You are on page 1of 23

Perlindungan HKI

Thursday, 13 April 2006


KEPUTUSAN FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 1/MUNAS VII/MUI/15/2005
Tentang
PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)
Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional VII MUI, pada 19-22
Jumadil Akhir 1426H. / 26-29 Juli 2005M., setelah
MENIMBANG :
Bahwa dewasa ini pelanggaran terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI) telah
sampai pada tingkat sangat meresahkan, merugikan dan membahayakan banyak
pihak, terutama pemegang hak, negara dan masyarakat;
Bahwa terhadap pelanggaran tersebut, Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP)
telah mengajukan permohonan fatwa kepada MUI;
Bahwa oleh karena itu, MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang status
hukum Islam mengenai HKI, untuk dijadikan pedoman bagi umat islam dan pihak-
pihak yang memerlukannya.
MENGINGAT :
Firman Allah SWT tentang larangan memakan harta orang lain secara batil (tanoa
hak) dan larangan merugikan harta maupun hak orang lain, antara lain :
“Hai orang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janglah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu” (QS. Al-Nisa’ [4]:29).
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”(QS. al Syu`ra[26]:183).
“..kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” (QS. al-Baqarah[2]:279)
Hadis-hadis Nabi berkenaan dengan harta kekayaan, antara lain:
“Barang siapa meninggalkan harta (kekayaan), maka (harta itu) untuk ahli warisnya,
dan barang siapa meninggalkan keluarga (miskin), serahkan kepadaku” (H.R.
Bukhari).
“Sesungguhnya darah (jiwa) dan hartamu adalah haram (mulia, dilindungi)…”(H.R.
al-Tirmizi).
“Rasulullah saw. Menyampaikan khutbah kepada kami; sabdanya: `Ketahuilah: tidak
halal bagi seseorang sedikit pun dari harta saudaranya kecuali dengan kerelaan
hatinya…`” (H.R. Ahmad).
Hadis-hadis tentang larang berbuat zalim, antara lain :
“Hai para hamba-Ku! Sungguh Aku telah haramkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku
jadikan kezaliman itu sebagai hal yang diharamkan diantaramu; maka, janganlah
kamu saling menzalimi…”(H.R Muslim).
“Muslim adalah saudara muslim (yang lain); ia tidak boleh menzalimi dan
menghinanya..”(H.R. Bukhari)
Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu
‘Abbas, dan Malik dari Yahya :
“Tidak boleh membahayakan (merugikan) diri sendiri dan tidak boleh pula
membahayakan (kerugikan) orang lain.”
Qawa’id fiqh :

1
“Bahaya (kerugian) harus dihilangkan.”
“Menghindarkan mafsadat didahulukan atas mendatangkan maslahat.”
“Segala sesuatu yang lahir (timbul) dari sesuatu yang haram adalah haram.”
“Tidak boleh melakukan perbuatan hukum atas (menggunakan) hak milik orang lain
tanpa seizinnya.”
MEMPERHATIKAN :
Keputusan Majma` al-Fiqih al-Islami nomor 43 (5/5) Mu`tamar V tahun 1409 H/1988
M tentang al-Huquq al-Ma`nawiyyah:
Pertama : Nama dagang, alamat dan mereknya, serta hasil ciptaan (karang-
mengarang) dan hasil kreasi adalah hak-hak khusus yang dimiliki oleh pemiliknya,
yang dalam abad moderen hak-hak seperti itu mempunyai nilai ekonomis yang diakui
orang sebagai kekayaan. Oleh karena itu, hak-hak seperti itu tidak boleh dilanggar.
Kedua : Pemilik hak-hak non-material seperti nama dagang, alamat dan mereknya,
dan hak cipta mempunyai kewenangan dengan sejumlah uang dengan syarat terhindar
dari berbagai ketidakpastian dan tipuan, seperti halnya dengan kewenangan seseorang
terhadap hak-hak yang bersifat material.
Ketiga : Hak cipta, karang-mengarang dari hak cipta lainnya dilindungi ole syara`.
Pemiliknya mempunyai kewenangan terhadapnya dan tidak boleh dilanggar.
Pendapat Ulama tentang HKI, antara lain :
“Mayoritas ulama dari kalangan mazhab Maliki, Syafi`I dan Hambali berpendapat
bahwa hak cipta atas ciptaan yang orsinil dan manfaat tergolong harta berharga
sebagaimana benda jika boleh dimanfaatkan secara syara` (hukum Islam)” (Dr. Fathi
al-Duraini, Haqq al-Ibtikar fi al-Fiqh al-Islami al-Muqaran, [Bairut: Mu`assasah al-
Risalah, 1984], h. 20).
Berkenaan dengan hak kepengarangan (haqq al-ta`lif), salah satu hak cipta, Wahbah
al-Zuhaili menegaskan :
“Berdasarkan hal (bahwa hak kepengarangan adalah hak yang dilindungi oleh syara`
[hukum Islam] atas dasar qaidah istishlah) tersebut, mencetak ulang atau men-copy
buku (tanpa seizing yang sah) dipandang sebagai pelanggaran atau kejahatan terhadap
hak pengarang; dalam arti bahwa perbuatan tersebut adalah kemaksiatan yang
menimbulkan dosa dalam pandangan Syara` dan merupakan pencurian yang
mengharuskan ganti rugi terhadap hak pengarang atas naskah yang dicetak secara
melanggar dan zalim, serta menimbulkan kerugian moril yang menimpanya”
(Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al_Islami wa Adilllatuhu, [Bairut: Dar al-Fikr al-
Mu`ashir, 1998]juz 4, hl 2862).
Pengakuan ulama terhadap hak sebagai peninggalan yang diwarisi : “Tirkah (harta
peninggalan, harta pusaka) adalah harta atau hak.” (al_Sayyid al-Bakri, I`anah al-
Thalibin, j. II, h. 233).
Penjelasan dari pihak MIAP yang diwakili oleh Saudara Ibrahim Senen dalam rapat
Komisi Fatwa pada tanggal 26 Mei 2005.
Berbagai peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tentang HKI beserta
seluruh peraturan-peraturan pelaksanaannya dan perubahan-perubahannya, termasuk
namun tidak terbatas pada :
Undang-undang nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman;
Undang-undang nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang;
Undang-undang nomor 31 tehun 2000 tentang Desain Industri;
Undang-undang nomor 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu;
Undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten;
Undang-undang nomor 15 tahun 2001 tentang Merek; dan
Undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

