Professional Documents
Culture Documents
Artikel :
389 Terapi Inhalasi
Pradjnaparamita
411 Kelainan Gigi dan Jaringan Pendukung Gigi yang Sering Ditemui
Adi Prayitno
Berita Terkini :
415 CARDIA: OxLDL dan sindrom metabolik
420 Metilprednisolon untuk penanganan neuritis vestibular
422 Kamera terkontrol magnet di dalam tubuh
423 Profil keamanan terapi statin
428 Adalafil dan disfungsi ereksi pasien diabetes
432 WHA menghimbau peningkatan fokus pada hepatitis
Petunjuk untuk Penulis
CDK menerima naskah yang membahas berbagai aspek
kesehatan, kedokteran dan farmasi, bisa berupa tinjauan
daftar isi
kepustakaan ataupun hasil penelitian di bidang-bidang
tersebut, termasuk laporan kasus. Naskah yang dikirimkan
content
kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk diterbitkan
oleh CDK; bila pernah dibahas atau dibacakan dalam suatu
pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai Editorial 386
nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut.
English Summary 388
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila
menggunakan bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti
kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Istilah medis
Artikel
sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Terapi Inhalasi 389
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Pradjnaparamita
Redaksi berhak mengubah susunan bahasa tanpa mengubah Perbedaan VO2.max antara siswa yang Latihan Sepakbola 394
isinya. Setiap naskah harus disertai dengan abstrak dalam dengan yang Tidak di Pondok Pesantren Darul Hijrah
bahasa Indonesia dan Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak Huldani
membuat sendiri abstrak berbahasa Inggris untuk karangan
tersebut. Naskah berisi 2000 - 3000 kata ditulis dengan Uji Provokasi Bronkus dengan Salin Hipertonis 396
program pengolah kata seperti MS Word, spasi ganda, font Bambang Supriyatno, Nastiti N. Rahajoe
Euro-stile atau Times New Roman 10 pt.
Asma Bronkial - Hubungannya dengan GERD 401
Nama (para) pengarang ditulis lengkap, disertai keterangan A. Dina Abidin H. Mahdi
lembaga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel / skema /
grafik / ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Pengaruh Rinitis Alergi (ARIA WHO 2OO1) terhadap 405
jelasnya dan telah dimasukkan dalam program MS Word. Gangguan Fungsi Ventilasi Tuba Eustachius
I Wayan Karya, Aminuddin Aziz, Sutji Pratiwi Rahardjo, Nani Iríani Djufri
Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan pemunculan-
nya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Kelainan Gigi dan Jaringan Pendukung Gigi yang Sering Ditemui 411
Cummulated Index Medicus dan/atau Uniform Requirement Adi Prayitno
for Manus- cripts Submitted to Biomedical Journals (Ann
Intern Med 1979; 90 : 95-9).
Berita Terkini
Contoh :
CARDIA: OxLDL dan sindrom metabolik 415
1. Basmajian JV, Kirby RL.Medical Rehabilitation.
1st ed. Baltimore, London: William and Wilkins, Eritropoietin mempunyai efek antidepresa 416
1984; Hal 174-9.
Gabapentin untuk mengurangi ketakutan berpidato 418
2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties
of invading microorganisms. Dalam: Sodeman Higiene oral yang baik dapat melindungi terhadap 419
WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: infeksi jantung
Mechanism of diseases. Philadelphia: Metilprednisolon untuk penanganan neuritis vestibular 420
WB Saunders, 1974 ; 457-72.
3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis
Kamera terkontrol magnet di dalam tubuh 422
di Indonesia. Cermin Dunia Kedokt. 1990; 64: 7-10. Profil keamanan terapi statin 423
Artikel Cermin Dunia Kedokteran kali ini berkisar pada masalah asma tersebut, ditambah dengan susunan redaksi Prof. DR. Dr. Rianto Setiabudy, SpFK
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
penelitian di kalangan anak yang berolahraga dibandingkan dengan yang tidak; penelitian ini
Dr. R.M. Nugroho Abikusno, MSc., DrPH
menarik untuk dilanjutkan dalam skala yang lebih besar. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta
Ketua Pengarah
Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS
Dr. Boenjamin Setiawan, PhD Fakultas KedokteranUniversitas Udayana Denpasar, Bali
Terapi inhalasi, salah satu modalitas terapi asma juga dapat Sejawat baca di edisi ini, disambung
Pemimpin Umum Prof. DR. Dr. Ignatius Riwanto, SpB(K)
dengan uji provokasi sebagai salah satu cara diagnostik. Dr. Erik Tapan Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/
RS Dr. Kariadi, Semarang
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
386 387
ENGLISH SUMMARY TINJAUAN PUSTAKA
Terapi Inhalasi
Pradjnaparamita
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
PENDAHULUAN
VO2.max Difference Terapi inhalasi adalah cara pemberian obat dalam bentuk Ukuran partikel berkisar antara 100 mikron sampai 0,01 mikron.
between Students partikel aerosol melalui saluran napas. Penyebaran partikel obat akan tergantung kepada besaran
mikronnya; partikel dengan ukuran 5-10 mikron akan menem-
who Regularly Play Sasaran terapi inhalasi yang utama adalah saluran napas atas pel pada orofaring, 2-5 mikron pada trakeobronkial sedangkan
Soccer Compared dan saluran napas bawah. Saluran napas atas dimulai dari partikel <1 mikron akan keluar dari saluran napas bersama
with Students who rongga hidung, dengan sinus di sekitarnya, laring dan farings, proses ekspirasi (Gb.1).
proksimal trakea. Saluran napas bawah dimulai dari bronkus,
Don’t Play Soccer in bronkioli sampai ke alveoli. Target sasaran ini termasuk mukosa Gb.1. Besar Partikel dan Penetrasinya ke Saluran Napas
Darul Hijrah dan ujung reseptor neuron di dalamnya.
Hypothesis from available data
Pesantren, South
Terdapat berbagai macam bentuk obat atau cara pemberian Particle size Regional
Kalimantan terapi inhalasi, seperti bentuk aerosol, yang biasanya dikemas (microns) deposition
Efficacy Safety
Huldani
Hypertonic Saline dalam bentuk Inhalasi Dosis Terukur dan biasa disebut Metered >5
Mouth /
oesophageal
No clinical Absorption
from GI tract
effect
Dept. of Physiology, Faculty of Medicine,
Lambung Mangkurat University, Banjarbaru,
Bronchial Provocation Dose Inhaler [ MDI ], DPI atau Dry Powder Inhalation, yaitu obat region if swallowed
BPT using histamine and hypertonic saline berbentuk bubuk kering yang dikemas dalam satu bentuk obat Subsequent
South Kalimantan, Indonesia Test (BPT) (HS) were applied to asthma patients diag- jadi atau kapsul yang digunakan dengan alat bantu. Bentuk
2-5 Upper / Central
airways
Clinical
effect
absorption
from lung
Bambang Supriyatno, nosed according to National Consensus lainnya adalah cairan yang dapat berupa solutio atau suspensi,
VO2max is a physiological parameter in High
Nastiti N. Rahajoe of Child Asthma. Thirty patients under- bentuk ini juga harus digunakan dengan alat bantu nebuliser. <2 Peripheral Some local systemic
airways / alveoli clinical effect
standard measurement of cardiorespira- Dept. of Child Health, Faculty of Medicine, went HS BPT and 22 patients underwent absorption
tive endurance as the most important University of Indonesia, Jakarta, Indonesia histamine BPT. The age mode was 9 years
component in physical fitness. VO2max old, male : female ratio was 3 : 1; 70% Karena langsung pada target sasaran, dosis yang digunakan Dikutip dari Chrystin, Workshop Aerosol Medicine ERS, 2005
, dalam terapi inhalasi sangat kecil, penyerapan sistemik juga
is body s ability to take, distribute and were classified as infrequent episodic
use oxygen maximally. Asthma is diagnosed based on history BENTUK OBAT DAN ALAT BANTU
asthma, 30% were frequent episodic sedikit sehingga efek samping obat jarang terjadi.
and supporting examinations. Bronchial
asthma. no persistent asthma was found. Sebagai obat berbentuk partikel dengan target sasaran di
Soccer can increase cardiorespirative en- provocation test (BPT) using histamine or
Atopy history in family were found in 70% Terapi inhalasi pertamakali memang ditujukan untuk target saluran napas, terapi inhalasi obat dapat berupa:
durance, because soccer consists of 4 metacholine is the diagnostic standard for
patients, and 66.7% patients have atopy. - Metered Dose Inhaler ( MDI ) atau dapat disebut Inhalasi
asthma; but since histamine and meta- sasaran di saluran napas, tetapi dalam beberapa penelitian
important components of physical fitness: Among 30 patients who underwent HS
heart endurance and blood circulation, choline are not easily available, another obat inhalasi mulai digunakan untuk penggunaan sistemik Dosis Terukur ( IDT )
BPT, 53.3% gave positive results, and
strength, muscle endurance and elasticity. agent is used as an alternative, such as yang memerlukan dosis kecil dan waktu yang cepat seperti - Dry Powder Inhalation ( DPI ), yang dapat berbentuk
among 22 histamine BPT patients, 68.2%
A method to measure VO2max is multi- hypertonic saline (NaCl 4.5%). dalam penggunaan insulin. Turbuhaler, Handihaler atau Diskus
were positive.
stage fitness test. - Cairan yang dapat berbentuk solutio atau suspensi.
The aim of this study is to measure the
Among infrequent episodic asthma MEKANISME KERJA Untuk dapat menjadi partikel, bentuk cairan ini harus
To find out VO2max difference between sensitivity and specificity of this agent
patients, 42.9% showed positive results Obat dalam bentuk partikel aerosol yang dapat dibentuk dari menggunakan alat bantu nebuliser
student who practice soccer and those compared with histamine.
, to HS, and 60% to histamine, compared
who don t, an analytical study was con- cairan ( pada nebulizer ) atau partikel aerosol yang dimampat-
with 77.8% and 85.7% in the group of
ducted with cross sectional approach. frequent episodic asthma. The sensitivity kan dengan gas sebagai zat pembawa ( MDI = Meterred Doze Metered Dose Inhaler
Sampling technique was purposive, ana- and specificity of HS as provocation agent Inhaler ) atau aerosol yang berasal dari bubuk kering ( Dry MDI berbentuk tabung kecil yang digunakan dengan cara di-
lysed with t test. Every group contained were 86.7% and 85.7% respectively; Powder Inhalation = DPI ), akan mencapai sasaran di saluran semprotkan. Diperlukan koordinasi antara semprot dan sedot
40 students. The result of research t test the positive predictive value was 92.9% napas bersama proses respirasi sesuai dengan ukuran partikel bagi penggunanya. Sulit dilakukan oleh anak-anak atau lanjut
= 6,423 and t table = 2,020 with signifi- and the negative predictive value was 75%. yang terbentuk dengan mekanisme hukum Brown yaitu usia, atau mereka yang mengalami gangguan neurologi. Dapat
cance level of 0,05, There is significant
impaksi, sedimentasi dan difusi. Impaksi adalah membentur digunakan dengan alat bantu berupa nebuhaler atau spacer;
VO2max difference between students HS can be used as an alternative to his-
who practice soccer and students who dan menempelnya partikel obat pada mukosa bronkus yang dengan alat bantu ini obat dapat dihirup dengan lebih perlahan,
tamine in BPT for diagnosing asthma with
do not. 86.7% sensitivity and and 85.7% specificity. terjadi karena pergerakan udara melalui inspirasi dan ekspirasi, sehingga lebih disukai pasien PPOK lanjut usia. Pada pasien yang
sedangkan sedimentasi adalah sampainya partikel sampai pada menggunakan ventilasi mekanik dapat digunakan dengan konektor
Cermin Dunia Kedokt. 2008; 35(7): 394-395 Cermin Dunia Kedokt. 2008; 35(7): 396-400 mukosa bronkus karena mengikuti efek dari gravitasi. pada pipa inspirasi ( tergantung dengan jenis/merk ventilator ).
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
388 389
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam keadaan tidak sesak napas berat MDI disemprotkan ber- Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar nebuliser dapat
samaan dengan inspirasi dalam, sangat diperlukan koordinasi memberikan hasil yang maksimal :
yang baik antara gerakan menyemprotkan obat dan inspirasi - kekuatan kompresor 6-8 l/menit
yang dalam. - volume obat 2-5 ml
- partikel yang dihasilkan sebagian besar 2-5 mikron
Dry Powder Inhalation - persentase partikel yang optimal > 50 %
DPI dapat lebih mudah digunakan, karena tidak memerlukan - kekuatan inspirasi ( bila menggunakan ventilator harus
koordinasi yang cepat antara semprot dan sedot. Tetapi peng- disesuaikan )
guna obat jenis ini memerlukan kekuatan otot pipi, sehingga - lama pemberian 5-10 menit
sulit pada pasien geriatri karena kekuatan otot pipinya sudah
berkurang. Macam Alat Bantu Nebuliser
Masker
Nebuliser Digunakan pada pasien dengan kesadaran menurun. Tidak
Nebuliser terdiri dari beberapa bagian yang terpisah, antara lain memerlukan koordinasi inspirasi atau ekspirasi dari pasien.
generator aerosol, nebuliser, tempat obat cair dan alat hisapnya Hati hati pada penggunaan kortikosteroid atau antikolinergik.
yang dapat berupa masker, mouthpiece atau kanul ( kanul
Mouthpiece
hidung, kanul trakeostomi )
Obat yang terhirup akan lebih efektif. Diperlukan koordinasi
inspirasi dan ekspirasi yang baik. Berikan sambungan konek-
Generator aerosol adalah sumber tenaga yang diberikan
tor di sisi ekspirasi untuk mengurangi obat yang terbuang
kepada nebuliser sehingga dapat mengubah cairan menjadi
melalui ekspirasi. Mouthpiece terbaru menggunakan klep
aerosol atau partikel halus (Gb.2). Beberapa macam dasar cara
untuk mengurangi obat yang terbawa keluar saat ekspirasi.
kerja adalah kompresor, ultrasound atau oksigen. Mekanisme
Konektor ventilator
kerja nebuliser sampai saat ini selalu berkembang, secara
Beberapa konektor telah mempunyai saluran langsung; bila
teknologi disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan obat,
tidak ada, dapat digunakan T konektor pada pipa inspirasi.
seperti misalnya untuk obat hipertensi pulmoner, atau insulin,
Pada trakeostomi diperlukan konektor khusus; dapat juga
dibuat secara khusus hanya untuk obat tersebut.
dengan T konektor biasa.
Di samping itu harus diperhatikan pula mengenai kontinuitas
kerja alat nebuliser, karena ada yang menggunakan tombol PEMAKAIAN TERAPI INHALASI DALAM KLINIK
pengatur keluarnya aerosol, atau tanpa tombol pengatur sehingga Dalam penanganan masalah respirasi, terapi inhalasi dapat
aerosol keluar terus menerus. Pada tipe kontinu banyak dosis berfungsi sebagai :
obat dapat terbuang, sedangkan yang menggunakan tombol - diagnostik
pengatur produksi aerosol dapat disesuaikan dengan pola napas - terapi.
pemakai. Ada pula tipe nebuliser dengan klep di mouthpiece- Sebagai alat diagnostik inhalasi digunakan pada :
nya yang akan secara otomatis tertutup bila pemakai tidak - uji bronkodilator dengan beta2 agonis
menarik napas, penggunaan obat juga menjadi efektif. - uji provokasi bronkus dengan metakolin
- induksi sputum dengan NaCl 3 %.
nebulised aerosol size is unstable in entrained ambient
air and rapidly loses water vapour, decreasing size Jika digunakan untuk pengobatan perlu diperhatikan be berapa
entrained patient inhalation
hal agar tercapai sasaran, terhindar dari efek samping dan
ambient air e.g. 15 L/min
e.g. 15-7=8 L/min nyaman bagi pasien, misalnya :
- tujuan pengobatan
- problem atau simptom respirasi yang menonjol
- kesadaran pasien
- diagnosis kerja saat itu
- lama penggunaan, jangka pendek atau jangka panjang
- bentuk obat dan alat bantu yang digunakan
compressed air
Gb.2. e.g. 7 L/min - jenis obat
- tempat kerja, ruang gawat darurat, ICU dengan mesin
Dikutip dari Dennis, JC, Workshop Aerosol Medicine, ERS 2005 bantu napas, ruang rawat atau di rumah.
Penggunaan terapi inhalasi dalam masalah respirasi biasanya Masker untuk wajah (facemask) sebaiknya tidak digunakan Pemberian dapat membantu melepaskan sputum yang mukoid. Obat berbentuk solutio tidak dapat dicampur dengan suspensi
ditujukan untuk : untuk kortikosteroid atau antikolinergik untuk mencegah efek Penambahan antikolinergik dapat meningkatkan efek bronko- karena berat molekul yang berbeda tidak akan terdispersi
- bronkodilatasi samping akibat partikel obat yang tertinggal di kulit sekitar dilatasi. Kortikosteroid atau antibiotik inhalasi tidak berfungsi menjadi partikel dengan maksimal. Sebagai pengencer sebaiknya
- mukolitik muka/wajah atau daerah mata. dalam kondisi seperti ini. Pemilihan alat bantu inhalasi sangat digunakan NaCl karena bersifat fisiologis.
