You are on page 1of 24

Redaksi DARI PEMBACA

Penanggung Jawab
Abetnego Tarigan Setuju dengan tujuan Persoalan Tanah Antara untuk mengeluarkan izin HGU..
terbentuknya RSPO PT & Masyarakat Bagaimana tanggapanmu wa-
hai pemerintah menyikapi hal
Dewan Redaksi Saya sangat setuju dengan Kebanyakan P.T hanya bisa yg seperti ini.Rakyat berhak
Abetnego Tarigan, Edi statement diatas, tapi alangkah menggarap tanah masyarakat mendapatkan kehidupan yang
lebih baiknya kalo semua yang telah lama dikelola, layak(itu isi UUD 1945).Sering
Sutrisno, NA Suram- PT memperkosa hak rakyat...
pendapat yang masuk betul- masyarakat hanya bisa men-
bo, Jefri G. Saragih, betul dijadikan masukan bukan gurus surat dari kepala
Norman Jiwan. hanya sekedar coment terisi desa,kemudian mengelola ta- Salam,
doank, karena pada dasarnya nah tersebut dengan modal dan
comment dibuat punya dasar harapan supaya kehidupannya Agusmen Suprandy Sitorus
Pemimpin Redaksi yang kuat, akan lebih baik juga lebih baik.(Dan kebanyakan dari (Komentar dari website Sawit
Jefri G. Saragih jika ditambahkan data yang peninggalan orangtua,"tanah Watch, 30 Januari 2010)
lengkap berdasarkan hasil riset waris"). Kemudian PT datang
sehingga bukti konkrit ada sep- menggarap dengan modal uang
Redaksi Pelaksana erti P&C yang ada di RSPO se- yang banyak,menyogok kepala
Yan Yan Hadiyana muanya harus punya dokumen- desa yang baru bertugas agar
tasi, baik data, foto ntah apalah dikeluarkan izin yg menyatakan
itu.Terima kasih tanah tersebut masih hutan
Anggota Redaksi (padahal telah lama dikelola
Elsa Susanti, Bondan Antoperis rakyat),kemudian menyogok
camat dan instansi yang terkait
Andriyanu, Inda Fati-
naware, Fatilda Hasi-
buan, Eep Saepullah,
Carlo Nainggolan 3 4
Sekretariat Redaksi Editorial Pusat
Vinna Saprina M Informasi
Kampung
Distribusi dan

7 10
Pelayanan Komplain
Eep Saepullah

Keuangan Sawit beban ganda Realitas K3...


Tina Sumartina, untuk perempuan...
Supapan dan Sukardi

Penerbit
Perkumpulan 13 20
Sawit Watch Pembangunan
Konflik Agraria di Kebun Sawit
Alamat Redaksi Perkebunan... berbasis Gas Rumah
Jl. Sempur Kaler No.28, Kaca...
Bogor
Telp. 0251-8352 171
Fax. 0251-8352 047
redaksi@sawitwatch.or.id Silahkan mengunjungi website kami untuk mendapatkan soft copy dari Tandan
Sawit dan informasi lainnya di : www.sawitwatch.or.id

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 2


EDITORIAL

Pusat Informasi Kampung sebagai


jembatan bagi kaum buruh melawan
arogansi perusahaan

S
etelah menempuh 3-4 jam perjalanan dari Kota Jambi wasan sewaktu buruh bekerja dapat dikategorikan perilaku yang
akhirnya kami bertiga (uyan, Jefri dan darto) tiba di Desa tidak aman.
Purwodadi, sebuah desa yang awalnya dibangun pada ta-
hun1985 sebagai pusat pemukiman transmigrasi dari pulau Penyebab pokok adalah perusahaan mengabaikan tanggung jawab
Jawa. Suasana desa tersebut sudah demikian berkembang, ada K-3;tidak mensosialisasikan keselamatan kerja kepada buruh me-
puskesmas, Bank Unit Desa dan beberapa warung yang sudah tu- nyebabkan rendahnya kesadaran buruh atas keselamatan kerja,
tup karena ketika kami tiba waktu sudah me-nunjukkan pukul : tidak pernah melatih pekerja terampil manjaga keselamatan kerja,
23.45 WIB. Tidak berapa lama kemudian kami pun tiba di tempai upah yang rendah, pekerja memacu kerja demi premi sehingga
yg menjadi tujuan kami malam itu yaitu menginap di rumah Pak mengabaikan aspek keselamatan kerja, serta target kerja (beban
Maryono, salah seorang transmigran yang telah menjadi PNS dinas kerja) tinggi tidak diimbangi oleh pola makan (gizi) yang cukup dan
Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai Penyuluh Per- sayangnya sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3) untuk
tanian. Kami pun lsg istirahat setelah berbincang2 sebentar dengan buruh perkebunan terbatas hanya untuk buruh tetap saja tidak
Pak Maryono. untuk buruh harian lepas, padahal di sumatera utara saja, jumlah
buruh harian lepas bisa mencapai 80% dari total +100 ribu buruh
Esok Paginya setelah kami mandi dan sarapan datanglah semua yang bekerja di perkebunan sawit.
orang yang kami undang untuk dapat menghadiri acara yang men-
jadi tujuan utama kami datang ke Desa ini, yaitu Pertemuan untuk Jadi melihat realitas yang terjadi, mungkin apabila informasi yang
Pelatihan dan pengenalan Pusat Informasi Kampung (PIK) dan SMS ada misalkan tentang UU tenaga Kerja, Program K-3 dll, itu dapat
Gateway, sebuah program kerja kami yang bertujuan memberikan terdistribusi sampai ke tangan buruh hal-hal yang terjadi diatas
dan membuka informasi yang seluas-luasnya bagi masyarakat bisa diminimalisir bahkan juga tidak akan terjadi, namun karena
kampung mungkin lebih mirip membangun sebuah perpustakaan arogansi perusahaan dan kemalasan pemerintah untuk mendistri-
kampung/ desa. busikan informasi itu membuat buruh dan petani ada diposisi yang
sulit dan selalu tertindas.
Disisi yang lain, Di daerah Sulawesi, tepatnya di Sulawesi Tenggara,
Dari balik rerimbunan pohon sawit, seorang perempuan berpaka- Melihat realitas seperti itu, maka tidak ada salahnya Sawit Watch
ian kerja lengkap dengan sepatu boot dan sarung tangan tanpa memandang penting dibangungnya Pusat Informasi Kampung se-
masker, sedang berjalan mendekati pohon sawit. Di punggung mer- bagai wadah penyebaran informasi yang mungkin bisa digunakan
eka terlihat karung goni menggelantung. Soti (46 tahun), buruh oleh kaum buruh dan petani untuk membekali diri dan mening-
pemupukan PT.Sultra Prima Lestari (SPL) di Kabupaten Konawe katkan posisi tawar dengan perusahaan perkebunan. Dan dapat
Utara, Sulawesi Tenggara, mengaku menjadi buruh bukanlah pili- memicu gairah perusahaan perkebunan dan pemerintah untuk
han hidup. “ Mau kerja apa lagi, sawah sudah tak punya.”, katanya dapat memperbaiki dan meningkatkan pelayanan terhadap buruh
sambil menerawang. dan petani.

Dari tujuh ratus orang lebih buruh di Sultra Prima Lestari,


diperkirakan setengah nya adalah perempuan. Tidak ada perbe-
daan jenis pekerjaan antara buruh laki-dan buruh perempuan.
Semua pekerjaan yang ada di perkebunan sawit seperti land
clearing (pembukaan lahan untuk penanaman), pemupukan,
penyemprotan, perawatan yang terdiri dari gawangan, pringan
dan sebagainya tak luput di kerjakan oleh buruh perempuan.
Semua jenis pekerjaan tersebut, sarat dengan resiko kecela-
kaan kerja, apalagi di barengi dengan tidak dilengkapi perala-
tan kerja yang standar.

Penyebab umum kecelakaan antara lain tempat kerja (ancak)


yang tidak rata (berbukit), pohon sawit/karet yang bengkok,
pohon karet/sawit yang relatif tinggi, bersemak lebat, ancak
berlobang dapat dikategorikan lingkungan kerja yang tidak
aman dalam arti resiko tinggi terhadap kecelakaan.

Penyebab terperinci, berdasarkan analisis kronologis diakibat-


kan oleh kelalaian buruh, kekurang terampilan, alat kerja serta
pelindung kerja yang tidak cukup dan mandor pengawas tidak
punya standart operasi pengawasan, serta tidak ada penga-

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 3


PUSAT INFORMASI KAMPUNG (PIK)

“TEMPAT BACA DAN DISKUSI WARGA DESA”


Oleh: Perkumpulan SAWIT WATCH

Pelatihan sosialisasi PIK dan SMS Gateway di Tanjung Jabung Barat, Jambi

Pendahuluan kum,” lanjut pria yang juga berprofesi sebagai guru di sebuah
sekolah dasar ini.

D
epi Pitrianto terlihat bersemangat menanggapi program Pendapat Depi juga diamini oleh Zajuri. Petugas penyuluhan per-
Pusat Informasi Kampung yang sedang dilakukan Perkum- tanian yang tinggal di desa Tanjung Benanak, kecamatan Merlung,
pulan Sawit Watch di beberapa desa di kabupaten Tanjung Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini mengatakan, “meski sedikit
Jabung Barat dan Tanjung Timur. Menurut penduduk desa sekali jumlahnya, selama ini buku-buku tentang pertanian dan lain-
SP 4, Merlung, Tanjung Jabung Barat ini, minat masyarakat di li- nya memang ada dikirimkan oleh pemerintah pusat ke desa-desa.
kungannya sangat tinggi untuk mendapatkan informasi terutama Juga ke desa kami. Tapi hanya berhenti di kantor desa. Tidak per-
tentang perkebunan kelapa sawit. nah dibagi ke masyarakat. Entahlah buat apa kalau buku-buku itu
hanya dijadikan pajangan di lemari.”
“Mayoritas penduduk di desa kami petani kelapa sawit. Namun be-
lum bisa optimal dalam mengelola kebun sawit karena kekurangan Bersama dengan 8 tokoh masyarakat lainnya berharap program
informasi tentang itu. Sebenarnya masyarakat juga membutuhkan Pusat Informasi Kampung benar-benar bisa langsung bersentuhan
informasi lain yang berguna untuk mengembangkan pengetahuan dengan masyarakat desa tanpa perlu birokrasi yang berbelit-belit
dirinya. Misalnya saja tentang hak asasi manusia dan kajian hu- apalagi pakai mengeluarkan uang.

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 4


makmuran dan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia akibat keberadaan dan perluasan kebun sawit
kerap menjadi sorotan utama. Jargon-jargon fantas-
tis seperti, “Indonesia Negara penghasil Minyak Sawit
Terbesar di Dunia” dan “Perkebunan Sawit Ciptakan
Lapangan Kerja dan Tingkatkan Kemakmuran” kerap
tertulis di pelbagai media informasi tadi.

Tidak hanya berhenti di sana, jargon itu diikuti den-


gan penyebetuan angka yang fantastis.misalkan saja,”
Sektor Sawit Raih Keuntungan Senilai 9,11 miliar dolar
Amerika.” Atau “Perkebunan Sawit Mampu Serap 4 juta
Tenaga Kerja” dan “Hampir 3 juta ha Kebun Sawit di
Indonesia Dimiliki oleh Petani.”

Hampir tidak ada diinformasikan kepada publik bahwa


di balik gemerincing dan kemilau prestasi perkebunan
sawit, ternyata terselip banyak cerita duka dan nestapa.
Duka masyarakat tempatan yang tergusur dari lahannya
akibat perluasan kebun sawit. Juga tidak sedikit petani
yang melakukan demonstrasi ketika harga bibit, pupuk,
dan tandan buah sawit segarnya serta jumlah utang
yang dibebankan padanya ternyata dibuat secara sepi-
hak oleh perusahaan dan didukung oleh pemerintah.
Uyan dari Sawit Watch sedang memberikan penjelasan tentang SMS Gateway
dalam pertemuan dengan masyarakat Tanjabbar, Jambi (dok. SW) Nestapa jutaan buruh yang bekerja di kebun sawit
hanya berstatus buruh harian lepas tanpa upah yang
layak,perlindungan kerja yang optimal dan kerap dilece-
“Desa kami dikeliling perusahaan hutan tanaman industri dan hkan keberadaannya. Apabila ketiga kelompok rentan di sekitar ke-
perkebunan kelapa sawit. Informasi yang kami dapatkan hanya bun sawit tadi melakukan tindakan demi menuntut haknya, maka
lewat televise berantena parabola yang listriknya pun mesti pakai proses kriminalisasi pasti akan diberlakukan terhadap mereka.
genset. Jadi PIK diharapkan bisa memeberikan informasi tambahan
kepada kami untuk meningkatkan pengetahuan. Kali aja bisa men- Selain itu, kabut asap akibat pembakaran lahan demi pembangu-
imbulkan ide untuk bikin hidup kita lebih sejahtera “ imbuh Njah, nan kebun sawit dan banjir yang melanda ketika musim penghujan
pemuda desa asal Tanjung Jabung Barat sambil tersenyu simpul. tiba akibat konversi hutan/ lindung serta daerah aliran sungai men-
Ketika Informasi Menjadi Kebutuhan jadi kebun sawit juga tidak pernah diberitakan. Belum lagi jumlah
emisi karbon yang dihasilkan republik ini disebabkan oleh konversi
Informasi adalah kumpulan data dan fakta dari dinamika sosial kawasan hutan dan rawa gambut. Padahal sebanyak 40% dari total
(perubahan sosial) dan perkembangan ilmu pengetahuan. Kum- kawasan hutan tersebut sebenarnya masih dimiliki dan dimanfaat-
pulan data dan fakta tadi bila dikumpulkan bisa disajikan kepada kan oleh penduduk local/ masyarakat adal melalui produksi hasil
publik dalam berbagai bentuk (multimedia). Misalnya saja lewat hutan non kayu. Dan budi daya tanaman yang sudah lama dikenal
buku, majalah, film atau cakram suara. Tujuannya adalah pencera- masyarakat seperti karet, coklat dan lada.
han wacana masyarakat demi sebuah penyadaran dan perubahan
hidup.
Pusat Informasi Kampung sebagai Alternatif
Melalui kemajuan teknologi, kini informasi telah menjadi kebu- Informasi Masyarakat
tuhan penting setiap orang. Namun maraknya penerbitan dan
pembagian informasi yang didasarkan pada kepentingan tertentu, Melihat perkembangan di atas, Perkumpulan Sawit Watch melalui
terutama kepentingan modal dan kekuasaan pilitik, membuat in- kongres III di Bali pada bulan November 2008, merespons situasi
formasi seakan-akan menjadi sepihak saja. Akibatnya adalah in- tersebut dengan:
formasi hanya menjadi alat propaganda belaka bahkan cenderung
eksploitatif dan penuh manipulasi demi kepentingan kelompok bis- 1. Terkait dengan nasib rakyat di wilayah perkebunan yang su-
nis dan kekuasaan politik tersebut. Padahal esensi dari informasi dah ada (petani dan buruh kelapa sawit)
adalah pencerahan dan perubahan hidup public yang mengandung 2. Terkait dengan nasib rakyat di kawasan ekspansi (Masyarakat
nilai kebenaran dan keadilan. Pemenuhan naluri kesadaran manu- adat dan Masyarakat Lokal)
sia. 3. Terkait dengan altenative pengelolaan tanah dan sumber
daya alam (aspek ekonomi dan lingkungan menjadi pent-
Penyebaran Informasi di Seputar Perkebunan ing!)
Sawit 4. Terkait Penguatan institusi SW.

