You are on page 1of 24

Bahan Bakar Nuklir

Bab I
1.1 Latar belakang
Pada era modern saat ini, penggunaan energy sangatlah tinggi dan akan
terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman kearah industrial. Disisi
lain, energy listrik didapatkan dari bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui
seperti batu bara dan mnyak. Bahan bakar energy ini tidak hanya digunakan dalam
industry tenaga listrik tapi juga digunakan dalam bidang-bidang lain seperti
transportasi dan dunia industry. Oleh karena itu, timbullah kekhawatiran akan
habisnya bahan bakar ini jika kita masih tetap menggunakan bahan bakar ini.
Akibat kelangkaan ini, akan menyebabkan tingkat harga bahan bakar akan
melambung tinggi dan akan mempengaruhi tingkat harga bahan baku yang lain
dan menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat akan menurun. Dengan kata
lain, meningkatkan persentase kemiskinan.
Selain itu, penggunaan bahan bakar ini juga telah mempengaruhi kualitas
lingkungan sekitarnya akibat polusi yang dihasilkan bahan bakar ini sangatlah
tinggi. Oleh karena itu, diperlukan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Harga tarif dasar listrik yang semakin lama akan semakin tinggi jika kita tetap
menggunakan bahan bakar ini sebagai penyuplai energy. Atas dasar itu pula, kita
memerlukan bahan bakar yang lebih murah agar dapat menekan tingkat
kemiskinan, khussunya di Indonesia.
Atas dasar kepedulian, diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Dan kami berpikir, untuk solusi dari itu semua adalah
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). PLTN sangat ramah lingkungan dengan
tingkat polusi yang sangat rendah, tingkat biaya bahan bakar yang sangat murah
dan sangat membantu keuangan masyarakat kecil.

Bahan Bakar Nuklir

1.2 Identifikasi masalah


Dari latar belakang dapat kami identifikasi masalah :
1. Tingkat polusi bahan bakar yang sangat tinggi dalam pembangkit
listrik batubara dan minyak
2. Kelangkaan bahan bakar seperti minyak dan batu bara
3. Perlunya menurunkan tariff dasar listrik untuk membantu masyarakat
kalangan bawah
4. Tingkat keamanan dari limbah nuklir
1.3 Tujuan makalah
1. Menjelaskan definisi dan mengenalkan bahan bakar nuklir
2. Menjelaskan tahap daur ulang bahan bakar nuklir sehingga aman
dalam penggunaaannya
3. Kita dapat mengenal salah satu solusi untuk menanggulangi krisis
listrik.

Bahan Bakar Nuklir

Bab II

Dasar Teori
A. Bahan bakar nuklir
Bahan bakar nuklir adalah semua jenis material yang dapat digunakan
untuk menghasilkan energi nuklir, demikian bila dianalogikan dengan bahan
bakar kimia yang dibakar untuk menghasilkan energi. Hingga saat ini, bahan
bakar nuklir yang umum dipakai adalah unsur berat fissil yang dapat
menghasilkan reaksi nuklir berantai di dalam reaktor nuklir; Bahan bakar
nuklir dapat juga berarti material atau objek fisik (sebagai contoh bundel bahan
bakar yang terdiri dari batang bahan bakaryang disusun oleh material bahan bakar,
bisa juga dicampur dengan material struktural, material moderator atau material
pemantul (reflector) neutron. Bahan bakar nuklir fissil yang seirng digunakan
adalah 235U dan 239Pu, dan kegiatan yang berkaitan dengan penambangan,
pemurnian, penggunaan dan pembuangan dari material-material ini termasuk
dalam siklus bahan bakar nuklir. Siklus bahan bakar nuklir penting adanya karena
terkait dengan PLTN dan senjata nuklir.

Bahan Bakar Nuklir

Tidak semua bahan bakar nuklir digunakan dalam reaksi fissi berantai.
Sebagai contoh, 238Pu dan beberapa unsur ringan lainnya digunakan untuk
menghasilkan

sejumlah

radioaktif dalam generator

daya

nuklir

radiothermal,

melalui

dan baterai

atom.

proses peluruhan
Isotop

ringan

seperti 3H (tritium) digunakan sebagai bahan bakar fussi nuklir. Bila melihat
pada energi ikat pada isotop tertentu, terdapat sejumlah energi yang bisa diperoleh
dengan memfusikan unsur-unsur dengan nomor atom lebih kecil dari besi, dan
memfisikan unsur-unsur dengan nomor atom yang lebih besar dari besi.

