You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang
baik dengan nutrisi yang baik dan olah raga yang cukup. Tiap individu membutuhkan
jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung
pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat
dan tidur yang cukup. Kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan
berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas
(potter dan perry, 2005 : 1470).
Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan
penting perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur,
maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor yang mempengaruhi,
dan kebiasaan tidur klien. Klien membutuhkan suatu pendekatan individual
berdasarkan pada kebiasaan pribadi mereka dan pola tidur serta masalah khusus yang
mempengaruhi tidur mereka. Intervensi keperawatan dapat menjadi efektif dalam
mengatasi gangguan tidur jangka pendek dan jangka panjang (potter dan perry,
2005 : 1470).
Satu teori fungsi tidur adalah berhubungan dengan penyembuhan. Memperoleh
kualitas tidur terbaik adalah penting untuk peningkatan kesehatan yang baik dan
pemulihan individu yang sakit. Perawat memperhatikan klien yang seringkali
mengalami gangguan tidur yang ada sebelumnya dan klien yang mengalami masalah
tidur karena penyakit atau hospitalisasi. Kadang-kadang, klien mencari pelayanan
kesehatan karena mereka mempunyai masalah tidur yang mungkin telah hilang tanpa
disadari untuk beberapa tahun. Klien yang sakit seringkali membutuhkan lebih banyak
tidur dan istirahat dari pada klien yang sehat. Akan tetapi sifat alamiah dari penyakit
yang mencegah klien untuk mendapatkan istirahat dan tidur yang cukup. Lingkungan
institusi, rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang dan aktivitas petugas
pelayanan kesehatan dapat menyebabkan sulittidur (potter danpery, 2005 : 1470).

1
B. Tujuan penulisan
1.Tujuan umum
Untuk mendapat penambahan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
kebutuhan istirahat dan tidur
2.Tujuan khusus
Setelah presentasi tentang asuhan keperawatan dan menyusun makalah ini,
maka penulis mampu:
a. Membandingkan karakteristik istirahat dan tidur
b. Menguraikan tahap-tahap siklus tidur yang normal
c. Menjelaskan fungsi tidur
d. Mengidentifikasi faktor-faktor secara normal meningkatkan dan mengganggu
tidur mengidentifikasi diagnosis keperawatan sesuai untuk klien yang mengalami
perubahan tidur
e. Mengidentifikasi intervensi keperawatan yang dirancang untuk meningkatkan
siklus tidur normal untuk klien semua usia
f. Menguraikan cara-cara mengevaluasi terapi tidur

C. Sistematika penulisan
Agar hasil penulisan dapat dengan mudah dipahami dan di mengerti maka pokok
masalah yang terdapat dalam makalah ini dibagi menjadi dalam beberapa bab yang
sistematiknya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan
A. Latar belakang,
B. Tujuan penulisan,
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
C. Sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan pustaka
A. Pengertian tidur,
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur,
C. Gangguan tidur,
D. Indikasi dan kontraindikasi dari tidur,
E. Persiapan alat, pasien, lingkungan,

2
F. Pelaksanaan, dan
G. Evaluasi.
BAB III : Asuhan keperawatan
A. Pengkajian,
B. Diagnosa keperawatan,
C. Perencanaan,
D. Implementasi dan
E. Evaluasi
BAB IV : Penutup
A. Kesimpulan dan
B. Saran.

3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Pengertian
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda
pada setiap individu. Secara umum, istirahat berartisuatu keadaan tenang, relaks,
tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan
berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman
juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat (perry & potter,2006).
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan
aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses
fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir
sepertiga dari waktu kita, kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada
keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah
seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan
kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari (perry &
potter, 2006).
B. Fisiologi tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak, yaitu
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di
bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual,
pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir. Pada saat
sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan
serum serotonin dari BSR (Tarwoto, Wartonah, 2003).
C. Jenis-jenis Tidur
Berdasarkan proses tidur terdapat dua jenis tidur, yaitu:
1. Tidur NREM
Jenis tidur yang disebabkan menurunnya kegiatan di dalam sistem
pengaktivasi retikularis atau disebut dengan tidur gelombang lambat karena
gelombang otaknya sangat lambat atau disebut tidur NREM.