- antiinflamasi mukosa bronkus penting, bila kesadaran masih baik pemilihan bentuk mouth-
- antibiotik mukosa bronkus dan alveolus Jenis obat piece akan memberikan efek yang lebih maksimal, bila kesadaran EFEK SAMPING
- anastesi lokal bronkus untuk tindakan bronkoskopi. Obat akan selalu disesuaikan dengan diagnosis atau kelainan menurun dapat digunakan masker oro-nasal. - Palpitasi, karena kelebihan dosis [ bronkodilator beta2agonis ]
saat itu. Kortikosteroid digunakan sebagai anti inflamasi bukan - Retensi CO2, bila menggunakan oksigen sebagai sumber
Kesadaran pasien bronkodilator jadi tidak digunakan pada keadaan akut. Sebaliknya Ruang ICU tenaga nebuliser pada terapi inhalasi pasien PPOK dalam
Kesadaraan pasien sangat penting untuk mendapatkan hasil beta2agonis merupakan bronkodilator yang digunakan pada Di sini biasanya pasien dalam mesin bantu napas. Pasien dengan waktu yang lama
terapi yang maksimal; misal menggunakan masker; sedangkan keadaan akut; jika bronkodilatasi sudah tercapai, fungsinya sputum produktif dan mukoid dapat diberi inhalasi mukolitik, - Depresi SSP bila menggunakan morfin
pada penderita yang kompos mentis dan kooperatif penggu- dapat saja berkurang sehingga dapat timbul efek samping sebaiknya ditambahkan bronkodilator untuk mencegah bronko- - Bronkospasme pada beberapa obat
naan mouthpiece akan lebih efektif. Pada penggunaan nebu- seperti tremor atau berdebar. spasme. Dosis bronkodilator lebih kecil dari dosis untuk bronko- - Glaukoma, pada penggunaan antikolinergik dengan masker
liser yang diskontinu, pengaturan pemasukan obat dapat dilatasi. Penggunaan steroid inhalasi diberikan untuk menunjang - Mikosis kulit wajah bila menggunakan steroid inhalasi
disesuaikan dengan waktu inspirasi pasien. Tidak setiap obat berbentuk solutio dapat digunakan untuk steroid sistemik pada kasus inflamasi saluran napas cukup nyata dengan masker
terapi inhalasi. Farmasi membuat khusus solutio untuk terapi dan memerlukan terapi steroid jangka panjang, misalnya pada - Kontaminasi mikroorganisme bila desinfeksi kurang
Diagnosis kerja inhalasi, antara lain beta2agonis, kortikosteroid tertentu, NaCl, serangan asma berat atau PPOK eksaserbasi akut yang mempunyai - Kerusakan partikel obat bila menggunakan jenis nebuliser
Diagnosis problem respirasi yang dapat menggunakan terapi antibiotik tertentu. Penggunaan obat secara kombinasi tidak di- respons positif dengan kortikosteroid. yang tidak sesuai
inhalasi. anjurkan kecuali diketahui tidak timbul reaksi antar obat tersebut. - Batuk bertambah karena iritasi laring bila terdapat laringitis
- Asma Antibiotik inhalasi hanya bermanfaat bila infeksi mukosa bronkus atau faringitis
- PPOK Obat obatan yang telah tersedia dalam kemasan terapi inhalasi dapat terbukti, ( biasanya pada penggunaan mesin bantu napas
- Bronkiektasis antara lain : yang sudah beberapa waktu). Penggunaan antibiotik untuk
- Fibrosis kistik - beta2agonis misal salbutamol, terbutalin, fenoterol, pencegahan/prevensi infeksi tidak direkomendasi karena dapat DAFTAR PUSTAKA
- Gagal jantung dengan hipereaktif bronkus formoterol, salmeterol menyebabkan resistensi kuman. Inhalasi pulmonary vasodilator 1. ERS Workshop Medical Aerosol. Budapest 2005
- Stroke dengan retensi sputum - antikolinergik misal ipratroprium bromide, tiotropium jangka pendek, misalnya prostacycline atau nitric oxide dapat 2. ERS guideline on the use of nebulizer. Eur Respir J 2001;18:228-242
- Pneumoni aspirasi - kortikosteroid misal budesonide, fluticasone menurunkan hipertensi pulmoner dan meningkatkan oksige- 3. Device Selection and Outcome of Aerosol Therapy: Evidence Based
Guidelines: American College of Chest Physicians/American College of
- Infeksi Pneumocystis carinii - antibiotik misal tobramycin nasi pada ARDS. Pemilihan alat nebuliser disesuaikan dengan Asthma, Allergy and Immunology. Chest 2005; 127;335-371
- Hipertensi pulmoner - prostacyclin tipe mesin bantu napas yang digunakan, tidak setiap tipe mesin
bantu napas dapat digunakan untuk terapi inhalasi, bila dimodi-
Saat penggunaan Tempat perawatan fikasi harus tetap diperhatikan mekanisme inhalasi yang terjadi,
Dalam keadaan akut : Bila ditinjau dari tempat terapi inhalasi digunakan, dapat dibedakan : apakah dapat berefek maksimal.
- Asma serangan akut - terapi inhalasi di ruang gawat darurat
- PPOK eksaserbasi - terapi inhalasi di ICU Ruang rawat
- Gagal jantung dengan hiperaktifitas bronkus - terapi inhalasi di ruang rawat Di ruang rawat penggunaan terapi inhalasi berdasarkan ber-
Pada penatalaksanaan jangka panjang : - terapi inhalasi di rumah atau perorangan. bagai tujuan baik sebagai alat bantu diagnostik ataupun terapi.
- Asma persisten sedang sampai berat Diagnostik inhalasi dengan NaCl pekat dilakukan untuk induksi
- PPOK stabil Ruangan terapi inhalasi dilaksanakan dapat menggambarkan sputum sebagai salah satu cara pengumpulaan sputum untuk
- Bronkiektasis tujuan terapi dan kondisi penderita, obat dan alat yang digunakan. bahan pemeriksaan. Uji bronkodilator dilakukan untuk melihat
- Fibrosis kistik kecukupan dosis bronkodilator. Pada umumnya terapi inhalasi
- Pencegahan infeksi Pneumocystis carinii Ruang Gawat Darurat di ruang rawat banyak dimanfaatkan untuk obstruksi saluran
Di ruang gawat darurat masalah respirasi yang sering ditemui napas, bronkokonstriksi cepat teratasi dengan pemberian inhalasi
Bentuk obat dan alat bantu adalah obstruksi bronkus sedang sampai berat. Obstruksi berat yang adekuat, dosis maupun kekerapan pemberian.
Pemilihan bentuk obat dan alat bantu (MDI, DPI atau nebuliser) kadang kadang disertai dengan kesadaran menurun atau hipok-
harus disesuaikan dengan kemampuan koordinasi gerakan semi berat. Pada kondisi seperti ini keadaan mengancam jiwa PEMILIHAN OBAT
pasien. Penggunaan di ruang gawat darurat lebih mudah adalah masalah utama, tindakan yang pertama dilaksanakan Obat yang digunakan dalan terapi inhalasi nebuliser berbentuk
dengan nebuliser. Dalam penggunaan jangka panjang bentuk adalah membebaskan jalan napas dan oksigenasi. Nebuliser dengan solutio, suspensi atau obat khusus yang memang dibuat untuk
MDI atau DPI lebih mudah. Nebuliser jet dapat digunakan untuk bronkodilator, pemberian oksigen dan perbaikan posisi saluran terapi inhalasi, seperti bronkodilator atau kortikosteroid.
suspensi maupun solutio. Nebuliser ultrasound hanya dapat napas penderita harus segera dilakukan. Kombinasi obat dalam terapi inhalasi sebaiknya dilakukan
digunakan untuk solutio. secara rasional.
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
392 393
HASIL PENELITIAN HASIL PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Suatu per- HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbedaan VO2.max antara mukaan datar yang tidak licin, sekurang-kurangnya sepanjang
22 meter, mesin pemutar kaset, kaset audio, pita meteran untuk
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 80 sampel yang
latihan sepakbola dan tidak, dapat dilihat dari grafik 1 :
Siswa yang Latihan Sepakbola mengukur jalur sepanjang 20 meter, kerucut - kerucut penanda
batas jarak + 1 - 1,5 cm.
dengan yang Tidak Latihan Sepakbola Cara kerja dalam penelitian ini dengan pengukuran kapasitas 50
di Pondok Pesantren Darul Hijrah maksimal O2 (VO2.max) menggunakan multistage fitness test, 40
52,905 + 4,446
45,905 + 6,517
dengan langkah kerjanya sebagai berikut : 30
memperoleh VO2. max yang baik(10). latihan olahraga. nakan uji t. Rincian Daftar Pustaka ada pada redaksi.
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
394 395
HASIL PENELITIAN HASIL PENELITIAN
Uji Provokasi Bronkus dengan Desain penelitian ini adalah untuk membandingkan suatu perangkat
diagnostik dengan baku emas; dalam hal ini uji provokasi dengan
nya, minimal 2 minggu kemudian pasien menjalani uji provo-
kasi dengan histamin dengan cara standar. Dikatakan positif
Salin Hipertonis salin hipertonik dibandingkan dengan uji menggunakan histamin. apabila selama proses provokasi terjadi penurunan FEV1 ≥ 20%
dibanding prediksi. Dikatakan negatif apabila selama proses
Penelitian dilakukan di Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu provokasi berlangsung tidak terjadi penurunan FEV1 ≥ 20%
Bambang Supriyatno, Nastiti N. Rahajoe
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta Kesehatan Anak FKUI-RSCM sejak November 2000 - November nilai prediksi atau setelah pemberian histamin dosis 8 mg/ml.
2001. Setiap pasien asma yang berobat di Poliklinik Pulmonologi
Anak dan berusia di atas 6 tahun menjalani uji provokasi HASIL
ABSTRAK dengan salin hipertonik dan dengan histamin. Kriteria inklusi Karakteristik pasien
Prevalensi asma makin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Diagnosis asma Terdapat 22 anak lelaki dan 8 anak perempuan dengan per-
adalah pasien sudah didiagnosis asma berdasarkan Konsensus
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang baku menggunakan uji provokasi dengan histamin atau metakolin. bandingan 3:1. Usia berkisar antara 7 - 15 tahun dengan usia
Nasional penanganan asma anak, berusia di atas 6 tahun dan
Mengingat histamin sulit didapat, maka dicari beberapa alternatif antara lain menggunakan salin hipertonis (NaCl 4,5%). terbanyak 9 tahun. Asma yang terutama adalah asma episodik
dapat melakukan uji fungsi paru dengan baik dan benar, ber-
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas uji provokasi salin hipertonis dibandingkan jarang (70,0%), tidak dijumpai asma persisten. Riwayat atopi
sedia mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent,
keluarga didapatkan pada 70,0%, sedangkan atopi pasien 66,7%.
dengan histamin. Metodologi yang digunakan adalah desain uji diagnostik membandingkan uji provokasi salin hipertonis tidak menggunakan natrium kromoglikat, nedokromil, bronko-
dengan histamin. Pasien yang telah didiagnosis asma berdasarkan kriteria Konsesus Nasional Penanganan Asma Anak dilator kerja cepat atau ipatropium bromida dalam 6 jam
Gejala yang selalu ada adalah batuk, sedangkan wheezing hanya
manjalani uji provokasi dengan salin hipertonis atau dengan histamin; 30 pasien dengan salin hipertonik dan 22 pasien sebelum provokasi, tidak menggunakan bronkodilator lepas dijumpai pada 36,7% pasien asma. Sebagian besar pasien tidak
dengan histamin. Didapatkan bahwa usia terbanyak adalah 9 tahun dengan perbandingan lelaki dan perempuan adalah lambat dalam 12 jam sebelum provokasi dan dapat menggu- terganggu baik aktivitas maupun tidurnya (80,0%). Paparan
3:1. Yang terbanyak menderita asma episodik jarang (70,0%). 70,0% dengan riwayat atopi pada keluarga sedangkan nakan spirometer dengan baik. Kriteria eksklusi adalah apabila terhadap rokok dijumpai pada 26,7%, sedangkan kapuk 50%,
atopi pada pasien 66,7%. Uji provokasi bronkus dengan salin hipertonis menghasilkan 53,3% positif, sedangkan uji provo- nilai FEV1 kurang dari 65%. Uji provokasi salin hipertonik obat nyamuk 56,7%, bulu binatang 40,0%. Peningkatan IgE
kasi dengan histamin 68,2% positif. Berdasarkan derajat asma didapatkan bahwa pada asma episodik jarang 9/21(42,9) % menggunakan larutan NaCl 4,5% produksi Otsuka, dilakukan dan eosinofil total masing-masing dijumpai pada 70,0% dan
positif terhadap salin hipertonis dan 9/15(60) % positif terhadap histamin. Sedangkan pada asma episodik sering masing- sesuai dengan cara Anderson. 73,3% pasien asma. Uji kulit dilakukan pada 20 pasien dengan
masing 7/9(77,8) % dan 6/7(85,7)% positif terhadap salin hipertonis dan histamin. Berdasarkan hasil di atas didapatkan hasil uji positif pada 15/20 (75)% pasien, terutama (90%) positif
sensitivitas 86,7% dan spesifisitas 85,7% dengan nilai prediktif positif 92,9% dan nilai prediktif negatif 75,0%. Uji provo- Uji provokasi terhadap tungau debu rumah.
kasi bronkus menggunakan salin hipertonis dapat digunakan sebagai alternatif untuk diagnosis asma dengan nilai sensitivi- Menggunakan nebulizer ultrasonik dengan kecepatan antara
tas dan spesifisitas masing-masing 86,7% dan 85,7%. 1,5 - 2 ml per menit. Canister diisi dengan 200 ml larutan salin Tabel 1. Karakteristik pasien
4,5%, bila berkurang harus diisi kembali agar volumenya tidak
Kata kunci: asma, uji provokasi bronkus, salin hipertonik kurang dari 150 ml, canister dihubungkan dengan nebulizer.
Jumlah
Sebelum uji dilakukan canister, tabung aerosol serta penutupnya Lelaki Perempuan
n(%) n(%)
ditimbang.
PENDAHULUAN Diagnosis asma sebenarnya tidak sulit. Pasien umumnya mem- Umur (tahun):
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran punyai riwayat serangan yang berulang dan kadang-kadang Diberikan pemaparan awal memakai nebulizer ultrasonik selama • 6-<9 3(13,7) 0(0,0)
nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, hilang secara spontan. Apabila pasien tidak dalam serangan, 30 detik, semenit kemudian dilakukan pemeriksaan FEV1 • 9-<12 8(36,3) 5(62,5)
eosinofil dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini pemeriksaan fisik, spirometri dan foto toraks dapat normal sebanyak 2 atau 3 kali. Provokasi berikutnya 3 menit setelah • 12-<15 8(36,3) 2(25,0)
menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, sempit walaupun anamnesis mencurigakan adanya asma. Dalam hal/ yang pertama. Jika FEV1 menurun sebesar < 20%, maka waktu • >15 3(13,7) 1(12,5)
dada dan batuk khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini keadaan ini perlu dilakukan uji provokasi bronkus. paparan ditingkatkan 2 kali lipat. Jika FEV1 menurun ≥ 20%
biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang atau setelah pemberian 23 ml salin hipertonis maka provokasi Klasifikasi asma:
luas namun bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat Uji provokasi bronkus bertujuan untuk mengetahui ada/tidaknya • AEJ 14(63,6) 7(87,5)
dihentikan. Periode inhalasi adalah 30 detik, 1 menit, 2 menit, 4
hipereaktivitas bronkus, suatu kelainan yang mendasari asma.4,5 • AES 8(36,4) 1(12,5)
reversibel baik spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi menit dan 8 menit. Setelah uji dilakukan, canister, tabung
Diketahui ada beberapa macam uji provokasi bronkus berdasar- • Persisten 0(0,0) 0(0,0)
ini juga berhubungan dengan hipereaktivitas jalan nafas terhadap aerosol serta penutupnya ditimbang.
kan jenis rangsangan dan cara pemberiannya. Cara yang telah
berbagai rangsangan.1
diketahui dan digunakan secara umum adalah menggunakan Atopi pasien
Uji provokasi dikatakan positif jika terjadi penurunan FEV1 >
histamin dan metakolin serta uji beban kerja; sedangkan cara • Positif 15(68,1) 5(62,5)
Definisi di atas sehari-hari sukar diterapkan. Untuk itu Unit Kerja 20% nilai prediksi; dikatakan negatif apabila setelah paparan
lain adalah dengan inhalasi salin hipertonis yang akhir-akhir ini • Negatif 7(31,9) 3(37,5)
Koordinasi (UKK) Pulmonologi PP IDAI merumuskan definisi makin diminati. 4,6,7 inhalasi selama 8 menit selama proses tidak terjadi penurunan
asma sebagai batuk dan/atau mengi berulang dengan karakteristik FEV1 ≥ 20% nilai prediksi. Hasilnya dicatat menggunakan Atopi keluarga
timbul secara episodik, cenderung malam hari/dini hari (nokturnal), Penelitian ini mengenai uji provokasi bronkus dengan inhalasi formulir yang telah disediakan. Selain pencatatan uji provokasi, • Positif 16(72,7) 5(62,5)
musiman, setelah aktifitas fisik, serta adanya riwayat asma atau salin hipertonis untuk dibandingkan sensitivitas dan spesifisitas- juga dilakukan penelusuran anamnesis dan pemeriksaan yang • Negatif 6(27,3) 3(37,5)
atopi lain pada pasien atau keluarganya.2 nya terhadap uji menggunakan histamin. sudah pernah dijalani.