Bahan bakar nuklir tradisional yang digunakan di USA dan beberapa


negara yang tidak melakukan mendaur ulang bahan bakar nuklir bekas mengikuti
empat tahapan seperti yang tampak dalam gambar di atas. Proses di atas
berdasarkan siklus bahan bakar nuklir. Pertama, uranium diperoleh dari
pertambangan. Kedua, uranium di proses menjadi "yellow cake". Langkah
berikutnya bisa berupa mengubah "yellow cake" menjadi UF 6 guna proses
pengkayaan dan kemudian diubah menjadi uranium dioksida, atau tanpa proses
pengkayaan untuk kemudian langsung ke tahap 4 sebagaimana yang terjadi untuk
bahan bakar reaktor CANDU
A. Siklus bahan bakar nuklir

Bahan Bakar Nuklir

Siklus bahan bakar nuklir, juga disebut rantai bahan bakar nuklir,
serangkaian proses perkembangan bahan bakar nuklir yang melalui serangkaian
tahap-tahap yang berbeda. Hal ini terdiri dari beberapa tahapan "hulu" (front end),
dimana uranium disiapkan sebagai bahan bakar reaktor, dan beberapa tahapan
"hilir" (back end), dimana proses pengaturan, pengelolaan, atau pengolahan
kembali bahan bakar bekas dilakukan.
Uranium merupakan sumber energi dengan kelimpahan sungguh sangat besar,
yaitu 13000 TW tahun. Sebagai perbandingan, kelimpahan energi dari batubara
adalah 680 TW tahun. Sedangkan kelimpahan energi dari minyak dan gas adalah
400 TW tahun. Adapun komsumsi energi dunia pada tahun 2000 adalah 14 TW
tahun, dan pada tahun 2100 diproyeksikan sekitar 55 TW tahun. (TW adalah
singkatan dari terrawatt, dan 1 TW = 1.000.000.000.000 W).
Uranium di kerak bumi terdeposit bersama-sama dengan mineral lainnya. Agar
dapat menghasilkan energi yang efisien, uranium harus diolah melalui
serangkaian tahapan proses yang panjang dan komplek dibanding pemrosesan
bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas. Meskipun demikian, porsi
ongkos bahan bakar nuklir terhadap ongkos total pembangkitan listrik dari PLTN
adalah realtif kecil, yaitu sekitar 20 %.
Tahapan dimulai dari penambangan dan penggilingan bijih uranium untuk
mendapatkan konsentrat uranium. Tahapan proses selanjutnya adalah pemurnian
dan konversi, pengkayaan atau peningkatan kadar U-235 dalam uranium, dan
fabrikasi perangkat bakar nuklir sesuai dengan jenis reaktornya.
Seluruh tahapan mulai dari penambangan hingga fabrikasi perangkat bakar
disebutsebagai ujung depanatau front end siklus bahan bakar nuklir.
Bahan bakar uranium yang telah habis masa gunanya dalam membangkitan
energidisebut bahan bakar bekas atau spent fuel yang akan melalui beberapa
tahapan pengelolaan setelah dikeluarkan dari teras reaktor. Masa guna bahan
bakar nuklir di reaktor antara 3 6 tahun.
5

Bahan Bakar Nuklir

Pengelolaan bahan bakar bekas meliputi: penyimpanan sementara, proses olah


ulang dan daur ulang, dan pada akhirnya ditangani sebagai limbah aktivitas tinggi.
Tahapan ini disebut sebagai ujung belakangatau back end siklus bahan bakar
nuklir.
Proses olah ulang dan daur ulang bahan bakar nuklir bekas merupakan sebuah
opsi. Siklus bahan bakar nuklir yang tidak menerapkan proses olah ulang dan daur
ulang pada ujung belakang disebut siklus bahan bakar terbuka atau open fuel
cycle. Sedangkan siklus bahan bakar nuklir yang menerapkan proses olah ulang
dan daur ulang bahan bakar bekas disebut siklus bahan bakar tertutup atau closed
fuel cycle.
Siklus bahan bakar nuklir tertutup melalui daur ulang bahan bakar bekas tanpa
melalui proses pemisahan plutonium telah menjadi pilihan utama pengembangan
sistem energi nuklir pada masa depan.
1. Penambangan dan Penggilingan
Uranium dapat ditambang melalui teknik terbuka (open cut) maupun teknik
terowongan (underground) tergantung pada kedalaman batuan uranium yang
diketemukan. Sebagai contoh tambang uranium Ranger adalah tambang terbuka
sementara Olympic Dam merupakan tambang bawah tanah (tambang ini juga
memproduksi tembaga, emas dan perak). Kedua tambang uranium tersebut berada
di Australia yang merupakan negara dengan cadangan uranium kategori murah
terbesar di dunia. Bijih uranium hasil penambangan selanjutnya dikirim ke pabrik
pengolah bijih yang umumnya berada di dekat tambang. Di pabrik ini, bijih
uranium dihancurkan secara mekanik, dan kemudian uranium dipisahkan dari
mineral lainnya melalui proses kimia menggunakan larutan asam sulfat. Hasil
akhir dari proses ini berupa konsentrat uranium oksida (U3O8) yang sering
disebut kue kuning atau Yellow Cake, meskipun dalam banyak hal berwarna
kecoklatan.

