You are on page 1of 18

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

DISUSUN OLEH :

NAMA

: ANGGI ILAHI SULTON

NAMA

: HILMY SETYA PP

NAMA

: JEA HANDYLAR W

NAMA

: MOCH. SANDHYKA W

NAMA

: NOVIA DWI HARDHINI

NAMA

: SAIFUL ANAM

JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI


PROGRAM STUDI D4 TEKNIK INFORMATIKA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Alloh SWT yang telah berkenan
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah kelompok ini dengan judul Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila, pada program studi D4 Teknik Informatika Politeknik Negeri Malang.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik dan
benar tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengaharapkan saran dan
kritik dari pembaca.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG.............................................................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................4
BAB II
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................................6
BAB III
PEMBAHASAN............................................................................................................................8
2.1. MAKNA PEMBANGUNAN NASIONAL.............................................................................8
2.2. HAKIKAT PEMBANGUNAN NASIONAL..........................................................................8
2.3. ASAS PEMBANGUNAN NASIONAL.................................................................................9
2.4. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN POLITIK................................9
2.5. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI...........................10
2.6. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA...............12
2.7. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PERTAHANAN KEAMANAN
.....................................................................................................................................................13
2.8. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN KEHIDUPAN UMAT
BERAGAMA..............................................................................................................................14
2.9. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN IPTEK...................................15
BAB IV
PENUTUP...................................................................................................................................19
3.1. KESIMPULAN.....................................................................................................................19
3.2. SARAN.................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kata paradigma (Inggris: paradigm) mengandung arti model, pola atau contoh.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, paradigma diartikan seperangkat unsur bahasa yang
sebagian bersifat konstan (tetap) dan sebagian berubah-ubah. Paradigma juga dapat diartikan
suatu gugusan sistem pemikiran. Menurut Thomas S. Kuhn, paradigma adalah asumsiasumsi
teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode
serta cara penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri dan
karakter ilmu pengetahuan tersebut.
Sedangkan kata pembangunan (Inggris: development) menunjukkan adanya
pertumbuhan, perluasan ekspansi yang berkaitan dengan keadaan yang harus digali dan yang
harus dibangun agar dicapai kemajuan di masa yang akan datang.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa Makna, Hakikat, dan Asas dari Pembangunan Nasional ?
2. Apa saja Aspek dalam Paradigma Pembangunan ?

BAB II
TINJAUAN TEORI
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, Orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut
menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin
berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang
politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir,
kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu
dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur,
parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam
melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya
nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur
segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai
konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar
negara dan ideologi nasional.
Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka
tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan
bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain :
a) susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
b) sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus social
c) kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
5

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat dan
martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara
singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigma dalam
pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

BAB III
PEMBAHASAN

2.1. MAKNA PEMBANGUNAN NASIONAL


Pembangunan

nasional

merupakan

rangkaian

upaya

pembangunan

yang

berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam
pembukaan undang undang dasar 1945, yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
ikut melaksankan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan, perdamain abadi dan keadilan
sosial.
Rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan itu meliputi semangat, arah
dan gerak pembangunan sebagai pengalaman pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan
yang utuh. Pengalaman pancasila meliputi pengalaman atau penerapan nilai nilai dari
pancasila; Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakillan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

2.2. HAKIKAT PEMBANGUNAN NASIONAL


Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia indonesia seutuhnya
dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia dilaksanakan secara berencana, menyeluruh,
terpadu, terarah, dan berlanjut untuk meningkatkan kemampuan nasional agar sejajar dengan
bangsa bangsa lain.
Pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat dilaksanakan di semua aspek kehidupan
bangsa, ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain lain. Dilaksanakan

bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Diselenggarakan secara bertahap dalam jangka
panjang, jangka menegah, dan jangka pendek.

2.3. ASAS PEMBANGUNAN NASIONAL


Asas pembangunan nasional adalah keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang
Maha Esa, demokrasi pancasila, adil dan merata, keseimbangan, keserasian dan keselarasan
dalam kehidupan, hukum, kemandirian, kejujuran, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Pembangunan nasional mengandung asas keterpaduan dalam arti keserasian dalam
semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang meliputi : bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan HamKam, sehingga melahirkan ketangguhan
bangsa dan negara yang utuk menyeluruh, kukuh dan kuat.
Penerapan wawasan nusantara dan ketahanan nasional menurut asas asas, pola pikir
dan pola tindak yang sistematik, kompherensif dan integralistik. Penerapan dalam asa, pola
pikir dan pola tindak yang dijabarkan dalam wawasan nusantara dan ketahanan nasional
kedalam mekanisme dan metode perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan oleh para penyelenggara pembangunan nasional yang terutama meliputi aparatur
pemerintah dan masyarakat.

