You are on page 1of 21

TUGAS PENDAHULUAN MODUL C

UJI PUNTIR

OLEH
KELOMPOK : 28

ANGGOTA KELOMPOK : 1. Astrid Parama N (13406026)

2. Bona Mangkirap (13406043)

3. Irma Sofiani (1340049)

4. Nadia Fadhilah Riza (13406069)

5. Prilla Sista LJ (13406080)

6. Ira Wulandari (13406094)

PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2007
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tegangan geser terjadi secara paralel pada bidang material, berbeda


dengan tegangan normal yang tegak lurus dengan bidang. Kondisi
tegangan geser dapat terjadi dengan melakukan geseran secera langsung
(direct shear) dan tegangan puntir (torsional stress). Fenomena geseran
secara langsung dapat dilihat pada saat kita menancapkan paku ke balok
kayu. Pada setiap permukaan di paku dan kayu yang bersinggungan
langsung dengan paku akan mengalami geseran secara langsung.
Sedangkan fenomena tegangan puntiran, dapat terjadi apabila suatu
spesimen mengalami momen torsi. Dengan adanya tegangan geser, maka
respon yang diterima material pun berbeda.

2. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui standar dan prosedur Uji Puntir


2. Mengetahui pengaruh tegangan geser terhadap sifat mekanik
material
3. Mampu menghitung besaran-besaran sifat mekanik material dari Uji
Puntir
4. Memahami mekanisme terbentuknya patahan material oleh
tegangan geser.
BAB II
TEORI DASAR

Uji puntir pada suatu spesimen dilakukan untuk menentukan keplastisan


suatu material. Spesimen yang digunakan pada pengujian puntir adalah
batang dengan penampang lingkaran karena bentuk penampang ini paling
sederhana sehingga mudah diukur. Spesimen tersebut hanya dikenai
beban puntiran pada salah satu ujungnya karena dua pembebanan akan
memberikan ketidakkonstanan sudut puntir yang diperoleh dari
pengukuran.

Rumus tegangan dan regangan geser untuk batang padat :


M T .r r.φ
τ= dan γ=
J L
sedangkan Momen inersia (J) pada keadaan maksimum silinder adalah
π.D 4
J=
32

Pengukuran yang dilakukan pada uji puntir adalah momen puntir dan
sudut puntir. Pengukuran ini kemudian dikonversikan menjadi sebuah
grafik Momen Puntir tehadap Sudut Puntir (dalam putaran). Namun, pada
daerah plastis hubungan antara momen puntir dengan sudut puntir tidak
linear lagi, sehingga diperlukan rumus yang berbeda pula untuk mencari
tegangan geser.

Gb. 1 . Grafik Momen Puntir


Gb. 2 . Grafik Momen Puntir terhadap Sudut Puntir terhadap Sudut Puntir
per Satuan Panjang

Untuk mencari tegangan geser pada daerah plastis, digunakan rumus :


1
a  ( BC  3CD)
2. .a 3
Sedangkan untuk mencari regangan geser (γ), keduanya memiliki rumus
yang sama yaitu :
γ = θ’. R,
dengan : R = jari-jari spesimen

θ’ = sudut putar per satuan panjang =
L
Pada kriteria Tresca, spesimen mengalami luluh bila tegangan geser
maksimum mencapai harga tegangan geser dalam uji tarik uniaksial :

  2. dan 
2
Sedang pada Von Mises, spesimen mengalami luluh bila invariant kedua
deviator tegangan melampaui harga kritis tertentu.

