Professional Documents
Culture Documents
UJI PUNTIR
OLEH
KELOMPOK : 28
2007
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
Pengukuran yang dilakukan pada uji puntir adalah momen puntir dan
sudut puntir. Pengukuran ini kemudian dikonversikan menjadi sebuah
grafik Momen Puntir tehadap Sudut Puntir (dalam putaran). Namun, pada
daerah plastis hubungan antara momen puntir dengan sudut puntir tidak
linear lagi, sehingga diperlukan rumus yang berbeda pula untuk mencari
tegangan geser.
Keterangan :
u : Modulus of rupture
r : Diameteri spesimen
Patahan yang terjadi pada spesimen dapat berupa patah getas atau ulet.
Berikut ini adalah perbandingan antara kedua jenis patahan :
-max max
-max
Pada patahan getas, Gaya bergerak dari max ke -max, lalu berhenti dan
terjadi patahan. Sedangkan pada patah ulet, gaya bergerak dari max ke
- max, lalu berhenti dan terjadi patahan
Garis patah
getas Garis patah
ulet
Diagram Mohr:
max
max
Pada patah getas, Gaya bergerak dari max ke titik 0, lalu berhenti dan
terjadi patahan. Sedangkan pada patah ulet, gaya bergerak dari max ke
max, lalu berhenti kemuadian terjadi patahan.
Keterangan :
Pada Diagram Mohr menunjukkan sudut dua kali lebih besar daripada
keadaan sebenarnya. Dengan menggunakan Diagram Mohr, kita dapat
menjelaskan mekanisme terbentuknya patahan pada sebuah spesimen.
Prinsip uji puntir sebenarnya berasal dari prinsip kerja uji tarik,
walaupun sebenarnya perbedaan yang mendasar dari kedua prinsip kerja
pengujian tersebut adalah timbulnya pengecilan setempat yang
menyebabkan uji tarik tidak baik digunakan dalam mengukur keplastisan
suatu material. Berikut adalah kentungan dan kerugian dari pengujian
puntir.
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8
400000000
300000000
Kurva Tegangan-
200000000 Regangan Geser
100000000
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
5) Kurva tegangan-regangan sebenarnya
1400000000.0
0.0
0 500 1000 1500 2000
Kurva
Pembuatan kurva dimulai dengan membuat kurva hubungan antara
momen torsi dengan jumlah putaran. Kemudian untuk membuat kurva
sudut putar dengan momen torsi, jumlah putaran dikonversi menjadi
sudut putar dengan menggunakan perhitungan 2πn, dengan n adalah
jumlah putaran. Kurva ketiga menghubungkan momen puntir dengan
sudut putar per satuan panjang batang. Kurva keempat membuat
hubungan membuat hubungan antara (tegangan geser) dengan
(regangan geser). Kurva selanjutnya menghubungkan Von Mises ( 3 )
dengan Von Mises . Kurva terakhir menghubungkan logaritma
3
tegangan dan logaritma regangan sebenarnya.
Kekerasan
Sebelum dilakukan uji puntir, kekerasan material diukur dan didapatkan
harga sebesar 34 HRA. Setelah dilakukan uji puntir, kekerasan material
meningkat menjadi 52,33 HRA. Hal ini disebabkan karena terjadinya
strain hardening setelah benda terdeformasi plastis. Deformasi ini
menyebabkan menumpuknya pergerakan dislokasi, sehingga gaya yang
diperlukan untuk menggerakkan atom-atom menjadi lebih besar. Hal ini
yang menyebabkan peningkatan harga kekerasan material.
Panjang Spesimen
Setelah dilakukan uji puntir, terjadi perubahan panjang pada spesimen
dari 47,5 mm menjadi 48,5 mm. Kejadian ini seharusnya tidak terjadi.
Perubahan panjang ini mungkin terjadi akibat benda kerja dijepit dalam
keadaan miring (penjepit pada mesin uji puntir miring).
Bentuk Patahan
Seperti yang telah diketahui bentuk patahan pada uji puntir ada dua,
berdasarkan jenis spesimen getas atau ulet. Patah getas disebabkan oleh
tegangan normal maksimum (max), menghasilkan sudut patah sebesar
450. Patah ulet disebabkan oleh tegangan geser maksimum(max),
menghasilkan sudut patah sebesar 900 terhadap normal axis.
Patahan hasil puntiran pada material yang diuji membentuk sudut 90 0
terhadap normal axis. Maka, material yang diuji sifatnya ulet.
Berdasarkan diagram Mohr, sudut 900 ini disebabkan karena adanya
tegangan geser maksimum yang diakibatkan oleh gaya tarik menjadi
tegangan geser maksimum yang diakibatkan oleh gaya tekan.
Patah Ulet
Letak Patahan
Ketika dilakukan uji puntir, spesimen patah di bagian pinggir. Hal ini
disebabkan karena spesimen di satu sisi dicengkram dan satu sisi lagi
dipuntir. Daerah dekat cengkraman akan terjadi pemusatan tegangan
dimana akan terjadi tegangan geser maksimum. Maka, patah terjadi
pada bagian yang dikenai pemusatan tegangan, di bagian pinggir.
Bila kita memuntir di dua sisi spesimen, pemusatan tegangan akan
berada di tengah spesimen, sehingga patah akan terjadi di bagian
tengah. Namun cara ini tidak dipakai karena ketidakkonstanan sudut
puntir, sehingga sudut puntir sulit untuk ditentukan.
Hal lain yang menyebabkan patah terjadi di pinggir spesimen adalah
keadaan spesimen yang tidak homogen. Terbukti pada saat pengukuran
disepanjang spesimen harga kekerasannya berbeda-beda. Patah akan
terjadi di tempat terlemah spesimen.
Timbulnya panas pada spesimen setelah percobaan
Pada spesimen yang telah dilakukan uji puntir akan timbul panas. Daerah
yang paling panas adalah daerah patahan. Energi panas yang dilepaskan
berasala dari gaya gesekan saat terjadi pergeseran pada atom-atom spe
1. Buat kurva momen torsi dengan ,kemudian buat juga kurva antara
momen torsi dengan . Hitunglah tegangan geser dan regangan
geser sebenarnya dengan menggunakan persamaan 8. Ambil
delapan titik di setiap kurva untuk mendapatkan tegangan dan
regangan gesernya. Setelah itu dengan criteria Tresca dan Von
Mises buat kurva tegangan dan regangan sebenarnya.
Jawab:
K
n
Dengan menggunakan kriteria Tresca, didapat:
n = 0.270814
K = 1.1 X 109
4. Analisis bentuk patahan dari hasil uji puntir ini. Apa bedanya
bentuk patahan uji punter untuk material ulet dan getas ?
Jawab:
Jenis patahan pada pengujian puntir kali ini adalah patahan ulet.
Hal ini dapat dilihat dari sudut patahan spesimen membentuk
sudut 900 . Gaya yang menyebabkan spesimen ini patah ulet
adalah tegangan normal maksimum (max) . Pada jenis patah
getas, sudut patahan yang terbentuk adalah 45o dan gaya yang
menyebabkannya patah adalah tegangan geser maksimum (max).
DAFTAR PUSTAKA