2.4. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN POLITIK


Warga Indonesia ditempatkan sebagai pelaku atau subjek politik bukan objek politik.
Pancasila dalam pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat
manusia dengan menempatkan kekuasaan tertinggi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat dimana sistem politik indonesia yang sesuai dengan pancasila sebagai paradigma
adalah sistem politik demokrasi.
Sehingga, perlu dikembangkan berdasarkan asar kerakyatan dalam sila IV Pancasila,
kemudian pada asas-asas moral dari pada sila-sila Pancasila. Maka, secara berturut-turut,
sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Moral tersebut menjadi landasan warga dan penyelenggara negara
guna perilaku politik santun dan bermoral.
8

Sedangkan Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial diartikan bahwa


pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan
dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dilihat
secara berurutan terbalik:
a)

Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,


agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

b)

Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) dalam pengambilan keputusan.

c)

Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep


mempertahankan persatuan.

d)

Dalam pencapaiannya tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang


adil dan beradab.

e)

Nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan (keadilan


keberadaban) tersebut bersumber pada nilai ketuhanan Yang Maha Esa (YME).
Di era globalisasi informasi dari implementasi perlu direkonstruksi kedalam

perwujudan masyarakat warga (civil society) yang mencakup masyarakat tradisional


(berbagai asal etnik, agama dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna
industrial. Sehingga nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat informasi
adalah sebagai berikut:

Nilai toleransi

Nilai transparansi hukum dan kelembagaan

Nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)

Bermoral berdasarkan konsensus (fukuyama dalam Astrid: 2003:3)

2.5. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI


Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi dengan sistem ekonomi pada
nilai moral daripada Pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus didasrkan pada dasar
moralitas ketuhanan pada Sila I Pancasila dan kemanusiaan pada Sila II Pancasila yang
9

menghasilkan sistem ekonom berperikemanusiaan. Sistem ekonomi yang menghargai hakikat


manusia, baik dari segi selaku makhluk individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk
tuhan.
Sistem ekonomi berdasar Pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang
hanya menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi
ini berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui kepemilikan
individu.
Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Maka
dari itu, sistem ekonomi harus dengan sistem dan pembangunan ekonomi dengan tujuan pada
kesejahteraan rakyat secara keseluruhan berasaskan kekeluargaan dengan nilai-nilai
kemanusiaan.
Pembangunan ekonomi harus menghindarkan diri dari bentuk persaingan bebas,
monopoli yang akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan
warga negara.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi mengacu Sila IV Pancasila,
sedangkan pengembangan ekonomi pada sistem ekonomi Indonesia yaitu Pembangunan
Ekonomi Kerakyatan atau Pembangunan Demokrasi Ekonomi atau Sistem Ekonomi
Pancasila yang mana ekonomi untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat yang berkeadilan bagi
warga Indonesia dimana politik ekonomi kerakyatan memberikan kesempatan, dukungan, dan
pengembangan ekonomi rakyat mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai
pilar utama pembangunan ekonomi nasional.
Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas
kekeluargaan yang mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di
era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan
pemerataan pembangunan daerah.
Dengan demikian, Ekonomi kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat
dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transaran, dan partisipatif. Dalam
ekonomi kerakyatan, Negara berperan melindungi warga negara dengan mengingkatkan
kepastian hukum.

10

2.6. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN SOSIAL


BUDAYA
Pancasila bersifat humanistik karena memang Pancasila bertolak dari hakikat dan
kedudukan kodrat manusia sendiri. Hal tersebut tertuang dalam sila Kemanusiaan Manusia
harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human. Berdasar sila
persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan
terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam di seluruh wilayah Nusantara menuju
pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa.
Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial
berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai
warga negara. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan
kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma baru dalam
pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan berkelanjutan, yang dalam
perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya
komuniti-komuniti terlibat di samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan
hak asasi individu pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencaan dan pelaksanaannya
perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti yang terlibat,
disamping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu secara
berimbang (sila kedua).
Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara hak
negara dan hak asasi individu. Paradigma tersebut dapat mengatasi sistem perencanaan yang
sentralistik dan yang mengabaikan kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman
kebudayaan Indonesia.
Dengan demikian, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi suku
bangsa tetapi justru akan memadukan pembangunan lokal/daerah dengan pembangunan
regional dan pembangunan nasional (Sila Keempat), sehingga ia akan menjamin
keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI

11

(Sila Ketiga). Sebenarnya nila-nilai Pancasila memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak


kebudayaan, sebagai kerangka acuan-acuan bersama, bagi kebudayan-kebudayaan di daerah.