4
a). Tidur gelombang lambat (Slow wave sleep)
Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam.Isrirahat penuh, dengan
gelombang otak yang lebih lambat, tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah
menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya
berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi
napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang,
metabolisme turun.
Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektroensefalografi
dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREM,
yaitu:
Jenis-jenis gelombang :
1). Gelombang Alfa
Mata tertutup dan relaks, gelombang Alfa akan muncul, dan akan
menghilang sesaat kita membuka mata
2). Gelombang Beta
Merupakan gelombang dominan pada keadaan jaga terutama bila
mata terbuka. Pada keadaan tidur REM juga muncul gelombang Beta.
3). Gelombang Teta,
Pada keadaan normal orang dewasa gelombang teta muncul pada
keadaan tidur (stadium 1, 2, 3, 4).

4). Gelombang Delta,


Pada keadaan normal orang dewasa gelombang Delta muncul pada
keadaan tidur (stadium 2, 3, 4)
Tahapan tidur jenis NREM
1). Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri
sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa
mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi Nadi
dan napas sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini
berlangsung selama 5 menit.
2). Tahap II

5
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap,
denyut jantung dan frekuensi napas menurun. Temperatur tubuh menurun,
metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit
3). Tahap III
Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan
frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan adanya
dominasi sistem saraf parasimpatis sulit untuk bangun.
4). Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan
jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak, dan sulit dibangunkan,
gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot
menurun.
2. Tidur paradoks /tidur REM (rapid eye movement)
Jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormra dari
dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara disebut dengan
jenis tidur paradoks atau tidur REM (rapid eye moverment).
Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi
selama 5- 20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi 80-
100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah maka awal tidur
sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada.
Ciri tidur REM adalah sebagai berikut:
a). Biasanya disertai dengan mimpi aktif.
b). Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak
c). Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
d). Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
e). Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
f). Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan tidak teratur, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme
meningkat.
Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan
dalam belajar, memori, dan adaptasi

6
D. Siklus sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada
manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan
(misalnya; cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk
bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24
jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperature, sekresi
hormone, metabolisme dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada
ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat
kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang
mengikuti jam biologisnya, individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling
tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis,
Taylor, Lemone, 1989).
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang
komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui
emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap
NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30
menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu
kembali melalui tahap II dan III selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya
dan berlangsung selama 10 menit. (Nanda,2003).
Kebutuhan tidur pada manusia tergantung pada tingkat perkembangan,
Kebutuhan Tidur Manusia.
Berdasarkan Umur
1. 0 - 1 bulan Tingkat Perkembangan, Bayi baru lahir Jumlah Kebutuhan tidur 14 - 18
jam/hr.
2. 1 bulan - 18 bulan Masa bayi 12 - 14 jam/ hari.
3. 18 bulan - 3 tahun Masa anak 11 - 12 jam/hari.
4. 3 tahun - 6 tahun Masa prasckolah 11 jam/hari.
5. 6 tahun - 12 tahun Masa sekolah 10 jam/ hari.
6. 12 tahun - 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari.
7. 18 - 40 tahun Masa dewasa 7 - 8 jam/hari.
8. 40 tahun - 60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari.
9. 60 tahun keatas Masa dewasa tua 6 jam/hari.

7
E. Fungsi dan tujuan tidur
Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur
diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan.
Selain itu, stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga
menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk fungsi-
fungsi seluler yang penting.
Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, yaitu:
1. Efek pada sistem saraf
Efek pada system saraf yang dipeerkirakan dapat memulihkan kepekaan
normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf.
2. Efek pada struktur tubuh
Efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ
dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ¬organ tubuh
tersebut selama tidur.
F. Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di
antaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional,
stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan motivasi.
1. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur
yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama
sakit juga dapat mengalami gangguan.
2. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.
Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat
menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau
ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring
waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi
tersebut.
3. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya.
Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

8
4. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar
bisa tidur pada waktu yang tepat.
5. Stress emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system
saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap
IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Stimulant dan alcohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang
berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah
hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
7. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan
dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
8. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di
malam hari.
9. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya;
meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan
menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
10. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga
sering kali dapat mendatangkan kantuk.

