Professional Documents
Culture Documents
UJI KERAS
OLEH
KELOMPOK : 28
2007
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam metode pengujian keras serta aplikasinya
2. Mengetahui prosedur dan standar pengujian keras
3. Mengetahui sifat mekanik serta perubahan yang terjadi akibat proses
pemanasan
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode pengujian
kekerasan
5. Mampu menghitung besaran sifat mekanik suatu material
2
BAB II
DASAR TEORI
Secara umum, terdapat tiga jenis pengukuran kekerasan sesuai dengan sifat
pengujiannya, yaitu:
1. Pengujian keras dengan metode goresan
Pengujian keras dengan metode gores mengukur kemampuan suatu
material dengan menggoreskan material uji kepada spesimen. Skala
yang digunakan adalah skala Mohs, yang terdiri atas 10 nilai berupa
material standar yang diurutkan sesuai kemampuannya untuk
digoreskan.
Material uji dari yang paling lunak sampai dengan yang paling keras :
1 = Talk / gips 6 = Orthoclase ( feldspar )
2 = Gypsum 7 = Quartz
3 = Calcite 8 = Topaz
4 = Fluorite 9 = Corundum
5 = Apatite 10 = Intan
Kelemahan dari skala Mohs adalah intervalnya kurang spesifik (nilai
kekerasan benda kurang akurat).
2. Pengujian keras dengan metode dinamik
Pengujian keras dengan metode dinamik digunakan dengan
mengetahui energi impak yang dihasilkan oleh indentor yang
dijatuhkan pada permukaan spesimen. Alat yang digunakan dalam
pengujian ini adalah Schetoroscope Shore, yang mengukur
kekerasan dari tingginya pantulan indentor berbentuk bola yang
dipantulkan ke spesimen.
3. Pengujian keras dengan metode indentasi
Pengujian keras dengan metode indentasi mengukur ketahanan
suatu material terhadap gaya yang diberikan oleh indentor, dengan
memperhatikan besar beban yang diberikan dan besar indentasi.
Kekerasan tipe ini adalah yang paling sering diteliti dalam material
teknik.
3
Tipe kekerasan indentasi dibagi atas :
1. Uji Kekerasan Brinell
Uji kekerasan indentasi Brinell merupakan pengujian metode
indentasi yang pertama kali diterima dan distandardisasi secara
umum. Uji kekerasan Brinell dilakukan dengan melakukan indentasi
pada permukaan spesimen dengan bola baja yang memiliki beban
3000 kg dengan diameter 10 mm. Untuk material lunak, beban
dikurangi menjadi 500 kg agar indentasi tidak terlalu dalam,
sedangkan untuk material yang sangat keras, digunakan bola karbida
untuk memperkecil distorsi indentor. Beban ditekan selama waktu
baku (30 detik), lalu luas permukaan hasil indentasi diukur dengan
menggunakan mikroskop optik. Diameter indentasi harus dihitung
dua kali pada sudut tegak lurus yang berbeda kemudian dirata-
ratakan. Permukaan yang dikenakan indentasi harus relatif halus,
dan bersih.
BHN bukan sebuah besaran yang baik secara fisika karena tidak
meliputi tekanan rata-rata pada seluruh permukaan indentasi.
Kelemahan lain dari uji keras Brinell adalah besarnya ukuran
indentasi Brinell yang dapat menghalangi kegunaan untuk benda uji
yang kecil, atau pada bagian yang kritis terhadap tegangan di mana
hasil indentasi yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan.
Kelebihan uji Brinell adalah ukuran indentor Brinell yang besar dapat
merata-ratakan heterogenitas lokal yang terdapat pada permukaan
spesimen, dan uji Brinell tidak terlalu terpengaruh oleh kekekasaran
permukaan.
4
permukaan seluruh indentasi (yang tidak terdapat pada uji Brinell)
harus diperhitungkan dalam nilai kekerasan. Nilai rata-rata tersebut
diperoleh dengan rumus:
P
Pm
r 2
4P
MHN
d 2
5
diubah, dan berada pada skala yang sama, sehingga dapat dilakukan
perbandingan secara mudah antara kekerasan antar material.
4. Uji Microhardness
Banyak masalah metalurgi yang membutuhkan penentuan kekerasan
pada permukaan yang sangat kecil, misal penentuan kekerasan pada
permukaan terkarburasi, atau penentuan kekerasan pada part jam
tangan. Untuk pengujian spesimen-spesimen sangat kecil ini, metode
yang paling digunakan adalah indentor Knoop. Metode ini merupakan
pengembangan dari Uji Vickers.
