Professional Documents
Culture Documents
Bab I
1.1 Latar belakang
Pada era modern saat ini, penggunaan energy sangatlah tinggi dan akan
terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman kearah industrial. Disisi
lain, energy listrik didapatkan dari bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui
seperti batu bara dan mnyak. Bahan bakar energy ini tidak hanya digunakan dalam
industry tenaga listrik tapi juga digunakan dalam bidang-bidang lain seperti
transportasi dan dunia industry. Oleh karena itu, timbullah kekhawatiran akan
habisnya bahan bakar ini jika kita masih tetap menggunakan bahan bakar ini.
Akibat kelangkaan ini, akan menyebabkan tingkat harga bahan bakar akan
melambung tinggi dan akan mempengaruhi tingkat harga bahan baku yang lain
dan menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat akan menurun. Dengan kata
lain, meningkatkan persentase kemiskinan.
Selain itu, penggunaan bahan bakar ini juga telah mempengaruhi kualitas
lingkungan sekitarnya akibat polusi yang dihasilkan bahan bakar ini sangatlah
tinggi. Oleh karena itu, diperlukan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Harga tarif dasar listrik yang semakin lama akan semakin tinggi jika kita tetap
menggunakan bahan bakar ini sebagai penyuplai energy. Atas dasar itu pula, kita
memerlukan bahan bakar yang lebih murah agar dapat menekan tingkat
kemiskinan, khussunya di Indonesia.
Atas dasar kepedulian, diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Dan kami berpikir, untuk solusi dari itu semua adalah
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). PLTN sangat ramah lingkungan dengan
tingkat polusi yang sangat rendah, tingkat biaya bahan bakar yang sangat murah
dan sangat membantu keuangan masyarakat kecil.
Bab II
Dasar Teori
A. Bahan bakar nuklir
Bahan bakar nuklir adalah semua jenis material yang dapat digunakan
untuk menghasilkan energi nuklir, demikian bila dianalogikan dengan bahan
bakar kimia yang dibakar untuk menghasilkan energi. Hingga saat ini, bahan
bakar nuklir yang umum dipakai adalah unsur berat fissil yang dapat
menghasilkan reaksi nuklir berantai di dalam reaktor nuklir; Bahan bakar
nuklir dapat juga berarti material atau objek fisik (sebagai contoh bundel bahan
bakar yang terdiri dari batang bahan bakaryang disusun oleh material bahan bakar,
bisa juga dicampur dengan material struktural, material moderator atau material
pemantul (reflector) neutron. Bahan bakar nuklir fissil yang seirng digunakan
adalah 235U dan 239Pu, dan kegiatan yang berkaitan dengan penambangan,
pemurnian, penggunaan dan pembuangan dari material-material ini termasuk
dalam siklus bahan bakar nuklir. Siklus bahan bakar nuklir penting adanya karena
terkait dengan PLTN dan senjata nuklir.
Tidak semua bahan bakar nuklir digunakan dalam reaksi fissi berantai.
Sebagai contoh, 238Pu dan beberapa unsur ringan lainnya digunakan untuk
menghasilkan
sejumlah
daya
nuklir
radiothermal,
melalui
dan baterai
atom.
proses peluruhan
Isotop
ringan
seperti 3H (tritium) digunakan sebagai bahan bakar fussi nuklir. Bila melihat
pada energi ikat pada isotop tertentu, terdapat sejumlah energi yang bisa diperoleh
dengan memfusikan unsur-unsur dengan nomor atom lebih kecil dari besi, dan
memfisikan unsur-unsur dengan nomor atom yang lebih besar dari besi.
Siklus bahan bakar nuklir, juga disebut rantai bahan bakar nuklir,
serangkaian proses perkembangan bahan bakar nuklir yang melalui serangkaian
tahap-tahap yang berbeda. Hal ini terdiri dari beberapa tahapan "hulu" (front end),
dimana uranium disiapkan sebagai bahan bakar reaktor, dan beberapa tahapan
"hilir" (back end), dimana proses pengaturan, pengelolaan, atau pengolahan
kembali bahan bakar bekas dilakukan.
Uranium merupakan sumber energi dengan kelimpahan sungguh sangat besar,
yaitu 13000 TW tahun. Sebagai perbandingan, kelimpahan energi dari batubara
adalah 680 TW tahun. Sedangkan kelimpahan energi dari minyak dan gas adalah
400 TW tahun. Adapun komsumsi energi dunia pada tahun 2000 adalah 14 TW
tahun, dan pada tahun 2100 diproyeksikan sekitar 55 TW tahun. (TW adalah
singkatan dari terrawatt, dan 1 TW = 1.000.000.000.000 W).
