Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
3
sebagai nilai produksi di Negara pengekspor). Menghitung pendapatan produksi
sebagai pendapatan regional bisa mengakibatkan perhitungan ganda (double –
counting). Misalnya, seorang tukang kue menghasilkan 100 buah kue perhari yang
dijualnya dengan harga @ Rp 300,00 sehingga nilai penjualannya/nilai
produksinya adalah Rp 30.000,00. Padahal untuk menghasilkan kue tersebut dia
terpaksa membeli berbagai jenis input seperti tepung beras, gula, kelapa, vanili,
minyak goring, dan bahan baker. Bahan-bahan yang di gunakan telah dihitung
disektor lain. Misalnya, beras dihitung disektor pertanian dan di sektor industri
penggilingan beras menjadi tepung, gula telah dihitung di sektor pertanian dan
minyak goring di sector industri. Jika bahan baku di impor dari Negara lain,
berarti nilai bahan baku itu telah dihitung sebagai pendapatan wilayah lain.
Bahan-bahan yang berasal dari sektor lain disebut “biaya antara” (intermediate).
Pada umumnya yang termasuk nilai tambah dalam suatu kegiatan produksi/jasa
adalah berupa gaji/upah, laba, sewa tanah, dan bunga uang yang dibayarkan
(bagian dari biaya), penyusutan dan pajak tidak langsung (neto).
Nilai tambah bruto terdiri atas:
a) Upah dan gaji,
b) Laba,
c) Sewa tanah,
d) Bunga uang,
e) Penyusutan, dan
f) Pajak tidak langsung neto.
g) Farm gate
4
• Pupuk 250 kg @Rp 2.000,00 = Rp 500.000,00
• Pestisida 10 ltr @ Rp 10.000,00 = Rp 500.000,00
• Sewa mesin pipil = Rp 500.000,00
Total pengeluaran = Rp 2.500.000,00
Hasil produksi 5.000 kg @ Rp 10.000,00 = Rp 5.000.000,00
• Keuntungan = Rp 2.600.000,00
Dari contoh di atas, biaya diantaranya adalah bibit, pupuk, dan pestisida
sebesar Rp 1.200.000,00 sehingga nilai tambah dari kegiatan tersebut adalah Rp
5.000.000,00 – Rp 1.200.000,00 = Rp 3.800.000,00. ini adalah bagian yang bisa
diamati oleh masyarakat setempat seandainya seluruh fakto-faktor produksi itu
dimiliki oleh masyarakat setempat dengan catatan dari penghasilan tersebut masih
perlu di kurangkan biaya penyusutan dan pajak yang mungkin ditagih pemerintah.
Terhadap contoh di atas perlu dipersoalkan lebih lanjut beberapa hal sebagai
berikut:
a) Seandainya selain tenaga kerja yang digaji yang disebutkan
diatas, juga ada tenaga anggota keluarga yang turut bekerja (tidak
dibayar), katakanlah sebanyak 20 hk. Apakah akan mengubah nilai tambah
dari kegiatan tersebut? Jawabnya adalah tidak, karena nilai tenaga
keluarga yang tidak dibayar tersebut tercakup dalam keuntungan petani,
yang merupakan unsur nilai tambah.
b) Seandainya petani itu bukan pemilik lahan, sehingga harus
menyewa sebesar Rp 500.000,00 untuk sekali tanam, apaka akan
mengubah total nilai tambah? Jawabnya tidak, hanya saja pengeluaran
petani naik Rp 500.000,00 sehingga keuntungan turun Rp 500.000,00. baik
tanah maupun keuntungan adalah nilai tambah.
c) Seandainya petani itu tidak memiliki cukup modal untuk
membeli bibit, pupuk, dan insektisida sehingga ia terpaksa meminjam
uang dari pihak ketiga dan setelah panen ia harus mengembalikan
pinjaman ditambah bunga, misalnya Rp 400.000,00 apakah hal itu akan
mengubah total nilai tambah? Jawabnya adalah tidak, karena hal ini hanya
5
akan menambah biaya bunga Rp 400.000,00 dan mengurangi laba dengan
jumlah yang sama. Baik bunga maupun keuntungan adalah unsur dari nilai
tambah.
d) Dari contoh di atas, ada yang perlu dipersoalkan, yaitu
pentewaan traktor atau mesin pipil. Apakah kegiatan tersebut nilai
tambahnya dihitung di sektor pertanian. Atau dihitung disektor masing-
masing, misalnya pada sektor jasa. Kuncinya adalah apakah perusahaan
persewaan itu dianggap sebuah sektor sendiri. Apabila dihitung pada
kedua sektor maka terjadi perhitungan ganda. Dalam hal ini alat pertanian
tersebut diasumsikan milik perorangan sehingga tidak tercakup dalam jasa
perusahaan persewaan, sehingga nilai tambah dimasukkan pada sektor
pertanian.