Bahan Bakar Nuklir

Beberapa tambang uranium di Australia, Amerika Serikat, dan Kazakhstan


menggunakan In Situ Leaching (ISL) untuk mengkstrak uranium secara langsung
dari batuan di dalam tanah dan membawanya ke permukaan dalam bentuk larutan
kaya uranium, yang kemudian diendapkan dan dikeringkan menjadi padatan
uranium oksida. Teknik ini terutama digunakan untuk mengekstrak uranium yang
terdapat dalam batuan di dalam tanah yang tidak ekonomis apabila delakukan
dengan teknik konvensional.
U3O8merupakan produk komersial yang diperjual-belikan di pasar dunia.
Sepuluh negara utama pemroduksi uranium adalah Kanada, Australia,
Kazakhstan, Nigeria, Rusia, Namibia, Afrika Selatan, Ukraina, Amerika Serikat,
dan Uzbekistan. Kanada dan Australia memproduksi uranium hampir 50% dari
total produksi dunia.
Secara kasar, dibutuhkan sekitar 200 ton uranium agar sebuah reaktor daya 1000
MWe mampu beroperasi selama 1 tahun. Saat ini permintaan dunia akan uranium
relatif stabil, yaitu sekitar 65000 ton/tahun.
2. Konversi Tahapan selanjutnya untuk pembuatan bahan bakar nuklir adalah
proses pemurnian dan konversi Yellow Cake menjadi serbuk uranium dioksida
(UO2) berderajat nuklir. UO2 ini kemudian dikonversi lagi ke dalam bentuk gas
uranium hexafluoride (UF6).
Untuk reaktor nuklir yang menggunakan bahan bakar uranium alam, yaitu reaktor
yang mampu menghasilkan reaksi fisi berantai dengan bahan bakar uranium alam
yang hanya mengandung 0,7% U-235, serbuk UO2 hasil konversi Yellow Cake
dapat langsung dikirim ke pabrik bahan bakar nuklir untuk diproses menjadi
perangkat bakar nuklir yang siap digunakan di dalam reaktor.
Sedangkan untuk reaktor nuklir yang hanya mampu menghasilkan reaksi fisi
berantai dengan bahan bakar uranium diperkaya, serbuk UO2 hasil proses
konversi Yellow Cake perlu diubah ke bentuk gas UF6 sebagai umpan proses
pengayaan (proses peningkatan kadar U-235 dalam bahan bakar uranium).
7

