Professional Documents
Culture Documents
Penanggung Jawab
Abetnego Tarigan Setuju dengan tujuan Persoalan Tanah Antara untuk mengeluarkan izin HGU..
terbentuknya RSPO PT & Masyarakat Bagaimana tanggapanmu wa-
hai pemerintah menyikapi hal
Dewan Redaksi Saya sangat setuju dengan Kebanyakan P.T hanya bisa yg seperti ini.Rakyat berhak
Abetnego Tarigan, Edi statement diatas, tapi alangkah menggarap tanah masyarakat mendapatkan kehidupan yang
lebih baiknya kalo semua yang telah lama dikelola, layak(itu isi UUD 1945).Sering
Sutrisno, NA Suram- PT memperkosa hak rakyat...
pendapat yang masuk betul- masyarakat hanya bisa men-
bo, Jefri G. Saragih, betul dijadikan masukan bukan gurus surat dari kepala
Norman Jiwan. hanya sekedar coment terisi desa,kemudian mengelola ta- Salam,
doank, karena pada dasarnya nah tersebut dengan modal dan
comment dibuat punya dasar harapan supaya kehidupannya Agusmen Suprandy Sitorus
Pemimpin Redaksi yang kuat, akan lebih baik juga lebih baik.(Dan kebanyakan dari (Komentar dari website Sawit
Jefri G. Saragih jika ditambahkan data yang peninggalan orangtua,"tanah Watch, 30 Januari 2010)
lengkap berdasarkan hasil riset waris"). Kemudian PT datang
sehingga bukti konkrit ada sep- menggarap dengan modal uang
Redaksi Pelaksana erti P&C yang ada di RSPO se- yang banyak,menyogok kepala
Yan Yan Hadiyana muanya harus punya dokumen- desa yang baru bertugas agar
tasi, baik data, foto ntah apalah dikeluarkan izin yg menyatakan
itu.Terima kasih tanah tersebut masih hutan
Anggota Redaksi (padahal telah lama dikelola
Elsa Susanti, Bondan Antoperis rakyat),kemudian menyogok
camat dan instansi yang terkait
Andriyanu, Inda Fati-
naware, Fatilda Hasi-
buan, Eep Saepullah,
Carlo Nainggolan 3 4
Sekretariat Redaksi Editorial Pusat
Vinna Saprina M Informasi
Kampung
Distribusi dan
7 10
Pelayanan Komplain
Eep Saepullah
Penerbit
Perkumpulan 13 20
Sawit Watch Pembangunan
Konflik Agraria di Kebun Sawit
Alamat Redaksi Perkebunan... berbasis Gas Rumah
Jl. Sempur Kaler No.28, Kaca...
Bogor
Telp. 0251-8352 171
Fax. 0251-8352 047
redaksi@sawitwatch.or.id Silahkan mengunjungi website kami untuk mendapatkan soft copy dari Tandan
Sawit dan informasi lainnya di : www.sawitwatch.or.id
S
etelah menempuh 3-4 jam perjalanan dari Kota Jambi wasan sewaktu buruh bekerja dapat dikategorikan perilaku yang
akhirnya kami bertiga (uyan, Jefri dan darto) tiba di Desa tidak aman.
Purwodadi, sebuah desa yang awalnya dibangun pada ta-
hun1985 sebagai pusat pemukiman transmigrasi dari pulau Penyebab pokok adalah perusahaan mengabaikan tanggung jawab
Jawa. Suasana desa tersebut sudah demikian berkembang, ada K-3;tidak mensosialisasikan keselamatan kerja kepada buruh me-
puskesmas, Bank Unit Desa dan beberapa warung yang sudah tu- nyebabkan rendahnya kesadaran buruh atas keselamatan kerja,
tup karena ketika kami tiba waktu sudah me-nunjukkan pukul : tidak pernah melatih pekerja terampil manjaga keselamatan kerja,
23.45 WIB. Tidak berapa lama kemudian kami pun tiba di tempai upah yang rendah, pekerja memacu kerja demi premi sehingga
yg menjadi tujuan kami malam itu yaitu menginap di rumah Pak mengabaikan aspek keselamatan kerja, serta target kerja (beban
Maryono, salah seorang transmigran yang telah menjadi PNS dinas kerja) tinggi tidak diimbangi oleh pola makan (gizi) yang cukup dan
Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai Penyuluh Per- sayangnya sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3) untuk
tanian. Kami pun lsg istirahat setelah berbincang2 sebentar dengan buruh perkebunan terbatas hanya untuk buruh tetap saja tidak
Pak Maryono. untuk buruh harian lepas, padahal di sumatera utara saja, jumlah
buruh harian lepas bisa mencapai 80% dari total +100 ribu buruh
Esok Paginya setelah kami mandi dan sarapan datanglah semua yang bekerja di perkebunan sawit.
orang yang kami undang untuk dapat menghadiri acara yang men-
jadi tujuan utama kami datang ke Desa ini, yaitu Pertemuan untuk Jadi melihat realitas yang terjadi, mungkin apabila informasi yang
Pelatihan dan pengenalan Pusat Informasi Kampung (PIK) dan SMS ada misalkan tentang UU tenaga Kerja, Program K-3 dll, itu dapat
Gateway, sebuah program kerja kami yang bertujuan memberikan terdistribusi sampai ke tangan buruh hal-hal yang terjadi diatas
dan membuka informasi yang seluas-luasnya bagi masyarakat bisa diminimalisir bahkan juga tidak akan terjadi, namun karena
kampung mungkin lebih mirip membangun sebuah perpustakaan arogansi perusahaan dan kemalasan pemerintah untuk mendistri-
kampung/ desa. busikan informasi itu membuat buruh dan petani ada diposisi yang
sulit dan selalu tertindas.
Disisi yang lain, Di daerah Sulawesi, tepatnya di Sulawesi Tenggara,
Dari balik rerimbunan pohon sawit, seorang perempuan berpaka- Melihat realitas seperti itu, maka tidak ada salahnya Sawit Watch
ian kerja lengkap dengan sepatu boot dan sarung tangan tanpa memandang penting dibangungnya Pusat Informasi Kampung se-
masker, sedang berjalan mendekati pohon sawit. Di punggung mer- bagai wadah penyebaran informasi yang mungkin bisa digunakan
eka terlihat karung goni menggelantung. Soti (46 tahun), buruh oleh kaum buruh dan petani untuk membekali diri dan mening-
pemupukan PT.Sultra Prima Lestari (SPL) di Kabupaten Konawe katkan posisi tawar dengan perusahaan perkebunan. Dan dapat
Utara, Sulawesi Tenggara, mengaku menjadi buruh bukanlah pili- memicu gairah perusahaan perkebunan dan pemerintah untuk
han hidup. “ Mau kerja apa lagi, sawah sudah tak punya.”, katanya dapat memperbaiki dan meningkatkan pelayanan terhadap buruh
sambil menerawang. dan petani.
Pelatihan sosialisasi PIK dan SMS Gateway di Tanjung Jabung Barat, Jambi
Pendahuluan kum,” lanjut pria yang juga berprofesi sebagai guru di sebuah
sekolah dasar ini.
