You are on page 1of 14

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

A. KARAKTERISTIK

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya


tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu

 hasil belajar akademik,


 penerimaan terhadap keragaman, dan
 pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).

Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran


dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada model


pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam
belajar (Nur dan Wikandari, 2000:25).

Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai


sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu
dalam mempelajari sesuatu.

Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai


penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa,
membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan
kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif
terdapat saling ketergantungan positif di antara mahasiswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Setiap mahasiswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses.
Aktivitas belajar berpusat pada mahasiswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas
bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah.
Melalui interaksi belajar yang efektif mahasiswa lebih termotivasi, percaya diri,
mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun
hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua
mahasiswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau
sejajar.

Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends


(2001), yaitu;

(1) Student Teams Achievement Division (STAD),


Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau
pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang
baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan
suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:

1. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai
dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
selalu dimulai dengan penyajian kelas.Penyajian tersebut mencakup pembukaan,
pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan
dalam penyajian materi pelajaran.

a) Pembukaan
 Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal
itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang
menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
 Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan
konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
 Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat
mutlak.

b) Pengembangan

 Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari


siswa dalam kelompok.
 Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami
makna bukan hapalan.
 Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan.
 Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.
 Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

c) Latihan Terbimbing

 Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.


 Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini
bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
 Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya
siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan
balik.
2. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang
diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut.
Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang
sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga
perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau
menjawab pertanyaan.

Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :

1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-


sama dan pindah kemeja kelompok.
2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
3) Bagikan lembar kegiatan siswa.
4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu
kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka
mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan
kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat
mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab
menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka
mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian
memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka
yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis.
Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak
hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar
kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka
pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan,
mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya
guru.
6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru
sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik,
yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana
anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

3. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan
apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis
digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai
perkembangan kelompok.

4. Penghargaan Kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung
nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau
penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan
pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

(2) Group Investigation,

Ide model pembelajaran geroup investigation bermula dari perpsektif filosofis


terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan
atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and
Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan,
bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama
tentang pendidikan (Jacob et al., 1996), adalah:

a) siswa hendaknya aktif, learning by doing;


b) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik;
c) pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap;
d) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa;
e) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami
dan saling menghormat satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat
penting;
f) kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.

Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group-investigation


yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas
hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah
sosial antar pribadi (Arends, 1998). Model group-investigation memiliki enam
langkah pembelajaran (Slavin, 1995), yaitu:

1) grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok menentukan sumber,


memilih topik, merumuskan permasalahan),
2) planning(menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa
melakukan apa, apatujuannya),
3) investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi,
klarifikasimengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi),
4) organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi
laporan, penentuan penyaji moderator, dan notulis),
5) presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati,
mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan),
6) evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan
masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi
mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar
yang difokuskan pada pencapaian pemahaman. Sistem sosial yang
berkembang adalah minimnya arahan guru, demokratis, gurudan siswa
memiliki status yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh
kesepakatan.

Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai


konselor,konsultan, sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan dalam
proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan.
Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah berkenaan dengan
kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah. Pengelolaan ditampilkan
berkenaan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan pengorganisasian
kelompok untuk memperoleh informasi tersebut.

Pemaknaan perseorangan berkenaan dengan inferensi yang diorganisasi oleh


kelompok dan bagaimana membedakan kemampuan perseorangan. Sarana
pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar,
panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, peralatan penelitian yang sesuai,
meja dan korsi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk
itu. Sebagai dampak pembelajaran adalah pandangan konstruktivistik tentang
pengetahuan, penelitian yang berdisiplin, proses pembelajaran yang efektif,
pemahaman yang mendalam. Sebagai dampak pengiring pembelajaran adalah hormat
terhadap HAM dan komitmen dalam bernegara, kebebasan sebagai siswa,
penumbuhan aspek sosial, interpersonal, dan intrapersonal.

(3) Jigsaw,

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot


Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur
seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model
pembelajaran Jigsaw dalam matematika, yaitu:

a) Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang


b) Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk
membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli
c) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling
membantu untuk menguasai topik tersebut
d) Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok
masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya
e) Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang
telah didiskusikan

Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota


kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat
mengerjakan tes dengan baik.

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran


Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli


yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat.

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :

a) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar
memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota
kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian
baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
b) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli
secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi,
agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
c) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.Untuk mengantisipasi hal ini guru
harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang
cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
d) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.

(4) Structural Approach.

Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah;

 Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada


pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK
sampai SD),
 Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran
matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK).

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah;

(1) belajar bersama dengan teman,

(2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman,

(3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok,

(4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok,

(5) belajar dalam kelompok kecil,

(6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat,

(7) keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri,

(8) mahasiswa aktif (Stahl, 1994).