e) Dari contoh di atas terlihat bahwa kegiatan petani untuk
menanam jagung, membuka peluang bagi berbagai sektor/oihak lain untuk
meningkatkan aktivitasnya. Adanya lapangan kerja bagi pencari kerja,
peningkatan permintaan akan bibit/pupuk/pestisida, meningkatnya
penerimaan penyewaan traktor/penyewaan mesin pipil, pemilik tanah
mendapat sewa, pemilik modal mendapat bunga, dan petani mendapat
laba. Ini semua tidak akan terjadi, seandainya tidak ada investor yang
berniat melakukan kegiatan bisnis dan lahan itu tetap dibiarkan terolah.
Hal yang dikemukakan di atas berdampak langsung dan tidak langsung
seperti meningkatnya perdagangan, transportasi, dan kegiatan jasa.
6
Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai
tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian
di wilayah itu. Yang di maksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai produksi
(output) dikurangi biaya antara (intermediate cost).nilai tambah bruto mencakup
kompunen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan),
penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Jadi, dengan menghitung nilai tambah
bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkannya, akan menghasilkan
produk domistik regional bruto atas dasar harga pasar.
7
d) Pendapatan Regional
Pendapatan regional neto adalah produk domistik regional neto atas dasar
harga biaya faktor dikurangi aliran dana yng mengalir keluar ditambah aliran
dana yang mengalir masuk. Produk domistik regional neto atas dasar biaya
faktor, merupakan jumlah dari pendapatan berupa upah dan gaji, bunga, sewa
tanah, dan keuntungan yang timbul, atau merupakan pendapatan yang berasal
dari kegiatan di wilayah tersebut. Akan tetapi, pendapatan yang dihasilkan
tersebut, tidak seluruhnya menjadi pendapatan penduduk daerah setempat. Hal
itu disebabkan ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk daerah
lain.
Akan tetapi, untuk mendapatkan angka-angka tentang pendapatan yang
mengalir keluar/masuk suatu daerah masih sangat sukar diperoleh saat ini.
Produk regional neto terpaksa belum dapat dihitung dan untuk sementara
produk domestik regional neto. Dan untuk sementara produk domestik
regional neto atas biaya faktor dianggap sama dengan pendapatan regional
(tanpa kata neto). Pendapatan regional dibagi jumlah penduduk yang tinggal
didaerah itu, hasilnya adalah pendapatan perkapita.
8
f) Pendapatan Regional atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Seperti telah diuraikan di atas, angka pendapatan regional dalam beberapa
tahun menggambarkan kenaikan dan penurunan tingkat pendapatan masyarakat di
daerah tersebut. Kenaikan/penurunan dapat dibedakan menjadi 2 faktor berikut:
1. kenaikan/penurunan riil, yaitu kenaikan/penurunan
tingkat pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga.
Apabila terjadi kenaikan rill pendapatan penduduk berarti daya beli penduduk
daerah tersbut meningkat, misalnya mampu membeli barang yangsama
kualitanya dalam jumlah yang lebih banyak.
2. kenaikan/penurunan pendapatan yang disebabkan
adanya faktor perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan pendapatan yang
hanya disebabkan inflasi maka walaupun pendapatan meningkat tetapi jumlah
barang barang yang mampu dibeli belum tentu meningkat. Perlu dilihat mana
yang meningkat lebih tajam, tinkat pendapatan atau tingkat harga.
Oleh karena itu, untuk mengetahui pendapatan yang sebenarnya (rill0, faktor
inflasi harus dikeluarkan terlebih dahulu. Pendapatn regional yang dalamnya
masih ada unsur inflasinya dinamakan pendapatan regional atas dasar harga
berlaku. Sedangkan pendapatan regional dengan faktor inflasi yang sudah
ditiadakanmerupakan pendapatan regional atas dasar harga konstan. Untuk
mengetahui apakah daya beli masyarakat meningkat atau tidak, pendapatannnya
harus dibandingkan dengan nilai konstan.
Harga konstan artinya harga produk didasarkan atas harga pada tahun tertentu.
Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga
harga konstan. Jadi, kenaikan pendapatan hanya disebabkan oleh meningkatnya
jumlah fisik produksi, karena dianggap tetap(konstan). Akan tetapi pada sektor
jasa yang tidak memiliki unit produksi, nilai produksi dinyatakan dalam harga
jual. Oleh karena itu, haraga jual harus dideflasi dengan menggunakan indeks
inflasi atau deflator lain yang dianggap lebih sesuai.