D
epi Pitrianto terlihat bersemangat menanggapi program Pendapat Depi juga diamini oleh Zajuri. Petugas penyuluhan per-
Pusat Informasi Kampung yang sedang dilakukan Perkum- tanian yang tinggal di desa Tanjung Benanak, kecamatan Merlung,
pulan Sawit Watch di beberapa desa di kabupaten Tanjung Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini mengatakan, “meski sedikit
Jabung Barat dan Tanjung Timur. Menurut penduduk desa sekali jumlahnya, selama ini buku-buku tentang pertanian dan lain-
SP 4, Merlung, Tanjung Jabung Barat ini, minat masyarakat di li- nya memang ada dikirimkan oleh pemerintah pusat ke desa-desa.
kungannya sangat tinggi untuk mendapatkan informasi terutama Juga ke desa kami. Tapi hanya berhenti di kantor desa. Tidak per-
tentang perkebunan kelapa sawit. nah dibagi ke masyarakat. Entahlah buat apa kalau buku-buku itu
hanya dijadikan pajangan di lemari.”
“Mayoritas penduduk di desa kami petani kelapa sawit. Namun be-
lum bisa optimal dalam mengelola kebun sawit karena kekurangan Bersama dengan 8 tokoh masyarakat lainnya berharap program
informasi tentang itu. Sebenarnya masyarakat juga membutuhkan Pusat Informasi Kampung benar-benar bisa langsung bersentuhan
informasi lain yang berguna untuk mengembangkan pengetahuan dengan masyarakat desa tanpa perlu birokrasi yang berbelit-belit
dirinya. Misalnya saja tentang hak asasi manusia dan kajian hu- apalagi pakai mengeluarkan uang.
Penguasaan informasi yang berpihak terhadap kepentingan pe- Berdasarkan mandat tersebut terutama poin 1- 3, SW merasa per-
modal dan kekuasaan politik juga terjadi di sektor perkebunan lu untuk mengembangkan sebuahprogram kerja yang dinamakan
sawit. Pemberitaan pembangunan yang berdampak terhadap ke- Pusat Informasi Kampung (PIK).
Sdr.Darto sedang memfasilitasi pertemuan PIK Kami mengucapkan terimakasih untuk kerja sama yang telah ber-
untuk masyarakat petani di Tanjung Jabung Barat, Jambi jalan. Semoga ke depan hal itu tetap berlanjut. Sekaligus juga kami
mengundang secara terbuka kepada banyak pihak lainnya yang
memiliki media cetak agar mau berbagi dan mengirimkan media
PIK sengaja dirancang sebagai pusat pelbagai media informasi informasi tersebut kepada Perkumpulan Sawit Watch untuk dibagi
yang berasal dari berbagai organisasi masyarakat sipil dan para ke pelbagai desa di Indonesia.
pihak lainnya terkumpul. Tujuannya memberikan banyak informasi
yang bisa memberikan pemahaman baru dan perubahan hidup Untuk permulaan, PIK akan didirikan di beberapa provinsi antara
kepada masyarakat. Hal pokok adalah pemberdayaan masyarakat lain:
berdasarkan tempat tinggal dan kondisi lingkungannya. Termasuk 1. Provinsi Jambi, tepatnya di kabupaten Tanjung Jabung Ba-
jenis budidaya yang bisa dihasilkan olehnya. rat dan Tanjung Jabung Timur sebanyak 10 desa.
2. Provinsi Sulawesi Tengah, di kabupaten Poso dan Morowali
Sebagai sebuah organisasi masyarakat sipil yang melakukan sebanyak 7 desa.
pendekatan hak asasi manusia, Sawit Watch selaku inisiator pro- 3. Dalam waktu mendatang, akan didirikan PIK lagi di 4
gram ini akan mengupayakan beberapa hal, antara lain: provinsi lainnya antara lain; Kalimantan Tengah, Riau, Su-
matra Selatan dan Papua Barat.
1. Pendirian Pusat Informasi Kampung di beberapa desa yang
mempunyai hubungan kerja sama dengan mitra SW di Komunikasi Sawit Watch dengan PIK-PIK yang sudah dan akan
suatu daerah tertentu untuk selanjutnya akan dikoneksikan dibangun menggunakan SMS Gateway, yang mana sistem ko-
dengan sekretariat SW. munikasi ini harapannya akan memberikan kemudahan bagi
2. Mendukung penyediaan perangkat lunak agar PIK tersebut masyarakat yang membutuhkah informasi sesuai dengan kebu-
tersambung satu dengan yang lain melalui jalur sms gate- tuhan mereka. No SMS Gateway yang bisa dihubungi adalah :
way. Diharapkan perkembangan PIK dan keadaan kampung 081398870063, dengan persyaratan pengiriman sms yang sudah
bisa terus diberitakan. Juga pemberitaan internasional, na- ditentukan oleh Sawit Watch, persyaratannya adalah : ketik PIK
siolan dan daerah bisa langsung sampai ke kampung. (spasi) nama/kampung lokasi pik (spasi) isi pesan atau in-
3. Mendukung pengiriman media informasi kepada PIK secara formasi yang dibutuhkan, contoh :
regular dari pelbagai sumber yang akan diseleksi berdasar- PIK Jazuri/merlung tolong dicarikan buku atau media
kan kebutuhan PIK oleh SW , yang akan menjalin kerja informasi tentang pembibitan kelapa sawit yang yang
sama dengan beberapa organisasi masyarakat sipil dan benar.
para pihak lainnya. (oey, jef & darto)
Hartati (35 tahun), buruh PT. Sultra Prima Lestari, mengaku dulu
memiliki sawah seluas dua hektar. ”Sekarang ini kalau tidak kerja
tidak dapat uang. Beda dengan waktu masih punya sawah. Dulu
kami tidak pernah kekurangan beras”, ungkapnya. Perempuan
yang mempunyai tiga anak ini juga mengatakan bahwa penghasi-
lan yang diperoleh dari buruh sawit, tidak cukup utuk memenuhi
seorang ibu sedang membawa buah sawit dikepalanya (dok.SW) kebutuhan dasar keluarga.
D
ari balik rerimbunan pohon sawit, seorang perempuan ber- Menurut Boma, salah satu mandor perkebunan PT. Sultra Prima Le-
pakaian kerja lengkap dengan sepatu boot dan sarung stari, terdapat 21, 5 ha sawah yang di konversikan menjadi perke-
tangan sedang berjalan mendekati pohon sawit. Di pung- bunan sawit oleh perkebunan tempat ia bekerja tersebut.
gung mereka terlihat karung goni menggelantung. Sesekali
tangan kedua perempuan tadi mengambil sesuatu dari dalam kar- Walaupun perkebunan sawit itu sendiri mengiming-imingi system
ung, lalu menebarkannya dari satu pohon ke pohon berikutnya bagi hasil jika panen kelak ( di beberapa tempat panen itu tak
sampai target kerja hari itu terpenuhi. pernah terjadi karena tidak ada pabrik seperti yang terjadi di PTPN
XIV), pembagain hasil itupun sarat dengan jeratan rente yang
Soti (46 tahun), buruh pemupukan PT.Sultra Prima Lestari (SPL) menjebak pemilik lahan dengan utang yang tak pernah dipinta.
di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, mengaku men- Begitupun dengan perjanjian pinjam pakai selama 25 tahun. Bisa
jadi buruh bukanlah pilihan hidup. “ Mau kerja apa lagi, sawah dipastikan masyarakat khususnya kaum perempuan tidak akan lagi
sudah tak punya.”, katanya sambil menerawang. Menurut Soti, ke- bisa menjadikan lahan pertaniannya sebagai basis produksi setelah
beradaan PT SPL membuat masyarakat lokal bisa mendapatkan sawit usai, karena lahan bekas perkebunan sawit tersebut tidak
uang kontan lewat memburuh. Namun di sisi lain tingkat ketergan- akan poduktif lagi dikarenakan tanaman sawit adalah jenis tana-
tungan warga terhadap kebun sangat tinggi karena tidak memiliki man yang banyak menyerap unsure hara tanah.