Bahan Bakar Nuklir

Konversi UO2 menjadi UF6 dilakukan dalam dua langkah proses. Pertama adalah
mereaksikan UO2 dengan asam anhydrous HF hingga menjadi uranium
tetrafluorida (UF4). Kemudian UF4 direaksikan dengan gas F2 sehingga terbentuk
UF6.
Negara utama pengoperasi pabrik komersial konversi Yellow Cake UF6adalah
Kanada, Perancis, Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia. Beberapa negara seperti
Cina, India, Aragentina, dan Romania juga mengoperasikan pabrik konversi tetapi
hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan dalam negrinya sendiri.
3. Pengkayaan
Mayoritas PLTN yang sekarang beroperasi maupun yang sedang dalam konstruksi
memerlukan uranium diperkaya sebagai bahan bakarnya. Pengkayaan uranium
adalah proses meningkatkan kadar U-235 dalam bahan bakar uranium dari 0,7%
(kadar U-235 dalam uranium alam) menjadi sekitar 3 5% atau lebih.
Proses pengkayaan membuang sekitar 85% U-238 melalui proses pemisahan gas
UF6 ke dalam dua aliran, yaitu satu aliran merupakan uranium yang telah
diperkaya dan akan dipergunakan umpan proses fabrikasi bahan bakar. Sedangkan
aliran lainnya adalah aliran buangan atautailing berupa aliran uranium miskin
U-235 yang disebut sebagai uranium deplesi (kadar U-235 kurang dari 0,25%).
Ada dua metode yang secara komersial digunakan untuk proses pengkayaan
uranium, yaitu metode difusi gas dan metode sentrifugasi gas. Kedua metode ini
pada dasarnya menggunakan prinsip yang sama, yaitu beda berat antara atom U238 dan atom U-235.
Pada pengayaan metode difusi, gas UF6dialirkan ke membran berpori. Oleh
karena lebih ringan maka atom U-235 akan berdifusi atau bergerak lebih cepat
dibanding atom U-238, sehingga gas UF6 yang lolos membran akan mengandung
U-235 lebih banyak. Untuk mencapai tingkat pengayaan U-235 antara 35%,
diperlukan sekitar 1400 kali pengulangan proses. Sehingga metode ini sangat

Bahan Bakar Nuklir

boros energi, kira-kira akan mengonsumsi 34 % dari energi listrik yang


dibangkitkannya.
Pada pengayaan metode sentrifugasi, gas UF6diputar dengan kecepatan sudut
tinggi dalam sebuah tabung panjang dan ramping (12 m panjang, 15-20 cm
diameter). Gaya sentrifugal akan melemparkan isotop U-238 yang lebih berat
menjauh dari pusat rotasi, sedangkan isotop U-235 yang lebih ringan akan
terkonsentrasi di pusat rotasi.
Metode gas sentrifugasi lebih hemat energi dan dapat dibangun dengan unit yang
lebih kecil dibanding metode difusi gas, sehingga metode ini lebih ekonomis dan
secara komersial cepat berkembang.
Pabrik pengkayaan uranium di dunia pertama kali dibangun di Amerika Serikat
dengan metode difusi gas. Beberapa pabrik pengkayaan modern yang berada di
Eropa (Perancis, Inggris, Jerman, Belanda) dan Rusia menggunakan metode gas
sentrifugasi. Negara lain yang mengoperasikan pabrik pengkayaan uranium
komersial adalah Jepang, Cina, Argentina, dan Brazil.
Beberapa tipe PLTN, terutama PLTN Candu di Kanada dan PLTN generasi awal
dengan reaktor berpendingin gas di Inggris tidak memerlukan bahan bakar
uranium diperkaya.
4. Fabrikasi Bahan Bakar
Fabrikasi bahan bakar atau perangkat bakar nuklir diawali dengan proses konversi
UF6yang telah diperkaya (keluaran pabrik pengayaan) menjadi serbuk uranium
dioksida (UO2) yang kemudian dibentuk menjadi pil-pil (pelet) silinder melalui
pengepresan dan diteruskan dengan pemanggangan dalam suasana gas hidrogen
pada temperatur tinggi (1700 oC) hingga membetuk pelet UO2berderajat keramik
yang rapat dan kuat.

