You are on page 1of 11

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

DALAM PERTIDAKSAMAAN PECAHAN DI KELAS X SMA


Susepto Minggono, Sugiatno, Yulis Jamiah
Pend. Matematika, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak
email: suseptominggono@ymail.com
Abstrak: Kemampuan Representasi Matematis Siswa Dalam Pertidaksamaan
Pecahan di Kelas X SMA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan
dan variasi representasi matematis siswa dalam menyelesaikan pertidaksamaan
pecahan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
bentuk penelitian survey. Dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang
berhubungan dengan pertidaksamaan pecahan diselesaikan dalam bentuk
representasi simbolik, garis bilangan dan grafik. Rata-rata siswa menggunakan
representasi bentuk simbolik. Kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Sengah
Temila Kabupaten Landak dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan
tergolong cukup dengan rata-ratanya 61,07%. Dari hasil uji statistik Spearman
Rank diperoleh thitung sebesar 13,5174 dan ttabel sebesar 1,6449 sehingga thitung >
ttabel, hal ini menunjukan Ha diterima yaitu terdapat hubungan antara kemampuan
menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan penguasaan berbagai representasi
dengan korelasinya sebesar 0,93. Artinya semakin tinggi tingkat kemampuan
menyelesaikan pertidaksamaan pecahan semakin tinggi pula kemampuan
penguasaan berbagai representasi.
Kata Kunci: representasi matematis, pertidaksamaan pecahan.
Abstract: Representation of Mathematical Ability Students in inequality
Denomination in Class X High School. The purpose of this study to determine the
ability and variation mathematical representation of students in solving fractional
inequalities.The research method used is descriptive method of research survey
forms. In solving mathematical problems associated with fractional inequalities
settled in symbolic representation, the number line and graph. He average student
uses a form of symbolic representation. The ability of class X SMA Negeri 1
Sengah Temila Porcupine District in solving inequalities with fractions is quite
average 61.07%. From the results of the statistical test Spearman Rank tarithmetic
obtained at 13.5174 and 1.6449 for ttable so tarithmetic > ttable, Ha received this shows
that there is a relationship between the ability to solve inequalities mastery of
fractions with different representations of the correlation of 0.93. This means that
the higher the ability to solve the higher fractional inequalities ability to master a
variety of representations.
Keywords: mathematical representation, inequality denomination.

alam kegiatan pembelajaran, tidak semua masalah yang dihadapi siswa hanya
dapat diselesaikan dengan satu atau dua cara, namun masih ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikannya, ini tidak terlepas dari daya
kreativitas yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Hudiono (2005: 19) menyatakan
bahwa kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab
permasalahan dengan banyak cara. Hal ini terkait erat dengan kemampuan
representasi yang dimiliki siswa dalam menjawab permasalahan tersebut, karena
kemampuan representasi dapat mendukung siswa dalam memahami setiap
konsep-konsep matematika yang dipelajari. Lebih jauh lagi beliau menambahkan
cara ide-ide matematika yang disajikan oleh guru melalui berbagai representasi
akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemahaman siswa dalam
mempelajari matematika (Hudiono, 2005: 23).
Lesh, Post, & Behr (Hiebert & Carpenter, 1992); Janvier, dkk. (1987); dan
Goldin (1987) mengemukakan bahwa pengungkapan ide-ide matematika dengan
menggunakan berbagai modus seperti: bahasa lisan, bahasa tulis, simbol, gambar,
diagram, model, grafik, atau menggunakan anggota fisik dikaitkan sebagai
representasi ide. Representasi ide-ide matematika dalam berbagai cara merupakan
pedoman untuk memahami dan menggunakan ide-ide tersebut (NCTM, 2000).
Kaput (1987) dan Janvier (1987) berpendapat bahwa representasi sangat berperan
dalam pembelajaran matematika. Secara eksplisit NCTM (2000) menetapkan
representasi sebagai salah satustandar kompetensi dalam pembelajaran
matematika sekolah.
Untuk memperkuat informasi dan mendapatkan gambaran awal penelitian,
peneliti kemudian mengadakan prariset untuk mengungkap variasi jawaban siswa.
Soal tersebut adalah menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan pecahan
bentuk