  3. dan 
3
Dengan :  = Tegangan geser sebenarnya
 = Tegangan geser teknik
 = Regangan geser sebenarnya
 = Regangan geser teknik

Sifat-sifat mekanik yang didapat selama pengujian puntir, yaitu:


 Modulus Elastisitas Geser
Kemampuan material unutk mempertahankan bentuknya di daerah
elastis yang di sebabkan oleh tegangan geser. Perbandingan antara
tegangan dan regangan geser pada daerah elastis.
 T .L
G 
 J .
Keterangan :
G : Modulus elastisitas geser
 : Tegangan geser
 : Regangan geser
T : Momen lentur
L : Panjang spesimen
J : Momen inersia

 Kekuatan Luluh Puntir (Torsional yield strength)


Batas tegangan sebelum mengalami deformasi plastis yang
disebabkan oleh tegangan geser. Untuk menentukannya maka
perbandingan panjang bagian penampang yang menyempit terhadap
diameter luar harus sekitar 8-10 kali. Selain itu pada uji puntir
dapat menggunakan metode offset dengan ketentuan 0.04 rad/m
untuk grafik momen puntir terhadap sudut puntir

 Modulus Pecah (Modulus of rupture)


Kekuatan geser puntir maksimum, karena tegangan geser terbesar
terjadi di permukaan batang. Untuk benda silinder padat dimana
D 4
J maka besarnya modulus pecah terbesar yaitu
32
16.M `max
u 
 .D 3

Keterangan :
 u : Modulus of rupture
r : Diameteri spesimen

Patahan yang terjadi pada spesimen dapat berupa patah getas atau ulet.
Berikut ini adalah perbandingan antara kedua jenis patahan :

Patah Getas Patah Ulet

Garis patah Garis patah


getas ulet

Gaya yang menyebabkan Gaya yang menyebabkan patah


patah adalah tegangan geser adalah tegangan normal
maksimum (max) maksimum (max)
Sudut patahan yang terbentuk Sudut patahan yang terbentuk
o
adalah 45 adalah 90o

Diagram Mohr Uji Puntir:


max

-max max

-max
Pada patahan getas, Gaya bergerak dari  max ke -max, lalu berhenti dan
terjadi patahan. Sedangkan pada patah ulet, gaya bergerak dari  max ke
- max, lalu berhenti dan terjadi patahan

Pada uji tarik yang lebih dominan untuk menyebabkan terjadinya


patahan adalah tegangan normal. Perbandingan patah getas dan ulet
oleh uji tarik dapat dilihat pada tabel berikut :
Patah Getas Patah Ulet

Garis patah
getas Garis patah
ulet

Sudut patahan yang terbentuk Sudut patahan yang terbentuk


o o
adalah 90 adalah 45

Diagram Mohr:

max

max

Pada patah getas, Gaya bergerak dari max ke titik 0, lalu berhenti dan
terjadi patahan. Sedangkan pada patah ulet, gaya bergerak dari max ke
max, lalu berhenti kemuadian terjadi patahan.

Keterangan :
Pada Diagram Mohr menunjukkan sudut dua kali lebih besar daripada
keadaan sebenarnya. Dengan menggunakan Diagram Mohr, kita dapat
menjelaskan mekanisme terbentuknya patahan pada sebuah spesimen.

Prinsip uji puntir sebenarnya berasal dari prinsip kerja uji tarik,
walaupun sebenarnya perbedaan yang mendasar dari kedua prinsip kerja
pengujian tersebut adalah timbulnya pengecilan setempat yang
menyebabkan uji tarik tidak baik digunakan dalam mengukur keplastisan
suatu material. Berikut adalah kentungan dan kerugian dari pengujian
puntir.

Keuntungan uji puntir dibandingkan dengan uji tarik :


 Hasil pengukuran yang diberikan mengenai plastisitas lebih
mendasar
 Langsung memberikan grafik tegangan geser terhadap regangan
geser
 Tidak terjadi kesulitan karena timbulnya necking (pada uji tarik)
ataupun barreling (pada uji tekan)
 Laju regangan yang diperoleh konstan dan besar

Kerugian uji puntir dibandingkan dengan uji tarik :


 Pengolahan data menjadi kurva tegangan–regangan geser
membutuhkan usaha yang tidak sedikit
 Jika spesimen yang digunakan adalah batang padat, maka akan
timbul gradien tegangan yang cukup curam sepanjang penampang
lintang spesimen sehingga mempersulit pengukuran.
BAB III
DATA PERCOBAAN