Uranium di kerak bumi terdeposit bersama-sama dengan mineral lainnya. Agar
dapat menghasilkan energi yang efisien, uranium harus diolah melalui
serangkaian tahapan proses yang panjang dan komplek dibanding pemrosesan
bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas. Meskipun demikian, porsi
ongkos bahan bakar nuklir terhadap ongkos total pembangkitan listrik dari PLTN
adalah realtif kecil, yaitu sekitar 20 %.
Tahapan dimulai dari penambangan dan penggilingan bijih uranium untuk
mendapatkan konsentrat uranium. Tahapan proses selanjutnya adalah pemurnian
dan konversi, pengkayaan atau peningkatan kadar U-235 dalam uranium, dan
fabrikasi perangkat bakar nuklir sesuai dengan jenis reaktornya.
Seluruh tahapan mulai dari penambangan hingga fabrikasi perangkat bakar
disebutsebagai ujung depanatau front end siklus bahan bakar nuklir.
Bahan bakar uranium yang telah habis masa gunanya dalam membangkitan
energidisebut bahan bakar bekas atau spent fuel yang akan melalui beberapa
tahapan pengelolaan setelah dikeluarkan dari teras reaktor. Masa guna bahan
bakar nuklir di reaktor antara 3 6 tahun.
5
Konversi UO2 menjadi UF6 dilakukan dalam dua langkah proses. Pertama adalah
mereaksikan UO2 dengan asam anhydrous HF hingga menjadi uranium
tetrafluorida (UF4). Kemudian UF4 direaksikan dengan gas F2 sehingga terbentuk
UF6.
Negara utama pengoperasi pabrik komersial konversi Yellow Cake UF6adalah
Kanada, Perancis, Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia. Beberapa negara seperti
Cina, India, Aragentina, dan Romania juga mengoperasikan pabrik konversi tetapi
hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan dalam negrinya sendiri.
3. Pengkayaan
Mayoritas PLTN yang sekarang beroperasi maupun yang sedang dalam konstruksi
memerlukan uranium diperkaya sebagai bahan bakarnya. Pengkayaan uranium
adalah proses meningkatkan kadar U-235 dalam bahan bakar uranium dari 0,7%
(kadar U-235 dalam uranium alam) menjadi sekitar 3 5% atau lebih.
Proses pengkayaan membuang sekitar 85% U-238 melalui proses pemisahan gas
UF6 ke dalam dua aliran, yaitu satu aliran merupakan uranium yang telah
diperkaya dan akan dipergunakan umpan proses fabrikasi bahan bakar. Sedangkan
aliran lainnya adalah aliran buangan atautailing berupa aliran uranium miskin
U-235 yang disebut sebagai uranium deplesi (kadar U-235 kurang dari 0,25%).
Ada dua metode yang secara komersial digunakan untuk proses pengkayaan
uranium, yaitu metode difusi gas dan metode sentrifugasi gas. Kedua metode ini
pada dasarnya menggunakan prinsip yang sama, yaitu beda berat antara atom U238 dan atom U-235.
Pada pengayaan metode difusi, gas UF6dialirkan ke membran berpori. Oleh
karena lebih ringan maka atom U-235 akan berdifusi atau bergerak lebih cepat
dibanding atom U-238, sehingga gas UF6 yang lolos membran akan mengandung
U-235 lebih banyak. Untuk mencapai tingkat pengayaan U-235 antara 35%,
diperlukan sekitar 1400 kali pengulangan proses. Sehingga metode ini sangat
10
Setengah dari plutonium yang dihasilkan juga mengalami reaksi fisi dan
menghasilkan sepertiga dari energi total reaktor. Untuk mempertahankan kinerja
reaktor, sekitar sepertiga dari bahan bakar yang digunakan di dalam teras harus
diganti dengan bahan bakar baru setiap satu tahun atau setiap 18 bulan.
6. Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas Bahan bakar bekas sangat
radioaktif serta mengeluarkan banyak panas. Untuk penanganan yang aman dan
selamat, bahan bakar bekas yang baru dikelurakan dari reaktor disimpan dalam
kolam khusus yang berada di dekat reaktor untuk menurunkan panas maupun
radioaktivitas. Air di dalam kolam berfungsi sebagai penghalang terhadap radiasi
dan pemindah panas dari baban bakar bekas.
Bahan bakar bekas dapat disimpan di kolam penyimpanan untuk waktu yang lama
(sampai lima puluh tahun atau lebih), sebelum akhirnya diolah ulang atau dikirim
ke pembuangan akhir sebagai limbah (penyimpanan lestari).
Alternatif lain, setelah tingkat radioaktivitas dan pemancaran panas bahan bakar
bekas menurun drastis, bahan bakar bekas dapat dikeluarkan dari kolam
penyimpanan dan selanjutnya disimpan dengan cara kering. Perisai radiasi yang
cukup murah dan pendinginan alamiah yang bebas perawatan, menjadikan cara ini
menjadi pilihan yang menarik.