0. Dari hasil prariset diperoleh informasi, sebagai berikut: (1)


Sebanyak 31 siswa atau 86,11% salah dalam prosedur penyelesaian
pertidaksamaan pecahan, (2) Sebanyak 36 siswa atau 100% menggunakan
representasi simbolik di mana 35 siswa atau 97,22% menjawab salah, (3)
Sebanyak 36 siswa atau 100% salah dalam menuliskan tanda-tanda
pertidaksamaan dan batas-batas interval/selang yang bersesuaian dengan
himpunan penyelesaian pertidaksamaan pecahan dalam soal. Melihat tidak adanya
variasi jawaban yang diberikan siswa, muncul pertanyaan apakah siswa benarbenar memahami, atau hanya mengikuti prosedur yang diajarkan guru tanpa
makna. Padahal untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa representasi seperti garis bilangan, grafik dan simbolik. Untuk
mengungkap sebab kehomogenan jawaban siswa tersebut penulis mengadakan
wawancara dengan tiga orang guru yang mengajar matematika di kelas X SMA
Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak, dan diperoleh informasi bahwa pada
saat pembelajaran materi pertidaksamaan pecahan, untuk menentukan himpunan
penyelesaian dari bentuk pertidaksamaan pecahan hanya ditekankan pada satu
cara yaitu dengan perhitungan aljabar secara simbolik. Sedangkan dengan garis
bilangan (selang/interval) dan grafik kurang terlalu ditekankan, mengingat siswa
akan lebih mudah mengerti jika menggunakan cara simbolik dan waktu yang
terbatas (menurut guru). Dari wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa

adanya kecenderungan siswa belajar secara mekanis atau mengikuti cara


penyelesaian guru dan terpaku pada satu bentuk representasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui variasi representasi
jawaban siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan
dengan pertidaksamaan pecahan di kelas X SMA, (2) Untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan di kelas X
SMA, (3) Untuk mengetahui perbedaan penguasaan berbagai representasi dalam
menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan
pertidaksamaan pecahan dikaitkan dengan tingkat kemampuan siswa, (4) Untuk
mengetahui hubungan antara kemampuan siswa dalam menyelesaikan
pertidaksamaan pecahan dengan penguasaan berbagai representasi.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk
penelitian survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak. Dalam penelitian ini untuk
menentukan sampel digunakan teknik sampling purposive. Sampel dalam
penelitian ini dipilihlah siswa kelas XD SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten
Landak yang berjumlah 35 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengukuran dan wawancara. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes riset
berbentuk uraian yang dibuat oleh peneliti dan pedoman wawancara. Pedoman
wawancara dibuat berdasarkan hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal
tes. Dengan karakteristik seperti itu, maka wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dikategorikan sebagai wawancara tidak terstruktur (Sugiyono,
2012: 140). Pengambilan siswa untuk diwawancarai dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 1 Pengambilan Siswa Untuk Diwawancarai
Kelompok Nama Siswa
Nilai MID Nilai
Wakil Dari Tiap
Semester
Riset
Kelompok
Atas
RG
86
85,71
2
(n = 4)
AL
80
67,86
Sedang
FA
74
60,71
2
(n = 10)
YK
54
42,86
Bawah
EC
48
25,00
2
(n = 21)
HA
42
53,57
Menentukan skor kemampuan siswa dalam menyelesaikan pertidaksamaan
pecahan dalam persentase dengan rumus: NP= X 100% (Purwanto, 1987: 102).
Menentukan persentase rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan
pertidaksamaan pecahan dengan rumus:

Menafsirkan kemampuan seluruh siswa dalam menyelesaikan


pertidaksamaan pecahan dengan kriteria: 86% - 100% Sangat Baik; 76% - 85%
Baik; 60% - 75% Cukup; 55% - 59% Kurang; 54% Kurang Sekali (Purwanto,
1987: 103).