2.7. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


PERTAHANAN KEAMANAN
Salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia. Hal tersebut bermakna bahwa negara bertugas dan
bertanggung jawab atas seluruh rakyat Indonesia sehingga perlu memperkuat pertahanan dan
keamanan dengan membangun pertahanan dan keamanan Indonesia yang kini dikenal dengan
sishankamrata (sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta).
Sistem pertahanan yang sifatnya semesta dengan melibatkan seluruh warga negara,
wilayah, dan sumber daya nasional lainnya serta dengan mempersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari
segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atas
hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
Sistem tersebut pada dasarnya sesuai dengan nilai-nila Pancasila dimana rakyat
memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara dan bela negara.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan keamanan tertuang dalam UU No. 3
Tahun 2002 tentang pertahanan negara.
Setelah ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi yang
dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi muatan konstitusi yaitu sebagai berikut :
1. Adanya perlindungan terhadap HAM
2. Adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar,
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang mendasar.
Sesuai dengan UUD 1945, yang terdapat rumusan Pancasila, Pembukaan UUD 1945
sebagai bagian dari UUD 1945 atau bagian dari hukum positif yang mana kedudukan
Pancasila mengandung segi positif dan negatif. Segi positif kedudukan Pancasila adalah dapat
dipaksakan berlakunya oleh negara, sedangkan dalam segi negatif adalah pembukaan dapat
diubah oleh MPR sesuai dengan ketentuan Pasal 37 UUD 1945.

12

Hukum tertulis, contohnya UUD termasuk pada perubahannya, UU dan peraturan


perundang-undangan mengacu pada dasar negara (sila-sila Pancasila dasar negara). Dalam
kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum baik hukum
tertulis maupun hukum tidak tertulis tidak boleh bertentangan dengan sila-sila pada Pancasila
yaitu:
1.
2.
3.
4.

Ketuhanan Yang Maha Esa


Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan
yang
dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dengan demikian substansi hukum yang dikembangkan merupakan perwujudan atau
penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya substansi produk hukum
merupakan karakter produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan
perwujuan aspirasi rakyat).

2.8. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama Bangsa
Indonesia sudah dikenal dari dulu sebagai bangsa ramah dan santun yang dikenal dimata
dunia Internasional. Indonesia dengan kemajemukan, binneka dan plural. Indonesia juga
terdiri dari suku, etnis, bahasa dan agama namun terjalin kerja sama untuk meraih dan
mengisi kemerdekaan Republik Indonesia kita.
Namun, keramahan Indonesia kini mulai banyak dipertanyakan karena banyak kasus
kekerasan yang bernuansa Agama. Paradigma toleransi antar umat beragama untuk
menciptakan kerukunan dalam beragama perspektif Piagam Madina yang intinya adalah
sebagai berikut :
1. Semua umat Islam, meskipun dari banyak suku merupakan satu komunitas (ummatan
wahidah).
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas Islam dan
komunitas lain didasarkan dari prinsip-prinsip yaitu:
a) Bertetangga dengan rukun
b) Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
13

c) Membela yang teraniaya


d) Saling menasehati
e) dan menghormati mengenai kebebasan beragama
Berdasarkan lima prinsip yang mengisyaratkan bahwa:
1. Adanya persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara tanpa dengan
membedakan atas dasar suku dan agama.
2. Adanya semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan
masalah bersama serta saling membantu menghadapi musuh bersama.
Hal yang mendasar dalam memperkokoh kerukunan hidup antara umat beragama
adalah dengan membangun dialog horizontal dan vertikal. Dialog horizontal adalah interaksi
antara manusia yang berdasar dialog untuk mencapai saling pengertian, pengakuan akan
eksistensi manusia, dan pengakuan akan sifat dasar manusia yang indeterminis dan
interdependen.
Identitas indeterminis adalah sikap dasar manusia yang menyebutkan bahwa posisi
manusia berada pada kemanusiaannya. Artinya, posisi manusia bukan sebagai benda
mekanik, melainkan sebagai manusia yang memiliki akal budi kreatif dan berbudaya.

2.9. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN IPTEK


Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru bersifat
reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan mampu menyesuaikan
dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yaitu dengan
tetap memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak
berarti Pancasila itu dapat mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih menekan
pada kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam
pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih). Kekuatan suatu ideologi itu
tergantung pada kualitas dan dimensi yang ada pada ideologi itu sendiri (Alfian, 1992)(dalam
internet). Ada beberapa dimensi penting sebuah ideologi, yaitu:
A. Dimensi Reality.
Yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil berakar
dalam hidup masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya.
B. Dimensi Idealisme.
14

Yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan
tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan
bersama dengan berbagai dimensinya.
C. Dimensi Fleksibility.
Maksudnya dimensi pengembangan Ideologi tersebut memiliki kekuasaan yang
memungkinkan dan merangsang perkembangan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat
atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakekatnya merupakan hasil
kreatifitas rohani (jiwa) manusia. Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia mengembangkan
IPTEK untuk mengolah kekayaan alam yang diciptakan Tuhan YME.
Tujuan dari IPTEK ialah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat
dan martabat manusia, maka IPTEK pada hakekatnya tidak bebas nilai, namun terikat nilai
nilai. Pancasila telah memberikan dasar nilai nilai dalam pengembangan IPTEK, yaitu
didasarkan moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan memasuki kawasan IPTEK yang diletakan diatas Pancasila sebagai
paradigmanya, perlu dipahami dasar dan arah peranannya, yaitu
A. Aspek ontologi
Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik henti
dalam upayanya untuk mencari dan menentukan kebenaran dan kenyataan. Ilmu
Pengetahuan harus dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai :
a) Sebagai masyarakat, menunjukkan adanya suatu academic community yang
dalam hidup keseharian para warganya untuk terus menggali dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
b) Sebagai proses, menggambarkan suatu aktivitas masyarakat ilmiah yang
melalui abstraksi, spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi,
komparasi dan eksplorasi mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan.
c) Sebagai produk, adalah hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud
karya karya ilmiah beserta implikasinya yang berwujud fisik ataupun nonfisik.
B. Aspek Epistemologi, bahwa pancasila dengan nilainilai yang terkandung didalamnya
dijadikan metode berpikir.
C. Aspek Askiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila
sebagai metode berpikir, maka kemanfaatan dan efek pengembangan ilmu

15

pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan ideal dari pancasila dan secara
positif mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal pancasila.
Sila-sila pancasila yang harus menjadi sistem etika dalam pengembangan IPTEK:
Sila ketuhanan yang mahaesa mengkomplementasikan ilmu pengetahuan mencipta,
keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal dan kehendak. Berdasarkan sila ini
IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan dibuktikan dan diciptakan tetapi juga
dipertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan manusia disekitarnya atau tidak.
Pengolahan diimbangi dengan melestarikan.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa
manusia dalam mengembangkan IPTEK harus bersikap beradab karena IPTEK adalah
sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu, pengembangan
Iptek harus didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat manusia. Iptek bukan
untuk kesombongan dan keserakahan manusia. Namun, harus diabdikan demi peningkatan
harkat dan martabat manusia.
Sila

persatuan

Indonesia

mengkomplementasiakan

universalitas

dan

internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan IPTEK hendaknya


dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai
bagian umat manusia di dunia.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis, artinya setiap ilmuan harus
memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK juga harus menghormati dan menghargai
kebebasan orang lain dan juga memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik dikaji ulang
maupun di bandingkan dengan penemuan lainnya.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengkomplementasikan
pengembangan IPTEK haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannnya dengan dirinya senndiri
maupun dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat bangsa dan
negara, serta manusia dengan alam lingkungannya.

16

BAB IV
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dipakai dalam paradigma (pandangan)
pembangunan nasional yang meliputi aspek Ekonomi, Politik, Sosial Budaya, IPTEK, Dll.
Nilai-nilai dari Pancasila dipakai dalam menentukan kebijakan pembangunan yang sesuai
dengan tujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional berdasarkan sila-silanya. Semua
aspek pembangunan berdasar pada Sila I-V. Sehingga Pancasila benar-benar diaktualisasikan
dengan tujuan kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia yang tercakup dalam
warga negara.

3.2. SARAN
Pancasila sebagai paradigma pembangunan diharapkan mampu menyejahterakan
rakyat Indonesia. Sehingga mampu menciptakan keadilan bagi seluaruh rakyat dan Pancasila
tidak dijadikan sebagai alat kekuasaan untuk mendominasi rakyat dan sebagai pelanggeng
kekuasaan.
Pancasila sebagai dasar negara tetap dipegang teguh dan tidak dipertanyakan
keabsahannya sebagai paradigma pembangunan yang sesuai jaman dan derasnya arus
globalisasi.

17

DAFTAR PUSTAKA

http://www.artikelsiana.com/2015/09/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan.html
https://ramramdani.wordpress.com/dunia-kampus/pancasila-sebagai-paradigmapembangunan/
http://quintanurannisa.blogspot.co.id/2015/04/pancasila-sebagai-paradigmapembangunan.html
http://galihyogawahyukuncoro.blogspot.co.id/2015/01/pancasila-sebagai-paradigmapembangunan.html
Hudiarini, Sri. 2014. Pendidikan Pancasila Dalam Perspektif Historis dan Ketatanegaraan
Republik Indonesia. Malang: Aditya Media Publishing

18

You might also like