6
5. Uji Rockwell
Uji Rockwell menggunakan kedalaman indentasi dalam keadaan
beban konstan sebagai penentu nilai kekerasan. Sebelum
pengukuran, spesimen dikenakan beban minor sebesar 10 kg untuk
memperbaiki posisinya, untuk mengurangi kecenderungan ridging
dan sinking akibat beban indentor. Lalu, beban mayor dikenakan, dan
kedalaman indentasi yang terkonversi dalam skala langsung
ditunjukkan pada dial gage. Dial tersebut terbagi atas 100 bagian,
yang masing-masing merepresentasikan penetrasi sebesar 0.0002
mm. Dial dirancang sedemikian rupa sehingga nilai kekerasan yang
tinggi berkorelasi dengan kekecilan penetrasi. Beda uji Rockwell
dengan metode lainnya adalah nilai kekerasannya tidak memiliki
satuan, sedangkan pada metode lain nilai kekerasan bersatuan
kg/mm.
7
5. Kecepatan pembebanan harus terstandardisasi.
8
BAB III
PENGOLAHAN DATA
1. Brinell
d = (0.2)x + (y/50 . 0.2 ) mm
2P
BHN
D( D D 2 d 2
D D - (D - √(D2 - Kekerasan
(mm) x y d (mm) πD d2) Brinell (BHN)
5 6 17 1.268 15.7 0.163454125 77.93534422
5 5 0 1 15.7 0.101020514 236.4405928
5 3 10 0.64 15.7 0.041129161 580.7400361
2. Vickers
1,854 P
VHN
l2
D d kuadrat Kekerasan
(mm) x y d (mm) (mm) Vickers
0.645 4 5 0.82 0.6724 82.71861987
0.43 2 16 0.464 0.215296 258.3420036
0.648 1 26 0.304 0.092416 601.8438366
3. Rockwell
Kekerasan
Spesimen P (kg) Indentor Warna Skala Rockwell
Aluminium 100 Bola baja Merah 36 HRB
Baja Karbon
Medium 60 Intan Hitam 54 HRA
Baja karbon
treatment 150 Intan Hitam 52 HRC
9
BAB IV
ANALISIS
10
Baja : 258.3 VHN
Alumunium : 82.7 VHN
Sedangkan literatur mengenai data lengkap Vickers yang diperoleh
hanya berupa data-data Vickers yang telah dikonversi dengan harga
Vickers paling rendah adalah 100. Oleh karena itu, analisis mengenai
perbandingan harga kekerasan Vickers yang diperoleh dari
pengamatan dan yang diperoleh dari literatur tidak dapat dijabarkan.
Diketahui pada literaturnya dengan harga vickers paling rendah
adalah 100 VHN, sedangkan kekerasan alumunium yang diperoleh
adalah 82.7 VHN. Hasil yang didapat ini berbeda dengan literaturnya.
Sebab-sebab perbedaan ini akan dianalisis pada bagian selanjutnya.
11
tidak sempat terjadi difusi, pengintian, dan pertumbuhan, sehingga
terjadi pergeseran antar bidang-bidang atom. Struktur sel satuan
martensit berupa Body Centered Tetragonal (BCT), dengan atom C
terjebak diantara atom Fe.
Hal inilah yang menyebabkan baja heat treatment lebih keras
dibandingkan baja dan alumunium, dimana baja dan alumunium tidak
mengalami proses pengerasan yang dilakukan pada baja heat
treatment. Pada alumunium, proses pengerasan dapat dilakukan
dengan proses precipitation hardening (perlakuan panas pada
alumunium).
12
keatas. Walaupun sedikit besarnya, namun hal ini mempengaruhi
nilai kekerasan yang diperoleh.
5. Hasil dari pembersihan karat tidak benar-benar bersih
Mempengaruhi pengambilan data diagonal atau diameter jejak,
permukaan yang tidak merata ini menyulitkan dalam pengambilan
data pada proses penglihatan nilai melalui mikroskop.
6. Kesalahan paralaks ketika pengambilan data
Terjadi pada saat mengukur diameter jejak dan panjang diagonal,
pembacaan skala pada mesin uji. Hal ini disebabkan oleh beberapa
hal antara lain alat yang telah digunakan sudah tidak baik lagi,
ditunjukan pada saat pembacaan skala pada mikroskop, angka-
angka pada skala yang sudah tidak jelas lagi menyulitkan dalam
pengambilan data sehingga dilakukan pembulatan.
