Professional Documents
Culture Documents
alam kegiatan pembelajaran, tidak semua masalah yang dihadapi siswa hanya
dapat diselesaikan dengan satu atau dua cara, namun masih ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikannya, ini tidak terlepas dari daya
kreativitas yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Hudiono (2005: 19) menyatakan
bahwa kegiatan pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab
permasalahan dengan banyak cara. Hal ini terkait erat dengan kemampuan
representasi yang dimiliki siswa dalam menjawab permasalahan tersebut, karena
kemampuan representasi dapat mendukung siswa dalam memahami setiap
konsep-konsep matematika yang dipelajari. Lebih jauh lagi beliau menambahkan
cara ide-ide matematika yang disajikan oleh guru melalui berbagai representasi
akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemahaman siswa dalam
mempelajari matematika (Hudiono, 2005: 23).
Lesh, Post, & Behr (Hiebert & Carpenter, 1992); Janvier, dkk. (1987); dan
Goldin (1987) mengemukakan bahwa pengungkapan ide-ide matematika dengan
menggunakan berbagai modus seperti: bahasa lisan, bahasa tulis, simbol, gambar,
diagram, model, grafik, atau menggunakan anggota fisik dikaitkan sebagai
representasi ide. Representasi ide-ide matematika dalam berbagai cara merupakan
pedoman untuk memahami dan menggunakan ide-ide tersebut (NCTM, 2000).
Kaput (1987) dan Janvier (1987) berpendapat bahwa representasi sangat berperan
dalam pembelajaran matematika. Secara eksplisit NCTM (2000) menetapkan
representasi sebagai salah satustandar kompetensi dalam pembelajaran
matematika sekolah.
Untuk memperkuat informasi dan mendapatkan gambaran awal penelitian,
peneliti kemudian mengadakan prariset untuk mengungkap variasi jawaban siswa.
Soal tersebut adalah menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan pecahan
bentuk
2
0 ! Dengan x + 1 0.
x 1
3. Perhatikan garis bilangan di bawah ini, kemudian tunjukan hubungan apa yang
terjadi dengan mengisi kotak yang tersedia?
x4
0 , dengan x + 5 0.
x5
Dengan garis bilangan diperoleh:
a.
b.
c.
d.
---------0+++++++++++++++++
-5
-----------------------0+++++++
4
++++++0-------------0+++++++
-5
4
+
+
)
[
-5
4
e.
+
+
-
-5
4
Dari garis bilangan di atas tampak bahwa solusi untuk pertidaksamaan
x4
0 adalah: f.
x5
2x 2
0 ! Dengan x 2 0.
x2
Uraikan cara memperoleh hasilnya! (Gunakan cara yang paling anda sukai).
4x 2
1!
2x 4
EC: iya sih Pak. (P = Peneliti, EC = Siswa). (c) Analisis. Dari variasi representasi
jawaban siswa pada saat tes dan jawaban pada saat wawancara dapat
dikemukakan bahwa siswa ini masih belum mampu dalam menyelesaikan
pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu dan juga
kemampuan representasinya sangat kurang.
Kemampuan siswa dalam berbagai tingkat kemampuan dalam
menyelesaikan pertidaksamaan pecahan diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 4 Kemampuan Siswa Kelompok Atas, Sedang dan Bawah Dalam
Menyelesaikan Pertidaksamaan Pecahan
Tingkat
Jumlah
Skor Total
Rata-rata
Kategori
Kemampuan
siswa
(%)
(%)
Atas
4
381,25
95,313
Sangat Baik
Sedang
10
756,25
75,625
Cukup
Bawah
21
993,75
47,32
Kurang Sekali
Dari data hasil penelitian diperoleh jumlah persentase kemampuan siswa
menyelesaikan pertidaksamaan pecahan sebesar 2131,25. Berdasarkan data hasil
kemampuan siswa kelas X SMA dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan
diperoleh persentase rata-rata adalah 60,89%, maka kemampuan siswa kelas X
SMA Negeri 1 Sengah Temila Kabupaten Landak digolongkan dalam kategori
cukup.