7. Reprocessing (Olah Ulang)
Bahan bakar bekas masih mengandung sekitar 96% (480 kg) uranium dengan
kandungan bahan fisil U-235 kurang dari 1%. Kemudian 3% (15 kg) dari bahan
bakar bekas berupa produk fisi yang dapat dikategorikan sebagai limbah aktivitas
tinggi, dan 1% (5 kg) sisanya berupa plutonium (Pu) yang diproduksi selama
bahan bakar berada di dalam reaktor dan tidak mengalami pembakaran.
Pemisahan uranium dan plutonium dari produk fisi dilakukan dengan memotong
elemen bakar kemudian melarutkannya ke dalam asam. Uranium yang didapat
dari proses pemisahan ini bisa dikonversi kembali menjadi uranium hexaflourida
11
12
Hingga saat ini, siklus bahan bakar nuklir bagian ujung belakang atau back end
hanya sampai pada tahap ini.
Pembuangan akhir dari limbah radioaktifitas tinggi atau pembuangan akhir bahan
bakar bekas yang tidak diolah ulang (siklus terbuka), masih belum dilakukan.
9. Pembuangan Akhir Limbah
Pembuangan akhir limbah pada prinsipnya adalah penyimpanan lestari limbah
radioaktivitas tinggi yang telah digelasifikasi dan disegel dalam tabung stainless
steel, dan juga penyimpanan lestari bahan bakar bekas yang telah melalui proses
pendinginan yang cukup dan telah disegel dalam wadah atau canister terbuat
dari logam tahan korosi seperti tembaga atau stainless steel.
Secara umum telah dapat diterima bahwa limbah-limbah tersebut rencananya akan
dikubur di batuan stabil di dalam tanah dengan kedalaman tak kurang dari 500 m
di batuan dasar (bed rock). Kebanyakan negara merencanakan untuk
melaksanakan penyimpanan lestari bahan bakar bekas setelah tahun 2010.
Bahan bakar oksida
13
bahan
seperti palladium,
bakar
(seperti lantanida),
pembentukan
penyisipan
gelembung
produk
gas
fissi
fissi
seperti xenon dan kripton dan kerusakan bahan bakar akibat radiasi. Rendahnya
konduktivitas panas dapat berakibat pada pemanasan berlebih pada pusat pellet
bahan bakar. Porositas berakibat pada penurunan konduktivitas panas dan
pengembangan bahan bakar ketika digunakan.
Menurut International Nuclear Safety Center. konduktivitas panas dari
uranium dioksida dapat dihitung dengan menggunakan serangkaian
persamaan dalam kondisi yang berbeda-beda.
koonduktivitas panas
densitas
Cp kapasitas panas
difusivitas panas
Jika t1/2 didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan permukaan noniluminasi untuk mencapai separuh temperatur yang dibangkitkan
maka:
= 0.1388 L2 / t1/2
L adalah ketebalan cakram
UOX
Uranium dioksida adalah padatan semikonduktor berwarna hitam. Bahan ini dapat
dibuat
dengan
dengan
"base"
(amonia)
untuk
U3O8 yang
dapat
diubah
dengan
memanaskannya
dalam
campuran argon / hidrogen dengan suhu (700 oC) untuk membentuk UO2.
UO2 kemudian dicampur dengan pengikat organik dan ditekan menjadi pellet.
Pellet ini kemudian di bakar dalam suhu yang jauh lebih tinggi (dalam H 2/Ar)
kemudian menjalani proses sintering guna menghasilkan padatan dengan sedikit
pori.
15
lingkungan
cair
serupa
dengan
proses
elektrokimia
pada karat
oxide,
atau Bahan
bakar
MOX,
adalah
campuran
dari plutonium dan uranium alam atau uranium depleted yang bersifat serupa
(meskipun tidak persis sama) dengan uranium dengan pengkayaan yang
digunakan dalam sebagian besar reaktor nuklir. Bahan bakar MOX adalah bahan
bakar alternatif dari bahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah yang
digunakan dalam reaktor air ringan (light water reactor) yang mendominasi jenis
PLTN.
Beberapa keprihatinan telah disampaikan berkaitan dengan penggunaan MOX,
bahwa penggunaan MOX akan menimbulkan masalah pembuangan limbah baru,
meskipun MOX itu sendiri merupakan salah satu cara penanganan kelebihan
produksi plutonium.