9
G. Gangguan tidur yang umum terjadi
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas.Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor
mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
a). Insomnia inisial. Kesulitan untuk memulai tidur.
b). Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga.
c). Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara
lain dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga
rutin, menghindari ransangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum
tidur (misalnya; membaca, mendengarkan musik), dan tidur jika benar-benar
mengantuk.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul
saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa
turunan parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya; tidur berjalan, night
terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya; mengigau), parasomnia yang
terkait dengan tidur REM (misalnya; mimpi buruk), dan lainnya (misalnya;
bruksisme).
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh
kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal,
atau karena gangguan metabolisme (misalnya; hipertiroidisme).Pada kondisi
tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk
menghindari tanggung jawab pada siang hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan
tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena
kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali

10
lainnya periode tidur REM. Alternatife pencegahannya adalah dengan obat-
obatan, seperti; amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan
antidepresan seperti imipramin hidroklorida.
5. Apnea saat tidur
Abnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas
secara periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang
mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup
berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami
perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

A. Pengkajian
Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur,
pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
Kriteria pengkajian focus
1. Data subjektif
a). Kaji batasan karakteristik
1). Pola tidur (sekarang,masa lalu)
 Rentangkan tidur pada skala 1-10 (10= dapat istirahat,
segar kembali)
 Waktu tidur dan bangun yang biasanya
 Kesulitan untuk tertidur, tetap tertidur, bangun.
2). Kebutuhan tidur
Untuk menentukan jumlah tidur yang dibutuhkan individu, biarkan ia
tidur sampai pagi hari (tanpa alarm jam). Ini harus dilakukan untuk
beberapa hari dan jumlah total jam tidur di kalkulasi-dengan dikurangi 20-
30 menit yang merupakan waktu yang paling dibutuhkan individu untuk
tertidur pada umumnya.
3). Adanya riwayat gejala
Keluhan-keluhan
 Kurang tidur
 Ansietas
 Depresi
 Peka rangsang takut (mimpi buruk,, situasimaturasional)
 Awitan dan durasi
 Lokasi
 Deskripsi
 Dicetuskan oleh ?
 Berkurang oleh ?
 Diperberat oleh ?

12
b). Kaji faKtor-faktor yang berhubungan
1). Interupsi
 Kebisingan
 Jadwal perjalanan
 Kebutuhan untuk berkemih
2). Penggunaaan alat bantu atau ritual tidur
 Mandi air hangat
 minum atau makan (susu, anggur)
 Bantal
 Posisi
 Mainan, buku obat-obatan
3). Tidur siang (frekuensi, lamanya)
2. Data objektif
Kaji batasan karakteristik
Karakteristik fisik
1). Gambaran penampilan (pucat, gelap disekitar lingkaran mata, mata cekung)
2). Menguap
3). Mengantuk sepanjang hari
4). Penurunan lapang perhatian
5). Peka rangsang
B. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien
memasuki faislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan
kebutuhan klien dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan.
Riwayat tidur ini meliputi:
1. Pola tidur yang biasa.
2. Ritual sebelum tidur.
3. Penggunaan obatbtidur atau obat-obatan lainnya.
4. Lingkungan tidur.
5. Perubahan terkini pada pola tidur.
Selain itu, riwayat ini juga harus mencakup berbagai masalah yang ditemui
pada pola tidur, penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut muncul,

13
frekuensinya, pengaruh terahdap keseharian klien,dan bagaimana klien berkoping
dengan masalah tersebut.
C. Catatan tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat khusus untuk klien yang memiliki masalah
tidur sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur klien.
Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut:
1. Jumlah jam tidur total per hari.
2. Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu).
3. Ritual sebelum tidur (mis; minum air, obat tidur).
4. Waktu
a). pergi tidur,
b). mencoba tidur,
c). tertidur,
d). terjaga di malam hari dan durasinya, serta
e). bangun tidur di pagi hari.
5. Adanya masalah yang klien yakini dapat memengaruhi tidurnya.
6. Factor yang klien yakini member pengaruh positif atau negatif pada tidurnya.
Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan
atau grafik yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami.
D. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy
klien. Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain
adanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata
bengkak, dll. Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak
perhatian, bicara lambat, menguap, dll.Di samping itu, klien yang mengalami
masalah tidur juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan
energy.
E. Pemeriksaan diagnostic
Tidur dapat diukur secaran objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita
dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa
sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam
hari.