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
396 397
HASIL PENELITIAN
Hasil positif uji provokasi dengan salin hipertonik dijumpai pada Usia pasien pada penelitian ini di atas 7 tahun mengingat anak
16/30(53,3)% pasien sedangkan pada provokasi dengan usia di bawah 7 tahun belum dapat menjalani pemeriksaan uji
histamin dijumpai pada 15/22(68,2)% pasien. Apabila dirinci fungsi paru dengan benar. Kanengiser9 dan Crenesse,10 men-
lebih jauh ternyata pada asma episodik jarang dijumpai positif dapatkan data bahwa pemeriksaan spirometri atau uji fungsi
pada 9/21(42,9)% pasien, sedangkan pada asma episodik paru pada anak 3-5 tahun harus hati-hati diinterpretasi.
sering pada 7/9(77,9)% pasien (tabel 2). Pada penelitian ini
hanya 22 pasien saja yang diuji provokasi dengan histamin Gejala yang selalu ada adalah batuk dan 36,7 % pasien pernah
karena keterbatasan bahan uji. mengalami wheezing. Hal ini sesuai dengan definisi asma ber-
dasarkan Konsensus Nasional Penanganan Asma Anak,2 mau-
Tabel 2. Sebaran provokasi dengan salin hipertonik berdasarkan derajat asma pun konsensus internasional.11 Entri atau gejala awal yang harus
diwaspadai adalah batuk dan atau mengi. Batuknya bersifat
Salin hipertonik (n=30) Histamin (n=22) episodik (berulang), terutama pada malam hari, dan kadang-
Positif (%) Negatif (%) Positif (%) Negatif (%) kadang dapat sembuh dengan atau tanpa pengobatan.
AEJ 9(42,9) 12(57,1) 9(60,0) 6(40,0) Gangguan tidur maupun aktifitas sehari-hari yang kadang-kadang
saja dapat sesuai dengan diagnosis asma. Sebagian besar asma pada
AES 7(77,8) 2(22,2) 6(85,7) 1(14,3) penelitian ini adalah asma episodik jarang (70,0%), tidak dijumpai
asma persisten. Pada asma episodik jarang biasanya memang tidak
Asma
persisten 0(0,0) 0(0,0) 0(0,0) 0(0,0) dijumpai gangguan tidur maupun aktifitas sehari-hari.1,2,11
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
400 401
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran klinis
Rasa asam di mulut dan nyeri ulu hati (heartburn) akibat kontak
refluks dengan mukosa yang sensitif, menyebabkan inflamasi
dan disfagi. Zat refluks tersebut dapat mengenai faring dan
mulut, menyebabkan laringitis, suara parau dan pneumonia
PENGOBATAN ASMA BRONKIAL aspirasi, fibrosis paru atau asma kronik. Banyak penderita GERD
Managemen pengobatan asma didasarkan atas : Menegakkan yang asimptomatis atau mengobati sendiri dan tidak mencari
pertolongan sampai terjadi komplikasi berat.
diagnosis asma yang benar, identifikasi dan menghindari faktor
pencetus asma, edukasi pada keluarga, seleksi pengobatan yang
Gejala GERD tidak hanya gastroesofageal tetapi juga ekstra
tepat, monitor serta modifikasi menajemen asma untuk meng-
esofageal terutama berhubungan dengan asma dan batuk
kontrol asma dalam jangka waktu panjang. Pengobatan agresif
kronik. Menurut penelitian Platova dkk (2001) pada 14 penderita
dan mencegah eksaserbasi asma harus segera dilakukan secara
asma yang berbeda-beda beratnya, pengobatan GERD mengu-
efektif, efisien untuk meningkatkan kualitas hidup penderita.
rangi keluhan asma seperti batuk dan meningkatkan kualitas
hidup penderita meskipun tidak mempunyai efek pada faal
Obat yang dipakai adalah :
paru dan juga tidak mengurangi dosis pengobatan terhadap
1. Agonis reseptor adrenergik beta dua baik yang berefek asmanya. Peneliti lain (Yuwanto, Chudahman Manan 2002)
kerja singkat (short acting): metaproterenol, terbulalin, menemukan bahwa pengobatan GERD akan mengurangi dosis
albuterol; maupun yang bekerja lama (long acting) seperti pengobatan asma dan meningkatkan faal paru.
salmeterol, baik secara oral maupun inhalasi/(MDI) yang
memberi relaksasi otot polos termasuk LES. Pengobatan kasus GERD yang ringan cukup dengan mengubah
2. Kortikosteroid : mempunyai efek anti inflamasi, modulasi gaya hidup dan obat anti sekretan yang dijual bebas. Pada
fungsi lekosit, regulasi nuklear protein, reseptor katekholamin, kasus sedang, simetidin 300 mg b.i.d atau famotidin 20 mg
eikosanoid dan integritas vaskular entotkhelial. Efek samp- b.i.d atau ranitidin 150 mg b.i.d untuk 6-12 minggu sangat
ingnya gastritis dan ulkus peptikum. efektif mengurangi gejala klinis. Pada kasus berat, omeprazol
Ada dua cara pengobatan yaitu inhalasi dan oral. Selain itu 40 mg/hari, lansoprazol 30 mg/hari selama 8 minggu dapat
juga dapat dikombinasi dengan beta agonis dan lekotriene menyembuhkan gastritis erosiva pada 90 % penderita. Operasi
modifiers. antirefluks hanya dilakukan jika refluks resisten terhadap
3. Teofilin oral juga dipakai pada asma, kadang-kadang digabung pengobatan; pada anak-anak, cara laparoskopi fundaplication
dengan steroid. Metilxanthin menginhibisi ensim fosfodies- memberi hasil yang baik. Indikasi operasi pada anak adalah
terase, menyebabkan pengingkatan cAMP. Yang sering di- bronkopneumonia berulang (29% kasus), apnoe (18% kasus),
gunakan adalah aminofilin dan teofilin. Efek sampingnya gangguan nutrisi (17% kasus), asma bronkial (15% kasus),
gastritis. striktur esofagus (8%), sufokasi laringitis (6%).
PENDAHULUAN
Rinitis alergi merupakan penyakit hipersensitivitas tipe 1 yang di- Mekanisme gangguan fungsi tuba Eustachius pada rinitis alergi
perantarai oleh Ig E pada mukosa hidung dengan gejala karakteristik didasari atas kesamaan antara mukosa rongga hidung, nasofaring,
berupa bersin-bersin, rinore encer, obstruksi nasi dan hidung gatal1. tuba Eustachius dan telinga tengah, sehingga proses inflamasi
alergi di mukosa hidung dapat berlanjut ke mukosa nasofaring
Berdasarkan atas saat pajanan rinitis alergi diklasifikasikan menjadi dan tuba Eustachius6.
rinitis alergi musiman (seasonal) dan rinitis alergi tahunan (perennial).
ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) bekerja sama Gangguan fungsi ventilasi tuba Eustachius dapat dideteksi
dengan WHO 2001 membuat klasifikasi baru rinitis alergi ber- melalui pemeriksaan timpanometri. Dengan melihat tekanan udara
dasarkan parameter gejala dan kualitas hidup penderita. Berdasar- dengan compliance maksimum pada timpanogram maka tekanan
kan atas lama dan beratnya penyakit, rinitis alergi diklasifikasi- telinga tengah dapat ditentukan. Jika dalam batas normal berarti
kan menjadi intermiten ringan, intermiten sedang berat, persisten fungsi ventilasi tuba Eustachius dikatakan normal sebab tuba
ringan dan persisten sedang berat1. Eustachius dapat menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah
dengan tekanan udara sekitarnya. Jika tuba Eustachius tersumbat,
Rinitis alergi berdampak pada penurunan kualitas hidup pende- maka akan terjadi tekanan negatif tinggi dalam telinga tengah
ritanya, penurunan produktifitas kerja, prestasi di sekolah, akti- akibat absorpsi gas oleh mukosa telinga tengah. Tekanan
fitas sosial dan malah pada penderita dengan alergi berat dan negatif lebih dari -100 mm H2O menandakan adanya gangguan
lama dapat menyebabkan gangguan psikologis seperti depresi 2,3,4. fungsi ventilasi tuba Eustachius7-10. Pada membran timpani
Rinitis alergi juga dapat mengganggu fungsi fisiologik tuba adesiva atau ruang telinga tengah dipenuhi cairan pada otitis
Eustachius5. Gangguan fungsi ventilasi tuba menyebabkan peruba- media serosa, maka tidak ada titik compliance maksimum sehingga
han tekanan udara telinga tengah menjadi tekanan negatif. timpanogramnya menjadi mendatar.
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
404 405
HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai gangguan fungsi ventilasi tuba Eustachius Penderita rinitis alergi dengan infeksi saluran nafas atas, deviasi
pada penderita rinitis alergi telah dilaporkan oleh Lazo Saenz septum nasi berat, polip nasi stadium 2 dan 3, riwayat operasi
dkk. Pada 60 orang penderita rinitis alergi dan 50 orang normal telinga tengah, hidung, nasofaring dan tumor di sinonasal serta
dilakukan pemeriksaan timpanometri. Di kelompok penderita nasofaring tidak diikutkan dalam penelitian ini. Kelompok kontrol
rinitis alergi didapatkan 15,5% dengan timpanogram abnormal adalah orang tanpa kelainan THT secara klinis. Pengambilan
( 13% tipe C dan 3% tipe B) sedangkan di kelompok kontrol sampel menggunakan tehnik purposive sampling. Pada pen-
seluruhnya dengan timpanogram tipe A11. Kudelska dkk. derita rinitis yang datang ke poliklinik THT dilakukan anamnesis,
melakukan pemeriksaan audiometri dan timpanometri pada 30 pemeriksaan THT, tes alergi, dan pemeriksaan timpanometri
penderita rinitis alergi seasonal dan 30 penderita rinitis alergi dengan alat impedance audio traveler tipe AA 222, dengan
perennial. Hasilnya pada penderita rinitis alergi perennial ditemu- serial no. 128998 dan software version 1.09116 kalibrasi tahun
kan gangguan pendengaran tipe konduktif 26,7% dengan 2005.
gambaran timpanogram tipe B dan tipe C masing-masing 20%
sedangkan pada penderita rinitis alergi seasonal ditemukan HASIL PENELITIAN
gangguan pendengaran tipe konduktif 10% dengan gambaran Sampel penelitian berjumlah 30 orang terdiri dari laki-laki 14
timpanogram tipe B 3,33% dan tipe C 6,67% 12. (46,7%) dan perempuan 16 (53,3%), berumur antara 17 - 60
tahun, rerata umur 27,9 tahun. Kelompok umur paling banyak
Mempertimbangkan dampak gangguan tuba Eustachius akibat adalah ≤ 20 tahun.
rinitis alergi pada telinga tengah, maka perlu dilakukan deteksi
fungsi ventilasi tuba Eustachius pada penderita rinitis alergi. Pada kelompok kasus 14 orang (46,7%) termasuk rinitis alergi
persisten sedang berat, 11 orang (36,7%) persisten ringan, 4
BAHAN dan CARA orang (13,3%) intermiten ringan dan 1 orang (3,3%) intermiten
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study. sedang berat.
Sampel penelitian terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok kasus
dan kelompok kontrol. Kelompok kontrol adalah penderita Gambaran tipe timpanogram berdasarkan derajat rinitis alergi
rinitis alergi yang datang ke Poliklinik THT-KL RS. Perjan Dr. Wahidin dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 dengan gambaran timpanogram
Sudirohusodo, Makassar dengan hasil prick test alergen inhalan terbanyak adalah tipe A. Tipe B hanya ada 1 (3,3%) dan tipe C
positif, berusia 17 sampai 60 tahun, membran timpani utuh, 3 (10 %). Berdasarkan derajat rinitis alergi, semua kelainan
bebas obat antihistamin, kortikosteroid dan dekongestan minimal timpanogram ada di kalangan penderita rinitis alergi persisten
5 hari, dan tidak pernah mendapat imunoterapi. sedang berat.
Tabel 1. Distribusi tipe timpanogram telinga kanan pada kelompok kontrol dan kelompok kasus
K a s u s
Tipe
Timpano Kontrol
Intermiten Persisten Intermiten Persisten
gram Total
ringan ringan sedang berat sedang berat
28 4 9 1 11 25
A
93,3% 100,0% 81,8% 100,0% 78,7% 83,3%
2 0 2 0 1 3
As
6,7% 0,0% 18,2% 0,0% 7,1% 10,0%
0 0 0 0 0 0
B
0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
0 0 0 0 2 2
C
0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 14,2% 6,7%
30 4 11 1 14 30
Total
100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
p = 0,698
Tabel 2. Distribusi tipe timpanogram telinga kiri pada kelompok kontrol dan kelompok kasus
Tipe K a s u s
Timpano Kontrol
Intermiten Persisten Intermiten Persisten
gram Total
ringan ringan sedang berat sedang berat
26 3 11 1 11 26
A
86,7% 75,0% 100,0% 100,0% 78,7% 86,7%
4 1 0 0 1 2
As
13,3% 25,0% 0,0% 0,0% 7,1% 6,7%
0 0 0 0 1 1
B
0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 7,1% 3,3%
0 0 0 0 1 1
C
0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 7,1% 3,3%
30 4 11 1 14 30
Total
100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
p = 0,787
Tabel 3. Distribusi hasil tes Valsava telinga kanan pada kelompok kontrol dan kelompok kasus
K a s u s
Tes
Valsalva Kontrol Intermiten Persisten Intermiten Persisten
Total
ringan ringan sedang berat sedang berat
15 1 3 1 2 7
Positif 50,0% 25,0% 27,3% 100,0% 14,7% 23,3%
15 3 8 0 12 23
Negatif 50,0% 75,0% 72,7% 0,0% 85,3% 76,7%
30 4 11 1 14 30
Total 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
p = 0,258
Tes Valsava positif pada telinga kanan kelompok kontrol 15 orang (50,0%) sedangkan pada kelompok kasus hanya 7 orang (23,3%).
Penderita rinitis alergi intermiten ringan 1 orang (25,0%) dengan tes Valsava positif dan 3 orang (75,0%) negatif. Pada rinitis alergi
persisten ringan 3 orang (27,3%) dengan tes Valsava positif dan 8 orang (72,7%) negatif. Hasil tes Valsava pada rinitis alergi persisten
sedang berat didapat hanya 2 orang (14,7%) positif dan 12 orang (85,3%) negatif.
Tabel 4. Distribusi hasil tes Valsava telinga kiri pada kelompok kontrol dan kelompok kasus
K a s u s
Tes
Valsalva Kontrol Intermiten Persisten Intermiten Persisten
Total
ringan ringan sedang berat sedang barat
13 0 3 0 4 7
Positif 43,3% 0,0% 27,3% 100,0% 28,6% 23,3%
17 4 8 1 10 23
Negatif 56,7% 100,0% 72,7% 0,0% 71,4% 76,7%
30 4 11 1 14 30
Total 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
p = 0,608
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa tes Valsava positif pada telinga kiri kelompok kontrol 13 orang (43,3%) dan hanya 7 orang
(23,3%) pada kelompok kasus. Penderita rinitis alergi intermiten ringan dan intermiten sedang berat semuanya (100,0%) dengan
tes Valsava negatif. Pada rinitis alergi persisten ringan 3 orang (27,3%) dengan tes Valsava positif, 8 orang (72,7%) negatif. Hasil
tes Valsalva pada persisten sedang berat adalah 4 orang (28,6%) positif dan 10 orang (71,4%) negatif.