Bahan Bakar Nuklir

Pelet-pelet UO2yang memenuhi persyaratan kualitas kemudian dimasukkan ke


dalam sebuah selongsong dari bahan paduan zirconium (zircalloy).
Setelah kedua ujung selongsong ditutup dan dilas, batang bahan bakar (fuel rod)
disusun membentuk suatu perangkat bakar (fuel assembly).
Teras PWR 1000 MWe berisi sekitar 160 perangkat bakar. Total batang bahan
bakar yang digunakan mencapai 42000 buah. Setiap batang bahan bakar kira-kira
berisi 300 370 pelet UO2 yang masing-masing pelet beratnya 6 7 gram.
Pabrik perangkat bakar PWR terbesar di dunia antara lain adalah Westinghouse
USA dengan kapasitas produksi 1600 ton/tahun, Global Nuclear Fuel Americas
dengan kapasitas produksi 1200 ton/tahun, Ulba Kazakhstan dengan kapasitas
produksi 2000 ton/tahun, TVEL Elektrosal Rusia dengan kapasitas produksi
1020 ton/tahun, TVEL Novosibirsk Rusia dengan kapasitas produksi 1000
ton/tahun, dan FBFC Perancis dengan kapasitas produksi 820 ton/tahun.
Negara lain pengoperasi PLTN yang juga memproduksi perangka bakar adalah
Jepang, Korea Selatan, China, India, Argentina, Brazil, Inggis (UK), dll. . Reaktor
Nuklir
Setelah proses fabrikasi, perangkat bakar nuklir di masukkan ke dalam teras
reaktor. Susunan perangkat bakar (fuel assembly) inilah yang membentuk struktur
inti atau teras reaktor (reactor core). PLTN tipe PWR dengan daya 1000 MW
listrik (MWe) berisi sekitar 75 ton uranium sedikit diperkaya. Dalam teras reaktor,
U-235 mengalami reaksi fisi dan menghasilkan panas dalam sebuah proses
berkesinambungan yang disebut reaksi fisi berantai. Kelangsungan proses ini
sangat bergantung pada moderator seperti air atau grafit, dan sepenuhnya
dikendalikan dengan menggunakan batang kendali.
Di dalam teras reaktor, sejumlah U-238 akan menyerap neutron hasil reaksi fisi
dan berubah menjadi plutonium (Pu-239).

10

Bahan Bakar Nuklir

Setengah dari plutonium yang dihasilkan juga mengalami reaksi fisi dan
menghasilkan sepertiga dari energi total reaktor. Untuk mempertahankan kinerja
reaktor, sekitar sepertiga dari bahan bakar yang digunakan di dalam teras harus
diganti dengan bahan bakar baru setiap satu tahun atau setiap 18 bulan.
6. Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas Bahan bakar bekas sangat
radioaktif serta mengeluarkan banyak panas. Untuk penanganan yang aman dan
selamat, bahan bakar bekas yang baru dikelurakan dari reaktor disimpan dalam
kolam khusus yang berada di dekat reaktor untuk menurunkan panas maupun
radioaktivitas. Air di dalam kolam berfungsi sebagai penghalang terhadap radiasi
dan pemindah panas dari baban bakar bekas.
Bahan bakar bekas dapat disimpan di kolam penyimpanan untuk waktu yang lama
(sampai lima puluh tahun atau lebih), sebelum akhirnya diolah ulang atau dikirim
ke pembuangan akhir sebagai limbah (penyimpanan lestari).
Alternatif lain, setelah tingkat radioaktivitas dan pemancaran panas bahan bakar
bekas menurun drastis, bahan bakar bekas dapat dikeluarkan dari kolam
penyimpanan dan selanjutnya disimpan dengan cara kering. Perisai radiasi yang
cukup murah dan pendinginan alamiah yang bebas perawatan, menjadikan cara ini
menjadi pilihan yang menarik.
7. Reprocessing (Olah Ulang)
Bahan bakar bekas masih mengandung sekitar 96% (480 kg) uranium dengan
kandungan bahan fisil U-235 kurang dari 1%. Kemudian 3% (15 kg) dari bahan
bakar bekas berupa produk fisi yang dapat dikategorikan sebagai limbah aktivitas
tinggi, dan 1% (5 kg) sisanya berupa plutonium (Pu) yang diproduksi selama
bahan bakar berada di dalam reaktor dan tidak mengalami pembakaran.
Pemisahan uranium dan plutonium dari produk fisi dilakukan dengan memotong
elemen bakar kemudian melarutkannya ke dalam asam. Uranium yang didapat
dari proses pemisahan ini bisa dikonversi kembali menjadi uranium hexaflourida