Beban kerja dan medan yang begitu berat, dilalui oleh setiap buruh
Buruh perempuan sedang meniupkan serbuk untuk pembuahan (dok.SW) perempuan walau sedang haid atau hamil sekalipun. Mereka, tidak
mengenal cuti haid, hamil dan melahirkan. Begitupun dengan
Dalam sejarah perkebunan di Sulawesi Tenggara, setelah perusa- tidak adanya toilet atau WC bagi buruh. Sambil senyum, seolah
haan hengkang, (seperti yang terjadi PT. Haspram di Kabupaten tidak menjadi persoalan bagi ibu Sonde, yang mengatakan “kalau
Kolaka, PT. Kapas di Konawe Selatan), tanaman perkebunan itu hendak buang air kecil terpaksa harus ke hutan atau di tempat
hanya tinggal saksi sejarah perampasan lahan oleh perkebunan. sunyi atau di tahan saja sampai pekerjaan selesai, nanti ke toilet
Dari gambaran perampasan lahan oleh perkebunan sawit, sangat kantor”. (hanya ada satu satu toilet kantor yang diperuntukkan un-
jelas berdampak pada hilangnya basis produksi perempuan dan tuk karyawan administrasi dan mandor). Bisa dibayangkan buruh
mengubah kaum perempuan dari produsen pangan menjadi pem- perempuan yang sedang haid. Seakan, menjadi buruh perempuan
beli pangan dan ancaman lainnya adalah terjadinya krisis pangan perkebunan, juga harus merelakan hak-hak kemanusiaannya.
di Kabupaten Konawe Utara sebagai imbas dari perampasan lahan ****
secara besar-besaran dan pemakasaan pertanian monokultur.
Walaupun negara kita mempunyai UU No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakeerjaan yang mengatur tentang hak normative bagi bu-
Eksploitasi Buruh ruh perempuan seperti cuti haid, hamil dan melahirkan, dan jami-
nan keselamatan kerja, namun, fakta yang dialami buruh perem-
Selain perampasan lahan, bentuk kejahatan lain dari perkebunan puan perkebunan sawit di kabupaten Konawe Utara, sesungguhnya
sawit adalah ekspolitasi buruh khususnya buruh perempuan. Tidak adalah potret dari lemahnya pengawasan pemerintah terhadap pe-
terpenuhinya hak normative dan perlindungan bagi buruh perem- rusahaan yang berkaitan dengan impelementasi dari UU tersebut
puan menambah persoalan bagi perempuan yang hidup disekitar seperti hak-hak buruh khususnya buruh perempuan. Perlindungan
perkebunan. terhadap keselamatan kerja dan reproduksinya juga tertuang da-
lam Konvensi Penghapusan Segala Bentuk DiskriminasiTerhadap
Dari tujuh ratus orang lebih buruh di Sultra Prima Lestari, diperkira- Perempuan (CEDAW) dimana negara kita telah meratifikasi dalam
kan setengah nya adalah perempuan. Tidak ada perbedaan jenis UU No 7 tahun 1984.
pekerjaan antara buruh laki-dan buruh perempuan. Semua peker-
jaan yang ada di perkebunan sawit seperti land clearing (pem- “Negara-negara peserta wajib melakukan segala langkah tindak
bukaan lahan untuk penanaman), pemupukan, penyemprotan, yang diperlukan untuk menghapus diskriminasi terhadap perem-
perawatan yang terdiri dari gawangan, pringan dan sebagainya tak puan dalam bidang kesempatan kerja untuk mrnjamin, atas
luput di kerjakan oleh buruh perempuan.Semua jenis pekerjaan dasar kesetaraan laki-laki dan perempuan, hak-hak yang sama
tersebut, sarat dengan resiko kecelakaan kerja. khususnya;hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan ker-
ja, termasuk perlindungan fungsi reproduksi.(pasal 11 point f)”.
Ibu Sonde, asal Wanggduraya, adalah buruh perempuan yang
telah tiga tahun bekerja di SPL bercerita bahwa salah satu bu- Tidak adanya hak-hak normative dan perlindungan bagi buruh
ruh perempuan pernah memotong tangannya sendiri pada saat perempuan, juga di sebabkan kurangnya informasi dan penge-
melakukan “land clearing”. Bisa dibayangkan membersihkan semak tahuan buruh perempuan tentang hak-hak buruh dan hak-hak ke-
belukar dengan hanya menggunakan alat kerja sederhana seperti manusian. Hal ini di sebabkan selain lokasi wilayahnya yang cukup
parang sangat beresiko terhadap keselamatan kerja. Tidak hanya sulit dari akses transportasi maupun informasi, juga di pengaruhi
itu, untuk menuju lokasi land clearing, para buruh harus berjalan oleh lemahnya akses pendidikan khususnya bagi perempuan yang
berkilometer karena lokasi tersebut masuk dalam kawasan hutan. juga tak luput dari pengaruh budaya patriarkhi yang belum men-
Dari cerita ibu Sonde terungkap bahwa buruh yang mendapat ke- jadikan pendidikan bagi anak perempuan sebagai prioritas utama
Biodata Penulis:
Staff Koalisi Perempuan In-
donesia Wilayah.Sultra, Ang-
gota Dewan Daerah Walhi Sul-
tra Publikasi:”Tambang Emas
Bombana, Berkah Atau Anca-
man” (Dipublikasikan di web site
JATAM), “Menggadai Hutan Untuk
Siapa”(Dipulikasikan di web site
JATAM).
Email:kendari_maju@yahoo.com,
Blog: www.kendarimaju.blogspot.
seorang buruh perempuan sedang melakukan pemupukan (dok.SW) com
Pendahuluan Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, keseha-
I
tan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan
su Keselamatan dan Kesehatan Kerja (selanjutnya disingkat sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang
K-3) merupakan masalah penting dalam dunia perburuhan. tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan
Selain sebagai hak dasar buruh, K-3 penting karena semua kerja yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan mampu menihilkan
pihak yang berkaitan dengan masalah tersebut harus berusaha kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau kema-
untuk mengurangi kemungkinan resiko dan bahaya dalam bekerja tian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan
(aspek preventif), memungkinkan tercapainya pengobatan (aspek tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencema-
kuratif) dan pemulihan kesehatan (aspek rehabilitatif) bagi buruh ran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.
khususnya mereka yang mengalami kecelakaan kerja.
Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mam-
Tingkat K-3 dapat tercapai apabila prinsip-prinsip berhubungan pu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-
dengan hak dan kewajiban pemerintah, pengusaha dan pihak tingginya. K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan
buruh diterapkan secara baik. Secara normatif, hal itu menyang- penyakit akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar),
kut : pertama, dari aspek regulasi dan pengawasan mempunyai getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang dapat menyebab-
kerangka perundang-undangan, kebijakan, peraturan-peraturan kan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan,
dan tugas-tugas operasional yang terdefenisikan secara jelas serta kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat
otoritas dan kompetensi kelembagaan pengawas yang bertujuan sinar ultraviolet, kanker kulit, kemandulan,danlain-lain. Norma
mendukung upaya-upaya pengusaha dan pekerja memperbaiki kerja berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3 dalam konteks
tingkat K-3. ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shift, kerja
wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, anali-
Kedua, pengusaha yang bertanggung jawab. Managemen perusa- sis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-hal terse-
haan yang berusaha keras mematuhi semua hukum, peraturan dan but mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa kecelakaan
kode etik yang relevan dengan K-3, mensosialisasikan, mengidenti- kerja.
fikasi potensi bahaya dan pengaruhnya terhadap K-3 memastikan
bahwa mereka berusaha mengurangi bahaya (resiko kerja), yang Sistem Managemen Kecelakaan Kerja
terimplementasikan dalam kebijakan penanggulangan K-3 yang ter-
sistematisir dalam managemen perusahaan (Managemen Kesehatan (SMK3)
dan Keselamatan kerja).