PEMBAHASAN Uji statistik (Chi-Square) antara tes Valsava kelompok kontrol dan
Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang penderita rinitis kelompok kasus pada kedua telinga menghasilkan nilai p yang
alergi dan 30 orang kontrol berusia antara 17 - 60 tahun dengan tidak bermakna (kanan p =0,258 dan kiri p =0,608). Selain itu, Kelainan Gigi dan Jaringan
rerata (mean) umur 27,97 tahun. Perempuan sedikit lebih banyak dilakukan juga pengujian terhadap klasifikasi, tipe timpanogram,
daripada laki-laki, terbanyak di kelompok umur ≤ 20 tahun;
paling sedikit kelompok umur 51 - 60 tahun.
tes Toynbee, dan tes Valsava antara telinga kanan dan telinga kiri.
Dengan uji statistik Chi-Square didapatkan tidak ada perbedaan
Pendukung Gigi yang Sering Ditemui
yang bermakna antara telinga kanan dan telinga kiri pada rinitis Adi Prayitno
Sesuai klasifikasi ARIA WHO 2001, penderita rinitis alergi persisten alergi ( ARIA WHO 2001) dengan tipe timpanogramnya. Demikian Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta /
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Muwardi Surakarta.
sedang berat merupakan sampel terbanyak pada penelitian ini pula pada tes Toynbee dan tes Valsava tidak didapatkan perbe-
yaitu 46,7% kemudian rinitis alergi persisten ringan (36,7%), daan yang bermakna antara telinga kanan dan telinga kiri.
intermiten ringan (13,3%) dan rinitis alergi intermiten sedang Semua nilai p yang tidak bermakna tersebut mungkin karena ABSTRAK
berat (3,3%). Alimah Y (2005) dalam penelitiannya juga men- besar sampel penelitian yang merupakan jumlah minimal yang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara keseluruhan dan perihal hidup. Gigi yang sehat adalah
dapatkan rinitis alergi persisten sedang berat yang paling banyak dapat digunakan untuk penelitian.
yaitu 57,5% dari seluruh sampel. Hal ini karena rinitis alergi umum- gigi yang rapi, bersih, bercahaya dan didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Tujuan penelitian ini
nya dianggap bukan penyakit yang amat serius bahkan sering SIMPULAN adalah untuk mengetahui macam kelainan dan tindakan yang dilakukan di RSUD dr Muwardi Solo. Jenis Penelitian ini adalah
diabaikan. Biasanya penderita baru datang memeriksakan diri 1. Rinitis alergi (ARIA WHO 2001) tidak berpengaruh bermakna observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah pasien yang datang berobat ke poliklinik Gigi
apabila gejala-gejala rinitis alergi sudah berlangsung lama dan terhadap gangguan fungsi ventilasi tuba Eustachius diband-
dan Mulut RSUD dr Muwardi, Surakarta. Jumlah sampel adalah semua pasien yang datang ke poliklinik selama 1 tahun pada
mengganggu aktifitas sehari-hari seperti ada gangguan tidur, ingkan dengan kelompok kontrol.
kegiatan di sekolah / pekerjaan, bersantai maupun berolahraga 2. Berbagai derajat rinitis alergi (ARIA WHO 2001) tidak berpen- tahun 1994 dan 2004. Data berupa macam kelainan gigi dan mulut dan tindakan. Data yang terkumpul dianalisis dengan
atau telah timbul komplikasi rinitis alergi. garuh bermakna terhadap gangguan fungsi ventilasi tuba analisa kuantitatif dan disajikan dalam gambar. Kesimpulan penelitian ini adalah ada perbedaan dalam macam kelainan gigi
Eustachius. dan mulut dan ada perbedaan tindakan antara tahun 1994 dan 2004. Ada kenaikan jumlah pada macam kelainan dan tinda-
Pada penelitian ini dilakukan timpanometri terhadap kedua kan yang nyata.
kelompok sampel. Hasilnya menunjukkan bahwa pada penderita SARAN
rinitis alergi didapatkan 1 orang (3,3%) timpanogram tipe B dan 1. Meskipun ditemukan pengaruh yang tidak bermakna, penga- Kata kunci : Kelainan Gigi; Kelainan Jaringan Pendukung Gigi; Tindakan; Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
3 orang (10,0%) timpanogram tipe C. Sedangkan pada kelompok ruh rinitis alergi terhadap gangguan fungsi ventilasi tuba tidak
kontrol semuanya dengan timpanogram tipe A dan tipe As. dapat diabaikan.
Angka ini hampir sama dengan hasil penelitian Lazo-Saenz,dkk. 2. Penanganan rinitis alergi jangan hanya difokuskan pada PENDAHULUAN Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
yang melakukan pemeriksaan timpanometri pada 80 orang rinitis gejala di hidung saja tetapi perlu juga diingat komplikasinya Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan berikut : kelainan gigi dan mulut tersering manakah yang dapat
alergi dan 50 orang normal sebagai kontrol, didapatkan 3% terhadap fungsi tuba Eustachius. secara keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudi- ditemui dan adakah perbedaan antara tahun 1994 dan 2004 ?
kelompok rinitis alergi dengan timpanogram tipe B dan 13% 3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dayakan diseluruh masyarakat (Yuyus. R, 1996). Gigi yang sehat
tipe C sedangkan pada kelompok kontrol semua dengan timpa- dengan metode dan alat lain untuk mendapat hasil yang lebih adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya dan didukung oleh gusi METODE PENELITIAN
nogram tipe A. akurat. yang kencang dan berwarna merah muda. Pada kondisi normal, Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan
dari gigi dan mulut yang sehat tidak tercium bau tidak sedap. cross sectional. Subjek penelitian ini semua adalah pasien yang
Bila dilihat dari klasifikasi rinitis alergi, timpanogram tipe B dan KEPUSTAKAAN
Kondisi ini hanya dapat dicapai dengan perawatan yang tepat datang berobat ke poliklinik gigi dan mulut RSUD dr Muwardi
tipe C hanya didapatkan pada penderita rinitis alergi persisten 1. Bousquet J, Cauwenberge P V, Khaltaev N. ARIA Workshop Group. WHO. Allergic Rhinitis
and Its Impact on Asthma. J Allergy Clin Immunol. 2001, 108 (5 suppl); S147-S276. (1, Lesmana, 1999). Keadaan oral hygine yang buruk seperti pada tahun 1994 dan 2004. Data yang dikumpulkan berupa
sedang berat (4 orang -13,3%). Ini menunjukkan bahwa penderita 2. Quraishi SA, Davies MJ, Craig TJ. Inflammatory Responses in Alergic Rhinitis: Traditional
Approaches and Novel Treatment Strategies. JAODA 2004; 104 (5suppl):57-S15. adanya kalkulus dan stain, banyak karies gigi, keadaan tidak macam kelainan gigi dan tindakan pada tahun 1994 dan 2004.
tersebut telah mengalami gangguan ventilasi tuba Eustachius. 3. Roland P, McCluggage CM, Sciinneider GW. Evaluation and Management of Allergic Rhinitis:
a Guide for Family Physicians. Texas Acad. Fam. Physicians 2001, 1- 15.
bergigi atau ompong dapat menimbulkan masalah dalam
Keadaan ini akibat proses inflamasi alergi di mukosa nasofaring 4. Virant FS. Allergic Rhinitis, Immunol. Allerg. Clin. North Am. 2000;20(2):265-282. kehidupan sehari√hari (2). HASIL PENELITIAN
dan tuba Eustachius yang berlangsung lama dan berat sehingga 5. Mandel E, Casselbrant M, Fireman P. Otitis Media. In: Atlas of Allergies and Clinical Immuno-
logy 3th ed, Fireman P (ed.) Philadelphia: Mosby, Elsevier, 2002, 79 -93. Berikut hasil penelitian yang dilakukan di RSUD dr Muwardi
tuba tidak mampu menyeimbangkan tekanan telinga tengah 6. Restuti RD, Sosialisman. Otitis Media Efusi kaitannya dengan Rinitis Alergi. Dalam: Kumpulan
Naskah Simposium Nasional Perkembangan Terkini Penatalaksanaan Beberapa penyakit Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yang ditandai Solo seperti yang disajikan dalam gambar berikut:
dengan tekanan udara sekitarnya. Hasil uji statistik (Chi-Square, p Penyerta Rinitis Alergi. Malang. 2006, 1-9.
< 0,05) antara tipe timpanogram dengan rinitis alergi (ARIA 7. Ghosh MS, Kumar A. Study of Middle Ear Pressure in Relation to Eustachian Tube Patency. Ind
dengan terjadinya mineralisasi bagian anorganik dan deminer-
WHO 2001) pada telinga kanan dan kiri didapatkan nilai p yang
J Aerospace
, Med 2002;46(2): 27-31. , alisasi substansi organik (3). Karies dapat terjadi pada setiap gigi
8. O Connor AF. Exanination of The Ear. In: Scott-Brown s Otolaryngology, 6th ed. Kerr AG.(ed.)
tidak bermakna (kanan p = 0,698 dan kiri p = 0,787 ). Butterworth; London: 1997 , p.20-23. yang erupsi, pada tiap orang tanpa memandang umur, jenis
9. Peck JE. Audiology. In: Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery 8th ed. Lee KJ (ed.)
New York:McGraw-Hill, 2003, p.24-64. kelamin, bangsa, maupun status ekonomi (4).
10. Bluestone CD, Klein JO. Otitis Media. Atelectasis and Eustachian Tube Dysfunction, in
Tabel 3 menunjukkan tes Valsava lebih banyak yang gagal di Pediatric Otolaryngology 3th, vol 1. Bluestone et al. (eds.) Philadelphia:WB. Saunders Co.
kelompok kasus (76,7%). Ini berarti tuba Eustachius pada 1996.p.388-450 Periodontium adalah jaringan penyangga gigi yang terdiri dari
11. Lazo-Saenz JG, Galvan-Aguilera AA, Martinez-Ordaz VA et al. Eustachian Tube Dysfunction
penderita rinitis ini tidak mampu menyeimbangkan tekanan in Allergic Rhinitis. Otolaryngol Head and Neck Surg. 2005;132(4): 626-9. jaringan gusi, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan
12. Kudelska, Poludniewska B, Biszewska J, Silko, Godlewska. Assessment of the Hearing Organ
telinga tengah dengan udara sekitarnya yang lebih tinggi. Pada in the Patients with Perennial and Seasonal Allergic Rhinitis. Otolaryngol Pal. 2005;59(1): cementum yang melekat pada akar gigi (5,Lesmana, 1999).
kedua pemeriksaan tes fungsi tuba ini, kegagalan proses ekualisasi 97-100. Marshall-Day menyatakan umumnya keradangan gingiva
13. Cauwenberge PV, Wang D. Rhinitis and Otitis. In: Rhinitis Mechanisms and Management.
karena obstruksi oleh edema mukosa tuba Eustachius dan muara Naclerio et al.(eds.) New York: Marcel Dekker. 1999.p. 447- 458 pada usia muda rata-rata mencapai 75% atau lebih dan akan
14. Sweetow RW, Bold JM. Eustachian Tube Dysfunction Test. Available at www.
tuba di nasofaring. audiologyonline.com, accessed 3/24/2007 meningkat mendekati 100% (6,7.8). Gambar 1. Menunjukkan macam kelainan gigi dan jaringan pendukung gigi tahun 1994
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
410 411
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2. Menunjukkan macam kelainan gigi dan jaringan pendukung gigi tahun 2004 Gambar 5. Menunjukkan tindakan odontectomy (OD) yang dilakukan tahun 1994
PEMBAHASAN
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut di-
perlukan peningkatan sumberdaya manusia serta kualitas hidup,
Gambar 4. Menunjukkan macam tindakan yang dilakukan tahun 2004
peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta mem-
Dari hasil pengamatan tindakan diatas terlihat tindakan penum- pertinggi kesadaraan masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
patan dan Odontectomy (OD : pencabutan) terlihat menonjol,
tetapi tidak ada perbedaan antara tahun 1994 dengan 2004. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan
Tindakan perawatan/penataan gigi geligi (orthodonsi) terlihat ada secara keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudi-
peningkatan yang berarti dari tahun 1994 hingga 2004. dayakan diseluruh masyarakat (Yuyus, 1996).
Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya dan di Pada permukaan akar yang terbuka, yang merupakan tempat
dukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda.
Pada kondisi normal, dari gigi dan mulut yang sehat tidak
melekatnya plak pada penderita dengan resesi gingiva karena
penyakit periodonsium, adalah salah satu tempat yang mudah
diserang karies (Kidd, 1998). Kejadian karies pada akar gigi
CARDIA:
OxLDL dan Sindrom Metabolik
tercium bau yang tidak sedap. Kondisi ini hanya dapat dicapai
dengan perawatan yang tepat (Eddy, 2003). biasanya terjadi pada usia dewasa, yaitu usia 18 tahun ke atas.
Terjadinya karies akar gigi dapat dipengaruhi oleh adanya poket
Keadaan oral hygine yang buruk seperti adanya kalkulus dan periodontal (De Paolo, 1989). Dari pemantauan Direktorat
stain, banyak karies gigi, keadaan tidak bergigi atau ompong Kesehatan Gigi Dir. Yan. Medik pada akhir Pelita V (1984-1994) Dalam sebuah penelitian diketahui bahwa konsentrasi OxLDL (oxidized low-density lipoprotein
dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari√hari menunjukkan pasien yang berobat jalan ke puskesmas karena karies (LDL)-cholesterol) berkaitan dengan sindrom metabolik. Penelitian tersebut dipimpin oleh dr. Paul
(Gabriella, 2000). Kebersihan mulut adalah cermin kesehatan. gigi sebesar 45,7% sedangkan yang disebabkan oleh kelainan Holvoet dari Katholieke Universiteit Leuven, Belgia, dipublikasikan dalam JAMA edisi Mei 2008.
Faktanya, ada penyakit yang berhubungan dengan kesehatan gusi dan periodontal sebesar 31,7% (Kristanti, dkk, 1995).
Sedangkan penulis senior, dr. David Jacobs dari University of Minnesota, Minneapolis mengomen-
mulut dan gusi tersebut (Anonim (A), 2002). Dalam kehidupan
KESIMPULAN tari bahwa hasil penelitian ini merupakan bukti lain bahwa oxLDL merusak dan merupakan risiko
sehari-hari sering dijumpai orang-orang yang merasa malu
untuk tersenyum atau berbicara dengan leluasa. Hal ini terjadi Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa : penyakit jantung di kemudian hari, walaupun pada pasien yang masih muda dan sehat.
karena bebagai macam hal, antara lain keadaan oral hygiene 1. Kelainan tersering untuk tahun 1994 adalah bidang konser-
atau kebersihan mulut yang buruk, banyak gigi karies atau vasi dan terjarang adalah bidang orthodonsi, sedang kasus
dapat juga karena ompong (Gabriella, 2002). Penyakit gigi dan tersering untuk tahun 2004 adalah bidang konservasi dan Para peneliti menjelaskan bahwa pada hewan yang diteliti, Kadar OxLDL yang tinggi juga disertai dengan komponen
terjarang adalah bidang pedodonsi. OxLDL, yang merupakan fraksi yang kecil LDL (0,001%-5%), sindrom metabolik: obesitas, hipertrigliseridemi, kadar
mulut yang paling banyak menyerang manusia adalah karies
2. Bahwa ada perbedaan pada macam kelainan antara tahun berkontribusi dalam proses yang mengarah ke kejadian glukosa darah puasa yang tinggi, namun tidak disertai
gigi dan penyakit periodontal (Kristanti, dkk, 1995). sindrom metabolik; hal ini belum dibuktikan pada manusia. dengan peningkatan tekanan darah atau kolesterol HDL
1994 dengan 2004 dan ada perbedaan pada tindakan
Karena itulah para peneliti ingin mengetahui dengan pasti (high-density lipoprotein cholesterol)
antara tahun 1994 dan 2004.
Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yang ditandai hubungan antara konsentrasi OxLDL dengan angka kejadian
3. Ada perbedaan pada jumlah kelainan gigi dan mulut dan sindrom metabolik beserta komponennya (obesitas abdomen, Tabel 2. Odds ratio yang sudah disesuaikan untuk kejadian kompo-
dengan terjadinya mineralisasi bagian anorganik dan demine-
tindakan odontectomy (OD) yang nyata antara tahun 1994 hiperglikemi, and hipertrigliseridemi) dalam 5 tahun dengan nen sindrom metabolik dengan perbandingan antara kadar OxLDL
ralisasi dari substansi organik (Anies, dkk, 1997). Karies dapat yang tinggi dengan yang rendah:
dengan 2004. melakukan penelitian Coronary Artery Risk Development in
terjadi pada setiap gigi yang erupsi, pada tiap orang tanpa
Young Adults (CARDIA). Komponen sindroma metabolik OR tertinggi vs terendah quintile (95% CI)
memandang umur, jenis kelamin, bangsa, maupun status
DAFTAR PUSTAKA : Obesitas abdomen 2.1 (1.2 - 3.6)
ekonomi (Monang, 1996). Penyakit karies ini masih menjadi 1. Adi Prayitno, dkk, 1997. Kegoyahan Gigi Geligi pada Penyakit Diabetus Mellitus Penelitian ini melibatkan 5115 pasien berusia antara 18-30
Glukosa puasa tinggi 2.4 (1.5 - 3.8)
masalah di Indonesia, karena prevalensinya mencapai 80% dari Tak Terkontrol dan Terkontrol. Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta, pp: 26-7. tahun pada saat dipilih di tahun 1985-1986 di Amerika
2. Gabriella Aditya, 2000. Pemutihan Kembali Gigi yang Berubah Warna dengan Trigliserida tinggi 2.1 (1.1 - 4.0)
jumlah penduduk (Anies, dkk, 1997). Prevalensi gigi karies itu Serikat. OxLDL diperiksakan pada 2823 orang pada tahun
Teknik Bleaching. Jurnal Kedokteran Trisakti. Vol. 19, No.1, p: 29.
sendiri meningkat dengan bertambahnya usia (Foresster, 1981). Kidd A.M. Edwina, 1998. Dasar-Dasar Karies, Penyakit dan Penanggulangannya, ke-15, sebagai bagian dari penelitian Young Adult Longitudi- Telah disesuaikan untuk umur, jenis kelamin, ras, senter penelitian, merokok,
EGC, Jakarta, pp: 5-8. nal Trends in Antioxidants (YALTA). Kriteria eksklusi: kehami- indeks massa tubuh, aktivitas fisik dan kadar colesterol LDL
Distribusi karies masyarakat menurut kelompok usia di Kabu-
Kristanti, Salma Ma»ruf, Ratna Budiarso, Syahrudji Naseh, 1995. Penyakit Gigi lan, tidak puasa selama 8 jam sebelum pemeriksaan dilaku-
paten Lampung Tengah Propinsi Lampung tahun 1983 didapat- dan Mulut di Indonesia. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. Tahun XXIII, Sebaliknya, kolesterol LDL memperlihatkan hubungan yang
kan, data tidak lengkap, sudah menderita sindrom metabo-
kan untuk kelompok usia 10-19 tahun prevalensinya sebesar No. 8, pp: 542-3.
lik; sehingga yang memenuhi kriteria 1889 pasien. terbatas dengan sindrom metabolik. Para peneliti menga-
3. Anies, Henry Setiawan, Soeharyo Hadisaputro, 1997. Karies Gigi dan Perlaku
71,6%, usia 20-29 tahun sebesar 86,4% dan usia 30-39 tahun takan masih sangat dini untuk mengatakan apakah OxLDL
Pencegahan serta Pengobatan di Kotamadya Semarang. Majalah Medika
sebesar 87,8% (Adi Prayitno, dkk., 1983). Indonesiana. Vol. 32, No. 1, pp: 37-42. Hasil : selama 20 tahun penelitian, 243 pasien (12,9%) dari menjadi salah satu penyebab terjadinya sindrom metabolik;
Anonim (A), 2003. Remehkan Kesehatan Gigi Picu Diabetes. www.sinarharapan. 1889 pasien ini menderita sindrom metabolik. Setelah namun terdapat hubungan yang kuat antara kadar OxLDL
co.id/iptek/kesehatan. dengan kejadian sindrom metabolik.
Periodonsium adalah jaringan penyangga gigi yang terdiri dari menyesuaikan beberapa variabel, OxLDL memperlihatkan
Anonim (B), 1994. Karang Gigi, File:A\Karang Gigi, Htm.
jaringan gusi, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan De Paolo D.F., 1989. Methodology Issue Relative to The Quantification of Root hubungan bertingkat dengan kejadian sindrom metabolik.
Kesimpulan:
Surface Caries Gerodontal, pp: 3-6. Pasien yang memiliki kadar OxLDL tinggi mengalami pening-
sementum yang melekat pada akar gigi (Adi Prayitno, 1983; Eddy Hasby, 2003 Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut. http://www.kompas.com/ katan risiko sindrom metabolik hingga 3,5 kali. (Tabel1) • OxLDL, merupakan salah satu petanda adanya sindrom
Lesmana, 1999). Pada penelitian yang dilakukan Marshall-Day kompas-cetak/0207/19/iptek/pera34.htm. Forrester, 1981. Pediatric Dental Medicine. metabolik.
dinyatakan umumnya keradangan gingiva pada usia muda Lea and Febiger, Philadelphia, pp : 142-9.
Tabel 1. Odds ratio untuk kejadian sindrom metabolik setelah follow up • Peningkatan kadar OxLDL disertai dengan peningkatan
4. Monang Panjaitan, 1996. Pengaruh Pemberian Obat Kumur Mengandung Fluor
5 tahun dengan pengukuran kadar OxLDL: komponen sindrom metabolik: obesitas, hipertrigliseridemi,
rata-rata mencapai 75% atau lebih dan akan meningkat men- terhadap Perkembangan Karies Gigi Narapidana Lembaga Pemasyarakatan kadar glukosa darah puasa yang tinggi, namun tidak disertai
dekati 100% (Prijantojo (a, b, c), 1996). Prevalensi terjadinya Tanjung Gusta, Medan. Cermin Dunia Kedokteran. No. 106, pp: 52-3
dengan peningkatan tekanan darah atau kolesterol HDL.
5. Adi Prayitno, dkk, 1983. Status Kesehatan Gigi Geligi Masyarakat di Daerah Quintile of oxidized LDL OR (95% confidence interval [CI])
gingivitis di Amerika Serikat pada tahun 1988 sampai 1991 Lampung. Fakultas Kedokteran Gigi Gadjah Mada, Yogyakarta, pp: 7-12.
1 (<55.4 U/L) 1 • Perlu penelitian lanjutan untuk memastikan apakah OxLDL
menurut kelompok usia didapatkan untuk usia 13-17 tahun 6. Prijantojo (a), 1996. Hambatan Pembentukan Plak Gigi dengan Larutan Obat sendiri ikut berperan dalam meningkatkan kejadian sindrom
Kumur Hexetidine 0,1%. Cermin Dunia Kedokteran. No. 106, p: 55. 2 (55.4 - 69.1 U/L) 2.1 (1.1 - 3.8)
sebesar 65,9% dan usia 18-24 sebesar 73,3% (WHO, 1995). metabolik. (YYA)
7. Prijantojo (b), 1996. Kondisi Jaringan Periodonsium dari Sekelompok Masyarakat 3 (69.2 - 81.2 U/L) 2.4 (1.3 - 4.3)
Pada dasarnya kedua penyakit tersebut di atas disebabkan di Daerah Pedesaan Sesuai dengan Kelompok Umur. Majalah Kesehatan 4 (81.3 - 97.3 U/L) 2.8 (1.5 - 5.1) Referensi :
karena plak yang melekat pada gigi (Kristanti, dkk, 1995). Plak Masyarakat. Tahun XXIV, No. 2, p: 128. 5 (>97.4 U/L) 3.5 (1.9 - 6.6) 1. Holvoet P, Lee DH, Steffes M, et al. Association between circulating oxidized lowdensity
8. Prijantojo (c), 1996. Evaluasi Derajat Keradangan Gingiva pada Masyarakat lipoprotein and incidence of the metabolic syndrome. JAMA 2008;299:2287-93
yang menempel pada sulcus gingiva mampu menimbulkan dengan Tingkat Pendidikan yang Berbeda. Majalah Kesehatan Masyarakat 2. Hughes S. Oxidized LDL Associated with Metabolic Syndrome.http://www.medscape.com/
Telah disesuaikan untuk umur, jenis kelamin, ras, senter penelitian, merokok,
infeksi dan menyebabkan kasus serius (Anonim (B), 2003). Indonesia. Tahun XXIV, No. 5, p: 330. indeks massa tubuh, aktivitas fisik dan kadar colesterol LDL. viewarticle/574827?src=mpnews&spon=2&uac=117092CG
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
414 415
BERITA TERKINI
Menurut Kamila Miskowiak MSc yang merupakan kepala Peneliti menemukan bahwa pada kelompok yang men-
studi ini adalah bahwa meskipun depresi sering terkait dengan dapat suntikan EPO terjadi pengurangan respon wajah ter-
masalah yang sifatnya kimiawi di dalam otak, bukti saat ini hadap rasa takut yang terlihat pada daerah korteks oksipi-
menemukan juga adanya masalah struktural seperti terlihat toparietal, tanpa mempengaruhi ekspresi terhadap kondisi
bahwa sel saraf pasien depresi tidak mengalami regenerasi lain. Berdasarkan hasil studi ini Miskowiak menjelaskan ide
secepat kondisi normal. pemberian EPO sebagai salah satu strategi penanganan
depresi pada masa datang.
Eritropoietin (EPO) sebelumnya juga telah diketahui memiliki
manfaat dalam hal neuroproteksi dan neurotropik pada studi Menurut John Krystal MD dari Yale University School of
hewan serta dapat memperbaiki fungsi kognitif dan ber- Medicine dan the VA Connecticutt Healthcare System;
hubungan dengan respon sel-sel saraf pada manusia, sehingga kemampuan EPO dalam memodulasi aktivitas otak bersamaan
tidak menutup kemungkinan dapat menjadi kandidat untuk dengan melakukan perbaikan proses emosional sehingga
terapi depresi. berpotensi untuk digunakan sebagai antidepresan. (DHS)
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
418 419
BERITA TERKINI
di dalam tubuh efek statin terhadap kematian, kejadian vaskular serta keama- gunaan simvastatin, pravastatin, atau lovastatin hingga dosis
nan statin pada pasien usia lanjut. Hasilnya memperlihatkan 40 mg sehari, namun tetap direkomendasikan pada penggu-
bahwa terapi menggunakan statin bermakna menurunkan naan statin lainnya. Jika enzim pencernaan meningkat 3 kali
kematian karena semua sebab dan kematian karena kardio- lipat dibandingkan dengan kadar enzim pada orang normal
Gambar dari dalam tubuh ? Sekarang dapat dilakukan dengan sebuah kamera mini yang harus ditelan vaskular, dan relatif aman diberikan pada pasien usia lanjut. yang tidak mengalami gangguan hati, enzim pencernaan harus
oleh pasien. Pil kamera ini tidak lebih besar dari sebuah permen. Dokter mengendalikannya melalui dipantau selama 1 minggu. Jika kadar enzim alanin transaminase
esofagus dan lambung dengan alat magnet yang sekaligus dapat mengarahkan dan menghentikan Penelitian lain dilakukan oleh Dr Jane Armitage dari University tetap tidak turun, statin harus dihentikan sementara. Peningkatan
of Oxford, Inggris untuk menguji keamanan obat-obat golon- enzim pencernaan 2-3 kali dari batas normal orang sehat me-
saat dibutuhkan dan mengirimkan gambar. merlukan pemantauan, namun biasanya peningkatannya akan
gan statin. Kesimpulannya adalah bahwa obat-obat golongan
berangsur berkurang selama terapi.
Gambar dari dalam usus halus juga dapat diperoleh. Kamera Hal ini membuat pengujian yang lebih akurat pada sambungan statin ditoleransi dengan baik. Efek samping yang sering di-
ini dapat melalui usus halus dan mengirimkan gambar villi antara esofagus dan lambung, untuk mendeteksi kerja sfingter bicarakan seperti miopati dan rabdomiolisis jarang terjadi bila
digunakan dosis standar yang dianjurkan. Dr Jane mengatakan Dan walaupun statin diketahui relatif aman pada pasien usia
intestinal ke penerima di luar yang dibawa diikat pinggang kardiak, keluarnya asam lambung ke dalam esofagus dan penye- lanjut, penyesuaian dosis perlu dilakukan pada pasien usia
bahwa walaupun ada beberapa keberatan mengenai pernya-
pasien. Alat ini menyimpan data untuk kemudian dianalisis bab heartburn yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan taan ini, jika dosis diberikan sesuai anjuran, obat-obat golongan lanjut. Pada beberapa penelitian yang melibatkan pasien yang
dokter dan mengidentifikasi adanya perdarahan atau kista. kanker esofagus. Para peneliti telah mengembangkan peralatan statin merupakan obat yang relatif aman. Hasil penelitian ini lebih tua dari 80 tahun diperkirakan terjadi peningkatan risiko
Namun, kamera tidak cocok untuk pengujian esofagus dan magnetik sebesar batang coklat yang dapat digunakan dokter dipublikasikan dalam The Lancet Juni 2008. miopati.Pasien yang menerima terapi warfarin perlu menye-
suaikan dosis warfarinnya pada awal dan akhir terapi statin.
lambung. Alasannya adalah karena kamera hanya sekitar 3-4 dari luar tubuh untuk mengendalikan gerak kamera.
detik melalui esofagus, yang menghasilkan 2-4 gambar per Dr Jane Armitage dan rekan melakukan penelitian terhadap Kesimpulan:
data penelitian yang dipublikasikan dari tahun 1985 hingga • Obat-obat golongan statin relatif aman pada dosis standar
detik. Saat mencapai lambung, berat kamera yang berkisar 5 Pil kamera terdiri dari kamera, sebuah transmiter yang me-
2006 mengenai efektifitas, efek samping dan keamanan obat yang dianjurkan.
gram akan turun secara cepat ke dasar lambung sehingga ngirimkan gambar ke penerima, sebuah baterai dan beberapa golongan statin. Hasilnya memperlihatkan efektifitas statin dalam • Efek samping yang paling sering dijumpai adalah miopati,
terlalu cepat untuk mengirimkan gambar-gambar yang baik. dioda dingin yang menyala seperti lampu kilat setiap kali menurunkan angka kejadian kematian karena kardiovaskular, rabdomiolisis dan peningkatan enzim transaminase.
Oleh karena itu, untuk pengujian esofagus dan lambung, tetap gambar diambil. Pil kamera prototipe telah lolos uji pertama infark miokard tidak fatal, stroke dan menurunkan perlunya • Kejadian miopati terjadi kurang dari 1 per 10.000 orang. (YYA)
harus melalui endoskopi. dalam tubuh manusia. Para ilmuwan telah menunjukkan bahwa revaskularisasi. Sedangkan efek samping yang sering terjadi
kamera dapat tinggal di dalam esofagus selama 10 menit, adalah toksisitas pada otot, di antaranya miopati dan rabdomio- Referensi:
lisis, dan gangguan enzim pencernaan. Semua obat golongan 1. Armitage J. The safety of statins in clinical practice. Lancet 2007; 370:1781-90
Para ilmuwan dari the Fraunhofer Institute for Biomedical walaupun pasien duduk tegak. (NFA) 2. Ballantyne CM., Corsini A, Davidson MH. et al. Risk for Myopathy with Statin Therapy
statin dapat menyebabkan miopati, yang dapat berkembang in High-Risk Patients. Arch Intern Med. 2003;163:553-64.
Engineering berkolaborasi dengan insinyur dari pabrik Given menjadi rabdomiolisis. Namun angka kejadian miopati kurang 3. Hughes S. Statins Are "Remarkably Safe," Says New Review . http://www.medscape.com/
Imaging, Israelite Hospital di Hamburg dan the Royal Imperial Sumber : dari 1 per 10.000 pasien dengan penggunaan dosis standar viewarticle/558019?src=mp&spon=17&uac=117092CG
1. www.fraunhofer.de 4. Josan K, Majumdar SR, McAlister FA et al. The efficacy and safety of intensive statin
College di London telah mengembangkan sistem kontrol untuk statin. Risiko miopati meningkat seiring dengan peningkatan therapy: a meta-analysis of randomized trials. CMAJ 2008; 178 (5).
2. www.medicineworld.org/cancer/lead/6-2008/magnet-controlled-camera- dosis, namun tetap rendah dengan atorvastatin 80 mg. Selain
pil kamera. Menurut Dr. Frank Volke, pimpinan tim, di masa 5. Roberts CGP, Guallar E, Rodriguez A. Efficacy and Safety of Statin Monotherapy inc
in-the-body.html itu diketahui bahwa miopati dan rabdomiolisis ini biasanya Older Adults: A Meta-Analysis. J. Gerontol. Series A: Biological Sciences and Medical
depan dokter dapat menghentikan kamera di esofagus, menaik Sciences 2007; 62: 879-87.
terjadi bila obat-obat statin digunakan bersamaan dengan obat
turunkan dan mengatur sudut kamera yang diperlukan. 6. Rodenburg J, Vissers MN, Wiegman A. et al. Statin Treatment in Children With Familial
lainnya, seperti golongan fibrat. Hypercholesterolemia. The Younger, the Better. Circulation 2007; 116: 664 - 8
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
422 423
BERITA TERKINI BERITA TERKINI
Kolorektal masalah wajah atau gangguan berjalan, tapi tetap ada blokade arteri otak dan sedikit penurunan
kemampuan berpikir. Studi ini dilaporkan di dalam jurnal Stroke edisi online.