Untuk melihat besarnya tingkat hubungan antara variabel yang ditetapkan


digunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 2 Tingkat Hubungan Kemampuan Menyelesaikan
Pertidaksamaan Pecahan
Interval koefisien
Tingkat hubungan
0,00 0,199
Sangat rendah
0,20 0,399
Rendah
0,40 0,599
Sedang
0,60 0,799
Kuat
0,80 1,000
Sangat kuat
(Sugiyono, 2008: 184).
Untuk mengungkap permasalahan dalam penelitian ini, diberikan tes riset
yang terdiri dari soal mengungkapkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
pertidaksamaan pecahan dan soal mengungkapkan penguasaan berbagai
representasi. Soal riset yang digunakan yaitu:
A. Soal kemampuan menyelesaikan pertidaksamaan pecahan
1. Dengan menggunakan garis bilangan, tentukan himpunan penyelesaian
x 1
pertidaksamaan
0 ! Dengan x 3 0.
x3
2. Dengan
menggunakan
grafik,
tentukan
himpunan
penyelesaian
pertidaksamaan

2
0 ! Dengan x + 1 0.
x 1

3. Perhatikan garis bilangan di bawah ini, kemudian tunjukan hubungan apa yang
terjadi dengan mengisi kotak yang tersedia?
x4
0 , dengan x + 5 0.
x5
Dengan garis bilangan diperoleh:
a.
b.
c.

d.

---------0+++++++++++++++++
-5
-----------------------0+++++++
4
++++++0-------------0+++++++
-5
4
+
+
)
[
-5
4
e.
+
+
-

-5
4
Dari garis bilangan di atas tampak bahwa solusi untuk pertidaksamaan

x4
0 adalah: f.
x5

2x 2
0 ! Dengan x 2 0.
x2
Uraikan cara memperoleh hasilnya! (Gunakan cara yang paling anda sukai).

4. Carilah himpunan penyelesaian pertidaksamaan

B. Soal mengungkapkan kemampuan representasi


5. Andaikan adikmu minta dijelaskan penyelesaian pertidaksamaan

4x 2
1!
2x 4

Dengan 2x + 4 0. Bagaimana kamu menjelaskannya kepada adik mu?


(Gunakan beberapa cara untuk menjelaskannya/minimal 3 cara).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pengelompokan tingkat kemampuan siswadalam penelitian ini dilihat dari
nilai MID semester mata pelajaran matematika, dengan kriteria sebagai berikut:
persentase nilai: 75% - 100% tingkat kemampuan atas; 50% - 74% tingkat
kemampuan sedang; 0% - 49% tingkat kemampuan bawah.
Rata rata skor variasi representasi jawaban siswa diperlihatkan pada tabel
berikut:
Tabel 3 Rata-rata Skor Variasi Representasi Jawaban Siswa
Tingkat
Banyak Siswa
Rata - rata
kemampuan
Simbolik Garis Bilangan
Grafik
Atas (n = 4)
4
4
1
2,25
Sedang (n = 10)
10
6
1
1,70
Bawah (n = 21)
18
9
0
1,29
32
19
2
Jumlah
Kaitan variasi representasi jawaban yang dihasilkan siswa pada saat tes
dengan hasil wawancara yaitu: RG dengan (a) Variasi representasi dalam
menjawab tes sebagai berikut: pada soal nomor 1, 3 dan 4 representasi yang
digunakan adalah representasi garis bilangan dengan jawaban benar. Pada soal
nomor 2 representasi yang digunakan adalah representasi grafik dengan jawaban
benar. Pada soal nomor 5 representasi yang digunakan adalah representasi
simbolik, grafik dan garis bilangan, namun pada representasi simbolik menjawab
salah. (b) Wawancara. P: (memberikan lembar pekerjaan siswa); P: menurut kamu
cara mana yang lebih kamu mengerti dan lebih mudah dalam menyelesaikan
pertidaksamaan pecahan; RG: semuanya mudah sih Pak, tapi yang lebih mudah
dan paling saya sukai menggunakan garis bilangan; P: kenapa kamu lebih suka
menggunakan garis bilangan?; RG: karena menurut saya kalau menggunakan
garis bilangan caranya cepat dan mudah dipahami, maksudnya mudah dimengerti
pak; P: di soal nomor 5 kamu mengerjakannya dengan menggunakan 3 cara,
namun, sepertinya dengan cara simbolik tidak kamu kerjakan sampai selesai,
kenapa?; RG: (memperhatikan jawabannya); P: kamu tahukan bagaimana
langkah-langkah untuk menyelesaikannya?; RG: tahu Pak; P: lalu kenapa tidak
kamu selesaikan?; RG: (terdiam), soalnya susah menuliskannya pak, caranya
menjelaskannya terlalu panjang. (P = Peneliti, RG = Siswa). (c) Analisis. Dari
variasi representasi jawaban pada saat tes dan jawaban pada saat wawancara dapat