7. Kesulitan dalam penggunaan alat
Hal ini ditunjukan ketika melakukan penempatan spesimen pada
posisi yang pas pada mikroskop di skala nol-nya, akibatnya
penempatan spesimen uji tidak pas dengan skala nol sehingga
mempengaruhi perbandingan dengan literatur.
8. Pengukuran diagonal dan diameter jejak pada satu titik saja
Hasil akan lebih akurat jika diameter jejak diukur di tiap titik kemudian
diambil rata-ratanya, begitupun juga dengan pengukuran diagonal
dimana hasil lebih akurat dengan nilai rata-rata dari dua diagonal
tersebut. Pada praktikum tidak dilakukan karena waktu yang terbatas
dan penempatan posisi yang sesuai dinilai susah dilakukan.
9. Pengujian titik dilakukan hanya pada satu titik saja (keminiman data)
Baik pada pengambilan data nilai kekerasan serta pengukuran jejak.
Hasil lebih akurat jika dilakukan ke beberapa titik dan membuat rata-
ratanya.
13
PERTANYAAN SETELAH PRAKTIKUM
Tujuan dari adanya variansi ini adalah untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat terhadap berbagai kondisi spesimen yang berbeda dengan
menggunakan pengujian kekerasan rockwell yang sesuai. Contoh untuk
material yang lebih lunak biasanya digunakan Rockwell B (identor bola
baj). Karena untuk material yang lebih lunak tidak boleh diuji dengan
identor yang terlalu keras (pada Rockwell A atau Rockwell C) karena
dapat merusak material. Selain itu beban serta diameter yang digunakan
juga harus sesuai keadaan material.
14
A.B = B.D = L
A.D = D.C C.B = A.B = ...
= 68°
TT
'
sin
2 OT
'
TT '
OT '
sin
2
P P P P 20.9271P 1.854 P
VHN
A 4ODC CD.TT 2.CD.TT
' '
L2 L2
4
20.9271 0.9271
1.854 P
Sehingga terbukti bahwa VHN
L2
15
A, B= konstanta
Gambarkan kurva yang menyatakan hubungan antara T dan H tersebut.
Apa yang dapat anda jelaskan dari kurva tesebut?
Jawab :
Dari kurva diatas dilihat bahwa harga kekerasan akan semakin menurun
jika temperature material tersebut semakin tinggi. Hal ini karena ketika
temperature suatu material semakin tinggi maka material tersebut akan
semakin lunak, karena ketika itu temperaturnya semakin mendekati
16
temparatur lelehnya. Oleh karena itu, material pun sedikit demi sedikit
berubah fasa dari solid menjadi cair.
17
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1. Kesimpulan
Pengujian keras memiliki tujuan
1. Mengetahui macam-macam metode pengujian keras serta
aplikasinya
2. Mengetahui prosedur dan standar pengujian keras
3. Mengetahui sifat mekanik serta perubahan yang terjadi akibat
proses pemanasan
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode pengujian
kekerasan
5. Mampu menghitung besaran sifat mekanik suatu material
18
4. Spesimen yang diuji tidak boleh terlalu tipis
Pada saat pengujian :
1. Arah penekanan harus benar-benar tegak lurus
2. Jarak antar penekanan tidak boleh terlalu berdekatan (3
sampai dengan 5 kali diameter indentasi)
3. Penekanan tidak boleh dilakukan di ujung spesimen
4. Pengujian pada permukaan silindris akan memberikan hasil
yang memiliki kecenderungan lebih untuk salah, tergantung
kelengkungan, beban, indentor, dan kekerasan material.
5. Kecepatan pembebanan harus terstandardisasi.
5.2. Saran
1. Pengukuran keras dengan metode Vickers dilakukan dengan
memperhitungkan kedua diagonal indentor. Hal ini perlu
dilakukan agar hasil pengukuran yang diperoleh lebih akurat
menurut rumus yang telah dibakukan.
2. Kondisi spesimen yang digunakan dalam pengujian harus dalam
keadaan baik, yang berarti permukaannya rata dan dengan karat
yang seminimal mungkin.
3. Kalibrasi mesin harus dilakukan secara berkala untuk
meningkatkan keakurasian dan kepresisian. Kalibrasi dilakukan
baik pada skala maupun besar pembebanan.
4. Fokus pada mikroskop elektron perlu dibakukan supaya tidak
perlu dilakukan penyesuaian / pencarian fokus.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21