Dengan memperhatikan banyaknya korban kecelakaan kerja di
Ketiga, Semua buruh harus bekerjasama erat dengan pengusaha dan perusahaan dan resiko yang diakibatkan maka mulai diterapkan
otoritas pengawas regulasi (Depnakertrans) untuk mempromosikan managemen resiko, sebagai inti dan cikal bakal SMK3. SMK3 pada
kesehatan dan keselamatan kerja. Para buruh/ pekerja melalui wakil intinya adalah bagaimana sistem managemen perusahaan mener-
mereka mempunyai hak dan tugas berperan serta dalam semua hal apkan pola preventif, kuratif dan rehabilitasi terhadap kecelakaan
yang terkait dengan K-3. Hal ini mencakup hak untuk memperoleh kerja. Oleh karena itu managemen resiko menuntut tidak hanya
informasi yang tepat dan menyeluruh dari pengusaha tentang resiko keterlibatan pihak managemen perusahaan tetapi juga komitmen
kerja; memperhatikan tindakan dan kelalaian mereka di tempat ker- managemen dan semua pihak yang terkait termasuk pengawas
ja; memelihara alat kerja dan pelindung kerja; melaporkan bila bu- dalam hal ini pihak pemerintah (Depneker) dan pekerja/buruh da-
ruh percaya bahwa pelindung K-3 yang disediakan perusahaan tidak lam upaya memperbaiki keselamatan kerja dan kesehatan kerja.
sesuai atau tidak cukup. Atau percaya bahwa pengusaha mereka ga-
gal memenuhi ketentuan hukum, aturan dan prosedur kode praktek
Secara operasional wujud dari K3 adalah kebijakan yang mewajib-
K-3 dan membawa masalah ke tingkat pengawas ketenagakerjaan
kan setiap perusahaan untuk menerapkan Sistem Managemen K-3
atau badan lain yang berkompeten, serta pekerja mempunyai hak
untuk pemeriksaan kesehatan tanpa dipungut biaya dan penang-
(SMK3) yang terintegrasi dengan sistem managemen perusahaan
gulangan apabila oleh kondisi tertentu dalam kerja menyebabkan (pasal 86 dan 87 UU No. 13 Tahun 2003). Sistem Manajemen K3
gangguan kesehatan dan atau kecelakaan kerja. adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelak-
sanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
Pengertian k3 pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeli-
haraan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
Substansi K3 pada dasarnya adalah bagaimana mencegah, mengo- pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
bati, dan merehabilitasi kecelakaan kerja dan penjaminan keselama-
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Tu-
tan dan kesehatan di dalam bekerja.
S
tercatat oleh Perkumpulan Sawit hingga januari 2008 mencapai 513
ajian tulisan ini merupakan rangkuman konflik agraria yang ter- konflik yang melibatkan 135 perusahaan dengan korbannya lebih dari
jadi dan sempat terekam oleh Sekretariat Sawit Wath dan Ser- 258.000 orang. Letupan jenis konfliknya bermacam – macam dari mu-
ikat Petani Kelapa Sawit. Karenanya, sudah barang tentu kami lai saling klaim atas hak penguasaan, kebun sawit yang ditelantarkan,
tidak dapat melihat secara keseluruhan dari konflik agrarian di pemanenan yang dilakukan, penyerobotan tanah hingga melakukan
Perkebunan Kelapa Sawit. Namun demikian, walaupun dengan keter- perampasan tanah. Upaya didalam mengakhiri konflik dari mulai teror,
batasan yang kami miliki kami berani menarik persoalan – persoalan intimidasi sampai dengan pembunuhan yang dilakukan oleh Perusa-
agrarian menjadi kesimpulan umum atas kondisi agrarian di Perkebu- haan kepada masyarakat, demonstrasi, pemblokiran yang dilakukan
nana Kelapa Sawit di Indonesia. oleh masyarakat kepada Perushaan, hingga perundingan sampai den-
gan mencari penyeleseaian ke lembaga peradilan.
II. GAMBARAN UMUM KONFLIK AGRARIA Pemaparan diatas dapat sedikit memberikan gambaran kita atas soal
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT – soal agraria yang terjadi di Perkebunan Kelapa Sawit. Ketimpangan
atas penguasaan, kepemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan sesung-
Berbicara soal konflik agraria di Perkebunan Kelapa Sawit tidak bisa guhnya cerminan dari masih berlangsungnya monopoli atas sumber –
dilepaskan dari sistem perkebunan skala besar itu sendiri yang meru- sumber agraria yang dilakukan oleh segelintir orang. Celakanya, hingga
pakan urat akar dari konfliknya. Dimana Sistem perkebunan kelapa saat ini tidak ada upaya yang serius untuk menghilangkan praktek mo-
sawit yang tetap eksis merupakan warisan dari sistem perkebunan nopoli atas sumber – sumber agraria ini walaupun kita sudah merdeka
skala besar yang diterapkan oleh Kolonial Belanda. Untuk itu, agar pe- lebih dari 64 tahun, malah yang terjadi justru sebaliknya pelanggen-
mahaman kita tidak parsial dalam melihat sistem perkebunan skala gan sistem monopoli dengan berbagai perundang dan peraturan yang
besar maka kita tidak dapat melihatnya dari penggalan perjalanan se- dibuat.
jarah bangsa Indonesia, namun kita harus dapat menarik tali temali
perjalanan waktu sehingga kita mendapatkan pengetahuan yang kon-
verhensip tentang konflik agraria di dalam sistem Perkebunan Kelapa
III. KONFLIK AGRARIA SELALU ADA SEPA-
Sawit dewasa ini. NJANG SISTEM PERKEBUNAN SKALA BESAR
BERLAKU
Konflik agraria terjadi akibat dari ketimpangan penguasaan dan kepemi-
likan serta pengelolaan dan pemanfaatan sumber – sumber agrarian. Bahwa didalam rentang satu daur masa produktif tanaman Kelapa
Secara sederhana ketimpangan dapat digambarkan segelintir manusia Sawit, konflik agraria selalu beriring menyertainya dengan tipe yang
menguasai dan memiliki serta mengelola dan memanfaatkan sumber berbeda – beda dibarengi dengan konflik sosial. Keadaan yang keliha-
– sumber agrarian dalam hal ini tanah sampai ratusan ribu bahkan tannya tenang seakan – akan tidak ada permasalahan dalam satu unit
jutaan hektar, sedangkan disisi lain jutaan orang hidupnya mengandal- Perkebunan Kelapa Sawit tidak dapat menjadi indikator bahwa Perke-
kan sepetak dua petak tanah dan kekayaan alam bahkan sebagaiannya bunan Kelapa Sawit tersebut tidak ada konflik, karena banyak kejadian
hanya mengandalkan tenaganya untuk bekerja ditanah orang lain. tiba – tiba unit Perkebunan konfliknya meledak. Hal ini menunjukkan
bahwa konflik agrarian didalam Perkebunan Kelapa Sawit ada yang
Ketimpangan ini akan semakin jelas dengan melihat perkembangan masih laten dan menjadi bom waktu yang setiap saat bisa meledak dan
pembangunan Perkebunan Besar Kelapa Sawit. Dimana, Hingga saat ada yang memang dari awal konfliknya sudah terbuka dengan berba-
ini Indonesia memiliki luasan kebun sawit hampir 7,6 juta pada tahun gai macam bentuknya. Meledaknya konflik agraria didalam Perkebunan
2007 dan akan melakukan ekspansi lagi dengan target luasan sampai Kelapa Sawit seirng dengan kesadaran masyarakat dalam memahami
dengan 20 juta ha untuk seluruh Indonesia hingga tahun 2025. Dari permasalahan yang dihadapi dan biasanya permasalahan tersebut ber-
total luasan Perkebunan Sawit jika dibagi berdasarkan penguasaan ke- ulang – ulang terjadi sehingga dijadikan pelajaran oleh masyarakat.