14
F. Penetapan diagnosis
Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk
klien dengan masalah tidur adalah gangguan pola tidur. Eitologi untuk label
diagnosis ini dapat bervariasi dan spesifik untuk masing-masing individu. Hal ini
meliputi ketidaknyamanan fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu tidur yang
sering, serta perubahan lingkungan tidur atau ritual sebelum tidur.
Selain sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bisa menjadi etiologi
untuk diagnosis yang lain, seperti Risiko Cedera, kelelahan, Ketidakefektifan
Koping, Asietas, Intoleransi Aktivitas, dll.
Gangguan pola tidur
1. Definisi
Gangguan pola tidur : suatu keadaan dimana individu mengalami atau
mempunyai risiko mengalami perubahan dalam jumlah dan kualitas yang
menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.

2. Batasan karakteristik
a). Dewasa
1). Mayor (harus terdapat)
2). Kesulitan jatuh atau tertidur
3). Minor (mungkin terdapat)
4). Lelah pada saat bangun atau sepanjang hari
5). Agitasi
6). Perubahan alam perasaan
7). Mengantuk sepanjang hari
b). Anak-anak
Gangguan tidur pada anak biasanya berhubungan dengan rasa takut,
enurasis, atau respon yang tidak konsisten dari orangtua terhadap permintaan
perubahan peraturan tidur seperti permintaan untuk lambat pergi tidur.
3. Faktor-faktor yang berhubungan
Banyak factor dalam kehidupan seseorang dapat menyebabkan gangguan
pola tidur. Beberapa factor adalah sebagai berikut :

a). Patofisiologis
Berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap :

15
1). kerusakan transport oksigen
 Angina
 gangguan pernafasan
 Arteriosklererosis perifer
 gangguan sirkulasi
2). kerusakan eliminasi : defekasi atau berkemih
 Diare
 Retensi
 Konstipasi
 Disuria
 Inkontinensia
 Frekuensi
3). gangguan metabolisme)
 Hipertiodisme
 ulkul gastric
 Gangguan hati
b). Tindakan yang berhubungan
Berhubungan dengan kesulitan menerima posisi yang biasa
sekunder terhadap (uraian):
Berhubungan dengan memerlukan waktu yang berlebihan sekunder
terhadap obat-obatan:
 Sedative
 Soporifics
 Obat tidur
 Inhibitor MAO
 Hipnotis
 Barbiturate
 Antidepresi
 Kortikosteoid
 Antihipertensi
 amfetamin

c). Situasional (personal, lingkungan)

16
1). Berhubungan dengan hiperaktif yang berlebihan sekunder
terhadap :
 Gangguan bipolar
 Ansietas panic
 Kelainan kurang-perhatian
2). Berhubungan dengan waktu tidur siang berlebihan
3). Berhubungan dengan depresi
4). Berhubungan dengan tidak adekuatnya aktifitas siang hari
5). Berhubungan dengan nyeri
6). Berhubungan dengan respons ansietas
7). Berhubungan dengan ketidaknyaman sekunder terhadap
kehamilan
8). Berhubungan dengan terganggunya gaya hidup
 Pekerjaan
 Emosi
 Social
 Seksual
 Pendapatan
9). Berhubungan dengan perubahan lingkungan (uraikan)
 hospitalisasi (kebisingan,takut,teman sekamar menggangu)
 perjalan
10). Berhubungan dengan rasa takut
11). Berhubungan dengan perubahan irama sirkadian
d). Maturasional
1). Pada anak-anak berhubungan dengan takut gelap
2). Pada wanita dewasa berhubungan dengan perubahan hormonal
G. Perencanaan dan implementasi
Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur
adalah untuk mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan
energi yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan tujuan lainnya
dapat terkait dengan upaya miningkatkan perasaan sejahtera klien atau
meningkatkan kualitas tidurnya.