Penguasaan informasi yang berpihak terhadap kepentingan pe- Berdasarkan mandat tersebut terutama poin 1- 3, SW merasa per-
modal dan kekuasaan politik juga terjadi di sektor perkebunan lu untuk mengembangkan sebuahprogram kerja yang dinamakan
sawit. Pemberitaan pembangunan yang berdampak terhadap ke- Pusat Informasi Kampung (PIK).

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 5


4. Mendukung PIK sebagai tempat pertemuan masyarakat
desa untuk saling berbagi informasi dan berdiskusi dengan
sesama penduduk desa atau dengan desa-desa lain tempat
PIK berada.

Mitra Sawit Watch dalam Pelaksanaan PIK


Untuk mencapai semua hal tersebut, maka SW akan memulainya
dengan melakukan kerja sama pen distribusi media informasi dari
mitra kerjanya baik di tingkat internasional, namun terutama di
level nasional dan daerah yang memiliki media informasi. Tujuan-
nya adalah media informasi dapat dikumpulkan, dibagikan dan
pada akhirnya akan dibaca warga kampung untuk memperluas
wawasannya.

Beberapa lembaga mitra SW yang telah berkomitmen dengan


mengirimkan media informasinya kepada kami untuk dibagikan ke
masyarakat desa adalah:

- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia.


- Indonesia Corruption Watch
- ELSAM
- HUMA
- Kalyana Mitra
- Konsorsium pembaruan Sistem Hutan Kerakyatan
- Lembaga Bantuan Hukum Jakarta
- Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
- The Indonesian Legal Resource Center
- Yayasan Bina Desa
- Yayasan Keanekaragaman Hayati.
- Dan lain-lain

Sdr.Darto sedang memfasilitasi pertemuan PIK Kami mengucapkan terimakasih untuk kerja sama yang telah ber-
untuk masyarakat petani di Tanjung Jabung Barat, Jambi jalan. Semoga ke depan hal itu tetap berlanjut. Sekaligus juga kami
mengundang secara terbuka kepada banyak pihak lainnya yang
memiliki media cetak agar mau berbagi dan mengirimkan media
PIK sengaja dirancang sebagai pusat pelbagai media informasi informasi tersebut kepada Perkumpulan Sawit Watch untuk dibagi
yang berasal dari berbagai organisasi masyarakat sipil dan para ke pelbagai desa di Indonesia.
pihak lainnya terkumpul. Tujuannya memberikan banyak informasi
yang bisa memberikan pemahaman baru dan perubahan hidup Untuk permulaan, PIK akan didirikan di beberapa provinsi antara
kepada masyarakat. Hal pokok adalah pemberdayaan masyarakat lain:
berdasarkan tempat tinggal dan kondisi lingkungannya. Termasuk 1. Provinsi Jambi, tepatnya di kabupaten Tanjung Jabung Ba-
jenis budidaya yang bisa dihasilkan olehnya. rat dan Tanjung Jabung Timur sebanyak 10 desa.
2. Provinsi Sulawesi Tengah, di kabupaten Poso dan Morowali
Sebagai sebuah organisasi masyarakat sipil yang melakukan sebanyak 7 desa.
pendekatan hak asasi manusia, Sawit Watch selaku inisiator pro- 3. Dalam waktu mendatang, akan didirikan PIK lagi di 4
gram ini akan mengupayakan beberapa hal, antara lain: provinsi lainnya antara lain; Kalimantan Tengah, Riau, Su-
matra Selatan dan Papua Barat.
1. Pendirian Pusat Informasi Kampung di beberapa desa yang
mempunyai hubungan kerja sama dengan mitra SW di Komunikasi Sawit Watch dengan PIK-PIK yang sudah dan akan
suatu daerah tertentu untuk selanjutnya akan dikoneksikan dibangun menggunakan SMS Gateway, yang mana sistem ko-
dengan sekretariat SW. munikasi ini harapannya akan memberikan kemudahan bagi
2. Mendukung penyediaan perangkat lunak agar PIK tersebut masyarakat yang membutuhkah informasi sesuai dengan kebu-
tersambung satu dengan yang lain melalui jalur sms gate- tuhan mereka. No SMS Gateway yang bisa dihubungi adalah :
way. Diharapkan perkembangan PIK dan keadaan kampung 081398870063, dengan persyaratan pengiriman sms yang sudah
bisa terus diberitakan. Juga pemberitaan internasional, na- ditentukan oleh Sawit Watch, persyaratannya adalah : ketik PIK
siolan dan daerah bisa langsung sampai ke kampung. (spasi) nama/kampung lokasi pik (spasi) isi pesan atau in-
3. Mendukung pengiriman media informasi kepada PIK secara formasi yang dibutuhkan, contoh :
regular dari pelbagai sumber yang akan diseleksi berdasar- PIK Jazuri/merlung tolong dicarikan buku atau media
kan kebutuhan PIK oleh SW , yang akan menjalin kerja informasi tentang pembibitan kelapa sawit yang yang
sama dengan beberapa organisasi masyarakat sipil dan benar.
para pihak lainnya. (oey, jef & darto)

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 6


KETIKA KEBUN SAWIT
MENJADI BEBAN GANDA UNTUK KAUM
PEREMPUAN oleh : Sus Yanti Kamil

lahan perladangan lagi. ”Terkadang kami merasa hidup ini semakin


susah saja.” kata Soti.

Perubahan Pola Hidup Kaum Perempuan


PT. Sultra Prima Lestari melalui SK Bupati No.585 tahun 2004,
berhasil menguasai lahan seluas 12.000 ha yang berlokasi di tiga
desa; Laronanga, Labungga dan Wangguduraya di kecamatan
Asera,kabupaten Konawe Utara. Konsesi itu terdiri dari kawasan
hutan dan lahan pertanian masyarakat, termasuk sawah seluas 2
ha milik Soti. Nasib warga pun berubah, dari pemilik lahan menjadi
buruh semata.

Sebelum ada perkebunan sawit di desanya, Soti dan kaum perem-


puan menjadi petani padi dengan masa panen dua kali setahun.
Bila musim panen tiba, mereka akan menjual sebagian gabah mi-
liknya setelah menyisihkan bahan pangan untuk keluarga sampai
tiba musim panen berikutnya. Masyarakat di sekitar perkebunan
sawit dulunya tidak pernah kekurangan bahan pangan. Perempuan
lainnya, yang tidak ber sawah, menanam sayurmayur dan kacang-
kacangan.

Kini, lahan pertanian yang menjadi sumber kehidupan kaum


perempuan berganti menjadi tanaman sawit yang bukan milik mer-
eka dan hanya menghasilkan Rp.492.800 per bulan dengan beban
kerja yang sangat berat. Mereka juga akhirnya harus membeli be-
ras atau bahan pangan lainnya.

Hartati (35 tahun), buruh PT. Sultra Prima Lestari, mengaku dulu
memiliki sawah seluas dua hektar. ”Sekarang ini kalau tidak kerja
tidak dapat uang. Beda dengan waktu masih punya sawah. Dulu
kami tidak pernah kekurangan beras”, ungkapnya. Perempuan
yang mempunyai tiga anak ini juga mengatakan bahwa penghasi-
lan yang diperoleh dari buruh sawit, tidak cukup utuk memenuhi
seorang ibu sedang membawa buah sawit dikepalanya (dok.SW) kebutuhan dasar keluarga.

D
ari balik rerimbunan pohon sawit, seorang perempuan ber- Menurut Boma, salah satu mandor perkebunan PT. Sultra Prima Le-
pakaian kerja lengkap dengan sepatu boot dan sarung stari, terdapat 21, 5 ha sawah yang di konversikan menjadi perke-
tangan sedang berjalan mendekati pohon sawit. Di pung- bunan sawit oleh perkebunan tempat ia bekerja tersebut.
gung mereka terlihat karung goni menggelantung. Sesekali
tangan kedua perempuan tadi mengambil sesuatu dari dalam kar- Walaupun perkebunan sawit itu sendiri mengiming-imingi system
ung, lalu menebarkannya dari satu pohon ke pohon berikutnya bagi hasil jika panen kelak ( di beberapa tempat panen itu tak
sampai target kerja hari itu terpenuhi. pernah terjadi karena tidak ada pabrik seperti yang terjadi di PTPN
XIV), pembagain hasil itupun sarat dengan jeratan rente yang
Soti (46 tahun), buruh pemupukan PT.Sultra Prima Lestari (SPL) menjebak pemilik lahan dengan utang yang tak pernah dipinta.
di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, mengaku men- Begitupun dengan perjanjian pinjam pakai selama 25 tahun. Bisa
jadi buruh bukanlah pilihan hidup. “ Mau kerja apa lagi, sawah dipastikan masyarakat khususnya kaum perempuan tidak akan lagi
sudah tak punya.”, katanya sambil menerawang. Menurut Soti, ke- bisa menjadikan lahan pertaniannya sebagai basis produksi setelah
beradaan PT SPL membuat masyarakat lokal bisa mendapatkan sawit usai, karena lahan bekas perkebunan sawit tersebut tidak
uang kontan lewat memburuh. Namun di sisi lain tingkat ketergan- akan poduktif lagi dikarenakan tanaman sawit adalah jenis tana-
tungan warga terhadap kebun sangat tinggi karena tidak memiliki man yang banyak menyerap unsure hara tanah.

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 7


celakaan pada saat bekerja, tidak diberikan jaminan keselamatan
kerja dari perusahaan seperti biaya pengobatan, cuti dan seba-
gainya. Buruh sendirilah yang menanggung biaya pengobatan dan
tetap dianggap absen oleh perusahaan.

Tidak adanya perlindungan terhadap buruh khususnya buruh


perempuan juga terlihat pada pekerjaan “penyemprotan”. Mereka
harus memikul tangki yang berisikan 15 sampai 17 liter air sepa-
njang satu jalur (setiap satu jalur berukuran panjang 300 meter
dan lebar 17 meter), tanpa menggunakan masker penutup mulut.
Begitupun dengan “pemupukan”, pekerjaan itu di kerjakakan oleh
dua orang di setiap dua jalur, juga tanpa menggunakan masker
penutup mulut.

Jika hendak menggunakan masker, buruh harus menyediakan


sendiri, begitupun dengan sepatu boot, perusahaan tidak menye-
diakan sepatu boot terlebih lagi masker. Ibu Sonde dan buruh lain-
nya hanya mampu membeli sepatu boot yang harganya Rp.70.000,
karena masker dianggap belumlah menjadi kebutuhan utama da-
lam pekerjaan mereka, sehingga buruh di perkebunan ini jarang
menggunakan masker penutup mulut.

Beban kerja dan medan yang begitu berat, dilalui oleh setiap buruh
Buruh perempuan sedang meniupkan serbuk untuk pembuahan (dok.SW) perempuan walau sedang haid atau hamil sekalipun. Mereka, tidak
mengenal cuti haid, hamil dan melahirkan. Begitupun dengan
Dalam sejarah perkebunan di Sulawesi Tenggara, setelah perusa- tidak adanya toilet atau WC bagi buruh. Sambil senyum, seolah
haan hengkang, (seperti yang terjadi PT. Haspram di Kabupaten tidak menjadi persoalan bagi ibu Sonde, yang mengatakan “kalau
Kolaka, PT. Kapas di Konawe Selatan), tanaman perkebunan itu hendak buang air kecil terpaksa harus ke hutan atau di tempat
hanya tinggal saksi sejarah perampasan lahan oleh perkebunan. sunyi atau di tahan saja sampai pekerjaan selesai, nanti ke toilet
Dari gambaran perampasan lahan oleh perkebunan sawit, sangat kantor”. (hanya ada satu satu toilet kantor yang diperuntukkan un-
jelas berdampak pada hilangnya basis produksi perempuan dan tuk karyawan administrasi dan mandor). Bisa dibayangkan buruh
mengubah kaum perempuan dari produsen pangan menjadi pem- perempuan yang sedang haid. Seakan, menjadi buruh perempuan
beli pangan dan ancaman lainnya adalah terjadinya krisis pangan perkebunan, juga harus merelakan hak-hak kemanusiaannya.
di Kabupaten Konawe Utara sebagai imbas dari perampasan lahan ****
secara besar-besaran dan pemakasaan pertanian monokultur.
Walaupun negara kita mempunyai UU No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakeerjaan yang mengatur tentang hak normative bagi bu-
Eksploitasi Buruh ruh perempuan seperti cuti haid, hamil dan melahirkan, dan jami-
nan keselamatan kerja, namun, fakta yang dialami buruh perem-
Selain perampasan lahan, bentuk kejahatan lain dari perkebunan puan perkebunan sawit di kabupaten Konawe Utara, sesungguhnya
sawit adalah ekspolitasi buruh khususnya buruh perempuan. Tidak adalah potret dari lemahnya pengawasan pemerintah terhadap pe-
terpenuhinya hak normative dan perlindungan bagi buruh perem- rusahaan yang berkaitan dengan impelementasi dari UU tersebut
puan menambah persoalan bagi perempuan yang hidup disekitar seperti hak-hak buruh khususnya buruh perempuan. Perlindungan
perkebunan. terhadap keselamatan kerja dan reproduksinya juga tertuang da-
lam Konvensi Penghapusan Segala Bentuk DiskriminasiTerhadap
Dari tujuh ratus orang lebih buruh di Sultra Prima Lestari, diperkira- Perempuan (CEDAW) dimana negara kita telah meratifikasi dalam
kan setengah nya adalah perempuan. Tidak ada perbedaan jenis UU No 7 tahun 1984.
pekerjaan antara buruh laki-dan buruh perempuan. Semua peker-
jaan yang ada di perkebunan sawit seperti land clearing (pem- “Negara-negara peserta wajib melakukan segala langkah tindak
bukaan lahan untuk penanaman), pemupukan, penyemprotan, yang diperlukan untuk menghapus diskriminasi terhadap perem-
perawatan yang terdiri dari gawangan, pringan dan sebagainya tak puan dalam bidang kesempatan kerja untuk mrnjamin, atas
luput di kerjakan oleh buruh perempuan.Semua jenis pekerjaan dasar kesetaraan laki-laki dan perempuan, hak-hak yang sama
tersebut, sarat dengan resiko kecelakaan kerja. khususnya;hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan ker-
ja, termasuk perlindungan fungsi reproduksi.(pasal 11 point f)”.
Ibu Sonde, asal Wanggduraya, adalah buruh perempuan yang
telah tiga tahun bekerja di SPL bercerita bahwa salah satu bu- Tidak adanya hak-hak normative dan perlindungan bagi buruh
ruh perempuan pernah memotong tangannya sendiri pada saat perempuan, juga di sebabkan kurangnya informasi dan penge-
melakukan “land clearing”. Bisa dibayangkan membersihkan semak tahuan buruh perempuan tentang hak-hak buruh dan hak-hak ke-
belukar dengan hanya menggunakan alat kerja sederhana seperti manusian. Hal ini di sebabkan selain lokasi wilayahnya yang cukup
parang sangat beresiko terhadap keselamatan kerja. Tidak hanya sulit dari akses transportasi maupun informasi, juga di pengaruhi
itu, untuk menuju lokasi land clearing, para buruh harus berjalan oleh lemahnya akses pendidikan khususnya bagi perempuan yang
berkilometer karena lokasi tersebut masuk dalam kawasan hutan. juga tak luput dari pengaruh budaya patriarkhi yang belum men-
Dari cerita ibu Sonde terungkap bahwa buruh yang mendapat ke- jadikan pendidikan bagi anak perempuan sebagai prioritas utama