2
Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005.
Dengan bertawakkal kepada Allah SWT
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL (HKI)
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan Kekayaan Intelektual adalah kekayaan yang
timbul dari hasil olah piker otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang
berguna untuk manusia dan diakui oleh Negara berdasarkan peraturan perundanga-
undangan yang berlaku. Oleh karenanya, HKI adalah hak untuk menikmati secara
ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual dari yang bersangkutan sehingga
memberikan hak privat baginya untuk mendaftarkan, dan memperoleh perlindungan
atas karya intelektualnya. Sebagai bentuk penghargaan atas karya kreativitas
intelektualnya tersebut Negara memberikan Hak Eksklusif kepada pendaftarannya
dan/atau pemiliknya sebagai Pemegang Hak mempunyai hak untuk melarang orang
lain yang tanpa persetujuannya atau tanpa hak, memperdagangkan atau memakai hak
tersebut dalam segala bentuk dan cara. Tujuan pengakuan hak ini oleh Negara adalah
setiap orang terpacu untuk menghasilkan kreativitas-kreavitasnya guna kepentingan
masyarakat secara lauas. ([1] Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual Direktorat
Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, halaman3 dan [2] Ahmad Fauzan, S.H., LL.M., Perlindungan
Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Bandung, CV Yrama Widya, 2004, Halaman 5).
HKI meliputi :
Hak perlindungan Varietas Tanaman, yaitu hak khusus yang di berikan Negara
kepada pemulia dan / atau pemegang Hak Perlindungan Varietas Tanaman untuk
menggunakan sendiri Varietas hasil permuliannya, untuk memberi persetujuan kepada
orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu. (UU No.
29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Pasal 1 angka 2);
Hak Rahasia Dagang, yaitu hak atas informasi yang tidak di ketahui oleh umum di
bidang teknologi dan / atau bisnis, mempunyai nilai ekonomis karena berguna dalam
kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang. Pemilik
Rahasia Dagang berhak menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya dan /
atau memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan
Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga untuk
kepentingan yang bersifat komersial. (UU No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang, Pasal 1 angka 1,2 dan Pasal 4);
Hak Desain Industri, yaitu hak eksklusif yang di berikan oleh Negara Republik
Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri atau memberikan persetujuaannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak
tersebut. (UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri, Pasal 1 Angka 5);
Hak Desain Tata Letak Terpadu, yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh Negara
Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak tersebut. (UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak
Terpadu, Pasal 1 Angka 6);
Paten, yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Repulik Indonesia kepada
penemu atas hasil invensinya di bidang teknologi selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak tersebut. (UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten, Pasal 1 Angka 1);
Hak atas Merek, yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia

3
kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu
tertentu dengan menggunakan sendiri untuk Merek tersebut atau memberikan izin
kepada pihak lain yang menggunakannya. (UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek,
Pasal 3); dan
Hak Cipta, yaitu hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undang yang
berlaku (UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta).
KETENTUAN HUKUM
Dalam Hukum Islam, HKI dipandang sebagai salah satu huquq maliyyah (hak
kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum (mashu) sebagaimana mal
(kekayaan).
HKI yang mendapat perlindungan hukum Islam sebagaimana di maksud angka 1
tersebut adalah HKI yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
HKI dapat dijadikan obyek akad (al-ma’qud’alaih), baik akad mu’awadhah
(pertukaran, komersial),maupun akad tabarru’at (nonkomersial), serta dapat
diwaqafkan dan diwariskan.
Setiap bentuk pelanggaran terhadap HKI, termasuk namun tidak terbatas pada
menggunakan, mengungkapkan, membuat, memakai, menjual, mengimpor,
mengekspor, mengedarkan, menyerahkan, menyediakan, mengumumkan,
memperbanyak, menjiplak, memalsu,membajak HKI milik orang lain secara tanpa
hak merupakan kezaliman dan hukumnya adalah haram.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 22 Jumadil Akhir 1426 H.
29 Juli 2005 M.

Aborsi
Thursday, 13 April 2006
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Tentang Aborsi
FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR : 4 TAHUN 2005 Tentang
ABORSI
Bismillahirrahmaanirrahiim
Majelis Ulama Indonesia, setelah
Menimbang :
bahwa akhir-akhir ini semakin banyak terjadi tindakan aborsi yang dilakukan oleh
masyarakat tanpa memperhatikan tuntunan agama;
bahwa aborsi tersebut banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki
kompetensi sehingga menimbulkan bahaya bagi ibu yang mengandungnya dan bagi
masyarakat umumnya;
bahwa aborsi sebagaimana yang tersebut dalam point a dan b telah menimbulkan
pertanyaan masyarakat tentang hukum melakukan aborsi, apakah haram secara mutlak
ataukah boleh dalam kondisi-kondisi tertentu;
bahwa oleh karena itu, Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menetapkan fatwa
tentang hukum aborsi untuk dijadikan pedoman.
Mengingat :
Firman Allah SWT :
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu,
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah

4
terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka;
dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”.
Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami
(nya). (QS. al-An`am[6]:151).
”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah
yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah dosa besar.” (QS. al-Isra`[17]:31).
”Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam
hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang
berkata: ”Ya, Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya
azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-
buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang
yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alas an) yang benar, dan tidak
berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari
kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-
orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka
sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.”
(QS. al-Furqan[25]:63-71).
“Hai Manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan
kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah.” (QS. al-Hajj[22]:5)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging,
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS: al-Mu`minun[23]:12-14)
”Seseorang dari kamu ditempatkan penciptaannya di dalam perut ibunya dalam
selama empat puluh hari, kemudian menjadi `alaqah selama itu pula (40 hari),

5
kemudian menjadi mudhghah selama itu pula (40 hari); kemudian Allah mengutus
seorang malaikat lalu diperintahkan empat kalimat (hal), dan dikatakan kepadanya:
Tulislah amal, rizki dan ajalnya, serta celaka atau bahagia-(nya); kemudian
ditiupkan ruh padanya.” (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dari `Abdullah).
”Dua orang perempuan suku huzail berkelahi. Lalu satu dari keduanya melemparkan
batu kepada yang lain hingga membunuhnya dan (membunuh pula) kandungannya.
Kemudian mereka melaporkan kepada Rasulullah. Maka, beliau memutuskan bahwa
diat untuk (membunuh) janinnya adalah (memberikan) seorang budak laki-laki atau
perempuan.” (Hadist muttafaq `alaih –riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim- dari
Abu Hurairah; lihat `Abdullah bin`Abdur Rahman al-Bassam, Tawdhih al-Ahkam min
Bulugh al-Maram, [Lubnan: Mu`assasah al-Khidamat al-Thiba`iyyah, 1994], juz V,
h.185):
”Tidak boleh membahakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang
lain.” (Hadist riwayat Ibnu Majah dari `Ubadah bin al-Shamit, Ahmad dari Ibn
`Abbas, dan Malik dari Yahya).
Qaidah Fiqih :
”Menghindarkan kerusakan (hal-hal negatif) diutamakan dari pada mendatangkan
kemaslahatan.”
”Keadaan darurat membolehkan hal-hal yang dilarang (diharamkan).”
”Hajat terkadang dapat menduduki keadaan darurat.”
Memperhatikan :
Pendapat para ulama :
Imam al-Ghazali dari kalangan mazhab Syafi`I dalah Ihya` `Ulum al-Din, tahqiq
Sayyid `Imrab (al-Qahirah: Dar al-Hadits, 2004), juz II, hal.67 : jika nutfah (sperma)
telah bercampur (ikhtilah) dengan ovum di dalam rahim dan siap menerima
kehidupan (isti`dad li-qabul al-hayah), maka merusaknya dipandang sebagai tindak
pidana (jinayah).
Ulama Al-Azhar dalam Bayan li-an-Nas min al-Azhar asy-Syarif (t.t.: Mathba`ah al-
Mushhaf al-Syarif, t.th.), juz II, h. 256 :
Jika aborsi dilakukan sebelum nafkhi ar-ruh, maka tentang hukumnya terdapat empat
pendapat fuqaha`.Pertama, boleh (mubah) secara mutlak, tanpa harus ada alasan
medis (`uzur); ini menurut ulama Zaidiyah, sekelompok ulama Hanafi –walaupun
sebagian mereka membatasi dengan keharusan adanya alasan medis, sebagian ulama
Syafi`i, serta sejumlah ulama Maliki dan Hanbali.Kedua, mubah karena adala alasan
medis (`uzur) dan makruh jika tanpa `uzur; ini menurut ulama Hanafi dan
sekelompok ulama Syafi`i. Ketiga, makruh secara mutlak; dan ini menurut sebagian
ulama Maliki. Keempat,haram; ini menurut pendapat mu`tamad (yang dipedomani)
oleh ulama Maliki dan sejalan dengan mazhab Zahiri yang mengharamkan `azl (coitus
interruptus); hal itu disebabkan telah adanya kehidupan pada janin yang
memungkinkannya tumbuh berkembang.
Jika aborsi dilakukan setelah nafkhi ar-ruh pada janin, maka semua pendapat fuqaha`
menunjukkan bahwa aborsi hukumnya dilarang (haram) jika tidak terdapat `uzur;
perbuatan itu diancam dengan sanksi pidana manakala janin keluar dalam keadaan
mati; dan sanksi tersebut oleh fuqaha` disebut dengan ghurrah.
Syaikh `Athiyyah Shaqr (Ketua Komisi Fatwa Al-Azhar) dalam Ahsan al-Kalam fi
al-Taqwa, (al-Qahirah: Dar al-Ghad al-`Arabi, t.th.), juz IV, h. 483:
Jika kehamilan (kandungan) itu akibat zina, dan ulama mazhab Syafi`i membolehkan
untuk menggugurkannya, maka menurutku, kebolehan itu berlaku pada (kehamilan
akibat) perzinaan yang terpaksa (perkosaan) di mana (si wanita) merasakan
penyesalan dan kepedihan hati. Sedangkan dalam kondisi di mana (si wanita atau