bunnya 8 holding perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta besar
yang menguasai 54 %, Perusahaan Perkebunan Negara melalui PTPN Berdasarkan data yang kami himpun Konflik Agraria didalam Perkebu-
mengusai 12 % dan Perkebunan Rakyat menguasai 34 % pada tahun nan Kelapa Sawit dapat dilihat dari fase – fase perkembangan perkebu-
2006 ( data Sumber: Dirjenbun dalam BisInfocus 2006). Dari 54 % nan kelapa sawit dalam satu musim daur tanamnya. Agar didalam me-
penguasaan lahan oleh swasta 75,9 % dikuasai oleh pihak asing teru- lihat setiap fasenya tidak parsial maka kita harus bersandar pada dasar
tama pengusaha asal Malaysia. Dari data tersebut mari kita banding- soal konfliknya yakni ketimpangan penguasaan, kepemilikan, pengelo-
kan sehingga kita menemukan bentuk ketimpangan yang sangat nyata laan dan pemanfaatan sumber – sumber agrarian. Ketimpangan ini
didalam sistem perkebunan besar kelapa sawit, 8 holding yang nota dimulai dari sejak Pembangunan Perkebunan, dimana sebelum masuk
benenya milik 1 orang (keluarga) jika dirata – rata masing - masing Perusahaan Perkebunan sumber – sumber agrarian dikuasai, dimiliki,
menguasai 513.000 Ha, sedangkan 1.292.000 orang (keluarga) men- oleh masyarakat secara relatif adil, serta dikelola dengan berbagai
guasai rata – rata 2 Ha (hitungan 2 Ha merupakan kebijakan plasma). macam varian jenis tanamanya dan dimanfaatkan untuk memenuhi
Konflik agrarian terus meletup disana – sana baik yang termanivestasi kebutuhan subsistensi hidupnya. Hadirnya Perusahaan Perkebunan
kedalam bentuk yang terbuka maupun yang laten dengan berbagai Kelapa Sawit memperkenalkan system pertanian intensif dengan tana-
A. Latar Belakang 2. U ntuk mengetahui pendapatan penoreh dari luar yang ada di
P
Kecamatan Simpang Hulu
enoreh atau penyadap kar- 3. Memberikan informasi kepada pihak pemerintah dan peru-
et merupakan gelar yang sahaan bahwa masyarakat Simpang Hulu telah memberikan
di sandang orang yang pekerjaan kepada masyarakat lain
kerjanya mengumpulkan Adapun metode yang dilakukan untuk mendapatkan data adalah
getah ( lateks) dari pohon karet. melalui pengisian Kuesioner dan wawancara langsung dengan
Bagi masyarakat Dayak yang masyarakat dan Penoreh
hidup di pulau Borneo pekerjaan
atau aktivitas menoreh bukan- C. Waktu Penelitian
lah hal baru. Sejak dimasukan-
nya tanaman karet oleh Belanda Penelitian ini dilakukan selama 5 hari ( 3 – 7 ) Juni 2008.
maka pekerjaan ini mulai di ke-
nal dan digeluti oleh masyarakat
Dayak, sampai sekarang peker-
D. Tempat Penelitian
jaan ini merupakan budaya, karet
Penelitian di lakukan di RT Belantek, Dusun Pendaun, Desa Balai
Laurensius Tatang, PPSHK-PK sendiri bukan saja sebagai sum-
Pinang, Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang.
ber penghasilan langsung untuk
menghasilkan uang tetapi juga sebagai bukti atas kepemilikan la-
han. E. Data Dan Pembahasan
Tanaman karet yang penyebarannya banyak di Simpang Hulu, asal 1. Data Lapangan
bibitnya berasal dari daerah Desa Kecamatan Meliau Kabupaten
Sanngau. Tahun 1940-an banyak pemuda dari kampung-kampung
dari daerah kecamatan Simpang Hulu merantau untuk menoreh Asal Dusun, Peng-
di daerah Desa- Meliau, alasannya karena di daerahnya belum Nama dan Desa, Kecama- hasi-
no Alasan Menoreh
Umur tan dan Kabu- lan
ada tanaman karet. Besarnya hasil yang mereka peroleh dari hasil paten / hari
menoreh memberikan inspirasi dan motivasi para pemuda ini untuk
mengambil biji dan bibit karet ( tanaman muda) untuk di bawa 1 Sandri U r i t , Te m i a n g 15 kg 1. Di Kampung hasil kecil,
18 tahun Taba, Balai Ba- hanya Rp 20.000/ hari
pulang untuk di kembangkan. Hingga sekarang setidaknya tiap ke- tang Tarang, 2. Lahan usaha tidak ada lagi
luarga memiliki kebun karet berkisar 5 – 10 bidang karet, baik yang Sanggau 3. Lapangan Kerja tidak ada
belum produktif maupun sudah produktif. 2 Likus Sintoa, Ketori, 8 kg 1. Menoreh lebih berhasil dari
21 tahun Balai Sebut, pada kerja di Sawit
Keberadaan atau datangnya penoreh dari kecamatan/ kabupaten Sanggau 2. Bekerja di sawit tidak cu-
lain ke daerah kecamatan Simpang Hulu merupakan hal yang me- kup untuk makan sehari,
apalagi untuk menabung
narik untuk di ketahui. Berdasarkan informasi bapak Lego dari RT 3. Dengan menoreh saya bisa
Belantek Dusun Pendaun, hadirnya pekerja luar untuk menoreh di menabung di CU
Belantek dan di wilayah lain di Simpang Hulu sejak tahun 2000-an.
3 Seter B abut,Embigir, 15 kg 1. Kurang Penghasilan
Kebanyakan penoreh datang dari kabupaten Sanggau dan Kubu 25 tahun Balai Batang- 2. Mengerjakan karet lebih
Raya Tarang, Sanggau enak dari bekerja di sawit
3. Sawit kerja terbatas umur
Dari hasil survei yang dilakukan di RT Belantek Dusun Pendaun 20 – 25 sudah tidak produktif
Desa Balai Pinang Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, 4 V. Pethe Songkong, Lu- 15 kg 1. Kurang Penghasilan
setidaknya ada 100 orang datang untuk bekerja ( menoreh). 38 tahun mut, Toba, Sang- 2. Enak Kerja di karet bisa di
gau jual bebas
3. Dari Pada kerja sawit
B. Tujuan dan Metode Penelitian
5 Apun Batu Besi, Sejon- 10 kg 1. Ekonomi lemah
Adapun tujuan studi ini dilakukan adalah : 23 tahun tang, Tayan Hilir, 2. Hasil karet di kampung
Sanggau kurang memuaskan
3. Terbatasnya lahan untuk
1. Untuk mengetahui Penyebab pekerja/ penoreh dari luar har- menanam karet
us menoreh di Wilayah Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten
Ketapang
2. Pembahasan
Dari Hasil survey untuk 19 orang yang ada di RT Belantik Dusun
Pendaun penghasilan karet mereka rata-rata 13,8 kg/ hari. Adapun
pola pembagian hasil antara penoreh dan pemilik kebun adalah 7
: 3. Mengacu dari pola ini maka penoreh mendapatkan hasil besih
sebesar 9,7 kg sedangkan pemilik kebun 4,1 kg.