P erkiraan ini muncul dari sebuah studi baru Framingham Insiden dalam studi ini tidak mengejutkan Dr. Claudette
Offspring atas 2.040 orang, rata-rata berumur 62 tahun yang Brooks, direktur laboratorium neurovaskular di West Virginia
Hasil suatu studi kohort retrospektif (diterbitkan dalam the American Journal of Gastroenterology, sedang berjalan. Citra MRI menunjukkan bahwa 10,7% dari Health Sciences Center. Ketika mengamati penyebab nyeri kepala
Agustus 2008) menemukan bahwa obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko adenoma mereka mengalami apa yang disebut oleh penulis studi, Dr. Sudha dan masalah yang mirip, dia juga menemukan lesi ini. Angka
Seshadari, asisten profesor neurologi di Universitas Boston silent stroke lebih tinggi di antara orang Amerika keturunan
kolorektal (suatu jenis kanker usus besar), dan penurunan berat badan diharapkan dapat me- disebut a silent brain infarct, yaitu blokade pembuluh darah Afrika. Mereka mempunyai insiden hipertensi, aterosklerosis
nurunkan risiko tersebut. yang menyebabkan kerusakan jaringan. Pada kasus silent stroke, dan hiperlipidemi lebih tinggi.
blokade dan kerusakan terjadi di dalam otak tanpa gejala.
Studi yang dilakukan di Jepang ini melibatkan 7.963 pasien Selain itu, pada pasien dengan IMT awal tertinggi yang
mengalami penurunan berat badan selama setahun, ternyata Tidak perlu tindakan khusus untuk menurunkan risiko silent
kolonoskopi asimtomatik risiko sedang, dan 2.568 menjalani
insiden adenoma menurun hingga di bawah insiden kelompok Menurut Seshadari, silent stroke berbeda dari transient ischemic stroke, kata Seshadari dan Brooks. Seshadari tidak merekomen-
kolonoskopi kedua 1 tahun kemudian. Dinilai hubungan insiden
pasien dengan IMT terendah tanpa penurunan berat badan attack (TIA), suatu kehilangan fungsi otak sesaat. TIA menyebab- dasikan agar orang-orang segera melakukan pengecekan
adenoma kolorektal pada kolonoskopi kedua tersebut dengan
(9,3% vs 17,1%). Kesimpulannya, obesitas berhubungan kan beberapa gejala, sementara silent stroke tidak, seperti dengan MRI.
Indeks Massa Tubuh (IMT) awal dan juga perubahan berat badan. definisinya. Keduanya merupakan tanda bahaya yang perlu
dengan peningkatan adenoma kolorektal, dan penurunan
Hasilnya, terlihat peningkatan prevalensi adenoma kolorektal diperhatikan sama seperti faktor-faktor risiko kadar kolesterol, Terserah komunitas kesehatan masyarakat dan medis untuk
berat badan diharapkan dapat menurunkan risiko.
yang dinilai dari 4 kelompok (quartile) IMT : 1 < 21,35 kg/m2; tekanan darah, obesitas dan merokok. menekankan pentingnya mengontrol faktor-faktor risiko. Jika
2 21,35 - 23,199 kg/m2; 3 23,199 - 25,156 kg/m2; 4 ≥ 25,156 Anda tidak mempunyai faktor risiko seperti kadar kolesterol
Selain studi di atas, studi lain (Y. Wang et al, 2008) juga me-
kg/m2. Prevalensi adenoma kolorektal (berturut-turut) pada Insiden yang ditemukan dalam studi Framingham Offspring tinggi, obesitas dan diabetes, cobalah menjaga diri Anda
nemukan hasil serupa, yaitu lingkar pinggang yang besar
kelompok tersebut sebesar : 15,4%; 20,6%; 22,7%; dan 24,2%. tidak jauh berbeda dengan studi sebelumnya, tapi kelompok tetap di luar kelompok ini. Jika Anda termasuk di dalamnya,
berhubungan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal
orang dalam studi ini lebih muda dibandingkan kebanyakan cobalah modifikasi faktor risiko dengan menjaga tekanan
(adjusted Rate Ratio : 1,68; 95% CI 1,12 - 2,53; p=0,006
Analisis statistik adjusted Odds Ratio perbandingan kelompok studi sebelumnya. Fakta bahwa 1 dari 10 orang mengalami darah dan menurunkan kolesterol. (NFA)
untuk lingkar pinggang ≥ 120 cm vs < 95 cm). (LHS)
pertama (IMT < 21,35 kg/m2) dengan kelompok ke dua : 1,15 serangan tiba-tiba yang berdampak pada otak merupakan hal
(95% Confidence Interval [CI] 0,97 - 1,37; p=0,10), dengan yang harus kita pedulikan dan harus diantisipasi.
Referensi
kelompok ke tiga : 1,19 (95% CI 1,01 - 1,41; p=0,04); dan
1. Barclay, Laurie.Obesity Linked to Risk for Colorectal Adenoma. 2008.
dengan kelompok ke empat : 1,32 (95% CI 1,12 - 1,56; Medscape.www.medscape.com
Silent brain infarct ditunjukkan pada pencitraan MRI sebagai
p=0,001); dengan kata lain, insiden adenoma kolorektal me- 2. Yamaji, Yutakal et al.The Effect of Body Weight Reduction on the Incidence 'lesi kecil di berbagai bagian otak', kata Seshadari. Pencitraan
ningkat secara proporsional pada kelompok Quartile (Q) 1 of Colorectal Adenoma. Abstract. Am. J. Gastroenterol. 2008;103 (8). MRI tidak dapat memberikan petunjuk apakah telah terjadi silent
3. Reuters.Weight Loss May Reduce Risk of Colorectal Adenoma.2008. stroke.Pengujian menunjukkan bahwa rata-rata mereka dengan
(12,9%), Q2 (15,7%), Q3 (18,3%), dan Q4 (19,0%). Analisis
4. Wang Y et al.A Prospective Study of Waist Circumference and Body Mass lesi menunjukkan tanda-tanda seperti kehilangan fleksibilitas
ini menunjukkan peningkatan bermakna secara proporsional Index in Relation to Colorectal Cancer Incidence. Cancer Causes Control
insiden adenoma kolorektal setelah 1 tahun. 2008; 19(7).Abstract
berbicara dibandingkan kontrol dengan umur yang sama. Referensi: MedlinePlus
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
424 425
BERITA TERKINI
Semangka
merupakan Viagra® alami IKLAN 10
Menurut sebuah studi oleh para peneliti di
( VIMAX )
Texas A&M Fruit and Vegetable Improve-
ment Center, semangka (watermelon) meng-
hasilkan efek yang mirip dengan Viagra®
dan obat-obat lain yang digunakan untuk
disfungsi ereksi.
P enelitian difokuskan pada dampak semangka terhadap
tubuh. Ternyata, semangka mengandung sitrulina (citrulline).
Sitrulina dalam semangka memproduksi asam amino yang
disebut arginin, yang secara nyata membantu relaksasi dan
melebarkan pembuluh darah; hal yang sama terjadi pada
pemberian sildenafil sitrat (Viagra®) dan obat-obat sejenis.
Sumber : www.dbtechno.com
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
428 429
BERITA TERKINI
Jusuf Kalla menceritakan pengalamannya saat melihat rumah tingkat dua yang dibangun tepat di samping rumahnya.
Jusuf Kalla :
Sebaiknya dokter maksimal memeriksa
40 pasien per hari
D i tengah-tengah kesibukan menangani persoalan ekonomi Jika dibandingkan, biaya pemeriksaan dokter (jasa konsultasi,
yang merupakan dampak dari runtuhnya perekonomian Amerika red) di Indonesia relatif murah, namun sayangnya ada dokter
Serikat, ternyata wakil presiden Bpk Jusuf Kalla (JK), memiliki yang memberikan obat begitu banyak sehingga secara keselu-
kepedulian juga terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia. ruhan menjadi mahal.
Diluar topik-topik utama yang dibahas, JK menyatakan
keprihatinannya terhadap banyaknya pasien Indonesia yang Ini berbeda dengan sistem pelayanan di luar negeri. Dalam
berobat di luar negeri. "Lama kelamaan rumah-rumah sakit di memeriksa pasien, dokter sangat teliti (lama). Obat yang
Indonesia hanya melayani pasien-pasien kelas II dan III saja", diberikan pun tidak banyak. Jadi meskipun biaya konsultasi
ungkapnya memulai pembicaraan bersama Redaksi CDK di cukup mahal namun kalau dihitung-hitung secara total (jasa
Istana Wapres, Rabu 15 Oktober 2008. dokter + biaya obat) relatif menjadi sama. Pasien tentu lebih
senang memperoleh pemeriksaan teliti dan penjelasan panjang
Dalam pengamatannya, sebenarnya kemampuan tenaga medis lebar dari dokternya.
Indonesia tidak kalah dengan tenaga medis asing di mana pasien
Indonesia sering berobat. Begitu juga dengan fasilitas dan alat Sebagai solusinya, JK mengusulkan (setelah adanya pembatasan
kesehatan yang dimiliki rumah-rumah sakit di Indonesia. tempat praktek dokter maksimal 3 tempat) jumlah pasien atau
jam pelayanan per dokter dibatasi. Misalnya dokter hanya bisa
Sayangnya, dalam pelayanannya, para dokter sering melayani melayani hingga jam 7 malam atau rata-rata 40 pasien per hari.
secara terburu-buru. Bayangkan saja, paparnya, idealnya dokter Dengan demikian para dokter bisa mempunyai waktu bersama
hanya bisa melayani (8 jam @ 4 pasien) 32 pasien per hari, keluarga, ada pemerataan di antara para dokter untuk melaku-
namun kenyataannya ada dokter yang melayani hingga seratus kan pemeriksaan pasien dan yang paling penting, para dokter
pasien bahkan lebih per hari dengan jam kerja hingga tengah mempunyai waktu untuk terus meng-update ilmunya.
malam. Dokter juga manusia, yang pasti punya rasa capek.
Bagaimana bisa bekerja hingga 19 - 20 jam per hari? "Sekretaris Sebaiknya perbaikan pelayanan ini sudah harus dilakukan oleh
saya saja kalau diminta bekerja/mengetik hingga jam 11 malam, para dokter, jangan sampai trust/kepercayaan masyarakat
pasti kerjaannya sudah banyak yang error", ungkapnya beranalogi. sudah pudar baru kita bertindak, pesan JK serius. (ETN)
WHA menghimbau
peningkatan fokus
pada hepatitis
A liansi Hepatitis Dunia (World Hepatitis Alliance/WHA) Kurangnya kesadaran menyulitkan para ilmuwan untuk meng-
menghimbau peningkatan kesadaran terhadap hepatitis kronis, akses data tentang hepatitis kronis. ≈Tidak ada pusat sumber
yang menginfeksi orang sepuluh kali lebih banyak di seluruh yang mengkoordinasi data statistik hepatitis,∆ dikatakan oleh
dunia dibandingkan HIV/AIDS. Profesor Shivaram Prasad Singh, pemimpin Kalinga Gastro-
enterology Foundation.
≈Diperkirakan 500 juta orang, kurang lebih satu dari 12 orang
mengalami infeksi virus hepatitis B atau C kronis di seluruh Pemerintah perlu menangani pencegahan hepatitis secara
dunia. Walau demikian, tidak ada kesadaran dan keinginan serius dengan meningkatkan kebijakan pengamatan dan
politik yang serius untuk menangani penyakit ini,∆ WHA me- skrining, ≈Baru-baru ini saya berada di Mozambik dan me-
ngatakan di akhir pertemuan tahunan WHO. Diperkirakan nemukan bahwa mereka tidak menskrining darah transfusi
1,5 juta orang meninggal akibat hepatitis setiap tahun, men- terhadap hepatitis,∆ kata Jean-Michel Pawlotsky, sekretaris
jadikannya ≈salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan umum WHA untuk Study of the Liver. (NFA)
dunia,∆ WHA mengatakan.
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan atau ekivalennya) Leukotriene modifiers
elemennya. Hal tersebut menyebabkan peningkatan respon (hiperespon) jalan nafas yang Asma persisten Kombinasi inhalasi Steroid inhalasi Ditambah LABA oral
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat dan sedang steroid (400-800 _g BD/ (400-800 _g BD/hari atau atau Ditambah
hari atau ekivalennya) ekivalennya) ditambah teofilin lepas lambat
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. & LABA teofilin lepas lambat atau
Steroid inhalasi
(400-800 _g BD/hari atau
Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis (Sebelum Pengobatan)1 ekivalennya) ditambah
LABA oral atau Steroid
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal paru inhalasi (400-800 _g BD/hari
atau ekivalennya) ditambah
I. Intermiten Bulanan < 2 kali sebulan APE >80% leukotriene modifiers
Gejala < 1x/minggu * VEP, > 80% nilai prediksi
Tanpa gejala di luar APE > 80% nilai terbaik Asma persisten Kombinasi inhalasi Prednisolon/metilprednisolon .........
serangan * Variabiliti APE < 20% berat steroid (> 800 _g BD oral selang sehari 10 mg
Serangan singkat atau ekivalennya) dan ditambah LABA oral,
LABA, ditambah ditambah
II. Persisten Ringan Mingguan > 2 kali sebulan APE > 80% ≥ 1 dibawah ini: teofilin lepas lambat
Gejala > 1x/minggu, * VEP, > 80% nilai prediksi Teofilin lepas lambat
tetapi < 1x/hari APE > 80% nilai terbaik Leukotriene modifiers
Serangan dapat * Variabiliti APE 20-30% Steroid oral
mengganggu aktiviti
Ket.: SABA: short acting bronchodilator agent, LABA:long acting bronchodilator agent
dan tidur
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
434 435
INFO PRODUK
®
INVITEC
( Anti ulkus dengan potensi uterotonik )
NSAIDs merupakan obat yang sangat banyak digunakan, namun Mekanisme anti ulkus dan sitoproteksi mukosa lambung dari misoprostol
penggunaan NSAIDs ini dapat memberikan dampak terjadinya ulkus diperkirakan dengan cara sebagai berikut:
lambung. Dari studi epidemiologi diperkirakan penggunaan NSAIDs jangka 1. Efek pada sekresi asam : misoprostol menghambat sekresi asam baik
panjang akan menimbulkan ulkus lambung pada sekitar 20% - 30% siang maupun malam hari yang disebabkan oleh stimulasi histamin,
pasien, serta akan menimbulkan gastropati 3 - 10 kali lebih banyak. pentagastrin, dan kopi. Efek antisekresi ini dapat diamati sampai 5 1/2
jam setelah pemberian.
Berbagai teori telah diajukan, namun teori ketidakseimbangan antara
faktor agresi dan faktor defensi merupakan salah satu teori yang saat ini 2. Efek terhadap sekresi pepsin dan volume cairan lambung: misoprostol
banyak digunakan untuk menerangkan terjadinya dispepsi. Seperti telah dapat menyebabkan penurunan moderat kadar pepsin dan volume
diketahui bersama ketidakseimbangan antara faktor agresi dan defensi cairan lambung pada kondisi basal, tapi bukan saat stimulasi.
akan meningkatkan risiko terjadinya dispepsi bahkan ulkus. Peningkatan 3. Efek terhadap serum gastrin: misoprostol tidak memiliki efek yang
aktivitas faktor agresi, penurunan faktor defensi, ataupun kombinasi kedua- menetap saat puasa atau peningkatan serum gastrin setelah makan.
nya merupakan penyebab ulkus lambung. Faktor agresif di antaranya 4. Efek sekresi faktor intrinsik: pentagastrin sebagai stimulan sekresi
adalah: asam lambung, pepsin, refluks cairan empedu, nikotin, NSAIDs, faktor intrinsik tidak terpengaruh oleh pemberian misoprostol 100 mcg.
kortikosteroid, dan infeksi kuman Helicobacter pylori. Jika faktor-faktor ini 5. Aktivitas proteksi mukosa: misoprostol memiliki sifat memperkuat
meningkat aktivitasnya maka akan terjadi kerusakan jaringan dinding integritas barier mukosa gastroduodenal dari bahan-bahan perusak.
lambung. Hal yang sama akan terjadi jika aktivitas faktor defensi menurun. Hal ini mencakup rangsang sekresi bikarbonat duodenum dan
Beberapa yang termasuk faktor defensi adalah antara lain: aliran darah produksi mukus lambung. Misoprostol juga memelihara hemodinamik
mukosa, regenerasi sel epitel permukaan, prostaglandin, surfaktan (fosfolipid), mukosa lambung.
musin/mukus, bikarbonat, motilitas, impermeabilitas mukosa terhadap
ion H+, dan regulasi pH intra sel. Selain efek antisekresi dan mukoproteksi terhadap lambung, prostaglandin
(termasuk misoprostol) ternyata mempunyai efek kontraksi otot polos uterus
Berdasarkan teori di atas, ketidakseimbangan antara faktor agresi dan (efek uterotonik). Oleh karenanya INVITEC® (misoprostol) secara umum
faktor defensi yaitu peningkatan aktivitas faktor agresi, penurunan dikontraindikasikan penggunaannya selain pada pasien yang hipersensitif
aktivitas faktor defensi ataupun kombinasi keduanya akan menyebabkan juga pada wanita hamil karena dapat mengakibatkan terjadinya abortus.
terjadinya dispepsi; maka penataaksanaan kasus yang berhubungan
dengan sindrom dispepsi ini adalah dengan cara: Indikasi
1. Menurunkan aktivitas faktor agresi Pencegahan ulkus lambung yang diinduksi oleh AINS (termasuk aspirin)
2. Meningkatkan aktivitas faktor defensi pada pasien dengan risiko tinggi komplikasi ulkus lambung, misalnya usia
3. Kombinasi keduanya. lanjut dan pasien dengan penyakit berat secara bersamaan, serta pasien
dengan riwayat ulkus lambung.