Jenis Material : ST-37


Panjang Awal : 47,5 mm
Diameter : 7,25 mm
Kecepatan Puntir : 16 rpm
Mesin : Tarno Grocki
Panjang Spesimen yang patah : 48,5 mm
Kekerasan Awal : 34 HRA
Kekerasan Akhir : 52,33 HRA
Diameter Patahan : 7,2 mm
Jumlah Putaran : 5,4
Tabel Data

Time (sec) Channel 1 Channel 2 n Mτ θ θ' γ τ

0 0.051757813 0 0 0.227734375 0 0 0 3045123


1.04 3.795898438 0 0.295579663 16.70195313 1.857181796 39.09856412 141.7322949 223328205
2.03 5.388671875 0 0.576948765 23.71015625 3.625076005 76.31738957 276.6505372 317037570
3.02 6.358398438 0 0.858317868 27.97695313 5.392970214 113.536215 411.5687795 374090544
4.01 6.924804688 0 1.13968697 30.46914063 7.160864423 150.7550405 546.4870218 407414536
5 7.244628906 0 1.421056072 31.87636719 8.928758632 187.9738659 681.4052641 426231101
6.04 7.642089844 0 1.716635735 33.62519531 10.78594043 227.0724301 823.137559 449615351
7.03 7.953613281 0 1.998004837 34.99589844 12.55383464 264.2912555 958.0558013 467943547
8.02 7.982421875 0 2.27937394 35.12265625 14.32172885 301.510081 1092.974044 469638474
9.01 7.933105469 0 2.560743042 34.90566406 16.08962306 338.7289064 1227.892286 466736988
10.05 8.071289063 0 2.856322705 35.51367188 17.94680485 377.8274706 1369.624581 474866893
11.04 8.494140625 0 3.137691807 37.37421875 19.71469906 415.046296 1504.542823 499744977
12.03 8.275390625 0 3.419060909 36.41171875 21.48259327 452.2651215 1639.461065 486875022
13.02 8.359863281 0 3.700430012 36.78339844 23.25048748 489.4839469 1774.379308 491844893
14 8.74609375 0 3.978957002 38.4828125 25.00052417 526.3268247 1907.934739 514568409
15.05 8.792480469 0 4.277378777 38.68691406 26.87556348 565.8013365 2051.029845 517297529
16.04 8.778320313 0 4.558747879 38.62460938 28.64345769 603.020162 2185.948087 516464429
17.03 8.596679688 0 4.840116981 37.82539063 30.4113519 640.2389874 2320.866329 505777769
18.01 8.915527344 0 5.118643971 39.22832031 32.16138859 677.0818651 2454.421761 524536879
19 7.698730469 0 5.400013074 33.87441406 33.9292828 714.3006906 2589.340003 452947750
20.05 -0.079101563 0 5.698434849 -0.348046875 35.80432212 753.7752024 2732.435109 -4653868
21.03 -0.067382813 0 5.976961839 -0.296484375 37.55435881 790.6180802 2865.990541 -3964406
22.02 -0.053222656 0 6.258330941 -0.234179688 39.32225302 827.8369056 3000.908783 -3131306
Time Tressca Von Misses Tressca Von Misses
Channel 1 Channel 2
(sec)
    log  log  log  log 
0 0.051757813 0 6090247 0 5274308.5 0 6.7846349 #NUM! 6.722165532 #NUM!
1.04 3.795898438 0 446656410 70.86614746 386815797.9 81.82917863 8.649973571 1.850438824 8.587504203 1.912908192
2.03 5.388671875 0 634075140 138.3252686 549125179.5 159.7242621 8.802140727 2.140901522 8.739671358 2.203370891
3.02 6.358398438 0 748181087 205.7843897 647943828.1 237.6193456 8.874006726 2.313412427 8.811537357 2.375881796
4.01 6.924804688 0 814829072 273.2435109 705662676.3 315.5144291 8.911066516 2.436549857 8.848597147 2.499019225
5 7.244628906 0 852462202 340.702632 738253922.4 393.4095126 8.930675131 2.532375489 8.868205763 2.594844857
6.04 7.642089844 0 899230702 411.5687795 778756631.4 475.2386913 8.953871126 2.614442423 8.891401758 2.676911791
7.03 7.953613281 0 935887093 479.0279006 810501997.9 553.1337748 8.971223458 2.680360809 8.90875409 2.742830178
8.02 7.982421875 0 939276948 546.4870218 813437697.9 631.0288583 8.972793664 2.737579853 8.910324295 2.800049221
9.01 7.933105469 0 933473977 613.9461429 808412177.5 708.9239418 8.970102215 2.788130275 8.907632847 2.850599644
10.05 8.071289063 0 949733787 684.8122904 822493586.2 790.7531204 8.977601888 2.835571546 8.91513252 2.898040914
11.04 8.494140625 0 999489955 752.2714115 865583691.8 868.6482039 8.999778434 2.876374558 8.937309065 2.938843926
12.03 8.275390625 0 973750043 819.7305327 843292274.5 946.5432874 8.98844749 2.913671112 8.925978122 2.97614048
13.02 8.359863281 0 983689786 887.1896538 851900344.1 1024.438371 8.992858162 2.948016469 8.930388794 3.010485837
14 8.74609375 0 1029136817 953.9673697 891258627.7 1101.546635 9.012473115 2.97953352 8.950003747 3.042002888
15.05 8.792480469 0 1034595057 1025.514922 895985602.3 1184.162633 9.014770399 3.010941984 8.952301031 3.073411353
16.04 8.778320313 0 1032928858 1092.974044 894542631.1 1262.057717 9.014070411 3.038609848 8.951601043 3.101079217
17.03 8.596679688 0 1011555538 1160.433165 876032793.6 1339.9528 9.004989732 3.064620132 8.942520364 3.127089501
18.01 8.915527344 0 1049073758 1227.210881 908524524.5 1417.061064 9.020806023 3.088919197 8.958336655 3.151388565
19 7.698730469 0 905895500 1294.670002 784528516.2 1494.956148 8.957078102 3.112159085 8.894608734 3.174628454
20.05 -0.079101563 0 -9307736 1366.217554 -8060735.7 1577.572146 #NUM! 3.135519861 #NUM! 3.19798923
21.03 -0.067382813 0 -7928812 1432.99527 -6866552.6 1654.68041 #NUM! 3.156244757 #NUM! 3.218714125
22.02 -0.053222656 0 -6262612 1500.454391 -5423581.4 1732.575494 #NUM! 3.176222799 #NUM! 3.238692167
PENGOLAHAN DATA