6
masyarakat) telah meremehkan harga diri dan tidak (lagi) malu melakukan hubungan
seksual yang haram (zina), maka saya berpendapat bahwa aborsi (terhadap kandungan
akibat zina) tersebut tidak boleh (haram), karena hal itu dapat mendorong terjadinya
kerusakan (perzinaan).
Fatwa Munas MUI No.1/Munas VI/MUI/2000 tentang Aborsi.
Rapat Komis Fatwa MUI, 3 Februari 2005; 10 Rabi`ul Akhir 1426 H/19 Mei 2005
dan 12 Rabi`ul Akhir 1426 H/21 Mei 2005.
Dengan memohon taufiq dan hidayah Allah SWT
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG ABORSI
Pertama : Ketentuan Umum
Darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu
yang diharamkan maka ia akan mati atau hampir mati.
Hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang
diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan besar.
Kedua : Ketentuan Hukum
Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu
(nidasi).
Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat.
Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilah yang membolehkan aborsi adalah:
Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut, TBC
dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh
Tim Dokter.
Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.
Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi
adalah:
Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir kelak sulit
disembuhkan.
Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang yang
didalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama.
Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan sebelum janin
berusia 40 hari.
Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.
Keputusan fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap muslim yang memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua
pihak untuk menyebarluaskan fatwa ini.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Rabi`ul Akhir 1426 H
21 Mei 2005
Adopsi
Thursday, 13 April 2006
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Adopsi (pengangkatan anak)
Rapat Kerja Nasional Majelis Ulama Indonesia tahun 1984 yang berlangsung pada
bulan Jumadil Akhir 1405 H./Maret 1984 memfatwakan tentang adopsi sebagai :
Islam mengakui keturunan (nasab) yang sah, ialah anak yang lahir dari perkawinan
(pernikahan).
Mengangkat (adopsi) dengan pengertian anak tersebut putus hubungan keturunan
(nasab) dengan ayah dan ibu kandungnya adalah bertentangan dengan syari'ah Islam.
Adapun pengangkatan anak dengan tidak mengubah status nasab dan Agamanya,

7
dilakukan atas rasa tanggung jawab sosial untuk memelihara, mengasuh dan mendidik
mereka dengan penuh kasih sayang, seperti anak sendiri adalah perbuatan yang terpuji
dan termasuk amal saleh yang dilanjutkan oleh agama Islam.
Pengangkatan anak Indonesia oleh Warga Negara Asing selain bertentangan dengan
UUD 1945 Pasal 34, juga merendahkan martabat bangsa.
DALIL-DALIL TENTANG ADOPSI
Qur'an Surat al-Ahzab : 4
"Dan, dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri);
yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan
yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan yang benar."
Al-Qur'an Surat al-Ahzab : 5
"Panggilan mereka (anak angkat) itu dengan memakai nama bapak-bapak mereka,
itulah yang paling adil dihadapan Allah. Jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak
mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudaramu seagama dan mula-mula
(hamba sahaya yang di merdekakan)."
Surat al-Ahzab : 40
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara, tetapi ia
adalah Rasulullah dan penutub nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui Segala
sesuatu.
Sabda Nabi Muhammad S.A.W.
"Dan Abu Zar Ra. Sesungguhnya ia dengar Rasul bersabda: "Tidak seorangpun
mengakui (membangsakan diri) kepada bukan ayah yang sebenarnya, sedang ia tahu
bahwa itu bukan ayahnya, melainkan ia telah kufur" (HR Bukhari dan Muslim).
Sabda Nabi
"Dari Sa'ad bin Abi Waqqas Ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda. "Barang siapa
yang mengakui (membangsakan diri) kepada bukan ayahnya padahal ia tahu bahwa
bukan ayah kandungnya, haram baginya surga. (HR Bukhari dan Muslim).
Sabda Nabi
"Dari Abdullah bin Umar bin Khathab Ra. Sesungguhnya ia berkata : "Kami tidak
memanggil (Laid bin Hariaah) melainkan (kami panggil) Zaid bin Muhammad,
sehingga turun ayat al-Qur'an : Panggilah mereka dengan nama ayah (kandung
mereka, itulah yang lebih adil di siai Allah". (HR Bukhari).
Sabda Nabi
"Sesungguhnya Zaid bin Harisah adalah mula Rasulullah SAW dan kami
memanggilnya dengan : "Zaid bin Muhammad, sehingga turun ayat : 'Panggilah
mereka dengan nama ayah (kandung) mereka, mereka itulah yang lebih adil di sisi
Allha,"Lalu Nabi bersabda : 'Engkau adalah Zaid bin Harisah" (HR Bukhari dan
Muslim).
Dalam Tafsir Ayat al-Ahkam, halaman 263, jilid 2, oleh Muhammad Ali as-Sabuni,
dijelaskan sebagai berikut :
"Sebagaimana Islam telah membatalkan Zihar; demikianpula halnya dengan tabanni
(mengangkat anak), Syariat Islam telah mengharamkannya, karena tabanni itu
meniabahkan seorang anak kepada yang bukan bapaknya, dan itu termasuk dosa besar
yang mewajibkan pelakunya mendapat murka dan kutukan Tuhan.
Sesungguhnya Imam Bukhari dan Muslim telah mengeluarkan hadia dart Sa'd bin Abi
Waqqas Ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa yang mengakui
(membanggakan) diri kepada yang bukan ayahnya, maka wajiblah ia mendapat
kutukan Allah, Malaikat-Malaikat, dan sekalian manusia, serta Allah tidak menerima
dari padanya tasarruf dan kesaksiannya."
Mahmud Syaltut dalam bukunya al-Fatwa, halaman 292 menulia :