Jika hasil penoreh sebesar 9,7 kg dan harga di tingkat lokal sebe-
sar Rp 9,500, maka pendapatan bersih penoreh sebesar Rp 92.500/
perhari. Jika dalam sebulan mereka mampu menoreh 20 hari, maka Gambar 3 : Bagan ( Pondok kecil) tempat para penoreh tinggal.
hasil mereka adalah 194 kg atau Rp 1.843.000. Khusus bagi pemi- Lokasi di Maot
Bila kita tengok ke belakang, sudah lebih dari seabad tanaman kelapa sawit hadir di tanah Sumatera ini, ternyata keberadaan petani
kelapa sawit di Sumatera Utara barulah sebatas entitas yang menanam tanaman sawit dan memanen buahnya dengan berbagai
persoalan yakni:
• Bibit Sawit, petani sawit kecil lebih banyak menggunakan bibit sawit ‘liar’ (mariles). Disamping pengetahuan bibit sawit yang
kurang memadai dan mudahnya mendapatkan bibit sawit ini, petani sawit dalam posisi tidak berdaya sehingga sangat sulit
untuk mendapatkan bibit sawit unggul dan bersertifikat sesuai anjuran pemerintah.
• Pupuk, petani sawit kecil jarang sekali dapat melakukan pemupukan secara tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat dosis. Pupuk
menjadi langka dan susah dicari ketika petani sangat membutuhkan. Distribusi pupuk selama ini membuat petani sawit kecil
tidak berdaya.
• Harga TBS, walaupun di tingkatan propinsi selalu ada tim penentuan harga TBS dari berbagai parapihak perkebunan dan harga
TBS sudah lebih tinggi dari sebelum-sebelumnya, tetapi posisi petani kelapa sawit di tim tersebut sepertinya hanyalah peleng-
kap bukan penentu. Petani diposisikan kurang cakap dalam tim tersebut dikarenakan berbagai informasi berkenaan harga tidak
dapat diperolehnya secara utuh, jelas, dan benar khususnya berkenaan dengan biaya-biaya dalam indeks K. Sistem penentuan
harga TBS saat ini, tidak menguntungkan posisi petani sawit.
• Akumulasi dari berbagai aspek yang tidak menguntungkan petani kelapa sawit ini, produktivitas kebun sawit petani kecil sangat
rendah bilamana dibandingkan dengan seharusnya. Temuan untuk wilayah Sumatra Utara ini produktivitas TBS petani sawit
kecil tidak lebih dari 12 ton tbs per ha per tahun
Dalam sisi kebijakan, posisi luasan petani kelapa sawit dibuat terbatas, lewat Permentan No 26 Tahun 2007 terdapat klausa bahwa
minimal 20 % dari HGU perusahaan besar diberikan kepada masyarakat. Kebijakan ini sebenarnya langkah mundur dari kebijakan
PIR yang pernah diterapkan. Dalam skema PIR, kebun rakyat (plasma) dapat mendapatkan minimal 60 % dari total lahan yang
digunakan dalam skema kemitraan inti plasma. Implementasi yang buruk dalam kebijakan yang tidak menguntungkan posisi petani
kelapa sawit menambah posisi petani kelapa sawit di Indonesia semakin marjinal. Bayangkan dalam rata-rata pertambahan luas
kebun sawit di Indonesia sekitar 500 ribu ha per tahun, bagian petani sawit adalah 100 ribu itupun tidak tentu, selebihnya adalah
kebun besar.
Tidak jauh berbeda dengan posisi penanam dan pemetik buah sawit (petani kelapa sawit) adalah buruh kebun sawit, bahkan posisi
buruh dianggap lebih marjinal. Lewat UU No 13 tahun 2003, keberadaan buruh outsourcing diberboleh. Implikasi terhadap hal terse-
but adalah kebun-kebun sawit yang ada memperbanyak keberadaan buruh-buruh outsourcing ini, bahkan kebun sawit bukan buruh
oursourcing saja, lebih banyak menggunakan buruh tanpa kontrak atau buruh harian lepas (bhl). Buruh ini dalam bekerjanya penuh
dengan ketidakpastian, alat bekerja harus menyediakan sendiri, bila kecelakaan ditanggung sendiri, dan gaji tidak ada standar yang
dapat dijadikan patokan.
Temuan lapang menunjukkan bahwa gaji berbagai buruh di perkebunan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, dimana
rata-rata didapatkan gaji buruh kurang lebih 900-an ribu. Implikasinya buruh melakukan sesuatu hal yang dapat memberatkan
posisi buruh di depan hukum. Di Sumatera Utara ini, banyak sekali buruh melakukan pekerjaan yang membuat posisinya terhukum.
Menjadi pertanyaan besar, ada apa ini?
1. Dari berbagai paparan tersebut, Kami sebagai bagian masyarakat sipil yang konsens di Perkebunan kelapa sawit mengingatkan
2. Pemprov Sumut melakukan langkah-langkah cepat dan strategis sehingga dapat menyediakan bibit yang unggul dan mencari
langkah hukum yang tepat bagi oknum-oknum yang terlibat dalam bibit ‘liar’ yang seharusnya tidak ada di pasaran.
3. Pemprov Sumut dalam hal ini Dinas Perkebunan secepatnya menata kembali distribusi pupuk sehingga tersedia dan sesuai harga
pasar yang wajar di wilayah-wilayah perkebunan kelapa sawit yang membutuhkan
4. Berbagai Pemkab dalam hal ini Dinas Perkebunan secepatnya mengintensifkan para penyuluh lapang agar melakukan asistensi
teknis-teknis perkebunan lebih hebat terhadap petani kelapa sawit.
5. Pemerintah dalam hal ini Dirjen Perkebunan untuk mengubah mekanisme penentuan harga dimana petani kelapa sawit kecil
harus diposisikan sebagai pihak yang harus cakap menentukan harga TBS, salah satunya dengan menghilangkan Indeks K.
6. Pemerintah sebagai pihak diberi mandate oleh rakyat agar secepatnya melakukan perubahan terhadap UU No 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan agar posisi buruh lebih diperkuat lagi, khususnya klausa outsourcing agar dihapuskan.