11

Bahan Bakar Nuklir

untuk kemudian dilakukan pengkayaan. Adapun plutonium yang diperoleh dapat


dicampur dengan uranium diperkaya untuk menghasilkan bahan bakar MOX
(Mixed Oxide).
Pabrik bahan bakar MOX komersial yang ada di dunia adalah Belgia, Perancis,
Jerman, Inggris, Rusia, Jepang, Cina, dan India. Amerika Serikat tidak melakukan
olah-ulang terhadap bahan bakar bekas PLTN komersial yang ada di negaranya.
Hingga saat ini Amerika Serikat menganut sistem daur terbuka atau open cycle.
Beberapa PLTN PWR di dunia khususnya di Eropa telah menggunakan bahan
bakar MOX ini walaupun sifatnya masih parsial, yaitu 20 - 30% dari bahan bakar
yang ada di teras. Jepang dalam waktu dekat ini berencana untuk memuati
sepertiga dari 54 PLTN-nya dengan bahan bakar MOX.
Adapun 3% limbah radioaktif tinggi yang dihasilkan dari proses olah ulang adalah
produk fisi yang jumlahnya sekitar 750 kg pertahun dari reaktor daya 1000 MWe.
Limbah ini mula-mula disimpan dalam bentuk cairan untuk kemudian dipadatkan.
Proses olah ulang bahan bakar bekas dilakukan di fasilitas di Eropa dan Rusia
dengan kapasitas 5000 ton per tahun, dan total produksi selama hampir 40 tahun
telah mencapai sekitar 90000 ton.
8. Vitrifikasi
Limbah radioaktivitas tinggi dari proses olah ulang dapat dikalsinasi (dipanaskan
pada suhu yang sangat tinggi) sehingga menjadi serbuk kering yang kemudian di
masukkan kedalam borosilikat (pyrex) untuk immobilisasi limbah. Bahan gelas
tersebut kemudian dituangkan ke dalam tabung stainless steel, masing-masing
sebanyak 400 kg limbah gelas. Pengoperasiaan reaktor 1000 MWe selama satu
tahun akan menghasilkan limbah gelas tersebut sebanyak 5 ton atau sekitar 12
tabung stainless setinggi 1,3 meter dan berdiameter 0,4 meter. Setelah diberi
pelindung radiasi yang sesuai, limbah yang sudah diproses ini kemudian diangkut
ke tempat penyimpanan limbah.

12

Bahan Bakar Nuklir

Hingga saat ini, siklus bahan bakar nuklir bagian ujung belakang atau back end
hanya sampai pada tahap ini.
Pembuangan akhir dari limbah radioaktifitas tinggi atau pembuangan akhir bahan
bakar bekas yang tidak diolah ulang (siklus terbuka), masih belum dilakukan.
9. Pembuangan Akhir Limbah
Pembuangan akhir limbah pada prinsipnya adalah penyimpanan lestari limbah
radioaktivitas tinggi yang telah digelasifikasi dan disegel dalam tabung stainless
steel, dan juga penyimpanan lestari bahan bakar bekas yang telah melalui proses
pendinginan yang cukup dan telah disegel dalam wadah atau canister terbuat
dari logam tahan korosi seperti tembaga atau stainless steel.
Secara umum telah dapat diterima bahwa limbah-limbah tersebut rencananya akan
dikubur di batuan stabil di dalam tanah dengan kedalaman tak kurang dari 500 m
di batuan dasar (bed rock). Kebanyakan negara merencanakan untuk
melaksanakan penyimpanan lestari bahan bakar bekas setelah tahun 2010.
Bahan bakar oksida

13

Bahan Bakar Nuklir

A glowing-hot plutonium pellet that is the power source of the probes


radioisotope thermoelectric generator
Konduktivitas panas dari uranium dioksida sangat rendah, hal ini dipengaruhi
oleh porositas and proses pembakaran (burn-up). Burn-up menghasilkan produk
fissi dalam

bahan

seperti palladium,

bakar

(seperti lantanida),

pembentukan

penyisipan

gelembung

produk
gas

fissi
fissi

seperti xenon dan kripton dan kerusakan bahan bakar akibat radiasi. Rendahnya
konduktivitas panas dapat berakibat pada pemanasan berlebih pada pusat pellet
bahan bakar. Porositas berakibat pada penurunan konduktivitas panas dan
pengembangan bahan bakar ketika digunakan.
Menurut International Nuclear Safety Center. konduktivitas panas dari
uranium dioksida dapat dihitung dengan menggunakan serangkaian
persamaan dalam kondisi yang berbeda-beda.

Densitas bahan bakar dapat dihubungkan dengan konduktivitas panas menurut


persamaan berikut:
p = (td-)/
Dengan adalah densitas bahan bakar dan td adalah densitas teori dari
uranium dioksida.
Konduktivitas panas dari fase porous (Kf) dihubungkan dengan konduktivitas
fase sempurna (Ko, tidak ada porositas) dengan persamaan berikut. Perlu
dicatat bahwa s adalah faktor shape (bentuk) dari lubang.
Kf = Ko.(1-p/1+(s-1)p)
Selain metode pengukuran konduktivitas panas tradisional seperti lees's
disk, Forbes' method atau Searle's bar, saat ini biasa digunakan metode
sinar laser. Dalam metode sinar laser sebuah cakram bahan bakar
berukuran kecil diletakkan dalam pemanggang, setelah dipanaskan sampai
14