8
Terjemahan bebas :
Untuk mengetahui hukum Islam dalam masalah "tabanni" perlu difahami bahwa
"tabanni" itu 2 (dua) bentuk. Salah satu diantaranya bahwa seseorang mengambil anak
orang lain untuk diperlakukan seperti anak kandung sendiri, dalam rangka memberi
kasih saying, najkah pendidikan dan keperluan lainnya, dan secara hukum anak itu
bukan anaknya. "Tabanni" seperti ini adalah perbuatan yang pantas dikerjakan oleh
mereka orang-orang yang leas rejekinya, namun ia tidak dikaruniai anak baik sekali
jika mengambil anak orang lain yang memang kekayaannya perlu, mendapat rasa
kasih saying ibu-bapak (karena yatim piatu), atau untuk mendidik dan memberikan
kesempatan belajar kepadanya. Karena orang tua kandung anak yang bersangkutan
tidak mampu (Fakir miskin). Tidak diragukan lagi bahwa usaha semacam merupakan
perbuatan yang terpuji dan dianjurkan oleh agama serta diberi pahala.
Bagi ayah angkat, boleh mewasiatkan sebagian dari peninggalannya untuk anak
angkarnya, sebagai persiapan masa depannya, agar ia merasakan ketenangan hidup.

Katup Jantung

Thursday, 13 April 2006


Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Tentang
Pengambilan dan penggunaan katup jantung
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia setelah :
Membaca :
Surat Kepala UPF Bedah Jantung Rumah Sakit Jantung "Harapan Kita" nomor
03/BJ/85, tanggal ll Desember 1985 perihal permohonan fatwa tentang pengambilan
dan penggunaan katup jantung orang yang sudah meninggal dunia untuk pasien
penderita penyakit jantung.
Mendengar dan Memperhatikan :
Penjelasan langsung dari Dr. Tarmizi Hakim, Kepala UPF Bedah Jantung RS. Jantung
"Harapan Kita" tentang tehnis pengambilan clan penggunaan katup jantung serta hal-
hal yang berhubungan dengannya di ruang sidang MUI pada tangga116 Mei 1987.
Pendapat para peserta diskusi dan pembahasan tentang masalah tersebut yang
diadakan beberapa kali, dan terakhir tangga127 Juni 1987.
Mengingat :
Umumnya ayat al-Qur'an yang menyuruh berbuat baik kepada sesama manusia clan
saling tolong menolong dalam hal kebaikan, antara lain : "...Dan tolong menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taq-wa. dan janganlah tolong menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran... "(QS al-Ma 'iddah [S]: 5)
"...Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik" (QS. al-Baqarah [2].- 195).
Tuntunan Nabi yang menganjurkan umatnya agar berupaya mencari
kesembuhan/berobat apabila sedang sakit, antara lain : "Allah tidak menurunkan
penyakit kecuali menurunkan (pula) obat untuknya. " (HR. Bukhari). "Setiap penyakit
ada obatnya, apabila obat itu tepat maka penyakit tersebut akan sembuh atas izin
Allah. "(HR Muslim)
Kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia yang waj ib dihormati dan
diperlakukan secara baik dan terhormat, balk sewaktu manusia itu masih hidup
maupun setelah meninggal dunia, sebagaimana diketahui, antara lain, dari :
Firman Allah dalam al-Qur'an : sungguhnya Kami (Allah) telah memuliakan
keturunan Adam (umat manusia). Kami telah angkut mereka di daratan dan di

9
lautan, Kami beri mereka rizki yang baik-baik, dan Kami memberi kelebihan kepada
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan. " al-Isra'[17]: 70).
Hadis Nabi riwayat Abu Daud : "Memecah/merusak tulang orang yang telah
meninggal dunia sama dengan memecahkannya/merusaknya sewaktu manusia itu
masih hidup. " (HR. Abu Daud).
Kaidah hukum yang berbunyi : "Kehormatan orang masih hidup diutamakan dari
pada kehormatan orang yang telah meninggal dunia "
Bolehnya melakukan pembedahan terhadap perut jenazah/orang yang telal^:
meninggal dunia dengan tujuan untuk menyelamatkan harta atau jiwa oranQ lain,
sebagaimana dijelaskan oleh :
Kitab Syarah al-Muhazzab, juz V hal 300 : "Apabila ada mayit sewaktu masih hidup
menelan permata milik ora1iQ lain dan pemilik permata memintanya (kepada ahli
waris mayit) maka perut mayit tersebut harus dibedah untuk mengambil
permatanya".
Kitab Syarah al-Muhazzab, juz V hal 301 : "Apabila ada seorang wanita meninggal
dunia dan di dalam perutnya terdapat janin/bayi yang hidup,, maka perut wanita
tersebut harus dibedah, karena hal itu berarti upaya menyelamatkan orang yang
masih hidup dengan merusak bagian/organ orang yang telah meninggal. Dengan
demikian kebolehannya itu sama dengan (kebolehan) memakan daging mayit dalam
keadaan darurat.
MEMUTUSKAN
Memfatwakan :
Bahwa dalam kondisi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, pengambilan katup
jantung orang yang telah meninggal untuk kepentingan orang yang masih hidup dapat
dibenarkan oleh hukum Islam dengan syarat ada izin dari yang bersangkutan (lewat
wasiat sewaktu masih hidup) clan izin keluarga/ahli warisnya.
Jakarta, 29 Juni 1987
Kewarisan Beda Agama
Thursday, 13 April 2006
KEPUTUSAN FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor: 5/MUNAS VII/MUI//2005
Tentang
KEWARISAN BEDA AGAMA
Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22
Jumadil Akhir 1426 H. / 26-29 Juli 2005 M., setelah
MENIMBANG :
Bahwa bahwa belakangan ini sering terjadi kewarisan beda agama.
Bahwa sering dimunculkan pendapat-pendapat yang membolehkan kewarisan beda
agama
Bahwa oleh karena itu MUI memandang perlu untuk menetapkan Fatwa tentang
kewarisan beda agama.
MENGINGAT :
Firman Allah :
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan sebahagian dua orang anak
perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka
dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan seorang saja maka ia