Perbedaan penguasaan berbagai representasi dalam berbagai tingkat
kemampuan diperlihatkan pada tabel berikut:
Tabel 5 Perbedaan Penguasaaan Berbagai Representasi Dalam Berbagai
Tingkat Kemampuan
Banyak Siswa
Tingkat Kemampuan
Soal nomor 5
Simbolik
Garis bilangan
Grafik
Atas (n = 4)
4
4
1
Sedang (n = 10)
10
6
1
Bawah (n = 21)
18
9
0
Analisis hubungan antara kemampuan menyelesaikan pertidaksamaan pecahan
dengan penguasaan berbagai representasi, yaitu: (1) Uji normalitas skor
kemampuan menyelesaikan pertidaksamaan pecahan. Pada penelitian ini
ditentukan dk = 6 1 = 5 dan = 0,05. Diketahui nilai chi kuadrat tabel dengan
dk = 5 dan = 0,05 adalah 11,070 dan nilai chi kuadrat hitung = 46,21 maka
harga chi kuadrat hitung > chi kuadrat tabel sehingga data dinyatakan tidak
berdistribusi normal. (2) Uji normalitas skor penguasaan berbagai representasi.
Pada penelitian ini ditentukan dk = 6 1 = 5 dan = 0,05. Ditentukan nilai chi
kuadrat tabel dengan dk = 5 dan = 0,05 adalah 11,070 dan nilai chi kuadrat
hitung = 558,36 maka harga chi kuadrat hitung > chi kuadrat tabel sehingga data
dinyatakan tidak berdistribusi normal. Karena kedua data berasal dari populasi
yang tidak normal, maka untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara
kemampuan menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan penguasaan berbagai
representasi digunakan uji Spearman Rank (Sugiyono, 2012: 244). Diketahui ttabel
dengan derajat kebebasan (dk) = n 2 = 35 2 = 33 dan = 0,05 adalah 1,6449.
Karena thitung (13,5174) > ttabel (1,6449) maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Keputusan, terdapat hubungan antara kemampuan menyelesaikan pertidaksamaan
pecahan dengan penguasaan berbagai representasi, dan hubungan itu sangat kuat,
hal ini ditunjukan dengan korelasinya sebesar 0,93 artinya, semakin tinggi tingkat
kemampuan menyelesaikan pertidaksamaan pecahan semakin tinggi pula
kemampuan penguasaan berbagai representasi.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh informasi bahwa untuk
menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan
pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu dapat
diselesaikan dengan tiga bentuk representasi yaitu representasi dalam bentuk
simbolik, garis bilangan dan representasi dalam bentuk grafik. Diantara ketiga
bentuk representasi tersebut nilai rata-rata siswa kelas XD SMA Negeri 1 Sengah
Temila Kabupaten Landak tertinggi ada pada representasi bentuk simbolik,
kemudian diikuti dengan bentuk garis bilangan dan terakhir representasi bentuk
grafik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perwakilan siswa pada tiap
tingkat kemampuan diperoleh informasi bahwa kecenderungan siswa
menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan
pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu diselesaikan
dengan representasi bentuk simbolik disebabkan karena penyelesaian dengan
menggunakan bentuk ini lebih sering digunakan oleh guru mata pelajaran
matematika dalam penyelesaian masalah pada saat penjelasan materi
pertidaksamaan pecahan ketimbang dengan cara lain meskipun menggunakan
bentuk atau cara lain juga dikenalkan pada siswa, namun dari hasil wawancara
tidak sesuai dengan lembar hasil pekerjaan siswa (tes riset) dimana pada saat
wawancara siswa menyatakan bahwa sebenarnya siswa lebih menyukai
representasi bentuk garis bilangan karena penyelesaian ini dianggap siswa lebih
singkat dan mudah dimengerti, tetapi siswa tidak menggunakannya karena siswa
takut jawaban mereka salah, dan meskipun mereka menyatakan lebih suka
menggunakan representasi garis bilangan namun pada kenyataannya sebenarnya
mereka juga kurang bisa menggunakan representasi garis bilangan, hal ini dapat
dilihat dari persentase jumlah siswa yang melakukan kesalahan dalam
mengerjakan soal menggunakan garis bilangan.
Dari hasil jawaban siswa pada tes riset terlihat bahwa kebanyakan siswa
masih kurang mengerti dengan konsep pertidaksamaan pecahan, dimana dalam
menyelesaikan pertidaksamaan pecahan siswa sering salah menentukan batasbatas interval yang bersesuaian/memenuhi sebagai himpunan penyelesaian dari
pertidaksamaan yang dimaksudkan dalam soal selain itu juga masih banyak siswa
yang tidak memahami konsep pecahan dimana penyebut dari suatu pecahan tidak
boleh sama dengan nol, walaupun secara keseluruhan rata-rata kemampuan siswa
dalam menyelesaikan pertidaksamaan pecahan menunjukan hasil dalam kategori
cukup yaitu 60,89%.