Bahan Bakar Nuklir

suhu tertentu cakram tersebut disinari dengan laser. Waktu yang


diperlukan gelombang panas untuk merambat melalui cakram, densitas
cakram, dan ketebalan cakram dapat digunakan untuk menghitung
konduktivitas panas.
= Cp

koonduktivitas panas

densitas

Cp kapasitas panas

difusivitas panas

Jika t1/2 didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan permukaan noniluminasi untuk mencapai separuh temperatur yang dibangkitkan
maka:
= 0.1388 L2 / t1/2
L adalah ketebalan cakram
UOX
Uranium dioksida adalah padatan semikonduktor berwarna hitam. Bahan ini dapat
dibuat

dengan

mereaksikan uranil nitrat

dengan

"base"

(amonia)

untuk

membentuk padatan (ammonium uranat). Selanjutnya dipanaskan (calcined) untuk


membentuk

U3O8 yang

dapat

diubah

dengan

memanaskannya

dalam

campuran argon / hidrogen dengan suhu (700 oC) untuk membentuk UO2.
UO2 kemudian dicampur dengan pengikat organik dan ditekan menjadi pellet.
Pellet ini kemudian di bakar dalam suhu yang jauh lebih tinggi (dalam H 2/Ar)
kemudian menjalani proses sintering guna menghasilkan padatan dengan sedikit
pori.
15

Bahan Bakar Nuklir

Konduktivitas panas uranium dioksida tergolong rendah bila dibandingkan dengan


metal zirconium, dan terus terus menurun seiring dengan naiknya suhu.
Penting untuk dicatat bahwa penanganan karat (corrosion) pada uranium dioksida
pada

lingkungan

cair

serupa

dengan

proses

elektrokimia

pada karat

galvanik (galvanic corrosion) dari permukaan metal.


MOX
Mixed

oxide,

atau Bahan

bakar

MOX,

adalah

campuran

dari plutonium dan uranium alam atau uranium depleted yang bersifat serupa
(meskipun tidak persis sama) dengan uranium dengan pengkayaan yang
digunakan dalam sebagian besar reaktor nuklir. Bahan bakar MOX adalah bahan
bakar alternatif dari bahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah yang
digunakan dalam reaktor air ringan (light water reactor) yang mendominasi jenis
PLTN.
Beberapa keprihatinan telah disampaikan berkaitan dengan penggunaan MOX,
bahwa penggunaan MOX akan menimbulkan masalah pembuangan limbah baru,
meskipun MOX itu sendiri merupakan salah satu cara penanganan kelebihan
produksi plutonium.
Bahan bakar metal
Bahan bakar TRIGA
Bahan bakar TRIGA di gunanakan di reaktor-reaktor TRIGA (Training,
Research, Isotopes, General Atomics). Bahan bakar TRIGA tersusun dari matriks
uranium zirconium hidrida. Bahan bakar jenis ini aman secara inheren. Semakin
tinggi temperatur bahan bakar maka semakin tinggi pula tampang lintang (ukuran
penyerapan neutron) hidrogen yang ada dalam bahan bakar, sehingga semakin
banyak neutron yang hilang akibat serapan ini dan semakin sedikit yang

16

Bahan Bakar Nuklir

dithermalkan. Sebagian besar teras (core) reaktor jenis ini mempunyai tingkat
kebocoran yang tinggi dimana neutron bocor tersebut digunakan untuk penelitian.
Bentuk kimia bahan bakar nuklir yang jarang digunakan
Bahan bakar keramik
Uranium Nitride
Bahan bakar jenis ini sering menjadi pilihan reaktor yang didesain
oleh NASA. Uranium nitrida mempunyai konduktivitas panas yang lebih baik dari
pada UO2 dan mempunyai titik lebur yang sangat tinggi. Kekurangan bahan bakar
ini adalah bahwa nitrogen yang digunakan, 15N (bukannya 14N yang lebih
berlimpah

jumlahnya),

akan

menghasilkan 14C

dari

reaksi

pn.

Karena nitrogen yang digunakan pada bahan bakar ini sangat mahal harganya,
bahan bakar ini dapat didaur ulang dengan metode pyro untuk mendapatkan 15N
kembali.