Maka terapi sindrom dispepsi selain dengan pemberian obat- obat anti
sekresi asam lambung (seperti: penghambat reseptor H2, PPI, anti gastrin) Dosis dan Cara Pemberian
atau preparat yang dapat menetralkan asam lambung seperti antasida,
Dewasa: untuk pencegahan ulkus lambung akibat induksi AINS anjuran
dapat juga diberi preparat-preparat untuk meningkatkan potensi faktor
dosis oral 200 mcg 4 kali sehari bersama makanan. Misoprostol harus
defensi, di antaranya prostaglandin.
diminum selama terapi AINS. Harus diminum saat makan dan dosis
terakhir sebelum tidur.
Prostaglandin subtipe E1 merupakan pilihan yang tepat untuk mening-
katkan fungsi faktor defensi dinding lambung. Analog PGE1 sintetik yaitu
Efek Samping
misoprostol merupakan prostaglandin yang pertama diproduksi dan sudah
mendapat persetujuan FDA untuk penanganan ulkus lambung akibat peng- Paling sering diare, nyeri abdomen, dan tinja encer derajat ringan sampai
gunaan NSAIDs. Literatur menyebutkan bahwa misoprostol mempunyai sedang dan bersifat sementara. Pada wanita pernah dilaporkan adanya efek
potensi sitoprotektif dan juga sebagai anti-sekresi asam lambung. Misoprostol ginekologik seperti: kram, menorrhagia, dismenorrhea, dan ∆spotting∆.
mampu melindungi mukosa lambung terhadap berbagai bahan iritan dan Efek lain dapat berupa: mual, muntah, nyeri kepala, kembung, dispepsi, dan
bahan perusak termasuk: aspirin, etanol, indometasin, pentagastrin dan pred- konstipasi. Pola efek samping serupa jika diberikan bersamaan dengan AINS.
nisolon, dan juga terhadap ulkus akibat stres (stress ulcer) ataupun syok septik. Tidak dianjurkan penggunaannya pada wanita menyusui.
INVITEC® dalam bentuk sediaan tablet mengandung 200 mcg misoprostol - Kesimpulan
analog prostaglandin E1 (PGE1) yang memiliki efek antisekresi dan INVITEC® dengan kandungan zat aktif misoprostol (Analog PGE1 sintetik)
melindungi mukosa lambung. INVITEC‘ mempunyai potensi antiulseran merupakan preparat yang meningkatkan faktor defensi sehingga ber-
serta efek proteksi mukosa terhadap zat-zat perusak pada dosis yang meng- fungsi sebagai anti ulkus lambung dengan efek uterotonik sehingga
hambat/mempengaruhi sekresi asam labung secara minimal. dikontraindikasikan penggunaannya pada wanita hamil. (TMB)
Referensi:
1. Daldiyono, Syam AF. Perubahan Hormon Gastrointestinal pada Sindroma Dispesia. Dalam Rani A, Manan C, Djojodiningrat D. dkk.(Ed). Dispepsia. Sains dan Aplikasi Klinik. Jakarta.
Subbag Gastroenterologi Bagian Penyakit Dalam FKUI. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002:
2. Goldberg AB, Greenberg MB, Darney PD. Misoprostol and pregnancy. N Engl J Med 2001;344:1:38-45.
3. Monk JP, Clissold SP. Misoprostol. A Preliminary Reviews of Its Pharmacodynamic and Pharmacokinetic Properties, and Therapeutic Efficacy in the Treatment of Peptic Ulcer Disease. Drugs 1987;33:1-30
4. Hawkey CJ, Karrasch JA, Szczepanski L, et al. Omeprazole Compared with Misoprostol for Ulcer Associated with Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs. N Engl J Med 1998;338:727-34.
Di antara obat-obat venoaktif, Venosmil merupakan pilihan karena Tindakan operatif untuk CVI vena superfisial antara lain adalah:
kemampuannya dalam menurunkan permeabilitas kapiler, me- • The Hook Technique
ningkatkan tonus vena, memperbaiki deformabilitas eritrosit • Ligation of saphenofemoral junction
dan mengurangi edema. Penelitian yang membandingkan • Ligasi vena yang mengalami perforasi (Linton»s procedure)
hidrosmin dengan sediaan venotropik lainnya, memperlihatkan • Stripping varises dengan vein stripper.
keunggulan efektifitas Venosmil sebagai venotropic agent.
Penelitian yang membandingkan hidrosmin dengan diosmin juga
Diingatkan oleh dr. Murnizal bahwa syarat yang penting sekali
disampaikan dr. Ismoyo pada kesempatan ini. Hasil penelitian
untuk tindakan operatif pada vena superfisial adalah vena
memperlihatkan bahwa efektifitas perbaikan klinis hidrosmin
profunda (vena dalam) harus berfungsi baik; untuk itu harus
pada pasien CVI lebih superior dibandingkan dengan diosmin.
dilakukan penilaian pre-operatif dengan seksama.
Topik CVI (Chronic Venous Insufficiency) dibahas oleh Dr. Syarat operasi pada vena dalam adalah:
H. Murnizal Dahlan,SpBV(K), kepala bagian Bedah Vasku- • Gagalnya terapi konservatif
lar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Beliau mengulas • DVT (Deep Vein Thrombosis) proksimal
mengenai CVI, prevalensi, etiologi, patofisiologi, serta terapi
• Inkompetensi vena dalam yang ringan
yang dapat diberikan. Dalam bahasan ini terapi dibagi menjadi
terapi non-farmakologis, terapi farmakologis dan terapi operatif.
Tindakan operatif yang dapat dilakukan untuk CVI vena
profunda (dalam) antara lain pemasangan saphenous vein
Terapi non farmakologik di antaranya adalah elevasi tungkai,
National Symposium on stoking kompresi, serta menurunkan berat badan. Terapi kompresi
terbaru dinamai External Pneumatic Compression. Terapi farma-
crossover graft/PTFE (Polytetrafluoroethylene) graft, by pass
insitu vena popliteal-femoral. Jika vena dalam tidak kompe-
ten (vena profunda tidak berfungsi/ dalam keadaan tidak
Vascular Medicine ke-4 (ANVIN) kologi yang dapat diberikan di antaranya adalah golongan
flavonoid seperti hidrosmin (Venosmil) yang dikatakan sangat
bermanfaat, bahkan pada kasus CVI lanjut. Tindakan invasif
baik), maka dapat dilakukan valvuloplasti atau transposisi
segmen vena (vein segment transpositions).
P ada tanggal 24 Agustus 2008 telah diadakan pertemuan Ada 4 teori terjadinya CVI: seperti sclerotherapy; dalam kesempatan ini dibahas teknik
National Symposium on Vascular Medicine ke-4 (ANVIN), yang foam sclerotherapy. Komplikasi tindakan operatif yang dapat terjadi adalah:
Teori lama:
diadakan oleh team marketing Discovery A, PT Kalbe Tbk, dr. • Vein & Valve Damage or Failure Theory hematoma, kerusakan beberapa saraf saphena dan infeksi.
Siswandi dan rekan. Acara ini diikuti oleh kurang lebih 50 orang Terjadinya refluks dan peningkatan tekanan vena, dan Tindakan operatif pada kasus-kasus CVI vena superfisial di- Selain tindakan operatif, ada tindakan invasif ringan yang
dokter, yang tediri dari dokter umum, dokter spesialis jantung, • Calf Muscle Pump Failure Theory lakukan jika: dapat dilakukan pada kasus-kasus CVI vena superfisial dan
dokter spesialis bedah vaskular. Acara yang berlangsung malam Terbentuknya vena yang melebar dan memanjang, terutama • Telah terjadi perforasi vena vena profunda, di antaranya adalah Endovenous Radio
hari itu dibuka oleh dr. H. Murnizal Dahlan, SpBV(K). di daerah medial malleolus • Nyeri tidak bisa ditangani dengan obat-obatan lagi. frequency Ablation, Endovenous Laser Treatment (EVLT),
• Terapi konservatif gagal Subfascial endoscopic perforator surgery (SEPS).
Teori baru:
Setelah itu langsung dilanjutkan dengan pembahasan topik • Pasien yang aktif (berhubungan dengan aktifitas pasien
• Fibrin Cuff Theory
Chronic Venous Insufficiency (CVI) Role of Vasoprotective dalam kehidupan sehari-hari, seperti pekerjaan, gaya hidup) Pada acara ini dibahas pula diagnosis serta penatalaksanan
Terbentuknya deposit fibrin di daerah perikapiler.
Agent oleh Dr. Ismoyo Sunu, SpJP(K). Kepala Bagian Vaskular • Vena dalam (vena profunda) berfungsi baik. beberapa kasus dalam klinik. (YYA)
• White Cell Trapping Theory
di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.
Kerusakan vena karena penempelan sel darah putih di
dinding kapiler pembuluh darah.
CVI merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Amerika Serikat. Kurang lebih 24 juta penduduk Amerika
Klasifikasi CEAP :
menderita vena varikosa dan 6 juta orang menderita kelainan
CEAP clinical classification
kulit yang berhubungan dengan CVI. Ulkus karena CVI diderita
oleh kurang lebih 500.000 orang, dengan prevalensi tertinggi CEAP etiological classification
pada pria usia 70-79 tahun dan wanita usia 40-49 tahun. CEAP anatomical classification
Kemungkinan besar banyak penderita CVI di Indonesia, namun CEAP pathophysiological classification
belum dilakukan pendataan secara berkala dan nasional.
Penyebab CVI multifaktorial, di antaranya adalah insufisiensi Pemeriksaan non-invasif yang dapat dilakukan adalah Imaging
katup vena, malformasi vaskular kongenital, herediter, kelebihan Studies berupa Doppler bidirectional-flow studies dan Doppler
berat badan, gaya hidup yang tidak sehat, serta faktor-faktor color-flow studies dan pemeriksaan lainnya, seperti photo-
hormonal. Selain itu pasien dengan riwayat gagal jantung, plethysmography. Pada CVI, pilihan terapi di antaranya adalah
trauma pada ekstremitas, flebitis, trombosis vena dalam lebih elevasi tungkai, kompresi, obat-obatan venoaktif, perawatan
mudah untuk mengalami CVI. luka dan terapi operatif.
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
438 439
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
Dia membahas beberapa penyakit infeksi seperti penyakit Decline in Events Associated with Asymptomatic
Carotid Stenosis With and Without Intensive
jantung rematik, malaria tuberkulosis dan AIDS ay ng masih
prevalen ay ng dapat meningkatkan risiko stroke; di samping Medical Therapy
mulai meningkatnya penyakit degeneratif seperti hipertensi
dan diabetes melitus. No Before After
Event Microemboli Microemboli P 2003 2003 P
(%) (%) (%) (%)
Dia juga menyinggung peranan pendidikan bagi pengobat
tradisional dan pengembangan guideline ay ng lebih spesifikStroke 1.2 14.3 < .0001 4 0.8 .02
in ey ar 1
untuk tiap negara sesuai dengan ketersediaan tenaga dan
fasilitas kesehatan; hal ini dapat dicapai dengan makinMIsering
bertemunya para pakar dari negara maju dan negara berkem- in ey ar 1 2.4 8.6 .07 6.5 0 .0001
bang, ay ng sudah mulai dirintis oleh China ay ng mengadakan
pertemuan tahunan untuk maksud tersebut. Death
in ey ar 1 2.9 12.1 .027 5.1 2 .12
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
440 441
LAPORAN KHUSUS LAPORAN KHUSUS
Zat aktif yang paling penting untuk terapi psoriasis adalah Sedangkan Prof. Feldman dari USA dalam presentasinya yang
kortikosteroid seperti betamethasone dipropionate, betame- berjudul ≈Problem and Challenges in the Management of
thasone valerate dan clobetasol propionate. Derivat vitamin Scalp Psoriasis∆ menyebutkan bahwa masalah utama dalam
D3 dan coal tar atau derivatnya juga sering digunakan. Foto- terapi psoriasis sehingga respon terapi tidak seperti yang di-
terapi dan radioterapi juga telah digunakan untum terapi harapkan adalah buruknya kepatuhan pasien terhadap terapi.
Cara untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi
psoriasis kulit kepala (sinar UV, PUVA, excimer laser, dan sinar
adalah memberikan obat topikal dalam bentuk sediaan yang
grenz). Juga terdapat data penggunaan obat imunosupresif
mudah dan nyaman digunakan serta tidak memerlukan waktu
seperti alefacept, dll. terapi yang lama, contohnya adalah bentuk sediaan shampo
untuk psoriasis kulit kepala.
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
442 443
LAPORAN KHUSUS GERAI
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
444 445
KORESPONDENSI
FORMULIR BERLANGGANAN MAJALAH CDK TAHUN 2009
Ass. Wr. Wb,
Nama saya dr. Natalina Christanto, saya seorang dokter PTT yang bertugas di daerah pedalaman Aceh. Akses Pembaca yth.
komunikasi sangat sulit sekali di daerah tempat tugas saya, sinyal HP saja baru ada tahun 2008 ini tapi kalau mati
lampu sinyal pun ikut menghilang. Siaran TV yang ada hanya semut. Kami baru bisa mendapat informasi apabila Banyak terima kasih atas kebersamaan Anda selama ini. Komitmen kami adalah untuk selalu
kami sedang mengambil gaji ke kota. Saat itulah baru kami baca koran atau ke internet. memberikan yang terbaik bagi para pembaca.
Yang ingin saya tanyakan apakah distribusi CDK sampai ke Aceh ? Kalau ya, bagaimana caranya saya bisa Agar kami bisa melayani Anda lebih baik, mohon kiranya mengisi ‘Formulir Berlangganan Majalah CDK
mendapatkan CDK. Jujur saja saya tidak tahu medrep-medrep yang ada di Aceh karena tempat praktek saya yang
tahun 2009, di bawah ini yang akan menjadi acuan pembaruan data-base kami.
di ujung gunung itu tidak pernah dikunjungi. Kalau bisa saya dapatkan CDK, saya sangat bersyukur sekali, karena
sejak saya PTT di daerah ini saya merasa jadi 'gaptek', kemajuan-kemajuan terbaru atau penelitian-penelitian
Nama Lengkap :
terbaru saya tidak tahu dan kalau bisa CDK dikirimkan ke Aceh, ini alamat surat menyurat saya:
E-mail Address :
Yth. dr. Natalina Christanto
Nama MedRep yang memberikan majalah ini :
di Aceh
Menanggapi surat dokter, kami turut prihatin dengan kondisi tempat tugas saat ini yang masih jauh dari jangkauan Komentar anda mengenai Majalah CDK (jika terpilih akan dipublikasi di CDK) :
media informasi. Kami sampaikan bahwa majalah CDK selama ini didistribusikan sampai ke daerah-daerah termasuk
Aceh. Untuk dokter yang bertugas di Puskesmas Arafat-Lamteuba, Aceh Besar, kami akan mengirim melalui pos secara
teratur pada setiap penerbitan dengan kategori pelanggan : Institusi/Puskesmas.
Sedangkan untuk pengiriman ke alamat : praktek pribadi, akan dikirim melalui marketing Kalbe cabang kota ybs.
Jika sewaktu2 kiriman majalah CDK terhenti, dokter dapat menghubungi marketing:
Ibu Nurjanah
DM Marketing Stealth
PT. Kalbe Farma Tbk.
Jl. Ir. M. Thahir
Pertigaan Lembah Hijau DS COT Mesjid Silakan mengembalikan formulir yang telah diisi lengkap kepada : Medical Representative (MedRep)
Banda Aceh - 23247 yang membawa majalah ini.
Tlp. 0651-22830
Atau bisa juga mengirimkannya ke Redaksi CDK dengan cara (pilih salah satu) :
Demikian kami sampaikan dan terima kasih atas perhatiannya.