Setelah menghadiri pertemuan marathon UN- Aku tidak ingin menggambarkan ke sok tahuan
FCCC di Bali pada akhir 2007, aku menjejakkan aku atas si pak supir tentang issue pemana-
kakiku kembali di Ibukota. Keluar dari pintu pe- san global. Namun lagi ada yang perlu di garis
sawat segera saja udara panas Jakarta datang bawahi dari pembicaraan tersebut diatas. Ke-
menyergap. Membuat mata sedikit lelah karena tika semua orang berbicara tentang pemanasan
harus dipicingkan agar dapat melihat dengan global dan perubahan iklim, pada dasarnya tidak
jelas. banyak yang mengerti bagaimana pemanasan
global terjadi, lebih sedikit yang tau bagaimana
Setelah mengambil barang-barang bawaan, aku pemanasan global mempengaruhi kehidupan
keluar dari pintu utama dan menghampiri taksi manusia, dan jauh lebih sedikit yang tahu ba-
yang ada. Melemparkan pantatku ke jok empuk gaimana hubungan antara gaya hidup kita den-
taksi aku langsung terlelap. Baru terbangun ke- gan pemanasan global. Brengseknya lagi, hanya
tika supir taksi meminta uang untuk masuk tol segelintir yang tahu bahwa kita tengah digiring
Jakarta. untuk memahami bahwa pemanasan global
adalah masalah yang sangat besar namun dapat
Setelah memberikan uang secukupnya, aku diselesaikan dengan cara yang mudah. Semudah
mengeluh tentang panasnya Jakarta pada saat menjentikkan jari tangan.
itu. Segera saja si supir taksi menyambar, “Be-
nar pak, sudah beberapa hari ini udara terasa Kalau kita melihat di sekeliling kita: media mas-
panas. Kemarin penumpang saya bilang sih ka- Rully Syumanda, Pengamat Lingkungan sa, billboard sampai dengan iklan di televisi dan
lau ini adalah akibat dari pemanasan global.” (dok. pribadi) radio, tidak ada satu haripun yang tidak ber-
hubungan denggan issue pemanasan global.
“Memangnya kenapa dengan pemanasan global Musti diakui, issue ini telah menjadi penghantar
Pak?’” tanyaku sekenanya. kita menuju tempat beraktivitas. Issue hijau juga bisa ditemukan
dalam sebuah kemasan makanan. Atau bahkan pada kemasan oli
“Ya itu mas. Bumi katanya semakin panas akibat efek rumah kaca’” yang berisikan energi fosil.
sambung si supir.
Tiba-tiba saja semua berbau hijau. Sebuah perusahaan kosmetik
“Lah, kenapa efek rumah kaca yang disalahin. Memangnya si efek misalnya mengaku berlabel green ketika menyerahkan produknya
rumah kaca buat apa kok bisa menimbulkan pemanasan global,” yang di bungkus dengan plastik dan menyerahkan kepada pe-
aku memajukan pantatku dan mulai tertarik dengan pembicaraan langgannya dalam sebuah kantung plastik. Atau misalnya dalam
ini. sebuah festival lingkungan, baik pengunjung maupun penyeleng-
gara merasa tidak melakukan kesalahan apapun ketika menyantap
“Ya gitu deh mas. Coba aja mas lihat di Jakarta ini. Semua gedung makanan yang dikemas dalam styrofoam.
itu pake kaca yang besar-besar. Sehingga panas matahari menjadi-
jadi. Coba kalau gedung-gedung itu nggak pake kaca besar-besar Lalu bagaimana dengan upaya menghentikan laju pemanasan
seperti itu. Mungkin Jakarta kita akan adem kali ya mas. Ya barang- global ini? Ini yang paling seru. Semudah menjentikkan tangan.
kali mas. Saya cuma orang kecil Mas. Saya hanya mengira-ngira.” Hampir semuanya menawarkan solusi dengan menanam pohon
sebanyak-banyaknya. Bahkan Pemerintah Indonesia sendiri men-
“Jadi bagusnya nggak usah pake kaca besar-besar kali ya mas. canangkan penanaman jutaan pohon, yang kemudian di klaim
Sehingga efek rumah kaca itu nggak ada dan Jakarta kita nggak telah berhasil dengan sukses. Terlepas keberadaan pohon yang
jadi panas karenanya,”. seperti siluman karena pemerintah tidak pernah bisa menunjukkan
informasi lokasi dan luas penanaman, pola ini makin jelas menun-
“Wah betul itu mas. Jadi kita nggak kepanasan kayak gini’” pak jukkan bahwa solusi perubahan iklim dapat diselesaikan dengan
supir menutup pembicaraannya sambil tersenyum. menanam pohon.
Sadar tidak sadar, suka tidak suka, pola berpikir kita tengah digir-
Memasuki daerah grogol, aku menawarkan kepada pak supir untuk ing untuk menyetujui pomeo bahwa tidak peduli berapa banyak
menjelaskan tentang apa itu pemanasan global dan efek rumah plastik yang anda pakai, seberapa banyak konsumsi minyak sawit
kaca. Untung pak supir sangat bersedia sehingga aku tidak merasa anda, tidak perduli berapa banyak bensin yang anda gunakan un-
Apa itu Efek Rumah Kaca Sementara (3) Dinitrogen Oksida (N2O) yang menghasilkan efek
pemanasan 296 kali dari molekul CO2 dapat ditemukan pada pu-
Kalau kita menarik diri dan membuat jarak, bumi kita sepertinya, puk dan freon sebagai bahan baku utama yang digunakan untuk
dan benar, melayang-layang di alam semesta tak berbatas ini. mendinginkan ruangan melalui air condition (AC).
Angkasa luar itu sendiri sangat dingin. Kalau kita pakai angkutan
umum menuju bulan, lalu kita keluarkan tangan dari kaca jendela, Ketiga gas tersebut yang disebut dengan gas Rumah kaca telah
hanya butuh waktu sekian detik untuk menyadari kalau tangan kita menyebabkan bumi kita menjadi hangat dan dapat ditempati.
sudah membeku. Masalah terjadi ketika konsentrasi ketiga gas tersebut meningkat.
Lalu bagaimana bumi bisa tetap hangat di tengah-tengah alam Revolusi Industri di Inggris pada abad ke 19 telah mendorong
semesta yang dingin itu? Jawabannya adalah karena efek rumah penggunaan energy fosil secara besar-besaran. Dari mulai sek-
kaca. tor transportasi sampai dengan pabrik yang menciptakan berbagai
kebutuhan manusia. Kesemuanya telah mendorong meningkatnya
Efek rumah kaca telah menyebabkan bumi menjadi hangat seh- konsentrasi karbon dioksida secara pesat. Konsentrasi karbon diok-
ingga bisa di tempati oleh mahluk hidup. Efek rumah kaca sendiri sida di atsmosfer pada saat ini telah mencapai 390 ppm. Jauh dia-
merupakan sebuah dampak/efek dari proses yang melibatkan un- tas ambang batas aman yang disebutkan oleh International panel
sur sinar matahari dan Gas Rumah Kaca (GRK). of Climate Change (IPCC), yakni 350 ppm.
Gas Rumah Kaca adalah konsentrasi sejumlah gas yang berada di Perubahan Iklim
atsmosfer yang mencegah keluarnya panas dari permukaan bumi.
Angkasa raya adalah ruangan yang sangat dingin. Sinar matahari Disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca terse-
yang masuk ke bumi akan ditangkap oleh permukaan bumi lalu butlah, sejumlah panas yang seharusnya bisa terlepas kembali ke
dilepaskan kembali ke udara. Atmosfer bumi mengandung sejum- angkasa menjadi tertahan dibumi. Bumi menjadi lebih panas. Pen-
lah Gas Rumah Kaca yang menahan agar pantulan panas dari per- ingkatan suhu rata-rata muka bumi ini kemudian di sebut dengan
mukaan bumi tidak terlepas ke udara sehingga bumi akan terus Pemanasan Global.