Dari data percobaan, akan didapatkan kurva :


1) Kurva banyaknya putaran-momen torsi

Kurva Momen Torsi-Banyaknya


Putaran
45
40
35
30
25
20 Kurva Momen Torsi-
15 Banyaknya Putaran
10
5
0
0 2 4 6

2) Kurva sudut putar-momen torsi

Kurva Momen Torsi-Sudut Putar


45
40
35
30
25
20 Kurva Momen Torsi-
Sudut Putar
15
10
5
0
0 10 20 30 40
3) Kurva sudut putar per panjang-momen torsi
50
Kurva Momen Torsi-Sudut Putar per
y = 31.196x + 20.952
40 Panjang
30

Kurva Momen Torsi-


20 Sudut Putar per
Panjang
Linear (Kurva Momen
10 Torsi-Sudut Putar per
Panjang)

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8

4) Kurva tegangan-regangan geser


600000000
Kurva Tegangan-Regangan Geser
500000000

400000000

300000000

Kurva Tegangan-
200000000 Regangan Geser

100000000

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
5) Kurva tegangan-regangan sebenarnya
1400000000.0

1200000000.0 y = 460281x + 6E+08


tressca
1000000000.0
von misses
800000000.0 Linear (tressca)
y = 345211x + 5E+08
600000000.0 Linear (tressca)
Linear (tressca)
400000000.0
Linear (von misses)
200000000.0 Linear (von misses)