1. Gangguan pola tidur.

17
Yang berhubungan dengan:
a). Sering terjaga di malam hari, sekunder akibat (gangguan transport oksigen,
gangguan eliminasi, gangguan metabolisme).
b). Tidur berlebihan di siang hari, sekunder akibat medikasi (misalnya; sedatif,
hipnotik, antidepresan, amfetamin, barbiturate, dll).
c). Depresi.
d). Nyeri.
e). Aktivitas siang hari yang tidak adekuat.
f). Perubahan lingkungan.
g). Perubahan ritme sirkadian
h). Takut.
2. Kriteri hasil
Individu akan melaporkan keseimbangan yang optimal antara istirahat dan
aktivitas.
3. Indikator
a). Menjelaskan faktor yang mencegah atau menghambat tidur.
b). Mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur
4. Intervensi umum
a). Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stress,
ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing, temperature,
aktivitas yang tidak adekuat).
b). Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungandan gangguan tidur.
1). Bising
 Tutup pintu kamar.
 Cabut kabel telepon.
 Nyalakan “bunyi-bunyi yang lembut” (misalnya; kipas angin, music
yang tenang, suara hujan, angin).
 Pasang lampu tidur.
 Turunkan volume alarm dan TV.
2). Gangguan
 Hindari prosedur yang tidak perlu selama periode tidur.
 Batasi pengunjung selama periode istirahat yang optimal (misalnya;
setelah makan).

18
 Apabila berkemih malam hari dapat mengganggu tidur, minta klien
untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan berkemih
sebelum tidur.
3). Tingkatkan aktivitas di siang hari, sesuai indikasi.
 Buat jadwal program aktivitas untuk siang hari bersama klien (jalan
kaki, terapi fisik).
 Jangan tidur siang lebih dari 90 menit
 Anjurkan klien untuk pagi hari
 Anjurkan orang lain untuk berkomunikasi dengan klien rangsang ia
untuk tetap terjaga.
4). Bantu upaya tidur
 Kaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien, keluarga atau orang
tua-jam, praktik hygiene, ritual (membaca, bermain)-dan patuhi
semaksimal mungkin
 Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (misalnya;
hygiene personal, linen dan baju tidur yang bersih).
 Gunakan alat bantu tidur (misalnya; air hangat untuk mandi, bahan
bacaan, pijatan di punggung, susu, music yang lembut, dll).
 Pastikan klien tidur tnpa gangguan selama sedikitnya 4 atau 5
periode, masing-masing 90 menit, setiap 24 jam.
 Catat lamanya tidur tanpa gangguan untuk setiap sif
5). Ajarkan rutinitas tidur di rumah (Miller, 1999):
 Pertahankan jadwal harian yang konsisten untuk bangun, tidur, dan
istirahat (hari biasa, akhir pekan).
 Bangunlah di waktu yang biasa, bahkan jika tidur anda tidak
nyenyak, hindari berada di tempat tidur setelah terjaga.
 Gunakan tempat tidur hanya untuk aktivitas yang terkait dengan
tidur.
 Apabila anda terjaga dan tidak dapat tidur kembali, beranjaklah dari
tempat tidur dan membacalah di ruangan lain selama 30 menit.
 Hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein (coklat,
the, kopi) saat siang dan petang hari.
 Hindari minuman yang beralkohol.