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 8


bagi masyarakat miskin. Mayoritas buruh perempuan di perkebu- Hal yang sama juga di alami oleh Ibu Sonde. Perempuan yang
nan sawit ini, hanya mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar. telah bercucu ini, setiap hari berangkat ke perkebunan menye-
brangi sungai dengan menggunakan “pancara” (rakit yang meng-
Kondisi di atas selain menyebabkan semakin tereksploitasinya bu- gunakan mesin tempel). Namun jika mesin perahu rusak, terpaksa
ruh perempuan di perkebunan sawit juga menyebabkan ancaman ia harus menginap di “basecamp” (rumah penampungan karyawan
atas kesehatan reproduksinya. Be- yang mayoritas di huni laki-laki).
berapa pakar berpendapat bahwa,
organ reproduksi perempuan san- Namun, baik Ibu Sonde maupun
gat sensitive terhadap kuman,
“Kisah buruh perempuan di ibu Soti merasa tidak ada yang salah
bahan kimia dan ganguan keseha- perkebunan sawit ini adalah dengan kondisi “double bourden’
tan lainnya. Sehingga lingkungan potret situasi perempuan yang mereka alami. Hal itu diang-
yang tidak sehat, tidak aman dan gap wajar. Karena pada umumnya
beban kerja yang berat dapat me- Indonesia khususnya Sulawesi perempuan di sekitar mereka men-
nyebabkan ganguan terhadap or- Tenggara yang dibelenggu galami hal yang sama. Peran utama
gan reproduksinya, tak jarang hal oleh ketidakadilan sistem yang mereka emban untuk pekerjaan
itu dapat menyebabkan gangguan domestik dianggap sebagai “kodrat
fertilitas (kesuburan), keguguran ekonomi, politik maupun perempuan”.
bahkan kanker rahim. secara sosial.” ****

Beban Ganda Kisah buruh perempuan di perkebu-


nan sawit ini adalah potret situasi
Menjadi buruh perkebunan sawit tak membuat ibu Soti dan perem- perempuan Indonesia khususnya Sulawesi Tenggara yang dibel-
puan buruh yang lainnya tidak menjalankan peran domestiknya. enggu oleh ketidakadilan sistem ekonomi, politik maupun secara
Pukul empat pagi, perempuan beranak tujuh ini harus bangun dari sosial. Anggapan bahwa perempuanlah yang memegang peranan
tidur malamnya. Hal ini ia lakukan karena sebelum berangkat kerja, utama dalam pekerjaan domestik seperti memasak, mencuci, men-
dia terlebih dahulu harus memasak dan menyediakan kebutuhan gurus anak, melayani suami dan sebagainya menjadi persoalan
anggota keluarga yang lainnya. Jarak desa tempat tiggalnya cukup bagi perempuan khususnya perempuan miskin.
jauh dengan lokasi perkebunan, yaitu berjarak tujuh kilometer dan
ditempuh dengan berjalan kaki. Sehingga ibu Soti harus berangkat Beban ganda menjadi tak terhindarkan bagi perempuan yang
menuju perkebunan sawit ketika hari masih gelap. Ketika matahari bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.
mulai terbenam, ibu Soti kembali kerumahnya, namun bukannya Hal ini tentu saja akan berdampak pada kualitas kesehatan perem-
istirahat yang didapatkan, melainkan harus melanjutkan peran do- puan, dan terenggutnya akses perempuan untuk memperoleh
mestiknya. akses informasi, akses untuk terlibat dalam kegiatan public dan
sebagai nya. Kondisi ini semakin me-
nempatkan perempuan pada posisi
subordinasi.

Kisah-kisah perempuan yang hidup di


sekitar sawit di atas, semakin men-
jelaskan bawa perempuan yang hidup
di sekitar perkebunan sawit menga-
lami ketertindasan yang kompleks
dalam lingkaran kehidupan mereka.
Lahan yang dirampas, kehidupan
perkebunan yang teramat keras dan
eksploitatif, beban ganda yang harus
di pikul, sungai yang tercemar, men-
egaskan bahwa sawit telah mereng-
gut kehidupan perempuan.

Biodata Penulis:
Staff Koalisi Perempuan In-
donesia Wilayah.Sultra, Ang-
gota Dewan Daerah Walhi Sul-
tra Publikasi:”Tambang Emas
Bombana, Berkah Atau Anca-
man” (Dipublikasikan di web site
JATAM), “Menggadai Hutan Untuk
Siapa”(Dipulikasikan di web site
JATAM).
Email:kendari_maju@yahoo.com,
Blog: www.kendarimaju.blogspot.
seorang buruh perempuan sedang melakukan pemupukan (dok.SW) com

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 9


Laporan Penelitian
Realitas Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di Perkebunan

Pendahuluan Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, keseha-

I
tan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan
su Keselamatan dan Kesehatan Kerja (selanjutnya disingkat sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang
K-3) merupakan masalah penting dalam dunia perburuhan. tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan
Selain sebagai hak dasar buruh, K-3 penting karena semua kerja yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan mampu menihilkan
pihak yang berkaitan dengan masalah tersebut harus berusaha kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau kema-
untuk mengurangi kemungkinan resiko dan bahaya dalam bekerja tian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan
(aspek preventif), memungkinkan tercapainya pengobatan (aspek tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencema-
kuratif) dan pemulihan kesehatan (aspek rehabilitatif) bagi buruh ran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.
khususnya mereka yang mengalami kecelakaan kerja.
Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mam-
Tingkat K-3 dapat tercapai apabila prinsip-prinsip berhubungan pu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-
dengan hak dan kewajiban pemerintah, pengusaha dan pihak tingginya. K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan
buruh diterapkan secara baik. Secara normatif, hal itu menyang- penyakit akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar),
kut : pertama, dari aspek regulasi dan pengawasan mempunyai getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang dapat menyebab-
kerangka perundang-undangan, kebijakan, peraturan-peraturan kan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan,
dan tugas-tugas operasional yang terdefenisikan secara jelas serta kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat
otoritas dan kompetensi kelembagaan pengawas yang bertujuan sinar ultraviolet, kanker kulit, kemandulan,danlain-lain. Norma
mendukung upaya-upaya pengusaha dan pekerja memperbaiki kerja berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3 dalam konteks
tingkat K-3. ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shift, kerja
wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, anali-
Kedua, pengusaha yang bertanggung jawab. Managemen perusa- sis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-hal terse-
haan yang berusaha keras mematuhi semua hukum, peraturan dan but mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa kecelakaan
kode etik yang relevan dengan K-3, mensosialisasikan, mengidenti- kerja.
fikasi potensi bahaya dan pengaruhnya terhadap K-3 memastikan
bahwa mereka berusaha mengurangi bahaya (resiko kerja), yang Sistem Managemen Kecelakaan Kerja
terimplementasikan dalam kebijakan penanggulangan K-3 yang ter-
sistematisir dalam managemen perusahaan (Managemen Kesehatan (SMK3)
dan Keselamatan kerja).
Dengan memperhatikan banyaknya korban kecelakaan kerja di
Ketiga, Semua buruh harus bekerjasama erat dengan pengusaha dan perusahaan dan resiko yang diakibatkan maka mulai diterapkan
otoritas pengawas regulasi (Depnakertrans) untuk mempromosikan managemen resiko, sebagai inti dan cikal bakal SMK3. SMK3 pada
kesehatan dan keselamatan kerja. Para buruh/ pekerja melalui wakil intinya adalah bagaimana sistem managemen perusahaan mener-
mereka mempunyai hak dan tugas berperan serta dalam semua hal apkan pola preventif, kuratif dan rehabilitasi terhadap kecelakaan
yang terkait dengan K-3. Hal ini mencakup hak untuk memperoleh kerja. Oleh karena itu managemen resiko menuntut tidak hanya
informasi yang tepat dan menyeluruh dari pengusaha tentang resiko keterlibatan pihak managemen perusahaan tetapi juga komitmen
kerja; memperhatikan tindakan dan kelalaian mereka di tempat ker- managemen dan semua pihak yang terkait termasuk pengawas
ja; memelihara alat kerja dan pelindung kerja; melaporkan bila bu- dalam hal ini pihak pemerintah (Depneker) dan pekerja/buruh da-
ruh percaya bahwa pelindung K-3 yang disediakan perusahaan tidak lam upaya memperbaiki keselamatan kerja dan kesehatan kerja.
sesuai atau tidak cukup. Atau percaya bahwa pengusaha mereka ga-
gal memenuhi ketentuan hukum, aturan dan prosedur kode praktek
Secara operasional wujud dari K3 adalah kebijakan yang mewajib-
K-3 dan membawa masalah ke tingkat pengawas ketenagakerjaan
kan setiap perusahaan untuk menerapkan Sistem Managemen K-3
atau badan lain yang berkompeten, serta pekerja mempunyai hak
untuk pemeriksaan kesehatan tanpa dipungut biaya dan penang-
(SMK3) yang terintegrasi dengan sistem managemen perusahaan
gulangan apabila oleh kondisi tertentu dalam kerja menyebabkan (pasal 86 dan 87 UU No. 13 Tahun 2003). Sistem Manajemen K3
gangguan kesehatan dan atau kecelakaan kerja. adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelak-
sanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
Pengertian k3 pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeli-
haraan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
Substansi K3 pada dasarnya adalah bagaimana mencegah, mengo- pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
bati, dan merehabilitasi kecelakaan kerja dan penjaminan keselama-
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Tu-
tan dan kesehatan di dalam bekerja.

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 10


juan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu tenaga kerjanya, barulah pengusaha boleh mempeker-
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan jakannya (Pasal 9 ayat (1) dan (2) UU No. 1 tahun
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkun- 1970)
gan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengu- 8. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja
rangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tem- yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan ke-
pat kerja yang aman, efisien, dan produktif. celakaan dan pemberantasan kebakaran, peningkatan K-3
dan dalam pemberian pertolongan pertama pada kecela-
Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau kaan. Kewajiban itu mleliputi pula untuk mentaati semua
dan mengevaluasi kinerja Sistem Manajemen K3 dan hasilnya har- syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat
us dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk melaku- kerja yang dijalankannya (Pasal 9 ayat (3) UU No. 1 tahun
kan identifikasi tindakan perbaikan. Ada dua metode pengukuran 1970)
keselamatan kerja organisasi yang telah diterima secara meluas 9. Membentuk panitia pembina keselamatan dan kesehatan
dan telah digunakan dalam rangka pengkajian kasus kecelakaan kerja (P2K3) guna mengembangkan kerjasama, saling
di tempat kerja di Indonesia, yaitu tingkat kekerapan (Frequency pengertian dan partisipasi efektif antara pengusaha den-
Rate) dan tingkat keparahan (Severity Rate). Tingkat kekerapan gan atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat
digunakan untuk menunjukkan seberapa sering kejadian yang me- kerja, untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di
nyebabkan luka atau cacat karyawan. Luka atau cacat karyawan
bidang K-3 dalam rangka melancarkan usaha (Pasal 10 UU
tersebut menyebabkan seorang karyawan tidak dapat masuk kerja
No. 1 tahun 1970)
satu hari atau lebih setelah terjadinya kecelakaan kerja. Tingkat
10. Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja
keparahan menunjukkan seberapa parah suatu peristiwa kecela-
yang di pimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
kaan kerja, yaitu dengan menghitung lamanya waktu karyawan
Tenaga Kerja (Pasal 11 UU No. 1 tahun 1970)
menderita luka-luka sehingga tidak dapat masuk bekerja.
11. Menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, se-
Pihak Depnaker sebagai pengawas ketenagakerjaan mempunyai mua syarat keselamatan kerja yang di wajibkan, sehelai UU
dan kewajiban antara lain : Keselamatan Kerja dan semua peraturan pelaksanaannya
yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan pada
1. Mensosialisasikan hak-hak, prosedur dan tanggung jawab tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menu-
pengawasannya sesuai dengan tugas pengawasan kesela- rut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja
matan kerja dan kesehatan kerja, serta tidakan penegakan (Pasal 14 butir a UU No. 1 tahun 1970)
terutama yang bisa mendorong ke arah tuntutan di penga- 12. Memasang dalam tempat kerja, semua gambar K-3 yang di-
dilan. wajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tem-
2. Pengawas ketenagakerjaan harus melaksanakan pemerik- pat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petun-
saan tempat kerja secara berkala, yang ideal dihadiri wakil juk pegawai pengawas atau ahli K-3, menyediakan secara
pekerja dan pengusaha. cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
3. Pengawas ketenagakerjaan harus memberi saran pada pen- pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
gusaha dan para pekerjanya mengenai pelaksanaan kerja menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
yang aman, terutama sekali tentang pemilihan dan peng- kerja tersebut, disertai dengan petunjuk yang diperlukan
gunaan cara kerja yang aman serta alat pelindung diri yang sesuai petunjuk pegawai pengawas atau ahli K3 (Pasal 14
sesuai. butir b dan c UU No. 1 tahun 1970)
4. Menidak lanjuti suatu pemeriksaan, temuan-temuan harus 13. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan ke-
diberitahu kepada personil terkait sehingga tindakan per- mampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya
baikan mungkin dilakukan dengan segera. Temuan-temuan maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat peker-
ini harus dibahas oleh panitia keselamatan dan kesehatan jaan yang diberikan padanya termasuk memeriksakan se-
kerja setempat, jika mereka ada, atau wakil organisasi mua tenaga kerja secara berkala pada dokter yang di tunjuk
pekerja. oleh pengusaha (Pasal 8 UU No. 1 tahun 1970).
5. Pengawas ketenagakerjaan harus memantau syarat-syarat 14. Undang-undang menetapkan pula kewajiban dan hak tena-
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka memberi ga kerja di bidang K3 yaitu sebagai berikut (Pasal 12 UU No.
umpan balik untuk pengembangan dan perbaikan upaya 1 tahun 19 70) :
keselamatan lebih lanjut.
6. Dalam melaksanakan K3, ditetapkan sejumlah kewajiban a. M emberikan keterangan yang benar bila diminta oleh
pengusaha berupa : pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja
7. Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang di wajibkan
tentang cara bekerja tenaga kerja yang bersangkutan, c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3 yang
setelah yakin tenaga kerja tersebut memahami syarat- diwajibkan
syarat mengenai : d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua
a. kondisi dan bahaya serta yang dapat timbul dalam tem- syarat K3 yang diwajibkan
pat kerjanya e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana
b. alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang diharus- perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya,
kan dalam tempat kerjanya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pe-
c. alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersang- gawai pengawas, dalam batas-batas yang masih dapat
kutan dan dipertanggung jawabkan
d. cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 11