Senada dengan ciri-ciri tersebut, Johnson dan Johnson (1984) serta Hilke (1990)
mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah;

(1) terdapat saling ketergantungan yang positifdi antar anggota kelompok,

(2) dapat dipertanggungjawabkan secara individu,

(3) heterogen,

(4) berbagi kepemimpinan,

(5) berbagi tanggung jawab,


(6) menekankan pada tugas dan kebersamaan,

(7) membentuk keterampilan sosial,

(8) peran guru/dosen mengamati proses belajar mahasiswa,

(9) efektivitas belajar tergantung pada kelompok.

Proses belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang anggota),


bersifat heterogen tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, jender,
suku, maupun lainnya.

B. PRINSIP DASAR

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa


pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar
mahasiswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan
kooperatif. Beberapa pendekatan tersebut diintegrasikan dimaksudkan untuk
menghasilkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya
keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak
sekedar aktifitas fisik semata. Mahasiswa diberi kesempatan untuk berdiskusi,
mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang
sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam
kelompok. Mahasiswa dibebaskan untuk mencari berbagai sumber belajar yang
relevan. Kegiatan demikian memungkinkan mahasiswa berinteraksi aktif dengan
lingkungan dan kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan
pengetahuannya.

Pendekatan konstruktivistik dalam model pembelajaran kooperatif dapat


mendorong mahasiswa untuk mampu membangun pengetahuannya secara bersama-
sama di dalam kelompok. Mereka didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi
materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan. Mahasiswa
menafsirkan bersama-sama apa yang mereka temukan atau mereka bahas. Dengan
cara demikian, materi pelajaran dapat dibangun bersama dan bukan sebagai transfer
dari dosen. Pengetahuan dibentuk bersama berdasarkan pengalaman serta
interaksinya dengan lingkungan di dalam kelompok belajar, sehingga terjadi saling
memperkaya diantara anggota kelompok. Ini berarti, mahasiswa didorong untuk
membangun makna dari pengalamannya, sehinggapemahaman terhadap fenomena
yang sedang dipelajari meningkat. Mereka didorong untuk memunculkan berbagai
sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama, untuk kemudian membangun
sudut pandang atau mengkonstruksi pengetahuannya secara bersama pula. Hal ini
merupakan realisasi dari hakikat konstruktivisme dalampembelajaran.

Pendekatan kooperatif mendorong dan memberi kesempatan kepada mahasiswa


untuk trampil berkomunikasi. Artinya, mahasiswa didorong untuk mampu
menyatakanpendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan
menanggapinya dengan tepat, meminta feedback serta mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dengan baik. Mahasiswa juga mampu membangun dan menjaga
kepercayaan, terbuka untuk menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya, mau
berbagi informasi dan sumber, mau memberi dukungan pada orang lain dengan tulus.
Mahasiswa juga mampu memimpin dan trampil mengelola kontroversi (managing
controvercy) menjadi situasi problem solving, mengkritisi ide bukan persona
orangnya.

Model pembelajaran kooperatif ini akan dapat terlaksana dengan baik jika dapat
ditumbuhkan suasana belajar yang memungkinkan diantara mahasiswa serta antara
mahasiswa dan dosen merasa bebas mengeluarkan pendapat dan idenya, serta bebas
dalam mengkaji serta mengeksplorasi topik-topik penting dalam kurikulum. Dosen
dapat mengajukan berbagai pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan di
dalam kelompok. Mahasiswa berupaya untuk berpikir keras dan saling
mendiskusikan di dalam kelompok. Kemudian dosen serta mahasiswa lain dapat
mengejar pendapat mereka tentang ide-idenya dari berbagai perspektif. Dosen juga
mendorong mahasiswa untuk mampu mendemonstrasikan pemahamannya tentang
pokok-pokok permasalahan yang dikaji menurut cara kelompok.

Berpijak pada karakteristik pembelajaran di atas, diasumsikan model


pembelajaran kooperatif mampu memotivasi mahasiswa dalam melaksanakan
berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-
tugas bersama secara kreatif. Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam
pembelajaran di berbagai bidangstudi atau matakuliah, baik untuk topik-topik yang
bersifat abstrak maupun yang bersifat konkrit.
C. KOMPETENSI

Kompetensi yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kooperatif


disamping;

1) pemahaman terhadap nilai, konsep atau masalah-masalah yang


berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu, serta
2) kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah,
3) kemampuan menghasilkan sesuatu secara bersama-sama berdasarkan
pemahaman terhadap materi yang menjadi obyek kajiannya, juga dapat
dikembangkan
4) softskills kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi, bertanggung jawab,
serta bekerja sama. Tentu saja kemampuan-kemampuan tersebut hanya
mungkin terbentuk jika kesempatan untuk menghayati berbagai
kemampuan tersebut disediakan secara memadai, dalam arti, model
pembelajaran kooperatif diterapkan secara benar dan memadai.