1. Pos: Redaksi CDK, Jl. Letjen Soeprapto kav. IV, Cempaka Putih – Jakarta 10150
Wassalam,
2. Facsimile: 021-42873685
Redaksi 3. E-mail: cdk.redaksi@yahoo.co.id
English Summary 04 English Summary 116 English Summary 252 English Summary 388
160 IB Putra Adnyana, Haya Harareth :
Risiko Anovulasi pada Penderita Infertil dengan 162 Husein Albar : Evaluation of Clinical Presentation to
Recognize Chronic Failure in Children 117 164
Andreas Soejitno : The Role of Telehealth in Educating
Hospitalized Patient 253 166 Pradjnaparamita : Terapi Inhalasi
Huldani : Perbedaan VO2.max antara Siswa yang Latihan
389
vol. 35 Hiperprolaktinemi 05 vol. 35 Amel Yanis, W. Edith H. Pleyte, Ika Widyawati, HE vol. 35 Suwanto, Roveny, Steven : Mind Maps, Humor dan Mnemonic,
vol. 35 Sepakbola dengan yang Tidak Latihan Sepakbola di
Ketut Suwiyoga : Akurasi Gineskopi dengan Bantuan Olesan Tabel dan Diagram serta Gambar dalam Pembelajaran Ilmu
no.1/2008 no.3/2008 Kusdinar A : Peranan Hubungan Ibu-Anak pada no.5/2008 Kedokteran no.7/2008 Pondok Pesantren Darul Hijrah 394
Asam Asetat 5% untuk Deteksi Displasia pada Lesi Serviks 09 258
Gagal Tumbuh Anak 0-36 Bulan 121 Bambang Supriyatno, Nastiti N. Rahajoe : Uji Provokasi
Caroline Hutomo : Terapi Pre-eklampsia 12 Umatul Khoiriyah : Mini Cex: Apakah Pilihan Tepat untuk
Adi Wirawan, I Ketut : Profil Penderita Tuberkulosis Anak 127 Bronkus dengan Salin Hipertonis 396
IB Putra Adnyana : Hubungan Jumlah Folikel Antral dengan Respons Menilai Kompetensi Klinis Siswa ? 264
Britanto Dani Wicaksono, Enos Tangke Arung, Ferry Sandra : Andreas Erick Haurissa, Gregorius Bimantoro, Pramanta : SPAS : Sistem A. Dina Abidin H. Mahdi : Asma Bronkial – Hubungannya dengan GERD 401
Ovarium terhadap Stimulasi Ovulasi 17 Aktivitas Antikanker dari Kayu Secang 133 Perangkat Penaksiran Hasil Pembelajaran Waktu-Nyata yang Partisipatif 269 I Wayan Karya, Aminuddin Azis, Sutji Pratiwi Rahardjo,
Jefferson Rompas : Pertumbuhan Janin Terhambat 23 Berita Terkini Theresia Ilyan, Sylvie Sakasasmita : Aplikasi Telemedicine bagi Pendidikan Nani Iriani Djufri : Pengaruh Rinitis Alergi (ARIA WHO 2001) terhadap
Didik Gunawan Tamtomo : Gambaran Histopatologi Kulit pada
Densitometri tulang tangan menyibak kerusakan tulang awal pada Kedokteran di Pedesaan 271 Gangguan Fungsi Ventilasi Tuba Eustachius 405
Pengobatan Tradisional Kerokan 28
artritis rematoid 139 Daryo Soemitro : Internet dalam Dunia Kedokteran 279 Adi Prayitno : Kelainan Gigi dan Jaringan Pendukung Gigi
Dwi Agustina, Caroline T. Sardjono, Ferry Sandra :
Sel punca untuk transplantasi ginjal 140 Dani Iswara : Peluang Pembelajaran Ubiquitous dalam Pendidikan Kedokteran 287 yang Sering Ditemui 411
Metode Isolasi Inner Cell Mass sebagai Sumber Embryonic Stem Cell 32
Sel punca dewasa membantu mereka yang mengalami gangguan imun Yusuf Alam Romadhon : Hubungan Business to Business (B2B) Berita Terkini
Berita Terkini
dan penyakit jantung 142 Dokter Spesialis-Dokter Umum 291 CARDIA: OxLDL dan sindrom metabolik 415
Review Cochrane memberikan lampu hijau untuk pemberian Taxane
Ibuprofen mengurangi efek positif aspirin pada individu dengan risiko stroke 144 Berita Terkini
pada kanker payudara 36 Eritropoietin mempunyai efek antidepresa 416
Nyeri kepala biasa terjadi pada orang dengan masalah saluran cerna 145 AMA menetapkan para dokter akan menerima aturan peresepan elektronik 294
Analgesia epidural menurunkan tekanan intraabdominal 37 Gabapentin untuk mengurangi ketakutan berpidato 418
Internet mungkin baik untuk kesehatan Anda 294
Midazolam efektif mencegah PONV 38 Efek neuroprotektif asam mefenamat dan ketoprofen pada penyakit Alzheimer 146 Higiene oral yang baik dapat melindungi terhadap infeksi jantung 419
Google melansir catatan medis personal berbasis web 295
Asam folat tingkatkan performa fungsi kognitif lansia 39 Metabolisme dipengaruhi oleh probiotik 148 Metilprednisolon untuk penanganan neuritis vestibular 420
iPod dan alat pacu jantung akhirnya dapat bekerja bersamaan 297
Jogging tidak sebaik sepak bola untuk membakar lemak 40 Antioksidan betakaroten meningkatkan risiko kanker 149 MEDMARK akan menjadi pusat data kesalahan pengobatan terbesar di dunia 297 Kamera terkontrol magnet di dalam tubuh 422
Kadar HDL tinggi melindungi jantung Anda 41 Obat flu dan batuk bebas (OTC) tidak direkomendasikan untuk bayi 152 Kesalahan pengobatan dikurangi dengan komputerisasi peresepan dokter 298 Profil Keamanan terapi statin 423
Kafein plus asetaminofen beracun untuk beberapa orang 42 Suplemen minyak ikan dapat berbahaya bagi beberapa pasien jantung 154 Flu lambung menyebar melalui keyboard komputer yang terkontaminasi 299 Obesitas Meningkatkan Risiko Adenoma Kolorektal 424
Melawan kuman dengan sabun dan air hangat 43 Obat kumur alopurinol sebagai pencegah stomatitis pada pasien kanker 156 Virtual Human Body, perjalanan interaktif dan 3 dimensi ke dalam anatomi manusia 300 Silent stroke menyerang 1 dari 10 orang sehat 425
Seksio saesar meningkatkan risiko ibu dan bayi 44 Lahir prematur berdampak jangka panjang 158 Tip-tip aman berselancar di website medis 301 Semangka merupakan Viagra® alami 426
Informatika Kedokteran (Dani Iswara) : Blog Kedokteran sebagai Informatika Kedokteran (Hatmoko) : Pemanfaatan multimedia Orang-orang sering berbagi obat resep 303 Adalafil dan disfungsi ereksi pasien diabetes 428
Media Komunikasi Pasien dan Dokter 45 audiovisual sebagai media penyuluhan kesehatan interaktif 160 Info Produk : Biogaia Chewing Gum 304 Valsartan memperbaiki kekakuan arteri pada pasien diabetes tipe 2,
Profil (Ari Satriyo Wibowo) : Mengenal Secara Utuh Sosok Profil (Ari Satriyo Wibowo) : Semangat pantang menyerah Laporan Khusus bulan Juni - Juli 2008 307 lebih baik daripada Amlodipin ? 429
Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo 48 Prof. Barry J. Marshall, sang pemenang Nobel Kedokteran 2005 164 Laporan Kegiatan Ilmiah bulan Mei - Juni 2008 312 Jusuf Kalla: Sebaiknya dokter maksimal memeriksa 40 pasien per hari 431
Korespondensi : Masalah insomnia sering ditemukan pada lanjut usia 50 Praktis : Kesadaran menurun 166 Gerai 313
WHA menghimbau peningkatan fokus pada hepatitis 432
Laporan Kegiatan Ilmiah bulan November - Desember 2007 51 Korespondensi 314
Laporan Khusus bulan Februari - Maret 2008 168 Praktis : Penatalaksanaan asma di Indonesia 434
Kalender Kegian Ilmiah bulan Januari – Maret 2008 54 Agenda Kegiatan Ilmiah bulan Agustus 2008 315
Laporan Kegiatan Ilmiah bulan Februari - Maret 2008 175 Info Produk : Invitec 436
Agenda Kegiatan Ilmiah bulan Mei - Juni 2008 177 Laporan Khusus bulan September - Oktober 2008 438
English Summary 60
Gerai 445
English Summary 320
Korespondensi 446
161 Harry Murti, Mokhamad Fahrudin, Caroline Tan Sardjono,
B. Setiawan, Ferry Sandra : Altered Nuclear Transfer :
English Summary 184
165
Ismail Setyopranoto : Pendekatan Evidence-Based Medicine
pada Manajemen Stroke Perdarahan Intraserebral 321 Formulir Berlangganan 447
vol. 35 Pengembangan Teknik Somatic Cell Nuclear Transfer untuk
Mengatasi Masalah Etika 61
163 Anton B. Darmawan : Croup (Laringotrakeobronkitis)
M. Arief Purnanta, Soepomo Soekardono,
185
vol. 35
Rizaldy Pinzon : Analisis Situasi Pengendalian Tekanan Darah
untuk Prevensi Stroke Sekunder 328
Indeks Karangan
Agenda Kegiatan Ilmiah bulan November 2008 - Januari 2009
448
450
no.2/2008
Nurul Aini, Boenjamin Setiawan, Ferry Sandra : vol. 35 BU Djoko Rianto, Anton Christanto : Pengaruh Bising no.6/2008 Andreas Prasadja, Maula N. Gaharu :
Karakteristik Biologis dan Diferensiasi Stem Cell : Fokus pada Mesenchymal no.4/2008 terhadap Konsentrasi Belajar Murid Sekolah Dasar 190 Obstructive Sleep Apnea 331
Stem Cell 64 Max Rarung : Kelangsungan Hidup Lima Tahun Kanker Lili Indrawati : Efek Coriandri fructus terhadap Distribusi Tidur
Frisca, Caroline Tan Sardjono, Ferry Sandra : Ekspansi Endothelial Progenitor Cell 68 Ovarium yang Dikelola di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta 197 Rapid Eye Movement (REM) dibandingkan dengan Lorazepam 334
Melina Setiawan, Caroline Tan Sardjono, Ferry Sandra : Dini Budhiarko, Caroline Tan Sardjono, Ferry Sandra : Assisted Hatching 203 Syarief Hasan Lutfie : Penatalaksanaan Rehabilitasi Neurogenic Bladder 337
Menuju Kloning Terapeutik dengan Teknik SCNT 72 Berita Terkini Riris L. Puspitasari, Caroline T. Sardjono, Boenjamin Setiawan, Ferry Sandra :
Ronny Karundeng : Histofisiologi Sel Endotel dan Sel Progenitor Endotel Risiko obat-obat bebas (OTC) 211 Kultur Embryonic Stem Cell menjadi Sel Neuron dengan Medium Bebas Serum 342
dalam Sirkulasi Darah 77 Pedoman baru penanganan hipertensi resisten 212 Eka J. Wahyoepramono : Awake Craniotomy, Alternatif bagi Tumor Intra-aksial 345
Suzanna Immanuel : Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine 82 Penuaan biologis ditunda oleh fitness aerobik 213 Didik Tamtomo : Aktivasi Komplemen pada Jejas Mekanis Pengobatan
Tradisional Kerokan 347
Inge Permadhi, Samuel Oetoro, Fiastuti Witjaksono : Efektifitas Terbukti : kaitan antara common cold dengan infeksi telinga 216
Berita Terkini
Penggunaan Meal Replacement pada Pengaturan Diet Pasien Obesitas dalam Dermatitis atopik berkaitan dengan keganasan 217
Latihan fisik dapat mempercepat penyembuhan luka 353
Memperbaiki Komposisi Tubuh dan Faktor Risiko Sindroma Metabolik 87 Tramadol untuk Penanganan Ejakulasi Dini 218
Astaxanthin, antioksidan dari golongan karotenoid 354
Berita Terkini Sertraline untuk Leishmaniasis 220 Homosistein ada hubungannya dengan penyakit jiwa 355
Hadiah Nobel fisiologi atau kedokteran 2007 dianugerahkan pada para pioner stem cell 93 Efek Trisiklik vs SSRI terhadap substansia alba otak 221 Hubungan antara selektivitas AINS dengan risiko stroke 356
Aspirin dosis rendah plus statin menurunkan risiko kanker kolorektal 94 WHO menerbitkan laporan tentang skala global TB yang resisten terhadap obat 222 Hubungan antara efek antikolinergik dan fungsi kognitif 359
Efek donepezil pada pasien yang berhenti menggunakan memantine 95 Lingkar pinggang besar pada wanita meningkatkan rIsiko kematian 223 Piracetam untuk pasca operasi 360
Lemak perut dan risiko Diabetes Melitus 96
Makan pagi menjaga remaja tetap ramping 224 Simvastatin sebagai neuroprotektor 361
Pentoksifilin untuk pemakai EPO yang resisten 97
Informatika Kedokteran (Rizaldy Pinzon) : Sistim Pendukung Keputusan Lemak alami bentuk trans punya manfaat kesehatan 362
Kadar vitamin B12 rendah berkaitan dengan peningkatan risiko iskemi serebral 98 Polusi ozon di udara dan kematian prematur 363
Klinis dan Perbaikan Kualitas Pelayanan Kesehatan 226
Bagaimana virus Chikungunya menyebar 99 Lercanidipine plus Enalapril 364
Profil (Ari Satriyo Wibowo) : Dr. Asri : Dokter Umum, Ahli Vasektomi
Kopi dan teh dapat menurunkan risiko kanker ginjal 100 Coenzyme Q10 untuk Parkinson 365
dan Kesadaran Pentingnya KB 230
MRI paling kuat di dunia siap memindai otak manusia 101 Citicoline untuk pasien pecandu kokain 366
Informatika Kedokteran (Rizaldy Pinzon) : Peresepan Elektronik untuk Praktis (MML) : Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) 232
Praktis : Kejang Demam 368
Meningkatkan Keamanan Pengobatan di Rumah Sakit 102 Laporan Khusus bulan April - Mei 2008 234
Info Produk : Ibufenz 370
Profil (Ari Satriyo Wibowo) : Prof. Dr. Samsuhidajat, SpB - Mengenal Lebih Laporan Kegiatan Ilmiah bulan April - Mei 2008 241
Laporan Khusus bulan Juli-Agustus 2008 372
Dekat Sosok Perintis Spesialis Bedah Digestif di Indonesia 104 Gerai 242 Laporan Kegiatan Ilmiah bulan Juli-Agustus 2008 376
Praktis : Status Epileptikus 106 Resensi buku : Biografi Prof. Oei Ban Liang - Pelopor Bioteknologi, Gerai 378
Laporan Khusus bulan Januari – Februari 2008 108 Begawan Kimia dan Sosok Guru yang Humanis, terbitan CDK 2008 243 Korespondensi 380
Laporan Kegiatan Ilmiah bulan Januari – Februari 2008 110 Agenda Kegiatan Ilmiah bulan Juli 2008 245 Agenda Kegiatan Ilmiah bulan September - November 2008 382
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
448 449
AGENDA AGENDA
DESEMBER
21st Century Medicine : Breakthroughs and Challenges IOF World Congress on Osteoporosis 2008
Kalender
Tanggal : 26 Nov 2008 - 27 Nov 2008 Tanggal : 03 Des 2008 - 07 Des 2008
Tempat : The Royal Institute of British Architects, London, United Kingdom Tempat : Queen Sirikit National Convention Centre, Bangkok, Thailand
Kalangan : pharmacist, doctor, researcher
Kalangan : Reumatolog, obsgin
acara
Sekretariat : The Institute of Nanotechnology (Head Office) Suite 5/9 Scion
House Lord Hope Building Innovation Park 141 St.James Road
Sekretariat : IOF Secretariat 73, cours Albert Thomas 69447 Lyon cedex 03
University of Stirling Glasgow Stirling G4 0LT FK9 4NF Scotland
France
Scotland Email : info@iofbonehealth.org
Phone : +44 (0) 1786 458020 Phone : 00-33-472-914-177
Fax : +44 (0)1786 447530 Fax : 00-33-472-369-052
November 2008
Contact Person : Carrie Smith URL : http://www.iofbonehealth.org/wco/2008/homepage.html
CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008 CDK 166/vol.35 no.7/November - Desember 2008
450 451
RPPIK
Terapi Inhalasi
Pradjnaparamita
10. Ada sediaan antibiotik yang dapat diberikan melalui 1. Gejala asma antara lain batuk dini hari.
inhalasi
2. Asma sering dikaitkan dengan riwayat tuberkulosis
di kalangan keluarga.