
= Rp.2.000.000,-=============

SoalDiskusi:
PT. Sabar Aja memiliki penjualan thn 2014 sebesar Rp.12.750.000.000, Biaya
operasi (biaya pemasaran dan administrasi) sebesar Rp.2.550.000.000. Harga
pokok penjualannya sebesar Rp.7.200.000.000,-- Tarif pajak penghasilan adalah
25%.
Hitunglah besarnya pajak angsuran (PPhpsl.25 ) PT.Sabar Aja untuk tahun 2015!

5.PAJAK PENGHASILAN PASAL 26


5.1.

Pengertian

PPh Pasal 26 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima
wajib pajak luar negeri.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari
Indonesia, Undang-Undang ini menganut dua sistem pengenaan pajak, yaitu :
1. Pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk
usaha tetap di Indonesia dan
2. Pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar
negeri lainnya.
Ketentuan ini mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber
di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk
usaha tetap.
Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan ini wajib dilakukan oleh badan
pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan
pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di
Indonesia dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto.
Dengan status Wajib Pajak Luar Negeri yang memperoleh Gaji sebagian atau
seluruhnya dalam Mata Uang Asing dijelaskan sebagai berikut :
a. Dalam hal pegawai dengan status wajib pajak luar negeri memperoleh gaji
sebagian atau seluruhnya dalam mata uang asing sebelum PPh dihitung
terlebih dahulu harus dikonversi dalam mata uang rupiah_
b. PPh Pasal 26 yang terutang dihitung berdasarkan jumlah penghasilan
bruto, dan tidak boleh diperhitungkan pengurangan-pengurangan seperti
biaya jabatan dan PTKP.
5.2. Jenis Penghasilan Yang wajib dilakukan Pemotongan
Jenis-jenis penghasilan yang wajib dilakukan pemotongan dapat digolongkan
dalam:
1. Penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk dividen, bunga
termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang, royalti, dan sewa serta penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta;
2. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan;
3. Hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apa pun;
4. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
5. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
6. Keuntungan karena pembebasan utang.
Sesuai dengan ketentuan ini, misalnya suatu badan subjek pajak dalam negeri
membayarkan royalti sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada
Wajib Pajak luar negeri, subjek pajak dalam negeri tersebut berkewajiban untuk

memotong Pajak Penghasilan sebesar 20% (dua puluh persen) dari


Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Sebagai contoh lain, seorang atlet dari luar negeri yang ikut mengambil bagian
dalam perlombaan lari maraton di Indonesia kemudian merebut hadiah uang
maka atas hadiah tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan sebesar 20%
(dua puluh persen).

5.3.

Tarif dan Cara Menghitung PPh Pasal 26


a. Tarif PPh Pasal 26
Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%.
b. Cara Menghitung PPh Pasal 26
Penghasilan WP Luar negeri yang dikenakan Tarif PPh Pasal
26 dihitung sebagai berikut:
1. 20% terhadap dividen, Bunga, Royalty, hadial dll yg diterima
wajib pajak luar negeri
2. 20% x 20% terhadap Hasil penjualan harta milik wajib pajak
luar negeri
3. 20% x 50% terhadap Premi asuransi yang dibayar oleh
perusahaan asuransi di Indonesia kepada perusahaan asuransi
di luar negeri
4. 20% x 10% terhadap Premi asuransi yang dibayar oleh
perusahaan asuransi di Indonesia kepada perusahaan asuransi
luar negeri
5. 20% x 5% terhadap premi asuransi yang dibayar oleh
perusahaan Re-asuransi di Indonesia kepada perusahaan
asuransi di luar negeri
6. 20% terhadap laba bersih setelah dikurangi pajak untuk BUT
(Perwakilan usaha yang ada di Indonesia yang Kantor
Pusatnya ada di luar Negeri).
Adapun salah satu contoh cara menghitung PPh pasal 26 adalah sebagai
berikut :
Contoh:
William Bentley adalah pegawai asing yang berada di Indonesia
kurang dari 183 hari. Dia berstatus menikah dan mempunyai 2 orang
anak. la memperoleh gaji pada bulan Maret 2009 sebesar us $ 2,500
sebulan. Kurs Menteri Keuangan pada saat pemotongan adalah Rp
11.500,00 untuk US$1.00.
Diminta : Hitunglah PPh pasal 26 Mr. William !
JAWABAN :
Penghitungan PPh Pasal 26:
Penghasilan bruto berupa gaji sebulan adalah:
US$2 ,500 x Rp. 11.500,00 = Rp28.750.000.00

PPh Pasal 26 terutang adalah:


= 20% x Rp28.750.000,00
= Rp 5.750.000,00
=============
SOAL DISKUSI
1. Rumah Sakit KASIH IBU, sebuah rumah sakit swasta di daerah pinggiran
Utara Jakarta, membayar gaji dan honorarium dokter
asingsebagaidirekturdankonsultan 2009 sbb.:
a. Dr. Lola (orang Amerika) sebagai direktur rumah sakit dengan gaji
Rp240.000.000,00 per tahun ditambah tantiem Rp.45.000.000,00 .
b. Dr. Komar (orang Singapure) kawin 3 anak, sebagai konsultanmedis
menerima honorarium yang dibayar bulanan sebesar Rp700.000,00 per
bulan
Diminta: Hitunglah pajak terutang PPh pasal 26 yang dipotong RS. KASIH
IBU terhadap pembayaran honor dan gaji kedua orang asingtsb !

You might also like