Dilihat dari setiap tingkat kemampuan untuk semua bentuk representasi
yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang
yaitu representasi dalam bentuk simbolik, dan bahkan ada siswa yang tidak dapat
menyelesaikan dengan ketiga cara tersebut. Hal ini menunjukan bahwa terdapat
perbedaan penguasaan berbagai representasi jika dikaitkan dengan tingkat
kemampuan siswa, di mana pada siswa dengan tingkat kemampuan atas lebih
banyak menggunakan berbagai bentuk representasi dari pada siswa dengan tingkat
kemampuan sedang, sedangkan pada siswa dengan tingkat kemampuan sedang
lebih banyak menggunakan bentuk representasi dari pada siswa tingkat
kemampuan bawah, (3) Dari hasil perhitungan korelasi Spearman Rank diperoleh
harga = 0,93 yang berarti terdapat hubungan yang sangat kuat antara
kemampuan siswa menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan penguasaan
berbagai representasi. Semakin tinggi kemampuan siswa dalam menyelesaikan
pertidaksamaan pecahan akan diikuti semakin tinggi pula kemampuan penguasaan
representasinya. Hal ini ditunjukan dari perbedaan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan pertidaksamaan pecahan juga perbedaan banyaknya bentuk
representasi yang digunakan pada berbagai tingkat kemampuan. Siswa pada
tingkat kemampuan atas dapat menyelesaikan pertidaksamaan pecahan dengan
sangat baik yang diikuti dengan banyaknya bentuk representasi yang digunakan
dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan
pertidaksamaan pecahan dari pada siswa pada tingkat kemampuan sedang maupun
tingkat kemampuan bawah.
Saran
Dari uraian terdahulu dapat dilihat bahwa kecenderungan siswa
menyelesaikan permasalahan matematika yang berhubungan dengan
pertidaksamaan pecahan satu variabel bentuk polinom derajat satu dengan
menggunakan representasi bentuk simbolik dan jarang sekali yang menggunakan
dengan cara grafik maupun garis bilangan. Hal ini menunjukan masih kurangnya
kemampuan representasi siswa dalam menyelesaikan soal, oleh karena itu
diperlukan upaya guru sebaiknya dapat menerapkan pembelajaran multi
representasi dalam penyelesaian permasalahan matematika guna meningkatkan
kemampuan solusi alternatif siswa dalam penyelesaian permasalahan.
DAFTAR RUJUKAN
Goldin, G.A. 1987a. Level of Language in Mathematical Problem Solving.In
Claudia Janvier.Problem of Representationin the Teaching and Learning of
Mathematics. Hildale, NJ: Lawrence Erlbaum.
Goldin, G.A. 1987b. Cognitive Representational System for Mathematical
Problem Solving. In Claudia Janvier. Problem of Representation the
Teaching and Learning of Mathematics. Hildade, NJ: Lawrence Erlbaum.
Hiebert, J. & Carpenter, T.P. 1992. Learning With Understanding. In Grouws D.a.
(ed). Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning, A
Project of NCTM. New York: Macmillan.
Hudiono, Bambang 2005. Representasi Dalam Pandangan Matematika
Strukturalis dan Realistik. Makalah. Pontianak: FKIP UNTAN.
Janvier, C. 1987. Conceptions and Representation: The Circle as an Example. In
Claude Janvier (editor). Problems of Representation in the Teaching and
Learning of Mathematics. Hillsdale, NJ: LEA.
Kaput, J. 1987. Representation Systems and Mathematics. In Claude Janvier
(editor). Problems of Representation in the Teaching and Learning of
Mathematics. Hillsdale, NJ: LEA.
Lesh, P; Post, T; & Berh, M. 1987. Representation and Translation Among
Representation I Mathematics Learning and Problem Solving. In Claude
Janvier (editor). Problems of Representation in the Teaching and Learning
of Mathematics. Hillsdale, NJ: LEA.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Drive, Reston,
VA.
Purwanto, Ngalim 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Jakarta:
Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
------------ 2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.