Bahan bakar metal
Bahan bakar TRIGA
Bahan bakar TRIGA di gunanakan di reaktor-reaktor TRIGA (Training,
Research, Isotopes, General Atomics). Bahan bakar TRIGA tersusun dari matriks
uranium zirconium hidrida. Bahan bakar jenis ini aman secara inheren. Semakin
tinggi temperatur bahan bakar maka semakin tinggi pula tampang lintang (ukuran
penyerapan neutron) hidrogen yang ada dalam bahan bakar, sehingga semakin
banyak neutron yang hilang akibat serapan ini dan semakin sedikit yang
16
dithermalkan. Sebagian besar teras (core) reaktor jenis ini mempunyai tingkat
kebocoran yang tinggi dimana neutron bocor tersebut digunakan untuk penelitian.
Bentuk kimia bahan bakar nuklir yang jarang digunakan
Bahan bakar keramik
Uranium Nitride
Bahan bakar jenis ini sering menjadi pilihan reaktor yang didesain
oleh NASA. Uranium nitrida mempunyai konduktivitas panas yang lebih baik dari
pada UO2 dan mempunyai titik lebur yang sangat tinggi. Kekurangan bahan bakar
ini adalah bahwa nitrogen yang digunakan, 15N (bukannya 14N yang lebih
berlimpah
jumlahnya),
akan
menghasilkan 14C
dari
reaksi
pn.
Karena nitrogen yang digunakan pada bahan bakar ini sangat mahal harganya,
bahan bakar ini dapat didaur ulang dengan metode pyro untuk mendapatkan 15N
kembali.
Uranium karbida
Ini adalah bahan bakar nuklir lainnya yang mempunyai konduktivitas panas yang
lebih baik dari pada uranium oksida
Bahan bakar cair
Larutan garam anhydrous
Bahan bakar jenis ini dilarutkan dalan pendingin reaktor dan biasa digunakan
dalam reaktor molten salt percobaan dan sejumlah reaktor percobaan dengan
bahan bakar cair lainnya. Bahan bakar cair ini tersusun dari LiF-BeF 2-ThF4UF4 (72-16-12-0.4 mol%), yang mempunyai titik temperatur operasi maksimum
17
705 C pada saat percobaan, tapi sebenarnya bisa lebih tinggi lagi karena titik
didihnya lebih dari 1400 C.
Larutan garam uranyl
Reaktor homogen cair menggunakan uranyl sulfate atau garam uranium lainnya
dalam air. Reaktor homogen tidak pernah digunakan sebagai reaktor pembangkit
daya skala besar. Salah satu kekurangan reaktor ini adalah bentuk bahan bakarnya
yang cair, mudah menyebar bila terjadi kecelakaan.
Bab III
Pembahasan
18
Setelah penjelasan dari dasar teori yang dimulai dari penjelasan pengertian bahan
bakar, jenis-jenis bahan bakar sampai dengan daur bahan bakar nuklir
menyadarkan betapa teliti dan hati-hatinya kita dalam penggunaan bahan bakar ini
sebagai bahan bakar sumber tenaga listrik. Dari penjelasan diatas, dapat kita
pahami bahwa proses daur ulang akan mengalami proses yang cukup safety dan
akan melindungi masyarakat dari pengaruh radiasi yang dapat ditimbulkan dari
sisa limbah nuklir ini.
19
20
Dari segi lingkungan, kita dapat melihat bahwa tingkat polusi yang sangat tinggi
diduki oleh energy dengan bahan bakar batu bara, minyak bumi, dan LNG.
Sedangkan tingkat polusi yang rendah diduduki oleh Nuklir, air, panas bumi,
matahari dan tenaga angin. Dari tinjauan lingkungan, penggunaan nuklir sangatlah
direkomendasikan untuk penggunaanya energy.
21
Dari gambar dan grafik diatas dapat dikatakan bahwa penggunaan nuklir
sangatlah dibutuhkan untuk menghemat biaya energy serta mengurangi tingkat
polusi secara signifikan. Untuk mengurangi margin error, kita memerlukan
sumber daya manusia yang handal dan terlatih untuk menjalankan industry listrik
ini.
22
Bab IV
Penutup
Kesimpulan :
1.
2.
3.
4.
Bahan bakar nuklir salah satu pilihan dalam mengatasi krisis energy
Bahan bakar nuklir memerlukan tingkat keamanan yang tinggi
Bahan bakar nuklir mempunyai harga yang murah
Bahan bakar nuklir mempunyai tingkat polusi yang rendah sebagai solusi
dari polusi rendah
23
Daftar Pustaka
Elisa, ratu. daur bahan bakar nuklir.( http://elisa1.ugm.ac.id/.../02-Nuclear
%20Fuel%20Cycle.pdf diakses pada tanggal 2 desember 2015)
https://www.batan.go.id/ensiklopedi/04/01/01/01/04-01-01-01.html diakses pada
tanggal 2 desember 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_bahan_bakar_nuklir diakses pada tanggal 2
desember 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar_nuklir diakses pada tanggal 2
desember 2015
24