Fokus isu atau permasalahan dalam penelitian ini adalah imple- Penyebab pokok adalah perusahaan mengabaikan tanggung jawab
mentasi SMK-3 yaitu, ingin melihat realitas pencegahan, pengoba- K-3;tidak mensosialisasikan keselamatan kerja kepada buruh me-
tan, dan rehabilitasi kecelakaan dan penjaminan keselamatan dan nyebabkan rendahnya kesadaran buruh atas keselamatan kerja,
kesehatan kerja. tidak pernah melatih pekerja terampil manjaga keselamatan kerja,
upah yang rendah, pekerja memacu kerja demi premi sehingga
Metode penelitian mengabaikan aspek keselamatan kerja, serta target kerja (beban
kerja) tinggi tidak diimbangi oleh pola makan (gizi) yang cukup.
Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah me-
tode purposive sampling. Objek penelitian di 6 perkebunan sawit Pelanggaran-pelanggaran hak dasar di bidang K3 bagi buruh perke-
di Sumatera Utara (PTPN II Sawit Seberang, Lonsum Turangi di bunan:
1. tidak adanya sosialisasi hak dan kewajiban K3 kepada buruh
Kab Langkat, Socfindo Matapao, Lonsum Sialang, SRA di Serdang
2. tidak adanya latihan peningkatan keterampilan kerja
Bedagai, BSP Mandoge Asahan)
3. tidak adanya identifikasi resiko kerja

4. tidak adanya petunjuk teknis operasi kerja pada buruh perke-
Subjek penelitan adalah korban kerja di bidang kerja pemanen, bunan
pemupuk dan penyemprot (47 kasus kecelakaan kerja) 5. alat perlengkapan keselamatan kerja yang tidak memenuhi
standart keselamatankerja
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara kuesioner, in- 6. tidak tersedianya P3K di tempat kerja (ancak)
terview, dan forum group discussion (FGD). Sedangkan metode 7. tidak adanya ”rumah hujan” tempat berlindung jika cuaca
analisis data menggunakan analisis kronologis. Menganalisis kat- buruk
egorisasi dan identifikasi karekteristik penyebab umum, penyebab 8. fasilitas klinik sangat terbatas baik dari segi bangunan mau-
terperinci dan penyebab pokok (utama). pun peralatan teknis (klinik hanya dilayani oleh 1 orang dok-
ter dan 2 perawat melayani kurang lebih 600 orang dalam
Temuan-Temuan Penting tentang kecela- satu emplasmen)
9. tidak mudah bagi buruh mengakses pelayanan. Selain ken-
kaan kerja di Perkebunan dala administratif seperti duluan mendapatkan izin berobat,
sementara jarak tempuh dari pondkan atau ancak ke pusat
Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan pelayanan kesehatan cukup jauh ditempuh dengan jalan kaki,
sawit dan karet adalah tertimpa pelepah dan buah, mata terkena jalan bebatuan dan tanah licin menjadi kendala tersendiri
kotoran dan tatal (getah) bagi buruh bagian panen dan pembersi- 10. rendahnya kualitas pelayanan klinik, rata-rata melayani pe-
han lahan.Terkena tetesan gromoxone, roun-dup dan terhirup ra- nyakit ringan dengan jenis obat sama seperti di toko obat
cun pestisida, fungisida dan insektisida terutama pekerjaan yang biasa
berhubungan dengan penyemprotan. 11. pada tingkat rehabilitasi pelayanan juga tidak membaik. Sep-
erti hak untuk mengetahui apakah mereka terdaftar atau
Bentuk kecelakaan kerja tersebut berdampak pada resiko cacad didaftarkan menjadi peserta jamsostek. Sementara untuk
anggota tubuh seperti mata buta bagi pemanen buah sawit dan buruh tetap (SKU), pihak perusahaan memotong berbagai
penderes karet, cacad kelahiran terutama bagi wanita penyemprot, iuran termasuk iuran jamsostek.
12. tidak semua program wajib yang disediakan oleh jamsostek
bahkan menumui ajal ketika tertimpa tandan buah sawit (TBS).
dinikmati oleh buruh. Padahal jumlah iuran yang dibayarkan
sudah mencakup seluruh program, sehinga saat digunakan
Dari 47 kasus yang teridentifikasi selama 4 bulan terakhir (Janu- buruh sering mendapat penolakan dari klinik, rumah sakit
ari sampai April 2008), 32 kasus (68,08 %) korban diantaranya atau penyedia pelayanan kesehatan maupun perusahaan.
dikategorikan kecelakaan ringan seperti tertusuk duri sawit, tert- 13. ada kecendrungan walaupun telah menjadi peserta jam-
impa elepah, gigitan serangga berbisa, keseleo akibat jalan licin. sostek ternyata tidak menjamin buruh langsung mendapat-
11 kasus (2,40%) cacat kebanyakan cacat mata (mengecil, men- kan pelayanan kasus seperti ini sering terjadi ketika buruh
galami rabun bahkan buta) kena tatal (getah karet) yang sudah mengalami kecelakaan kerja.
terkontaminasi dengan zat kimiawi, kotoran berondolan sawit dan 14. dalam banyak kasus, buruh sendiri sering akhirnya membi-
tertimpa tandan buah segar, tubuh terkena bahan (TBS) kimiawi ayai sendiri atau mencari ”calo” atau orang dalam agar dapat
beracun akibat tingginya interaksi pada saat penyemprotan dan 2 dilayani secara cepat. Karena memelihara praktek pencaloan
kasus (4,25) jiwanya melayang, 1 orang kena sengatan listrik dan klaim santunan mengakibatkan kerugian materia dan inma-
1 orang lagi tertimpa tandan buah segar waktu memanen. terial bagi buruh yang mengalami kecelakaan
15. akibat tekanan ekonomi (upah rendah) tidak memperhatia-
kan aspek-aspek yang berkaitan dengan keselamatan kerja
Karakteristik penyebab kecelakaan kerja seperti kerja tanpa memakai/ menggunakan alat-alat pelind-
ung kerja yang memadai, kurang menyadari resiko-resiko.
Karakteristik penyebab umum kecelakaan antara lain tempat kerja
(ancak) yang tidak rata (berbukit), pohon sawit/karet yang beng-
kok, pohon karet/sawit yang relatif tinggi, bersemak lebat, ancak Penutup
berlobang dapat dikategorikan lingkungan kerja yang tidak aman
dalam arti resiko tinggi terhadap kecelakaan. Demikianlah laporan penelitian tentang realitas K3 di perusahaan
perkebunan khususnya di Sumatera utara. Semoga penelitian ini
Penyebab terperinci, berdasarkan analisis kronologis diakibatkan bermanfaat bagi peningkatan jaminan serta pelayanan kesehatan
oleh kelalaian buruh, kekurang terampilan, alat kerja serta pelind- bagi buruh dalam bekerja. Terima kasih.
ung kerja yang tidak cukup dan mandor pengawas tidak punya
standart operasi pengawasan, serta tidak ada pengawasan sewak-
tu buruh bekerja dapat dikategorikan perilaku yang tidak aman.

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 12


KONFLIK AGRARIA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
“Praktek Monopoli Perkebunan Kelapa Sawit
Menjadi Dasar Konflik Agraria dan Konflik Sosial
Lainnya”
Fajri Nailus
I. PENGANTAR macam varian jenis konfliknya. Jumlah konflik agrarian yang sempat

S
tercatat oleh Perkumpulan Sawit hingga januari 2008 mencapai 513
ajian tulisan ini merupakan rangkuman konflik agraria yang ter- konflik yang melibatkan 135 perusahaan dengan korbannya lebih dari
jadi dan sempat terekam oleh Sekretariat Sawit Wath dan Ser- 258.000 orang. Letupan jenis konfliknya bermacam – macam dari mu-
ikat Petani Kelapa Sawit. Karenanya, sudah barang tentu kami lai saling klaim atas hak penguasaan, kebun sawit yang ditelantarkan,
tidak dapat melihat secara keseluruhan dari konflik agrarian di pemanenan yang dilakukan, penyerobotan tanah hingga melakukan
Perkebunan Kelapa Sawit. Namun demikian, walaupun dengan keter- perampasan tanah. Upaya didalam mengakhiri konflik dari mulai teror,
batasan yang kami miliki kami berani menarik persoalan – persoalan intimidasi sampai dengan pembunuhan yang dilakukan oleh Perusa-
agrarian menjadi kesimpulan umum atas kondisi agrarian di Perkebu- haan kepada masyarakat, demonstrasi, pemblokiran yang dilakukan
nana Kelapa Sawit di Indonesia. oleh masyarakat kepada Perushaan, hingga perundingan sampai den-
gan mencari penyeleseaian ke lembaga peradilan.
II. GAMBARAN UMUM KONFLIK AGRARIA Pemaparan diatas dapat sedikit memberikan gambaran kita atas soal
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT – soal agraria yang terjadi di Perkebunan Kelapa Sawit. Ketimpangan
atas penguasaan, kepemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan sesung-
Berbicara soal konflik agraria di Perkebunan Kelapa Sawit tidak bisa guhnya cerminan dari masih berlangsungnya monopoli atas sumber –
dilepaskan dari sistem perkebunan skala besar itu sendiri yang meru- sumber agraria yang dilakukan oleh segelintir orang. Celakanya, hingga
pakan urat akar dari konfliknya. Dimana Sistem perkebunan kelapa saat ini tidak ada upaya yang serius untuk menghilangkan praktek mo-
sawit yang tetap eksis merupakan warisan dari sistem perkebunan nopoli atas sumber – sumber agraria ini walaupun kita sudah merdeka
skala besar yang diterapkan oleh Kolonial Belanda. Untuk itu, agar pe- lebih dari 64 tahun, malah yang terjadi justru sebaliknya pelanggen-
mahaman kita tidak parsial dalam melihat sistem perkebunan skala gan sistem monopoli dengan berbagai perundang dan peraturan yang
besar maka kita tidak dapat melihatnya dari penggalan perjalanan se- dibuat.
jarah bangsa Indonesia, namun kita harus dapat menarik tali temali
perjalanan waktu sehingga kita mendapatkan pengetahuan yang kon-
verhensip tentang konflik agraria di dalam sistem Perkebunan Kelapa
III. KONFLIK AGRARIA SELALU ADA SEPA-
Sawit dewasa ini. NJANG SISTEM PERKEBUNAN SKALA BESAR
BERLAKU
Konflik agraria terjadi akibat dari ketimpangan penguasaan dan kepemi-
likan serta pengelolaan dan pemanfaatan sumber – sumber agrarian. Bahwa didalam rentang satu daur masa produktif tanaman Kelapa
Secara sederhana ketimpangan dapat digambarkan segelintir manusia Sawit, konflik agraria selalu beriring menyertainya dengan tipe yang
menguasai dan memiliki serta mengelola dan memanfaatkan sumber berbeda – beda dibarengi dengan konflik sosial. Keadaan yang keliha-
– sumber agrarian dalam hal ini tanah sampai ratusan ribu bahkan tannya tenang seakan – akan tidak ada permasalahan dalam satu unit
jutaan hektar, sedangkan disisi lain jutaan orang hidupnya mengandal- Perkebunan Kelapa Sawit tidak dapat menjadi indikator bahwa Perke-
kan sepetak dua petak tanah dan kekayaan alam bahkan sebagaiannya bunan Kelapa Sawit tersebut tidak ada konflik, karena banyak kejadian
hanya mengandalkan tenaganya untuk bekerja ditanah orang lain. tiba – tiba unit Perkebunan konfliknya meledak. Hal ini menunjukkan
bahwa konflik agrarian didalam Perkebunan Kelapa Sawit ada yang
Ketimpangan ini akan semakin jelas dengan melihat perkembangan masih laten dan menjadi bom waktu yang setiap saat bisa meledak dan
pembangunan Perkebunan Besar Kelapa Sawit. Dimana, Hingga saat ada yang memang dari awal konfliknya sudah terbuka dengan berba-
ini Indonesia memiliki luasan kebun sawit hampir 7,6 juta pada tahun gai macam bentuknya. Meledaknya konflik agraria didalam Perkebunan
2007 dan akan melakukan ekspansi lagi dengan target luasan sampai Kelapa Sawit seirng dengan kesadaran masyarakat dalam memahami
dengan 20 juta ha untuk seluruh Indonesia hingga tahun 2025. Dari permasalahan yang dihadapi dan biasanya permasalahan tersebut ber-
total luasan Perkebunan Sawit jika dibagi berdasarkan penguasaan ke- ulang – ulang terjadi sehingga dijadikan pelajaran oleh masyarakat.
bunnya 8 holding perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta besar
yang menguasai 54 %, Perusahaan Perkebunan Negara melalui PTPN Berdasarkan data yang kami himpun Konflik Agraria didalam Perkebu-
mengusai 12 % dan Perkebunan Rakyat menguasai 34 % pada tahun nan Kelapa Sawit dapat dilihat dari fase – fase perkembangan perkebu-
2006 ( data Sumber: Dirjenbun dalam BisInfocus 2006). Dari 54 % nan kelapa sawit dalam satu musim daur tanamnya. Agar didalam me-
penguasaan lahan oleh swasta 75,9 % dikuasai oleh pihak asing teru- lihat setiap fasenya tidak parsial maka kita harus bersandar pada dasar
tama pengusaha asal Malaysia. Dari data tersebut mari kita banding- soal konfliknya yakni ketimpangan penguasaan, kepemilikan, pengelo-
kan sehingga kita menemukan bentuk ketimpangan yang sangat nyata laan dan pemanfaatan sumber – sumber agrarian. Ketimpangan ini
didalam sistem perkebunan besar kelapa sawit, 8 holding yang nota dimulai dari sejak Pembangunan Perkebunan, dimana sebelum masuk
benenya milik 1 orang (keluarga) jika dirata – rata masing - masing Perusahaan Perkebunan sumber – sumber agrarian dikuasai, dimiliki,
menguasai 513.000 Ha, sedangkan 1.292.000 orang (keluarga) men- oleh masyarakat secara relatif adil, serta dikelola dengan berbagai
guasai rata – rata 2 Ha (hitungan 2 Ha merupakan kebijakan plasma). macam varian jenis tanamanya dan dimanfaatkan untuk memenuhi
Konflik agrarian terus meletup disana – sana baik yang termanivestasi kebutuhan subsistensi hidupnya. Hadirnya Perusahaan Perkebunan
kedalam bentuk yang terbuka maupun yang laten dengan berbagai Kelapa Sawit memperkenalkan system pertanian intensif dengan tana-