10
memperoleh separoh harta. Dan dua orang ibu bapa, bagi masing-masingnya
seperenam dari harta yang di tinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak :
jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu bapanya
(saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara maka ibunya mendapat seperenam (pembagian-pembagian tersebut
diatas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah di bayar hutangnya.
(tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara
mereka yang lebih dekat (banyak) manfa'atnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari
Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS al-Nisa [4]:
11).
"… Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman."(QS al-Nisa [4]: 141).
Hadis Rasul Allah s.a.w.
Dari Usamah bin Zaid r.a., sesungguhnya nabi s.a.w. bersahabda: "Orang Muslim
tidak (boleh) mewarisi orang Kafir, dan orang Kafir tidak (boleh) mewarisi orang
Muslim" (hadis muttafaq alahi).
Dari Abdullah bin Umar ra.a., berkata: rasul Allah s.a.w. bersabda: "tidak ada saling
mewarisi antara dua pemeluk agama (yang berbeda) (hadis riwayat Ahmad, imam
empat dan turmudzi).
MEMPERHATIKAN:
Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan
PP. no 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU no 1/1974 tentang Perkawinan.
Instrukssi Peresiden no 1 tahun 1990 tentang Komplikasi Hukum Islam.
Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005.
Dengan bertakwakkal kepada Allah SWT
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG KEWARISAN BEDA AGAMA
Hukum waris Islam tidak memberikan hak sailng mewarisi antara orang-orang yang
berbeda agama (antara muslim dengan non-muslim)
Pemberian harta antara orang yang berbeda agama hanya dapat dilakukan dalam
bentuk hibah, wasiat dan hadiah.
Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 22 jumadil Akhir 1426
H. 29 juli 2005 M
Wasiat menghibahkan kornea mata
Thursday, 13 April 2006
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Tentang
Wasiat menghibahkan kornea mata
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam rapatnya tanggal 13 Juni 1970, setelah
Membaca :
pertanyaan tertulis PMI Jawa Tengah No. : 799/Sekr/79 tentang donor mata.
Mengingat :
Hadis yang terdapat dalam kitab Subul as-Salam, Jilid II hal. 182 yaitu : "Memecah
tulang orang mati dianggap seperti memecahkan tulang orang hidup dalam hal
dosanya. "
Bunyi kitab Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al-A'imamah, hal 67, yang berbunyi :
"Orang hamil yang meninggal, sedang dalam kandungannya ada bayi yang masih
hidup, harus dibedah perutnya (untuk menyelamatkan bayinya) menurut Imam Abu
Hanifah dan Syafi'i. Menurut Imam Malik, boleh dibedah, boleh tidak, sedangkan

11
menurut Imam Ahmad bin Hanbal tidak boleh dibedah." (Wanita hamil yang
meninggal harus dibedah untuk menyelamatkan bayinya yang masih diharapkan
hidup).
Bunyi kitab al -Muhazzab, j ilid I hal. 138 (tentang seseorang yang meninggal dan
menelan barang berharga milik orang lain, wajib dibedah untuk mengeluarkan barang
itu j ika pemiliknya tidak merelakan). "Mayat yang semasa hidupnya menelan
permata milik orang lain, dan pemiliknya meminta permata itu, harus dibedah
perutnya dan dikembalikan permata itu kepada pemiliknya. Dan jika permata itu
miliksi mayat sendiri, boleh dibedah dan boleh tidak, karena permata itu adalah milik
ahli waris ".
Menimbang :
Kepentingan orang hidup yang tak dapat dilaksanakan kecuali melanggar kehormatan
mayat, maka kepentingan orang hidup lebih diutamakan.
MEMUTUSKAN
Menfatwakan :
Seseorang yang semasa hidupnya berwasiat akan menghidupkan kornea matanya
sesudah wafatnya dengan diketahui dan disetujui dan disaksikan oleh ahli warisnya,
wasiat itu dapat dilaksanakan, dan harus dilakukan oleh ahli bedah.
Jakarta, 13 Juni 1979

Perkawinan Beda Agama


Thursday, 13 April 2006
KEPUTUSAN FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor : 4/MUNAS VII/MUI/8/2005
Tentang

PERKAWINAN BEDA AGAMA


Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional VII MUI, pada 19-22
Jumadil Akhir 1426H. / 26-29 Juli 2005M., setelah
MENIMBANG :
Bahwa belakangan ini disinyalir banyak terjadi perkawinan beda agama;
Bahwa perkawinan beda agama ini bukan saja mengundang perdebatan di antara
sesama umat Islam, akan tetapi juga sering mengundang keresahan di tengah-tengah
masyarakat;
Bahwa di tengah-tengah masyarakat telah muncul pemikiran yang membenarkan
perkawinan beda agama dengan dalih hak asasi manusia dan kemaslahatan;
Bahwa untuk mewujudkan dan memelihara ketentraman kehidupan berumah tangga,
MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang perkawinan beda agama untuk
dijadikan pedoman.
MENGINGAT :
Firman Allah SWT :
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yatim (bilamana kamu mengawini-nya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS. al-Nisa [4] :
3);
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri

12
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. al-Rum [3] : 21);
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperlihatkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. al-Tahrim [66]:6
);
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang
yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka.
(Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara
wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara
orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas
kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak
(pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak
menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat
termasuk orang-orang merugi. (QS. al-Maidah [5] : 5);
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita yang musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun ia menarik hatimu. Mereka
mengajak ke neraka sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya .
Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia
supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. al-Baqarah [2] : 221)
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-
perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Alllah lebih
mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa
mereka (benar-benar) beriman maka jangalah kamu kembalikan mereka kepada
(suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir
itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada
(suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu
mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah
kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir;
dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka
meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-
Nya diantara kamu. Dan Allah maha mengetahui dan maha bijaksana (QS. al-
Mumtahianah [60] : 10).
Dan barang siapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya
untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, Ia boleh mengawini wanita yang
beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu;
sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain, karena itu kawinilah mereka
dengan seizin tuan mereka dan berilah mas kawin mereka menurut yang patut, sedang
mereka pun wanita-wanita yang memelihara diri bukan pezina dan bukan (pula)
wanita-wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan apabila mereka
telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka mengerjakan perbuatan yang keji
(zina), maka atas mereka separuh hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka
yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yang
takut pada kesulitan menjaga diri (dari perbuatan zina) diantaramu, dan kesabaran itu
lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengamun dan Maha Penyayang (QS. al-Nisa [4]

13
: 25).
Hadis-hadis Rasulullah s.a.w :
Wanita itu (boleh) dinikahi karena empat hal : (i) karena hartanya; (ii) karena (asal-
usul) keturunannya; (iii) karena kecantikannya; (iv) karena agama. Maka hendaklah
kamu berpegang teguh (dengan perempuan) yang menurut agama Islam; (jika tidak)
akan binasalah kedua tangan-mu (Hadis riwayat muttafaq alaih dari Abi Hurairah r.a);
Qa’idah Fiqh :
Mencegah kemafsadatan lebih didahulukan (diutamakan) dari pada menarik
kemaslahatan.
MEMPERHATIKAN :
Keputusan Fatwa MUI dalam Munas II tahun 1400/1980 tentang Perkawinan
Campuran.
Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005 :
Dengan bertawakkal kepada Allah SWT
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA
Perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah.
Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita Ahlu Kitab, menurut qaul mu’tamad,
adalah haram dan tidak sah.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 22 Jumadil Akhir 1426 H.
29 Juli 2005 M.
Penyakit kusta
Thursday, 13 April 2006
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Tentang
Penyakit kusta
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya di Jakarta pada tanggal 18
Jumadil Akhir 1402 H. bertepatan dengan tanggal 12 April 1982 M, setelah :
_Membaca :
Surat dari Kantor Wilayah Deparetmen Agama Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Memperhatikan :
Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 49, (Kisah al-Masih Isa Putera Maryam) "Dan
(sebagai) Rasul kepada Bani Lsrail (vang berkata kepada mereka) : "Sesungguhnya
aku (Isa) telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu jizat) dari
Tuhanmu, ti•aitu aku membuat untuk kamu dari tanah sebagai bentuk burung :
Kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah. Dan
aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit
sopak (kusta), clan aku inenghidupkan orang mati dengan seizin Allah, dan aku
kabarkan kepadamu apa ' vang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Sesungguhn ' va pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran
kerasulankir) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman ".
Al-Qur'an Surat al-Ma'idah ayat 110 "(Ingatlah, ketika Allah mengatakan :"Hai Isa
putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku
menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di
waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa, dan (ingatlah) di waktu Aku
mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu
membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian
kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan

14
seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam
kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak (kusta) dengan seizin-Ku, dan
(ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup)
dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari
keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka
berkata :'Ini tidak lain melainkan sihiryangnyata. "
Hadis Rasulullah SAW. "Berkatalah Affan : Bercerita kepada kami Salim bin Hayyan
yang berkata : Bercerita kepada kami Sa'id bin Mina, yang berkata "Aku mendengar
Abu Hurairah berkata : Rasulullah berkata : Tidak ada penularan, tidak ada
hitungan-hitungan langkah, tidak ada alamat burung hantu, clan tidak ada bulan
Safar yang nahas. " (Riwayat Bukhari dan Muslim dari kitab "Zad alMuslim ". juz V
hal. 298.
Hadis Rasulullah SAW : "Berobatlah, hai hamba Allah karena sesungguhnya ALlah
SWT tidak nrengadakan penyakit kecuali mengadakan pula obat baginya. Hanya satu
penyakit yang tiddak ada obatnya, yaitu penyakit tua. " (Hadis riwayatAhmad dalam
Musnad-nya, riwayatAbu Daud, Turmuzi, Nasa'i dan Ibnu Majah, lihat kitab Fath al-
Qadir; III hal. 238)
Menimbang:
pentingnya kesejahter-aan bangsa dengan mengusahakan suasana yang sehat dan baik
bagi masyarakat Indonesia.
perlunya Majelis Ulama Indonesia mencegah berkembangnya sikap kurang toleran
yang berlebih-lebihan dari masyarakat terhadap penderita kusta;
Perlunya menolong penderita penyakit kusta untuk berobat sedini mungkin;
Diketemukannya obat penyakit kusta, mudah didapat dan tidak mahal harganya.
Memutuskan :
MENETAPKAN
Penyakit kusta adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri.
Menurut penelitian kedokteran, penularan penyakit kusta terhadap seseorang
ditentukan oleh kekebalan atau kepekaan orang itu.
Penyakit kusta dapat disembuhkan jika berobat pada stadium dini. JIka tidak diobati,
proses penyakit akan berlanjut hingga menimbulkan cacat dan obatobat anti lepra
tidak dapat mempengaruhi cacat tersebut.
Tanda-tanda penularan penyakit kusta pada kulit berupa satu atau dua bercak yang:
berwarna keputih-putihan atau kemerah-merahan;
Tidak berkeringat/keringat berkurang;
Tidak berambut/rambutnya berkurang;
Kulitnya agak menipis;
Tidak perasa/berkurang perasaannya.
Penyakit kusta bukanlah suatu kutukan dari Tuhan terhadap seseorang tertentu.
Jakarta, 18 Jumadil Akhir 1402 H 12 April 1982 M
Penyembelihan secara Mekanis
Thursday, 13 April 2006
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Tentang
Penyembelihan Hewan secara Mekanis
I. PENYEMBELIHAN HEWAN SECARA MEKANIS
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada hari Senin, tanggal 24
Syawa11396 H/18 Oktober 1976 setelah :

15
Mendengar :
Penjelasan lisan dan kemudian disusul dengan tertulis (lampiran II) dari Pimpinan PD
Dharma Jaya tentang cara-cara penyembelihan hewan dengan sistem mekanisasi
pemigsanan yang menggambarkan :
Bahwa penggunaan mesin untuk pemingsanan dimaksudkan mempermudah roboh
dan jatuhnya hewan yang akan disembelih di tempat pemotongan dan untuk
meringankan rasa sakit hewan dan penyembelihannya dilakukan dengan pisau yang
tajam memutuskan hulqum (tempat berjalan nafas), mari' (tempat berjalan makanan),
dan wadajaain (dua urat nadi) hewan yang disembelih oleh juru sembelih Islam,
dengan terlebih dahulu membaca basmalah.
Bahwa hewan yang roboh dipingsankan di tempat penyembelihan apabila tidak
disembelih akan bangun sendiri lagi segar seperti semula keadaanya, dan
Bahwa penyemelihan dengan sistem ini tidak mengurangi keluarnya darah mengalir,
bahkan akan lebih banyak dan lebih lancar sehingga dagingnya lebih bersih.
Mengingat :
Syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi penyembelihan hewan menurut Islam,
menurut empat mazhab dan madzhab para sahabat, dan
Hadis Nabi riwayat Muslim dari Syaddad bin Aus tentang ketetapan berbuat ihsan
dalam segala tindakan (lampiran I).
MEMUTUSKAN
Menetapkan / memfatwakan bhwa penyembelihan hewan secara mekanis
pemingsanan merupakan modernisasi berbuat ihsan kepada hewan yang disembelih
sesuai dengan ajaran Nabi dan memenuhi persyaratan ketentuan syar'i dan hukumnya
sah clan halal, dan oleh karenanya, diharapkan supaya kaum Muslimin tidak
meragukannya.
Jakarta 24 Syawal 1396H 18 Oktober 1976 M
Yang dimaksud dengan hewan dalam fatwa ini adalah hewan yang hidup dan halal
seperti sapi, kerbau, kambing dan lain-lainnya.
Hadits Nabi Riwayat Muslim dari Syaddad bin Aus selengkapnya : "Bahwanya Allah
menetapkan ihsan (berbuat baik) atas tiap-tiap sesuai (tindakan). Apabila kamu
ditugaskan membunuh maka dengan cara baiklah kamu membunuh dan apabila
engkau hendak menyemelih maka sembelihlah dengan cara baik. Dan hendaklah
mempertajam salah seorang kaum akan pisaunya dan memberikan kesenangan
kepada yang disembelinya (yaitu tidak disiksa dalam penyembelihannya). "
Pil anti haid
Thursday, 13 April 2006
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Tentang
Pil anti haid
Sidang Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 12 Januari 1979 telah
mengambil keputusan :
Penggunaan Pil Anti Haid untuk kesempatan ibadah haji hukumnya mubah.
Penggunaan Pil Anti Haid dengan maksud agar dapat mencukupi puasa Ramadhan
seblum penuh, hukumnya makruh. Akan tetapi, bagi wanit yang sukar menqada
puasanya pada hari lain, hukumnya mubah.
Penggunaan Pil Anti Haid selain dari dua hal tersebut di atas, hukumnya tergantung
pada niatnya. Bila untuk perbuatan yang menjurus kepada pelanggaran hukum
agama, hukumnya haram.
Jakarta, 12 Januari 1979

16
Bayi Tabung/Inseminasi Buatan
Thursday, 13 April 2006

Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang bayi tabung/inseminasi


buatan. Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia
MEMUTUSKAN
Memfatwakan :
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah
hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah
agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain
(misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram
berdasarkan kaidah Sadd az-zari'ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang
rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang
dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian
melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari'ah, sebab hal ini akan
menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab
maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami isteri
yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar
lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-
zari'ah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.
Kloning