dikemukakan bahwa siswa ini mengetahui tiga cara dalam menyelesaikan


permasalahan matematika mengenai pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk
polinom derajat satu yaitu dengan representasi simbolik, grafik dan garis bilangan.
Siswa ini cepat merasa bosan dalam menyelesaikan soal, namun kemampuan
siswa ini dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk
polinom derajat satu sudah sangat baik.
FA dengan (a) Variasi representasi dalam menjawab tes sebagai berikut:
soal nomor 1, 3, dan 4 representasi yang digunakan adalah representasi garis
bilangan dengan jawaban benar. Soal nomor 2 representasi yang digunakan adalah
representasi grafik dengan jawaban benar. Soal nomor 5 representasi yang
digunakan adalah representasi simbolik dengan jawaban salah. (b) Wawancara. P:
(memberikan lembar pekerjaan siswa); P: menurut mu, dalam menyelesaikan
pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu dapat
dilakukan dengan beberapa cara?; FA: e, dengan tiga cara Pak; P: coba
sebutkan cara apa saja itu?; FA: dengan gambar (grafik), dengan simbolik dan
garis bilangan; P: menurut mu cara mana yang lebih kamu mengerti; FA: dengan
garis bilangan Pak; P: kalau cara simbolik dan grafik bagaimana?; FA: bisa sih
Pak, tapi agak sulit; P: Sekarang coba kamu lihat jawaban mu di lembar soal; FA:
(melihat lembar soal); P: di soal nomor 5 kamu benar dalam mengubah bentuk
pertidaksamaan pecahanya menjadi bentuk umumnya (menunjukan lembar
jawaban siswa), tetapi tidak kamu selesaikan. Kenapa?; FA: (memperhatikan
jawabannya di nomor 5), iya Pak. Saya belum sempat menyelesaiakannya, saya
bingung cara menguraikannya; P: kenapa kamu tidak menyelesaikannya dengan
menggunakan cara lain misalnya dengan cara grafik dan garis bilangan; FA:
masalahnya saya bingung pak kalau menggunakan grafik dan garis bilangan, lama
memikirkan caranya pak. (P= Peneliti, FA = Siswa). (c) Analisis. Dari variasi
representasi jawaban siswa pada soal tes jawaban pada saat wawancara dapat
dikemukakan bahwa siswa ini sebenarnya cukup mampu dalam menyelesaikan
pertidaksamaan pecahan namun proses berpikirnya lama.
EC dengan (a) Variasi representasi dalam menjawab tes sebagai berikut:
pada soal nomor 1, 3, dan 4 representasi yang digunakan adalah representasi garis
bilangan dengan jawaban salah. Pada soal nomor 2 representasi yang digunakan
adalah representasi grafik dengan jawaban salah. Pada soal nomor 5 representasi
yang digunakan adalah representasi simbolik dengan jawaban salah. (b)
Wawancara. P: (memberika lembar pekerjaan siswa); P: menurut yang kamu
ketahui, dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk
polinom derajat satu dapat diselesaikan dengan beberapa cara?; EC: (diam
sebentar) cara gambar, simbolik dan apa ya Pak (berpikir); P: dengan garis
bilangan maksud kamu!; EC: iya Pak, dengan garis bilangan; P: sekarang coba
kamu lihat Jawaban kamu di nomor 1 sampai 5; EC: (memperhatikan
Jawabannya); P: dijawaban mu tidak terdapat penyelesaian yang benar baik
dengan menggunakan garis bilangan, grafik maupun simbolik. Kenapa?; EC:
masalahnya saya kurang mengerti Pak cara menyelesaiakannya; P: sekarang kamu
lihat jawaban mu di nomor 5; EC: (memperhatikan jawabannya); P: di nomor ini
kamu tidak ada mengerjakan dengan menggunakan garis bilangan, dan grafik.
Kenapa?; EC: (diam), masalahnya saya tidak tahu Pak; P: kan sudah diajarkan;