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 13


man monokultur serta usaha pertanian dalam skala yang sangat luas pling kebun sawit, kemudian menjadi petani plasma persoalannya
serta menjadikan hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. tidak kemudian selesai sampai disitu. Karena seiring berjalannya ger-
tak waktu dengan melihat realitas ketimpangan yang nyata dihadapan
Maka dari itu untuk mendapatkan tanah yang dijadikan sarana produksi masyarakat menjadi pelajaran penting yang secara perlahan mem-
utama dalam usaha perkebunan kelapa sawit hak melekat masyarakat bangkitkan kesadaran masyarakat. Kesadaran yang didik oleh realitas
dilokasi pembangunan perkebunan kelapa sawit diabaikan dengan obyektifnya, ditambah dengan pertumbuhan penduduk yang merupa-
menghalalkan semua hal. Hak menguasai Negara yang termaktub da- kan keniscayaan yang tidak bisa dibendung dari hokum perkemban-
lam UUD 1945, UUPA No. 5 Th. 1960 dipelintir sedemikian rupa hanya gan masyarakat. Belum lagi arogansi perusahaan terhadap masyarakat
untuk mendapatkan areal tanah yang dibutuhkan untuk Pembangunan ditambah dengan janji – janji perusahaan yang tidak dipenuhi semakin
Perkebunan Kelapa Sawit, Negara benar – benar menjadi alat bagi memantik konflik menjadi terbuka. Manifestasi konflik berupa aksi –
Perkebunan kelapa sawit dengan mengabaikan hak masyarakat. Se- aksi spontan untuk menuntut keadilan atas ketimpangan yang terjadi,
bagaimana data yang kami kumpulkan dalam mendapatkan tanah tipu bentuk aksinya semakin keras darimulai kampanye terbuka hingga
muslihat dilakukan, seperti yang terjadi di Kab. Sanggau Propinsi Kalim- melakukan pemblokiran – pemblokiran kebun serta pemblokiran ter-
antan Barat Perusahaan – Perusahaan Kelapa Sawit untuk mengelabuhi hadap perusahaan maupun pabriknya. Pun, reaksi dari Perusahaan
masyarakat menggunakan istilah adat “derasa”, terror dan intimidasi dalam menanggapi aksi protes yang dilakukan oleh masyarakat tidak
dilakukan seperti yang dilakukan oleh PT. HSL di Kecamatan Manismata kalah kerasnya, yakni cara lama dengan mengadu domba antar kel-
Kab. Ketapang. Serta, sosialisasi yang dilakukan sepihak hanya kepada ompok dalam masyarakat, terror dan intimidasi serta kriminalisasi atas
elite desa sehingga menimpulkan konflik ditingkat masyarakat antara protes yang dilakukan oleh masyarakat. Sebagaimana yang terjadi atas
yang pro dengan yang kontra, sebagaimana yang dilakukan oleh PT. protes yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Bonti Kabupaten
WILMAR SAMBAS PLANTATION di Desa Senuju Kecamatan Sejangkung Sanggau terhadap perusahaan perkebunan PT. MAS atas janji – janji
Kabupaten Sambas. Belum lagi, proses yang belum selesai Perusa- perusahaan, tindakan arogansi perusahaan dan perampasan tanah
haan dengan bantuan aparat melakukan operasi dilapangan dengan oleh PT. MAS yang sudah menjadi kebun sawit inti yang menyebab-
menurunkan alat berat serta tenaga kerjanya untuk melakukan land kan ketimpangan ditanggapi oleh PT. MAS dengan cara mengkriminal-
clearing, bahkan tidak segan - segan dalam melakukan land clearing isasikan masyarakat yang melakukan protes dengan memenjarakan 4
dengan melakukan pembakaran lahan sehingga menimbulkan efek lain orang petani plasma.
yakni pencemaran udara akibat asap sehingga tiap tahun di Sumat-
era dan Kalimantan kita disuruh untuk menghirup udara kotor akibat Tidak puas sampai disitu, umur produktif tanaman kelapa sawit
asap. Kejadian – kejadian tersebut menjadi persoalan yang umum dan yang seharusnya dapat menjadi tahapan untuk lebih mensejahtera-
merata diseluruh negeri dalam proses awal pembangunan perkebunan kan masyarakat justru sebaliknya dengan lebih menjerat masyarakat
kelapa sawit. Dan dari situlah awal konflik agrarian didalam perkebu- khususnya petani kelapa sawit dibawah ketiak system perkebunan ska-
nan kelapa sawit muncul. la besar kelapa sawit. Dimana ketika tanaman kelapa sawit sudah tidak
produktif kurang lebih umur 25 tahun, saat itu petani kelapa sawit
Akhirnya tanah dan kekayaan alam yang dikuasai oleh masyarakat se- berada dipersimpangan karena topangan sumber hidupnya tidak lagi
cara turun temurun lepas berpindah tangan secara paksa ke Perusahaan produktif, sedangkan untuk melakukan replanting (peremajaan) mem-
Perkebunan Kelapa Sawit. Untuk mengurangi beban konflik masyarakat butuhkan modal yang tidak sedikit. Karena selama ini dengan 2 Ha (1
dikelabuhi dengan istilah perusahaan dikasih kapling kebun plasma, kapling) hasilnya hanya cukup untuk mempertahankan hidup diri dan
padahal hakekatnya masyarakat setempat membeli tanahnya sendiri keluarganya, sudah dapat dipastikan petani kelapa sawit plasma tidak
dengan cara kredit dengan menjadi plasmanya perusahaan. Disamp- memiliki cadangan untuk modal replanting (peremejaan). Apalagi saat
ing itu, kehadiran petani plasma juga merupakan cara Perusahaan replanting dimulai (land clearing dan penanaman awal) petani plasma
untuk mendapatkan buruh masal dan murah dengan mendatangkan sama sekali tidak memiliki sumber penghidupan, sehingga kehidupan-
dari wilayah yang cadangan tenaga kerjanya melimpah seperti jawa, nya semakin terpuruk. Keadaan seperti itu yang kemudian dimanfaat-
bali yang daerahnya sempit dan tidak produktif seperti nusa tengga- kan oleh perusahaan untuk semakin menjerat kaum tani, perusahaan
ra melalui program transmigrasi. Karena awal pembangunan perke- menjadi penjamin modal untuk replanting dengan syarat petani plasma
bunannya banyak soal terutama dengan masyarakat setempat maka tetap menjadi penyuplainya perusahaan. Apalagi saat ini dengan kebi-
kahadiran transmigran menambah soal baru yakni terjadi peralihan jakan terbaru, pola satu manajemen yang menempatkan petani plas-
konflik dari perusahaan penyebab konflik utamanya menjadi konfliknya ma sebagai pelengkap penderitanya sebagaimana yang terjadi pada
antara masyarakat setempat dengan pendatang, dimana masyarakat petani plasma dilingkungan PTPN 13 di Kabupaten Sanggau Propinsi
pendatang malah dianggap sebagai perampas tanah masyarakat set- Kalimantan Barat dan di Kabupaten Paser Propinsi Kalimantan Timur.
empat. Padahal transmigran sampai kewilayah tujuan kondisinya tidak Serta, kebijakan tersebut saat ini menjadi prioritas utama perusahaan
sebagaimana yang dijanjikan saat sosialisasi, seperti yang dialami oleh baik didalam melakukan replanting maupun perluasan pembangunan
transmigran di Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat perkebunan kelapa sawit.
mereka dilepas ditengah hutan disuruh menempati gubuk – gubuk ala
kadarnya. Kebun sawit yang dijanjikan belum ada, kondisi diwilayah IV. PENUTUP
baru masih hutan belantara maka dengan terpaksalah mereka mem-
pertahankan hidup dengan bekerja keperusahaan membuka hutan un- Dengan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa perkebunan kelapa
tuk pembangunan kebun sawit milik PT. Inti Indo Sawit Subur anak sawit menjadi faktor utama munculnya konflik. Diawali dengan konflik
perusahaan dari Asian Agri Group. Belum lagi, proses untuk mendapt- agrarian yang ditimbulkan akibat perampasan tanah yang dilakukan
kan kapling sawit bukan hal yang mudah walaupun aturannya jelas 48 oleh perusahaan, telah menciptakan ketimpangan struktur pengua-
bulan dengan kondisi kebun yang baik, namun dalam kenyataannya saan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber – sumber agraria. Monop-
kebun sudah berumur 48 bulan kapling yang menjadi haknya petani oli tanah oleh perusahaan disatu sisi dan mayoritas masyarakat kehil-
tidak diserahkan sehingga masyarakat melakukan aksi – aksi untuk angan sebagaian bahkan keseluruhan atas sumber – sumber agrarian.
mendapatkan haknya baru terjadi proses administratif dan persiapan Keadaan seperti ini yang berlanjut memunculkan konflik – konflik sosial
fisik penyerahan kapling kebun sawit plasma. Disamping itu kebun lainnya. Dan, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sistem perkebunan
yang diserahkan kepada petani kondisi jelek. kelapa sawit skala besar sepanjang keberadaannya terkandung konflik
seperti menyimpan bom waktu, yang setiap saat dapat meledak.(fnj)
Setelah melalui perjuangan yang cukup alot untuk mendapatkan ka-

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 14


STUDY KASUS : HADIRNYA PENOREH
DARI WILAYAH LUAR DI KECAMATAN
SIMPANG HULU KABUPATEN KETAPANG
oleh : LorensiusTatang ( PPSHK-PK)

A. Latar Belakang 2. U ntuk mengetahui pendapatan penoreh dari luar yang ada di

P
Kecamatan Simpang Hulu
enoreh atau penyadap kar- 3. Memberikan informasi kepada pihak pemerintah dan peru-
et merupakan gelar yang sahaan bahwa masyarakat Simpang Hulu telah memberikan
di sandang orang yang pekerjaan kepada masyarakat lain
kerjanya mengumpulkan Adapun metode yang dilakukan untuk mendapatkan data adalah
getah ( lateks) dari pohon karet. melalui pengisian Kuesioner dan wawancara langsung dengan
Bagi masyarakat Dayak yang masyarakat dan Penoreh
hidup di pulau Borneo pekerjaan
atau aktivitas menoreh bukan- C. Waktu Penelitian
lah hal baru. Sejak dimasukan-
nya tanaman karet oleh Belanda Penelitian ini dilakukan selama 5 hari ( 3 – 7 ) Juni 2008.
maka pekerjaan ini mulai di ke-
nal dan digeluti oleh masyarakat
Dayak, sampai sekarang peker-
D. Tempat Penelitian
jaan ini merupakan budaya, karet
Penelitian di lakukan di RT Belantek, Dusun Pendaun, Desa Balai
Laurensius Tatang, PPSHK-PK sendiri bukan saja sebagai sum-
Pinang, Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang.
ber penghasilan langsung untuk
menghasilkan uang tetapi juga sebagai bukti atas kepemilikan la-
han. E. Data Dan Pembahasan

Tanaman karet yang penyebarannya banyak di Simpang Hulu, asal 1. Data Lapangan
bibitnya berasal dari daerah Desa Kecamatan Meliau Kabupaten
Sanngau. Tahun 1940-an banyak pemuda dari kampung-kampung
dari daerah kecamatan Simpang Hulu merantau untuk menoreh Asal Dusun, Peng-
di daerah Desa- Meliau, alasannya karena di daerahnya belum Nama dan Desa, Kecama- hasi-
no Alasan Menoreh
Umur tan dan Kabu- lan
ada tanaman karet. Besarnya hasil yang mereka peroleh dari hasil paten / hari
menoreh memberikan inspirasi dan motivasi para pemuda ini untuk
mengambil biji dan bibit karet ( tanaman muda) untuk di bawa 1 Sandri U r i t , Te m i a n g 15 kg 1. Di Kampung hasil kecil,
18 tahun Taba, Balai Ba- hanya Rp 20.000/ hari
pulang untuk di kembangkan. Hingga sekarang setidaknya tiap ke- tang Tarang, 2. Lahan usaha tidak ada lagi
luarga memiliki kebun karet berkisar 5 – 10 bidang karet, baik yang Sanggau 3. Lapangan Kerja tidak ada
belum produktif maupun sudah produktif. 2 Likus Sintoa, Ketori, 8 kg 1. Menoreh lebih berhasil dari
21 tahun Balai Sebut, pada kerja di Sawit
Keberadaan atau datangnya penoreh dari kecamatan/ kabupaten Sanggau 2. Bekerja di sawit tidak cu-
lain ke daerah kecamatan Simpang Hulu merupakan hal yang me- kup untuk makan sehari,
apalagi untuk menabung
narik untuk di ketahui. Berdasarkan informasi bapak Lego dari RT 3. Dengan menoreh saya bisa
Belantek Dusun Pendaun, hadirnya pekerja luar untuk menoreh di menabung di CU
Belantek dan di wilayah lain di Simpang Hulu sejak tahun 2000-an.
3 Seter B abut,Embigir, 15 kg 1. Kurang Penghasilan
Kebanyakan penoreh datang dari kabupaten Sanggau dan Kubu 25 tahun Balai Batang- 2. Mengerjakan karet lebih
Raya Tarang, Sanggau enak dari bekerja di sawit
3. Sawit kerja terbatas umur
Dari hasil survei yang dilakukan di RT Belantek Dusun Pendaun 20 – 25 sudah tidak produktif
Desa Balai Pinang Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, 4 V. Pethe Songkong, Lu- 15 kg 1. Kurang Penghasilan
setidaknya ada 100 orang datang untuk bekerja ( menoreh). 38 tahun mut, Toba, Sang- 2. Enak Kerja di karet bisa di
gau jual bebas
3. Dari Pada kerja sawit
B. Tujuan dan Metode Penelitian
5 Apun Batu Besi, Sejon- 10 kg 1. Ekonomi lemah
Adapun tujuan studi ini dilakukan adalah : 23 tahun tang, Tayan Hilir, 2. Hasil karet di kampung
Sanggau kurang memuaskan
3. Terbatasnya lahan untuk
1. Untuk mengetahui Penyebab pekerja/ penoreh dari luar har- menanam karet
us menoreh di Wilayah Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten
Ketapang