hangat dan tidak mendingin. Apa bila bumi tidak memiliki atsmos-
fer yang memerangkap gas rumah kaca, dapat dipastikan bumi Pemanasan yang terjadi ternyata tidak berhenti disitu saja. Pema-
menjadi planet yang tidak dapat dihuni. nasan Global kemudian mempengaruhi pola iklim dunia. Perubahan
Iklim adalah suatu kondisi dimana suatu tempat kemudian menga-
Gas Rumah Kaca terdiri dari beberapa unsur. Tiga unsur yang pal- lami pemanasan atau pendinginan yang tidak wajar dan berbeda
ing dominan diantaranya adalah: (1) Karbon dioksida (CO2) yang dengan pola-pola tahun sebelumnya. Ini menimbulkan kekacauan
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, ba- cuaca. Curah hujan yang dulunya kita alami pada bulan-bulan yang
tubara). Karbon dioksida dapat ditemukan di Pembangkit Listrik berakhiran ber, sekarang tidak lagi. Pada Bulan Oktober hingga
Tenaga Uap, kendaraan bermotor, mesin-mesin yang memproduksi Desember kali ini saja kita disuguhi musim panas yang luar bi-
sebuah benda apakah itu plastic, botol minuman dan barang-ba- asa. Memasuki Bulan Februari, baru kita dihadapi dengan musim
rang kebutuhan manusia lainnya. penghujan. Dengan situasi seperti ini, secara otomatis pola iklim
merubah kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukan oleh orang ra-
Karbon dioksida juga terdapat dihutan-hutan alam maupun di rawa tusan tahun lamanya. Kebiasaan panen yang berubah. berubahnya
gambut. Pembukaan hutan untuk menjadi perkebunan kelapa waktu melaut, berubahnya musim tanam dsb.
sawit misalnya, tidak hanya melepaskan sejumlah karbon yang ter- oOOOo
simpan di hutan itu sendiri namun juga menghilangkan salah satu
fungsi hutan yang menyerap karbon. Rully Syumanda, pernah bekerja di Eknas WALHI, sebagai
Forest Campaigner, dan saat ini aktif sebagai pengamat ling-
Gas yang kedua adalah Metana (CH4) yang memiliki efek pema- kungan
S
ejarah perkembangan perkebunan di negara berkembang
tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan kolonial-
isme, kapitalisme dan modernisasi (Kartodirdjo & Suryo
,1991). Ia hadir sebagai bagian dari sistem perkeonomian
baru yang niscaya bersifat komersil dan eksploitatif. Demikian juga
halnya dengan keberadaan perkebunan, khususnya kelapa sawit,
di Indonesia.
Selain memberikan efek terhadap ekonomi makro Indonesia, ek- suhu bumi. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Efek Rumah Kaca
spansi tadi ternyata memunculkan persoalan sosial dan lingkungan. (ERK) menganalogkan suatu proses serupa yang terjadi di dalam
Penggusuran lahan hingga kriminalisasi terhadap masyarakat adat/ rumah kaca (green house).
penduduk lokal merupakan salah satu dampaknya. Sementara itu
bencana alam seperti banjir dan kabut asap menjadi momok di Dalam konvensi PBB (SLI, 2008) mengenai perubahan iklim (Unit-
setiap musim hujan dan kemarau menerpa. ed Nation frame work Convention on Climate/ UNFCC),
terdapat 6 jenis gas yang digolongkan sebagai GRK yaitu Kar-
Pengembangan kebun sawit yang kerap dilakukan dengan men- bondioksida (CO2), Dinitrioksida (N2O), Metana (CH4), Sul-
gonversi hutan dan lahan gambut ternyata melepaskan jutaan ton furheksafluorida (SF6), Perfluorokarbon (PFCs) dan Hidro-
karbon dioksida (CO2) dan membuat Indonesia menjadi kontribu- fluorokarbon (HFCs).
tor emisi CO2 terbesar ketiga di dunia. akibatnya gas rumah kaca
menjadi terlepas ke udara yangmengakibatkan pemanasan global Semua Negara di dunia sebenarnya turut andil dalam mempercepat
dan perubahan iklim. pemanasan global. Di Indonesia sendiri pernah terjadi kebakaran
hutan secara hebat pada tahun pada tahun 1982/1983, terutama
Pembukaan dan Kebakaran Hutan serta Lahan di Kal-Tim dimana 3.6 juta ha hutan dan lahan terbakar (Saha-
Gambut Penyumbang Gas Rumah Kaca rjo, 2008). Studi yang dilakukan ITTO-GTZ menyimpulkan bahwa
penyebab kebakaran adalah perubahan struktur vegetasi akibat
Pemanasan global berkaitan dengan adanya radiasi yang dipan- pembalakan kayu yang dimulai sekitar 1970-an, dimana jutaan ha
carkan matahari dalam bentuk gelombang pendek menembus at- lahan hutan dibagi-bagi ke dalam kawasan HPH yang mengakibat-
mosfer dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai kan boom kayu di Sumatra dan Kalimantan yang merubah lansekap
permukaan bumi (SLI, 2008), manakala mencapai bumi sebagian dari kedua pulau tadi lebih dari dua dekade. Ketika perusahaan
gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer. Radiasi matahari da- HPH banyak yang gulung tikar, maka konsesi yang sebelumnya
lam bentuk gelombang panjang yang dipantulkan kembali oleh dimiliki berubah penguasaan menjadi milik perkebunan sawit.
bumi tidak semuanya dapat menembus atmosfer menuju angkasa
luar, sebagian terperangkap oleh gas-gas yang berada di atmosfer Selain di kawasan hutan, juga terjadi pembukaan lahan gambut
yang disebut Gas Rumah Kaca (GRK). secara massif. Luas lahan gambut di Indonesia beragam, ada yang
memperkirakan luasnya 18,4 juta ha dan ada juga yang mendu-
Terperangkapnya radiasi matahari oleh GRK yang berlangsung ber- ga sekitar 15,5 juta ha dimana 10,5 juta ha diantaranya berada
ulang-ulang mengakibatkan terjadinya akumulasi radiasi matahari di agroeksosistem rawa pasang surut dan 4,99 juta ha berada di
di atmosfer bumi yang kemudian menyebabkan meningkatnya agroekosistem rawa lebak. Dari jumlah tersebut 3,72 Juta ha (18
Saat ini Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI) telah mengesahkan Rancangan Un-
dang-Undang (RUU) Bantuan Hukum sebagai salah satu RUU prioritas pada tahun 2010. Oleh
karenanya, dukungan anda sangat penting untuk terwujudnya UU Bantuan Hukum
di Indonesia dan mendukung tercapainya keadilan bagi rakyat miskin,
buta hukum dan marjinal.
Dukungan anda dapat dilakukan dengan melakukan segala upaya untuk mendorong
DPR dan Pemerintah membahas RUU Bantuan Hukum pada Tahun 2010 ini.
atau
atau
atau
Dukungan untuk UU bantuan Hukum juga bisa anda sampaikan kepada Pemerintah :
atau
Dukungan anda juga bisa disampaikan kepada Koalisi Masyarakat Sipil Untuk
Undang-Undang Bantuan Hukum yang akan disampaikan
kepada DPR dan Pemerintah :
Koalisi memandang bahwa undang-undang bantuan hukum di Indonesia harus segera terwu-
jud segera untuk memastikan terpenuhinya akses keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal
ini mengingat sampai dengan saat ini, pemberian bantuan hukum kurang memadai baik dari
sisi jumlah, sistem pelayanan, maupun cakupan geografis di Indonesia.
Koalisi akan melakukan berbagai kegiatan dan upaya untuk mendorong adanya
UU Bantuan Hukum di Indonesia yang sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat.
Berbagai kegiatan koalisi diantaranya penyusunan konsep tentang Undang-Undang Bantuan
Hukum yang ideal bagi Indonesia, penyusunan Naskah Akademis dan RUU Bantuan Hukum
Versi Masyarakat Sipil, Kampanye, pemantauan dan berbagai aktivitas lainnya yang ditujukan
untuk mendorong adanya undang-undang bantuan hukum.