EC: iya sih Pak. (P = Peneliti, EC = Siswa). (c) Analisis. Dari variasi representasi
jawaban siswa pada saat tes dan jawaban pada saat wawancara dapat
dikemukakan bahwa siswa ini masih belum mampu dalam menyelesaikan
pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu dan juga
kemampuan representasinya sangat kurang.
Kemampuan siswa dalam berbagai tingkat kemampuan dalam
menyelesaikan pertidaksamaan pecahan diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 4 Kemampuan Siswa Kelompok Atas, Sedang dan Bawah Dalam
Menyelesaikan Pertidaksamaan Pecahan
Tingkat
Jumlah
Skor Total
Rata-rata
Kategori
Kemampuan
siswa
(%)
(%)
Atas
4
381,25
95,313
Sangat Baik
Sedang
10
756,25
75,625
Cukup
Bawah
21
993,75
47,32
Kurang Sekali
Dari data hasil penelitian diperoleh jumlah persentase kemampuan siswa
menyelesaikan pertidaksamaan pecahan sebesar 2131,25. Berdasarkan data hasil
kemampuan siswa kelas X SMA dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan
diperoleh persentase rata-rata adalah 60,89%, maka kemampuan siswa kelas X
SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak digolongkan dalam kategori
cukup.
Perbedaan penguasaan berbagai representasi dalam berbagai tingkat
kemampuan diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 5 Perbedaan Penguasaaan Berbagai Representasi Dalam Berbagai
Tingkat Kemampuan
Banyak Siswa
Tingkat Kemampuan
Soal nomor 5
Simbolik
Garis bilangan
Grafik
Atas (n = 4)
4
4
1
Sedang (n = 10)
10
6
1
Bawah (n = 21)
18
9
0
Analisis hubungan antara kemampuan menyelesaikan pertidaksamaan pecahan
dengan penguasaan berbagai representasi, yaitu: (1) Uji normalitas skor
kemampuan menyelesaikan pertidaksamaan pecahan. Pada penelitian ini
ditentukan dk = 6 1 = 5 dan = 0,05. Diketahui nilai chi kuadrat tabel dengan
dk = 5 dan = 0,05 adalah 11,070 dan nilai chi kuadrat hitung = 46,21 maka
harga chi kuadrat hitung > chi kuadrat tabel sehingga data dinyatakan tidak
berdistribusi normal. (2) Uji normalitas skor penguasaan berbagai representasi.
Pada penelitian ini ditentukan dk = 6 1 = 5 dan = 0,05. Ditentukan nilai chi
kuadrat tabel dengan dk = 5 dan = 0,05 adalah 11,070 dan nilai chi kuadrat
hitung = 558,36 maka harga chi kuadrat hitung > chi kuadrat tabel sehingga data
dinyatakan tidak berdistribusi normal. Karena kedua data berasal dari populasi
yang tidak normal, maka untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara
kemampuan menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan penguasaan berbagai
representasi digunakan uji Spearman Rank (Sugiyono, 2012: 244). Diketahui ttabel
dengan derajat kebebasan (dk) = n 2 = 35 2 = 33 dan = 0,05 adalah 1,6449.