Thursday, 13 April 2006


Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Kloning.
Kloning manusia hukumnya Haram
Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada
tangga1 23-27 Rabi'ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000 M. dan membahas tentang
kloning, setelah
Menimbang .
1. Bahwa salah satu hasil kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah kloning, yaitu
"suatu proses penggandaan makhluk hidup dengan cara nucleus transfer dari sel janin
yang sudah beerdiferensiasi dari sel dewasa", atau "penggandaan makhluk hidup
menjadi lebih banyak, baik dengan memindahkan inti sel tubuh ke dalam indung telur
pada tahap sebelum terjadi pemisahan sel-sel bagian-bagian tubuh".
2. Bahwa masyarakat senantiasa mengharapkan penjelasan hukum Islam tentang

17
kloning, baik kloning terhadap tumbuh-tumbuhan, hewan, dan terutama kloning
terhadap manusia
3. Bahwa oleh karena itu, MUI dipandang perlu untuk menetapkan fatwa tentang
hukum kloning untuk dijadikan pedoman.
Memperhatikan :
1. Kloning tidak sama dengan, dan sedikit pun tidak berarti, penciptaan, melainkan
hanya sekedar penggandaan.
2. Secara umum, kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan akan membawa
kemanfaatan dan kemaslahatan kepada umat manusia.
3. Kloning terhadap manusia dapat membawa manfaat, antara lain : rekayasa genetik
lebih efisien dan manusia tidak perlu khawatir akan kekurangan organ tubuh
pengganti (jika memerlukan) yang biasa diperoleh melalui donor, dengan kloning ia
tidak akan lagi merasa kekurangan ginjal, hati, jantung, darah, dan sebagainya, karena
ia bisa mendapatkannya dari manusia hasil teknologi kloning.
4. Kloning terhadap manusia juga dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif)
yang tidak sedikit; antara lain :
a. Menghilangkan nasab anak hasil kloning yang berakibat hilangnya banyak hak
anak dan terabaikan-nya sejumlah hukum yang timbul dari nasab.
b. Institusi perkawinan yang telah disyari'atkan sebagai media berketurunan secara
sah menjadi tidak diperlukan lagi, karena proses reproduksi dapat dilakukan tanpa
melakukan hubungan seksual.
c. Lembaga keluarga (yang dibangun melalui perkawinan) akan menjadi hancur, dan
pada gilirannya akan terjadi pula kehancuran moral (akhlak), budaya, hukum, dan
syari'ah Islam lainnya.
d. Tidak akan ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan antara laki-laki
dan perempuan.
e. Hilangnya maqashid syari'ah dari perkawinan, balk maqashid awwaliyah (utama)
maupun maqashid tabi'ah (sekunder).
5. Pendapat dan saran peserta sidang.

Kloning Hewan dan Tumbuhan Mubah


Mengingat :
1. Firman Allah S WT : "Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dariNva. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berfikir" (QS. al-Jatsiyah [45].- 13).
2. Firman Allah SWT : "Dan Kami telah memuliakan anak-anakAdam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari Yang baik-baik, dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas rraakhluk vang telah
Kami ciptakan " (QS. al-Isra'[I7]: 70).
3. Firman Allah SWT : "..f apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah
yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nva sehingga kedua ciptaan itu serupa
menurut pandangan mereka. Katakanlah, 'Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan

18
Dialah Tuhan Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa (QS. al-Ra'd [13]: 16)
4. Firman Allah SWT : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakar manusia dari
saripati (berasal) dari tanah. Kemudiar Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan ; dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air man: itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpa. darah itu Kami jadikan segumpal daging, dar.
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulan, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan dagiri 27 Kemudian Kami jadikan dia makhluk (berbentuk) lain.
Maha sucilah Allah, Pencipta Paling baik" (QS. al-Mu'minun (23]: 12-14).
5. Kaidah Fiqhiyah : “Menghindarkan kerusakan (hal-hal yang negatif) diutamakan
dari pada mendatangkan kemaslahatan”
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA MUSYAWARAH NASIONAL MAJELIS ULAMA
INDONESIA TENTANG KLONING.
Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapun yang berakibat pada
pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.
Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah) sepanjang
dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkan kemudaratan (hal-hal
negatif).
Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan
eksperimen atau praktek kloning terhadap manusia.
Mewajibkan kepada semua pihak, terutama para ulama, untuk senantiasa mengikuti
perkembangan teknologi kloning, meneliti peristilahan dan permasalahatannya, serta
menyelenggarakan kajian-kajian ilmiah untuk menjelaskan hukumnya.
Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk mendorong
pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi ilmiah yang
menyelenggarakan penelitian di bidang biologi dan teknik rekayasa genetika pada
selain bidang kloning manusia yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari'ah.
Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk segera
merumuskan kriteria dan kode etik penelitian dan eksperimen bidang biologi untuk
dijadikan pedoman bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Keputusan fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap muslim yang
memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan
fatwa ini.
Ditetapkan di:
Jakarta Pada tanggal : 27 Rabi'ul Akhir 1421 H / 29 Juli 2000 M

Vaksin Polio

Thursday, 13 April 2006

Pekan Imunisasi Nasional


Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang penggunaan vaksin polio khusus (IPV).
Menimbang

19
1. Bahwa anak bangsa, khususnya Balita, perlu diupayakan agar terhindar dari
penyakit Polio, antara lain melalui pemberian vaksin imunisasi;
2. Bahwa dalam program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) tahun 2002 ini terdapat
sejumlah anak Balita yang menderita immunocompromise (kelainan sistim kekebalan
tubuh) yang memerlukan vaksin khusus yang diberikan secara injeksi (vaksin jenis
suntik, IPV);
3. Vaksin khusus tersebut (IPV) dalam proses pembuatannya menggunakan enzim
yang berasal dari porcine (babi), namun dalam hasil akhir tidak terdeteksi unsur babi,
dan belum ditemukan IPV jenis lain yang dapat menggantikan vaksin tersebut
4. Bahwa oleh karena itu, Komisi Fatwa MUI memandang perlu menetapkan fatwa
tentang status hukum penggunaan IPV tersebut, sebagai pedoman bagi pemerintah,
umat Islam dan pihak-pihak lain yang memerlukannya.
Mengingat
1. Hadis-hadis Nabi. antara lain:
"Berobatlah, karena Allah tidak membuat penyakit kecuali membuat pula obatnya
selain satu penyakit, yaitu pikun" (HR. Abu Daud dari Usamah bin Syarik).
"Allah telah menurunkan penyakit dan obat, serta menjadikan obat bagi setiap
penyakit; maka, berobatlah dan janganlah berobat dengan berzdat yang haram" (HR.
Abu Daud dari Abu Darda ).
"Sekelompok orang dari sukcu 'Ukl atau 'Urainah datang dan tidak cocok dengan
udara Madinah (sehingga mereka jatuh sakit); maka Nabi s.a.w. memerintahkan agar
mereka diberi unta perah dan (agar mereka) meminum air kencing dari unta tersebut...
"(HR. al-Bukhari dari Anas bin Malik).
"Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan (pula) obatnya. " (HR.
al-Bukhari dari Abu Hurairah).
Sabda Nabi s.a.w. yang melarang penggunaan benda yang terkena najis sebagaimana
diungkapkan dalam hadis tentang tikus yang jatuh dan mati (najis) dalam keju : "Jika
keju itu keras (padat), buanglah tikus itu dan keju sekitarnya, dan makanlah (sisa)
keju tersebut: namun jika keju itu cair, tumpahkanlah (HR alBukhari, Ahmad, dan
Nasa'i dari Maimunah isteri Nabis.a.w.)
2. Kaidah-kaidah fiqh :
"Dharar (bahaya) harus dicegah sedapat mungkin."
"Dharar (bahaya) harus dihilangkan."
"Kondisi hajah menempati kondisi darurat."
"Darurat membolehkan hal-hal yang dilarang."
"Sesuatu yang dibolehkan karena darurat dibatasi sesuai kadar (kebutuhan)-nya."
3. Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga MUI periode 2000-2005.
4. Pedoman Penetapan Fatwa MUI.
Memperhatikan :
Pendapat para ulama; antara lain : ”Imam Zuhri (w. 124 H) berkata , ”Tidak halal
meminum air seni manusia karena suatu penyakit yang diderita , sebab itu adalah
najis ; Allah berfirman :’...Dihalalkan bagimu yang baik-baik (suci)......’ (QS. Al-
Matidah [5]: S)”; dan Ibnu Mas’ud (w 32 H) berkata tentang sakar (minuman
keras) , Allah tidak menjadikan obatmu sesuatu yang diharamkan atasmu ” (Riwayat
Imam al-Bukhori)
Surat Menteri Kesehatan RI nomor: 11 92/MENKES/IX/2002, tanggal 24 September
2002, serta penjelasan Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan, Direktur Bio Farma,
Badan POM, LP. POM-MUI, pada rapat Komisi Fatwa, Selasa, 1 Sya'ban 1423/8
Oktober 2002; antara lain :