D. MATERI

Materi yang sesuai disajikan dengan menggunakan model pembelajaran


kooperatif adalah materi-materi yang menuntut pemahaman tinggi terhadap nilai,
konsep, atau prinsip, serta masalah-masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Materi
ketrampilan untuk menerapkan suatu konsep atau prinsip dalam kehidupan nyata juga
dapat diberikan. Materi dapat berasal dari berbagai bidang studi, seperti bahasa,
masalah-masalah social ekonomi, masalah kehidupan bermasyarakat, peristiwa-
peristiwa alam, serta ketrampilan dan masalah-masalah lainnya.

E. PROSEDUR PEMBELAJARAN

Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu;


orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Setiap langkah dapat
dikembangkan lebih lanjut oleh para dosen dengan berpegang pada hakekat setiap
langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi


untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta
bagaimana strategi pembelajarannya. Dosen mengkomunikasikan tujuan, materi,
waktu, langkah- langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh mahasiswa,
serta sistem penilaiannya. Pada langkah ini mahasiswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir
yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara dosen dan
mahasiswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan
bersama.

2. Kerja kelompok

Pada tahap ini mahasiswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan
pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah,
atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja kelompok
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi,
observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Waktu untuk bekerja
kelompok disesuaikan dengan luasdan dalamnya materi yang harus dikerjakan.
Kegiatan yang memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran,
sedangkan kegiatan yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam
pelajaran.

Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai


pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh dosen. Panduan harus
memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggung jawab masing-
masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai. Misalnya,
mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan media tepatguna dalam pembelajaran.
Untuk itu, mahasiswa secara bersama-sama perlu berdiskusi, melakukan analisis
terhadap komponen-komponen pembelajaran seperti; kompetensi apa yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik, materi apa yang dipelajari, strategi
pembelajaran yang digunakan, serta bentuk evaluasinya. Mahasiswa juga melakukan
eksplorasi untuk mengembangkan media tepatguna. Eksplorasi dapat dilakukan
secara individual atau kelompok sesuai kesepakatan. Hasil eksplorasi dibahas dalam
kelompok untuk menghasilkan media-mediapembelajaran tepatguna yang sesuai
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dosen berperan sebagai fasilitator dan
dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan
terhadap kegiatan belajar mahasiswa, mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan
memberikan bantuan pada saat diperlukan.

3. Tes/Kuis
Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua mahasiswa telah mampu
memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-
masing mahasiswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka
terhadap konsep/topik/ masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup
penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan. Misalnya, bagaimana melakukan
analisis pembelajaran? Mengapa perlu melakukan analisis pembelajaran sebelum
mengembangkan media? Mahasiswa dapat juga diminta membuat prototype media
tepat guna yang memiliki tingkat interaktif tinggi dalam pembelajaran, dsb.

4. Penghargaan kelompok

Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang


berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari
selisih antara skor dasar dengan sekor tes individual. Menghitung skor yang didapat
masing-masing kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang didapat mahasiswa
di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung rata-ratanya. Selanjutnya
berdasarkan skor rata-rata tersebut ditentukan penghargaan masing-masing
kelompok. Misalnya, bagi kelompok yang mendapat rata-rata kenaikan skor sampai
dengan 15 mendapat penghargaan sebagai “Good Team”. Kenaikan skor lebih dari
15 hingga 20 mendapat penghargaan “Great Team”. Sedangkan kenaikan skor lebih
dari 20 sampai 30 mendapat penghargaan sebagai “Super Team”.

Anggota kelompok pada periode tertentu dapat diputar, sehingga dalam satu
satuan waktu pembelajaran anggota kelompok dapat diputar 2-3 kali putaran. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika kelompok di antara anggota kelompok
dalam kelompok tersebut. Di akhir tatap muka dosen memberikan kesimpulan
terhadap materi yang telahdibahas pada pertemuan itu, sehingga terdapat kesamaan
pemahaman pada semua mahasiswa.

F. Evaluasi

Evaluasi belajar dilakukan pada awal pelajaran sebagai prates, selama


pembelajaran, serta hasil akhir belajar mahasiswa baik individu maupun kelompok.
Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap,
ketrampilan dan kemampuan berpikir serta berkomunikasi mahasiswa. Kesungguhan
mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis dalam
memberikan pandangan atau argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul
tanggung jawab bersama, merupakan contoh aspek-aspek yang dapat dinilai selama
proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan prosedur evaluasi:
1) Penilaian individu adalah evaluasi terhadap tingkat pemahaman mahasiswa
terhadap materi yang dikaji, meliputi ranah kognitif, afektif, dan ketrampilan.
2) Penilaian kelompok meliputi berbagai indikator keberhasilan kelompok
seperti, kekohesifan, pengambilan keputusan, kerjasama, dsb.

Kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi. Kriteria ini
diperlukan sebagai pedoman dosen dan mahasiswa dalam upaya mencapai
keberhasilam belajar, apakah sudah sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

http://ady-ajuz.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-jigsaw.html

http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/kooperatif.pdf

You might also like