0.0
0 500 1000 1500 2000

6) Kurva log tegangan-log regangan sebenarnya


BAB IV
ANALISIS

Kurva
Pembuatan kurva dimulai dengan membuat kurva hubungan antara
momen torsi dengan jumlah putaran. Kemudian untuk membuat kurva
sudut putar dengan momen torsi, jumlah putaran dikonversi menjadi
sudut putar dengan menggunakan perhitungan 2πn, dengan n adalah
jumlah putaran. Kurva ketiga menghubungkan momen puntir dengan
sudut putar per satuan panjang batang. Kurva keempat membuat
hubungan membuat hubungan antara  (tegangan geser) dengan 
(regangan geser). Kurva selanjutnya menghubungkan  Von Mises ( 3 )
  
dengan  Von Mises   . Kurva terakhir menghubungkan logaritma
 3
tegangan dan logaritma regangan sebenarnya.

Kekerasan
Sebelum dilakukan uji puntir, kekerasan material diukur dan didapatkan
harga sebesar 34 HRA. Setelah dilakukan uji puntir, kekerasan material
meningkat menjadi 52,33 HRA. Hal ini disebabkan karena terjadinya
strain hardening setelah benda terdeformasi plastis. Deformasi ini
menyebabkan menumpuknya pergerakan dislokasi, sehingga gaya yang
diperlukan untuk menggerakkan atom-atom menjadi lebih besar. Hal ini
yang menyebabkan peningkatan harga kekerasan material.

Panjang Spesimen
Setelah dilakukan uji puntir, terjadi perubahan panjang pada spesimen
dari 47,5 mm menjadi 48,5 mm. Kejadian ini seharusnya tidak terjadi.
Perubahan panjang ini mungkin terjadi akibat benda kerja dijepit dalam
keadaan miring (penjepit pada mesin uji puntir miring).

Bentuk Patahan
Seperti yang telah diketahui bentuk patahan pada uji puntir ada dua,
berdasarkan jenis spesimen getas atau ulet. Patah getas disebabkan oleh
tegangan normal maksimum (max), menghasilkan sudut patah sebesar
450. Patah ulet disebabkan oleh tegangan geser maksimum(max),
menghasilkan sudut patah sebesar 900 terhadap normal axis.
Patahan hasil puntiran pada material yang diuji membentuk sudut 90 0
terhadap normal axis. Maka, material yang diuji sifatnya ulet.
Berdasarkan diagram Mohr, sudut 900 ini disebabkan karena adanya
tegangan geser maksimum yang diakibatkan oleh gaya tarik menjadi
tegangan geser maksimum yang diakibatkan oleh gaya tekan.

Patah Ulet

Letak Patahan
Ketika dilakukan uji puntir, spesimen patah di bagian pinggir. Hal ini
disebabkan karena spesimen di satu sisi dicengkram dan satu sisi lagi
dipuntir. Daerah dekat cengkraman akan terjadi pemusatan tegangan
dimana akan terjadi tegangan geser maksimum. Maka, patah terjadi
pada bagian yang dikenai pemusatan tegangan, di bagian pinggir.
Bila kita memuntir di dua sisi spesimen, pemusatan tegangan akan
berada di tengah spesimen, sehingga patah akan terjadi di bagian
tengah. Namun cara ini tidak dipakai karena ketidakkonstanan sudut
puntir, sehingga sudut puntir sulit untuk ditentukan.
Hal lain yang menyebabkan patah terjadi di pinggir spesimen adalah
keadaan spesimen yang tidak homogen. Terbukti pada saat pengukuran
disepanjang spesimen harga kekerasannya berbeda-beda. Patah akan
terjadi di tempat terlemah spesimen.
Timbulnya panas pada spesimen setelah percobaan
Pada spesimen yang telah dilakukan uji puntir akan timbul panas. Daerah
yang paling panas adalah daerah patahan. Energi panas yang dilepaskan
berasala dari gaya gesekan saat terjadi pergeseran pada atom-atom spe

Ketidakakuratan pengolahan data.