19
 Upayakan mengonsumsi kudapan yang kaya L-triptofan (misalnya;
susu, kacang) menjelang tidur.
6). Jelaskan pentingnya olah raga secara teratur (jalan kaki, lari, senam
aerobic dan latihan) fisik selama sedikitnya satu setengah jam tiga kali
seminggu (jika tidak dikoordinasikan) untuk menurunkan stress dan
memudahkan tidur.
7). Jelaskan bahwa obat-obat hipnotik tidak boleh digunakan untuk waktu
yang lama karena berisiko menyebabkan toleransi dan mengganggu
fungsi pada siang hari.
8). Jelaskan pada klien dan orang terdekat klien mengenai penyebab
gangguan tidur/istirahat berikut cara-cara yang mungkin dilakukan
untuk menghindari atau meminimalkan penyebab tersebut.
5. Rasional
a). Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi. Lingkungan rumah sakit yang
asing dapat menghambat relaksasi.
b). Agar merasa segar, individu biasanya harus menyelesaikan keseluruhan
siklus tidur (70-100 menit) sebanyak 4 atau 5 kali semalam (Cohen & Meritt,
1992; Thelan et al, 1998).
c). Keefektifan obat-obatan sdatif dan hipnotik mulai berkurang setelah satu
minggu penggunaan. Kondisi ini menuntut pemberian dosis yang tinggi dan
berisiko menyebabkan ketergantungan.
d). Ritual/kebiasaan tidur yang biasa dilakukan dapat meningkatkan relaksasi
dan membantu tidur (Cohen & Meritt, 1992).
e). Susu hangat yang mengandung L-triptofan merupakan penginduksi tidur
(hammer, 1991).
f). Kafein dan nikotin adalah stimulan SSP yang dapat memperpanjang masa
laten dan meningkatkan frekuensi terjaga di malam hari (Miller, 1999).
g). Alkohol dapat menginduksi kantuk, tetapi menekan tidur REM dan
meningkatkan frekuensi terjaga (Miller, 1999).
h). Tidur saat dini hari menghasilkan lebih banyak tidur REM dibandingkan tidur
pada siang hari. Tidur siang lebih dari 90 menit mengurangi stimulus untuk
siklus tidur yang lebih panjang, yang di dalamnya terdapat tidur REM
(Thelan et al, 1998).

20
i). Para peneliti menyebutkan, penghalang utama tidur pada klien yang
menjalani perawatan kritis adalah aktivitas, kebisingan, nyeri, kondisi fisik,
prosedur keperawatan, cahaya, dan hipotermia.
j). Kebisingan lingkungan yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dapt
ditutupi dengan “bunyi-bunyi yang lembut” (misalnya; kipas angin, musik
yang lembut, suara rekaman (hujan, ombak pantai)) (Miller, 1999).
k). Pola tidur yang tidak teratur dapat mengganggu irama sirkardian normal;
kemungkinan menyebabkan sulit tidur.

21
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Istirahat merupakan suatu keadaan yang mana kegiatan jasmaniah
menurun berakibat badan menjadi segar, atau suatu keadaan yang mana seseorang
merasa relaks mental bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik, sedangkan tidur
merupakan suatu keadaan relative tanpa sadar penuh ketenangan tanpa kegiatan
merupakan urutan siklus yang berulang masing-masing menyatakan fase kegiatan otak
dan badaniah yang berbeda, atau juga tidur merupakan suatu keadaan yang berulang-
ulang perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (potter dan
perry, 2005 : 1470).
Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan
penting bagi seorang perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat
dan tidur, maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor yang
mempengaruhi, dan kebiasaan tidur klien.
B. SARAN
Semoga mahasiswa yang berprofesi sebagai perawat dapat mengaplikasikan
kebutuhan istirahat dan tidur pada klien.

22
DAFTAR PUSTAKA

Perry dan potter, (2005), Fundamentals of Nursing (Konsep, Proses,dan Praktik), Jakarta: EGC
jurnal
Carpenito,Lynda juall, (1998), Nursing Diagnosis (Application to Clinical Practice), Jakarta: EGC
jurnal
Nanda, (2003), Diagnose Keperawatan,Jakarta: EGC jurnal

Ruslan Muchtar (2009). Konsep dan Tidur. http://www.box.net/shared/626tlxqkt5. Tanggal


31.jam: 21.00

23
LEMBAR KONSULTASI

No. HARI/ TANGGAL KETERANGAN REVISI TANDA TANGAN


DOSEN
PEMBIMBING

24

You might also like