Karena thitung (13,5174) > ttabel (1,6449) maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Keputusan, terdapat hubungan antara kemampuan menyelesaikan pertidaksamaan
pecahan dengan penguasaan berbagai representasi, dan hubungan itu sangat kuat,
hal ini ditunjukan dengan korelasinya sebesar 0,93 artinya, semakin tinggi tingkat
kemampuan menyelesaikan pertidaksamaan pecahan semakin tinggi pula
kemampuan penguasaan berbagai representasi.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh informasi bahwa untuk
menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan
pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu dapat
diselesaikan dengan tiga bentuk representasi yaitu representasi dalam bentuk
simbolik, garis bilangan dan representasi dalam bentuk grafik. Diantara ketiga
bentuk representasi tersebut nilai rata-rata siswa kelas XD SMA Negeri 1 Sengah
Temila Kabupaten Landak tertinggi ada pada representasi bentuk simbolik,
kemudian diikuti dengan bentuk garis bilangan dan terakhir representasi bentuk
grafik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perwakilan siswa pada tiap
tingkat kemampuan diperoleh informasi bahwa kecenderungan siswa
menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan
pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu diselesaikan
dengan representasi bentuk simbolik disebabkan karena penyelesaian dengan
menggunakan bentuk ini lebih sering digunakan oleh guru mata pelajaran
matematika dalam penyelesaian masalah pada saat penjelasan materi
pertidaksamaan pecahan ketimbang dengan cara lain meskipun menggunakan
bentuk atau cara lain juga dikenalkan pada siswa, namun dari hasil wawancara
tidak sesuai dengan lembar hasil pekerjaan siswa (tes riset) dimana pada saat
wawancara siswa menyatakan bahwa sebenarnya siswa lebih menyukai
representasi bentuk garis bilangan karena penyelesaian ini dianggap siswa lebih
singkat dan mudah dimengerti, tetapi siswa tidak menggunakannya karena siswa
takut jawaban mereka salah, dan meskipun mereka menyatakan lebih suka
menggunakan representasi garis bilangan namun pada kenyataannya sebenarnya
mereka juga kurang bisa menggunakan representasi garis bilangan, hal ini dapat
dilihat dari persentase jumlah siswa yang melakukan kesalahan dalam
mengerjakan soal menggunakan garis bilangan.
Dari hasil jawaban siswa pada tes riset terlihat bahwa kebanyakan siswa
masih kurang mengerti dengan konsep pertidaksamaan pecahan, dimana dalam
menyelesaikan pertidaksamaan pecahan siswa sering salah menentukan batasbatas interval yang bersesuaian/memenuhi sebagai himpunan penyelesaian dari
pertidaksamaan yang dimaksudkan dalam soal selain itu juga masih banyak siswa
yang tidak memahami konsep pecahan dimana penyebut dari suatu pecahan tidak
boleh sama dengan nol, walaupun secara keseluruhan rata-rata kemampuan siswa
dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan menunjukan hasil dalam kategori
cukup yaitu 60,89%.
Dilihat dari setiap tingkat kemampuan untuk semua bentuk representasi
yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang

berhubungan dengan pertidaksamaan pecahan terlihat bahwa nilai rata-ratanya


menunjukan hasil yang sewajarnya di mana tingkat kemampuan atas memiliki
nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemampuan sedang,
begitu juga hal nya pada tingkat kemampuan sedang yang memiliki nilai rata-rata
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemampuan bawah. Pada siswa
yang tergolong pada tingkat kemampuan atas dapat menyelesaikan soal minimal
dengan dua cara bahkan ada yang menggunakan dengan tiga cara yaitu
representasi bentuk simbolik, garis bilangan dan grafik. Kemudian untuk siswa
yang tergolong tingkat kemampuan sedang kebanyakan menyelesaikan dengan
dua cara yaitu representasi bentuk simbolik dan garis bilangan, sedangkan pada
siswa yang tergolong tingkat kemampuan bawah kebanyakan hanya
menyelesaikan dengan menggunakan satu cara yaitu representasi dalam bentuk
simbolik, dan bahkan ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan dengan ketiga
cara tersebut. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan penguasaan berbagai
representasi jika dikaitkan dengan tingkat kemampuan siswa, dimana pada siswa
dengan tingkat kemampuan atas lebih banyak menggunakan berbagai bentuk
representasi dari pada siswa dengan tingkat sedang, demikian juga siswa tingkat
kemampuan sedang lebih banyak menggunakan bentuk representasi dari pada
siswa tingkat kemampuan bawah.
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan juga
sangat berhubungan dengan penguasaan berbagai representasi, hal ini dapat
terlihat dari uji statistik yang digunakan yaitu uji Spearman Rank yang
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan menyelesaikan
pertidaksamaan pecahan dengan penguasaan berbagai representasi, di mana
semakin tinggi tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan pertidaksamaan
pecahan akan diikuti oleh tingginya kemampuan siswa menguasai berbagai
representasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan
permasalahan matematika yang berhubungan dengan pertidaksamaan pecahan
satu variabel bentuk polinom derajat satu umumnya diselesaikan dengan
menggunakan tiga variasi representasi yaitu bentuk simbolik, garis bilangan dan
grafik. Di antara ketiga bentuk representasi tersebut, cenderung siswa kelas XD
SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak menggunakan bentuk simbolik
dan diikuti garis bilangan dan terakhir bentuk grafik. Secara lebih rinci
disimpulkan bahwa (1) Kemampuan siswa kelas XD SMA Negeri 1 Sengah
Temila Kabupaten Landak dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan
tergolong cukup dengan persentase sebesar 60,89%. (2) Pada siswa yang
tergolong tingkat kemampuan atas dapat menyelesaikan soal minimal dengan dua
cara bahkan ada yang menggunakan dengan tiga cara yaitu representasi bentuk
simbolik, garis bilangan dan grafik. Kemudian untuk siswa yang tergolong tingkat
kemampuan sedang kebanyakan menyelesaikan dengan dua cara yaitu
representasi bentuk simbolik dan garis bilangan, sedangkan siswa yang tergolong
tingkat kemampuan bawah kebanyakan hanya menyelesaikan dengan satu cara