9
g. Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi jumlah
penduduk didaerah tersebut untuk tahun yang sama. Angka yang digunakan
semestinya adalah total pendapatan regional di bagi jumlah penduduk. Akan
tetapi, angka ini sering tidak diperoleh sehingga diganti dengan total PDRB atas
dasar haraga pasar dibagi jumlah penduduk. Angka per kapita dapat dinyatakan
dalam harga berlaku maupun dalam harga konstan tergantung pada kebutuhan.
10
Dari kedua tabel di atas, diketahui bahwa dalam kurun waktu 5 tahuntotal
pendapatan regional dalam harga berlaku naik dari Rp 3.000.000,00 menjadi Rp
4.160.000,00yang berarti dalam harga berlaku terjadi kenaikan sebesar 38,67%.
Akan tetapi, hal ini tidak mneggambarkan kenaikan rill dari kemakmuran
masyarakat. Kenaikan rillkemakmuran masyarakat harus diukur dalam nilai
konstan. Nilai produksi tahun 2000 dalam nilai konstan tahun 1995 adalah sebagai
berukut:
Nilai produksi tahun 2000 dalam harga konstan 1995
Jumlah Produksi Harga Jual Per Total Nilai
Sektor
(Rp) Unit (Rp) Produksi (Rp)
Produksi 1 1.100,00 500,00 550.000,00
Produksi 2 2.300,00 800,00 1.840.000,00
Jasa 968.919,00
Jumlah 3.358.919,00
11
1. Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi adalah perhitungan nilai tambah barang dan jasa
yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara
mengurangkan biaya antara dari total nilai produksi bruto sektor atau
subsektor tersebut. Pendekatan ini banyak digunakan unutk memperkirakan
nilai tambah dari sektor atau kegiatan yang produksinya berbentuk
fisik/barang., seperti peranian, perrtambangan, dan industri dan sebaginya.
Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya
antara (intermediate cost), yaitu bahan baku/penolong dari luar yang dipakai
dalam proses produksi. Sektor jasa yang menerima pembayaran atas jasa yang
diberikan (sesuai dengan harga pasar), masih bisa dihitung dengan pendekatan
produksi.akan tetapi akan lebih mudah dihitung dengan pendekatan
pendapatan.
2. Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi
diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor
produksi, yaitu upah dan gaji dan surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak
langsung neto. Surplus usaha meliputi bunga yang dibayar neto, sewa tanah,
dan keuntungan.metode ini banyak dipakai pada sektor jasa, akan tetapi tidak
dibayar setara harga pasar, misalnya sektor pemerintahan. Hal ini disebabkan
karena kurang lengkapnya data dan tidak adanya metode yang akurat yang
dapat dipakai dalam mengukur nilai produksi dan biaya antara dari berbagai
jasa, terutama kegiatan yang tidak mengutip biaya.. selai itu, kutipan
seringkali tidak menggambarkan harga yang sebenarnya untuk pelayanan yang
mereka berikan, misalnya sektor pendidikan dan rumah sakit.
3. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari
barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. Kalau dilihat dari segi
penggunaan maka total penyediaan barang dan jasa itu digunakan untuk;
12
a. konsumsi rumah tangga
b. konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung
c. konsumsi pemerintah
d. pembentukan modal tetap bruto (investasi)
e. perubahan stok
f. ekspor neto (total ekspor – total impor)
Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari berbagai dari beberapa
alokator dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing provinsi
terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor. Metode ini terkadang terpakasa
digunakan karena adanya kegiatan usaha yang alokasinya ada dibeberapa
wilayah, sedangkan pencatatan yang lengkap hanya dilakukan di kantor pusat.
Misalnya, laba perusahaan tidak tercatat pada masing-masing wilayah melainkan
hanya tercatat dikantor pusat. Contoh lain apabila proses produksi bersifat
berantai dan masing-masing mata rantai berada pada wilayah yang berbeda.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produksi barang-barang dan
jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah
selama satu tahun.
Metode perhitungan pendapatan regional pada tahap pertama dapat dibagi
dalam dua metode, yaitu
1) metode langsung
Pendekatan Produksi
Pendekatan Pendapatan
Pendekatan Pengeluaran
2) metode tidak langsung
3.2 SARAN
Setelah kita mempelajari dan membahas makalah yang penulis susun ini
diharapkan agar kita dapat lebih mengetahui dan mengerti tentang pendapatan
regional serta kita dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
14
DAFTAR PUSTAKA
15