20
Enzim berasal dari Babi digunakan dalam pembuatan vaksin
Pemerintah saat ini sedang berupaya melakukan pembasmian penyakit Polio dari
masyarakat secara serentak di seluruh wilayah tanah air melalui program Pekan
Imunisasi Nasional (PIN) dengan cara pemberian dua tetes vaksin Polio oral (melalui
saluran pencernaan).
Penyakit (virus) Polio, jika tidak ditanggulangi, akan menyebabkan cacat fisik (kaki
pincang) pada mereka yang menderitanya.
Terdapat sejumlah anak Balita yang menderita immunocompromise (kelainan sistim
kekebalan tubuh) yang memerlukan vaksin khusus yang diberikan secara injeksi
(vaksin jenis suntik, IPV).
Jika anak-anak yang menderita immunocompromise tersebut tidak diimunisasi,
mereka akan menderita penyakit Polio serta sangat dikhawatirkan pula mereka akan
menjadi sumber penyebaran virus.
Vaksin khusus tersebut (IPV) dalam proses pembuatannya menggunakan enzim yang
berasal dari porcine (babi), namun dalam hasil akhir tidak terdeteksi unsur babi.
Sampai saat ini belum ada IPV jenis lain yang dapat menggantikan vaksin tersebut
dan jika diproduksi sendiri, diperlukan investasi (biaya, modal) sangat besar
sementara kebutuhannya sangat terbatas.
Pendapat peserta rapat Komisi Fatwa tersebut, antara lain:
Sejumlah argumen keagamaan (adillah diniyyah: al-Qur'an, hadits, dan qawa'id
fiqhiyyah) dan pendapat para ulama mengajarkan; antara lain :
Setiap penyakit dan kecacatan yang diakibatkan penyakit adalah dharar (bahaya) yang
harus dihindarkan (dicegah) dan dihilangkan (melalui pengobatan) dengan cara yang
tidak melanggar syari'ah dan dengan obat yang suci dan halal;
Setiap ibu yang baru melahirkan, pada dasarnya, wajib memberikan air susu yang
pertama keluar (colostrum, al-liba'-- kepada anaknya dan dianjurkan pula memberikan
ASI sampai dengan usia dua tahun. Hal tersebut menurut para ahli kesehatan dapat
memberikan kekebalan (imun) pada anak;
Dalam proses pembuatan vaksin tersebut telah terjadi persenyawaan/persentuhan
(ihtilath antara porcine yang najis dengan media yang digunakan untuk pembiakan
virus bahan vaksin dan tidak dilakukan penyucian dengan cara yang dibenarkan
syari'ah (tathhir syar'an) Hal itu menyebabkan media dan virus tersebut menjadi
terkena najis (mutanadjis).
Kondisi anak-anak yang menderita immunocompromise, jika tidak diberi vaksin IPV,
dipandang telah berada pada posisi hajah dan dapat pula menimbulkan dharar bagi
pihak lain.
Dengan bertawakkal kepada Allah SWT
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
FATWA TENTANG PENGGUNAAN VAKSIN POLIO KHUSUS
Pertama : Ketentuan Hukum
Pada dasarnya, penggunaan obat-obatan, termasuk vaksin, yang berasal dari --atau
mengandung--benda najis ataupun benda terkena najis adalah haram.
Pemberian vaksin IPV kepada anak-anak yang menderita immunocompromise, pada
saat ini, dibolehkan, sepanjang belum ada IPV jenis lain yang suci dan halal.
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana

21
mestinya.
Kedua : Rekomendasi (Taushiah)
Pemerintah hendaknya mengkampanyekan agar setiap ibu memberikan ASI, terutama
colostrum secara memadai (sampai dengan dua tahun).
Pemerintah hendaknya mengupayakan secara maksimal, serta melalui WHO dan
negara-negara berpenduduk muslim, agar memperhatikan kepentingan umat Islam
dalam hal kebutuhan akan obat-obatan yang suci dan halal.
Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 0 1 Sya'ban 1423 H / 08 Oktober 2002 M.
Operasi perubahan kelamin
Thursday, 13 April 2006
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Tentang
Operasi perubahan/penyempurnaan kelamin
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia dalam Musyawarah Nasional II tahun
1980.
MEMUTUSKAN
Memfatwakan :
Merubah jenis kelain laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya hukumnya haram,
karena bertentangan dengan al-Qur'an surat an-Nisa' ayat 19 dan bertentangan pula
dengan jiwa Syara'. Ayat al-Qur'an dimaksud adalah : "....Mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak". (QS.
An-Nisa'[4]: 10).
Orang yang kelaminnya diganti kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan
jenis kelamin semula sebelum dirobah.
Seseorang khusus (banci) yang kelaki-lakiannya lebih jelas boleh disempurnakan
kelaki-lakiannya. Demikian pula sebaliknya dan hukumnya menj adi positif.
Jakarta 12 Rajab 1400 H 1 Jun] 1980M.

Kedudukan waria
Thursday, 13 April 2006
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Tentang
Kedudukan waria
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia dalam Musyawarah Nasional II tahun
1980.
MEMUTUSKAN
Memfatwakan :
Merubah jenis kelain laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya hukumnya haram,
karena bertentangan dengan al-Qur'an surat an-Nisa' ayat 19 dan bertentangan pula
dengan jiwa Syara'. Ayat al-Qur'an dimaksud adalah : "....Mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak". (QS.
An-Nisa'[4]: 10).
Orang yang kelaminnya diganti kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan
jenis kelamin semula sebelum dirobah.
Seseorang khusus (banci) yang kelaki-lakiannya lebih jelas boleh disempurnakan
kelaki-lakiannya. Demikian pula sebaliknya dan hukumnya menj adi positif.
Jakarta 12 Rajab 1400 H 1 Jun] 1980M.

22
23

You might also like