yaitu representasi dalam bentuk simbolik, dan bahkan ada siswa yang tidak dapat
menyelesaikan dengan ketiga cara tersebut. Hal ini menunjukan bahwa terdapat
perbedaan penguasaan berbagai representasi jika dikaitkan dengan tingkat
kemampuan siswa, di mana pada siswa dengan tingkat kemampuan atas lebih
banyak menggunakan berbagai bentuk representasi dari pada siswa dengan tingkat
kemampuan sedang, sedangkan pada siswa dengan tingkat kemampuan sedang
lebih banyak menggunakan bentuk representasi dari pada siswa tingkat
kemampuan bawah, (3) Dari hasil perhitungan korelasi Spearman Rank diperoleh
harga = 0,93 yang berarti terdapat hubungan yang sangat kuat antara
kemampuan siswa menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan penguasaan
berbagai representasi. Semakin tinggi kemampuan siswa dalam menyelesaikan
pertidaksamaan pecahan akan diikuti semakin tinggi pula kemampuan penguasaan
representasinya. Hal ini ditunjukan dari perbedaan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan pertidaksamaan pecahan juga perbedaan banyaknya bentuk
representasi yang digunakan pada berbagai tingkat kemampuan. Siswa pada
tingkat kemampuan atas dapat menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan
sangat baik yang diikuti dengan banyaknya bentuk representasi yang digunakan
dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan
pertidaksamaan pecahan dari pada siswa pada tingkat kemampuan sedang maupun
tingkat kemampuan bawah.
Saran
Dari uraian terdahulu dapat dilihat bahwa kecenderungan siswa
menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan
pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu dengan
menggunakan representasi bentuk simbolik dan jarang sekali yang menggunakan
dengan cara grafik maupun garis bilangan. Hal ini menunjukan masih kurangnya
kemampuan representasi siswa dalam menyelesaikan soal, oleh karena itu
diperlukan upaya guru sebaiknya dapat menerapkan pembelajaran multi
representasi dalam penyelesaian permasalahan matematika guna meningkatkan
kemampuan solusi alternatif siswa dalam penyelesaian permasalahan.

DAFTAR RUJUKAN
Goldin, G.A. 1987a. Level of Language in Mathematical Problem Solving.In
Claudia Janvier.Problem of Representationin the Teaching and Learning of
Mathematics. Hildale, NJ: Lawrence Erlbaum.
Goldin, G.A. 1987b. Cognitive Representational System for Mathematical
Problem Solving. In Claudia Janvier. Problem of Representation the
Teaching and Learning of Mathematics. Hildade, NJ: Lawrence Erlbaum.
Hiebert, J. & Carpenter, T.P. 1992. Learning With Understanding. In Grouws D.a.
(ed). Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning, A
Project of NCTM. New York: Macmillan.
Hudiono, Bambang 2005. Representasi Dalam Pandangan Matematika
Strukturalis dan Realistik. Makalah. Pontianak: FKIP UNTAN.
Janvier, C. 1987. Conceptions and Representation: The Circle as an Example. In
Claude Janvier (editor). Problems of Representation in the Teaching and
Learning of Mathematics. Hillsdale, NJ: LEA.
Kaput, J. 1987. Representation Systems and Mathematics. In Claude Janvier
(editor). Problems of Representation in the Teaching and Learning of
Mathematics. Hillsdale, NJ: LEA.
Lesh, P; Post, T; & Berh, M. 1987. Representation and Translation Among
Representation I Mathematics Learning and Problem Solving. In Claude
Janvier (editor). Problems of Representation in the Teaching and Learning
of Mathematics. Hillsdale, NJ: LEA.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Drive, Reston,
VA.
Purwanto, Ngalim 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Jakarta:
Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
------------ 2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

You might also like