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 15


Asal Dusun, Peng-
Nama dan Desa, Kecama- hasi-
no Alasan Menoreh
Umur tan dan Kabu- lan
paten / hari

6 Antot Belungai, Bung- 13 kg 1. Kebun Karet di ganti den-


42 tahun kang, Toba, gan sawit
Sanggau 2. Bekerja di sawit dibayar
kurang sesuai kebutuhan
3. Sebagai penoreh saya bisa
menghasilkan Rp 100.000 /
hari bersih
7 Masli Ambangai, Am- 20 kg 1. Menoreh lebih berhasil dari
48 tahun bangai, Toba, kerja sawit
Sanggau 2. Bekerja sawit gaji minim,
tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari
3. Dengan Noreh saya bisa
nabung di CU
8 Agus 22 Parit Adam, Parit 8 kg 1. Kerja di sawit banyak yang
tahun dan Adam, Sei Am- nganggur
Sunar 23 bawang, Kubu 2. Hasil disini lebih memuas-
tahun Raya kan
3. Pekerjaan Sulit
9 Awin 23 ta- Semangkar, Tae, 20 kg, Cari hasil yang agak baik
Gambar 1 : Foto peta perusahaan sawit yang akan beroperasi di
hun, Sukin Balai Batang 15 kg, Berusaha sudah sulit
wilayah Simpang Hulu dan Simpang Dua
18 tahun Tarang, Sanggau 15 kg Cari kerja Sulit
dan Saba Kami tidak setuju dengan
18 tahun sawit karena pengalaman
lik lahan hasil yang di dapat sebesar 82 kg atau Rp 779.000.
kami di sana sulit Menjamurnya para penoreh datang di daerah Kecamatan Simpang
Kerja sawit paling tinggi Rp Hulu dengan alasan yang beragam :
20.000/ hari itupun kerja se- 1. seperti mencari pekerjaan di tempat mereka sudah sulit,
hari penuh, noreh paling lama
pukul 13.00
lahan dan kebun sudah sempit
Penghasilan bersih noreh Rp 2. Menoreh di daerah ini hasilnya besar
1.500.000. 3. Bekerja di sawit hasilnya kecil hanya Rp 20.000/ hari dan
10 Agoi 40 Nangge, Kebadu, 16 – 1. Mencari makan karena di itupun makan luar
t a h u n , Balai Batang 17 kg sana sudah sulit 4. Pekerjaan di kebun sawit lebih berat dibandingkan menoreh
Along 42 Tarang, Sanggau 2. Kebun dan Lahan sudah karet.
Tahun dan sempit
Hermanto 3. Kerja di sawit hasilnya
Unter 20 tidak sesuai di Ketapang dan Dari beberapa responden, dengan bekerja/ menoreh mereka dapat
Tahun Meliau. Di Meliau per hari Rp menyisihkan uangnya untuk di tabung di Credit Union (CU).
15.000 tahun 1986, tahun
1999 di Ketapang borong Rp
59.000/ ha- 1 hari 5 hektar Dari data RT Belantik Dusun pendaun setidaknya ada 100 orang
untuk 0rang

11 Kadar 28 Keranjik, Kebadu, 15 kg 1. Pekerjaan sudah sulit dap-


Ta h u n , Balai Batang ,12 kg, atkan hasil
Suryadi 25 Tarang, Sanggau 13 kg, 2. Lapangan Kerja Kurang
tahun, Siku 10 kg 3. Kerja di sawit Rp 20.000/
21 tahun, dan 10 hari, makan luar
Tilab 20 kg 4. Kerja di sawit berat, karet
tahun dan ringan
Agus 18 5. Hasil besar, kerja ringan di
tahun karet

2. Pembahasan
Dari Hasil survey untuk 19 orang yang ada di RT Belantik Dusun
Pendaun penghasilan karet mereka rata-rata 13,8 kg/ hari. Adapun
pola pembagian hasil antara penoreh dan pemilik kebun adalah 7
: 3. Mengacu dari pola ini maka penoreh mendapatkan hasil besih
sebesar 9,7 kg sedangkan pemilik kebun 4,1 kg.

Jika hasil penoreh sebesar 9,7 kg dan harga di tingkat lokal sebe-
sar Rp 9,500, maka pendapatan bersih penoreh sebesar Rp 92.500/
perhari. Jika dalam sebulan mereka mampu menoreh 20 hari, maka Gambar 3 : Bagan ( Pondok kecil) tempat para penoreh tinggal.
hasil mereka adalah 194 kg atau Rp 1.843.000. Khusus bagi pemi- Lokasi di Maot

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 16


Gambar 3 : Profil seorang penoreh karet dari Kecamatan Tayan Hilir. Gambar 4 : Aksi Damai dari Forum Perimakng Hutan Tanah Ae’k di
Lokasi di Maot RT Belantek Desa Pendaun Ketapang tanggal 5 Juni 2008. Pada kegiatan ini terlibat 7 orang utusan
dari Dusun Pendaun

yang menumpang menoreh di wilayah mereka. Jika di pandang


Petebang Dusun Pendaun serta Dusun Setontong – Desa Kualan
dari segi politik dan ekonomi setidaknya bahwa masyarakat Dusun
hilir saat terjadi proses sosialisasi oleh pihak perusahaan PT.Aditya
Pendaun telah membantu pemerintah untuk menyerap tenaga
Agroindo.
kerja.

Walaupun masyarakat Dusun Pendaun telah berbuat baik guna F. Kesimpulan


mendukung pemerintah dengan menyediakan lahan pekerjaan
khususnya bagi masyarakat yang tidak punya pekerjaan,lahan dan 1. Masyarakat Dusun Pendaun, Desa Balai Pinang, Kecamatan
penghasilan kecil, tetapi usaha kebaikan mereka ini tidak direspon Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang Telah memberikan la-
dengan baik oleh pihak pemerintah. Berdasarkan data Badan Per- han pekerjaan (menoreh) kepada masyarakat lain
encanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA) Propinsi Kalimantan 2. Hadirnya masyarakat luar untuk menoreh di daerah Keca-
Barat tahun 2004 setidaknya ada 3 perusahaan sawit, masing- matan Simpang hulu akibat sulitnya lapangan pekerjaan,
masing PT Kalimantan Oleo Industri ( 21.500 ha), PT Cempaka sempitnya lahan dan minimnya hasil di wilayah mereka
Anda ( 9.000 ha) dan PT. Aditya Agroindo (20.000 ha) akan dan 3. Masyarakat Dusun Pendaun merasa Kecawa terhadap pe-
telah mulai beroperasi di Wilayah Kecamatan Simpang Hulu. Pe- merintah, karena wilayah adat mereka di serahkan kepada
merintah telah memberikan informasi lahan, Izin prinsip/ SPT dan perusahaan tanpa sepengetahuan mereka.
Izin lokasi sejak tahun 1995 – 1996. 4. Masyarakat Dusun Pendaun menolak Perusahaan Kelapa
sawit dengan alasan apapun
Kehadiran perusahaan yang ada di daerah ini telah membuat 5. Penghasilan rata-rata penoreh karet dan pemilik kebun
masyarakat pemilik wilayah adat menjadi tidak tenang dan was- masing-masing Rp 1.843.000 dan Rp 779.000 perbulan
was, Sosialisasi PT. Aditya Agroindo pada sabtu, 29 Maret 2008 di
gedung Serbaguna Paroki Santo Martinus Balai Berkuat oleh team
manajemennya ( Pak Iqbal, Pak J.Nainggolan, Feri , dll) dan Kepala
G. Rekomendasi
Desa Balai Pinang telah membuat mereka terkejut dan sekaligus
1. Mengingat Survey tentang hadirnya penoreh luar untuk
merasa dibelakangi oleh pemerintah tentang wilayah mereka
yang diserahkan kepada pihak perusahaan Hasil pertemuan ini menoreh di wilayah Simpang Hulu ini dilakukan masih san-
masyarakat yang hadir dengan tegas menolak kehadiran perusa- gat terbatas dan dengan waktu yang sangat singkat dan
haan PT. Aditya Agroindo di wilayah adat mereka apapun alasan- hasilnya masih sangat minim, maka diharapkan kedepan
nya. Untuk memperkuat penolakan mereka, pada tanggal 5 Juni dan dengan waktu secepatnya kirannya dapat dilakukan
2008 bertepatan dengan peringan Hari Lingkungan Hidup Sedunia penelitian yang lebih detil dan luas.
ada 7 utusan masyarakat dari Dusun Pendaun - Simpang Hulu dan 2. Selain Penelitian diatas, Penguatan dan pemberdayaan
bersama 300-an masyarakat yang tergabung dalam Perimakng masyarakat di wilayah ini juga segera dilakukan. Rendah-
Hutan Tanah Ai’k melakukan aksi damai di Kota Ketapang guna nya pengetahuan mereka informasi dan hukum membuat
menyampaikan penolakan mereka terhadap Illegal loging, Pem- mereka merasa was-was dan tidak tenang untuk hidup di
bukan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. Sebelum dan wilayah adatnya.
Bersamaan Kegiatan ini juga respon penolakan masyarakat terh-
adap kehadiran perusahaan. Respon penolakan dengan melaku-
kan penghukuman adat telah dilakukan oleh RT Pendaun dan RT

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 17


Siaran Pers Bersama
Elsaka, KPS, Sawit watch, dan SPKS

Berdayakan Petani dan Buruh di Perkebunan Kelapa Sawit


Selasa, 2 Maret 2010. Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sekitar 7,2 juta Ha mempunyai luasan perkebunan perkebunan
sawit seluas 1.044.230 Ha (Dirjenbun, 2007). Dari luasan perkebunan sawit tersebut, sekitar 23,2 % adalah perkebunan rakyat dan
selebihnya adalah perkebunan PTPN, Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN), dan Perkebunan Besar Swasta Asing (PBSA). Ter-
dapat minimal setengah juta kepala keluarga petani sawit kecil menggantungkan hidupnya lewat bisnis agroindustri ini dan minimal
lebih dari 400 ribu kepala keluarga menjadi buruh menggantungkan hidupnya juga lewat bisnis agroindustri ini.

Bila kita tengok ke belakang, sudah lebih dari seabad tanaman kelapa sawit hadir di tanah Sumatera ini, ternyata keberadaan petani
kelapa sawit di Sumatera Utara barulah sebatas entitas yang menanam tanaman sawit dan memanen buahnya dengan berbagai
persoalan yakni:
• Bibit Sawit, petani sawit kecil lebih banyak menggunakan bibit sawit ‘liar’ (mariles). Disamping pengetahuan bibit sawit yang
kurang memadai dan mudahnya mendapatkan bibit sawit ini, petani sawit dalam posisi tidak berdaya sehingga sangat sulit
untuk mendapatkan bibit sawit unggul dan bersertifikat sesuai anjuran pemerintah.
• Pupuk, petani sawit kecil jarang sekali dapat melakukan pemupukan secara tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat dosis. Pupuk
menjadi langka dan susah dicari ketika petani sangat membutuhkan. Distribusi pupuk selama ini membuat petani sawit kecil
tidak berdaya.
• Harga TBS, walaupun di tingkatan propinsi selalu ada tim penentuan harga TBS dari berbagai parapihak perkebunan dan harga
TBS sudah lebih tinggi dari sebelum-sebelumnya, tetapi posisi petani kelapa sawit di tim tersebut sepertinya hanyalah peleng-
kap bukan penentu. Petani diposisikan kurang cakap dalam tim tersebut dikarenakan berbagai informasi berkenaan harga tidak
dapat diperolehnya secara utuh, jelas, dan benar khususnya berkenaan dengan biaya-biaya dalam indeks K. Sistem penentuan
harga TBS saat ini, tidak menguntungkan posisi petani sawit.
• Akumulasi dari berbagai aspek yang tidak menguntungkan petani kelapa sawit ini, produktivitas kebun sawit petani kecil sangat
rendah bilamana dibandingkan dengan seharusnya. Temuan untuk wilayah Sumatra Utara ini produktivitas TBS petani sawit
kecil tidak lebih dari 12 ton tbs per ha per tahun

Dalam sisi kebijakan, posisi luasan petani kelapa sawit dibuat terbatas, lewat Permentan No 26 Tahun 2007 terdapat klausa bahwa
minimal 20 % dari HGU perusahaan besar diberikan kepada masyarakat. Kebijakan ini sebenarnya langkah mundur dari kebijakan
PIR yang pernah diterapkan. Dalam skema PIR, kebun rakyat (plasma) dapat mendapatkan minimal 60 % dari total lahan yang
digunakan dalam skema kemitraan inti plasma. Implementasi yang buruk dalam kebijakan yang tidak menguntungkan posisi petani
kelapa sawit menambah posisi petani kelapa sawit di Indonesia semakin marjinal. Bayangkan dalam rata-rata pertambahan luas
kebun sawit di Indonesia sekitar 500 ribu ha per tahun, bagian petani sawit adalah 100 ribu itupun tidak tentu, selebihnya adalah
kebun besar.

Tidak jauh berbeda dengan posisi penanam dan pemetik buah sawit (petani kelapa sawit) adalah buruh kebun sawit, bahkan posisi
buruh dianggap lebih marjinal. Lewat UU No 13 tahun 2003, keberadaan buruh outsourcing diberboleh. Implikasi terhadap hal terse-
but adalah kebun-kebun sawit yang ada memperbanyak keberadaan buruh-buruh outsourcing ini, bahkan kebun sawit bukan buruh
oursourcing saja, lebih banyak menggunakan buruh tanpa kontrak atau buruh harian lepas (bhl). Buruh ini dalam bekerjanya penuh
dengan ketidakpastian, alat bekerja harus menyediakan sendiri, bila kecelakaan ditanggung sendiri, dan gaji tidak ada standar yang
dapat dijadikan patokan.

Temuan lapang menunjukkan bahwa gaji berbagai buruh di perkebunan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, dimana
rata-rata didapatkan gaji buruh kurang lebih 900-an ribu. Implikasinya buruh melakukan sesuatu hal yang dapat memberatkan
posisi buruh di depan hukum. Di Sumatera Utara ini, banyak sekali buruh melakukan pekerjaan yang membuat posisinya terhukum.
Menjadi pertanyaan besar, ada apa ini?