Uranium karbida
Ini adalah bahan bakar nuklir lainnya yang mempunyai konduktivitas panas yang
lebih baik dari pada uranium oksida
Bahan bakar cair
Larutan garam anhydrous
Bahan bakar jenis ini dilarutkan dalan pendingin reaktor dan biasa digunakan
dalam reaktor molten salt percobaan dan sejumlah reaktor percobaan dengan
bahan bakar cair lainnya. Bahan bakar cair ini tersusun dari LiF-BeF 2-ThF4UF4 (72-16-12-0.4 mol%), yang mempunyai titik temperatur operasi maksimum

17

Bahan Bakar Nuklir

705 C pada saat percobaan, tapi sebenarnya bisa lebih tinggi lagi karena titik
didihnya lebih dari 1400 C.
Larutan garam uranyl
Reaktor homogen cair menggunakan uranyl sulfate atau garam uranium lainnya
dalam air. Reaktor homogen tidak pernah digunakan sebagai reaktor pembangkit
daya skala besar. Salah satu kekurangan reaktor ini adalah bentuk bahan bakarnya
yang cair, mudah menyebar bila terjadi kecelakaan.

Bab III

Pembahasan

18

Bahan Bakar Nuklir

Setelah penjelasan dari dasar teori yang dimulai dari penjelasan pengertian bahan
bakar, jenis-jenis bahan bakar sampai dengan daur bahan bakar nuklir
menyadarkan betapa teliti dan hati-hatinya kita dalam penggunaan bahan bakar ini
sebagai bahan bakar sumber tenaga listrik. Dari penjelasan diatas, dapat kita
pahami bahwa proses daur ulang akan mengalami proses yang cukup safety dan
akan melindungi masyarakat dari pengaruh radiasi yang dapat ditimbulkan dari
sisa limbah nuklir ini.

19

Bahan Bakar Nuklir

Dari segi persediaan di bumi, persediaan dapat digambarkan melalui


gambar diatas. Dimana minyak bumi masih tersedia 134,7 milyar barel yang dapat
kita gunakan selama 43 tahun. Gas alam cair tersedia 146 trilyun m 3 yang dapat
digunakan selama 62 tahun. Batu bara tersedia 984,2 milyar ton yang dapat kita
gunakan selama 212 tahun. Uranium tersedia 3,95 juta ton untuk penggunaan
selama 64 tahun. Hal ini menggambarkan perkiraan jumlah energi dunia agar kita
dapat lebih bijak dalam menggunakan energi. Dari data ini, kita dapat
mempersiapkan diri untuk mempersiapkan diri dalam mensiasati energi di masa
yang akan datang.

20

Bahan Bakar Nuklir

Dari segi lingkungan, kita dapat melihat bahwa tingkat polusi yang sangat tinggi
diduki oleh energy dengan bahan bakar batu bara, minyak bumi, dan LNG.
Sedangkan tingkat polusi yang rendah diduduki oleh Nuklir, air, panas bumi,
matahari dan tenaga angin. Dari tinjauan lingkungan, penggunaan nuklir sangatlah
direkomendasikan untuk penggunaanya energy.

21

Bahan Bakar Nuklir

Dari gambar dan grafik diatas dapat dikatakan bahwa penggunaan nuklir
sangatlah dibutuhkan untuk menghemat biaya energy serta mengurangi tingkat
polusi secara signifikan. Untuk mengurangi margin error, kita memerlukan
sumber daya manusia yang handal dan terlatih untuk menjalankan industry listrik
ini.

22

Bahan Bakar Nuklir

Bab IV
Penutup
Kesimpulan :
1.
2.
3.
4.

Bahan bakar nuklir salah satu pilihan dalam mengatasi krisis energy
Bahan bakar nuklir memerlukan tingkat keamanan yang tinggi
Bahan bakar nuklir mempunyai harga yang murah
Bahan bakar nuklir mempunyai tingkat polusi yang rendah sebagai solusi
dari polusi rendah

23

Bahan Bakar Nuklir

Daftar Pustaka
Elisa, ratu. daur bahan bakar nuklir.( http://elisa1.ugm.ac.id/.../02-Nuclear
%20Fuel%20Cycle.pdf diakses pada tanggal 2 desember 2015)
https://www.batan.go.id/ensiklopedi/04/01/01/01/04-01-01-01.html diakses pada
tanggal 2 desember 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_bahan_bakar_nuklir diakses pada tanggal 2
desember 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar_nuklir diakses pada tanggal 2
desember 2015

24

You might also like