Pada pengolahan data uji puntir terdapat kemungkinan kurang
akuratnya hasil perhitungan yang disebabkan oleh pemilihan beberapa
titik saja dari kurva momen puntir yang sangat berfluktuasi sehingga
grafik yang diolah hanya merupakan interpretasi menjadi grafik yang
lebih sederhana dibandingkan grafik yang sebenarnya
Tugas Setelah Praktikum

1. Buat kurva momen torsi dengan ,kemudian buat juga kurva antara
momen torsi dengan . Hitunglah tegangan geser dan regangan
geser sebenarnya dengan menggunakan persamaan 8. Ambil
delapan titik di setiap kurva untuk mendapatkan tegangan dan
regangan gesernya. Setelah itu dengan criteria Tresca dan Von
Mises buat kurva tegangan dan regangan sebenarnya.
Jawab:

2. Hitung modulus elastisitas geser, kekuatan geser maksimum serta


cari nilai K dan n dari material yang diuji.
Jawab:

Modulus Elastisitas Geser


 T .L 524536879
G    2.2 x10 5
 J . 2454.421761

Kekuatan Geser Maksimum


3𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 3 39.22832031
𝜏𝑢 = 2
= = 1.4𝑥106
2𝜋𝑟 2𝜋 3.625𝑥10−3 2

Kekuatan Luluh Maksimum


16.M `max 1639.22832031
y    5.24 x10 8
 .D 3

 7.25 x10  3

3

Koefisien Kekuatan dan Strain Hardening Exponent


K 
n
 Dengan menggunakan kriteria Tresca, didapat:
n = 0.270814
K = 1.1 X 109

 Dengan menggunakan kriteria Von Misses, didapat


n = 0.270814
K = 9.24 X 108
Menurut Literatur, (Groover, Mikell P. Fundamentals of Modern
Manufacturing, 2ndStudent Edition. John Wiley and Sons, Inc. New
York: 2004. Page 46), nilai n untuk baja berkisar antara 0.15
hingga 0.40. Dalam percobaan yang kami lakukan, didapatkan nilai
n ada dalam kisaran tersebut. Untuk nilai K, literature tersebut
menyatakan bahwa koefisien kekuatan baja ada dalam kisaran 500
MPa hingga 1200 MPa. Dari kriteria yang kami gunakan (Tresca
dan Von Misses), nilai K yang didapat berada dalam kisaran
tersebut.

3. Apa kelebihan dan kekurangan uji puntir dibandingkan dengan uji


tarik dalam mendapatkan besaran sifat mekaniknya? Jawab
dengan baik dan tepat !
Jawab:
 Keuntungan uji puntir dibandingkan dengan uji tarik :
a. Hasil pengukuran yang diberikan mengenai plastisitas lebih
mendasar
b. Langsung memberikan grafik tegangan geser terhadap
regangan geser
c. Tidak terjadi kesulitan karena timbulnya necking (pada uji
tarik) ataupun barreling (pada uji tekan)
d. Laju regangan yang diperoleh konstan dan besar

 Kerugian uji puntir dibandingkan dengan uji tarik :


a. Pengolahan data menjadi kurva tegangan–regangan geser
membutuhkan usaha yang tidak sedikit
b. Jika spesimen yang digunakan adalah batang padat, maka
akan timbul gradien tegangan yang cukup curam sepanjang
penampang lintang spesimen sehingga mempersulit
pengukuran.

4. Analisis bentuk patahan dari hasil uji puntir ini. Apa bedanya
bentuk patahan uji punter untuk material ulet dan getas ?
Jawab:
Jenis patahan pada pengujian puntir kali ini adalah patahan ulet.
Hal ini dapat dilihat dari sudut patahan spesimen membentuk
sudut 900 . Gaya yang menyebabkan spesimen ini patah ulet
adalah tegangan normal maksimum (max) . Pada jenis patah
getas, sudut patahan yang terbentuk adalah 45o dan gaya yang
menyebabkannya patah adalah tegangan geser maksimum (max).
DAFTAR PUSTAKA

Groover, MP. “Fundamentals of Modern Manufacturing”.

You might also like