1. Dari berbagai paparan tersebut, Kami sebagai bagian masyarakat sipil yang konsens di Perkebunan kelapa sawit mengingatkan
2. Pemprov Sumut melakukan langkah-langkah cepat dan strategis sehingga dapat menyediakan bibit yang unggul dan mencari
langkah hukum yang tepat bagi oknum-oknum yang terlibat dalam bibit ‘liar’ yang seharusnya tidak ada di pasaran.
3. Pemprov Sumut dalam hal ini Dinas Perkebunan secepatnya menata kembali distribusi pupuk sehingga tersedia dan sesuai harga
pasar yang wajar di wilayah-wilayah perkebunan kelapa sawit yang membutuhkan
4. Berbagai Pemkab dalam hal ini Dinas Perkebunan secepatnya mengintensifkan para penyuluh lapang agar melakukan asistensi
teknis-teknis perkebunan lebih hebat terhadap petani kelapa sawit.
5. Pemerintah dalam hal ini Dirjen Perkebunan untuk mengubah mekanisme penentuan harga dimana petani kelapa sawit kecil
harus diposisikan sebagai pihak yang harus cakap menentukan harga TBS, salah satunya dengan menghilangkan Indeks K.
6. Pemerintah sebagai pihak diberi mandate oleh rakyat agar secepatnya melakukan perubahan terhadap UU No 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan agar posisi buruh lebih diperkuat lagi, khususnya klausa outsourcing agar dihapuskan.

Informasi lebih lanjut


- Bekmi (Elsaka); 08126479148 - Gindo (KPS) ; 08126312023
- Jefri G Saragih (Sawit Watch) 081320062233 - Mansuetus Darto (SPKS) 081280003734

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 18


Sawit, Perubahan Iklim dan Gaya Hidup
Oleh : Rully Syumanda

Bag. 1 besar kepala dengan menjadi sok pintar.

Setelah menghadiri pertemuan marathon UN- Aku tidak ingin menggambarkan ke sok tahuan
FCCC di Bali pada akhir 2007, aku menjejakkan aku atas si pak supir tentang issue pemana-
kakiku kembali di Ibukota. Keluar dari pintu pe- san global. Namun lagi ada yang perlu di garis
sawat segera saja udara panas Jakarta datang bawahi dari pembicaraan tersebut diatas. Ke-
menyergap. Membuat mata sedikit lelah karena tika semua orang berbicara tentang pemanasan
harus dipicingkan agar dapat melihat dengan global dan perubahan iklim, pada dasarnya tidak
jelas. banyak yang mengerti bagaimana pemanasan
global terjadi, lebih sedikit yang tau bagaimana
Setelah mengambil barang-barang bawaan, aku pemanasan global mempengaruhi kehidupan
keluar dari pintu utama dan menghampiri taksi manusia, dan jauh lebih sedikit yang tahu ba-
yang ada. Melemparkan pantatku ke jok empuk gaimana hubungan antara gaya hidup kita den-
taksi aku langsung terlelap. Baru terbangun ke- gan pemanasan global. Brengseknya lagi, hanya
tika supir taksi meminta uang untuk masuk tol segelintir yang tahu bahwa kita tengah digiring
Jakarta. untuk memahami bahwa pemanasan global
adalah masalah yang sangat besar namun dapat
Setelah memberikan uang secukupnya, aku diselesaikan dengan cara yang mudah. Semudah
mengeluh tentang panasnya Jakarta pada saat menjentikkan jari tangan.
itu. Segera saja si supir taksi menyambar, “Be-
nar pak, sudah beberapa hari ini udara terasa Kalau kita melihat di sekeliling kita: media mas-
panas. Kemarin penumpang saya bilang sih ka- Rully Syumanda, Pengamat Lingkungan sa, billboard sampai dengan iklan di televisi dan
lau ini adalah akibat dari pemanasan global.” (dok. pribadi) radio, tidak ada satu haripun yang tidak ber-
hubungan denggan issue pemanasan global.
“Memangnya kenapa dengan pemanasan global Musti diakui, issue ini telah menjadi penghantar
Pak?’” tanyaku sekenanya. kita menuju tempat beraktivitas. Issue hijau juga bisa ditemukan
dalam sebuah kemasan makanan. Atau bahkan pada kemasan oli
“Ya itu mas. Bumi katanya semakin panas akibat efek rumah kaca’” yang berisikan energi fosil.
sambung si supir.
Tiba-tiba saja semua berbau hijau. Sebuah perusahaan kosmetik
“Lah, kenapa efek rumah kaca yang disalahin. Memangnya si efek misalnya mengaku berlabel green ketika menyerahkan produknya
rumah kaca buat apa kok bisa menimbulkan pemanasan global,” yang di bungkus dengan plastik dan menyerahkan kepada pe-
aku memajukan pantatku dan mulai tertarik dengan pembicaraan langgannya dalam sebuah kantung plastik. Atau misalnya dalam
ini. sebuah festival lingkungan, baik pengunjung maupun penyeleng-
gara merasa tidak melakukan kesalahan apapun ketika menyantap
“Ya gitu deh mas. Coba aja mas lihat di Jakarta ini. Semua gedung makanan yang dikemas dalam styrofoam.
itu pake kaca yang besar-besar. Sehingga panas matahari menjadi-
jadi. Coba kalau gedung-gedung itu nggak pake kaca besar-besar Lalu bagaimana dengan upaya menghentikan laju pemanasan
seperti itu. Mungkin Jakarta kita akan adem kali ya mas. Ya barang- global ini? Ini yang paling seru. Semudah menjentikkan tangan.
kali mas. Saya cuma orang kecil Mas. Saya hanya mengira-ngira.” Hampir semuanya menawarkan solusi dengan menanam pohon
sebanyak-banyaknya. Bahkan Pemerintah Indonesia sendiri men-
“Jadi bagusnya nggak usah pake kaca besar-besar kali ya mas. canangkan penanaman jutaan pohon, yang kemudian di klaim
Sehingga efek rumah kaca itu nggak ada dan Jakarta kita nggak telah berhasil dengan sukses. Terlepas keberadaan pohon yang
jadi panas karenanya,”. seperti siluman karena pemerintah tidak pernah bisa menunjukkan
informasi lokasi dan luas penanaman, pola ini makin jelas menun-
“Wah betul itu mas. Jadi kita nggak kepanasan kayak gini’” pak jukkan bahwa solusi perubahan iklim dapat diselesaikan dengan
supir menutup pembicaraannya sambil tersenyum. menanam pohon.
Sadar tidak sadar, suka tidak suka, pola berpikir kita tengah digir-
Memasuki daerah grogol, aku menawarkan kepada pak supir untuk ing untuk menyetujui pomeo bahwa tidak peduli berapa banyak
menjelaskan tentang apa itu pemanasan global dan efek rumah plastik yang anda pakai, seberapa banyak konsumsi minyak sawit
kaca. Untung pak supir sangat bersedia sehingga aku tidak merasa anda, tidak perduli berapa banyak bensin yang anda gunakan un-

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 19


tuk berjalan, semuanya bisa diselesaikan dengan menanam seba- nasan 72 kali dibanding karbon dioksida. Metana dapat ditemukan
tang dua batang pohon. Selesai. Watatila! dari aktivitas peternakan dan system pencernaan hewan dan per-
tanian. Kelihatannya begitu sederhana mengingat unsur metana
Apa sebetulnya pokok masalah dari perubahan iklim. Betulkah bah- terbesar ada di faeces (kotoran) hewan. Namun kalau kita jalan-
wa perubahan iklim dapat diselesaikan dengan menanam pohon. jalan ke salah satu negara di Amerika latin, Brazil misalnya. Negara
Sejauh mana pohon dan kerindangan hutan dapat menurunkan ini bukan hanya penghasil pemain sepakbola nomor satu dunia
ataupun menyerap konsentrasi karbon yang ada di atsmosfer, yang namun juga sebagai salah satu negara pengekspor daging sapi
menyebabkan panas di bumi tidak bisa terlepas ke angkasa. Sejauh terbesar dunia. Dengan penguasaan pangsa pasar daging sapi
mana pola konsumsi kita turut mempengaruhi perubahan iklim. dunia sebesar 28 persen, Brazil memiliki jumlah sapi dua kali lipat
Bagaimana mungkin kerindangan pohon sawit kemudian dituduh jumlah penduduknya. Dengan jumlah sapi sebanyak itu, tentulah
ikut serta menciptakan pemanasan global. gas metana yang dihasilkan sangat luar biasa.
Tulisan ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, aku akan
sok tau dengan menggambarkan apa itu pemanasan global dan Satu hal lagi, yang seringkali luput dari pengetahuan orang adalah,
perubahan iklim. Pada bagian kedua aku akan menceritakan ten- bahwa factor terbesar meningkatnya suhu global bukan disebab-
tang gaya hidup kita terkait dengan perubahan iklim, dan bagian kan oleh sektor transportasi, sebagaimana yang diyakini banyak
ketiga, kalau masih kuat, aku akan coba sedikit bercerita tentang orang. Namun justru peternakan menempati urutan pertama se-
dampak yang akan dihadapi manusia akibat dari pemanasan global bagai salah satu sector yang menyebabkan meningkatnya suhu
ini. global secara drastis.

Apa itu Efek Rumah Kaca Sementara (3) Dinitrogen Oksida (N2O) yang menghasilkan efek
pemanasan 296 kali dari molekul CO2 dapat ditemukan pada pu-
Kalau kita menarik diri dan membuat jarak, bumi kita sepertinya, puk dan freon sebagai bahan baku utama yang digunakan untuk
dan benar, melayang-layang di alam semesta tak berbatas ini. mendinginkan ruangan melalui air condition (AC).
Angkasa luar itu sendiri sangat dingin. Kalau kita pakai angkutan
umum menuju bulan, lalu kita keluarkan tangan dari kaca jendela, Ketiga gas tersebut yang disebut dengan gas Rumah kaca telah
hanya butuh waktu sekian detik untuk menyadari kalau tangan kita menyebabkan bumi kita menjadi hangat dan dapat ditempati.
sudah membeku. Masalah terjadi ketika konsentrasi ketiga gas tersebut meningkat.

Lalu bagaimana bumi bisa tetap hangat di tengah-tengah alam Revolusi Industri di Inggris pada abad ke 19 telah mendorong
semesta yang dingin itu? Jawabannya adalah karena efek rumah penggunaan energy fosil secara besar-besaran. Dari mulai sek-
kaca. tor transportasi sampai dengan pabrik yang menciptakan berbagai
kebutuhan manusia. Kesemuanya telah mendorong meningkatnya
Efek rumah kaca telah menyebabkan bumi menjadi hangat seh- konsentrasi karbon dioksida secara pesat. Konsentrasi karbon diok-
ingga bisa di tempati oleh mahluk hidup. Efek rumah kaca sendiri sida di atsmosfer pada saat ini telah mencapai 390 ppm. Jauh dia-
merupakan sebuah dampak/efek dari proses yang melibatkan un- tas ambang batas aman yang disebutkan oleh International panel
sur sinar matahari dan Gas Rumah Kaca (GRK). of Climate Change (IPCC), yakni 350 ppm.

Gas Rumah Kaca adalah konsentrasi sejumlah gas yang berada di Perubahan Iklim
atsmosfer yang mencegah keluarnya panas dari permukaan bumi.
Angkasa raya adalah ruangan yang sangat dingin. Sinar matahari Disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca terse-
yang masuk ke bumi akan ditangkap oleh permukaan bumi lalu butlah, sejumlah panas yang seharusnya bisa terlepas kembali ke
dilepaskan kembali ke udara. Atmosfer bumi mengandung sejum- angkasa menjadi tertahan dibumi. Bumi menjadi lebih panas. Pen-
lah Gas Rumah Kaca yang menahan agar pantulan panas dari per- ingkatan suhu rata-rata muka bumi ini kemudian di sebut dengan
mukaan bumi tidak terlepas ke udara sehingga bumi akan terus Pemanasan Global.
hangat dan tidak mendingin. Apa bila bumi tidak memiliki atsmos-
fer yang memerangkap gas rumah kaca, dapat dipastikan bumi Pemanasan yang terjadi ternyata tidak berhenti disitu saja. Pema-
menjadi planet yang tidak dapat dihuni. nasan Global kemudian mempengaruhi pola iklim dunia. Perubahan
Iklim adalah suatu kondisi dimana suatu tempat kemudian menga-
Gas Rumah Kaca terdiri dari beberapa unsur. Tiga unsur yang pal- lami pemanasan atau pendinginan yang tidak wajar dan berbeda
ing dominan diantaranya adalah: (1) Karbon dioksida (CO2) yang dengan pola-pola tahun sebelumnya. Ini menimbulkan kekacauan
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, ba- cuaca. Curah hujan yang dulunya kita alami pada bulan-bulan yang
tubara). Karbon dioksida dapat ditemukan di Pembangkit Listrik berakhiran ber, sekarang tidak lagi. Pada Bulan Oktober hingga
Tenaga Uap, kendaraan bermotor, mesin-mesin yang memproduksi Desember kali ini saja kita disuguhi musim panas yang luar bi-
sebuah benda apakah itu plastic, botol minuman dan barang-ba- asa. Memasuki Bulan Februari, baru kita dihadapi dengan musim
rang kebutuhan manusia lainnya. penghujan. Dengan situasi seperti ini, secara otomatis pola iklim
merubah kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukan oleh orang ra-
Karbon dioksida juga terdapat dihutan-hutan alam maupun di rawa tusan tahun lamanya. Kebiasaan panen yang berubah. berubahnya
gambut. Pembukaan hutan untuk menjadi perkebunan kelapa waktu melaut, berubahnya musim tanam dsb.
sawit misalnya, tidak hanya melepaskan sejumlah karbon yang ter- oOOOo
simpan di hutan itu sendiri namun juga menghilangkan salah satu
fungsi hutan yang menyerap karbon. Rully Syumanda, pernah bekerja di Eknas WALHI, sebagai
Forest Campaigner, dan saat ini aktif sebagai pengamat ling-
Gas yang kedua adalah Metana (CH4) yang memiliki efek pema- kungan

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 20


“Pembangunan Kebun Kelapa Sawit
Berbasis Gas Rumah Kaca:
Tinjauan Kritis”
Pendahuluan

S
ejarah perkembangan perkebunan di negara berkembang
tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan kolonial-
isme, kapitalisme dan modernisasi (Kartodirdjo & Suryo
,1991). Ia hadir sebagai bagian dari sistem perkeonomian
baru yang niscaya bersifat komersil dan eksploitatif. Demikian juga
halnya dengan keberadaan perkebunan, khususnya kelapa sawit,
di Indonesia.

Sampai tahun 2009 Indonesia memiliki perkebunan kelapa sawit


seluas 7,8 juta hektar yang tersebar dari pulau Sumatra hingga
Papua. Setiap tahun sejak masa reformasi, menurut catatan Sawit
Watch, terdapat 300-400 ribu ha pertumbuhan kebun sawit baru.
Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan pasar dunia akan
minyak sawit sebagai bahan makanan, obat-obatan dan energi
serta keinginan kuat pemerintah Indonesia untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, pembukaan lapangan kerja dan pember-
antasan kemiskinan.

Selain memberikan efek terhadap ekonomi makro Indonesia, ek- suhu bumi. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Efek Rumah Kaca
spansi tadi ternyata memunculkan persoalan sosial dan lingkungan. (ERK) menganalogkan suatu proses serupa yang terjadi di dalam
Penggusuran lahan hingga kriminalisasi terhadap masyarakat adat/ rumah kaca (green house).
penduduk lokal merupakan salah satu dampaknya. Sementara itu
bencana alam seperti banjir dan kabut asap menjadi momok di Dalam konvensi PBB (SLI, 2008) mengenai perubahan iklim (Unit-
setiap musim hujan dan kemarau menerpa. ed Nation frame work Convention on Climate/ UNFCC),
terdapat 6 jenis gas yang digolongkan sebagai GRK yaitu Kar-
Pengembangan kebun sawit yang kerap dilakukan dengan men- bondioksida (CO2), Dinitrioksida (N2O), Metana (CH4), Sul-
gonversi hutan dan lahan gambut ternyata melepaskan jutaan ton furheksafluorida (SF6), Perfluorokarbon (PFCs) dan Hidro-
karbon dioksida (CO2) dan membuat Indonesia menjadi kontribu- fluorokarbon (HFCs).
tor emisi CO2 terbesar ketiga di dunia. akibatnya gas rumah kaca
menjadi terlepas ke udara yangmengakibatkan pemanasan global Semua Negara di dunia sebenarnya turut andil dalam mempercepat
dan perubahan iklim. pemanasan global. Di Indonesia sendiri pernah terjadi kebakaran
hutan secara hebat pada tahun pada tahun 1982/1983, terutama
Pembukaan dan Kebakaran Hutan serta Lahan di Kal-Tim dimana 3.6 juta ha hutan dan lahan terbakar (Saha-
Gambut Penyumbang Gas Rumah Kaca rjo, 2008). Studi yang dilakukan ITTO-GTZ menyimpulkan bahwa
penyebab kebakaran adalah perubahan struktur vegetasi akibat
Pemanasan global berkaitan dengan adanya radiasi yang dipan- pembalakan kayu yang dimulai sekitar 1970-an, dimana jutaan ha
carkan matahari dalam bentuk gelombang pendek menembus at- lahan hutan dibagi-bagi ke dalam kawasan HPH yang mengakibat-
mosfer dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai kan boom kayu di Sumatra dan Kalimantan yang merubah lansekap
permukaan bumi (SLI, 2008), manakala mencapai bumi sebagian dari kedua pulau tadi lebih dari dua dekade. Ketika perusahaan
gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer. Radiasi matahari da- HPH banyak yang gulung tikar, maka konsesi yang sebelumnya
lam bentuk gelombang panjang yang dipantulkan kembali oleh dimiliki berubah penguasaan menjadi milik perkebunan sawit.
bumi tidak semuanya dapat menembus atmosfer menuju angkasa
luar, sebagian terperangkap oleh gas-gas yang berada di atmosfer Selain di kawasan hutan, juga terjadi pembukaan lahan gambut
yang disebut Gas Rumah Kaca (GRK). secara massif. Luas lahan gambut di Indonesia beragam, ada yang
memperkirakan luasnya 18,4 juta ha dan ada juga yang mendu-
Terperangkapnya radiasi matahari oleh GRK yang berlangsung ber- ga sekitar 15,5 juta ha dimana 10,5 juta ha diantaranya berada
ulang-ulang mengakibatkan terjadinya akumulasi radiasi matahari di agroeksosistem rawa pasang surut dan 4,99 juta ha berada di
di atmosfer bumi yang kemudian menyebabkan meningkatnya agroekosistem rawa lebak. Dari jumlah tersebut 3,72 Juta ha (18

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 21


% dari total hutan rawa gambut) sudah memiliki beberapa bentuk gunaan berdasarkan produk yang dihasilkan. Emisi yang berasal
pengembangannya (Silvius and Giessen, 1996) dimana paling dari buangan (limbah) pabrik minyak kelapa sawit.
sedikit 500.000 ha telah ditanami oleh petani transmigran (Noto-
hadiprawiro, 1996). Kontroversi Kebijakan Pemerintah Pengemban-
gan Kebun Sawit di Lahan Gambut
Pembukaan lahan gambut sering kali menggunakan proses pem-
bakaran. Akibatnya adalah kebakaran yang terjadi di lahan gambut Pemerintah Indonesia melalui Menteri Pertanian pada 16 Februari
(Saharjo, 2008) akan berjalan lambat (sehingga penanganan- 2009 menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian No.14/Permentan/
nya akan merepotkan), dan tidak sempurna proses pembakaran- PL.110/2/2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut
nya (kurang oksigen) sehingga lebih banyak gas yang dihasilkan untuk Budidaya Kelapa Sawit. Permentan ini diterbitkan dengan
dibandingkan dengan proses kebakaran dimana penyalaan lebih menimbang beberapa hal diantaranya adalah bahwa lahan gam-
dominan (Saharjo, 2008). Hal itu dapat terjadi karena yang ter- but memiliki peran penting terhadap kelestarian lingkungan dalam
bakar adalah gambut (bahan organik) yang berada dibawah per- kehidupan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya kelapa sawit;
mukaan dengan tingkat dekomposisi berbeda (fibrik, hemik dan pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit dapat di-
saprik) dengan tingkat kadar air yang cukup tinggi. Sebagian be- lakukan dengan memperhatikan karakteristik lahan gambut seh-
sar kebakaran tadi disebabkan oleh ketidaksengajaan atau kesen- ingga tidak menimbulkan kerusakan fungsi lingkungan; atas dasar
gajaan oleh manusia dan berhubungan dengan bebera penyebab; hal-hal tersebut di atas dan untuk pengusahaan budidaya kelapa
beberapa diantaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup sawit di lahan gambut tidak menimbulkan kerusakan fungsi ling-
dan aktivitas komersial (Qadri, 2001). kungan, dipandang perlu menetapkan
pedoman pemanfaatan lahan gam-
Produksi Gas Rumah but untuk budidaya kelapa sawit
Kaca dari Perkebunan Berdasarkan penelitian yang di-
Kelapa Sawit dan Pabrik lakukan oleh Prof. DR. Bambang Namun berdasarkan penelitian
Pengolahan Minyak yang dilakukan oleh Prof. DR.
Hero Saharjo dan Sawit Watch Bambang Hero Saharjo dan Sawit
Sawit didapat satu kesimpulan bahwa Watch didapat satu kesimpulan
Prosentase kandungan karbon
“kebun kelapa sawit yang ditan- bahwa kebun kelapa sawit yang di-
am di tanah mineral selama 25 tanam di tanah mineral selama 25
pada tanaman kelapa sawit ber-
tahun hanya mampu menyerap 130
variasi antara 31,26 % pada bagian tahun hanya mampu menyerap ton CO2 eq/ha atau kalaupun ber-
serasah kasar hingga 41,55 % 130 ton CO2 eq/ha” variasi maka kemungkinan besar
pada bagian bakal buah, semen-
tidak akan lebih dari 180 ton CO2
tara total kandungan karbon baik
eq dengan mengingat kandungan
yang berasal dari bagian atas dan
karbon pada bagian atas permukaan
bawah permukaan adalah 40,278 ton
di kebun kelapa sawit di Tanah Grogot adalah 39,94 ton / ha atau
(Tjitrosemito dan Mawardi, 2000) atau setara dengan 149,66
setara dengan146,58 ton CO2 eq./ha.
ton CO2-eq.
Emisi GRK yang realistik dari lahan gambut yang terdrainase ada-
Kandungan karbon dalam tanah dibawah tanaman kelapa sawit
lah 25-55 ton CO2-eq/ha/tahun atau sekitar 625-1375 ton CO2-eq
bervariasi jumlahnya sesuai dengan kedalaman tanah dimana pada
untuk selama 25 tahun. Sementara itu untuk tipe penggunaan la-
kedalaman 0-5 cm kandungan karbonnya adalah 11.846,4 ton/ha
han alang-alang pada kedalaman 0-30 cm total kandungan karbon
dan pada kedalaman 20-30 cm adalah 9.453 ton/ha (Tjitrosemito
nya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pada areal bekas
dan Mawardi, 2000) atau setara dengan 34,69 ton CO2-eq.
pembalakan dan areal bekas terbakar yaitu 252,855 ton/ha atau
setara dengan 927,98 ton CO2 eq./ha.
Untuk memastikan seberapa besar kandungan karbon yang ter-
dapat di dalam tegakan kelapa sawit yang berumur 25 tahun, di-
Semua data ini kemudian memperjelas bahwa lahan gambut tidak
lakukan penelitian dengan cara melakukan penebangan tanaman
layak untuk ditanami kelapa sawit karena kalaupun tetap akan di-
kelapa sawit yang berumur 25 tahun dan ditanam di tanah mineral
tanam maka Gas Rumah Kaca yang ada sekarang akan bertambah
yang berlokasi di Tanah Grogot, Kalimantan Timur pada bulan Juli
seiring dengan dibukanya lahan gambut.
tahun 2009 yang lalu. Kandungan karbon pada bagian atas per-
mukaan di kebun kelapa sawit di Tanah Grogot, Kalimantan Timur
adalah 39,94 ton/ha atau setara dengan 146,58 ton CO2-eq. Jum- Rekomendasi
lah terbesar kandungan karbon tersebut terdapat pada bagian ba-
tang kelapa sawit yaitu 29,13 ton/ha atau setara dengan 106,91 Sebaiknya pemerintah menetapkan kebijakan untuk melarang
ton CO2-eq pembangunan kebun kelapa sawit baru di hutan alam, lahan gam-
but dan di area konservasi benrilai tinggi. Pembukaan kebun kelapa
Selain di kebun sawit, Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) juga dihasilkan sawit baru sebaiknya hanya dilakukan di grass land (alang-alang)
dari pabrik minyak sawit. Ada beberapa sumber emisi di pabrik atau di lahan kering.
pengolahan tadi (Brinkman, 2009) yaitu: Emisi yang berhubun-
gan dengan penggunaan bahan bakar untuk transportasi internal
di areal penanaman dan penggunaan mesin-mesin. Emisi yang Hormat kami,
berhubungan dengan penggunaan pupuk. Emisi yang berhubun-
gan dengan penggunaan bahan bakar di dalam pabrik dan peng- Prof.DR. Bambang Hero Saharjo dan Perkumpulan Sawit Watch

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 22


Dukung Undang-undang Bantuan Hukum
disahkan pada tahun ini
Undang-undang bantuan hukum merupakan undang-undang yang akan mengatur sistem
bantuan hukum nasional untuk mempreluas akses keadilan bagi masyarakat. Dengan adanya
UU Bantuan Hukum, Masyarakat miskin akan mempunyai akses lebih luas untuk mendapat-
kan bantuan hukum, akan mempunyai akses untuk melakukan klaim atas hak-haknya atau
melakukan berbagai upaya hukum atas ketidakadilan yang mereka alami.

Saat ini Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI) telah mengesahkan Rancangan Un-
dang-Undang (RUU) Bantuan Hukum sebagai salah satu RUU prioritas pada tahun 2010. Oleh
karenanya, dukungan anda sangat penting untuk terwujudnya UU Bantuan Hukum
di Indonesia dan mendukung tercapainya keadilan bagi rakyat miskin,
buta hukum dan marjinal.

Dukungan anda dapat dilakukan dengan melakukan segala upaya untuk mendorong
DPR dan Pemerintah membahas RUU Bantuan Hukum pada Tahun 2010 ini.

Dukungan untuk segera dibahasnya RUU Bantuan Hukum dan terwujudnya


UU Bantuan Hukum di Indonesia dapat disampaikan Kepada DPR RI :

Ketua Dewan Perwakilan Rakyar Bapak Marzuki Ali


Alamat : Gedung DPR RI, Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta - 10270
Telepon: (021) 5715330, 5715334, 5715424, 5715335
Fax: (021) 5736971

atau

Ketua Badan Legislasi DPR Bapak Ignatius Mulyono


Alamat : Gedung DPR RI, Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta – 10270
Telepon : (021) 5755048, 5756041, 5756059-5756056
Fax : (021) 5756379
e-Mail : baleg@dpr.go.id

atau

Ketua Komisi III DPR Bapak Benny K Harman


Alamat : Gedung DPR RI, Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta – 10270
Telepon : (021) 5715566, 5715569, 5715864
Fax : (021) 5715566
e-Mail: set_komisi3@dpr.go.id

atau

Anggota DPR yang anda kenal


dengan alamat : Gedung DPR RI, Jl. Jenderal Gatot Subroto, Senayan,
Jakarta Pusat - 10270

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 23


atau salurkan aspirasi anda melalui website DPR RI dengan alamat :
http://www.dpr.go.id/id/bantuan/aspirasi

Dukungan untuk UU bantuan Hukum juga bisa anda sampaikan kepada Pemerintah :

Presiden Republik Indonesia


Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Alamat : Istana Merdeka Jakarta 10110 Indonesia
Telepon : +62-21-345-2685, 380-5511, 5268726
fax : Sekretariat Presiden 344-2223

atau

Menteri Hukum dan HAM


Bapak Patrialis Akbar
Alamat : Jl. HR. Rasuna Said Kav. 6-7 Kuningan Jakarta Selatan, 12940
Telepon : (021) 5253006
Fax : (021) 5253095

Dukungan anda juga bisa disampaikan kepada Koalisi Masyarakat Sipil Untuk
Undang-Undang Bantuan Hukum yang akan disampaikan
kepada DPR dan Pemerintah :

Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Undang-Undang Bantuan Hukum (KUBAH)

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia


Alamat : Jl. Diponegoro No. 74 Jakarta
Telepon : (021) 3929840
Fax : (021) 31930140
email : kubah2010@gmail.com

Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Undang-Undang Bantuan Hukum (KUBAH) merupakan


kumpulan organisasi masyarakat sipil yang mempunyai tujuan untuk mendorong adanya
UU Bantuan Hukum di Indonesia. Dalam pandangan Koalisi, Undang-Undang Bantuan Hukum
adalah reglasi yang sangat penting untuk adanya sistem bantuan hukum nasional yang akan
memberikan jaminan tercapainya akses keadilan bagi masyarakat khususnya bagi
masyarakat miskin, buta hukum dan marjinal.

Koalisi memandang bahwa undang-undang bantuan hukum di Indonesia harus segera terwu-
jud segera untuk memastikan terpenuhinya akses keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal
ini mengingat sampai dengan saat ini, pemberian bantuan hukum kurang memadai baik dari
sisi jumlah, sistem pelayanan, maupun cakupan geografis di Indonesia.

Koalisi akan melakukan berbagai kegiatan dan upaya untuk mendorong adanya
UU Bantuan Hukum di Indonesia yang sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat.
Berbagai kegiatan koalisi diantaranya penyusunan konsep tentang Undang-Undang Bantuan
Hukum yang ideal bagi Indonesia, penyusunan Naskah Akademis dan RUU Bantuan Hukum
Versi Masyarakat Sipil, Kampanye, pemantauan dan berbagai aktivitas lainnya yang ditujukan
untuk mendorong adanya undang-undang bantuan hukum.

TandanSawit | Edisi I/ Maret 2010 Halaman | 24

You might also like